STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM...

121
i STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM PENERAPAN HUKUMAN CAMBUK BAGI PEMINUM MINUMAN KERAS SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Syari’ah Disusun Oleh: YAYAN M ROYANI NIM : 062211006 JURUSAN JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM...

Page 1: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

i

STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB

DALAM PENERAPAN HUKUMAN CAMBUK

BAGI PEMINUM MINUMAN KERAS

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Syari’ah

Disusun

Oleh:

YAYAN M ROYANINIM : 062211006

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

ii

Drs. Maksun, M.Ag.Perum Griya Indo Permai A 22Tambak Aji Ngaliyan Semarang

Ahmad Furqon, LC.,M.A.Jln. Karonsih Timur raya V/28Ngaliyan Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 Naskah eksHal : Naskah Skripsi An. Sdr. Yayan M Royani

Kepada Yth.Dekan Fakultas Syari’ah

IAIN Walisongo

Assalamu alaikum Wr.WbSetelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini

saya kirimkan naskah skripsi Saudara :

Nama : Yayan M Royani

Nim : 062211006

Jurusan : Jinayah Siyasah

Judul Skripsi :“STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN

KHATAB DALAM PENERAPAN HUKUMAN

CAMBUK BAGI PEMINUM MINUMAN

KERAS”

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera

dimunaqosahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu alaikum Wr.Wb

Semarang, 10 Desember 2010

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Maksun, M.Ag. Ahmad Furqon, LC.,M.A.NIP :1975121 8200501 1 002 NIP :19680515 199303 1 002

Page 3: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

iii

PENGESAHAN

Nama : Yayan M Royani

NIM : 062211006

Jurusan : Jinayah Siyasah

Judul Skripsi :“STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN

KHATAB DALAM PENERAPAN HUKUMAN

CAMBUK BAGI PEMINUM MINUMAN

KERAS”

Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut

Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan

predikat cumlaud / baik / cukup, pada tanggal : 21 Desember 2010

dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1

tahun akademik 2010 / 2011

Semarang, 21 Desember 2010

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Rupi’i, M. Ag. Drs. Maksun, M.Ag.NIP: 19730702 199803 1 002 NIP :1975121 820050 1 002Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Mushlich Shabir, M.A Drs. H. Miftah AF, M. Ag.NIP: 19560630 198103 1 003 NIP: 19530515 198403 1 001Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Maksun, M.Ag. Ahmad Furqon, LC.,M.A.NIP :1975121 820050 1 002 NIP :19680515 199303 1 002

Page 4: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

iv

Motto

” ”

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh,maka dia akan mendapatkan”

)(

Page 5: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah dengan

ikhlas berkorban dan membantu penulis dalam mengarungi perjalanan panjang

menggapai cita-cita

Untuk Bapak H. Asep Dudung dan Ibu Hj. Nur Laila, kedua orang tua

yang sangat penulis cintai. Tiada henti-henti penulis panjatkan doa kepada Allah

Swt, semoga ayahanda dan ibunda selalu ada dalah rahmat dan karunianya di

dunia dan akhirat.

Tidak lupa untuk Ustadz Deni Rustandi, M. Ag dan Ustadzah Nunung

Aviah sebagai kakak penulis yang selalu memotivasi untuk segera menyelesaikan

studi demi sebuah perjuangan. Tentunya keponakan penulis yang imut-imut, Izza,

Abidah dan jagoan Subhan, jangan nakal ya...

Untuk keluarga besar Pondok Pesantren APIKK 509 Kaliwungu beserta

PAC IPNU Kaliwungu. Segenap pimpinan Rektorat IAIN Walisongo dan para

pegawainya. Para Pimpinan Fakultas Syari’ah dan para pegawainya. Tidak

mungkin penulis lupakan jasa-jasa para dosen yang telah membekali penulis

dengan ilmu pengetahuan.

Untuk Para senior di Justisia dan PMII atas segala bimbingan dan

arahannya. Sahabat-sahabat angkatan 06 di Justisia, al MAPABA Rasya, PMII

Rasya, dan PMII Komisariat. Para pengurus DEMA periode 2010 yang sangat

penulis banggakan, juga pengurus SMI periode 2010. Tidak lupa Rekan dan

rekanita di PW IPNU Jateng. Untuk semua kader dan aktifis di Justisia, PMII,

KSMW, JQH, FOSIA, dan HMJ SJ, terus berjuang.

Page 6: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung

jawab, penulis menyatakan bahwa

skeipsi ini tidak berisi materi yang telah

pernah ditulis orang lain atau

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini

tidak berisi satupun pikiran-pikiran

orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam referensi yang dijadikan

bahan rujukan.

Semarang, 21 Desember 2010

Deklarator,

Yayan M RoyaniNim 062211006

Page 7: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

vii

ABSTRAKSI

Para ulama berbeda pendapat tentang penerapan hukuman cambuk bagipeminum minuman keras, madzhab syafi’i dan hanafi menyatakan bahwahukuman bagi peminum minuman keras harus di cambuk sejumlah empat puluhkali. Berbeda dengan pendapat keduanya, menurut ulama maliki dan hambalipeminum minuman keras dicambuk sebanyak delapan puluh kali. Perbedaanpendapat tersebut di dasarkan pada kebijakan Umar bin Khatab yang mula-mulamenerapkan hukuman cambuk empat puluh kali sebagaimana pendahulunya(Rasulullah dan Abu Bakar) kemudian karena keadaan sosial yang berubah Umarmenambah hukuman menjadi delapan puluh. Penambahan inilah yang sampai saatini menjadi perdebatan para ulama, sehingga memerlukan penelitian tentangkebijakan Umar bin Khatab dalam penerapan hukuman cambuk bagi peminumminuman keras. Untuk menspesifikasikan permasalahan, terlebih dahulu kita harusmengetahui kebijakan Umar dalam penerapan hukuman cambuk bagi peminumminuman keras secara jelas. Kedua, mengetahui bagaimana formulasi ijtihadUmar bin Khatab dalam penerapan hukuman cambuk bagi peminum minumankeras. Ketiga, mengetahui latar belakang serta alasan Umar dalam penambahanhukuman cambuk bagi peminum minuman keras. Metodologi yang dipakai berupa metode komparatif pendapat para ulamadan analisis nash yang terkait dengan ketentuan hukuman cambuk. Denganmenggunakan pendekatan maslahah mursalah dalam melihat kontekspermasalahan sosial yang terjadi pada masa tersebut. sehingga metodologi inidiharap dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan hukumancambuk yang di tetapkan Umar dan mengambil istinbath hukumnya pada saat ini. Dari metode komparatif pendapat ulama dan nash dengan menggunakanpendekatan maslahah dapat ditemukan temuan: pertama, bahwa dalam hadpeminum minuman keras tidak ditemukan ketentuan yang baku pada zaman Rasuldan Abu Bakar sampai akhirnya ditetapkan Umar bin Khatab dengan melihatkemasalahatan umum dan ijma’ para sahabat. Sedangkan pada masa Rasul danAbu Bakar ketentuan pasti dari hukuman cambuk hanya pada penerapam dera,tidak pada ketentuan cambuk dan hitungan yang pasti.

Kedua, yang dimaksud kemaslahatan umum yaitu kemaslahatan untukmengantisipasi masyarakat Arab yang mulai terjerumus kepada gemar meminumminuman keras dan meremehkan agama. Umar mencoba menetapkan hukumancambuk sesuai pendapatnya karena tidak mendapatkan alasan yang pasti dalamketentuan hadis Nabi yang baku.

Ketiga, Dengan menggunakan pendekatan maslahah mursalah semakinmemperjelas ketentuan hukum yang diterapkan Umar bagi peminum minumankeras yaitu delapan puluh kali cambukan setelah sebelumnya Umar menentukansebanyak enam puluh kali dan empat puluh kali. Ketika kemaslahatan yangditetapkannya belum maksimal, Umar memutuskan untuk berkumpul bersamapara sahabat dan mengadakan ijma’ yang akhirnya menetapkan hukuman bagipeminum minuman keras sebanyak 80 kali cambukan, meskipun dalamkenyataanya ketetapan ijma’ tersebut masih dipertanyakan para ulama.

Page 8: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ilahi rabbi, karena hanya dengan rahmat dan

hidayahnya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurah kepada Nabi besar Muhammad Saw, yang telah membawa Islam sebagai

agama dan rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat sadar, bahwa hanya karena pertolongan Allah Swt dan

dukungan semua pihak lahir maupun batin, akhirnya penulis dapat melalui semua

rintangan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Yth. Prof Dr. H. Muhibbin, M. Ag. (Pgs. Rektor IAIN Walsiongo) yang

telah memimpin IAIN selama menjabat dengan bijaksana, demi masa

depan institusi yang lebih baik.

2. Yth. Dr. Imam Yahya (Dekan Fakultas Syari’ah), penulis ucapkan selamat

atas terpilihnya sebagai Dekan baru Fakultas Syari’ah. Semoga dibawah

pimpinannya Syari’ah bisa lebih berjaya.

3. Yth. Drs. Maksun, M.Ag. Atas bimbingan, masukan dan motifasinya

untuk selalu melanjutkan garapan meskipun banyak halangan dan

rintangan menghadang. Juga atas kesabarannya dalam membimbing

penulis yang terkadang tidak teratur dalam bimbingan.

4. Yth. Ahmad Furqon, LC.,MA. Atas bimbingan, koreksian dan gagasan-

gagasan yang telah diberikan, tentunya banyak pengetahuan baru yang

penulis dapatkan. Juga intensitas bimbingan selama penggarapan, tanpa

ketulusannya penulis akan banyak mendapatkan kesulitan.

Page 9: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

ix

5. Yth. Kajur, Sekjur, dan Biro Judul Jinayah Siyasah. Beserta segenap dosen

Fakultas Syari’ah yang telah memberikan ilmunya tanpa pamrih. Juga

segenap pegawai Fakultas Syari’ah yang selalu direpotkan mahasiswa.

6. Ibu Hj. Nurlaila dan Bapak H. Asep Dudung, kedua orang tua yang telah

berkorban segalanya demi masa depan penulis. Ungkapan yang tidak dapat

terucap dengan kata-kata, hanya doa yang dapat penulis panjatkan untuk

kebahagian tanpa akhir bagi keduanya di dunia dan akhirat. Ustadzah

Nunung Aviah dan Ustadz Deni Rustandi, M.Ag. yang selalu memotifasi

penulis untuk segera lulus. Bagi 3 kurcaci keponakan penulis yang amat

dicintai (Nur Izza Daniyah Millati, Abidah Munsyifah, dan si jagoan

Subhan). Semoga menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

7. KH. Ridwan Amin dan KH. Maghzunun Irja, pengasuh Ponpes APIKK

509 Kaliwungu sekaligus murabbi ruh penulis yang telah membekali ilmu

yang tidak ternilai harganya. Sebagai santri, penulis selalu mengharap

ridlo serta menanti fatwa dan mau idzoh khasanahnya.

8. Segenap pengurus dan santri Ponpes APIKK 509, Kang Mansur, Kang

Rahmat, Kang Jali, Kang Dalhar, Kang Aziz dan kang-kang lainnya yang

tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas pinjaman kitab,

menjaga lemari dan kopi kental tentunya.

9. Segenap sahabat-sahabat senior di PMII dan Justisia atas semua

bimbingan dan dukungannya dalam menjalani proses pengkaderan.

Penulis ucapkan terima kasih banyak atas pengetahuan dan pengalaman

yang telah diberikan.

Page 10: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

x

10. Segenap sahabat angkatan 06 di PMII Rasya dan Justisia, Khoirudin (al

Pae), Vian, Ubed (Sang PU), Tamam, Taufik Robot, Nikmatul Umrah,

Aniqoturrasyidah (Bendum DEMA), Ely Nurrahmah (al Mae),

Aniqotussa’adah (Bendum Rasya 06), Uswatun, Hima, dan 200an sahabat

ALMAPABA 06 lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. All

my special friand.

11. Segenap sahabat Komisariat 06 yang include didalamnya pengurus DEMA

dan SMI 2010. Zaki Mubarok (Wapres yang mantap), Rofik, Komis

Naryoko, Arifuddin, Afandi, Anaf, Faturahman, Aripin, Kholis, Tabi’in,

Taufik Efendi, Qurin, Adib, Oni, Zauhari Sofi, Supriyanto (Gajok), Heri,

Dedi, Mustofa, Fifit, Nisa, Witi, Intani, Yaya, dan sahabat-sahabat lainnya

yang belum disebut. All my best friend.

12. Aktifis Justisia (Encep, Nazar, Yani, Syafi’i, dan all wadyabala) ayo

tunjukan karyamu. Aktifis KSMW ( Rektor Anam Khan, Rohwan, Umam,

Tajudin, Ali, silah) tetap istiqomah berdiskusi lho. Aktifis Rasya (Arif

Kera, Juki, Endang, Salamah, Asiroh, Aslamiyah dan sahabat lainnya)

terus bergerak. Dan untuk the Cors 07 tetap idealis sahabat. Para aktivis

FOSIA dan JQH yang tidak mungkin penulis lupakan.

13. Dulur-dulur di HMJB, Kang Rouf, Kang Nunu, Kang Asep, Kang Fatur

Menwa, Kang Presiden Ubai, Kang Iki dan untuk akang-teteh, abang none

dimanapun berada.

14. Mahasiswa kampung damai Semarang, undangan kalau ada kegiatan ya.

Page 11: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

xi

15. Rekan dan rekanita IPNU Jateng terkhusus departemen Pers dan Wacana

(Mas Ikrom ngapuntene molor terus, Mas Jojo, Mas Rouf dan Mas

Hamdani). Saatnya bangkit.

16. Posko 22 KKN ke 55 Desa Luwung (Aziz Kordes, Umar, Haris, Indra,

Duroh, Nikmah dan Lulu) untuk kenangan tak terlupakan, kapan kumpul-

kumpul lagi?

17. Teman-teman di paket SJ A 06 (Mukarom, Wahib, Mujab, Wa Aji, Zia,

Firsti dan Dian) maupun B (Sofi’i, Kiswandi, Rifqi, Najmiati, Zami, dll).

18. Para penghuni surga (Kantor DEMA), Risya Islami, Ma’ruf dan Husni

Mushonnifin (Bojes). Thanks ya atas pinjaman sandang, pangan dan

papannya. Tidak lupa penghuni Istana PKM Syari’ah (Toni, Khudori,

Sukran dan para penghuni baru) ayo bersih-bersih.

19. Terkhusus Eneng Fufu, jalan masih panjang. Gantungkan cita-citamu

setinggi langit. Yang sabar ya.

Semoga menjadi amal baik yang dan menjadi pahala yang berlipat ganda dari

Allah Swt.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis dalam banyak hal, oleh karena itu saran dan kritik yang

membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Page 12: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

NOTA PEMBIMBING ..................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii

HALAMAN DEKLARASI.............................................................................iv

HALAMAN MOTTO ....................................................................................v

HALAMAN ABSTRAK.................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................vii

HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................14

C. Tujuan Penulisan Skripsi ....................................................................15

D. Telaah Pustaka ....................................................................................15

E. Metode Penelitian ................................................................................18

1. Sumber Data ....................................................................................18

2. Metode Pengumpulan Data .............................................................20

3. Metode Analisis Data ......................................................................20

F. Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................22

BAB II. KETENTUAN UMUM HUKUMAN CAMBUK DALAM PIDANA

ISLAM

A. Pengertian Hukuman Cambuk dan Cara Pelaksanaannnya.................24

B. Ketentuan Hukuman Cambuk dalam Jarimah Peminum

Minuman Keras ...................................................................................36

C. Penerapan Hukuman Cambuk Bagi Peminum Minuman Keras

Masa Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA .............................44

D. Pendapat Para Ulama Tentang Hukuman Cambukdalam Jarimah Peminum Minuman Keras...........................................49

Page 13: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

xiii

BAB III. KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM PENERAPAN

HUKUMAN CAMBUK BAGI PEMINUM MINUMAN KERAS

A. Biografi Umar Bin Khatab ..............................…………..………......54

1. Umar bin Khatab di Masa Nabi................................................... .56

2. Umar bin Khatab di Masa Abu Bakar ...........................................60

3. Pemerintahan Umar bin Khatab ...................................................61

4. Kehidupan Sosial Masa Umar bin Khatab dan Hasil Ijtihadnya....64

B. Kebijakan Umar bin Khatab dalam Penerapan Hukuman

Cambuk Bagi Peminum Minuman Keras...........................................67

C. Metodologi Ijtihad Umar bin Khatab dalam Penerapan Hukuman

Cambuk Bagi Peminum Minuman Keras dan Ketetapan Hukumnya..73

BAB IV. ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM

PENERAPAN HUKUMAN CAMBUK BAGI PEMINUM

MINUMAN KERAS

A. Analisis Kebijakan Umar bin Khatab dalam Penerapan Hukuman

Cambuk Bagi Peminum Miuman Keras .............................................75

B. Analisis Alasan Umar bin Khatab dalam Penambahan Hukuman

Cambuk Bagi Peminum Minuman Keras ...........................................89

C. Kontroversi Penerapan Hukuman Cambuk Pada Zaman Modern.......99

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 102

B. Saran .................................................................................................104

C. Penutup .............................................................................................104

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................105

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................106

Page 14: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama yang selalu sesuai dengan perkembangan zaman

tidak menolak perubahan dan perkembangan. Sebagai agama yang terakhir

dan rahmatan lil alamin tentunya menjadi problem solving permasalahan

kekinian bagi pemeluknya. Tidak ada permasalahan yang tidak dapat

ditemukan jawabannya dalam agama Islam. Hal tersebut merupakan

konsekuensi dari agama yang benar (dinul haq).

Dalam perkembangannya, umat Islam saat ini dianggap terbelakang

dibanding umat agama besar lain di dunia (Yahudi dan Nasrani). Meskipun

secara eksplisit kita tidak bisa memakai oposisi binner dalam memaknai Islam

yang diwakili wilayah Timur sedangkan agama non Islam (yahudi dan

Nasrani) mewakili wilayah Barat. 1

Keterbelakangan umat Islam tidak hanya dalam bidang teknologi dan

pengetahuan, lebih dari itu dalam bidang hukum sebagai social engineering.

Sampai saat ini masih banyak orang Islam yang pemahamannya masih

1 Menurut Mu’ammar Qadhahafi di Arab atupun Negara Barat terdiri dari masyarakatyang heterogen dalam memeluk kepercayaan, sehingga pertikaian antara Barat dan Timurbukanlah berdasar kepercayaan (agama) lebih dari itu merupakan persaingan antara stratakedudukan kelas sebuah negara. Lihat Mahmuod Ayoub, Islam dan Teori Dunia Ketiga,Pemikiran Keagamaan Mu ammar Qadhdhafi, Bogor: Humaniora Press, 2004, hlm. 117.

Page 15: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

2

normatif dan kaku sehingga menjadi kurang toleran. Akibatnya hukum Islam

menjadi kaku, ekslusif dan belum bisa menyentuh realitas sosial2.

Kesalahan paradigma tentang tujuan hukum Islam sebatas kepatuhan

terhadap teks tidak lepas dari realita perkembangannya. Dinamika hukum

Islam (dialektika fiqh) terbentuk oleh interaksi antara wahyu dan rasio.

Kombinasi dua paradigma pemikiran inilah yang mendorong tradisi ijtihad.

Dalam sejarah pertumbuhan hukum Islam terdapat dua aliran di

kalangan para pendiri mazhab. Kelompok pertama dikenal dengan ahl ra yi

(mereka mengedepankan rasio sebagai ”panglima” dalam memahami al

Quran), sedangkan kelompok kedua dikenal dengan ahl hadis (mereka

mengedepankan Hadis Nabi dalam memahami al Quran). Kelompok pertama

memberikan peluang adanya manivestasi rasio/akal dalam memahami otoritas

wahyu. Sedangkan kelompok dua menolaknya3.

Begitu juga dalam mensikapi perkembangan zaman, kelompok ahl

hadis cenderung mempertahankan idealitas wahyu tanpa memberikan

accomodative thinking. Artinya, apa yang tersurat dalam kalam ilahi adalah

final, sakral, permanen dan tidak dapat diubah. Model pemikiran tersebut

2 Pemahaman Islam yang normatif sebenarnya berangkat dari pola fikir yang deduktif,yakni ajaran Islam yang diyakini benar secara mutlak itu kemudian dipahami apa adanya tanpamelalui proses berpikir dengan melibatkan secara langsung persoalan-persoalan realitas sosialyang plural. Islam masih dipandang sebagai ajaran-ajaran langit yang selamanya melangit, sebabmodel pola pikir inilah Islam mandul dalam misinya menjadi agen social of change, lihat Mu’arif,Pembaruan Pemikiran Islam, Bantul: Pondok Edukasi, 2005, Hlm. 10.

3 Madzhab yang dimaksud tidak spesifik untuk madzhab dalam fiqih, secara historisperkembangan madzhab pemikiran berawal dari madzhab daerah, yang terkenal pada masa awalyaitu madzhab Iraqi dan Hijazi. Menurut Ali al Khaffi seorang anggota badan riset Islam (Majmaal Buhuts Islamiyah) aliran Iraq lebih cenderung longgar dan bersandar kepada penalaran, analogidan tujuan-tujuan hukum (maqoshid al syari ah). Sebaliknya mazhab Hijaz lebih condong kepadamengikuti hadis yang berkembang. Lihat Sumanto al Qurtubi, KH. MA. Sahal Mahfudh Era BaruFiqih Indonesia, Yogyakarta: Cermin, 1999, hlm Vdan 5.

Page 16: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

3

sebagian besar masih dianut oleh masyarakat Indonesia. Sebagai akibatnya

yaitu sakralitas fiqih, karena secara tidak langsung fiqih merupakan

menifestasi dari penafsiran al Quran dan Hadis dalam bidang hukum.

Lain halnya kelompok ahl ra yi. Bagi mereka, adalah satu tuntutan

zaman, manakala proses interaksi wahyu-rasio berjalan seiring. Artinya, suatu

keniscayaan bagi wahyu untuk menerima bagi segala kemungkinan

interpretasi akal.

Tidak terlepas dari pergulatan keberpihakan kepada tekstualiatas yang

diwakili ahl hadis dan kontekstualitas yang diwakili ahl ra yi. Keduanya

mempunyai satu tujuan yaitu kemaslahatan bagi kehidupan umat Islam, hal

tersebut berdasarkan tujuan tasyri .4

Secara embrional kecenderungan ortodoksi yang tekstualis dan

formalistik ini bermula sejak masa-masa awal. Yakni ketika beberapa sahabat,

antara lain Bilal bin Abi Rabah, secara tegas menolak ijtihad Umar. Adalah

Umar bin Khatab dalam sejarah dikenal sebagai khalifah yang kontroversial,

tegas dan berani. Ijtihad yang dia lakukan baik dalam bidang politik, sosial,

ekonomi dan hukum dalam banyak hal sering berseberangan dengan praktek

Nabi.5

4 Tasyri adalah bentuk mashdar dari kata syara a yang berarti membuat syariat. Tasyri’memiliki tiga pondasi. Pertama, tidak adanya kesempitan sebaliknya harus bertujuanmelapangkan. Kedua, memperingankan tidak memberatkan. Ketiga, tasyri dilakukan secarabertahap. Lihat Khudlori Bik, Tarehk at Tasyri al Islamy, Mesir: Maktabah Tijariyah Qubra,1965, hlm. 17.

5 Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khatab (Sebuah Telaah Mendalam TentangPertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa itu) diterjemahkan Ali Audah, Jakarta: LiteraAntarNusa, 2008, hlm. vi.

Page 17: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

4

Dia membentuk diwan-diwan sebagai aparatur pemerintahannya

seperti di Persia,6 menetapkan rampasan perang (ghanimah) dan upeti (fa i)

yang merupakan barang tetap milik negara tidak hanya seperlimanya,7

memberi gaji kepada tentara, menghapuskan hak mu allafah

qulubuhum8memperoleh bagian zakat, tidak melakukan hukuman potong

tangan, memperberat hukuman pemabuk dan sebagainya. Semua yang

dilakukan Umar bin Khatab itu dalam rangka mencapai kemaslahatan.

Tidak terlepas dari metodologi yang dipakai Umar bin Khatab dalam

rangka keluar dari kungkungan tekstulitas al Quran dan Sunnah Nabi. Dalam

sejarahnya Umar tetap menjalankan seluruh peraturan lewat koridor yang

telah dilakukan rasul atau himbauannya.

Di antara hasil kebijakan Umar yang pernah ditetapkan yaitu

kebijakannya tentang penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman

keras. Penetapan Umar dalam menambah hukuman cambuk bagi peminum

minuman keras ternyata berimplikasi terhadap hukum yang diistinbathkan

para ulama fiqih klasik maupun kontemporer. Banyak pendapat para ulama

fiqih yang berbeda tentang ketetapan penambahan Umar terhadap hukuman

cambuk bagi peminum minuman keras.9

6 Ibid., hlm. 249.7 Ibid., hlm. 671.8 Al-Sayyid al-Sabiq memberikan pengertian al-Muallaf sebagaimana yang dikutip dalam

tafsir al-Manar, yaitu: sekelompok orang yang dibujuk hatinya agar bergabung dengan Islam, ataumereka menahan diri dari melakukan kejahatan terhadap orang-orang Islam, atau orang-orangyang jasanya diharapkan untuk membantu dan membela kaum muslimin. Lihat, al-Sayyid al-Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid I, hlm.328.

9 Perbedaan pendapat terkait dengan hukum yang ditetapkan Umar dalam penambahanhukuman jilid bagi peminum minuman keras adalah ta’zir atau had itu sendiri. Kelompok besarsyafi’iah menyetujui bahwa itu adalah ta’zir, sebaliknya ketiga imam selain Syafi’i menjadikannyasebagai had bagi peminum minuman keras. Khudlori Bik, loc. cit., hlm. 649.

Page 18: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

5

Umar menentukan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras

pada awal pemerintahannya sebanyak 40 kali, masih mengikuti pendahulunya

yaitu Nabi dan Sahabat Abu Bakar. Kebijakannya berubah pada akhir

pemerintahannya menjadi 80 kali. Adapun keputusan tersebut berdasarkan

usulan para sahabat, karena keadaan masayarakat pada waktu itu sangat

menggemari minuman keras.10

Alasan Umar menambahkan hukuman menjadi 40 kali cambukan,

tidak terlepas dari sebab utama yaitu membuat jera para pemabuk untuk

berhenti meminum minuman keras. Umar menambahkan hukuman menjadi

60 kali, dianggap belum mencegah kejahatan tersebut maka Umar

menambahkan menjadi 80 kali.11

Secara historis Umar mempunyai alasan sosiologis. Sebagai khalifah

Umar mempunyai tanggung jawab membenahi kehidupan masyarakat. Ketika

terjadi sebuah distabilisasi karena suatu fenomena, ketegasan dalam

menyelesaikan sebuah permasalahan mutlak dibutuhkan bagi seorang

pemimpin. Terkait dengan maraknya minuman keras pada masa Umar,

menuntutnya untuk memecahkan permasalahan sesuai dengan kemaslahatan.

Ijtihad yang dilakukan Umar tetap berpijak pada ketetapan al Quran

dan hadis, adapun faktor sosiologis menjadi landasan permasalahan yang

harus diselesaikan dengan merujuk kepada keduanya. Permasalahan dalam

penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras ini dimulai dari

10 Muhammad Ruwas Qal’aji, Mausu ah Fiqih Umar Ibn Khattab, Kuwait: Maktabah alFalah, t.th , hlm. 81.

11 Muhammad Abdul ‘Aziz al Halawy, Fatawa wa Aqdhiyya Amirul Mu minin Umar IbnKhathab, Kairo: Maktabah al Qur’an, 1986, hlm. 267.

Page 19: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

6

ketetapan Umar bin Khatab untuk menghukum seorang laki-laki dari kalangan

Muhajirin yang dahulu ikut hijrah pertama kali. Umar memvonisnya dengan

hukuman cambuk, sebaliknya laki-laki tersebut tidak puas dengan keputusan

Umar.

Laki-laki itu memprotes Umar dengan alasan tidak ada hukum yang

mendasari ketetapan Umar untuk memberi hukuman cambuk. Lalu Umar

balik bertanya terkait ayat yang mengandung kandungan bahwa seorang

pemabuk tidak dapat didera/cambuk. Laki-laki tersebut membacakan salah

satu ayat dari al Quran.

§øŠs9’ n? tãšúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏJ tã urÏM» ys Î=» ¢Á9 $#Óy$ uZã_$ yJŠÏù(#þqßJ Ïè sÛ#sŒ Î)$ tB(#qs)? $#(#qãZtB#uär

(#qè=ÏJ tã urÏM» ys Î=» ¢Á9 $#§NèO(#qs)? $#(#qãZtB# uär§NèO(#qs)? $#(#qãZ|¡ôm r&r3ª! $#ur•=Ïtä†tûüÏYÅ¡ós çR ùQ $#ÇÒÌÈ

Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakanamalan yang saleh Karena memakan makanan yang Telah merekamakan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, danmengerjakan amalan-amalan yang saleh, Kemudian mereka tetapbertakwa dan beriman, Kemudian mereka (tetap juga) bertakwa danberbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuatkebajikan.(QS. Al-Maidah: 93)12

Laki-laki tersebut berkilah bahwa dirinya adalah orang-orang saleh

yang gemar berbuat kebajikan. Bahkan dia menambahi, bahwa dirinya pernah

ikut perang bersama Rasulullah. Menurutnya Allah menyukai orang

sepertinya, sehingga tidak ada alasan bagi Umar untuk menghukumnya.

Mendengar penjelasan tersebut, Umar meminta pertimbangan kepada

sahabat yang lain. Kemudian Ibnu Abbas memberikan opsi yang menyatakan

bahwa ayat di atas merupakan dalil bagi orang-orang terdahulu sebelum

12 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1996, hlm.223.

Page 20: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

7

diharamkannya khamr dan sebagai argumen bagi orang-orang munafik.

Kemudian Ibnu Abbas membacakan ayat al Quran:

$ pkš‰r'» tƒtûïÏ%©!$#(#þqãYtB#uä$ yJ ¯RÎ)ã• ôJ sƒø:$#çŽÅ£øŠyJ ø9 $#urÜ>$ |ÁR F{$#urãN» s9 ø—F{$#urÓ§ô_ Í‘ô ÏiBÈ@yJ tãÇ`» sÜ ø‹¤±9 $#

çnqç7 Ï^ tG ô_ $$sùöNä3ª=yè s9tbqßs Î=øÿè?ÇÒÉÈ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan .(QS AL-Maidah: 90)13

Selanjutnya Ali bin Abi Thalib ikut memberikan argumen, baginya

apabila seseorang meminum khamr, maka orang tersebut akan merasa

melayang (fly), setelah melayang orang tersebut akan berbicara seenaknya dan

membuat fitnah, sedangkan orang yang membuat fitnah harus dikenakan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali cambukan. Akhirnya Umar menghukum

laki-laki tersebut dengan 80 kali cambukan.14

Perdebatan ulama fiqih dalam menetapkan hukuman tambahan Umar

terhadap pemabuk dari 40 cambukan menjadi 80 cambukan sangat erat

dengan ketetapan had bagi peminum minuman keras. Selama ini hanya had

bagi peminum minuman keras yang tidak terdapat hitungan yang ditetapkan

dalam nash al Quran. Sehingga untuk menetapkan had bagi pemabuk harus

menelusuri ketetapan Sunnah Nabi.15 Untuk hadis yang menyatakan had bagi

peminum minuman keras adalah 40 cambukan.

13 Ibid., hlm.222.14 Muhammad Abdul ‘Aziz al Halawy, loc.cit.,hlm. 266.15 Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar Bin Khatab, diterjemahkan oleh Masturi

Irham dari Manhaj Umar bin Khatab fi at Tasyri”, Jakarta: Khalifa, 2005, hlm. 287.

Page 21: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

8

.

)( 16

Artinya: Dari Anas bin malik ra. Sesungguhnya telah dihadapkan kepadaNabi Saw. Seorang lelaki yang meminum khomr, lalu beliaumencambuknya dengan pelepah kurma kira-kira 40 kali cambukan.(HR. Muslim).

Jika mengambil ketetapan hadits tersebut, kebijakan Umar bin Khatab

dalam penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras sebanyak

40 kali adalah ta’zir.17 Akan tetapi, karena ketetapan tersebut tidak

berdasarkan nash al Quran, maka Umar berijtihad dengan menyesuaikan

keadaan demi sebuah kemaslahatan yang disesuaikan dengan kondisi

masyarakat, sebagaimana dilaksanakan Nabi pada masanya.18

Karena ketentuan pelaksanaan hukuman had oleh Rasulullah telah

menjadi ketetapan. Sedangkan Umar menetapkan tambahan cambuk sebanyak

40 kali, maka ketetapan tersebut bertentangan dengan hadis Nabi yang

menyatakan bahwa penambahan hukuman cambuk pada ta’zir tidak

diperbolehkan melebihi 10 cambuk. Lebih dari itu, suatu saat Umar pernah

menambahkan hukuman cambuk sebanyak 20 kali.19

. :

)( 20

16 Abu al-Husayn bin Hajjaj al-Qusyairy, Shahih Muslim, Bairut: Dar al Ihya’ al-Turasal-Arabiyyah, t.th, hlm. 116.

17 Menurut Imam Syafi’i dan satu riwayat dari pendapat imam Ahmad. Sedangkanmenurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah untuk peminum minuman keras adalah delapanpuluh kali jilid (dera). Abi Abdullah ‘Abdussalam ‘Alausi, Ibanatul Ahkam Syarh Bulugul Marom,Beirut: Darul Fikr, 2008, hlm. 117.

18 Muhammad Baltaji, loc.cit., hlm. 299.19 Penambahan hukuman jilid yang dilaksanakan pada seorang pemabuk ketika bulan

Ramadhan. Pemberian hukuman ta’zir dengan alasan menghormati bulan suci Ramadhan.Muhammad Ruwas Qal’aji, loc.cit., hlm. 83.

20 Abu al-Husayn bin Hajjaj al-Qusyairy, op. cit., hlm. 118.

Page 22: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

9

Artinya: Dari Abu Burdah Al Anshori, bahwa dia pernah mendengarRosulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda: seseorang tidakboleh di dera lebih dri sepuluh kali, melainkan hukuman telah jelasditetapkan oleh Allah Swt. (HR. Muslim)

Jika melihat hadis di atas penambahan hukuman untuk ta’zir dengan

cambukan melebihi 10 kali adalah dilarang. Hal tersebut terkait dengan esensi

dari ta’zir sendiri yaitu untuk mendidik.21 Pendapat ini disepakati oleh Imam

Ahmad, Ishak dan Syafi’iyah. Adapun lainya menyetujui bahwa ta’zir boleh

melebihi dari sepuluh cambukan, alasan tersebut melihat sunnah Umar yang

menambahkan 40 Cambuk.

Berbeda ketika penambahan yang dilakukan Umar bukanlah ta’zir

akan tetapi merupakan taysri dari jumlah had bagi peminum minuman keras.

Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat dalam menyimpulkan ketetapan

Umar dalam menambah hukuman Cambuk sebagai had bagi peminum

minuman karas. Adapun dalil hadis yang mendasari pemasalahan tersebut

sebagai berikut.

: :.

)( 22

Artinya: Diriwayaan dari muslim dari Ali bin Abi Thalibib dalam riwayatWalid ibnu uqbah: Nabi Muhammad Saw mencambuk empatpuluh sedangkan Abu Bakar empat puluh, dan Umar delapan puluh.Semua itu adalah sunnah dan ini lebih aku sukai. (HR. Muslim).

21 Menurut bahasa ta’zir dapat diartikan mencegah atau menolak, begitu juga dapatdiartikan mendidik. Menurut Abdul Qodir Audah dalam At tayri al Jinaiy Al Islamy yang relevandalam pengertian ta’zir adalah mencegah atau menolak, kemudian diartikan mendidik. Adapunsecara definitif menurut al Mawardi, ta’zir adalah hukuman yang mendidik atas perbuatan dosa(ma’siyat) yang hukumannya belum ditetapkan oleh Syara’. Sedangkan menurut Wahab Zuhailimemberikan definis hampir sama dengan al Mawardi, Ta’zir menurut syara’ adalaha hukumanyang ditetapkan atas perbuatan ma’siyat atau jinayah yang tidak dikenakan, Khudlori Bik, loc.cit., hlm. 685.

22 Abu al-Husayn bin Hajjaj al-Qusyairy, loc. cit., hlm. 117.

Page 23: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

10

Jika meneliti hadis diatas, ditemukan bahwa belum ada ketentuan pasti

terkait dengan hitungan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras. Ali

bin Abi Thalib menyatakan bahwa hitungan 40 kali yang dilaksanakan oleh

Rasulullah adalah sunnah begitu juga yang dilakukan Abu Bakar. Sehingga

semuanya bisa diakomodir sebagai landasan menetapkan hukuman.23

Bisa dipahami, apa yang dilakukan Umar dan sahabat yang lain terkait

dengan penambahan hukuman cambuk merupakan ketentuan sunnah. Hal

tersebut dikarenakan keadilan bagi sahabat tidak diragukan, selain itu

pendapat para sahabat dapat dijadikan landasan untuk istinbath hukum fiqih.

Akan tetapi permasalahan sesungguhnya terletak pada ketetapan yang telah

dilaksanakan Rasulullah, apakah ketetapannya diakui sebagai sunnah yang

mutlak wajib diikuti (had bagi peminum minuman keras)? atau sebatas

hukuman yang tidak terikat dan pelaksanaannya didasarkan kepada

kemaslahatan yang diperlukan. Akibat perbedaan inilah para ulama berbeda

pendapat terkait hukuman had bagi peminum minuman kerasa.

Menurut pendapat Imam Muhamad Nawawi ibnu Umar al Jawi,

tambahan yang dilakukan oleh Umar bin Khatab adalah ta’zir. Dengan alasan

bahwa ketetapan yang pasti dari hukuman peminum minuman keras adalah 40

cambukan sebagaimana ketetapan Rasul. Apabila 80 cambuk adalah had maka

tidak diperbolehkan meninggalkannya, sedangkan ketentuan yang pasti adalah

40 cambuk maka tambahannya adalah ta’zir. 24

23 Muhammad Baltaji, loc.cit., hlm. 293.24 Muhammad Nawawi al Jawi, Tausyih Ala Ibnu Qosim, Surabaya: Darul Ulum, t.th,

hlm. 248.

Page 24: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

11

Dalam kitab karangannya dia Tausyih Ala Ibnu Qosim

menambahkan: bagi yang menyatakan hitugan 80 adalah had, mereka

beralasan tidak akan ada ta’zir kecuali dalam jinayat yang mutlak dan had

yang telah ditentukan hitungannya dalam al Quran. Sedangkan had untuk

peminum minuman keras belumlah mutlak.25

Berbeda dengan pendapat Syeh Ibnu Ahim al Bajuri, menurutnya

hitungan 80 telah sesuai dengan nash, dan tidak ada pengecualian untuk

mengurangi atau menambah. Pembagian hitungan terdiri dari 40 yang telah

disepakati oleh Nabi Muhammad dan Abu bakar pada masanya, adapun

tambahan 40 terkait dengan akibat yang dilahirkan dari had mabuk itu sendiri.

Apabila seseorang mabuk maka ia akan berbicara sesuatu yang buruk, maka

apabila akibat yang dilahirkan menjurus kepada qhozaf atau iftara

hukumannya menjadi 80 cambukan. Hitungan tersebut disesuaikan dengan

had-had yang lain yang telah ditentukan jumlahnya dalam nash Al Quran.26

Menurut Syeh Ibnu Abdullah Abdussalam Alausi dalam kitab Ibanatul

Ahkam, bahwa tafsiran dalam kalimat jaridataini mempunyai dua makna,

apabila jaridataini diartikan satu kesatuan maka pukulan jumlah cambuk

keseluruhan adalah 40. Sedangkan pendapat lain bahwa jaridataini harus

dikembalikan kepada mufrodnya yaitu jaridah. Maka untuk satu jaridah 40

cambuk, sehingga jumlahnya menjadi 80 cambukan.27

25 Ibid., hlm. 249.26 Ibnu Qosim al Gozi, Hasyiah Syarh Ibnu Ahim al Bajuri, Beirut: Darul Fikr, 2005, hlm.

351.27 Abi Abdullah Abdussalam Alausi, loc. cit., hlm. 104.

Page 25: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

12

Pendapat yang berbeda disampaikan Imam ar Rofi’i, bahwa ta’zir

yang lahir dari Jinayat peminum minuman keras tidak dibatasi. Menurutnya

boleh lebih dari 80 cambuk ataupun tidak. Dengan alasan, ketetapan had yang

telah dikhususkan adalah 40, adapun 40 lainnya merupakan ta’zir. Ketika

ketentuan tambahan 40 adalah ta’zir, tidak ada keterikatan untuk menetapkan

40 cambukan. Menurutnya secara historis tambahan 40 adalah hasil ijma’

sahabat, sehingga tambahan tersebut bisa disesuaikan pula dengan keadaan

zaman sekarang.28 Meskipun begitu, karena itu adalah ijma’ sahabat sudah

seharusnya menjadi pertimbangan istinbath hukum.

Senada dengan pendapat Imam ar Rofi’i, pendapat Syeh Abu Bakar

Ibnu Muhammad Syata Addimyati dalam kitabnya anatuThalibibin.

Hitungan 40 cambukan merupakan kebiasaan yang ada pada zaman

Rasulullah, maka sangatlah terbuka untuk meyesuaikan dengan kebiasaan-

kebiasaan setiap zaman. Bisa disimpulkan bahwa hukuman peminum

minuman keras boleh disesuaikan dengan keadaan bisa 80 cambukan atau

kurang.29

Setelah mendapati akan perbedaan pendapat para ulama tentang

hukum dari penambahan cambuk bagi peminum minuman keras, tentunya

dibutuhkan analisis bagaimana sebenarnya alasan Umar bin Khatab dalam

menetapkan kebijakannya. Terkait dengan hal tersebut analisis sejarah sangat

28 Ibnu Qosim al Gozi, op.cit., hlm. 352.29 Dalam kitabnya Syeh Abu Bakar ibnu Muhammad Syato Addimyati tidak menjelaskan

secara mendetail apakah diperbolehkan kurang dari hitungan empat puluh. Apabila had dalamminuman keras hanya merupakan kebiasaan pada zaman rosululah, maka jika harus ditafsiri secaraheurmenetik bisa dianalogikan sesuai kebutuhan zaman. Sejauh ini beliau hanya menetapkandalam hitungan 80, lihat Abu Bakar ibnu Muhammad Syato Addimyati, anatutholibin, Baerut:Darul ‘Ashosoh, 2005, hlm. 177.

Page 26: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

13

menentukan bentuk hukum yang dapat diistinbathkan dari kebijakan Umar.

Realita sosial serta metodologi ijtihad ketika Umar mencoba keluar dari

kebiasaan yang selama ini dilakukan Nabi (Sunnah Nabi) dan Abu bakar akan

menjadi acuan terhadap bentuk penetapan hukum bagi peminum minuman

keras zaman sekarang.

Dalam sejarah perkembangan sosial masa pemerintahan Umar tidak

lepas dari pertentangan mentalitas jahiliyah dan mentalitas Islam. Masih

gemarnya masyarakat Arab dengan kesenangan khususnya meminum-

minuman keras membutuhkan usaha yang keras dalam penyadarannya. Tidak

mengherankan apabila ayat yang berkaitan dengan larangan meminum

minuman keras secara bertahap.30

Dalam menghadapi masyarakat Arab yang masih gemar meminum

minuman keras khususnya di Syam dan di luar Syam, Umar sangatlah tegas.

Tentunya memberlakukan hukum tersebut berdasarkan tujuan-tujuan tasyri

yang ditetapkan Rasul’.31 Dalam mengambil keputusan, Umar tidak lupa

mengikuti sunnah Nabi yaitu dengan musyawarah bersama sahabat. Dalam

musyawarahnya sahabat Ali bin Abi Thalib menyarankan: ”pendapat saya

didera dengan delapan puluh pukulan seperti hukum tuduhan palsu; sebab

kalau dia minum ia akan mabuk, kalau sudah mabuk mengigau, kalau sudah

mengigau berdusta”. maka, Umar mengikuti pendapat Ali bin Abi Thalib

30 Larangan meminum khomr dalam al Quran diturunkan sebanyak tiga kali secarabertahap yang terdapat dalam surat al Baqoroh: 219, Surat Annisa: 43, al Maidah: 90-91danAnnahl: 67.

31 Muhamad Husain Haekal, loc. cit., hlm. 740.

Page 27: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

14

yaitu menetapkan 80 cambukan bagi peminum minuman keras.32 Sebagian

pendapat usulan tersebut bukan dari Ali bin Abi Thalib, akan tetapi dari

Abdurahman bin Auf.33

Meskipun mengikuti pendapat sahabat Ali, hakikatnya keputusan

tersebut merupakan keputusan bersama. Antara sahabat muhajirin dan anshar

yang hadir pada waktu itu. Disamping keputusan bersama dan merupakan

ijma’. Umar mempunyai i’tikad bahwa maksud diberlakukanya had bertujuan

membersihkan dan memberikan efek jera bagi orang yang berma’siat. Maka

dengan tegas Umar menambahkan hukuman guna mencapai tujuan dari had.34

Bertolak dari pemikiran di atas penulis ingin mengetahui lebih dalam

mengenai kebijakan Umar dalam penerapan hukuman cambuk bagi peminum

minuman keras dan alasannya. Akhirnya, dalam penulisan karya ilmiah ini

penulis akan memberi judul “ Studi Analisis Kebijakan Umar Bin Khatab

Dalam Penerapan Hukuman Cambuk Bagi Peminum Minuman Keras”.

B. Rumusan Masalah

Untuk membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan sesuai

dengan titik tekan kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar

fokus. Ini dimaksudkan agar pembahasan dalam karya tulis ini, tidak melebar

dari apa yang dikehendaki. Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas,

ada beberapa rumusan masalah yang bisa diambil;

32 Muhamad Husain Haekal, loc. cit., hlm. 726.33 Abdurrahman bin Auf berkata bahwa had yang paling ringan (rendah) Adalah delapan

puluh kali dera, Umar akhirnya menyetujui pendapat tersebut. Ahmad Wardi Muslich, loc. cit.,hlm. 77.

34 Abi Abdullah ‘Abdussalam ‘Alausi, loc. cit., hlm. 105.

Page 28: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

15

1. Bagaimana ketentuan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras

yang ditetapkan Umar bin Khatab?

2. Bagaimana formulasi metodologis atas Ijtihad Umar bin Khattab dalam

penerapan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.?

3. Apa latar belakang serta alasan Umar bin Khatab dalam penambahan

hukuman cambuk bagi peminum minuman keras?

C. Tujuan Penulisan Skripsi

Tujuan dari penulisan karya ini sebenarnya adalah untuk menjawab

apa yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah diatas. Diantara

beberapa tujuan dari penelitin ini adalah.

1. Mengetahui ketentuan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras

yang ditetapkan Umar bin Khatab.

2. Mengetahui bagaimana formulasi metodologis atas Ijtihad Umar bin

Khattab dalam penerapan hukuman cambuk bagi peminum minuman

keras.

3. Mengetahui latar belakang serta alasan Umar bin Khatab dalam

penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.

D. Telaah Pustaka

Sejalan dengan permasalahan yang telah penulis paparkan diatas,

penulisan ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan hukum atas kebijakan

Umar dalam penerapan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras dan

Page 29: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

16

alasannya secara konferhensif dari nash sharih dan pendapat para ulama

klasik maupun kontemporer serta memberikan kesimpulan dari hasil

muqoronah dan penelitian tersebut. Disamping itu untuk mengetahui

metodologi yang dipakai Umar bin Khatab dalam ijtihadnya.

Selama ini bentuk ijtihad yang dilakukan Umar bin Khatab terkait

penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras dan yang

melatar belakangi hanya dapat dilacak dari karya-karya orang lain yang

tersebar dalam karya ilmiah para intelektual Islam, kitab klasik dan penulis

kontemporer yang peduli pada perubahan konsep fiqih.

Diantaranya skripsi karya Ali Masyari dengan judul Formulasi

Metodologi Fiqh Umar Ibn Khattab (Studi Atas Model Ijtihad Umar Ibn

Khattab Dan Signifikansinya Terhadap Pembaruan Hukum Islam) (Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo, 2007). Skripsi ini berisi metodologi ijtihad Umar

secara umum. Meskipun dalam beberapa contoh dibahas tentang kebijakan

Umar dalam penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras,

tetapi tidak secara mendalam sehingga tidak dapat menjawab seputar

permasalahan tersebut.

Skripsi karya Ali Mawahib dengan judul Studi Analisis Pendapat

Imam Syafi i Tentang Had Khamr (Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2007).

Skripsi ini berisi tentang metodologi yang di pakai Imam Syafi’i dalam

istinbath hukum terkait had bagi peminum minuman keras, yaitu al Quran,

Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.

Page 30: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

17

Selain skripsi, tesis karya Muhammad Baltaji dalam masternya di

Fakultas Syariah Universitas Kairo, yang berjudul Manhaj Umar Ibn Khathab

fii at-Tasyri: Diraasatu Mustaw abah li-Fiqhi Umar wa-Tandziimaatihi.

(Diterbitkan oleh Penerbit Khalifa dengan judul Metodologi Ijtihad Umar bin

al-Khathab, 2003). Di salah satu bab buku ini dibahas tentang metodologi

ijtihad Umar ibn Khatab terkait penambahan hukuman cambuk bagi peminum

minuman keras, akan tetapi dalam bahasannya tidak terdapat kesimpulan yang

tepat mengenai hukum dari penambahan hukuman cambuk bagi peminum

minuman keras.

Sampai saat ini penulis belum menemukan ada pembahasan secara

spesifik terkait permasalahan ketetapan hukum kebijakan Umar dalam

penerapan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras serta metodologi

yang dipakainya dalam berijtihad. Oleh sebab itu, penulis merasa perlu

melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah ini.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini akan difokuskan kepada istinbath hukum dari ketentuan

penerapan hukuman cambuk yang ditetapkan Umar bin Khatab, selama ini

ditemukan banyaknya perbedaan pendapat dari kalangan ahli fiqih.

Permasalahan tersebut terkait dengan ketentuan hukum dan batasan dari had

peminum minuman keras.

Page 31: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

18

1. Sumber Data

Karena penelitian ini merupakan studi terhadap atas hasil

pemikiran seorang dari seorang tokoh, maka data-data yang dipergunakan

lebih merupakan data pustaka. Penulis menggunakan data sekunder dan

data tambahan sebagai penunjang.

a. Data sekunder adalah data-data yang berasal dari orang kedua atau

bukan data yang datang langsung dari orang pertama. Artinya data ini

merupakan interpretasi dari seorang penulis terhadap buah pikir dan

kebijakan Umar bin Khattab. Diantara karya-karya yang mengupas buah

pikir dari Umar bin Khattab yang akan dipergunakan sebagai bahan

rujukan dalam penelitian ini adalah, Mausu ah Fiqh Umar Ibn Khattab,

Karya Muhammad Ruwas Qal’aji yang diterbitkan oleh Maktabah al

Falah Kuwait yang belum ada terjemahannya, Fatawa wa Aqdhiyya

Amirul Mu minin Umar Ibn Khathab yang ditulis oleh Muhammad

Abdul ‘Aziz al Halawy, yang diterbitkan oleh Maktabah al Qur’an,

Kairo, belum ada terjemahan. Selanjutnya buku Metedologi Ijtihad

Umar bin Al-Khattab karya Muhammad baltaji yang diterbitkan Khalifa,

Jakarta. Buku ini diterjemahkan oleh Masturi. Selain itu yang menjadi

rujukan utama adalah Umar bin Khatab Sebuah Telaah Mendalam

Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa Itu , yang ditulis

oleh Muhammad Husain Haekal yang diterbitkan oleh litera AntarNusa,

Jakarta.

Page 32: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

19

b. Data tambahan sebagai penunjang diantaranya: at Tasyri al Jinai

al Islami, yang ditulis oleh Abdul Qodir Audah, yang diterbitkan

oleh Muassasah Risalah, Beirut. Kitab Ibanatul Ahkam Sarh

Bulugul Marom, karya Abi Abdullah ‘Abdussalam ‘Alausi, yang

diterbitkan Darul Fikr, Beirut. Tarekh Tasyri al Islami (Sejarah

Pembinaan Hukum Islam) karya Khudlori Bik yang diterjemahkan

oleh Mohammad Zuhri, penerbit Darul Ihya Indonesia. Kitab

Tausyeh Ala Ibnu Qosim karya Muhammad nawawi al Jawi,

diterbitkan darul Ulum Surabaya tanpa tahun. Kitab Hasyiah

anatu Thalibin karangan Abu Bakar ibnu Sayid Muhammad

Syata ad Dimyati. Penerbit Darul Ashosoh Beirut. Kitab Kifayatul

Ahyar fi Hali Ghoyatul Ihtishor karya Imam Taqiyudin Abi bakar

Muhamad al Husna, penerbit Thoha Putra Semarang. Selain kitab-

kitab klasik buku sekunder lainnya adalam Hukum Pidana Islam

penulis Ahmad Wardi Muslich, penerbit Sinar Grafika Jakarta.

Adapun sebagai buku penunjang adalah Nalar Fiqih Kontemporer

penulis Hasbi Umar. penerbit Gaung Persada Press Jakarta. Buku

KH. Sahal Mahfudz Era Baru Fiqih Indonesia, penulis Sumanto al

Qurtubi, penerbit Cermin Yogyakarta.

Page 33: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

20

2. Metode Pengumpulan Data

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

kualitatif,35 karenanya metode pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode pengumpulan data library research36 yang

mengandalkan atau memakai sumber karya tulis kepustakaan. Metode ini

penulis gunakan dengan jalan membaca, menelaah buku-buku dan artikel

yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

3. Metode Analisis Data

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini pada dasarnya

merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam

kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan pola, tema

yang dapat dirumuskan sebagai hipotesa kerja.37 Jadi yang pertama kali

dilakukan dalam analisa data ini adalah pengorganisasian data dalam

bentuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan

mengkategorikannya. Tujuan pengorganisasian dan pengolahan data

tersebut adalah untuk menemukan tema dan hipotesa kerja yang akhirnya

diangkat menjadi teori.38

35 Adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakandalalm keadaan sewajarnya, atau sebagaimana aslinya (natural setting), dengan tidak dirubahdalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. Penelitian kualitatif ini tidak bekerja menggunakandata dalam bentuk atau diolah dengan rumusan dan tidak ditafsirkan / diinterpretasikan sesuaiketentuan statistik / matematik. Hadawi dan Mimi Martin, Penelitian Terapan, Yogyakarta:Gajahmada University Press, 1996, hlm. 174.

36 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset, 1997, hlm. 9.37 Anas Saidi, Makalah-makalah Metodologi Penelitian, (makalah tidak diterbitkan), hlm

43.38 Ibid.

Page 34: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

21

Berdasarkan data yang diperoleh untuk menyusun dan

menganalisa data-data yang terkumpul dipakai metode deskriptif-analitik.

Metode deskriptif-analitik ini akan penulis gunakan untuk melakukan

pelacakan dan analisa terhadap nash sharih serta pemikiran, biografi dan

kerangka metodologis pemikiran Umar bin Khattab. Selain itu metode ini

akan penulis gunakan ketika menggambarkan dan menganalisa pemikiran

Umar bin Khattab saat beliaunya melakukan formulasi ijtihadnya. Lebih

dari itu. penulis menggunakan metode ini untuk menganalisis pendapat

para ulama dalam memberikan kesimpulan tentang hasil ijtihad Umar

khususnya dalam masalah penambahan hukuman cambuk bagi peminum

minuman keras.

Kerja dari metode deskriptif-analitik ini yaitu dengan cara

menganalisis data yang diteliti dengan memaparkan data-data tersebut

kemudian diperoleh kesimpulan.39 Untuk mempertajam analisis, metode

content analysis (analisis isi) juga penulis gunakan. Content analysis

(analisis isi) digunakan melalui proses mengkaji data yang diteliti. Dari

hasil analisis isi ini diharapkan akan mempunyai sumbangan teoritik.40

39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,1992, hlm. 210.

40 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Rake Sarasin, 1996,hlm. 51.

Page 35: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

22

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas serta mempermudah dalam

pembahasan, maka secara keseluruhan dalam penelitian skripsi ini terbagi

menjadi lima bab, dimana setiap bab memiliki keterkaitan antara satu dengan

yang lainnya. Secara umum gambaran sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan

Berisi aspek-aspek utama penelitian yang meliputi: latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, telaah

pustaka, Metode penulisan skripsi ,sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Ketentuan umum tentang hukumam cambuk, ketentuan hukuman

cambuk dalam jarimah peminum minuman keras, penerapan

hukuman cambuk pada masa Nabi Muhammad, Abu Bakar serta

pendapat para ulama ketentuan hukuman cambuk dalam jarimah

peminum minuman keras dan kontroversi penerapan hukuman

cambuk pada masa sekarang.

Bab III : Biografi Umar bin Khatab, Kebijakan Umar bin Khatab dalam

penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras,

Metodologi serta ketetapan hukumannya.

Bab IV : A. Analisis Kebijakan Umar bin Khatab dalam penerapan

hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.

1. Metodologi ijtihad Umar bin Khatab dalam penambahan

hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.

Page 36: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

23

2. Ketetapan hukum kebijakan Umar bin Khatab dalam

penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.

B. Analisis terhadap alasan Umar bin Khatab dalam penambahan

hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.

Bab V : Merupakan akhir dari pembahasan skripsi ini yang meliputi

kesimpulan, saran-saran dan penutup.

Page 37: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

24

BAB II

KETENTUAN UMUM HUKUMAN CAMBUK DALAM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Hukuman Cambuk dan Cara pelaksanaannnya.

Hukuman cambuk dalam bahasa Arab disebut dengan Jild. Secara

etimologi Jild berasal dari bahasa arab jalada yajlidu yang berarti memukul

atau mendera41. Selain itu dapat diartikan pukulan cambuk.42 Adapun

Pengertian disini dibatasi kepada hukuman cambuk dalam syari’at Islam.

Yaitu hukuman yang terdapat dalam had peminum minuman keras, qozaf,

pezina ghoiru muhson dan ta’zir.43

Adanya ketentuan hukuman cambuk sesuai dengan ketentuan dalam al

Quran. Untuk hukuman pezina dan penuduh zina terdapat dalam surat an Nur:

èp u‹ ÏR#“9$#’ÎT#“9$#ur(#rà$ Î#ô_$$sù¨@ä.7‰Ïnºur$yJ åk÷]ÏiBsp s• ($ÏB;o t$ ù#y_(Ÿwur/ ä. õ‹è{ù' s?$yJ ÍkÍ5×p sùù&u‘’Îû

Èûï ÏŠ«!$#b Î)÷LäêZä.tbq ãZÏB÷s è?«!$$Î/ÏQ öq u‹ ø9$#urÌ• Åz Fy$#(ô‰pkô¶ uŠø9ur$yJ åku5#x‹tã×pxÿͬ!$sÛz ÏiB

tûü ÏZÏB÷s ßJ ø9$#ÇËÈ

Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralahtiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlahbelas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, danhari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka

41 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsiran al Quran, 1973, hlm. 89. Adapun dalam kamus munjid:

:). :.(:: lihat, Munjid fil Lughoh walA’lam, Bairut: Darul Masyrik, 1987, hlm. 86.

42 Farid ‘asroh dan wahid dahroh, Kitab at Ta rifat, Baerut: Darul Kitab al ‘Alamiyah,1988, hlm. 76.

43 Muhammad Ruwas Qal’aji, Mausu ah Fiqih Umar Ibn Khattab, Kuwait: Maktabah alFalah, t.th , hlm. 192.

Page 38: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

25

disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (an Nur:2)44

tûï Ï% ©!$#urtbq ãBö• tƒÏM» oY |Á ósßJ ø9$#§N èOóOs9(#q è?ù' tƒÏp yèt/ ö‘r' Î/uä !#y‰pkà­óO èdr߉Î=ô_$$sùtûü ÏZ» uK rO

Zo t$ ù#y_Ÿwur(#q è=t7 ø)s?öN çlm;¸o y‰» pky­#Y‰t/ r&4y7Í´ ¯» s9'ré&urãN èdtbq à)Å¡» xÿø9$#ÇÍÈ

Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera,dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya.dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.45

Dari kedua ayat diatas menerangkan bahwa hukuman cambuk

merupakan ketentuan yang disyari’atkan. Akan tetapi, secara inplisit belum

diterangkan bagaimana hukuman tersebut dilaksanakan dan bagaimanakah

ketentuannya.

Sebagaimana dalam pemberian sanksi dalam syariat Islam, tidak

seperti hukuman had lainnya, hukuman cambuk terkesan lentur dan tidak

mempunyai ketentuan baku. Sebagaimana dalam sebuah riwayat, salah

seorang sahabat yaitu Qudamah ibnu Madz’un terkena had hukuman cambuk.

Umar bin Khatab berkata: ”bawakan aku cambuk”, maka datanglahseorang membawakan cambuk, Umar mengambilnya dan berkata:”apakah kamu melakukan ini karena ada keterkaitan kerabat?”.Kemudian dibawakan cambuk yang pas dan akhirnya dilaksanakanhukuman cambuk.46

Dari riwayat di atas, Umar menetapkan asas kesamaan hak di mata

hukum, bahwa meskipun hukuman cambuk dapat disesuaikan dengan kondisi

44 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1996, hlm.223.

45 Ibid., hlm. 58746 Muhammad Ruwas Qal’aji, op.cit.,191.

Page 39: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

26

yang terhukum, Umar mengharuskan tidak ada indikasi nepotisme ataupun

kolusi, seluruhnya harus bedasarkan penilaian objektif.

Keterangan tersebut sesuai dengan sunah yang dilaksanakan Nabi

dalam hadis berikut:

: :

.47

Artinya: sesungguhnya seorang lelaki mengaku berzina dan menghadapRasul, akhirnya Rasul memanggil sahabat untuk diambilkan cambuk,kemudian didatangkan cambuk yang pecah ujungnya. Nabi berkata

lebih dari ini , kemudian didatangkan cambuk yang belumterpotong ujungnya. Nabi berkata antara keduanya . Makadidatangkanlah cambuk yang lentur yaitu yang telah sering dipakaiuntuk penunggang kuda, kemudian menyuruhnya (HR. Malik)

Keterangan diatas menunjukan bahwa hukuman dalam cambuk tidak

bermaksud untuk mendatangkan kemadaratan bagi terhukum. Dalam hukuman

cambuk, ketentuan had merupakan ketetapan. Akan tetapi, jika melihat

ketentuan asas hukum pidana Islam salah satunya harus mengandung manfaat

dan kondisional. Maka dalam pelaksanaannya hukuman cambuk dalam had

bisa fleksibel.48

Ketetapan tersebut sebenarnya tidak hanya berlaku untuk hukuman

cambuk, sebagaimana dalam hukuman qishos ataupun perzinahan. Dalam

47 Hadis Zaid bin Aslam adalah hadis mursal yang hanya mempunyai satu saksi yaituAbdurazak dari riwayat Muamar bin Yahya bin Abi Katsir dan semisalnya. Adapun lainnya dariibnu Wahab dari Kuriab Maula bin Abbas hadis ini dirwayatkan Imam Malik dalam al Muawta’ .Imam Al Syaukani, Nailul Autor,Jilid III, Baerut: Darul Kitab al ‘Alamiyah, t.th. hlm. 347.

48 Asas hukum pidana Islam merupakan landasan aturan pelaksanaan hukum pidanaIslam, yang kesemuanya diambil dari dalil al Quran maupun al Hadis. Yang terkait dengan Asaskondisional terdapat dalam al Baqoroh ayat 178 dan surat Annisa ayat 92. Adapun yang terkaitdengan asas pemaafan sesuai dalam al Maidah ayat 13 dan al ’Araf ayat 199.

Page 40: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

27

qishos terdapat asas pemafaan dan perdamaian, begitu juga dalam zina

terdapat asas praduga tidak bersalah. Dalam hadis yang lain:

:

: : :

: .

.

Artinya: diriwayatkan dari Abu Amamah bin Sahal dari Said bin Sa id binUbadah berkata: dilingkungan kami terdapat seorang lelaki yanglemah dan sakit, tidak ada yang mengurusi hidupnya kemudian diaberzina dengan budak perempuan pemimpinya. Kemudian Sa admenceritakan hal tersebut kepada Nabi, adapun lelaki tersebutseorang muslim. Nabi berkata: pukulah dia dengan had, merekaberkata wahai Rasulullah sesungguhnya dia lebih lemah dari apayang rasul sangka. Apabila kita memukulnya, maka kitamembunuhnya. Kemudian Nabi berkata ambilah gulungan berisiseratus ranting kemudian pukulah satu kali pukulan. Saad berkata

mereka mengerjakannya . Diriwatkan Imam ahmad dan Ibnumajah, juga Abi Daud yang makna riwayatnya dari Abi Amamah binSahal dan dari beberapa sahabat Anshor. Dari bagian riwayat berisiapabila kita membawa kepada hadapanmu ya Rasul, makatulangnya akan hancur, padahal dia hanya kulit yang membaluttulang.

49 Hadis Abi Amamah ini dikeluarkan juga oleh Imam Syafi’i dan Baihaqi dan berkata”ini adalah hadis yang terjaga kemursalannya dari Abi Amamah. Juga diriwayatkan Daruqutni dariPulaih dari Abi Sali dari Sahal bin Saad dan berkata ” sangat diragukan dari Pulaih adapun yangbenar adalah dari Abi Hazim dari riwayat Amamah bin Sahal bin Hunaif dari bapaknya. Jugadirwayatkan Tobroni dari hadis Abi Ammah bin sahal dari Abi Said al Hudri dan berkata” apabilabila jalur riwayat semuanya benar dan terjaga, maka Abi Amamah telah mendapatkannya dari parasahabat dan mengirimkannya kepada yang lain. Juga dirwayatkan Abu Daud dari Hadis Zuhri dariAbi Amamah dari seorang lelaki Anshor, adapun lafadznya:

" :

:

Begitu juga dikeluarkan oleh Nasai dari hadis Abi Amamah bin sahal bin Hunaif diriwayatkan daribapaknya dengan lafadz yang diriwyatkan Abi Daud, adapun dalam sanadnya Abdul ’ala bin Amiras Sa’labi. Dalam kitab Bulugul Marom menyatakan bahwa hadis ini hasan akan tetapidipertanyakan kemursalanya. Ibid., hlm. 348.

Page 41: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

28

Hadis diatas menerangkan kondisi secara umum bahwa hukuman

cambuk sangatlah kondisional. Jika secara umum hukuman cambuk sangat

kondisional, maka sangat memungkinkan bagi hukuman cambuk peminum

minuman keras lebih subjektif terkait penerapannya dalam mencapai tujuan

hukum.50

Sebagaimana menurut riwayat dari Abdurahman bin Abdullah binKhalid bin Ibrahim bin Ahmad al Farbari al Bukhori Abdulah binAbdul Wahab al Hajibi Khalid bin al Haris bin Sofyan Atsauri bin AbuHusain Berkata:” saya mendengar Amir Sa’ad an Nakhoi berkata” sayamendengar Ali bin Abi Thalib berkata: ”saya tidak akan menghukumhad seseorang kemudian dia meninggal kecuali bagi peminumminuman keras, maka meskipun dia dihukum mati tetap akandilaksanakan hukuman tersebut. Hal tersebut karena Rasul tidakpernah menyunahkannya”.51

Begitu juga sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

datang kepada Nabi seseorang yang meminum minuman keras, Nabi berkata:

”pukulah dia”, Abu Hurairah berkata: ”maka dari kita ada yang memukul

menggunakan tangan, ada juga yang menggunakan sandal bahkan dengan

baju”. Ketika semua orang telah pergi sebagian kaum ada yang berkata:

50 Yang dimaksud denga tujuan hukum adalah Tasyri ,Tasyri’ sendiri memiliki tigapondasi. Pertama, tidak adanya kesempitan sebaliknya harus bertujuan melapangkan. Kedua,memperingankan tidak memberatkan. Ketiga, tasyri dilakukan secara bertahap. Lihat KhudloriBik, Tarehk at Tasyri al Islamy, Mesir: Maktabah Tijariyah Qubra, 1965, hlm. 17.

51 Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin hazm al Andalusi, Al Mahalli, Jilid 13 Bairut:Darul Fikr, hlm.112. Hadis tersebut berbunyi:

: .

Artinya: diriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib, dia berkata: saya tidak akan mencambukseeorang ketika dia divonis hukuman mati dalam had, kecuali bagi peminum minuman keras makadiyatnya tetap harus dilaksanakan. Oleh karena Rasulallah Saw tidak menyunahkannya (HR,Muttafaq Alaih yaitu dari Abu Daud dan Ibnu Majjah).

Page 42: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

29

”semoga Allah melaknatmu” Nabi berkata: ”janganlah kalian begitu, yaitu

meminta syetan menolongnya”.52

Selain itu, sebagaimana diriwayatkan Bukhari dari Maki bin Ibrahimdari al Ja’di dari Yazid bin Hafshah dari Assaib bin Yazid berkata:”kita mendatangi peminum minuman keras pada zaman Rasul,kepemimpinan Abu Bakar dan pertengahan kekhilafahan Umar, kitamemukul dengan menggunakan tangan, sandal dan ranting. Sampailahpada kepemimpinan Umar maka peminum minuman keras dicambuksebanyak 40 kali, apabila meracau dan sampai fasik dikenakanhukuman sebanyak 80 kali”.53

Karena dalam sunnah tidak terdapat ketentuan pasti, para Ulama

mempunyai kriteria berbeda dalam pelaksanaan hukuman had, sebagaimana

pendapat Ibnu Qudamah dalam al Mugni terkait permasalahan penerapan

hukuman cambuk dalam had.

Bagi lelaki dalam seluruh bentuk hukuman had harus di cambuk

dengan menggunakan cambuk, dalam keadaan berdiri, tidak dibotaki,

dibentangkan, diikat dan wajahnya harus ditutup. Para ulama perbedaan

pendapat apakah lelaki dihukum dalam keadaan berdiri atau duduk. Menurut

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i terhukum harus dicambuk dalam

keadaan berdiri. Sebaliknya menurut Imam Malik dan Imam Hambali harus

dalam keadaan duduk karena Allah tidak memerintahkan untuk duduk, juga

52 Hadis tersebut berbunyi: : : :

: . : .

Artinya: diriwayatkna dari Abu Hurairah berkata: kehadapan kami dibawa seorang lelakiyang telah meminum minuman keras, maka Rasul berkata: pukulah dia, kemudian Abu Hurairohberkata: dari kita ada yang memukulnya dengan tangan, Sendal dan kain. Maka ketika orang itupergi, sebagian kami berkata ”semoga Allah menghinakan dia”. Kemudian Nabi berkata”janganlahkalian mengatakan hal itu, jangan kamu membantu setan terhadapnya. (HR Ahmad, Bukhori danAbu Daud).

53 Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al Muqoddasi Abu Muhammad, Almugni fi fiqhilImam Ibnu Hambal asy Syaibani, jilid 10, Bairut: Darul Fikr, hlm.113.

Page 43: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

30

dikarenakan orang yang terkena hukuman cambuk dalam had disamakan

dengan wanita.54

Adapun Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa setiap anggota tubuh

(jasad) mempunyai haknya dalam had kecuali wajah dan kemaluan. Adapun

bagi orang yang dicambuk maka pukulah lalu tutuplah kepalanya dan

wajahnya kemudian harus dalam keadaan berdiri karena hal tersebut

merupakan alasan untuk memberikan setiap anggota tubuh haknya dari

pukulan. Jika dikatakan bahwa Allah tidak memerintahkan untuk dilaksanakan

hukuman dengan berdiri, begitu juga Allah tidak memerintahkan dihukum

dengan cara duduk. Maka harus mengamalkan dengan dalil yang lain.55

Pada dasarnya tidak diperkenankan mengkiaskan laki-laki kepada

perempuan dalam hal penerapan hukuman had. Karena sesungguhnya wanita

dikuatirkan terbuka auratnya dengan cara tersebut. Perempuan ataupun laki-

laki mendapatkan hak yang sama dalam penerapan pukulan yaitu untuk

mendapatkan hak bagi setiap angggota tubuh, kecuali anggota tubuh vital yang

dapat menyebabkan kematian yaitu kepala, wajah dan kemaluan. Menurut

pendapat Imam Malik tempat pukulan adalah punggung dan yang hampir

mendekati punggung, sedangkan menurut Abu Yusuf untuk kepala dapat

dipukul juga karena Ali tidak melarangnya.

Dalam anggota yang dilarang, Ibnu Qudamah sependapat dengan

Imam Malik, yaitu selain dari tiga anggota tubuh tersebut tidak dapat

membunuh seseorang. Adapun yang dimaksud Abu Yusuf dengan

54 Ibid., hlm.114.55 Ibid.

Page 44: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

31

memperbolehkan pukulan untuk kepala merupakan pelajaran tidak sampai

membunuhnya.

Adapun terkait dengan mengikat terhukum, Ibnu Mas’ud berpendapat

hal tersebut bukan bagian dari syari’at Islam, karena selama ini para sahabat

mencambuk terhukum tidak pernah mengikatnya. Lebih dari itu, para sahabat

membiarkan terhukum dengan menggunakan baju bahkan dua baju. Berbeda

apabila yang menutupinya adalah jubah atau baju musim panas yang dapat

mempengaruhi pukulan, jika terhukum masih menggunakannya maka pukulan

tidak akan terasa. adapun menurut Imam Malik bahwa pukulan diharuskan

langsung mengenai badan.56Adapun menurut Ibnu Mas’ud tidak ada

perbedaan pendapat ulama bahwa Allah Swt tidak memerintahkan untuk

menelanjangi terhukum, akan tetapi memerintahkan untuk dicambuk, sehingga

barang siapa yang mencambuk diatas baju seseorang maka dinggap telah

dicambuk.

Sedangkan alat yang digunakan untuk mencambuk diharuskan sebuah

cambuk, kecuali dalam had bagi peminum minuman keras. Sebagian pendapat

ulama memperbolehkan menggunakan tangan, sandal dan baju. Adapun

alasannya sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah ”maka dari kita

ada yang memukul menggunakan tangan, ada juga yang menggunakan sandal

bahkan dengan baju”. Pada dasarnya, Nabi memberlakukan ketentuan tersebut

dalam rangka memulai sebuah aturan baru.57

56 Ibid.,hlm. 115.57 Sebagaimana turunnya ayat khamer secara bertahap yaitu dalam al Quran diturunkan

sebanyak tiga kali yang terdapat dalam surat al Baqoroh: 219, Surat Annisa: 43, al Maidah: 90-91dan Annahl: 67.

Page 45: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

32

:: )58(

Artinya: Dirwayatkan dari Abu Hurairoh Sesungguhnya didatangkan seoranglaki-laki yang meminum minuman keras kepada Nabi MuhammadSAW, kemudian Nabi berkata: pukulah dia, Abu Hurairohberkata: dari kita ada yang memukulnya dengan tangan, sandal danbaju.(HR. Abu Daud)

Jika melihat hadis Rasul yang lain yaitu ”jika seseorang meminum

minuman keras maka cambuklah dia”. Dari ketentuan tersebut dapat diambil

kemaklumannya bahwa alat yang digunakan adalah cambuk sebagaimana

disyariatkan dalam hukuman cambuk bagi pezina. Sedangkan para

khulafaurrasyidin dalam penerapannya menggunakan cambuk.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam hukuman cambuk.

Pertama, Jalid (orang yang mencambuk). Dalam hal ini orang yang

berwenang atau diberi wewenang oleh seorang sultan atau khalifah. Adapun

persyaratan bagi seorang yang mencambuk diantaranya harus mempunyai

porsi tubuh yang sedang-sedang saja. Bukan orang yang terlalu kuat ataupun

sebaliknya terlalu lemah. Orang tersebut mempunyai pengetahuan tentang

seluk beluk hukuman cambuk. Diriwayatkan bahwa Umar memilih porsi

seorang algojo untuk mencambuk yaitu Ubaidullah Ibnu Abi Malikah.59

Kedua, sauth (cambuk), seperti halnya syarat orang yang mencambuk,

cambuk yang dipergunakan haruslah yang biasa saja dan diusahakan lentur.

58 Al Syaukani, loc.cit., hlm. 363.59 Muhammad Ruwas Qal’aji, loc.cit., hlm.193.

Page 46: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

33

Tidak terlalu pendek atau sebaliknya terlalu panjang dan keras. Adapun

tujuannya supaya tidak menyakitkan orang yang dicambuk.60

Dari riwayat yang lain, yaitu ketika Umar akan melaksanakan

hukuman had. Dibawakan baginya cambuk, Umar berkata: ”bawakan aku

cambuk yang lebih lentur”, merasa kurang pas Umar meminta cambuk yang

lebih keras. Kemudian Umar berkata: ”pukulah dan jangan sampai terlihat

ketiak, berikanlah setiap anggota sesuai haknya.61

Ketiga, Majlud (orang yang dicambuk atau terpidana), bisa

dikarenakan terkena had ataupun terkena ta’zir. Meskipun seorang itu sedang

dalam keadaan sakit, maka ketetapan hadnya sama yaitu dicambuk.

Sebagaimana dalam salah satu riwayat bahwa Umar menghukum sahabat

Qudamah dengan had khamr meskipun dalam keadaan sakit.62 berbeda dengan

had, ketika seorang mendapatkan hukuman ta’zir, maka tidak boleh

dilaksanakan hukuman samapai seseorang tersebut sehat.

Keempat, sifat al jild (sifat hukuman cambuk), ada beberapa syarat

ketika seseorang melaksanakan hukuman cambuk. Diantaranya, tidak

diperkenankan untuk memukul dengan sangat keras sehingga mencelakakan

dan mengoyak kulit. Dalam sebuah riwayat, Umar mengirimkan seseorang

untuk dicambuk kepada Mu’thi ibnu Aswad al ’Adawi. Ketika Umar melihat

hukuman yang dikenakan sangatlah keras, Umar berkata: ”apakah kamu mau

60 Dalam Bahasa Arab yang dinamakan cambuk adalah sebagaimana dalamkamus munjid:

:. : lihat, Munjid fil Lughoh wal A’lam,loc.cit.,hlm. 363.

61 Muhammad Ruwas Qal’aji, loc.cit., hlm.194.62 adapun tata caranya sesuai dengan ketatapan dalam hadis Zaid bin Aslam yaitu dengan

segenggam dari seratus lidi atau ranting. Imam Al Syaukani, loc.cit., hlm. 365.

Page 47: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

34

membunuhnya, berapa kalikah kamu memukulnya?”,”delapan puluh” jawab

Mu’ti. Kemudian Umar menyuruh untuk menghentikan pukulan dan jadikan

pukulan yang keras itu sebagai pengganti dari dua puluh sisanya.

Kelima, al makan li iqomat al jild (tempat hukuman jild dilaksanakan).

Tempat untuk melaksanakan hukuman cambuk bisa dilaksanakan dimana saja,

kecuali tempat yang tidak diperbolehkan untuk pelaksanaan hukuman had.63

Lain dari itu, bagi hukuman had diharuskan membedakan antara

bagian tubuh yang menerima hukuman cambuk, sebaliknya dalam ta’zir tidak

terdapat aturan. Disyaratkan pula hukuman cambuk berdasarkan kemaslahatan

bukan berdasarkan ingin menolong yang menyebabkan tidak objektifnya

hukuman cambuk.

Dalam kitab Alkafi ketentuan mencambuk lebih spesifik kepada

peminum minuman keras, dengan hukuman 80 kali cambukan terhukum

dicambuk menggunakan cambuk dan harus melepas pakaian, akan tetapi tanpa

di penjara atupun diusir dari kampung halaman.

Untuk ketentuan dalam pelaksanaan hukuman cambuk juga perlu

memperhatikan beberapa ketentuan. Diaharapakan pukulan diantara pukulan

yang keras dan pukulan yang pelan. Cambuk yang dipakai merupakan cambuk

pertengahan tidak terlalu besar maupun kecil.65Diambil dari musim antara

63 Muhammad Ruwas Qal’aji, loc.cit., hlm.192.64 Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Abdul Bari al Qurtubi, Alkafi fi Fiqhi Ahlilmadinah

(Maktabah Syamilah), jilid 2, Bairut: Darul Kutub al Ilmiah, hlm. 210.65 Sebagaimana pelaksanan hukuman cambuk di negri serambi mekah, syaratnya

menggunakan rotan berdiameter 0,75-1 centimeter, panjang satu meter, dan tidak mempunyaiujung ganda. Pencambuk adalah anggota Wilayatul Hisbah (Polisi Syariat Islam). Hukumancambuk dilaksanakan di tempat terbuka agar dapat disaksikan oleh orang banyak dengan dihadirijaksa dan dokter. Tempat pencambukan di atas alas berukuran minimal 3×3 meter.

Page 48: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

35

panas dan dingin, posisi terhukum harus duduk tidak ditali kemudian dipukul

bagian punggungnya dan dua pundak tidak semua anggota tubuh. Untuk

wanita disamakan dengan laki-laki yaitu dengan kedaan duduk, perbedaannya

terletak penutup aurat yang harus menyeluruh.66 Sebelum pelaksanaan diharap

untuk memaparkan ketentuan dalam penerapan hukuman cambuk.

Untuk waktu pelaksanaannya tidak dipisah antara hari pelaksanaan dan

besoknya, kecuali ditakutkan akan membahayakan terhukum. Untuk

selanjutnya tidak mencambuk seorang terhukum dalam keadaan mabuk

sampai dia dapat merasakan sakit juga tidak dalam keadaan sakit. Untuk

wanita hamil ditunggu sampai melahirkan, untuk yang meminum pada bulan

Ramadan ditambah dengan ta’zir pada bulan itu juga. Sebagaimana yang telah

dilaksanakan oleh Amir Ibnu Zubair, bagi orang yang menghukum diharapkan

tidak orang yang teralu kuat juga tidak terlalu lemah.67

Posisi pencambuk berdiri di sebelah kiri terhukum. Jarak pencambuk dengan terhukum0,75-1 meter dengan wilayah pencambuk di punggung (bahu sampai pinggul). Jarak tempatpencambukan dengan masyarakat yang menyaksikan paling dekat 10 meter.

Pencambukan dihentikan sementara apabila terhukum mengalami luka dan diperintahkanoleh dokter berdasarkan pertimbangan medis atau terhukum melarikan diri sebelum hukumanselesai dilaksanakan.

Terhukum tetap diharuskan memakai baju tipis yang menutup aurat yang telah disediakanserta berada pada posisi berdiri tanpa penyangga bagi terhukum pria dan dalam posisi duduk bagiterhukum perempuan.

Terhukum paling sedikit akan menerima enam kali dan paling banyak delapan kalicambukan. www.solusihukum.com

66 Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al Muqoddasi Abu Muhammad, loc.cit., hlm. 115.67 Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al Muqoddasi Abu Muhammad, loc.cit., hlm. 116.

Page 49: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

36

B. Ketentuan Hukuman Cambuk dalam Jarimah Peminum Minuman Keras

Meskipun hukuman cambuk bagi peminum minuman keras sangatlah

subjektif karena tidak terdapat dalam al Quran. Semua ulama fiqih sepakat

bahwa meminum minuman keras merupakan jarimah yang hukumannya

adalah had. Alasan penetapannya tidak terlepas dari konsekuensi

pengharamannya dalam nash.

Menurut Imam Taqiyudin dalam kitab Kifayatul Ahyar terkait alasan

bahwa hukuman had bagi peminum minuman keras wajib dilaksanakan karena

meminum minuan keras merupakan dosa besar yaitu penyebab hilangnya akal,

maka ketentuan tersebut telah menjadi suatu kemadaratan yang berlaku

diseluruh kepercayaan. 68

Dalam Islam peminum minuman keras dapat dikatagorikan fasiq,

karena menjaga akal termasuk asasiah yang lima dan telah tertera dalam kitab

Allah. Seabagaimana dirwayatkan dari Imam Malik beliau mendengar bahwa

Rasulullah berkata: ”akan menjadi sebagain kaum dari ummatku

menghalalkan berjudi dan minuman keras, taruhan dan lainnya”. Perkataan

Imam Malik memang sesuai dengan hadis yang dirwayatkan dari Abu

Hurairah:

: :

.

68 Taqiyudin Abi Bakar bin Muhammad al Husaini, Kifayatul ahyar fi Hali GoyatulIhtishor, jilid 2, Damaskus: Darul Khoir, 1994. hlm. 178.

69 Al Syaukani, loc.cit., hlm. 525

Page 50: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

37

Artinya: dari Abdurahman bin Ghonmin berkata: telah dikabari dari AbuAmir atau Abu Malik al Asyari mendengar bahwa Nabiberkata: akan menjadi sebagian dari ummatku menghalalkan farjiwanita, kain sutra, minuman keras dan alat musik (HR. Bukhori)

Begitu juga sebagaimana diriwayatkan Malik al Asy’ari, bahwa

sebagaian manusia dari ummat Nabi akan meminum minuman keras dan

menamainya bukan dengan namanya juga besenang-senang dengan taruhan

dan memainkan alat musik di atas kepalanya, maka Allah

menenggelamkannya dan menjadikan mereka kera dan babi adapun alat

musik adalah alat untuk bersenang senang. Sebagaimana pendapat sahabat,

adapun perasan anggur yang terlalu dan dicampur dengan sari kurma dan sari

keju haram secara ijma’ meskipun itu banyak ataupun sedikit.70 Ungkapan

tersebut sesuai dengan hadis:

.

Artinya: manusia dari ummatku akan gemar meminum Khamr dengan namayang lain, mereka terlena dengan alat musik diatas kepalanya dannyanyian-nyanyian, maka Allah menenggelamkan mereka ke bumidan menjadikan diantara mereka kera dan babi. (HR. Ibnu Majah)

Konsekuensi dari hadis di atas adalah menghukumi khamr haram bagi

peminumnya, dan barang siapa yang menghalalknnya seseorang tersebut telah

menjadi kafir, sebagaimana perintah Nabi bahwa sesuatu yang memabukan

banyak ataupun sedikit jika diminum maka hukumnya haram.

70 Taqiyudin Abi Bakar bin Muhammad al Husaini, op.cit.,hlm 17871 Hadis tersebut sebenarnya merupakan terusan dari hadis riwayat al Bukhori tentang

kesenangan dunia. Imam Al Syaukani, loc.cit., hlm. 525

Page 51: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

38

Dalam perkembangannya ketatapan hukuman cambuk bagi peminum

minuman keras bisa dilihat dari nash yang menetapkan keharamannya.

Menurut Ibnu Qoyim, hikmah ditasyri’kannya hukuman had bagi peminum

minuman keras berdasarkan ayat al Quran surat al Maidah ayat 90:

$pkš‰ r' ¯» tƒtûï Ï% ©!$#(#þq ãY tB#uä$yJ ¯RÎ)ã•ôJ sƒø:$#çŽÅ£ øŠyJ ø9$#urÜ>$|ÁRF{ $#urãN» s9ø— F{ $#urÓ§ô_Í‘ô ÏiB

È@yJ tãÇ`» sÜø‹ ¤±9$#çnq ç7 Ï tG ô_$$sùöN ä3 ª=yès9tbq ßsÎ=øÿè?ÇÒÉÈ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.72

Dalam hal ini Ibnu Qoyim membagi dua alasan pokok mengapa

Khamr diharamkan sehingga ditetapkan had bagi pelakunya, pertama

dikarenakan akan membawa permusuhan dan saling perpecahan diantara

kaum muslimin. Kedua dapat melalaikan seseorang dari shalat. Yang

mendasari semuanya itu tidak lain adalah hilangnya akal. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kerusakan disebabkan oleh hilangnya akal begitu pula

sebaliknya, kemaslahatan tidak dapat dicapai kecuali dengan akal. 73

Dia menambahkan, efek yang dari kecanduannya generasi muda dalam

minuman keras ialah kehancuran sebuah negara. Alasan yang mendasar

dengan hilangnya akal seseorang akan melakukan kerusakan yang tidak

terkontrol, orang akan kehilangan harta bendanya. Akan tetapi menurut Ibnu

72 Departemen Agama RI, loc.cit., hlm. 55873 Bakar Abdullah Abu Zubaid, Alhudud Watta zir Inda Ibnu al Qoyim, Riyadh: Darul

Ashosoh, 1415. hlm. 267.

Page 52: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

39

Qoyim pengharaman dalam minuman keras bukan terkait hukuman akan tetapi

pencegahan.74

Ibnu Qoyim memberikan penjelasan terkait hikmah dibalik penetapan

hukuman cambuk dalam had bagi peminum minuman keras. Disamping untuk

membersihkan pelaku dan pelajaran baginya, juga untuk menjadi pelajaran

untuk yang lain. Dalam hal ini Ibnu Qoyim dipihak yang mengatakan bahwa

Syari’ah ditetapkan sebagai pembeda dari dua hal yang sama dan penyatu bagi

dua hal yang berbeda. Hal tersebut untuk menetapkan hukuman cambuk bagi

peminum minuman keras tidak sampai kepada hukuman mati. Karena

sesungguhnya disyariatkannya sesuatu sesuai kemadaratan dan kerusakanya.

Karena ketetapan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras

tidak terdapat dalam al Quran. Maka kita harus mencari ketentuan yang

didapat atau ditemukan dalam sunnah Nabi, adapun yang mendasarinya

sebagaimana dalam hadis Rasul:

: : . :

.

Artinya: dari Abdullah bin Amar berkata: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa yang meminum minuman keras maka cambuklah dia, apabilamengulangi maka cambuklah dia, apabila mengulangi cambuklah dia,apabila masih mengulangi maka bunuhlah dia. Abdullah bekata:

berikan kepadaku seorang lelaki peminum minuman keras yangkeempat kalinya maka untuk kalian aku akan membunuhnya . (HRAhmad)

74 yang dimaksud dari Ibnu Qoyim bahwa keharaman yang ditentukan untuk pencegahandan menjaga akal, karena sesungguhnya ada sebagian kaum yang diharamkannya seseuatu sebagaihukuman. Sebagaimana dalam surat Annisa ayat 160. Ibid.

75 Al Syaukani, loc.cit., hlm. 369.

Page 53: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

40

Berbagai golongan dari para ulama berbeda pendapat terkait dengan

menetukan hukuman cambuk, ada yang berpendapat bahwa Rasul tidak

menentukan hukuman cambuk kecuali sahabat setelah Rasul. Sebagian lain

berpendapat tidak ada sama sekali had dalam jarimah peminum minuman

keras karena Rasul sama sekali tidak pernah mewajibkannya. Lainnya

berpendapat bahwa Rasul menetapakan had akan tetatapi setelah itu timbulah

perbedaan pendapat.76 Ketentuan hukuman cambuk ini dibatasi terhadap

hitungan yang diperdebatkan para ulama setelah masa para sahabat.

Menurut Abdul Qodir Audah ketentuan hukuman cambuk belum

ditentukan kecuali ketika masa khalifah Umar bin Khatab sebanyak 80 kali

cambukan. Yaitu ketika mendapatkan saran dari sahabat Ali bin Abi Thalib.

Adapun argumen yang yang dikemukakan Ali terkait dengan akibat yang

timbul karena meminum minuman keras.77

Menurut Muhammad Baltaji, hukum yang ditetapkan Umar bin Khatab

bukanlah suatu ketentuan yang pasti, tidak adanya ketentuan yang ditetapkan

pada masa Rasul ataupun sahabat, dalam hal ini hukuman cambuk

dikembalikan kepada kemaslahatan yang terjadi pada setiap qurun.78

Beberapa pendapat tentang hukuman cambuk di kalangan para Ulama,

menurut Imam Malik dan Abu Hanifah berdasarkan riwayat dari Imam

Ahmad hukuman cambuk bagi peminum minuman keras adalah 80 kali

76 Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Hazm al Andalusi, loc.cit., jilid 13, hlm. 113.Dan dalam kitab Nailul Autor,hlm. 364.

77 Abdul Qodir Audah, Tasyri Aljinai al Islami Muqoronan bil Qonunil Wad i, Jilid II,Bairut: Muassaah Risalah, 1968. hlm 506.

78 Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar Bin Khatab, diterjemahkan oleh MasturiIrham dari Manhaj Umar bin Khatab fi at Tasyri”, Jakarta: Khalifa, 2005, hlm. 287.

Page 54: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

41

cambukan. Sedangkan menurut Imam Syafi’i berdasarkan riwayat lain dari

Imam Ahmad sebanyak 40 kali cambukan, akan tetapi tidak apa-apa kalau

seorang Imam menambahnya sampai 80 kali cambukan. Maka 40 cambuk

merupakan had sedangkan sisanya adalah ta’zir. Abu Hanifah sendiri tidak

membedakan antara orang yang mabuk atau yang meminum minuman keras

dalam hukuman.79

Adapun penyebab dari perbedaan pendapat Ulama dalam hitungan

dikarenakan dalam al Quran tidak membatasi had bagi peminum minuman

keras. Sedangkan dalam riwatnya Rasul ataupun para sahabat

(Khulafaurrasyidin) belum menetapkan secara bersama batasan had cambuk

bagi peminum minuman keras.

Rasulullah sendiri melaksanakan hukuman cambuk berdasarkan

banyak dan sedikitnya seseorang mabuk atau meminum minuaman keras,

adapaun batasannya beliau tidak pernah melebihi dari 40 kali cambukan.

Sampai datanglah masa Abu Bakar mencambuk peminum minuman keras

sebanyak 40 kali cambukan, setelah sebelumnya menanyakan kepada sahabat

Rasul, berapa kali Rasul melaksanakan hukuman cambuk bagi peminum

minuman keras.80

Ketika datang masa Umar bin Khatab, masyarakat waktu itu sangat

gemar meminum minuma keras. Maka umar bermusyawarah dengan para

sahabat, akhirnya menerima usulan dari Abdurhman bin Auf yaitu 80 kali

cambukan dengan alasan bahwa ukuran paling sedikit dari had adalah 80 kali

79 Ibid., hlm. 28980 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hlm. 245.

Page 55: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

42

cambukan. Kemudian Umar menyebarkannya kepada Khalid ibnu Walid dan

Abu Ubadah di Syam.81

Adapun menurut Ali bin Abi Thalib dari hasil musyawarah bahwa

hukuman bagi peminum minuman keras disamakan dengan hukuman qozaf,

dengan alasan bahwa apabila seseorang mabuk akan menuduh seperti

layaknya orang yang melakukan jarimah qozaf.82

Dalam satu riwayat bahwa Ustman bin Affan didatangi Walid bin

’Uqbah yang menemukan seorang pemabuk dengan laki-laki lain sebagai

saksi, yang satu bersaksi bahwa pelaku meminum khamr sedangkan lainnya

bersaksi bahwa pelaku memuntahkannya, Umar berkata, dia tidak akan

memuntahkannya sebelum dia meminumnya.

Kemudian Ustman berkata kepada Ali laksanakanlah had, maka Ali

berkata kepada Adullah bin Ja’far laksanakanlah had, kemudian diambilah

cambuk untuk pelaksanaannya. Kemudian Ali memutuskan untuk memukul

40 kali dan berkata: ”cukuplah sebagaimana Nabi mencambuk yaitu 40 kali.

Abu Bakar 40 kali dan Umar 80 kail, kesemua itu adalah sunnah dan ini lebih

aku sukai”.83hal tersebut sesuai dengan hadis:

: :.

)( 84

Artinya: Diriwayaan dari muslim dari Ali bin Abi Thalib dalam riwayat Walidibnu uqbah: Nabi Muhammad Saw mencambuk empat puluh

81 Abdul Qodir Audah, loc.cit., hlm. 506.82 Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khatab (Sebuah Telaah Mendalam Tentang

Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa itu) diterjemahkan Ali Audah, Jakarta: LiteraAntarNusa, 2008, hlm. 727.

83 Abdul Qodir Audah, loc.cit., hlm. 507.84 Abu al-Husayn bin Hajjaj al-Qusyairy, Shahih Muslim, Bairut: Dar al Ihya’ al-Turas al-

Arabiyyah, t.th, hlm. 117.

Page 56: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

43

sedangkan Abu Bakar empat puluh, dan Umar delapan puluh. Semuaitu adalah sunnah dan ini lebih aku sukai. (HR. Muslim).

Terkait dengan ketentuan cambuk bagi peminum minuman keras yang

berbeda dengan had lainnya, Sebagaimana diriwatkan Ali bin Abi Thalib, dia

berkata: ”saya tidak melaksanakan had kepada seseorang kemudian dia

meninggal (dihukum mati). Kecuali bagi peminum minuman keras diatnya

tetap aku laksanakan, karena Nabi tidak mencontohkan kepada

kita”.85penuturan tersebut sesuai dengan hadis:

:

.Artinya: diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dia berkata: saya tidak akan

mencambuk seeorang ketika dia divonis hukuman mati dalam had,kecuali bagi peminum minuman keras maka diyatnya tetap harusdilaksanakan. Oleh karena Rasulullah Saw tidak menyunahkannya(HR, Muttafaq Alaih yaitu dari Abu Daud dan Ibnu Majjah).

Adapun berbedaan pendapat para ulama yang menyetujui 80 kali

cambukan, berdasarkan bahwa hitungan tersebut adalah ijma’ sahabat.

Sedangkan ijma’ merupakan salah satu sumber hukum. Adapun yang

berpendapat 40 kali mendasari pendapatnya dari peristiwa Ali mencambuk

Walid bin Uqbah sebanyak 40 kali dengan perkataannya bahwa Nabi

mencambuk sebanyak 40, Abu bakar 40 kali dan Umar 80 kali dan aku lebih

menyukai ini (80 kali cambukan ). Ulama yang setuju dengan hitungan 40

berpendapat bahwa apa yang dikerjakan Nabi merupakan hujjah, maka tidak

85 Dalam ketetapan hukuman terpidana mati, semua hukuman dalam ketentuan hadataupun qishos dituntaskan dengan hukuman mati, berbeda dengan hal tersebut untuk ketetapanhukuan had bagi peminum minuman keras. Muhammad Baltaji, loc.cit.,hlm. 289.

86 Al Syaukani, loc.cit., hlm. 369.

Page 57: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

44

boleh meninggalkannya. Adapun ijma’ tidak berlaku bagi pekerjaan yang

menyalahi Nabi, Abu Bakar dan Ali, adapun tambahan Umar dapat

dikatagorikan sebagi ta’zir.87

C. Penerapan Hukuman Cambuk Bagi Peminum Minuman Keras MasaNabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA

Sumber mutlak yang bisa dijadikan rujukan untuk mengetahui

ketetapan Rasul pada zamannya adalah riwayat hadis. Sehingga dalam

pembahasan penerapan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras lebih

spesifik kepada penafsiran riwayat hadis yang berkaitan.

: : . :

.)(

Artinya: dari Abdullah bin Amar berkata: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa yang meminum minuman keras maka cambuklah dia, apabilamengulangi maka cambuklah dia, apabila mengulangi cambuklah dia,apabila masih mengulangi maka bunuhlah dia. Abdullah bekata:

hadapkan kepadaku seorang lelaki peminum minuman keras yangkeempat kalinya maka aku akan membunuhnya . (HR Ahmad)

Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis diatas bahwa ketentuan

hukuman bagi peminum minuman keras pada zaman nabi adalah hukuman

Cambuk. Hadis diatas sekaligus menerangkan bentuk ketentuan had bagi

peminum minuman keras yang dalam al Quran tidak disebutkan bentuk

87 Abdul Qodir Audah, loc.cit., hlm. 50688 Hadist ini diriwayatkan juga oleh al Harats ibn Abi Usamah dalam musnadnya. Derajat

hadis ini Munqoti . lihat Teungku Muhammad Hasybi as Sidqi, Koleksi Hais-hadis Hukum,Semarang: PT Pustaka Rizki Utama, 2001, hlm 195. juga di Syaukani, loc.cit., hlm. 369.

Page 58: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

45

hukumannya. Berbeda dengan hal tersebut, bagi pezina atau yang lain dari

ketentuan hudud yang hukumannya telah ada dalam al Quran.

Pada awalnya, hukuman cambuk bagi peminum minuman keras lebih

lentur dibanding dengan hukuman zina. Hukuman seratus cambuk secara

terang dalam al Quran menandakan kepastian hukuman, begitupun dengan alat

yang digunakan berupa cambuk. Adapun dalam meminum minuman keras

ketentuan yang dilaksanakan Rasul masih membutuhkan penafsiran

kepastiannya, apakah sama dengan had yang lain atau lebih ringan

sebagaimana hadis dibawah.

: .)(89

Artinya: Anas ibn Malik r.a Menerangkan, Sesungguhnya Nabi Saw memukulpeminum minuman keras dengan pelepah kurma dan sandal. Dan AbuBakar mencambuknya sebanyak empat puluh kali (HR. Bukhari).

Jika merujuk kepada hadis di atas, hukuman bagi peminum minuman

pada zaman Rasul dipukul dengan pelepah kurma dan sandal. Tentunya

ketetapan tersebut berbeda dengan ketetapan bagi pezina. terdapat sedikit

keringanan berupa pilihan menggunakan sandal. Hadis diatas dikuatkan

dengan hadis di bawah.

)(

Artinya: dan diriwayatkan dari Uqbah bin al Haris berkata: Nu man atauIbnu Nu man dibawa kehadapan Nabi dan dia peminum minuman

89 Abi Abdullah Muhamad Ibnu Ismail al Bukhori, Matan Albukhori Bihayiyatissanadi,juz 4, Daru Ihyail Kutub Al Arobiyah, tth, hlm. 325

90Ibid., hlm. 326

Page 59: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

46

keras(dalam keadaan mabuk). Kemudian Rasul menyuruh orang yangberada di dalam rumah untuk memukulnya, dan aku diantara orang-orang yang memukulnya. Kami memukulnya dengn pelepah kurma dansandal.(HR. Ahad dan Bukhori).

Jika melihat hadis di atas, ketentuan hukuman yang diberikan tidak

hanya dengan pelepah kurma dan sandal, bahkan ada sebagian orang yang

memukul. Melihat hal tersebut terlihat tidak ada sebuah kepastian yang

mengharuskan memberi hukuman pada meminum minuman keras dengan

menggunakan cambuk saja. Bahkan dalam pemberian hukuman masih

terkesan hanya sebuah peringatan. Hadis di atas dikuatkan dengan hadis

berikut.

:

.. (

Artinya: dari Saib bin Yazid berkata: datang kepada kami pada masaRaulallah Saw seorang peminum minuman keras dan masapemerintahan Abu Bakar dan pertengahan pemerintahan Umar, makakami melaksanakan hukuman dengan memukul memakai tangantangan, sandal dan kain. Sampai pada masa pertengahanpemerintahan Umar maka diberlakukan empat puluh cambukan,dikala jumlah pemabuk sudah melampaui batas dan sudah sangatberani, diberlakukanlah delapan puluh kali cambukan.(HR Bukhori)

dari ketentuan hadis diatas menerangkan bahwa ketentuan dari

hukuman cambuk masa Rasul dan Abu bakar sangatlah lentur. Dengan kondisi

penghormatan kepada nabi yang begitu besar, kesepakatan dalam menjalankan

hukuman cambuk bagi peminum minuman keras tidaklah paten. Sampai

91 Ibid.

Page 60: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

47

akhirnya Umar yang menetapkan cambuk sekaligus hitungannya menjadi

dasar dalam memberi hukuman bagi peminum minuman keras.

: : :

: . : .)(.

Artinya: diriwayatkna dari Abu Hurairah berkata: kehadapan kami dibawaseorang lelaki yang telah meminum minuman keras, maka Rasulberkata: pukulah dia, kemudian Abu Hurairoh berkata: dari kita adayang memukulnya dengan tangan, Sendal dan kain. Maka ketika orangitu pergi, sebagian kami berkata semoga Allah menghinakan dia .Kemudian Nabi berkata janganlah kalian mengatakan hal itu, jangankamu membantu setan terhadapnya. (HR Bukhori).

Terkait dengan alat yang digunakan pada masa tersebut sangat

disesuaikan dengan kondisi, tidak ada ketentuan pasti terkait penggunaan

cambuk sebagai alat saut-satunya dalam hukuman cambuk. Pada masa

tersebut lebih mementingkan substansi hasil dari sebuah hukuman dari pada

alat menghukum. Ketentuan tersebut tidak lepas dari pengertian had itu

sendiri,

Tidak hanya dalam alat yang digunakan, begitupun dalam hitungan

yang ditetapkan sebagaimana hadis di bawah.

.

)( 93

Artinya: Dari Anas bin malik ra. Sesungguhnya telah dihadapkan kepadaNabi Saw. Seorang lelaki yang meminum khamr, lalu beliaumencambuknya dengan pelepah kurma kira-kira 40 kali cambukan.(HR. Muslim).

92 Ibid.93 Abu al-Husayn bin Hajjaj al-Qusyairy, Shahih Muslim, Jakarta: Dar al Ihya’ al-Kutub

al-Arabiyyah, t.th, hlm. 116.

Page 61: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

48

Hitungan yang ditetapkan Rasul adalah 40 kali cambukan, hal

tersebut sekaligus memberikan kepastian dari bentuk hukuman cambuk bagi

peminum minuman keras. Kepastian tersebut diikuti oleh Abu Bakar sampai

pertengahan pemerintahan Khalifah Umar. Hadis di atas dikuatkan dengan

hadis di bawah.

: :

:.)(

Artinya:Diriwayatkan dari Anas RA: Sesungguhnya kepada Rasulullah telahdihadapkani seorang laki-laki yang meminum minuman keras, makarasul memukulnya dengan dua pelepah kurma sebanyak empat puluhkali, Anas berkata: dan dilaksanakan oleh Abu Bakar ketika datangmasanya Umar dimusyawarhkanlah dengan yang lain, berkataAbdurrahman: hukuman had yang paling rendah adalah delapanpuluh, maka Umar menyuruhnya. (HR. Muslim)

Pada zaman Nabi ketentuan bagi peminum minuman keras jelas 40

kali cambukan. Adapun pada masanya, ketetapan bagi terhukum hanya untuk

perasan dari anggur. Akan tetapi pada akhirnya ulama menetapkan bahwa

pengertian dari alkhmr sendiri adalah Satru atau menutup akal, sehingga

semua jenis minuman keras yang dapat memabukan adalah khamr. Khususnya

Imam Syafi’i yang menekankan bahwa sedikit ataupun banyak, apabila

sesuatu dapat menyebabkan mabuk maka sesuatu tersebut menjadi haram.95

94 Ibid.95 Menurut Imam Syafi’i, pada sebagian manusia yang mengatakan bahwa apabila

seseorang meminum minuman keras kemudian tidak mabuk, maka dia tidak berhak untukdikenakan had. Akan tetapi menurutnya hal tersebut bertentangan dengan riwayat Nabi dan ditetapkan Umar dan sahabat Ali sebelumnya, jadi menurutnya untuk mengtahui seseorang telahmabuk, apabila dia meminum minuman keras kemudian dia mengaku atau ada saksi yangmengetahui yang mana teman-teman dalam perkumpulannya meminum lantas mabuk. Meskipunbegitu, segolongan ulama syaifi’iyah diantaranya al Qodi Abuth Thaiyib menetapkan bahwamencambuk peminum arak tidak boleh dengan cambuk. Al Qhodi Husein mngharuskanmencambuk dengan cambuk. An Nawawy dalam syarah Muslim berkata: boleh dengan pelepah

Page 62: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

49

D. Pendapat Para Ulama Tentang Hukuman Cambuk dalam JarimahPeminum Minuman Keras

Pendapat para ulama difokuskan kepada pendapat para ulama

kalangan imam madzhab empat dan pendapat ulama lainnya yang terkenal.

Pada dasarnya Imam Syaf’i menyetujuai bahwa hukuman cambuk bagi

peminum minuman keras adalah 40 kali cambukan. Ketetapan yang Nabi

putuskan merupakan ketetapan final, meskipun tidak menutup kemungkinan

seorang Imam melebihkan hukumannya dalam katagori ta’zir. Ijma’ yang

dilakukan pada masa Umar tidak merupakan ketetapan jika berbeda dengan

sunnah sebelumnya.96

Sependapat dengan Imam Syafi’i, Menurut pendapat Imam

Muhammad Nawawi ibnu Umar al Jawi, tambahan yang dilakukan oleh Umar

bin Khatab adalah ta’zir. Terkait dengan ketentuan had, maka harus jelas dan

pasti. Jika hitungan 80 adalah kepastian hukuman had, maka 40 kali ketetapan

Rasul menjadi tidak berlaku. Sebaliknya jika kepastian had 40 kali maka

sudah seharusnya tambahan sampai 80 kali adalah ta’zir.97

Imam Nawawi juga berpendapat bahwa bagi yang menyatakan

hitungan 80 adalah had, mereka beralasan tidak akan ada ta’zir kecuali dalam

jinayat yang mutlak dan had yang telah ditentukan hitungannya dalam al

Quran. Sedangkan had untuk peminum minuman keras belumlah mutlak.

kurma, boleh dengan sepatu dan ujung-ujung kain dan boleh dengan cambuk. TeungkuMuhammad Hasybi as Sidqi, loc.cit,.hlm.190.

96 Termasuk dari sarat Ijma’ yaitu berdasarkan al Quran atau sunnah sebelumnya.Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, pent; Saefullah Ma’shum, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.hlm. 316.

97 Muhammad Nawawi al Jawi, Tausyih Ala Ibnu Qosim, Surabaya: Darul Ulum, t.th,hlm. 248.

Page 63: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

50

Akan tetapi alasan tersebut menjadi rancu ketika ketetapan Rasul merupakan

ketetapan final bagi bentuk hukaman had. 98

Dalam kitab Ibanatul Ahkam Syekh Ibnu Abdullah Abdussalam

Alausi, berpendapat bahwa tafsiran dalam kalimat jaridataini mempunyai dua

makna, pertama, jaridataini yang diartikan mempunyai satu kesatuan. Kedua,

makna jaridataini harus dikembalikan kepada mufrodnya yaitu jaridah. Maka

untuk satu jaridah 40 cambuk, sehingga jumlahnya menjadi 80 cambukan.99

Menurut Ibnu Qosim hitungan 80 telah sesuai dengan nash, dan tidak

ada pengecualian untuk mengurangi atau menambah. Pembagian hitungan

terdiri dari 40 yang telah disepakati oleh Nabi Muhammad dan Abu bakar

pada masanya, adapun tambahan 40 terkait dengan akibat yang dilahirkan dari

had mabuk itu sendiri. Apabila seseorang mabuk maka ia akan berbicara

sesuatu yang buruk, maka apabila akibat yang dilahirkan menjurus kepada

qozaf atau iftara (lemas) hukumannya menjadi 80 cambukan. Hitungan

tersebut disesuaikan dengan had-had yang lain yang telah ditentukan

jumlahnya dalam nash Al Quran.100

Pada dasarnya ketetapan yang di maksud Ibnu Qosim di kembalikan

kepada sejarah, yaitu Pendapat Ali bin Abi Thalib ketika menetukan tambahan

hukuman bagi peminum minuman keras di zaman Khalifah Umar. Pada waktu

itu pendapat Ali yang mengqiaskan hukuman had peminum minuman keras

dengan qozaf.

98 Ibid., hlm. 249.99 Yang dimaksud dengan jaridataini adalah dua pelepah kurma. Abi Abdullah

‘Abdussalam ‘Alausi, Ibanatul Ahkam Syarh Bulugul Marom, Beirut: Darul Fikr, 2008, hlm. 104.100 Ibnu Qosim al Gozi, Hasyiah Syarh Ibnu Ahim al Bajuri, Beirut: Darul Fikr, 2005,

hlm. 351.

Page 64: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

51

Adapun menurut Imam ar Rofi’i, bahwa ta’zir yang lahir dari Jinayat

peminum minuman keras tidak dibatasi. Pendapat tersebut berimplikasi

terhadap ketentuan ta’zir yang lahir dari jinayat tersebut. Menurutnya bahwa

penambahan hukuman cambuk boleh lebih dari 80 cambuk ataupun tidak.

Dengan alasan, ketetapan had yang telah dikhususkan adalah 40, adapun 40

lainnya merupakan ta’zir. Ketika ketentuan tambahan 40 adalah ta’zir, tidak

ada keterikatan untuk menetapkan 40 cambukan sebagai tambahan. Jika

melihat secara historis tambahan 40 adalah hasil ijma’ sahabat, sehingga

tambahan tersebut bisa disesuaikan pula dengan keadaan zaman sekarang.101

Sedikit berbeda dengan ulama sebelumnya, Syeh Abu Bakar Ibnu

Muhammad Syata Addimyati dalam kitabnya anatuThalibin menjelaskan

hitungan 40 cambukan merupakan kebiasaan yang ada pada zaman

Rasululallah, maka sangatlah terbuka untuk menyesuaikan dengan kebiasaan-

kebiasaan setiap zaman. Bisa disimpulkan bahwa hukuman peminum

minuman keras boleh disesuaikan dengan realita sosial.102Pendapat ini sesuai

dengan banyaknya perbedaan pendapat para ulama tentang ketentuan Rasul

dalam mempraktekan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.

Menurut pendapat Imam Syihabudin Ahmad Ibnu Idris al Qura Dari

Ulama Maliki mempunyai pendapat yang berbeda, bahwa ketetapan 80 puluh

cambukan bagi peminum minuman keras merupakan ketetapan, Umar

101 Ibid., hlm. 352102 Dalam kitabnya Syeh Abu Bakar ibnu Muhammad Syato Addimyati tidak

menjelaskan secara mendetail apakah diperbolehkan kurang dari hitungan empat puluh. Apabilahad dalam minuman keras hanya merupakan kebiasaan pada zaman Rasululah, maka jika harusditafsiri secara heurmenetik bisa dianalogikan sesuai kebutuhan zaman. Sejauh ini beliau hanyamenetapkan dalam hitungan 80, lihat Abu Bakar ibnu Muhammad Syato Addimyati,

anatutholibin, Baerut: Darul ‘Ashosoh, 2005, hlm. 177.

Page 65: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

52

menjadikan acuan sebagaimana hitungan setiap pukulan yang dilakukan Rasul

memakai pelepah kurma dan sandal, sebagaimana diterangkan diatas bahwa

setiap pukulan pelepah kurma dihitung empat puluh, ketika digabung maka

hasilnya delapan puluh. Kemudian Umar atas pendapat sahabat yang lain

khususnya mengikuti pendapat Ali menetapkan paling sedikit hukuman had

adalah 80 kali. Lain dari pendapat di atas, berdasarkan riwayat Sa’ad ibnu

Abbas bahwa had cambuk bagi peminum minuman keras adalah 80 kali,

karena apabila 40 kali itu sama dengan hukuman budak.103

Mewakili pendapat dari ulama madzhab Hambali, menurut Ibnu

Qudamah menanggapi pendapat Ali tentang penambahan hukuman bagi

peminum minuman keras. Menurutnya Oleh karena jinayah peminum

minuman keras terkait dengan menjaga akal yang termasuk maqosid al

Syari ah dan tanggung jawab dunia akhirat, maka tidak bisa disamakan

dengan hukuman qozaf saja, sehingga penambahan menjadi 80 kali. Karena

sesungguhnya penambahan dari 40 kali bisa menjadi 100 kali seperti pada had

zina. Pendapat Ibnu Qudamah tersebut berdasarkan riwayat sahabat.

Adalah Ali yang mendasari alasannya kepada riwayat ketika Walid bin

’Uqbah mendapatkan hukuman cambuk atas perintah Ustman, kemudian Ali

berkata bahwa Rasulullah mencambuk peminum minuman keras sebanyak 40

kali, Abu Bakar 40 kali dan Umar 80 itu semua merupakan sunnah. Oleh

103 Menurut Ali bin Abi Tholib, bagi hukuman peminum minuman keras harus ditentukandalam ketentuan khusus, meskipun alasan yang digunakan Ali untuk disamakan dengan qozafkarena ada persamaan sebab akibat yang ditimbulkan dari meminum minuman keras. Akan ttapisecara substansial tidak bisa diasamkan dengan had qozaf itu sendiri. Dengan alasan, apabila qozafbisa dijadikan rujukan, tidak menutup kemungkinan had zina juga bisa menjadi rujukan pula.Muhammad Arofah ad Dasuki, Hasyiah ad Dasuki a la Syarhil Kabir, (Maktabah Syamilah), ilid4, Bairut: Darul Fikr, t.th. hlm. 156.

Page 66: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

53

karena itu merupakan had bagi sebuah tindak pidana, maka had meminum

minuman keras harus dikhususkan hukumanya, tidak seperti had dalam qozaf

ataupun zina.104

Masih Menurut Ibnu Qudamah, Rasulullah tidak menetapkan hukuman

40 sebagai ketetapan had. Karena apabila hukuman cambuk 40 kali

merupakan ketetapan, maka para sahabat akan bersepakat dengan hitungan

tesebut. Bisa dianggap bahwa hitungan dalam hukuman cambuk bagi

peminum minuman keras dapat berdasarkan ijtihad pada setiap

zaman.105pendapat tersebut senada dengan pendapat Imam al Rofi’i.

104 Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al Muqoddasi Abu Muhammad, loc.cit., hlm. 118.105 Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al Muqoddasi Abu Muhammad, loc.cit., hlm. 119.

Page 67: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

54

BAB III

KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM PENERAPAN

HUKUMAN CAMBUK BAGI PEMINUM MINUMAN KERAS

A. Biografi Umar Bin Khatab

Umar bin Khatab lahir dari kabilah Umar, ayahnya al Khattab bin

Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi bin

Ka’ab. Adi adalah saudara Murrah, kakek Nabi yang ke delapan. Ibunya

Hantamah binti Hasyim bin al Mughirah bin Abdullah bin Umar bin

Makhzum. Lahir setelah tiga belas tahun kelahiran Nabi.106

Ayahnya seseorang yang terpandang di masyarakatnya, tetapi dia tidak

kaya bahkan tidak mempunyai Khadam. Meskipun begitu Khattab sebenarnya

cerdas dan pemberani. Dengan tangkas dan tabah ia memimpin Banu Adi

dalam perang Fijar.

Dengan ketokohannya tidak heran Khattab menginginkan anak yang

banyak. Sehingga banyak perempuan yang dinikahinya tidak karena birahi

tapi bertujuan memperbanyak keturunan. Diantara para istrinya yaitu

Hantamah binti Hasyim bin al Mughirah dari Banu Makhzum yang masih

sepupu Khalid bin Walid dari pihak ayah.

Semasa kanak-kanak Umar layaknya anak-anak suku Kuraisy lainnya.

Yang kemudian membedakan dengan yang lainnya ia sempat belajar baca-

106 Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khatab (Sebuah Telaah Mendalam TentangPertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa itu) diterjemahkan Ali Audah, Jakarta: LiteraAntarNusa, 2008, Hlm. 8.

Page 68: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

55

tulis, hal yang jarang sekali terjadi di kalangan mereka. Dari semua suku

Kuraisy ketika Nabi di utus hanya tujuh belas orang yang pandai baca tulis.

Tidak mengherankan ketika dewasa Umar akan menjadi pribadi yang jenius

yang langka dan berbeda dengan yang lain.107

Sesudah Umar beranjak dewasa Umar menjadi pengembala Unta

ayahnya di Dajnan atau tempat lain di pinggiran kota Mekkah. Seperti

pemuda-pemuda lainnya di Mekkah Umar gemar meminum khamr (minuman

keras) sampai belebihan. Bahkan melebihi yang lain. Tidak terlewatkan, Umar

juga gemar terhadap perempuan dan tergila-gila pada gadis cantik. Sehingga

dapat disepakati bahwa Umar ahli dalam meminum minuman keras dan

mencumbu perempuan.

Sesudah masa muda mencapai kematangan, Umar terdorong untuk

menikah. Kecenderungan banyak kawin sudah diwarisi dari masyarakatnya

dengan harapan mendapat banyak anak. Dalam hidupnya itu Umar mengawini

sembilan perempuan yang kemudian memberinya dua belas keturunan.

Pada masa jahiliyah Umar terkenal dengan keberaniannya, setiap kali

ada pertandingan gulat Umar selalu menang. Hal tersebut dikarenakan secara

mental menuruni sifat bapaknya yang kasar dan pekerja keras, sedangkan dari

ciri fisik Umar temasuk memliki perawakan yang tinggi dan tegap. 108pada

masa remaja pertumbuhan Umar melebih kawan-kawan sebayanya dia lebih

tinggi dan lebih besar.

107 Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar Bin Khatab, diterjemahkan oleh MasturiIrham dari Manhaj Umar bin Khatab fi at Tasyri”, Jakarta: Khalifa, 2005, hlm. 18.

108 Muhammad Husain Haekal, op.cit, Hlm.12.

Page 69: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

56

1. Umar bin Khatab di Masa Nabi.

Sebagaimna sebelumnya, Umar merupakan pemuda yang

pemberani, setelah masuk Islampun Umar tetap menjadi pemberani,

sehingga tidak pelak Umar mengumumkan keislamannya di depan para

kafir Quraisy secara terang-terangan. Sebelumnya umat Islam tidak

diperbolehkan sholat di Ka’bah, berkat kegigihan Umar akhirnya mereka

diperbolehkan sholat disana.109

Seiring dengan sikapnya yang tegas dan berterus terang,

Pendampingan beliau terhadap Nabi Muhammad sudah tidak diragukan

lagi, beberapa peristiwa menjadi bukti ketegaran dan ketabahannya dalam

mendampingi perjuangan Rasul. Sebagaimana yang dilakukannya ketika

akan melaksanakan hijrah ke Yatsrib Umar dengan keberaniannya

mendatangi kafir Quraisy ketika mereka berada di depan serambi Ka’bah

dengan berkata: ”Wajah-wajah celaka! Allah menista orang-orang

ini!barang siapa ingin meratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim atau

istrinya menjadi janda, temui aku di balik lembah itu”, seraya menenteng

pedang dan panah. Dimana pada waktu itu, muslimin keluar dengan

mengendap-endap.110

Dalam beberapa peristiwa Umar bin Khatab sangat dipercayai

Nabi, bahkan perkataanya dan pandangannya banyak yang sesuai dengan

Asbabunnuzul turunnya sebuah ayat. Sebagai contoh pada awal permulaan

adzan, ketika itu Rasulullah sedang memikirkan bagaimana caranya

109 Muhammad Husain Haekal, loc.cit, Hlm.38110 Muhammad Yusuf al Khandahlawi, Hayatu al Sahabah, jilid 2, Bairut: Darul Fikr,

1992, hlm. 4.

Page 70: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

57

memanggil kaum muslimin untuk melaksankan sholat. Pada awalnya usul

untuk memanggil adzan dengan terompet, akan tetapi Rasul tidak merasa

cocok yang akhirnya memerintahkan Umar untuk membuat genta. Pada

waktu penetapan, Umar terlambat datang yaitu setelah turunnya wahyu

tentang adzan. Ketika Umar mendengarkan adzan lafal tersebut ternyata

sebagaimana yang diimpikannya.111

Pendapat lain yang bertepatan dengan wahyu ketika Umar

berpendapat terkait tawanan perang Badar, dengan tetap berpegang pada

ketegasan, Umar menyarankan untuk membunuh para tawanan perang

dengan alasan mereka akan kembali memusuhi Islam bila mendapatkan

kebebasan. Pada waktu itu para sahabat bersepakat untuk menanganinya

dengan tebusan. Setelah itu turunlah ayat

$tBšc% x.@cÓÉ< oY Ï9b r&tbqä3 tƒÿ¼ ã&s!3“uŽó  r&4Ó®LymšÆÏ‚÷W ヒÎûÇÚö‘F{ $#4šcr߉ƒ Ì• è?

uÚt• tã$u‹ ÷R‘‰9$#ª!$#ur߉ƒ Ì• ãƒno t• Åz Fy$#3ª!$#ur Í• tãÒOŠÅ3 ymÇÏÐÈ

Artinya:Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum iadapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. kamu menghendakiharta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala)akhirat (untukmu). dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QSal Anfal:67).112

Apa yang dikuatirkan dengan tawanan tersebut terjadi pada perang

Uhud, meskipun secara teknis kesalahan terletak pada para pemanah yang

meninggalkan poskonya, lebih dari itu para tawanan yang terbebas masih

111 Dalam mimpinya Umar melihat seorang lelaki yang membawa genta, Umarmenanyakan apakah genta tersebut akan dijual untuk keperluan memanggil sholat, kemudianorang tersbut malah melafalkan adzan sebagai contoh yang lebih baik dari genta. MuhammadHusain Haekal, loc.cit, hlm.44.

112 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1996,hlm. 109

Page 71: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

58

tetap ikut berperan dalam peperangan tersebut. dalam keadaan terdesak

Umarlah dari salah satu sahabat yang mengobarkan untuk tetap semangat

kepada kaum muslimin ketika beredar berita bahwa Rasul telah terbunuh,

setelah mengetahui bahwa Nabi masih hidup, Umar pulalah yang termasuk

sahabat pelindung Nabi paling gigih dari serangan Khalid bin Walid yang

ingin membunuh Nabi.

Adapun terkait dengan ijtihad Umar masa Rasul tidak terlepas dari

perbedaan pendapat dan usulannya kepada Rasul, sebagaimana dalam

kasus Abdullah bin Ubai seorang munafiq yang berpaling dari Rasul.

Ketika kematiannya Rasul ikut mensolatkan, akan tetapi Umar

memperingatknnya dengan ayat al Quran surat at Taubah ayat 80.

ö• ÏÿøótG ó™$#öN çlm;÷rr&Ÿwö• ÏÿøótG ó¡ n@öN çlm;b Î)ö•ÏÿøótG ó¡ n@öN çlm;tûü Ïèö7 y™Zo §•sDn=sùt• Ïÿøótƒª!$#öN çlm;4

y7Ï9ºsŒöN åkX r'Î/(#rã• xÿŸ2«!$$Î/¾Ï& Î!q ß™u‘ ur3ª!$#urŸw“ωöku‰tPöq s)ø9$#tûü É)Å¡» xÿø9$#ÇÑÉÈ

Artinya: Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamumohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). kendatipun kamumemohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allahsekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. yangdemikian itu adalah Karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QSat Taubah: 80)113

Nabi tersenyum dengan semangat Umar menyerang orang yang

telah meninggal seraya berkata:”kalau saya tahu dengan menambah lebih

dari tujuh puluh dapat diampuni akan kutambah.” Nabi

menyembahyangkan juga ikut mengantar sampai selesai penguburan.

Setelah itu turunlah ayat 84 surat at Taubah.

113 Ibid., hlm.201

Page 72: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

59

ŸwurÈe@|Á è?#’n? tã7‰tnr&N åk÷]ÏiB|N$B#Y‰t/ r&ŸwuröN à)s?4’n? tãÿ¾Ín ÎŽö9s%(öN åkX Î)(#rã• xÿx.«!$$Î/

¾Ï& Î!q ß™u‘ur(#q è?$tBuröN èd uršcq à)Å¡» sùÇÑÍÈ

Artinya: Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka Telah kafir kepadaAllah dan rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.(Qs atTaubah: 84)114

Sebagaimana contoh diatas, yang paling terlihat yaitu turunnya

wahyu yang berkaitan dengan pelarangan minuman keras.115 Prediksi

pendapat dan argumen Umar yang selalu mendapatkan tempat khusus

memang tidak hanya berdasar dari sistem rasio dan logika yang kemudian

dapat dipertanggung jawabkan. Lebih dari itu, pandangan Umar lebih berat

kepada keislamannya yang mendalam.

Disamping secara Umum pendapat Umar terhadap kepentingan

publik sebelum turunnya wahyu, mengenai hubungan dengan Rasul secara

pribadi dalam pandangan Umar bukan tidak sama dengan segala urusan

Muslimin yang lain. Oleh karenanya tidak segan-segan ia

membicarakannya dengan Nabi.

Bukhari menyebutkan dengan mengacu kepada Aisyah yangmengatakan: ”Umar berkata kepada Nabi”; ”pasangkanlah hijabkepada istri-istrimu”. Tetapi Nabi tidak melakukan. Ketika itu istri-istri Nabi malam-malam pergi ke tempat orang buang air. Suatuketika Umar bin Khatab melihat Saudah binti Zam’ah maka Umar

114 Ibid.,hlm. 206115 Kegemaran meminum minuman keras telah mendarah daging di suku Quraisy,

pandangan Umar bahwa minum minuman keras dapat membakar amarah hati orang dan dapatmembuat peminumnya saling mengecam dan memaki. Sehubungan dengan hal tersebut Umarmenanyakan kepada Rasul, lalu turunlah ayat Quran surat al Baqoroh ayat 219. Setalah ituturunlah ayat secara berurutan mengenai minuman keras. Muhammad Husain Haekal, loc.cit,Hlm.55

Page 73: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

60

berkata:” saya mengenal anda Saudah”. Harapan saya supayamemakai hijab, maka Allah menurunkan ayat hijab.116

2. Umar bin Khatab di Masa Abu Bakar.

Setelah Rasulullah meninggal yang masih tidak menerima

kematianya adalah Umar bin Khatab, dengan berdiri di depan muslimin

berkata bahwa Rasul seperti Isa putra Maryam yang diangkat dan akan

dikembalikan. meskipun begitu, dalam kesedihannya yang mendalam

Umar tetap mempertimbangakan keadaan kaum muslimin.

Maka dengan segera Umar menghadap Abu Ubaidah bin al Jahroh

untuk membaiatnya. Dengan halus Abu Ubaidah menyarankan untuk

membaiat Abu Bakar. Bertepatan kaum Ansor telah berkumpul di Staqifah

Banu Saidah untuk membaiat Sa’d bin Ubadah. Dalam keadaan tersebut

Umar membai’at Abu Bakar meskipun sebelumnya dia menjadi calon

yang diaujukan Abu Bakar. 117

Umar melihat hal tersebut dari kemaslahatan bukan kepentingan

pribadi, meskipun secara politis dia bisa memangku jabatan tersebut.

Setelah khalifah Abu Bakar memimpin Umar menjadi Wazirnya yang

selalu mendampingi dan memberikan saran kepada khalifah. Meskipun

sering terjadi pertentangan seperti permasalahan pengiriman pasukan

Usamah, yang enggan membayar zakat sampai permasalahan Kholid bin

116 Muhammad Husain Haekal, loc.cit, Hlm.57117 Dalam keadaan yang mendesak, kedua kelompok mempunyai calon masing-masing

untuk menjadi khalifah. Umar berpendapat bahwa tidak ada dua orang pemimin dalam satu kapal,dalam perdebatan yang semakain memans akhirnya Abu bakar mengangkat tangan Umar dan AbuUbadah, lalu menawarkan untuk dipilih kaum muslimin. Akan tetapi sebaliknya justru Umarmeminta kepada Abu Bkar untuk membentangkan tangannya dan dibaiat oleh kaum muslimin.Muhammad Husain Haekal, loc.cit, Hlm.69

Page 74: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

61

Walid. keduanya tetap saling menghormati dan lebih mengutamakan

urusan ummat daripada pribadi. Tidak terlepas dari hal tersebut Umar

menjadi kekuatan utama di balik keberhasilan pemerintahan Abu Bakar.118

Beberapa peristiwa yang tidak lepas dari peran Umar dimasa

pemerintahan Abu Bakar, diantaranya usulan Umar untuk mengumpulkan

al Quran dikarenakan banyaknya yang meninggal pada pertempuran di

Yamamah sekaligus terbunuhnya Zaid adik Umar.

3. Pemerintahan Umar bin Khattab.

Masa pemerintahan Umar adalah masa penaklukan, dengan

kemenangan yang selalu diraih daulah Islamiyah sampai mencapai

Afganistan dan Cina di sebelah timur. Anatolia dan laut Kaspia di utara,

Tunis dan sekitarnya di Afrika Utara. Di bagian barat dan kawasan Nubia

di Selatan. Secara politik Umar ingin menggabungkan semua ras Arab

kedalam satu kesatuan yang membentang dari teluk aden selatan sampai

ke ujung utara pedalaman Samawah. Karena kekuasaan di sana berada di

tangan Arab Banu Lakhm dan Banu Gassan.

dengan kepentingan dalam persatuan Arab dibawah naungan Islam

telah mengilhaminya untuk menjadikan hijrah Rasul sebagai permulaan

kalender Arab. Selam itu bangsa Arab belum menentukan secara pasti

kalender yang digunakan. Terkadang menggunkan tahun gajah atupun

118 Muhammad Baltaji, loc.cit, Hlm. 14

Page 75: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

62

peristiwa-peristiwa lain yang penting dalam sejarah peperangan orang-

orang Arab.

Dengan kekuasaan yang sangat luas, tidak lantas keperibadian

Umar berubah. Lebih dari itu justru Umar semakin teliti dan lebih hati-hati

dalam mengambil keputusan. Dengan penuh kasadaran dan hati-hati dia

mengatur seluk beluk pasukan dan perjalannya sampai ke soal se kecil-

kecilnya, maju atau mundur dalam sebuah pertempuran. Sampai-sampai

dia ikut bersama panglima pasukan mengatur strategi perang.

Meskipun begitu, secara organisatoris pada masanya tidak terlalu

sistematis. Meskipun kekuasaan sudah sangat luas, dia tidak menerapkan

sistem oraganisasi yang cukup rinci yang berlaku untuk seluruh kawasan

Arab. Atau bahkan mengambil sistem pemerintahan yang umum berlaku

di Irak. Atau sistem pemerintahan Bezantium yang sudah berjalan di

Syam untuk diberlakukan di Semenanjung Arab.119

Akan tetapi, pada masanya Umar telah menerapkan prinsip-prinsip

demokrasi dengan membangun pemerintahan sipil yang sempurna.

Baginya sama rata dalam hak dan kewajiban sebagai hamba tuhan adalah

keharusan. Tidak mengherankan apabila para pejabat pada masanya sangat

mengedepankan kesederhanaan.120

Dengan kejayannya dapat menaklukan berbagai wilayah, maka

tidak heran pada saat inilah seorang khalifah bergelar Amirul Mukminin.

119 Muhammad Husain Haekal, loc.cit., Hlm.70120 Drs. Syamsul Munir Amin, MA, Sejarah Peradaban Islam, Jakrta: Amzah, 2007, hlm.

103

Page 76: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

63

121Akan tetapi secara rinci dijelaskan Husein Haikal dalam bukunya,

bahwa suatu hari Umar duduk di Masjid selesai memberikan pedoman

kepada Muslimin mengenai kebijaksanaannya, dan bahwa sudah tiba

saatnya untuk mereka laksanakan. Abu Ubaidah datang kepadanya untuk

mengucapkan selamat tinggal sehubungan keberangkatannya ke Irak

memimpin pasukan yang sudah berkeumpul di sekitar bendera, di ikuti

oleh orang-orang yang tidak sedikit jumlahnya. Semua mereka menyambut

kahaliafah-khalifah Rasulullah itu. Dengan kata-kata yang di ulang, gelar

ini terasa berat diucapkan dan berat pula di telinga. Apa yang bergejolak

dalam hati Umar menjadi pembicaraan mereka pula. Sementara dalam

keadaan demikian tiba-tiba salah seorang dari mereka tampil menyambut

Umar dengan kata-kata: ”salam sejahtera bagimu ya Amirul Mukminin”,

mendengar gelar baru ini orang menyambutnya dengan gembira disertai

senyum tanda setuju.122

121 Ibid., hlm. 99.122 Ada dua sumber terkait siapa yang pertama memanggil Umar dengan sebutan Amirul

Mukminin, sumber pertama mengatakan al Mughirah bin Syu’bah yang pertama memanggilnyadengan gelar ini. Sumber kedua menatakan bahwa Umar menulis surat kepada wakilnya di Irakagar mengirim dua orang yang tangguh dan terpandang untuk dimintai keterangan mengenaikeadaannya disana. Maka diutus Adi bin Hatim at Ta’i dan Labid bin Rabi’ah. Sesampai diMadinah, setelah menambatkan Unta mereka di serambi Masjid mereka masuk. Merekamenemuai Amr bin As ”izinkan kan kami menemui Amirul Mukminin” kata mereka, Amr berkata:saya masuk menemui Umar seraya berkata :”Amirul Mukminin” dijawab dengan mengatakan ”yang anda katakan itu akan saya pakai. Muhammad Husain Haekal, loc.cit, Hlm. 111

Page 77: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

64

4. Kehidupan Sosial Masa Umar bin Khatab dan Hasil Ijtihadnya

Alangkah besarnya perkembangan yang terjadi di negri-negri Arab

selama lima belas tahun setelah pembebasan kota Mekah. Kebesaran

tersebut bisa dibilang sebagai perkembangan. Dalam waktu begitu singkat

berpindah dari paganisme kepada Islam, dari kabilah-kabilah dan

kelompok yang bercerai berai bermusuhan kepada yang saling membantu

dengan politik umum dan tujuan bersama.123

Beberapa sektor yang terlihat berubah dalam masa sosial Umar

diantaranya sektor Agama (kepercayaan, sektor ekonomi dan sektor

politik. Sebagai contoh dalam bidang kepercayaan, orang Arab terdahulu

menyembah berhala dan percaya terhadap ramalan. Berbagai macam

undian dengan menggunakan anak panah untuk menentuan alamat baik

ataupun buruk. Jika menginginkan sesuatu mereka membawa Azala, yaitu

beberapa batang kayu atau batu yang ditulis“ perintah” pada yang kedua

“larangan” dan yang ketiga dibiarkan kosong., untuk menjadi pilihan. Pada

masa Umar penumpasan terhadap kesyirikan sangatlah maksimal.

Kepercaan kepada Allah menghapus semua bentuk peribadatan zahiliyah

dan bentuk bentuk undian nasib.

Secara umum perubahan sosial yang terjadi pada masa Umar bisa

dilihat dari usaha Umar sendiri dengan mengadakan ijtihad-ijtihad baru.

Pada dasarnya Umar berijtihan setelah dan sebelum menjabat sebagai

khalifah. Pada zaman Abu Bakar kabilah-kabilah yang dekat dengan

123 Muhammad Husain Haekal, loc.cit, Hlm. 686

Page 78: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

65

Madinah menolak menunaikan zakat dan Abu Bakar bertekad untuk

memerangi mereka. Ia mengumpulkan para sahabat untuk dimintai

pendapat. Tetapi sebagian mereka menentang termasuk didalamnya Umar

bin Khatab. Mereka berpendapat jangan memerangi orang yang sudah

beriman.124

Selain itu ketika terjadi perang Yamamah, Umar berpendapat

bahwa peperangan yang menewaskan banyak hufadz harus segara

diantisipasi suapaya al Quran tidak hilang. Akhirnya memberiakn usulan

kepada Abu Bakar untuk segera mengemupulkan al Quran yang

berserakan dari lempengan-lempengan, dari tulang-tulang bahu, kepingan-

kepingan pelepah kurma dan dari hafalan orang.

Adapun ketika menjabat sebagai khalifah diantara hasil ijtihadnnya

yaitu menghapus pemberian zakat kepada muallaf . Dimasa Rasul dan Abu

Bakar hal tersebut masih dilaksanakan berdasarkan firman Allah (al Quran

9:60)

$yJ ¯RÎ)àM» s%y‰¢Á9$#Ïä !#t• s)àÿù=Ï9Èûü Å3» |¡ yJ ø9$#urtû,Î#ÏJ» yèø9$#ur$pköŽ n=tæÏp xÿ©9xs ßJ ø9$#uröN åkæ5q è=è%

† Îû urÉ>$s%Ìh•9$#tûü ÏBÌ•» tóø9$#ur† Îû urÈ@‹ Î6 y™«!$#Èûøó$#urÈ@‹ Î6 ¡¡9$#(ZpŸÒƒ Ì• sùšÆÏiB«!$#3

ª!$#uríOŠÎ=tæÒO‹ Å6 ymÇÏÉÈ

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yangdibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yangberhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalamperjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan AllahMaha mengetahui lagi Maha Bijaksana

124 Muhammad Husain Haekal, loc.cit, Hlm. 740

Page 79: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

66

. Dengan alasan pada saat umat Islam sudah kuat, tidak ada lagi

istilah seorang muslim yang perlu disejukan hatinya. Al-Sayyid al-Sabiq

memberikan pengertian al-muallaf sebagaimana yang dikutip dalam tafsir

al-Manar, yaitu : sekelompok orang yang dibujuk hatinya agar bergabung

dengan Islam, atau mereka menahan diri dari melakukan kejahatan

terhadap orang-orang Islam, atau orang-orang yang jasanya diharapkan

untuk membantu dan membela kaum muslimin.125

Diantara tindakan, ijtihad Umar Ibn Khattab itu adalah: Umar Ibn

Khattab tidak membagi-bagikan tanah taklukkan (ghonimah) kepada

tentara Muslim yang ikut berperang. Menurut Imam Abu Ubayd al-

Qosyim bin Salam, pada masa Abu Bakar menjadi khalifah beliaunya

menyamakan bagian harta rampasan perang pada umat Islam. Abu Bakar

tidak melebihkan bagian antara orang Islam satu dengan yang lainnya.

Pendapat khalifah pertama ini mendapat kecaman para sahabat, menurut

mereka harus ada perbedaan bagian antara sahabat yang satu dengan yang

lain, karena, adanya perbedaan dalam masuk Islam dan berjihad demi

membela Islam.126

Lain halnya dengan ghonimah, ijtihad Umar yang cukup

controversial lagi adalah masalah penetapan ummul walad. Pada masa

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ummul walad dapat diperjual

125 al-Sayyid al-Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid I, hlm.328.126 Mengenai perbedaan pendapat dikalangan khulafa ur rasidin mengenai masalah yang

muncul dikalangan mereka dapat dilihat secara gamlang dalam. Fatthiy al-Durayniy, Al-ManahijAl-Ushuliyah fi al-Ijtihad bi al-Ra yi fi al-Tashri al-Islamy, Damsiq; Dar al Kitab al-Hadits, 1975,Cet. I, hlm. 13-15

Page 80: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

67

belikan, diwariskan dan dihadiahkan ketika majikannya meninggal dunia.

Sewaktu Umar Ibn Khattab menjadi khalifah beliaunya tidak

memberlakukan ketetapan sebagaimana yang dilakukan pada masa Nabi

Muhammad SAW dan Abu Bakar. Lebih lanjut Umar Ibn Khattab

menegaskan bahwa ummul walad dapat menikmati kemerdekaannya

setelah majikannya meninggal dunia. .127

B. Kebijakan Umar bin Khatab dalam Penerapan Hukuman Cambuk BagiPeminum Minuman Keras

Dengan ketaatannya sebagai sahabat yang mendapatkan tempat

istimewa dihadapan Rasul, sangat tidak mungkin mengambil sebuah kebijakan

tanpa dasar yang pasti untuk dijadikan pijakan. Tentunya sebelum menentukan

kebijakan dalam hal penambahan hukuman cambuk bagi peminum minuman

keras Umar telah berfikir matang akan kebijakan yang dikeluarkannya.

Dari riwawat Ibnu Abbas bahwa orang yang meminum minuman keras

pada zaman Rasul di pukul dengan tangan, sandal atau tongkat. Kemudian

Rasul Saw wafat jumlah mereka semakin banyak, sehingga khalifah Abu

Bakar mengambil keputusan untuk menjatuhkan hukuman cambuk sebanyak

empat puluh kali. Sepeninggal Abu Bakar, ketentuan hukuman ini masih

dilaksanakan pada zaman Umar. 128

Sampai suatu saat Umar datang membawa sahabat muhajirin yang

dulu ikut hijrah pertama dan telah meminum minuman keras. Maka Umar

127 Fazlur Rahman, Islamic Methodologi in History, Karachi: Central Institute of IslamicResearch, 1965, hlm. 275

128Muhammad Abdul ‘Aziz al Halawy, Fatawa wa Aqdhiyya Amirul Mu minin Umar IbnKhathab, Kairo: Maktabah al Qur’an, 1986, hlm. 145.

Page 81: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

68

dalam amar putusannya menetapkan hukuman dengan hukuman cambuk.

Sebaliknya laki laki tersebut tidak puas dengan putusan Umar.

”Mengapa tuan menjatuhkan hukuman cambuk kepadaku?” Sementaradi antara kita ada kitab Allah?” Tanya laki-laki itu. Karena merasatidak bersalah. ”kitab Allah yang mana yang menerangkan bahwa akutidak boleh menjatuhkan hukuan cambuk kepadamu?” tanya Umarkepada laki-laki tersebut.Sesungguhnya Allah telah berfirman dalam kitabnya, tidak ada dosabagi orang-orang beriman dan mengerjakan amal sholeh karenamenkonsumsi yang telah mereka makan dahulu. Bila mereka bertakwaserta beriman dan mengerjakan amalan-amalan saleh, kemudianmereka tetap bertakwa dan berbuat kebajikan.(Qs Al Maidah).Samentara aku adalah termasuk orang-orang yang beriman dan berbuatkebaikan, kemudian bertaqwa dan tetap beriman sera berbuat baikkepada rang lain. Aku juga penah ikut perang bersama Rasulullah Saw.Dalam perang Badar, Uhud dan peperangan lainnya. ”kilah laki-lakiyang terpidana yang tidak memahami keputusan Umar.”Apakah kaliantidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan tesebut”, tanya Umarkepada para sahabat. 129

Sesungguhnya ayat tersebut turun sebagai alasan bagi orang-orang

terdahulu yaitu sebelum khamr diharamkan. Yaitu bagi mereka yang terlanjur

menegak khamr dan sebagai argumen bagi orang-orang munafik.

Sesungguhnya Allah telah berfirman ”wahai orang-orang yang beriman,

sesungguhnya (menegak) khamr, berjudi. Berkurban untuk berhala dan

mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan

setan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu termasuk orang-orang

yang beruntung. (al Maidah ayat 90). Maka kalau ia termasuk orang-orang

beriman dan beramal saleh, sesungguhnya Allah telah melarangnya untuk

menegak khamr.130Melihat hal tersebut, Sebelum memutuskan hukuman Umar

129 Ibid. Lihat juga Muhammad Abdul ‘Aziz al Halawy, Fatwa dan Ijtihad Umar binKhatab, Penj. Zubair Suryadi, Surabaya: Risalah Gusti, 2003, hlm. 265.

130 Ibid., hlm. 267.

Page 82: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

69

meminta pendapat sahabat dan akhirnya Ali bin Abi Thalib memberikan

pendapat.

Bahwa sesungguhnya seseorang apabila minum khamr, maka ia

mabuk, kalau sudah mabuk akan merasa melayang (fly), dan kalau sudah

melayang ia akan berbicara seenaknya dan membuat fitnah, sedangkan orang

yang membuat fitnah harus dikenakan hukuman cambuk sebanyak delapan

puluh kali, pendapat Ali memberikan argumentasi hukum. Akhirnya dalam

amar putusan, Umar menjatuhkan hukuman cambuk sebanyak delapan puluh

kali.

Riwayat diatas menjadi alasan sosiologis sebagai bukti bahwa pada

zaman tersebut masyarakat Arab sangat gemar meminum minuman keras.

Lebih parah dari itu, mereka sudah berani mempermainkan ayat al Quran

untuk melegitimasi kemunkaran yang mereka perbuat.

Riwayat terkait penambahan hukuman oleh Umar juga diriwayatkanoleh Imam Bukhari dan Saib bin yazid, dia berkata: ”Kami pernahmelihat peristiwa seseorang peminum minuman khamr di masaRasulullah memerintahkan Abu Bakar dan di awal pemeintahan Umar,kemudian kami menjatuhkan sanki pukulan kepadanya dengan tanganatau sandal atau selendang. Kemudian akhir pemerintahan Umar,beliau menetapkan hukuman cambuk sebanyak empat puluh kali, kalausi peminum sampai melebihi batas (mabuk) dan fisik, maka ia dijatuhihukuman cambuk sebanyak delapan puluh kali”.131

Dalam hal ini Umar telah menerapkan kebijakannya melalui ra yi

kemaslahatan umum tanpa melangkahi ketentuan dari para pendahulunya.

Tanpa harus menghilangkan hukuman sebanyak empat puluh kali, Umar tetap

menerapkan hukuman tambahan sebagai tuntutan kemaslahatan ummat.

131 Ibid., hlm. 267.

Page 83: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

70

Diriwayatkan Abdurrazaq dengan sanad shahih dari Ubaid bin Umair

yang tidak jauh berbeda dengan hadis yang disampaikan oleh Saib. Dalam

hadis yang disampaikan oleh Ubaid bin Umair menerangkan bahwa Umar

menetapkan hukuman cambuk kepada para pemabuk sebanyak empat puluh

kali. Ketika Umar melihat bahwa tindakan tersebut tidak mencegah kejahatan,

maka Umar menetapkan hukuman menjadi enam puluh kali. Akan tetapi

hukuman tersebut ternyata tidak membuat jera para penggemar minuman

keras, akhirnya Umar menerapkan hukuman sebanyak delapan puluh kali.

Dengan hukuan seberat ini Umar berkata:” ini adalah hukuman had paling

ringan”.132

Abu Daud dan Nasa’i meriwayatkan bahwa Khalid bin Walid pernah

mengirim surat kepada Umar. ”sesungguhnya banyak orang yang kecanduan

khamr, sementara mereka menganggap ringan dengan hukuman yang ada,”

tulis Khalid dalam suratnya.

Pada saat Umar menanggapi surat dari Khalid ini, di masjid banyaksahabat Anshar dan Muhajirin, diantara mereka Ustman bin Affan, Alibin Abi Thalib, Abdurahman bin Auf dan Tholhah bin Ubaidullah danZubai bin Awam. Maka Umar meminta pertimbangan kepada merekadalam menetapkan hukumannya. Menurut pendapat Ali bahwaseseorang mabuk dia tidak akan sadarkan diri dan asal berbicara, makapantas untuk dihukum delapan puluh kali. Sedangkan menurutAbdurahman bin Auf bahwa hukuman had minimal adalah delapanpuluh kali. Merekapun membuat konsensus hukum (ijma’), bahwa parapecandu khamr dijatuhi hukuman cambuk sebanyak delapan puluhkali.Dalam hal ini, Umar tidak hanya menetapkan bahwa hukuman bagipeminum minuman keras adalah delapan puluh kali. Lebih dari itu,Umar juga yang menetapkan bahwa Hukuman bagi pemabuk harusmenggunakan dera atau cambuk.133

132 Ibid., hlm. 268.133 Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar Bin Khatab, diterjemahkan oleh Masturi

Irham dari Manhaj Umar bin Khatab fi at Tasyri”, Jakarta: Khalifa, 2005, hlm. 265.

Page 84: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

71

Umar telah mengalihkan hukuman yang ringan menjadi berat dengan

menambahkan jumlahnya bahkan melipat gandakannya. Demikian itu karena

Umar melihat kondisi masyarakat (sosial) yang berbeda-beda, dan dengan

dilaksanakan hukuman itu diharapkan bisa membuahkan hasil, yaitu

mencegah berkembangnnya tindak kejahatan dalam masyarakat, sehingga

masyarakat akan bersih dari faktor-faktor yang merusak.134

Dari kebijakan yang telah di tetapkan Umar tentunya tidak hanya

melihat realita sosial yang membutuhkan kemaslahatan. Dari sisi riwayat

hadis, juga dijadikan pertimbangan oleh Umar bin Khatab. Jika melihat

riwayat hadis

: :

:.)(

Artinya:Diriwayatkan dari Anas RA: Sesungguhnya kepada Rasulullah telahdihadapkani seorang laki-laki yang meminum minuman keras, makarasul memukulnya dengan dua pelepah kurma sebanyak empat puluhkali, Anas berkata: dan dilaksanakan oleh Abu Bakar ketika datangmasanya Umar dimusyawarhkanlah dengan yang lain, berkataAbdurrahman: hukuman had yang paling rendah adalah delapanpuluh, maka Umar menyuruhnya. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud danTirmidzi)

Umar bin Khatab masih mengikuti pendahulunya yaitu mencambuk

peminum minuman keras sebanyak empat puluh kali cambukan. Akan tetapi,

melihat realita sosial yang semakin parah. Umar akhirnya bermusyawarah

dengan para sahabat. Dari pendapat yang muncul, ada pendapat Ali bin Abi

134 Muhammad Abdul ‘Aziz al Halawy, op.cit.135 Teungku Muhammad Hasybi as Sidqi, op.cit.

Page 85: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

72

Thalib menyamakan had peminum minuman keras dengan qozaf karena

kesamaan akibat yang ditimbulkan. Begitu juga dengan pendapat Abdurahman

bin Auf bahwa hukuman pemabuk harus mengikuti jumlah minimal dalam had

yaitu delapan puluh kali. Hal tersebut wajar jika melihat hadis-hadis rasul

yang masih membutuhkan penafsiran, diantaranya hadis

: : . :

.)(

Artinya: dari Abdullah bin Amar berkata: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa yang meminum minuman keras maka cambuklah dia, apabilamengulangi maka cambuklah dia, apabila mengulangi cambuklah dia,apabila masih mengulangi maka bunuhlah dia. Abdullah bekata:

hadapkan kepadaku seorang lelaki peminum minuman keras yangkeempat kalinya maka aku akan membunuhnya . (HR Ahmad)

Hadis diatas menerangkan kondisi secara umum bahwa hukuman

cambuk sangatlah kondisional. Jika secara umum hukuman cambuk sangat

kondisional, maka sangat memungkinkan bagi hukuman cambuk peminum

minuman keras lebih subjektif terkait penerapannya dalam mencapai tujuan

hukum.

Sebagaimana menurut riwayat dari Abdurahman bin Abdullah binKhalid bin Ibrahim bin Ahmad al Farbari al Bukhari Abdulah binAbdul Wahab al Hajibi Khalid bin al Haris bin Sofyan Atsauri bin AbuHusain Berkata:” saya mendengar Amir Sa’ad an Nakhoi berkata” sayamendengar Ali bin Abi Thalib berkata: ”saya tidak akan menghukumhad seseorang kemudian dia meninggal kecuali bagi peminumminuman keras, maka meskipun dia dihukum mati tetap akandilaksanakan hukuman tersebut. Hal tersebut karena Rasul tidakpernah menyunahkannya”.137

136 Hadist ini diriwayatkan juga oleh al Harats ibn Abi Usamah dalam musnadnya.Derajat hadis ini Munqoti . lihat Teungku Muhammad Hasybi as Sidqi, Koleksi Hais-hadisHukum, Semarang: PT Pustaka Rizki Utama, 2001, hlm 195. juga di Syaukani, loc.cit., hlm. 369.

137 Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin hazm al Andalusi, Al Mahalli, Jilid 13 Bairut:Darul Fikr, hlm.112.

Page 86: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

73

C. Metodologi Ijtihad Umar bin Khatab dalam Penerapan HukumanCambuk Bagi Peminum Minuman Keras dan Ketetapan Hukumnya.

Konsensus ijma’ yang dilaksanakan para sahabat merupakan alasan

ketetapan hukuman cambuk sebanyak delapan puluh kali oleh Umar,

meskipun secara spesifik ijma’ tersebut berlandaskan qiyas yang diusulkan Ali

bi Abi Thalib dan Abdurahman bin Auf. Perkembangannya selanjutnya Umar

tetap memberikan hukuman cambuk maksimal sebanyak delapan puluh kali.

Sebagaimana ijma’ yang dilakukan untuk mengistinbathkan sebuah

hukum, ketetapan Umar sebelumnya telah memberikan konsekuensi dasar

hukum yang diambil. Sebelum terjadinya ijma’ yang menetapkan hukuman

sebanyak delapan puluh kali, Umar telah melaksanakan hukuman dengan

berbagai cara, hemat penulis Umar berijtihad dengan menggunakan maslahah

mursalah.138 Selama ini tidak ada ketentuan yang pasti tentang hukuman

cambuk bagi peminum minuman keras dalam nash sharih. Selama itu pula

tidak ada keputusan bersama dari para sahabat, sehingga masing-masing

langsung merujuk kepada riwayat-riwayat Nabi yang dapat dijadikan rujukan.

Ijma’ yang dilaksanakan pada masa Umar ternyata tidak menjadi

ketentuan yang pasti, para sahabat diantaranya Ustman, Ali dan Abdullah bin

Ja’far mendera peminum minuman keras sebanyak empat puluh kali setelah

138 Alasan menjadikan maslahah mursalah sebagai istinbath hukum karena ketetapanyang ditetapkan Umar tidak berlandaskan keutuhan teks yang membahas tentang hukumancambuk bagi peminum minuman keras. Bahkan pertimbangan yang keluar sama sekali darikemaslahatan untuk peminum minuman keras itu sendiri, yaitu kemaslahatan umat secara umat,dimana umat muslim pada waktu itu sudah mulai meremehkan agama dan banyak kasus yangdisebabkan oleh maraknya peminum minuman keras. Maslahah sendiri mempunyai definifimanfaat, secara terminologi yaitu mengambil manfaat dan menolak kemudaratan dalam rangkamemlihara tujuan-tujuan syari’. Nasrun Haroen, Uhul Fiqh I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997,hlm. 114.

Page 87: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

74

kematian Umar.139hal tersebut tidak lepas dari prediksi para sahabat bahwa

konsensus yang dilaksanakan pada zaman Umar bukanlah sebuah ijma’.140

Hemat penulis, bahwa ijma’ yang ditetapkan pada saat itu adalah ijma

sukuti.141 Perbedaan pendapat para ulama yang dalam penerapan hukuman

cambuk bagi peminum minuman keras tidak merujuk kepada ijma’ yang telah

ditetapkan Umar dikarenakan yang mendasari dari ijma’ tersebut adalah qiyas

yang diusulkan Ali bin Abi Thalib, dan kemaslahatan umum yang diusung

Umar. Ketika kemaslahatan dan perbedaan pandangan ulama tentang qiyas

yang mendasari berubah, maka berubah juga hukum yang dapat

diistinbathkan.

Ijtihad Umar yang dianggap konsisten dalam melihat permasalahan

penerapan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras adalah maslahah

mursalah. Jika melihat realita pada zamannya, di mana daerah kekuasaan

Islam sangat luas, melihat kemaslahatan secara umum sangat dibutuhkan.

Umar dalam melihat kasus ini mengembalikannya kepada kemaslahatan syar i

secara umum.

139 Muhammad Baltaji, loc.cit, Hlm. 289.140 Asy Syaukani berkata: ”para sahabat tidak bersepakat untuk menentukan batasan

tertentu (dalam jumlahnya). Dan tidak ada ketentuan khusus bahwa Rasul telah menetapkanhukuman kepada para peminum minuman keras. Akan tetapi Rasul pernah mendera peminumminuman keras dengan sandal, pernah dengan pelepah kurma, dan pernah dengan menggunakankedua-duanya bersama-sama. Pernah Rasul mendera mereka dengan keduanya ditambah dengansabetan kain, dan pernah pula dengan pukulan dan sandal. Adapun dasar dari ketentuan-ketentuandi atas adalah cara perkiraan belaka. Oleh karena itu, dalam sebuah riwayat Anas RadhiyallahuAnhu, ia berkata, ”Antara empat puluh”. Muhammad Baltaji, loc.cit, Hlm. 290.

141 Ijma Sukuti adalah pendapat sebagian mujtahid pada satu masa tentang hukum suatumasalah dan tersebar luas, sedangkan sebagian mujtahid lainya hanya diam saja setelah menelitipendapat mujtahid yang dikemukakan. Ijma Sukuti ini pengaruhnya terhadap hukum tidakmeyakinkan, karenanya para ulama ushul fiqh menempatkannya sebagai dalail dzanni, lihatNasrun Haroen, loc.cit., hlm. 57.

Page 88: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

75

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM PENERAPAN

HUKUMAN CAMBUK BAGI PEMINUM MINUMAN KERAS

A. Analisis kebijakan Umar bin Khatab dalam Penerapan Hukuman

Cambuk Bagi Peminum Miuman Keras.

Pada dasarnya, ketentuan had bagi peminum minuman keras telah

terdapat dalam nash al Quran. Bahkan secara bertahap al Quran menerangkan

pelarangan meminum minuman keras dengan tujuan supaya di terima

masyarakat Arab. Karena minuman keras merupakan kebiasaan yang telah

mendarah daging.142

Jika dilihat dari kebijakan Umar pada masanya, maka kebijakan

tersebut merupakan ijtihad seorang faqih yang tidak diragukan kedlobitannya.

Sebagaimana khalifah sebelum Umar yaitu Abu bakar dan sesudahnya Ustman

bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib yang merupakan Khulafaurasyidin, mereka

mempunyai wewenang dalam membuat kebijakan atas dasar ijtihad mereka.143

Maka sebagai sahabat, Umar tidak akan pernah meninggalkan sunnah

Nabi. Termasuk dalam seluruh bentuk ijtihadnya. Tanpa terkecuali dalam

kasus pemabuk. Untuk menganalisis kebijakan Umar bin Khatab terkait hal

142 Sebagaimana dalam ayat yang diturunkan secara bertahap, hal tersebut menunjukanbahwa masyarakat Arab sangat gemar dalam meminum minuman keras. Ayat tersebut terdapatdalam surat al Baqoroh: 219, Surat an Nisa: 43 dan surat Annahl: 67.

143 Para sahabat termasuk para mujtahid mutlak, bahkan dijadikan sebagai pijakan dalampengambilan istinbat hukum Islam, dalam ilmu ushul fiqh disebut madzhab sahabi, meskipunbegitu ada banyak perbedaan pendapat terkait fatwa-fatwa yang dapat dijadikan pijakan hukum.sebagaimana menurut al Amidi Mujtahid dibagi menjadi dua, yaitu mujtahid mutlak dan mujtahidmadzhab. Lihat al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, Baerut: Dar al Kutub al-Ilmiyyah, Juz IV, hlm. 171.lihat juga Satria Efendi M Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Predana Media Group, 2009, hlm. 169.

Page 89: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

76

tersebut, tentunya analisis nash sunnah akan menjadi pijakan dasar, untuk

menentukan sejauh mana Umar bin khatab berpijak pada sunnah Nabi.

Permasalahan yang mendasar pada kasus ini adalah penambahan

hukuman cambuk oleh Umar menjadi delapan puluh, yang sebelumnya tidak

pernah ditetapkan oleh Nabi dan Abu Bakar. Dalam hal ini, untuk mendapat

kejelasan substansi sunnah, kodifikasi dari hadis Nabi akan memberikan

gambaran umum terkait apa yang dapat diambil dari ketentuan-ketentuan

Nabi.

Hadis yang dapat diteliti bermula dari sebuah riwayat, dimana

Rasulullah menemui orang yang telah meminum khamr dan bersabda,

”pukulah dia” Abu Hurairah berkata, ”sebagian kita ada yang memukul

dengan tangan, ada yang dengan sandal, ada pula yang hanya menderanya

dengan pakaian kita.144

Dalam riwayat Abu Yusuf, ”Rasulullah mendera orang yang meminum

minuman keras dengan empat puluh kali cambukan. Abu Bakar juga empat

puluh, dan disempurnakan Umar dengan delapan puluh kali dera. Semua itu

adalah sunnahku”145

Dalam riwayat al Bukhari dan Ahmad, Dari As Saib bin Yazid, Ia

berkata: di zaman Rasulullah, masa Abu Bakar dan awal masa Umar, kita

144 Imam Al Syaukani, Nailul Autor,Jilid IV, Baerut: Darul Kitab al ‘Alamiyah, t.th. hlm.314.

145 Sebagaimana dalam hadis: :.

)(Artinya: Diriwayaan dari muslim dari Ali bin Abi Tholib dalam riwayat Walid ibnu

”uqbah: ”Nabi Muhammad Saw menjilid empat puluh sedangkan Abu Bakar empat puluh, danUmar delapan puluh. Semua itu adalah sunnah dan ini lebih aku sukai. (HR. Muslim). Lihat Abual-Husayn bin Hajjaj al-Qusyairy, Shahih Muslim, Jakarta: Dar al Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah,t.th, hlm. 117.

Page 90: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

77

mendatangi peminum minuma keras. Tindakan kita terhadap mereka itu

adalah memukul mereka dengan tangan, sandal dan sorban kita. Ketika datang

masa khalifah Umar, kita masih mendera meraka dengan empat puluh kali

cambukan. Karena para peminum minuman keras itu meremehkan dan tidak

merasa jera dengan hukuman empat puluh, kita lantas menghukumnya dengan

delapan puluh kali cambukan.146

Sebagaimana kita lihat dalam riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasul

bersabda, ”pukullah mereka” dengan tidak memberikan batasan dan jumlah

tertentu, bagaimana caranya, dan dengan apa mereka harus di cambuk.

Sehingga sebagian sahabat ada yang memukul mereka dengan tangannya, ada

yang dengan sandalnya dan ada juga yang dengan pakaiannya. Dan ini juga

yang telah diriwayatkan oleh As Saib bin Yazid.

As Saib juga menambahkan, bahwa hukuman ini tidak hanya berlaku

pada masa Rasul, akan tetapi berlaku juga pada masa khalifah Abu Bakar, dan

awal-awal pemerintahan Umar. Pada saat itu, mereka (Rasul dan para

Khalifah), menghukum peminum minuman keras dengan pukulan

menggunakan tangan, sandal, sorban mereka.147

Pada perkembangan selanjutnya, Umar menetapkan kepada peminum

minuman keras empat puluh kali cambukan. Hal ini dilakukan setelah para

146 Imam Al Syaukani, op.cit.147 Hadis tersebut berbunyi:

:

.

lihat Abi Abdullah Muhamad Ibnu Ismail al Bukhori, Matan AlbukhoriBihayiyatissanadi, juz 4, Daru Ihyail Kutub Al Arobiyah, tth, hlm. 326.

Page 91: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

78

peminum di hukum, tetapi mereka tidak merasa jera, dan bahkan

menyepelekan hukuman empat puluh cambukan itu. Sehingga akhirnya Umar

menambahkan dengan dera sebanyak delapan puluh kali.

Dari riwayat ini dan riwayat Abu Hurairah di depan, dapat kita ketahui

bahwa, Umarlah yang menentukan batasan atau jumlah hukuman dera pada

peminum minuman keras. Yaitu dengan menjadikannya empat puluh kali,

kemudian dengan delapan puluh kali deraan.

Akan tetapi dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik dari Imam

Muslim: Bahwa Rasulullah dan Abu Bakar sebelum Umar, telah mendera

peminum minum minuman keras dengan empat puluh kali cambukan.148

dalam sebuah riwayat yang disebutkan oleh Imam al Bukhari, Muslim dan

Ahmad, bahwa Rasul mendera dengan mengunakan pelepah kurma dan sandal

(dengan tanpa ada batasan jumlah). Dan bahwa Abu Bakar juga mendera

dengan empat puluh kali deraan.149

Dari kumpulan hadis di atas, Pertama-tama yang harus kita perhatikan

adalah, menentukan batasan hukuman yang diberikan Rasul kepada peminum

minuman keras (pada masa beliau), karena kita harus mengikuti sunnah. Dan

berdasarkan riwayat-riwayat di atas, dapat disimpulkan ada dua kemungkinan.

pertama, Rasul tidak menentukan batasan tertentu, sebagaimana yang terdapat

dalam riwayat Abu Hurairah dan As Saib bin Yazid. Kedua, bahwa Rasul

mendera peminum minuman keras ini dengan membatasi jumlahnya yaitu

148 hadis tersebut berbunyi.

lihat Abu al-Husayn bin Hajjaj al-Qusyairy, loc.cit.,hlm.117.149 .)( lihat Abi Abdullah Muhamad Ibnu Ismail al Bukhari, op.cit.,hlm. 325.

Page 92: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

79

empat puluh kali dera. Sebagaimana dalam riwayat Abu Yusuf yang diperkuat

oleh riwayat Muslim.

Jika mengambil kemungkinan pertama, maka kita anggap hukuman

kepada peminum minuman keras adalah ta’zir. Hukuman yang batasannnya

tidak ditentukan.150 Bukan sebagai had (hukuman yang batasannnya telah

ditentukan syara’). Riwayat ini dikuatkan oleh riwayat Ali bin Abi Thalib. Ia

berkata.”Setiap saya memberikan hukuman had, kepada seseorang. Meskipun

ia sampai meninggal, saya tidak merasakan apa-apa (tidak merasa bersalah),

kecuali pada peminum khamr. Jika mereka meninggal, saya merasa

bertanggung jawab (ada yang mengganjal di hati saya). Hal ini karena Rasul

tidak pernah menyunnahkannya (untuk membunuhnya)”.151

Dan jika mengambil kemungkinan kedua, berarti menganggap bahwa

hukuman meminum minuman keras merupakan had sejak zaman Rasul. Dan

batasan jumlahnya adalah empat puluh kali cambukan.

Masing-masing dari kumpulan hadis di atas telah dijadikan rujukan

dalil oleh golongan-golongan tertentu, untuk memperkuat pendapatnya

masing-masing. Dari itu, kita harus berusaha mencari riwayat yang lebih rajih

(kuat). Dengan cara membidiknya dari segi sanadnya. Yaitu riwayat mana

yang sanadnya lebih rajih. Maka itulah yang kita pilih. Akan tetapi dari hadis

yang telah dipaparkan diatas, menurut hemat penulis semuanya dapat

150 Secara bahasa Ta’zir bermakna memberi pendidikan etika, sedangkan menurutterminologi syara’ bermakna memberi pendidikan etika atas perbuatan dosa yang tidak adaketentuan had (hukumannya) dan tidak ada ketentuan denda (kafarahnya)nya. Lihat Abu Bakaribnu Muhammad Syato Addimyati, anatutholibin, jilid IV, Baerut: Darul ‘Ashosoh, 2005, hlm.166.

151 Imam Al Syaukani,op.cit.,hal 231.

Page 93: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

80

dipertanggung jawabkan sanadnya, dengan pertimbangan bahwa para perawi

merupakan orang orang yang terpercaya.

Menurut pendapat Imam Muhamad Nawawi ibnu Umar al Jawi,

tambahan yang dilakukan oleh Umar bin Khatab adalah ta’zir. Dengan alasan

bahwa ketetapan yang pasti dari hukuman peminum minuman keras adalah 40

cambukan sebagaimana ketetapan Rasul. Apabila 80 cambuk adalah had maka

tidak diperbolehkan meninggalkannya, sedangkan ketentuan yang pasti adalah

40 cambuk maka tambahannya adalah ta’zir. 152

Berbeda dengan pendapat Imam Nawawi, Dalam satu riwayat shahih

berbunyi, ”bahwa jika didatangkan kepada Umar, seseorang yang meminum

minuman keras, maka ia menderanya dengan delapan puluh kali deraan. Dan

jika datang kepadanya seorang peminum miuman keras secara kebetulan

(tidak sering), maka ia menderanya dengan empat puluh kali

cambukan”.153dari kedua hadis di atas menjelaskan bahwa Umar menghukum

peminum minuman keras dengan 80 kali cambukan.

Ibnu al Qoyim pun berpendapat sama, dengan berkata: ”Umar binKhatab telah memberikan bermacam-macam hukuman kepadapeminum minuman keras, pernah dia menghukum mereka dengan

152 Muhammad Nawawi al Jawi, Tausyih Ala Ibnu Qosim, Surabaya: Darul Ulum, t.th,hlm. 248.

153 Hadis terkait riwayat tersebut berbunyi :

.. (Artinya: dari Saib bin Yazid berkata: datang kepada kami pada masa Raulallah Saw

seorang peminum minuman keras dan masa pemerintahan Abu Bakar dan pertengahanpemerintahan Umar, maka kami melaksanakan hukuman dengan memukul memakai tangantangan, sandal dan kain. Sampai pada masa pertengahan pemerintahan Umar maka diberlakukanempat puluh cambukan, dikala jumlah pemabuk sudah melampaui batas dan sudah sangat berani,diberlakukanlah delapan puluh kali cambukan.(HR Ahmad dan Bukhori) lihat, Abi AbdullahMuhamad Ibnu Ismail al Bukhori, Matan Albukhori Bihayiyatissanadi, juz 4, Daru Ihyail KutubAl Arobiyah, tth, hlm. 171.

Page 94: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

81

menggunduli kepalanya, pernah mengasingkannya, pernah juga iamenambahkan empat puluh kali dera, setelah mereka menerima derayang diwajibkan Rasulullah dan Abu Bakar. Yaitu empat puluh. Danpernah juga ia membakar toko yang dipergunakan untuk menjualminuman tersebut”.154

Assyatibi berpendapat sama sebagaimana pendapatnya di depan,

bahwa Rasul tidak menetapkan batasan tertentu bagi peminum minuman

keras.155 Assyaukani berkata: ”para sahabat tidak bersepakat untuk

menentukan batasan tertentu (dalam jumlahnya). Dan tidak pernah ada

ketentuan khusus bahwa Rasul menetapkan hukuman kepada para peminum

minuman keras”. Akan tetapi, Rasul pernah mendera peminum khamr dengan

sandal, pernah dengan pelepah kurma dan pernah dengan keduanya bersama-

sama. Pernah rasul mendera meraka dengan menambah deraan kain. Dan

pernah juga dengan pukulan dan sandal. Adapun dasar dari ketentuan-

ketentuan di atas adalah dengan perkiraan belaka. Oleh karena itu, dalam

riwayat Anas RA. Ia berkata, ”Antara empat puluh”.156

Dari pemaparan di atas, dapat kita pahami bahwa, sudah menjadi hal

yang tidak diragukan lagi, bahwa setiap peminum minuman keras harus

dihukum, yaitu dengan pukulan, dera atau cambuk. Ini yang menjadi

kesepakatan semua riwayat yang ada.

Akan tetapi, pada kejadian-kejadian atau kasus-kasus tentang hukuman

kepada para peminum minuman keras, Rasul tidak menentukan batasan dan

ketentuan dera atau cambuk. Beliau hanya memerintahkan kepada para

154 Ibnul Qoyyim Muhammad bin Abu Bakar bin Ayub, Alam al Muwaqi in, jilid.II.Mesir: al Manar, tth, hlm 138.

155 Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar Bin Khatab, diterjemahkan oleh MasturiIrham dari Manhaj Umar bin Khatab fi at Tasyri”, Jakarta: Khalifa, 2005, hlm. 290.

156 Imam Al Syaukani,Jilid VII, loc.cit.,hal 231.

Page 95: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

82

sahabat untuk memukul para peminum minuman keras. Kemudian para

sahabat melaksanakannya. Sebagian mereka ada yang memukul menggunakan

tangan, sandal atau dengan kain. Atau pada kejadian lain, mereka memukul

dengan pelepah kurma.

Jika dilihat dari riwayat-riwayat tersebut, bahwa Rasul dalam semua

kejadian yang berkenaan dengan peminum minuman khamr tidak

memerintahkan untuk mendera dengan jumlah dan batasan tertentu,

sebagaimana beliau tidak memerintahkan kepada para sahabat untuk memukul

dengan alat tertentu. Akan tetapi perintah Rasul itu tidak lebih merupakan

perintah secara umum, yaitu untuk memberikan hukuman secara mutlak

kepada peminum minuman khamr.157

Kemudian, setelah kematian Rasul, ketika para sahabat ingin

memberikan hukuman kepada para peminum minuman keras (karena mereka

ingin sekali mengikuti jejak rasul secara persis) maka mereka saling bertanya

tentang jumlah dera pada masa Rasul, agar mereka mencambuk sama persis

dengan Rasul. Mereka kemudian mengira-ngirakan cambukan Rasul dengan

empat puluh atau antara empat puluh. Dari itu, maka Abu Bakar mencambuk

para peminum minuman keras dengan jumlah empat puluh kali.

Dari perkiraan-perkiraan ini, datanglah beberapa riwayat yang

mengatakan Rasul mendera dengan empat puluh kali. Abu Bakar juga empat

puluh kali. Dari sikap para sahabat menjurus kepada mengira-ngira cambukan

157 Muhammad Baltaji, loc.cit.,hlm. 290.

Page 96: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

83

yang dilaksanakan Rasul dengan empat puluh. Dengan perkiraan tersebut

dapat dikatan Rasul mencambuk dengan empat puluh.

Jika demikian, berarti ada perbedaan yang sangat tipis antara dua

kemungkinan, bahwa Rasul telah menetapkan empat puluh dalam kasus

apapun, dan bahwa empat puluh ini adalah batasan tertentu, seperti had-had

Allah yang lain. Atau sahabatlah yang mengira-ngirakan apa yang terjadi pada

zaman Rasul, yaitu empat puluh atau hanya kurang lebihnya saja.158

Kemungkinan pertama tidak pernah terjadi sama sekali. Dengan alasan

adanya riwayat-riwayat shahih yang lain, khususnya dua riwayat Abu

Khurairah dan As Saib bin Yazid. Sehingga kemungkinan kedualah yang

terjadi.

Perbedaan yang tipis ini yang hampir tidak dapat diketahui dapat

mendatangkan pertentangan secara dzahir pada riwayat riwayat hadis yang

sangat beragam. Padahal pada hakikatnya antara riwayat-riwayat itu tidak ada

pertentangan sama sekali.

Diriwayatkan oleh Ibnu Rusyd dari beberapa ulama, bahwa Rasul

dalam masalah ini tidak menentukan batasan tertentu. Rasul hanya mendera

para peminum minuman keras dengan memakai sandal, dengan cambukan

yang tidak ditetapkana hitungannya. Kemudian Abu Bakar bermusyawarah

dengan para sahabat, berapa kali Rasul mendera para peminum minuman

khamr? maka mereka mengira-ngirakan dengan empat puluh.

158 Muhammad Baltaji, loc.cit.,hlm.291.

Page 97: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

84

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudzri, bahwa sanya Rasul memukul

para peminum minuman keras menggunakan dua sandal sebanyak empat

puluh kali. Umar kemudian mengganti setiap pukulan dengan satu kali dera

atau cambukan.159

Diriwayatkan dari sanad lain, yang lebih kuat riwayat sebelumnya.

Dari Said al Khudzri, bahwasanya Rasul mendera para peminum minuman

keras empat puluh kali cambukan. Riwayat ini berasal dari Ali bin Abi Thalib

dari Nabi Saw, dengan jalan riwayat yang lebih kuat (rajih) dan riwayat inilah

yang dipakai imam Syafi’i. 160

Dengan demikian kita dapat menerima dan mengumpulkan semua

riwayat yang ada. Kita juga dapat menerima pendapat yang mengatakan

bahwa Rasul menetapkan empat puluh dalam satu atau dua kasus. Akan tetapi

tidak pada keseluruhan kasus yang terjadi. Sebagaimana yang ditunjukan oleh

riwayat-riwayat shahih yang lain.

Penerimaan ini sesungguhnya tidak bertentangan dengan gambaran

terhadap masalah ini (hukuman terhadap peminum minuman keras). Karena

Rasul dalam satu kesempatan menetapakan jumlah tertentu, dan tidak pada

kesempatan yang lain. Ini membuktikan bahwa tidak ada batasan tertentu,

dalam artian batasan syar’i yang harus ditetapkan dalam keadaan atau kasus

yang berbeda.

Dalam satu kesempatan, Rasul melihat adanya maslahat untuk

memukul dengan memakai kain, sandal atau dengan tangan. Namun dalam

159 Teungku Muhammad Hasybi as Sidqi, loc.cit.,hlm.185.160Abu al Walid Muhammad bin Ahmad bin Rasyad al Qurtubi al Andalusi, Bidayatul

mujtahid wa Nihayah al Muqtasid, Jilid II, Mesir: Ahmad Kamil, 1917. hlm. 371.

Page 98: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

85

kesempatan lain, beliau melihat ada kemaslahatan dengan menyambuk para

peminum minuman keras dengan empat puluh kali deraan. Dan dalam

kesempatan lain dengan pelepah kurma, dan seterusnya sesuai dengan keadaan

sang peminum khamr tersebut.

Dari sini dapat kita ketahui bahwa batasan yang dipergunakan oleh

para sahabat (atau hanya sebagian saja) sebagaimana Rasul mendera dengan

empat puluh kali, didasarkan pada satu atau dua kejadian saja. Yaitu

sebagaimana yang mereka saksikan bahwa Rasul mendera para peminum

minuman keras dengan empat puluh kali atau sepadannya dengan itu.

Sebagaimana ditetapkan dera dengan jumlah yang jelas, padahal Rasul

hanya memerintahkan untuk memukul secara mutlak (tanpa batasan tertentu),

dengan tidak memberikan batasan tertentu yang harus diikuti, sehingga

tambahan terhadap hukuman ini semata-mata hanyalah untuk menakut nakuti

saja. Dan ketika Rasul mengurangi hukuman peminum minuman keras kurang

dari empat puluh berarti hukuman itu tetap had.161

161 Pertentangan para ulama, tidak hanya pada batasan hukuman bagi peminum minumankeras, lebih dari itu terkait esensi dari meminum minuman keras merupakan hukuman had atauta’zir. Untuk mengetahuinya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dari haddan ta’zir. Had secara ijma’merupakan hukuman yang telah ditentukan hitungan dan batasannyaoleh syara’. Akan tetapi menurut Ibnul Qoyim, bahwa yang dimaksud dengan had bukanlahhukuman bagi kejahatan tertentu, yang dimaksud syara’ dengan had sebenarnya adalah ialah setiphukuman terhadap setiap kejahatan besar maupun kecil. Lihat Teungku Muhammad Hasybi asSidqi, op.cit.,hlm.203. adapun ta’zir adalah hukuman yang diberikan selain syara’. Secara bahasabermakna memberikan pendidkan etika, sedangkan menurut syara’ bermakna memeberikanpendidkan etika atas perbuatan dosa yang tidak ada ketentuannya had ataupun denda. Adapun dalilhukum sebelum ijma’ adalah firman Allah Swt:

ãA%y Ìh•9$# šcqãBº§qs% ’ n?tã Ïä!$|¡ÏiY9$# $yJ Î/ Ÿ@žÒ sù ª!$# óOßgŸÒ÷èt/ 4’ n?tã <Ù ÷èt/ !$yJ Î/ ur (#q à)xÿRr& ô ÏB öN ÎgÏ9º uqøB r& 4

àM»ysÎ=» ¢Á9$$sù ìM»tG ÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=ø‹tóù=Ïj9 $yJ Î/ xá Ïÿym ª!$# 4 Ó ÉL»©9$#ur tbqèù$sƒ rB  Æèdy—q à±èS  Æèdq ÝàÏèsù £ èdr ã• àf÷d$#ur ’Îû

Æì Å_$ŸÒyJ ø9$# £ èdqç/ ÎŽôÑ$#ur ( ÷bÎ* sù Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh

Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),

Page 99: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

86

Dari gambaran ini, dapat kita simpulkan, bahwa riwayat hadis yang

berhubungan dengan masalah ini adalah hadis shahih. Kita dapat menerima

riwayat yang berasal dari Ali bin Abi Thalib yang menerangkan bahwa Rasul

Saw pernah mendera empat puluh kali. Di samping itu, kita juga dapat

menerima riwayat yang mengatakan bahwa Rasul tidak menetapkan jumlah

dera dalam banyak kasus khamr.

Jika menelaah kembali perkataan Ali bin Abi Thalib. Sebagaimana

yang diriwayatkan oleh Ibnu Hazm” semuanya adalah sunnah” sebagai

konsekuensi bahwa Rasul pernah mendera empat puluh kali. Abu Bakar juga

empat puluh sedangkan Umar delapan puluh kali.

Hal tersebut dapat diartikan bahwa Rasul mendera 40 kali, beliau tidak

menetapkan batasan dan jumlah dera dalam semua kasus minuman keras. Dan

selanjutnya kaum muslimin begitu juga adanya, yaitu tidak menetapkan

batasan dan jumlah dera. jika demikian maka keputusan Umar bin Khatab

dengan melebihkan hukuman lebih dari empat puluh dianggap sunnah.

Riwayat ini juga telah diriwayatkan Abu yusuf.

Arti perkataan ”semua adalaha sunnahku” adalah sebagaimana dalam

suatu riwayat dari Ali, dari Nabi yang mengatakan bahwa beliau mendera

dengan batasan tertentu yaitu empat puluh kali, akan tetapi hanya kebetulan

dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Makawanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untukmenyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. Lihat Ahkamul Fuqoha(Solusi Problema Aktual Problema Hukum Islam), Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr (LTN) NU,2007, hlm. 591.

Page 100: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

87

atau karena keadaan tertentu (hanya dalam kasus-kasus tertentu), dan bukan

dalam kasus khamr. Jika tidak, bagaimana mungkin keputusan Umar juga

termasuk sunnah. Padahal Rasul telah mentapkan dengan empat puluh.

Jika kita menggabungkan riwayat ini dengan perkataan Ali bahwa

Rasul tidak menyunnahkan hukuman bagi peminum minuman keras dengan

batasan atau jumlah tertentu dan jika kita menggabungkan riwayat ini dengan

riwayat-riwayat lain, yang datang dari Abu Hurairah dan As Sain bin Yazid,

maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa Rasul tidak menetapkan

bentuk hukuman yang baku bagi peminum minuman keras.

Meskipun secara riwayat, Rasul tidak menentukan bentuk hukuman

bagi peminum minuman keras. Para ulama bersepakat bahwa meminum

khamr itu termasuk dalam had. Sebagaimana telah menjadi ijma’ untuk

menentukan hukuman bagi peminum minuman keras dengan hukuman

tertentu. Tidak dengan hukuman pelanggaran lain.

Dari situ kita dapat mengetahui, bahwa terdapat hikmah mendalam

dalam menyebutkan hukuman bagi peminum minuman keras. Yaitu bahwa

hukuman ini telah ditetapkan oleh Rasul dengan cara memukul atau

mencambuk, dalam artian umum. akan tetapi beliau tidak menetapkan jumlah

atau batasan cambuk tersebut. Bahkan beliau menyerahkannya kepada para

hakim untuk menentukan hukuman sesuai keadaaan dan pertimbangan yang

layak. Dengan begitu, dalam masalah ini, terkumpul antara bentuk hukuman

yang ditentukan dengan batasan yang belum ditentukan.

Page 101: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

88

Dapat dikatan bahwa sudah menjadi ijma’ para sahabat untuk

memberikan hukuman dera kepada setiap peminum minuman khamr. Adapun

perbedaan meraka dalam menetapkan jumlah dera. Dalam artian, mereka

bersepakat dalam menentukan hukumannya yaitu dera, dan berbeda pendapat

dalam menentukan jumlah dan batasannya. Karena hal itu tergantung pada

keadaan dan kasus peminum khamr.

Menurut Assyaukani bahwa para sahabat tidak bersepakat dalam

menentukan batasan dan jumlah tertentu. Rasul juga tidak menetapkan jumlah

batasannya. Kemudian Asyaukani melanjutkan perkataan, sebaiknya kita

melaksanakan apa yang ada dalam syari’at, karena kesemuanya adalah boleh.

Bagaimanapun model dan jenis dera yang diberikan kepada peminum khamr,

sudah berarti melaksanakan syari’at, sebagaimana yang telah ditunjukan oleh

perkataan dan perbuatan Rasul dalam hadis, barang siapa meminum khamr,

maka berikanlah hukuman dera kepadanya.

Hukuman dera atau cambuk yang diperintahkan, adalah dera yang

dilaksanakan oleh Rasul (meskipun ada sebagaian sahabat yang menjelaskan

jumlahnya) dengan tidak ada dalil yang menerangkan kewajiban untuk

mendera dalam jumlah tertentu, yang tidak sah jika kurang atau lebih dari itu.

162

Bahkan menurut Ibnul Mundzir, At Thabari dan yang lain, dikisahkan

dari sebagian ulama, bahwa minum khamr tidak ada hadnya, hanya saja ada

ta’zirnya. Pendapat mereka berdasarkan pada riwayat-riwayat yang

162 Imam Al Syaukani,Jilid VII, loc.cit.,hal. 319-320

Page 102: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

89

dinisbatkan kepada Rasul dari para sahabat, yaitu untuk memukul mereka

dengan pelepah kurma dan sandal.

Hemat penulis, dengan adanya ijma’ sahabat pada masa kekhalifahan

Umar bin Khatab, dapat dijadikan landasan untuk dijadikan acuan. Bahwa

hukuman bagi peminum minuman keras sebanyak 80 kali bisa dijadikan

landasan pengambilan hukum maksimal bagi pemabuk, tentunya dengan

semua alasan yang melatar belakanginya. Sehingga kesemuanya merupakan

sunnah dan seluruh jumlah yang ditetapkan adalah had.163

B. Analisis Alasan Umar bin Khatab dalam Penambahan Hukuman

Cambuk Bagi Peminum Minuman Keras.

Jika melihat Realita sosial yang terjadi pada zaman Umar bin Khatab.

Yaitu pada masa ekspansi daulah Islamiyah dimana banyak bermunculan

masalah-masalah baru yang harus diselesaikan. Umar bin Khatab sebagai

khalifah dituntut untuk memberikan solusi dari ajaran Islam yang Rahmatan

lill’alamin. Secara khusus termasuk di dalamnya kasus bagi para pemabuk

yang merajalela di kalangan Arab.

Permasalahan dalam penambahan hukuman cambuk bagi peminum

minuman keras ini sebagaimana telah diterangkan di bab sebelumnya dimulai

163 Bagi ulama yang berpendapat bahwa hukuman yang ditetapkan Umar sebanyak 80 kaliadalah had dan ta’zir, hal tersebut sangat dimungkinkan. Meskipun terdapat hadis yangmenyatakan bahwa hukuman cambuk untuk hukuman ta’zir tidak boleh melebihi dari sepuluh kalicambukan, dengan Umar tetap melaksanakannya bukan berarti dia melanggar ketentuan sunnah.Karena pada dasarnya hadis tersebut diberlakukan bagi hukuman ta’zir yang bersifat mendidiksebagaimana bapak pada anaknya. Begitu juga dengan bukti sebagian para sahabat yang menta’zirdengan mencambuk lebih dari dua puluh kali. Lihat Ahkamul Fuqoha, loc.cit., hlm. 593. juga lihatTeungku Muhammad Hasybi as Sidqi, loc.cit.,hlm.205.

Page 103: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

90

dari ketetapan Umar bin Khatab untuk menghukum seorang laki-laki dari

kalangan muhajirin yang dahulu ikut hijrah pertama kali. Umar memvonisnya

dengan hukuman cambuk, sebaliknya laki-laki tersebut tidak puas dengan

keputusan Umar.

Laki-laki itu memprotes Umar dengan alasan tidak ada hukum yang

mendasari ketetapan Umar untuk memberi hukuman cambuk. Lalu Umar

bertanya terkait ayat yang mengandung kandungan bahwa seorang pemabuk

tidak dapat di dera/cambuk. Laki-laki tersebut membacakan salah satu ayat

dari al Quran.

§øŠs9’ n? tãšúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏJ tã urÏM» ys Î=» ¢Á9 $#Óy$ uZã_$ yJŠÏù(#þqßJ Ïè sÛ#sŒ Î)$ tB(#qs)? $#(#qãZtB#uär

(#qè=ÏJ tã urÏM» ys Î=» ¢Á9 $#§NèO(#qs)? $#(#qãZtB# uär§NèO(#qs)? $#(#qãZ|¡ôm r&r3ª! $#ur•=Ïtä†tûüÏYÅ¡ós çR ùQ $#ÇÒÌÈ

Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakanamalan yang saleh Karena memakan makanan yang Telah merekamakan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, danmengerjakan amalan-amalan yang saleh, Kemudian mereka tetapbertakwa dan beriman, Kemudian mereka (tetap juga) bertakwa danberbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuatkebajikan.(QS. Al-Maidah: 93)164

Laki-laki tersebut berkilah bahwa dirinya adalah orang-orang saleh

yang gemar berbuat kebajikan. Bahkan dia menambahi, bahwa dirinya pernah

ikut perang bersama Rasulullah. Menurutnya Allah menyukai orang

sepertinya, sehingga tidak ada alasan bagi Umar untuk menghukumnya.

Mendengar penjelasan tersebut, Umar meminta pertimbangan kepada

sahabat yang lain. Kemudian Ibnu Abbas memberikan opsi yang menyatakan

bahwa ayat diatas merupakan dalil bagi orang-orang terdahulu sebelum

164 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1996,hlm. 223.

Page 104: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

91

diharamkannya khamr dan sebagai argumen bagi orang-orang munafik.

Kemudian Ibnu Abbas membacakan ayat al Quran:

$ pkš‰r'» tƒtûïÏ%©!$#(#þqãYtB#uä$ yJ ¯R Î)ã• ôJ sƒø:$#çŽÅ£øŠyJ ø9 $#urÜ>$ |ÁR F{$#urãN» s9 ø—F{$#urÓ§ô_ Í‘ô ÏiBÈ@ yJ tãÇ`» sÜ ø‹ ¤±9 $#

çnqç7 Ï^ tG ô_ $$sùöNä3ª=yè s9tbqßs Î=øÿè?ÇÒÉÈ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan .(QS AL-Maidah:90)165

Selanjutnya Ali bin Abi Thalib ikut memberikan argumen, baginya

apabila seseorang meminum khamr, maka orang tersebut akan merasa

melayang (fly), setelah melayang orang tersebut akan berbicara seenaknya dan

membuat fitnah, sedangkan orang yang membuat fitnah harus dikenakan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali cambukan. Akhirnya Umar menghukum

laki-laki tersebut dengan 80 kali cambukan.166

Jika dinalisis dari kronologi kejadian di atas, kita dapat mengurutkan

metodologi Itihad Umar bin Khatab dalam memberikan keputusan pada

beberapa tahapan. Pertama, ketika Umar mendapatkan masalah yang dihadapi

maka Umar mengembalikannya kepada sunnah Rasul. Terbukti dengan

memberlakuan mencambuk peminum minuman keras sebanyak empat puluh

kali pada awal kekhalifahannya sampai akhirnya setelah ada perkembangan

sosial yang baru diperlukan penyesuaian menjadi delapan puluh.

165 Ibid., hlm.222.166 Muhammad Abdul ‘Aziz al Halawy, Fatawa wa Aqdhiyya Amirul Mu minin Umar Ibn

Khathab, Kairo: Maktabah al Qur’an, 1986, hlm. 266.

Page 105: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

92

Kedua, ketika permasalahan tidak dapat terpecahkan dengan dalil yang

telah ada dalam al Quran dan sunnah maka para sahabat sebagai mana Umar

berijtihad dengan menggunakan ra yu.167Termasuk dalam kebijakan Umar

ketika memberi hukuman bagi pemabuk. Sebelum adanya ijma’ dengan

pertimbangan sahabat, Umar telah menghukum sebanyak 60 kali.168 Bahkan

menurut Ibnul Qoyim Umar bin Khatab telah memberikan bermacam-macam

hukuman kepada peminum minuman keras, dia pernah menghukum mereka

dengan menggunduli kepalanya, pernah mengasingkannya, pernah juga ia

menambahkan empat puluh kali dera, setelah mereka menerima dera yang

diwajibkan Rasulullah dan Abu Bakar. Yaitu empat puluh. Dan pernah juga ia

membakar toko yang dipergunakan untuk menjual minuman tersebut.169

167 Pada zaman sahabat, ijtihad menggunakan ra’yu merupakan jalan keluar darikebuntuan ketika tidak dapat mendapatkan dalil dari al Quran maupun sunnah, dan hal tersebuttelah diperbolehkn Nabi dengan hadis:

: , : : ,

: : ).(Artinya: Rasulullah bertanya kepada Mu adz, Bagaimakah engkau mengambil tindakan

hukum yang dihadapkan kepadamu, hai Mu adz? ia menjawab, aku akan menetapkan hukum(atas dasar) Kitab Allah. Nabi Muhammad SAW bertanya lagi, Bagaimana jika tidak engkautemui dalam Kitab Allah? Ia menjawab, akan kutetapkan atas dasar Sunnah RasulullahSaw?Nabi Muhammad SAW bertanya lagi, bagaimana jika tidak engkau temui dalam SunnahRasulullah saw? Ia menjawab, aku akan berijtihad dengan ra yu (pikiranku) dan aku akanberusaha keras. Maka Rasulullah saw.menepuk-nepuk dadanya (Mu adz). Dan beliau bersabda,

segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sesuai dengan yangdiridhoi Allah dan Rasulnya. Lihat Abu Daud, Sunan Abi Daud, Kairo : Musthafa al-Babi al-Halabi, 1952, Juz II, hlm. 272. Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar al- Fikr, 1967, Juz I,hlm. 157

168 Diriwayatkan Abdurrazaq dengan sanad shahih dari Ubaid bin Umair yang tidak jauhberbeda dengan hadis yang disampaikan oleh Saib. Dalam hadis yang disampaikan oleh Ubaid binUmair menerangkan bahwa Umar menetapkan hukuman cambuk kepada para pemabuk sebanyakempat pulu kali. Ketika Umar melihat bahwa tindakan tersebut tidak mencegah kejahatan, makaUmar menetapkan hukuman menjadi enam puluh kali. Akan tetapi hukuman tersebut ternyatatidak membuat jera para penggemar minuman keras, akhirnya Umar menerapkan hukumansebanyak delapan puluh kali. Dengan hukuan seberat ini Umar berkata” ini adalah hukuman hadpaling ringan. Lihat Muhammad Abdul ‘Aziz al Halawy, op.cit.,hlm. 268.

169 Ibnul Qoyyim Muhammad bin Abu Bakar bin Ayub, Loc.cit.

Page 106: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

93

Tentunya kebijakan Umar dalam menggunakan ra yu tetap

berlandaskan kemaslahatan sosial masyarakat. Jika dilihat dari kemaslahatan

pada kasus di atas, terdapat pada pencegahan merebaknya para peminum

minuman keras. Dimana hukuman yang selama ini diterapkan tidak dapat

mencegah dan mendatangkan kemaslahatan, maka dibutuhkan aturan baru.

Oleh sebab jika hal tersebut dibiarkan, maka keadaan akan semakin buruk.

Selama ini berbagai cara mereka lakukan untuk melegalkan pebuatan tersebut,

termasuk diantaranya memanipulasi ayat al Quran.

Maka, kekuatiran Umar dan para sahabat sangatlah logis. Disamping

karena merebaknya para pemabuk juga karena kerusakan moral yang berujung

pada lahirnya orang-orang yang meremehkan agama. Untuk mengatasinya,

Umar melihat kemaslahatan syar’i sebagai tujuan utama. Umar mencoba

menerapkan esensi dan nilai substansi dari sunnah Nabi yang dilaksanakan

sebelumnya. Sehingga terkesan mengenyampingkan dzahir teks sunnah itu

sendiri.

Jika kita telaah, terlihat bahwa kebijakan- kebijakan Umar bin Khattab

bertentangan dengan perintah al Qur’an dan al Sunnah yang berlaku

sebelumnya. Padahal dari substansi ayat dan sunnah itu sendiri mengandung

kemaslahatan.170 Dengan kemaslahatan tersebut Umar melandasi

kebijakannya.

Kemaslahatan yang di maksud Umar dalam penambahan hukuman

cambuk bagi peminum minuman keras dapat dikatagorikan dalam dua

170 Sementara, al-Syatibi mengungkapkan bahwa tujuan dari diturunkannya syari`at tidaklepas dari tiga kategori, daruriyyat, hajiyyat dan tahsiniyyat. Lihat Al-Syatibi, al-Muwafaqaat fiUshul al-Ahkam, Dar el-Fikr, Juz II, hlm 3-5.

Page 107: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

94

kemungkinan. Pertama, sebagai maslahah mu tabarah, yaitu kemaslahatan

yang bersifat hakiki yang meliputi lima jaminan besar (Maqoshid as

Syari ah)171. Dalam hal ini, disyari atkannya hukuman bagi peminum

minuman keras karena merusak akal. Sehingga termasuk dari asasiah yang

harus dijaga. Hal tersebut merujuk kepada tujuan khusus diharamkannya

minuman keras. Begitupun dengan kebijakan Umar apabila dalam

penambahan hukuman semata-mata bertujuan mewujudkan kehendak syar’i.

Adapun kemungkinan kedua, yaitu ketika maslahah mu tabarah yang

masih berkaitan dengan esensi nilai sebuah teks tanpa mengkiaskannya akan

berubah menjadi maslahah mursalah jika kemaslahatan yang dimaksud

bertumpu kepada kemaslahatan syar’i secara umum, tanpa ada teks yang

menopangnnya secara rinci.172Sebagaimana jika Umar memberikan tambahan

hukuman bagi peminum minuman keras tidak hanya bertujuan khusus untuk

menjaga esensi kesehatan akal dan yang berkaitan dengan pelarangannya

sebagaimana tujuan dari nash, lebih dari itu bertujuan untuk menjaga

kepentingan umum yang meliputi mempertahankan nilai ketetapan hukum

syar’i, keamanan dan nilai-nilai Maqoshid as Syari ah umum lainnya.

Termasuk didalamnya membendung berkembangnya para pemabuk.

171 Muhammad Abu Zahroh, Ushul al Fiqh, penj. Saefullah Ma’sum, Jakarta: PustakaFirdaus, 1995, hlm. 424.

172 Maslahah Mursalah yaitu suatu kemaslahatan yang tidak ada nash juz i (rinci) yangmendukungnya, dan tidak ada pula yang menolaknya dan tidak ada pula ijma’ yangmendukungnya, akan tetapi kemaslahatan ini didukung oleh sejumlah nash melalui cara istiqra(induksi sejumlah nash). Jika melihat esensi qiyas, maka didapatkan bahwa yang bisa dijadikanillat adalah sifat yang mulaim (sesuai). Adapun sifat mulaim tersebut bisa berupa

mu tabar(ditunjuk langsung oleh nash), mulghi(ditolak nash) dan ada yang mursal (yang tidakdidukung dan ditolak oleh nash juz i, tetapi didukung secara umum oleh sejumlah nash). LihatNasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996, hlm. 113.

Page 108: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

95

Jika melihat realita sosial pada masa Umar, substansi penambahan

hukuman dari pelarangan minuman keras lebih kepada solusi untuk mencegah

menyebarnya para peminum minuman keras dan orang-orang yang

meremehkan agama. Tidak hanya terhadap substansi kemadaratan dari

minuman keras itu sendiri. Karena pada dasarnya, semua sepakat bahwa

khamr hukumnya haram dan mendatangkan kemadaratan. Maka, hemat

penulis bahwa metode yang dipakai Umar dalam mengistinbatkan hukum

untuk peminum minuman keras adalah maslahah mursalah.

Alasan Umar memakai metode maslahah mursalah dalam istinbath

hukum menjadi kuat jika kita coba mengaplikasikan, riwayat hadis yang

menyatakan bahwa Nabi mencambuk peminum minuman keras sebanyak 40

kali, begitu juga Abu Bakar sampai akhirnya Umar dengan 80 Kali. Bisa

dilihat bahwa Umar mengambil keputusan yang berbeda dengan

pendahulunya. Secara kritik teks telah disampaikan diatas bahwa masih

terdapat kerancuan dari ketetapan Nabi terkait dengan batasan hukuman bagi

peminum minuman keras. Dari ketidak mutlakan tersebut tentunya sangat

memungkinkan bagi Umar mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan

akalnya demi kemaslahatan bersama.

Dalam mengatasi permasalahan kekinian, dimana pergaulan bebas

mempengaruhi prilaku masyarakat dalam menkonsumsi minuman keras dan

obat-obatan terlarang berujung kepada rusaknya generasi penerus bangsa.

Parahnya lagi, beredarnya kasus miras oplosan menjadi cirii rendahnya

kesadaran masyarakat terhadap bahaya miras. Sebagai agama yang sholihun

Page 109: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

96

likulli makanin wazamanin dituntut untuk memberikan solusi yang solutif

terhadap permasalahan tersebut.

Bercermin pada kasus Umar bin Khattab, dengan memakai metode

maslahah mursalah diharapkan dapat mengkolaborasikan seluruh disiplin

ilmu untuk mencapai kemaslahatan yang sesuai dengan syari’at.

Ketiga, Sebagai sosok tauladan tentunya Umar tidak secara langsung

menggunakan metode ra yu dalam mengambil keputusan yang tetap. Demi

mendapatkan kesepakatan, sebagaimana dalam riwayat terkait sebab

penambahan hukuman bagi pemabuk yang ditetapkan Umar. Dengan jelas

Umar mencoba mengakomodir pendapat para sahabat sebagai jalan keluar.

Diantara pendapat yang disepakati adalah pendapat Ali bin Abi Thalib yang

mencoba mengkiaskan hukuman peminum minuman keras dengan had

qodzaf. Jika dilihat dari sudut pandang maslahah, Sahabat Ali telah

menggunakan metode maslahah mursalah menurut ulama madzhab Syafi’i

dan Hanafi.173 Setelah Umar cukup mendapatkan keyakinan atas

pandangannya, maka Umar memutuskan hukuman bagi peminum minuman

keras adalah delapan puluh kali yang akhirnya disepakati dan menjadi ijma’

pada masanya.174

173 Pada dasarnya hukum maslahah mursalah termasuk sumer hukum yang masihdipertanyakan di antara ulama fiqh. Golongan madzhab Syafi’i dan hanfi tidak menganggapmaslahaha mursalah sebagai sumber hukum yang berdiri sendir, dan memasukannya kedalamkatagori qiyas. Lihat Muhammad Abu Zahroh,op.cit.,hlm. 428.

174 Ijma’ dibagi menjadi dua, ijma’sarih dan ijma’ sukuti, ijma’sareh adalah kesepakatan daripara mujtahid dimana masing-masing mujtahid menyatakan persetujuannya. Sedangkan ijma’sukuti adalah sebagian ulama mujtahid menyatakan pendapatnya, sedangkan ulama mujtahidlainnya hanya diam saja. Lihat Satria Efendi M Zein, loc.cit.,hlm.129.

Page 110: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

97

Dari beberapa tahapan dapat kita gabungkan dalam tiga poin

sebagaimana berikut: Pertama, Umar tidak pernah berfikir untuk menambah

hukuman peminum minuman keras, kecuali setelah keadaan sosial masyarakat

berubah dengan menyebarnya kegemaran meminum minuman keras ditengah-

tengah masyarakat. Meraka menganggap remeh empat puluh kali dera.

Mereka menghina hukuman ini, dan tidak henti hentinya untuk meminum

minuman keras. Mereka menyepelekan had meminum khamr. Dan bahkan di

antara mereka ada yang mencoba menta’wilkan ayat-ayat al Quran untuk

pembenaran mereka dalam meminum khamr. Karena hal itu, Umar merasa

kuatir jika meminum khamr semakin berkembang dan semakin menggejala.

Maka ia kemudian berijtihad dengan melihat kemaslahatan secara umum yang

kemudian di amini oleh kaum muslimin, sebagai upaya untuk mengantisipasi

kerusakan sedini mungkin.

Kedua, Umar tidak melaksanakan dera delapan puluh kali, kecuali

terlebih dahulu ia bermusyawarah dengan para sahabat. Maka Ali (atau

sahabat lain) memberikan isyarat untuk menambahnya dengan delapan puluh

kali dera. Hal ini diqiyaskan dengan perbuatan membual (membuat buat) dan

had qodzaf (orang yang menuduh zina). Usulan tersebut kemudian disetujui

oleh jumhur sahabat, dengan ditandai diamnya mereka dalam musyawarah

tersebut.175

Ketiga, konsensus yang dilaksanakan pada waktu itu bukan merupakan

ijma’ yang disetujui untuk istinbath hukum selanjutnya. Adapun alasan yang

175 Muhammad Abdul ‘Aziz al Halawy, loc.cit.,hlm. 268.

Page 111: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

98

mendasari ketentuan ijma’ dapat dijadikan alasan sebagai istinbath hukum

untuk keadaan yang sesuai. Ijma’ yang berlandaskan qias dan maslahah

mursalah menjadi perdebatan tersendiri di kalangan para ulama.

Jumhur Ulama ushul fiqh mengatakan bahwa ijma’, sebagai upaya

para mujtahid dalam menetapkan hukum suatu kasus yang tidak ada

hukumnya dalam nash, harus mempunyai landasan nash dan qiyas. Apabila

ijma’ tidak mempunyai landasan maka ijma’ tidak sah. Akan tetapi mereka

berbeda pendapat tentang jenis landasan ijma’ tersebut.176Meskipun mayoritas

para ulama memperbolehkan mengambil landasan dari dalil qat i dan dzonni,

terdapat pula yang berpendapat bahwa ijma’ harus dari dalil qat i.

Ulama Zhahiriyyah, Syi’ah dan Ibn Jabir al Thabari mengatakan

bahwa dalil ijma’ harus dalil qat i. Menurut meraka ijma’ merupakan dalil

qat i, sehingga tidak mungkin dalil qat i berlandaskan dalil dzanni seperti

hadis ahad dan qiyas, karena hasil dari yang dzanni akan tetap dzanni.177

Sejalan dengan perbedaan pendapat tentang menjadikan qiyas sebagai

landasan ijma’, para ulama juga berbeda pendapat tentang maslahah mursalah

sebagai ijma’. Para ulama menerima maslahah mursalah sebagai landasan

ijma’ dengan syarat bahwa apabila kemaslahatan berubah, maka ijma’pun bisa

berubah.178

Hemat penulis, kesepakatan yang ditetapkan Umar adalah ijma’ yang

berlandaskan kemaslahatan umum tidak berlandaskan qiyas. Jika melihat dari

176 Nasrun Haroen,loc.cit., hlm.60.177 Ibn Hazm al Andalusi, al Ahkam fi Ushul al Ahkam, Bairut: Dar al Fikr, Jilid IV, hlm.

515.178 Nasrun Haroen, loc.cit.,hlm. 61.

Page 112: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

99

metode sahabat Ali yag mengqiyaskan pemabuk dengan qozaf tidaklah sesuai

dengan syarat illat qiyas, diaman illat harus bisa ditetapkan dan diterapkan

pada hukum yang lain. Perkataan menuduh berzina dan berbohong tidak selalu

terjadi pada orang yang meminum minuman keras. Hal tersebut menjadi

kelemahan ketika qozaf menjadi landasan illat untuk peminum minuman

keras, sehingga tidak mengherankan apabila para sahabat kembali

memberlakukan hukuman cambuk empat puluh kali setelah kematian Umar.

C. Kontroversi Penerapan Hukuman Cambuk Pada Zaman Modern

Kontroversi penerapan hukuman cambuk pada zaman modern dilihat

dari sudut padang penegakan HAM. Hal ini merupakan permasalahan klasik

yang menyatakan bahwa hukuman cambuk tidak memenuhi unsur keadilan

dan dianggap melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).179

Penerapan hukuman cambuk dianggap bertentangan dengan hak asasi

manusia biasanya terjadi di Negara yang tidak berasaskan Islam. Sebab

utamanya, karena secara kultur mereka tidak menemukan pembenaran. Nilai

moral yang selama ini subjektif, tentunya akan menentukan suatu aturan yang

formal dan rasional sekalipun.

Sebagaimana penerapan hukuman cambuk di Aceh, bagi sebagian

warga Indonesia masih menuai kontroversi. Ada yang setuju dan sebaliknya.

Hukuman cambuk ini dianggap sadis dan tidak manusiawi yang

179 HAM sendiri merupakan pandangan yang sangat subjektif, kepantasan umummerupakan aspek dasar dari ketentuan sebuah aturan diberlakukan. Dalam hal ini, jilid dianggapsebagai budaya orang Arab yang tidak pantas diikuti. Ulil Absor Abdalla. Dkk, Islam Liberal danPundamental Sebuah Pertarungan Wacana, Yogyakarta: eLSAQ, 2007. hlm. 8.

Page 113: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

100

mengakibatkan dianggap tidak adil, meskipun pada dasarnya sebuah sanki

dapat diterapkan berdasarkan kesepakatan.

Masih dianggap suatu kewajaran jikalau banyak yang menilai hukum

cambuk tersebut tidak adil. Tapi tampaknya hal itu bukan disebabkan

kelemahan hukum-hukum Islam, melainkan lebih adanya kekeliruan aturan

dalam implementasinya.180

Memang kalau melihat bentuk hukumannya, maka dicambuk

sepertinya sadis hingga tampak tidak manusiawi. Sedangkan bentuk hukuman

penjara atau denda (uang) seperti yang selama ini ditentukan hukum-hukum

konvensional tampak lebih berperasaan dan yang pasti lebih ringan. Inilah

mungkin salah satu alasan menilai hukum cambuk melanggar HAM.

Jika melihat alasan teoretis untuk menolak pendapat tersebut. Konsep

HAM sepertinya tidak ada yang melarang seseorang dikenai sesuatu hukuman

akibat kesalahan yang telah diperbuat. Yang ada, larangan penyiksaan

terhadap siapa pun dalam bentuk apa pun.

Beberapa ruang lingkup HAM yang turun dalam empat generasi antara

lain hak politik, ekonomi dan sosial budaya, dan pembangunan. Adapun yang

relevan dalam bahasan ini adalah hak sipil, yang eksistensinya satu paket

dengan hak politik. Dalam lingkup itulah penyiksaan dilarang.

Tapi tampaknya berbeda antara disiksa dan dihukum. Hukuman jelas

aturannya, yaitu sebagai ganjaran atas tindak kejahatan yang telah secara sah

dan meyakinkan terbukti. Hanya orang bersalah sajalah yang layak diganjar

180 Http//www.solusihukum.com

Page 114: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

101

hukuman. Sebab itu, yang dihukum bisa orang kuat maupun orang lemah,

asalkan sudah divonis salah. Jadi ada motif-motif kebenaran sehingga

seseorang bisa dijatuhi hukuman.

Lain halnya dengan penyiksaan. Di sini, seseorang bebas disiksa bukan

karena dirinya pihak yang salah. Penyiksaan bisa terhadap pihak yang salah

atau benar sekalipun. Dan penyiksa pasti pihak yang lebih kuat.

Dalam kerangka itu, ketika dicambuk dianggap sadis atau tak

berperikemanusiaan tetap saja hal itu mengandung (faktor) kebenaran. Tentu

saja tidak keliru kalau yang bersalah dihukum. Sebab itu, kesadisan dalam

hukuman cambuk bukan siksaan melainkan hukuman. Berarti tidak melanggar

HAM.

Page 115: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

102

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, ada beberapa poin penting yang harus dicatat.

Diantaranya adalah:

1. Hukuman Cambuk bagi peminum minuman keras berbeda dengan

ketentuan had lainnya. Tidak terdapat ketentuan pasti dalam al Quran.

Untuk menelusurinya harus berdasarkan riwayat hadis Nabi. Hukuman

cambuk yang dilaksanakan pada zaman Rasul dan Abu Bakar

dilaksanakan sebanyak 40 kali cambukan. Umar bin Khatab sebagai

khalifah ketiga mengeluarkan kebijakan baru yang berbeda dari

pendahulunya yaitu dengan memberi hukuman cambuk sebanyak 80 kali

bagi peminum minuan keras. Kebijakan tersebut merupakan hasil

ijtihadnya dengan melihat kemaslahatan secara umum, kemudian dia

bermusyawarah dengan para sahabat yang akhirnya melahirkan Ijma’ pada

masanya. 80 merupakan batas maksimal dari had peminum minuman keras

menurut Umar bin Khatab, karena sebelumnya Umarpun melaksanakan

hukuman sebanyak 40 kali dan 60 kali.

2. Adapun formulasi metodologis yang dipakai Umar bin Khatab melihat

permasalahan ini adalah muqaranah riwayat sunnah. Metode ini mencoba

mengumpulkan sebanyak-banyaknya riwayat hadis terkait permasalahan

Page 116: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

103

tersebut pada masa Rasul untuk mendapatkan kesimpulan yang

komperhensif.

Dari hasil penelitian ternyata Umar tidak menemukan ketentuan pasti

hukuman yang ditetapka Rasul. Sehingga dalam ijtihadnya Umar meminta

pendapat sahabat untuk melihat ketentuan Nabi dalam melaksanakan

hukuman.

Adapun pendekatan yang dipakai Umar adalah maslahah mursalah. Yaitu

kemaslahatan berdasarkan aspek sosiologis. Sebagaimana tidak ada

ketentuan 80 yang ditetapkan Nabi, Umar mencoba menentukan

berdasarkan rasionalitas kemaslahatan umum dalam menentukan

kebijakannya.

3. Alasan yang mendasar penambahan hukuman bagi peminum minuman

keras, disebabkan masyarakat Arab terjerumus dalam gemar meminum

minuman keras dan menganggap remeh agama. Hal tersebut sesuai dengan

riwayat hadis yang menerangkan tentang awal penentuan hukuman

cambuk 80 kali yang ditetapkan Umar.

Dari hasil muqaranah riwayat hadis lain yang terkait permasalahan ini,

didapatkan kesimpulan baru bahwa Rasul tidak menentukan secara pasti

ketentuan hitungan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.

Sehingga Umar tidak mendapatkan beban untuk menentukan kebijakan

baru dalam menyikapi masalah yang beredar di masayarakatnya. Dalam

hal ini Umarlah yang menetukan secara pasti bentuk hukuman dan

hitungan hukuman cambuk bagi peminum minuman keras.

Page 117: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

104

B. Saran-saran

Dari uraian tentang Umar, ada dua hal pokok yang perlu ditindak lanjuti;

1. Para fuqoha perlu meneladani model ijtihad Umar bin Khatab dalam

mengeluarkan fatwa. Yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual

dalam memakai nash sebagai landasan hukum.

2. Dalam perbedaan pendapat para fuqoha mengenai batasan hukuman bagi

peminum minuman keras yang ditetapkan Umar bin Khatab dapat menjadi

kazanah keilmuan bagi yang ingin meneliti.

3. Dalam pemberantasan beredarnya minuman keras di Indonesia, sebagai

umat muslim terbesar diharap dapat memberikan sumbangsih pemikiran,

diantaranya dengan mempertimbangkan metode ijtihad Umar bin Khatab.

C. Penutup

Puji Syukur ke hadirat ilahi, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis

dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah membantu kelancaran penggarapan tulisan sederhana ini.

Tiada Gading yang tak retak. Begitu juga skripsi ini. Tentu masih banyak

kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk

perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Page 118: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

105

DAFTAR PUSTAKA

Abi Bakar, Taqiyudin bin Muhammad al Husaini, Kifayatul ahyar fi Hali GoyatulIhtishor, jilid 2, Damaskus: Darul Khoir, 1994.

Abdullah, bin Ahmad bin Qudamah al Muqoddasi Abu Muhammad, Almugni fifiqhil Imam Ibnu Hambal asy Syaibani, jilid 10, Bairut: Darul Fikr. tth.

Abu Zahrah, Muhammad, Ushul Fiqih, pent; Saefullah Ma’shum, Jakarta: PustakaFirdaus, 1994.

Abdalla, Ulil Absor. Dkk, Islam Liberal dan Pundamental Sebuah PertarunganWacana, Yogyakarta: eLSAQ, 2007.

Abdullah Abi, Muhamad Ibnu Ismail al Bukhori, Matan AlbukhoriBihayiyatissanadi, juz 4, Daru Ihyail Kutub Al Arobiyah, tth.

‘Alausi, Abi Abdullah ‘Abdussalam, Ibanatul Ahkam Syarh Bulugul Marom,Baerut: Darul Fikr, 2008.

Al Syaukani, Nailul Autor,Jilid III, Baerut: Darul Kitab al ‘Alamiyah, t.th.

Al-Syatibi, al-Muwafaqaat fi Ushul al-Ahkam, Juz II, Dar el-Fikr. Tth.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: RinekaCipta, 1992.

Athol, Nathisul, Arif Fahrudin (edt), Hermeneutika Transendental: dariKonfigurasi Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies, Yogyakarta:IRCiSoD, 2003.

Audah, Abdul Qodir, Tasyri Aljinai al Islami Muqoronan bil Qonunil Wad i,Jilid II, Bairut: Muassaah Risalah, 1968.

Ayoub, Mahmuod, Islam dan Teori Dunia Ketiga, Pemikiran KeagamaanMu ammar Qadhdhafi, Bogor: Humaniora Press, 2004.

Asroh Farid dan wahid dahroh, Kitab at Ta’rifat, Baerut: Darul Kitab al‘Alamiyah, 1988

Bakar Abdullah, Abu Zubaid, Alhudud Watta zir Inda Ibnu al Qoyim, Riyadh:Darul Ashosoh, 1415.

Page 119: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

106

Baltaji, Muhammad, Metodologi Ijtihad Umar Bin Khatab, diterjemahkan olehMasturi Irham dari Manhaj Umar bin Khatab fi at Tasyri”, Jakarta: Khalifa,2005.

Bik, Khudlori, Tarehk at Tasyri al Islamy, Mesir: Maktabah Tijariyah Qubra,1965.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra,1996.

Durayniy, Fatthiy , Al-Manahij Al-Ushuliyah fi al-Ijtihad bi al-Ra yi fi al-Tashri al-Islamy, Damsiq; Dar al Kitab al-Hadits, 1975.

Daud Abu, Sunan Abi Daud, Kairo : Musthafa al-Babi al-Halabi, 1952, Juz II.

Gozi, Ibnu Qosim, Hasyiah Syarh Ibnu Ahim al Bajuri, Baerut: Darul Fik, T.th.

Haekal, Muhammad Husain, Umar bin Khatab (Sebuah Telaah MendalamTentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya Masa itu) diterjemahkan AliAudah, Jakarta: Litera AntarNusa, 2008.

Hadawi dan Mimi Martin, Penelitian Terapan, Yogyakarta: GajahmadaUniversity Press,1996.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset,1997.

Halawy, Muhammad Abdul ‘Aziz, Fatawa wa Aqdhiyya Amirul Mu minin UmarIbn Khathab, Kairo: Maktabah al Qur’an, 1986.

Halawy, Muhammad Abdul ‘Aziz, Fatwa dan ijtihad Umar bin Khatab, Penj.Zubeir Suryadi, Surabaya: Risalah Gusti, 2003.

Hasybi as Sidqi, Teungku Muhammad, Koleksi Hais-hadis Hukum, Semarang:PT Pustaka Rizki Utama, 2001.

Haroen Nasrun, Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.

Husayn, Abu bin Hajjaj al-Qusyairy, Shahih Muslim, Jakarta: Dar al Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah, T.th.

Ibnul Qoyyim Muhammad bin Abu Bakar bin Ayub, Alam al Muwaqi in, jilid.II.Mesir: al Manar, tth.

Qurtubi, Sumanto, KH. MA. Sahal Mahfudh Era Baru Fiqih Indonesia,Yogyakarta: Cermin, 1999.

Page 120: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

107

Mu’arif, Pembaruan Pemikiran Islam, Bantul: Pondok Edukasi, 2005.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Rake Sarasin,1996.

Muhammad, Abu Ali bin Ahmad bin hazm al Andalusi, Al Mahalli, Jilid 13Bairut: Darul Fikr, T.th

Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Munir Syamsul, Amin, MA, Sejarah Peradaban Islam, Jakrta: Amzah, 2007.

Nawawi, Muhammad al Jawi, Tausyeh Ala Ibnu Qosim, Surabaya: Darul Ulum,T.th.

Qal’aji, Muhammad Ruwas, Mausu ah Fiqih Umar Ibn Khattab, Kuwait:Maktabah al Falah.

Rahman, Fazlur, Islamic Methodologi in History, Karachi: Central Institute ofIslamic Research, 1965.

Saidi, Anas, Makalah-makalah Metodologi Penelitian, (makalah tidakditerbitkan).

Syato Addimyati, Abu Bakar ibnu Muhammad, anatuThalibin, Beirut: Darul‘Ashosoh, T.th.

Taqiyudin, Abi Bakar bin Muhammad al Husaini, Kifayatul ahyar fi Hali GoyatulIhtishor, jilid 2, Damaskus: Darul Khoir, 1994.

Umar Abu, Yusuf bin Abdullah bin Abdul Bari al Qurtubi, Alkafi fi FiqhiAhlilmadinah (Maktabah Syamilah), jilid 2, Bairut: Darul Kutub al Ilmiah.

Walid, Abu Muhammad bin Ahmad bin Rasyad al Qurtubi al Andalusi, Bidayatulmujtahid wa Nihayah al Muqtasid, Jilid II, Mesir: Ahmad Kamil, 1917. hlm.371.

Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan PenyelenggaraPenterjemah/ Pentafsiran al Quran, 1973

Yusuf Muhammad, al Khandahlawi, Hayatu al Sahabah, jilid 2, Bairut: DarulFikr, 1992.

Page 121: STUDI ANALISIS KEBIJAKAN UMAR BIN KHATAB DALAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl...Ahmad Furqon, LC.,M.A. Jln. Karonsih Timur raya V/28 Ngaliyan Semarang

108

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Yayan M RoyaniNIM : 062211006TTL : Tasikmalaya 9 Februari 1987Alamat : Jamanis Tanjung Mekar Rt. 03/ 05 Tasik Malaya Jawa BaratBapak : H. Asep DudungPekerjaan : WiraswastaIbu : Hj. NurlelaPekerjaan : Ibu Rumah tangga

Pendidikan : 1. SDN Tanjung Pura Satu Tahun1999 2. Pondok Modern Gontor 1 Ponorogo Tahun2004 3. Pondok Pesantren APIKK 509 Kaliwungu Tahun2010

Organisasi : 1. Bagian Kesenian OPPM Gontor 2. Sekretaris Pondok Pesantren APIKK 509 Kaliwungu 3. Ketua ALMAPABA PMII Rayon Syari’ah 4. Ketua Rayon PMII Rayon Syari’ah 5. Ketua I PMII Komisariat IAIN Walisongo 6. Pimred Jurnal Justisia Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo 7. Wakil Direktur UKMI KSMW IAIN Walisongo 8. Pengurus PAC IPNU Kaliwungu 8. Pengurus PW IPNU Jateng 9. Presiden DEMA IAIN Walisongo

Semarang, 23 Desember 2010

Yayan M Royani NIM. 062211006