STUDI FARMAKOGNOSI Artocarpus Altilis

14
Tugas Farmakognosi Review Jurnal Dosen Pengampu: Dr. Mufidah, S.Si, M.Si, Apt STUDI FARMAKOGNOSI Artocarpus altilis (Sukun) Oleh: FITRI WAHYUNI P2501213004 KONSENTRASI: HERBAL MEDICINE

description

Uraian kandungan dan manfaat Artocarpus altilis yang dirangkum dari beberapa jurnal

Transcript of STUDI FARMAKOGNOSI Artocarpus Altilis

Tugas FarmakognosiReview JurnalDosen Pengampu: Dr. Mufidah, S.Si, M.Si, Apt

STUDI FARMAKOGNOSI Artocarpus altilis(Sukun)

Oleh:FITRI WAHYUNIP2501213004KONSENTRASI: HERBAL MEDICINE

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014A. PendahuluanTanaman sukun sudah lama menjadi tanaman pokok yang penting dan merupakan komponen utama sistem agroforesty tradisional di negara-negara Pasifik, dimana telah banyak varietas yang ditanam1. Sukun mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat di Indonesia, beragam pemanfaatan sukun di Indonesia dapat terlihat jelas, semua bagian dari tanaman Sukun memiliki manfaat tersendiri. Daunnya dapat di gunakan sebagai pakan ternak, buahnya dapat diambil untuk bahan pangan alternatif karena tinggi kandungan karbohidrat, dan pohonnya yang memiliki akar yang kuat dapat di gunakan sebagai pencegah erosi bahkan banjir bahkan telah lama sukun dimanfaatkan sebagai obat alternatif untuk berbagai macam penyakit seperti penyakit kuning, obat diabetes, dan pengencer darah2. Tanaman sukun memiliki khasiat terapeutik pada beberapa bagian diantaranya bagian bunga dapat digunakan sebagai obat sakit gigi, kulit kayu dapat digunakan untuk mencairkan darah bagi wanita setelah melahirkan, sedangkan pada bagian daun dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit, jantung, ginjal maupun digunakan sebagai obat radang3. Khasiat yang bisa diambil dari tanaman ini antara lain untuk mengobati penyakit liver, hepatitis, sakit gigi, pembesaran limpa, jantung,ginjal, dan sebagai obat penyembuh penyakit kulit, seperti gatal-gatal, bengkak, borok, dan infeksi kulit lainnya. Bagian bunga dapat digunakan sebagai obat sakit gigi. Bahkan, masyarakat Ambon memanfaatkan kulit batangnya untuk obat mencairkan darah bagi wanita yang baru 8-10 hari melahirkan. Di Trinidad dan Bahama,dekokta dari daun sukun dipercaya dapat menurunkan tekanan darah dan menghilangkan asma. Kunyahan daun sukun muda dikatakan dapatmenetralkan racun dalam makanan. Khasiat lain yang bisa diambil daritanaman ini adalah untuk mengurangi udema karena dalam tanaman inimengandung flavonoid yang sangat efektif sebagai antiinflamasi4.

B. KandunganHasil skrining fitokimia ekstrak daun sukun (Artocarpusaltilis (Parkins.) Fosberg) mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid, polifenol, kuinon, steroid, saponin, monoterpen dan seskuiterpen4.

1. FlavonoidDua senyawa turunan flavonoid tergeranilasi, yaitu 2-geranil-2,4,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon (1) dan 8-geranil-4,5,7-trihidroksiflavanon (2), telah berhasil diisolasi dari ekstrak metanol daun sukun (A. altilis) asal Jawa Barat4. Senyawa 1 telah ditemukan sebelumnya dari daun tumbuhan yang sama yang tumbuh di Thailand5. Penemuan kembali senyawa ini pada tumbuhan yang sama asal Jawa Barat memberi arti bahwa keberadaan senyawa ini pada bagian daun tidak terpengaruh oleh perbedaan geografis tempat tumbuh tumbuhan ini4. Daun sukun (Artocarpus altilis) juga memiliki kandungan zat tanin, saponin, dan flavonoid6.2. PolifenolTanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol yang mempunyai kemampuan untuk mengendapkan protein, karena tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan kompleks yaitu protein tanin7. Ekstrak daun sukun menunjukkan signifikan mengandung komponen fenolik, flavonoid dan tannin terkondensasi. Ekstrak metanol memiliki kandungan yang dominan dalam komponen fenolik, flavonoid dan tannin terkondensasi daripada ekstrak etanol dan ekstrak aseton. Ekstrak metanol menunjukkan aktivitas antiradikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan kandungan total antioksidan tertinggi dibanding ekstrak etanol dan aseton8. Penentuan kandungan total fenolik dilakukan untuk mengetahui potensi antioksidan dalam suatu ekstrak. Dalam penelitian ini, total fenol dalam ekstrak diukur dengan standar asam galat (mg/kg). Total fenolik dalam ekstrak ditentukan berdasarkan kemampuan senyawa fenolik dalam ekstrak yang bereaksi dengan asam fosfomolibdatfosfotungstat dalam reagen FolinCiocalteu (kuning) akan mengalami perubahan warna menjadi warna biru. Ekstrak EM dikarakterisasi sebagai mempunyai kandungan total fenolik paling tinggi dibandingkan dengan EE dan AE. Besarnya total fenolik dalam pelarut metanol diduga karena senyawa fenolik dalam ekstrak bersifat polar sehingga komponen fenolik dalam ekstrak yang larut dalam metanol lebih banyak8.

Kandungan tannin terkondensasi dinyatakan sebagai milligram katekin per kilogram ekstrak. Ekstrak EM mengandung jumlah yang besar tannin terkondensasi daripada ekstrak yang diperoleh EE dan EA. Alasan ekstrak EM lebih besar daripada EE dan EA adalah bahwa tannin yang terdapat pada daun relatif lebih mudah larut pada pelarut yang memiliki polaritas tinggi seperti air, metanol dan etanol8.3. Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan dari kemampuannya untuk membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah. Saponin yang sifatnya mirip seperti sabun merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat sehingga menurunkan tegangan permukaan sel yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dinding sel bakteri. Senyawa saponin yang meresap pada permukaan sel akan mengakibatkan kebocoran membran sel sehingga sel kehilangan bahan-bahan esensialnya6.

C. Efek Biologi1. Antimikroba Aktifitas antimikroba senyawa flavonoid terhadap bakteri Salmonella typhi dilakukan dengan merusak dinding sel bakteri. Dinding sel yang terdiri atas lipid dan asam amino akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat masuk ke dalam inti sel bakteri. Pada inti sel bakteri, senyawa flavonoid ini akan berkontak dengan DNA pada inti sel bakteri Salmonella typhi dan melalui perbedaan kepolaran antara lipid penyusun DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan terjadi reaksi yang mampu merusak struktur lipid dari DNA bakteri sehingga inti selnya akan lisis dan bakteri juga akan mengalami lisis dan mati9.Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler bakteri, sehingga dapat merusak membran sitoplasma bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler10. Senyawa flavonoid bersifat lipofilik sehingga mampu mengikat fosfolipid-fosfolipid pada dinding sel bakteri berakibat dinding sel bakteri lisis dan senyawa dapat masuk ke dalam inti sel bakteri, pada inti sel senyawa akan berikatan dengan lipid DNA bakteri sehingga menghambat replikasi DNA dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein11. Tanin merupakan persenyawaan polifenol yang mengandung gugus hidroksil, maka mekanisme antimikrobanya sama dengan mekanisme antimikroba senyawa flavonoid yaitu merusak sel bakteri dengan memanfaatkan perbedaan kepolaran antara lipid penyusun sel bakteri dengan gugus alkohol pada rantai polifenol dari senyawa tannin. Walaupun struktur kimia dari flavonoid dan tannin tidaklah sama, namun karena keduanya sama-sama memiliki persenyawaan fenol yang memiliki gugus hidroksil di dalamnya, maka mekanisme dalam menginaktivasi bakteri Salmonella typhi juga dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan polaritas antara lipid dengan gugus hiodroksil9. Saponin yang mempunyai sifat seperti sabun, merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dinding sel. Diasorbsinya saponin pada permukaan sel akan mengakibatkan permeabilitas sel meningkat atau terjadi kebocoran membran sel sehingga sel kehilangan bahan-bahan esensialnya12. Kuinon memiliki kisaran antimikroba yang luas karena disamping merupakan sumber radikal bebas, juga dapat membentuk kompleks dengan asam amino nukleofilik dalam protein sehingga dapat menyebabkan protein kehilangan fungsinya. Kuinon bereaksi dengan protein adhesin bulu-bulu sel, polipeptida dinding sel dan eksoenzim yang dilepaskan melalui membran mengakibatkan bakteri gagal melekat pada permukaan membran sel target (hospes) dan dinding sel bakteri akan rusak13. Penelitian yang dilakukan oleh Murwani, dkk 2014 menyimpulkan bahwa ekstrak daun sukun mempunyai efek antimikroba terhadap Salmonella typhi secara in vitro. Hal ini makin diperkuat dengan melihat hasil penelitian yakni adanya penurunan jumlah koloni bakteri Salmonella typhi seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak.

Gambar Jumlah Koloni Salmonella typhi pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Sukun

2. AntihiperpigmentasiAdanya inhibitor tirosinase akan menghambat reaksi pencoklatan atau pembentukan melanin. Berbagai inhibitor tirosinase telah banyak ditemukan dalam bahan kosmetik sebagai pencegah hiperpigmentasi, diantaranya adalah asam askorbat, arbutin, cojic acid, merkuri dan hidrokuinon. Dari beberapa senyawa tersebut, cojic acid memiliki efek inhibisi dan kestabilan paling besar dalam produk kosmetik, namun menurut Miyazawa dan Tamura (2006) cojic acid bersifat karsinogenik14. Menurut Kim, 2004 bahwa beberapa senyawa fenol dikenal berperan sebagai agen depigmentasi, karena struktur kimia senyawa fenol memiliki kemiripan dengan tirosin yang merupakan substrat dari reaksi tirosin-tirosinase15. Menurut Ohguchi dkk, 2003, substituen hidroksi (OH) mempunyai peran penting dalam senyawa yang berperan sebagai inhibitor tirosinase. Sementara itu senyawa fenolik khususnya flavonoid merupakan senyawa yang mengandung substituen OH dengan jenis yang sangat banyak16. Inhibisi pada reaksi yang menggunakan biokatalis dapat terjadi apabila penggabungan substrat pada bagian aktif enzim mengalami hambatan dengan adanya penambahan inhibitor. Hambatan terhadap aktivitas tirosinase dalam reaksi tirosin-tirosinase mempunyai arti penting karena dapat menghambat pembentukan melanin. Ekstrak metanol kulit batang Artocarpus atilis mempunyai daya hambat terhadap aktivitas tirosinase dalam reaksi tirosin-tirosinase sehingga bisa berfungsi sebagai antihiperpigmentasi17.

3. AntiinflamasiObat-obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitasmenekan atau mengurangiperadangan. Aktivitas ini dapat dicapaimelalui berbagai cara, yaitumenghambat pembentukan mediatorradang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya Ansel HC18. Ekstrak daun sukun terbukti sebagai agen antiinflamasi berdasarkan penelitian yang diadakan oleh Abdassah, 2009 namun belum diketahui senyawa aktif yang berfungsi sebagai antiinflamasi tersebut. Namun telah ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan aktivitas antiinflamasi dari flavonoidyang berhasil diisolasi dari Artocarpus communis dan Artocarpus Heterophyllus, secara invitro dapatmenghambat pelepasan mediator-mediator kimia dari sel mast, neutrofil dan makrofag4. 4. AntidiabetikEkstrak daun sukun dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan dan mempunyai efek yang setara dengan glibenklamid19.5. AntikankerEkstrak dietil eter batang pohon sukun diujikan untuk melihat efeknya pada viabilitas sel, morfologi nuklir dan formasi sub G1. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ekstrak dietil eter batang sukun dapat menginduksi apoptosis dan fase sub G1 pada sel kanker payudara (T47D) sehingga potensial digunakan sebagai agen antikanker20.

4-6-diamidino-2-phenylindole (DAPI) berwarna sel T47D dengan ekstrak batang sukun. Gambar A = sel T47D tanpa tambahan, B = sel yang diberikan ekstrak batang sukun 2,5 g/ml, dan C = sel yang diberikan ekstrak batang sukun 7,5 g/ml. Tanda panah menunjukkan sel yang mengalami apoptosis.

6. AntioksidanRadikal bebas dan spesies oksigen reaktif (ROS) merupakan implikasi dalam sejumlah kondisi patologik dari penyakit tertentu seperti inflamasi, gangguan metabolik, penuaan selular, atherosclerosis dan karcinogenesis. ROS termasuk radikal hidroksil (OH), radikal anion superoksida (O2), hidrogen peroksida (H2O2) dan oksigen singlet (1O2). Radikal bebas dan ROS tersebut mampu memberikan efek kerusakan pada komponen biologi seperti protein, DNA dan lipida. Kerusakan makromolekul tersebut bisa menimbulkan katarak, kanker dan penyakit pembuluh darah21. Sel memiliki antioksidan alami seperti superoksida dismutase (SOD), katalase, reduktase, glutation peroksidase dan antioksidan yang bisa mempertahankan dan perlidungan dari pengaruh radikal bebas. Namum, ketika radikal bebas lebih banyak daripada kemampuan pertahanan antioksidan alami tersebut bisa mengalami gangguan sehingga memutuskan rantai reduksi oksidasi normal dan mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan yang sering dikenal dengan stress oksidatif22.

7. AntibiotikSalah satu tanaman yang berpotensi sebagai antibiotik adalah daun sukun (Artocarpus altilis). Pseudomonas aeruginosa dikenal sebagai bakteri penyebab infeksi nosokomial yang telah mengalami resistensi terhadap banyak antibiotik. Daun sukun (Artocarpus altilis) memiliki kandungan zat tanin, saponin, dan flavonoid. Senyawa aktif tersebut berperan sebagai antibiotik terhadap P. Aeruginosa yang dibuktikan dalam penelitian oleh Murwani, 2014. Ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) memiliki efek antimikroba terhadap P. aeruginosa dapat dilihat dari kadar hambat minimum (KHM) pada konsentrasi 9,5% dan kadar bunuh minimum pada konsentrasi 11,5% (KBM).

DAFTAR PUSTAKA1. Ragone D. 2006. Artocarpus altilis (Breadfruit). Species Profiles for Pacific Island Agroforesty, 2 (1): 1-17.2. Adinugraha, H. A., dan N. K. Kartikawati. 2004. Pertumbuhan bibit tanaman sukun (Artocarpus altilis) hasil perbanyakan secara klonal di persemaian. Jogjakarta3. Sulistiyaningsih, Rostinawati T, Permana C. 2009. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosbberg) terhadap Bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis dan Jamur Candida albicans, Microsporum gypsium. Farmaka, 7 (1): 1-14.4. Abdassah, Marline, 2009. Formulasi Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) Dengan Basis Gel Sebagai Antiinflamasi, FF Unpad.5. Shimizu, K., R. Kondo, K. Sakai, S. Buabarn, and U. Dilokkunanant, 2000a, 5-Reductase Inhibitory Component from Leaves of Artocarpus altilis, J. Wood Sci., 46:5, 385-389.6. Murwani, dkk. 2014. Uji Efek Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis) sebagai Antimikroba terhadap Bakteri Salmonella typhi secara In Vitro. Jurnal Penelitian, FK Unibraw.7. Deaville, E.R., D.I. Givens., I. Mueler-Harvey. 2010. Chesnut and Mimosa Tannin Silages: Sheep Differ for Apparent Digestibilty, Nitrogen Utilitation and Losses.Anim. Feed Sci. Technol. 157:129-138.8. Suryanto, Edi. 2009. Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Dari Ekstrak Fenolik Daun Sukun (Artocarpus altilis F.). Manado, Universitas Sam Ratulangi.9. Gunawan IWA, 2009. Potensi Buah Pare (Momordica charantia L) sebagai Antibakteri SalmonellaTyphimurium,(Online),(http://adigunawan2009.wordpress.com/2009/05/26/potensi-buah-pare-momordica-charantia-l-sebagai-antibakteri-salmonella-typhimurium/, diakses 2 Januari 2013).10. Mangunwardoyo W, Cahyaningsih E. 2008. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herbal Tanaman Meniran. Jurnal Obat Bahan Alam, 7(1): 54-61. 11. Dewi, PNL. 2007. Daun Sukun (Artocarpus communis) sebagai Fitofarmaka Antidiabetes. Laporan Kemajuan Kegiatan Tahap I Riset Unggulan dan Kompetitif. Pusat Penelitian Kimia LIPI: Bandung.12. Mangunwardoyo W, Cahyaningsih E, 2008. Usia T. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Meniran. Jurnal Obat Bahan Alam., 7(1): 54-61.13. Putra INK. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) serta Kandungan Senyawa Aktifnya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 21 (1): 1-514. Miyazawa, M. 2007. Inhibitory Compound of Tyrosinase Activity from the Sprout of Polygonum hydropiper L. (Benitade). Biology Pharmacheutical Bulletin. 30 (3):595-597.15. Kim, Y. J., K. J. Kyung, J. H. Lee., and H. Y. Chung. (2004). 4-4-Dihydroxybiphenyl as a New Potent Tyrosinase Inhibitor. J. Biol. Pharm. Bull. 28 (2) 323-327.16. (Ohguchi, Kenji. (2003). Gnetol as a Potent Tyrosinase Inhibitor from Genus Gnetum. Biosci. Biotechnol. Biochem. 67(3):663-665.17. Supriyanti, tanpa tahun. Studi Inhibisi Ekstrak Metanol Kulit Batang Artocarpus Sp Dalam Mencegah Hiperpigmentasi Kulit, Bandung, FMIPA UPI.18. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (diterjemahkan oleh Farida Ibrahim). Edisi keempat. 1989. UI Press:Jakarta. hal. 390-395.19. Tanuwijaya. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus Altilis, Park. Fsb.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Mencit Galur Swiss-Webster yang Diinduksi Aloksan.20. Arung, Enos Tanke, 2009. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. FF Universitas Benin Negeria.21. Langsethm, 1995). Langsethm, L., 1995 Oxidants, antioxidants and disease prevention, ILSI Press, Washinton, DC.22. Wuryastuti, H., 2000 Stres Oksidatif dan Implikasinya Terhadap Kesehatan. Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM, Yogyakarta.