Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon...
-
Upload
adin-kuman -
Category
Documents
-
view
780 -
download
1
Transcript of Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon...
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA’I DAN MAD’U
DALAM PENANAMAN NILAI AGAMA DI MASJID RAYA
AL-FURQON BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan untuk melengkapi Tugas- tugas dan Memenuhi Syarat- syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh:
ARSUDIN NPM. 0841010009
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Pembimbing I : Prof. Dr. H. MA. Achlami,HS, M,A
Pembimbing II : Dr. Fitri Yanti, S.Ag.M.A
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1434 H / 2013
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA’I DAN MAD’U
DALAM PENANAMAN NILAI AGAMA DI MASJID RAYA
AL-FURQON BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan untuk melengkapi Tugas- tugas dan Memenuhi Syarat- syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Kounikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh:
ARSUDIN
NPM. 0841010009
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1434 H / 2013
ABSTRAK
0LEH
ARSUDIN
Komunikasi Interpersonal merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan diantara dua orang atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai efek dan umpan balik (Feed back).Komunikasi interpersonal yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah : komunikasi yang terjadi dalam suatu
kelompok kecil antara Da‟I dengan Mad‟u dalam pengajian At-Tafaquh
Fiddien di Masjid Agung Al-Furqon Bandar Lampung,dimana komunikasi
jenis ini terjadi secara langsung atau tatap muka dan bersifat antar
pribadi,dalam rangka penanaman nilai agama berupa nilai aqidah,akhlak dan
ibadah.
Mad‟u atau sasaran (objek) dakwah adalah seluruh manusia makhluk
Allah yang dibebani menjalankan agama Islam dan diberi kebebasan untuk
berikhtiar, kehendak dan bertanggung jawab atas perbuatan sesuai dengan
pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa
dan umat manusia seluruhnya.
Masalah penelitian yang penulis kemukakan adalah bagaimana proses
komunikasi interpersonal anatara Da‟I dan Mad‟u dalam penanaman nilai
ajaran agama, bagaimana tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman
nilai agama di Masjid, faktor pendukung dan penghambat komunikasi dalam
penanaman nilai agama di Masjid Al-Furqon.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa: tahapan proses
komunikasi ada dua, yaitu: Proses komunikasi linier dan Proses komunikasi
sirkuler. Sedangkan tekhnik komunikasi yang penulis temukan di lapngan ada
tiga, yaitu: tekhnik komunikasi persuasif, informatif (Informative
Communication) dan komunikasi dialog interaktif. Sedangkan faktor- faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakn komunikasi interpersonal
untuk penanaman nilai agama adalah mayoritas jama'ah sudah dewasa(usia20-
40 tahun), semua Da'i berpengalaman dan berwawasan terhadap agama,
sarana pengajian yang memadai dan faktor-faktor penghambat dalam
pelaksanaannya ialah Perbedaan paham, waktu pelaksanaan pengajian yang
kurang tepat dan usia jamaah yang sudah lanjut usia.
Metode yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara
dan metode dokumentasi, maka selanjutnya data tersebut dianalisis dengan
menggunakan analisi kualitatif. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa
secara kualitatif dengan menggunakan analisa comparativ, baik tahap analisis
maupun pada saat data tersebut ditemukan.
Dari hasil penelitian diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa:
Kegiatan komunikasi interprsonal da‟I dalam penanaman nilai agama mad‟u di
Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, dilaksanakan pada hari sabtu pagi
serta dilaksanakan dengan cara memberikan motivasi diantaranya melalui
pesan (materi) dakwah yang disampaikan kepada mad‟u,yang meliputi proses
penyampaian komunikasi, tekhnik koimunikasi dan faktor penghambat dan
pendukung agar mad‟u berbuat kearah yang lebih baik menurut ajaran Islam
atau mendorong mad‟u untuk senantiasa mengamalkan ajaran Islam melalui
pengamalan ibadah sehari-hari.
MOTO
Artinya :
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”.1
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang banyak berdoa. Oleh karena itu,
berdoalah pada waktu ashar hingga matahari terbit, karena pada waktu itu
pintu-pintu langit terbuka, rezeki-rezeki dibagikan dan hajat-hajat penting
dikabulkan”
1 Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. (PT. Tanjung Masin:Semarang, 1992), h.
P E R S E M B A H A N
Kupersembahkan kepada :
1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu mendambakan keberhasilanku.
2. Untuk saudara-saudaraku : kakaku Arifin, Hasanudin dan mbak Sitinihaya yang
selalu memberikan motifasi baik moril maupun materiel.
3. Rekan-rekan angkatan 2008 jur. KPI.
4. Almamater tercintaku IAIN Raden Intan Lampung.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung Desa Sinarmulya pada Tanggal 07
Februari 1988 anak ke 4 dari 4 bersaudara dari pasangan bapak Taftani dan ibu
Tubi‟ah.
Pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaiakn di SDN 02 Hajimena Kec. Natar
Lampung Selatan pada tahun 2000, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Natar
Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMA
MUHAMMADYAH 02 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2006.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi IAIN Raden
Intan Lampung Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tahun 2008 Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam. Selama menjadi mahasiswa di IAIN Raden Intan
Lampung penulis mengikuti kegiatan organisasi intra maupun ekstra seperti
keorganisasian BEM FD dan UKM RASIDA.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada umat manusia demi keselamatan hidup didunia dan akheat. Sholawat
srta salam senatiasa dilimaphkan atas rosulluloh SAW, keluarga , kerabat, sahabat serta
umatnya.
Penyusunan skripsi ini merupkan tahap akhir dari kegiatan belajar di perkuliahan
juga penelitian karya ilmiah yang harus dipenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar (S1), fakultas dakwah IAIN Raden Intan Lampung.Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat baik bagi penulis mupun pembaca. Aamin
Tersusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih terutama kepada :
• Prof. Dr. H. MA. Achlami, Hs, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Raden
Intan Lampung sekaligus pembimbing I
• Dr. Fitri Yanti, S.Ag. M.A selaku pembimbing II atas petunjuk dan saran beliau
selama penulis menulis sekripsi
• Khairullah, S.Ag. M.A selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Islam yang telah
memberikan nasehat dan motivasi yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
• K.H Arief Mahya Selaku wakil ketua Masjid Al-Furqon yang telah berkenan
membantu penulis mencari data di lapangan
• Bapak, Ibu dosen dan segenap karyawan Fakultas Dakwah IAIN raden Intan
lampung
• Keluargaku , Kedua orang tuaku, bapak , ibuku, kakaku, dan adik-adiku, yang telah
mendo‟akanku, dan selalu memotivasiku serta memberikan semangat dalam
menuntut ilmu.
• Dan semua pihak yang telah memberi bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga atas bantuan dan jerih payah dari semua pihak menjadi satu catatan ibadah
disisi Allah SWT, Amiiiin……
Penulis sadar skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun inilah karya dan
sumbangan yang diberikan bagi kelangsungan dakwah. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis nantikan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Bandar Lampung, …,….., 2013
Penulis
ARSUDIN
NPM : 0841010009
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK …... .............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
MOTTO …..………. ...................................................................................... v
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul …………………………………………………….. 1 B. Alasan Memilih Judul ………………………………………………. 3 C. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 3 D. Rumusan Masalah …………………………………………………... 7 E. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 7 F. Methode Penelitian …………………………………………………. 7
BAB. II. KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PENANAMAN
NILAI- NILAI AGAMA ANTARA DA’I DAN MAD’U
A. Komunikasi Interpersonal ………………………………………….. 13
1. Unsur Komunikasi Interpersonal …………………………......... 13
2. Proses Komunikasi interpersonal ………………………………. 15
3. Tekhnik Komunikasi Interpersonal …………………………….. 17
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi
Interpersona ……………………………………………………. 21
B. Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan …………................................... 23
1. Penanaman Nilai Agama ………………...................................... 23
2. Tujuan Penanaman Nilai Agama ……………………......................... 30
3. Materi Penanaman Nilai Agama …………………………………….. 30
4. Tugas Da‟I dan Mad‟u …………………………………..................... 32
C. Proses Komunikasi Antara Da‟I dan Mad‟u Dalam Penanaman
Nilai- Nilai Keagamaan …………………………………........................ 34
D. Komunikasi Efektif Da'i Dalam Penyampaian Pesan Penanaman
Nilai Agama …………………………………………………………… 41
BAB. III. KEGIATAN KEAGAMAAN DI MASJID RAYA AL- FURQON
BANDAR LAMPUNG
A. Gambaran Umum Masjid Al- Furqon Raya Bandar Lampung …………. 43
B. Kegiatan Komunikasi Interprsonal Da‟I Dalam Penanaman Nilai-
NilaiAgama Mad‟u di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung ....... ..... 54
C. Proses komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama di Masjid Raya
Al-Furqon Bandar Lampung ...... ……. …… ........ ......... ....... ....... 57
D. Tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman
nilai agama di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung ...... ……. …… 60
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Da'i
Dalam Penanaman Nilai- Nilai Agama Mad‟u……………………………. 64
BAB. IV. KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA’I DAN MAD’U
DALAM PENANAMAN NILAI- NILAI AGAMA
A. Proses komunikasi interpersonal anatara Da‟I dan Mad‟u dalam
penanaman nilai ajaran agama..................................................................... 68
B. Tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama ……..... 70
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Dalam Penanaman
Nilai- Nilai Keagamaan Antara Da'i dan Mad‟u ...................... 75
BAB. V. KESIMULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 78
B. Saran ........................................................................................................... 83
C. Penutup …………………………………………………………………… 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN- LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. SK Judul SKRIPSI
2. Surat izin survei
3. Surat izin penelitian
4. Daftar jadwal imam dan khotib masjid Al-Furqon Bandar Lapung
5. Pedoman Interview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk lebih memudahkan dalam memahami kalimat judul skripsi ini,
maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa variabel yang ada
didalam judul skripsi “ KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA‟I
DAN MAD‟U DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA DI
MASJID RAYA AL-FURQON BANDAR LAMPUNG “
Komunikasi Interpersonal adalah : " Merupakan proses pengiriman
dan penerimaan pesan diantara dua orang atau sekelompok kecil orang,
dengan berbagai efek dan umpan balik (Feed back)."2
Komunikasi interpersonal yang dimaksud disini adalah : komunikasi
yang terjadi dalam suatu kelompok kecil antara Da‟I dengan Mad‟u dalam
pengajian At-Tafaquh Fiddien, dimana komunikasi jenis ini terjadi secara
langsung atau tatap muka dan bersifat antar pribadi. Adapun yang menjadi
sasaran obyek penelitian bagi penulis adalah da'i yang aktif dan rutin dalam
At-Tafaqquh Fiddien di Masjid Al-furqon.
2 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komuniksi Pengantar Studi, (Rineka Cipta: Jakrta,2000), h. 22
Mad‟u atau sasaran (objek) dakwah adalah seluruh manusia makhluk
Allah yang dibebani menjalankan agama Islam dan diberi kebebasan untuk
berikhtiar, kehendak dan bertanggung jawab atas perbuatan sesuai dengan
pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa
dan umat manusia seluruhnya. 3 Sama seperti halnya Da'i, mad'u juga
menjadi obyek penelitian penulis yaitu mad'u yang rutin dan aktif dalam
mengikuti At-Tafaquh Fiddien di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung.
Nilai- nilai keagamaan adalah : Konsep mengenai penghargaan tinggi
yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok
dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman
bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan.4
Nilai–nilai keagamaan yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah
penanaman nilai aqidah, ibada dan akhlak. Adapun alasan penulis memilih tiga
materi itu dikarenakan sangat dekat dan berpengaruh bagi umat manusia dalam
kehidupan sehari-hari dan didukung dengan penyajian materi yang ada di lapangan.
Jadi, secara keseluruhan yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah komunikasi
antarpribadi yang melibatkan antara Da‟i dan Mad‟u dalam menanamkan nilai-nilai
agama di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung. Yang penulis anggap berhasil
dalam proses dan tekhnis Da‟I dalam menyampaikan materi agama pada
Mad‟unya. Penanaman nilai-nilai agama disini yaitu yang terdiri dari Da‟I dan
3 Ibid, Hlm 96
4 Dep,Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka,1989), Cet.ke-
II, h. 59
Mad‟u dalam pengajian At-Tafaquh Fiddien di Masjid Raya Al-Furqon Bandar
Lampung.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menyebabkan penulis mengangkat judul ini adalah :
1. Penulis ingin mengetahui komunikasi interpersonal Da‟i dalam penanaman
nilai agama kepada Mad‟u di masjid Raya Al- Furqon Bandar lampung.
2. Masjid Alfurqon adalah salah satu masjid agung yang ada di Bandar Lampung
yang jama‟ah pengajiannya ramai dan aktif.
3. Tersedianya dana, waktu pada lokasi penelitian dan literatur yang diperlukan
mudah untuk didapatkan.
C. Latar Belakang Masalah
Pengajian At-Tafaquh Fiddien di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung
merupakan suatu kegiatan menggali atau menambah wawasan ilmu agama dari
seseorang ustadz atau da’i dilakukan secara berkelompok sebagai pembinaan bagi
masyarakat muslim. Pengajian tersebut sebagai wadah nonformal masyarakat
untuk melakukan aktivitas atau untuk mempelajari dasar-dasar agama. Wadah
nonformal tersebut, biasanya banyak dilakukan umat Islam untuk mengkaji materi
keislaman. Maka, pengajian kadang-kadang juga dianggap sebagai usaha Islamisasi
dalam suatu masyarakat.
Pengajian juga sebagai wadah dakwah bagi para da’i dalam mentransfer
ilmu-ilmu keagamaan kepada masyarakat, juga sebagai suatu kegiatan ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara
sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual
maupuan secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai
message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.
Dalam aktivitas At-Tafaquh Fiddien terdapat suatu proses penyampaian
pesan-pesan ilahi yang dilakukan da’i kepada mad’u tanpa adanya paksaan. Sehinga
dapat diketahui bahwa dalam aktivitas pengajian, sebagai proses dakwah dianggap
berjalan dengan baik apabila apa yang disampaikan da’i, telah mampu merubah
kepribadian mad’u ke arah yang lebih baik. Artinya inti yang patut diperhatikan
dalam kegiatan dakwah adalah perubahan tingkah laku mad’u kearah yang lebih
baik sesuai dengan ketentuan agama.
Proses komunikasi yang terjadi di dalam majelis khususnya yang
menyangkut komunikasi antar Da'i dan Mad'u merupakan faktor penting dalam
menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari
hubungan Mad'u yang memuaskan yang di bangun berdasarkan iklim dan
kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Hubungan Da'i dan Mad'u
Merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada
kepercayaan dan keterbukaan antara Da'i dan Mad'u.
Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, kejujuran, dukungan keamanan,
kepuasan, keterlibatan, tingginya harapan merupakan gambaran iklim majelis yang
ideal. Tujuan utama dar komunikasi antara Da'i dan Mad'u adalah mengidentifikasi,
menciptakan dan menjalin hubungan timbal balik yang menguntungkan antara Da'i
dengan Mad'u.
Komunikasi yang efektif di tentukan oleh pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya, yaitu Da'i dan Mad'u. Da'i harus dapat memfasilitasi kondisi komunikasi
antar pribadi yang efektif. Komunikasi antar pribadi yang efektif meliputi :
a. keterbukaan (openness)
b. empati (empathy)
c. kepositifan (positiveness)
d. dukungan (supportiveness)
e. kesetaraan (equality)5
Dengan demikian, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah proses
dan komunikasi yang efektif agar tujuan dakwah dalam pengajian At-Tafaquh
Fiddien di Masjid Raya Alfurqon Bandar Lampung dapat tercapai. Dalam hal ini
komunikasi interpersonal yang lebih tepat digunakan dalam penyampaian dakwah
yang dilaksanakan da’i.
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses
pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di
5 James G.Bobbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif, (CV.Pedoman Ilmu Jaya,
Jakarta,2006), h. 17
dalam suatu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek dan umpan balik (feed
back ).6
Fungsi global dari komunikasi interpersonal adalah menyampaikan pesan
yang feed backnya diperoleh saat proses komunikasi tersebut berlangsung. Dan di
dalam kehidupannya, setiap manusia baik personal maupun lembaga tidak dapat
melepaskan diri dari aktifitas komunikasi, termasuk dalam pengajian At-Tafaqquh
Fiddien Sabtu pagi di masjid Raya Al-Furqon Tanjung Karang Bandar Lampung.
Disini, terdapat beberapa mad'u dari berbagai daerah dan suku berkumpul menjadi
satu dan mereka memiliki tujuan yang sama yakni untuk menimba ilmu khususnya
ilmu Agama. Seperti yang di jelaskan dalam Al-Qur‟an Q.S. Al-Mujadalah :11
Artinya : .... Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S: Al-Mujaadilah :11).7
6 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komuniksi Pengantar Studi, (Rineka Cipta: Jakrta,2000), h. 22
7 Departemen Agama RI. Al-Quran Terjemahan.(PT Tnjung Masin: Semarang, 1992), h.
Menurut Zakiah Darajat, pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai
kepribadian seseorang, sehingga agama itu benar – benar menjadi bagian dari
pribadinya yang akan menjadi pengendalian dalam hidupnya dikemudian hari.8
Pendidikan agama perlu dilakasanakan di rumah maupun di majelis-majelis ta‟lim.
Adanya pembentukan sistem komunikasi interpersonal di Masjid Raya Al-
Furqon dimulai dari masyarakat sekitarnya yang dipelopori M.Fu‟ad Siradj, Mastar
Ilyas, Sapawi Nadis, Barmawi Wahid dan lain-lainnya. Mereka pada waktu itu
selaku mahasiswa Fak Tarbiyah IAIN Cabang Raden Fatah Palembang yang baru
didirikan di Lampung dan Dekannya Drs.M.Yusuf Abdul Aziz , yang melaksanakan
perkuliahan di Masjid tersebut dan bangunan belum berbentuk masjid karena
belum ada kubah dan belum ada pintu-pintu sebagai layaknya suatu masjid.9
Melihat latar belakang tersebut, penulis ingin menganalisa tentang
Komunikasi Interpersonal Antara Da‟i Dan Mad‟u Dalam Penanaman Nilai-Nilai
Agama Di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung yang merupakan penelitian
bersifat deskriftif dimana penulis juga ikut serta dalam pengajian setiap hari sabtu
untuk mendapatkan keakuratan data dan untuk melihat hasil dari komunikasi
interpersonal tersebut adakah sinkrominasi antara apa yang dibahas dalam majelis
tersebut dengan yang dilakukan diluar majelis.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan masalahsebagai berikut:
8 Zakiyah Drajat,Ilmu Jiwa Agama,(Bulan Bintang: Jakarta,1970), h. 107
9 Dokumentasi, ( Sejarah Masjid Raya Al-Furqon Periode 1958-1969)
1. Bagaimana proses komunikasi interpersonal antara Da‟I dan Mad‟u dalam
penanaman nilai ajaran agama di Masjid Al-Furqon?
2. Bagaimana tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama
di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat komunikasi dalam penanaman nilai
agama di Masjid Al-Furqon ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal antara Da‟I da Mad‟u
dalam penanaman nilai-nilai keagamaan.
2. Untuk mengetahui tekhnik komunikasi interpersonal Da‟I terhadap Mad‟u
dalam penanaman nilai-nilai keagamaan.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi dalam
penanaman nilai agama di Masjid Al-Furqon
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Pnelitian
a. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya, maka jenis penelitian yang penulis lakukan
adalah jenis penelitian lapangan atau field research yaitu suatu penelitian
yang dilakukan secara sistematis denagan mengangkat data-data yang ada
di lapangan. Alasan penulis memilih jenis penelitian lapangan ini karena
penulis melakukan komunikasi dan interaksi langsung dengan objek
penelitian. Adapun lapangan yang dipilih adalah Da‟I dan Mad‟u yang
berada di Masjid Raya Al- Furqon Bandar Lampung.
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif, karena penelitian ini hanya
semata-mata melukiskan suatu obyek tertentu menurut apa adanya.10
Dalam hal ini penulis hanya mengungkapkan data sesuai dengan apa
adanya, guna memberikan penjelasan dan jawaban terhadap pokok yang
sedang diteliti.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu yang akan dijadikan sebagai obyek
penelitian.11
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 4 Orang ustadz
pembimbing (da’i), 110 jamaah Pengajian Sabtu Pagi di masjid Raya Al-
Furqon Bandar Lampung. Dan dalam hal ini peneliti tidak membuat
sampling bagi Ustadz pembimbing, dikarenakan jumlah yang minim
sehingga penulis mengambil keseluruhan individu yang akan dijadikan
obyek penelitian.
b. Sampel
10
Koencoro Ningrat,Metode-metode Penelitian masyarakat,(PT. Gramedia:Jakarta,1986), h. 292
11 Sutrisno Hadi,Metode Risearch Jilid I,(Fak. Psikologi UGM,Yogyakarta,1985),h. 80
Sampel adalah ”sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti”.12
Selanjutnya sampling yaitu ”Cara atau teknik yang dipergunakan untuk
mengambil sampel”.13
Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan purpose sampling yaitu
”Sampel yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih
oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel”.14
Dalam hal ini penulis menggunakan purpose sampling yang didasarkan
pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai
sangkut paut erat dengan ciri-ciri yang ada dalam populasi. Adapun
kriteria informan yang penulis jadikan populasi dan sampel adalah:
1. Jama‟ah Pengajian At-Tafaqquh Fiddien dengan kriteria yaitu :
a) Jamaah yang selalu aktif mengikuti pengajian minimal 2
kali dalam satu bulan.
b) Jama‟ah yang bertempat tinggal disekitar masjid Al-
Furqon.
c) Jama‟ah berdasarkan tingkat pendidikan.
12
Ibid., hlm. 43
13 Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi, (Yogykarta:
Liberty, 1984), h. 42
14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta: Jakarta, 1989),
h. 127
Merujuk pada kriteria tersebut di atas, maka sampel dalam penelitian ini
terdiri dari 27 jamaah Pengajian At-Tafaqquh Fiddien di Masjid Raya Al-
Furqon Bandar Lampung.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk menghimpun data lapangan yang di perlukan dalam penelitian ini,
maka penulis mengunakan metode-metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Yang dimaksud metode observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki
atau diteliti.15
Dalam observasi ini yang dipakai adalah observasi nonpartisipan.
Adalah observasi itu tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan para sabyek
yang di observasi.16
Adapun yang penulis observasi adalah :
1. Penyampaian Pesan Da‟I dalam penanaman nilai-nilai agama pada
Mad‟u di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung.
2. Tanggapan Mad'u dalam menerima kegiatan agama di Masjid
Raya Al-Furqon Bandar Lampung.
3. Kondisi jamaah Masjid Raya Al-furqon Bandar Lampung dalam
mengikuti pengajian At-Tafaquh Fiddien.
b. Metode Wawancara
15
Sutrisno Hadi,Op Cit,Jilid II 136
16 Kartino Kartono, Pengantar Metode Risep Sosial,(Penerbit Alumni:Bandung,1986), h. 147
Menurut Koencoro Ningrat Wawncara adalah : teknis dalam
upaya menghimpun data yang akurat untuk keprluan melaksanakan proses
pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data-data yang diperoleh,
teknis ini adalah dengan Tanya jawab secara lisan dan bertatap muka
langsung antara seseorang atau beberapa interview dengan seseorang atau
beberapa interview. 17
Metode wawancara ini adalah metode pengumpulan data melalui Tanya
jawab langsung kepada Da‟I dan Mad‟u mengenai aktifitas yang
dilakukan serta faktor penghambat dan pendukung dalam kegiatan
keagamaan dalam rangka penanaman nilai-nilai agama di masjid raya Al-
Furqon Bandar Lampung. Adapun pelaksanaan interview ini penulis
mempergunakan interview bebas terpimpin.
Yang dimaksud interview bebas terpimpin adalah : apabila penginterview
membawa kerangka-kerangka pertanyaan untuk di sajikan, tetapi cara
bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan irama (timing)
interview sama sekali diserahkan pada kebijaksanaan interview.18
Disini penulis mengadakan Tanya jawab bebas terpimpin, akan tetapi
tidak terlepas dari masalah-masalah yang diselidiki. Metode ini
merupakan metode pokok dalam penulisan skripsi, karena dipandang lebih
memegang peranan sehingga data-data yang sifatnya sensitif dan akurat
17
Koencoro Ningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (PT. Gramedia: Jakarta, 1983), h. 46
18 Sutrisno Hadi Metode Riset Jilid III,Cet,XX,(Fakultas Psikologi UGM, Jogjakarta 1991), h. 107
dapat diperoleh, penulis melakukan wawancara terkait dengan komunikasi
interpersonal antara Da'i dan Mad'u.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi digunakan dengan cara melihat buku-buku catatan
atau monografi yang berhubungan dengan pembahasan penelitian, seperti
kegiatan-kegiatan yang dilakukan Da‟i dan Mad‟u di masjid raya Al-
Furqon Bandar Lampung untuk panduan bagi penulis, dengan demikian
penulis skripsi ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang maksimal.
4. Pengelola dan Analisis Data
Setelah data terhimpun sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan
metode interview, observasi dan dokumentasi, maka selanjutnya data tersebut
dianalisis dengan menggunakan analisa kualitatif
Data-data yang tekumpul kemudian di olah secara sistematis sesuai
dengan sasaran permasalahan, sekaligus dianalisis secara deskriptif kualitatif
yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.19
Analisa deskriptif kualitatif ini dipergunakan dengan cara menguraikan
dan merinci kalimat-kalimat yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan
sebagai jawaban dari permasalahan yang ada dengan menggunakan pendekatan
berfikir induktif. Cara berfikir induktif yaitu ”Berangkat dari fakta-fakta
19
Lexy L. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosda Karya: Bandung,2006), h. 4
peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta yang khusus dan konkrit
tersebut ditarik generalis yang mempunyai sifat umum.20
Dengan demikian jelaslah bahwa cara berfikir induktif adalah suatu
proses analisis yang bertitik tolak dari hal-hal atau peristiwa yang bersifat
khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
20
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Andi Offset: Yogyakarta, 1991), h. 42
BAB II
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PENANAMAN NILAI-
NILAI KEAGAMAAN ANTARA DA’I DAN MAD’U
A. Komunkasi Interpesonal
1. Unsur Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan
antara pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun
tidak langsung.21
Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi
antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai
emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab
dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,
televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.
Dalam komunikasi interpersonal ini dapat beberapa unsur-unsur komunikasi
yang sama pada umumnya, hanya saja ia bersifat antar pribadi. Unsur-unsur komunikasi
interpersonal tersebut adalah : “Kominikator (sumber), message ( pesan, Komunikasi atau
khayalak, media atau saluran dan efek atau balikan).22
21
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal,Cet Pertama (Graha Ilmu: Yogyakarta, 2011 ), h. 4
22 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Rajawali Pers:Jakarta, 1992), h.42
Komunikator : Sumber atau yang mengirimkan pesan kepada komunikan dan dapat pula
Menjadi komunikan
Sedangkan yang dimaksud dengan umpan balik yaitu : “Salah satu bentuk
daripada pengaruh yang berasal dari penerima”.
Pada dasarnya dari unsur-unsur yang dominan dimana bila unsur-unsur tersebut
diatas tidak ada maka tidak akan pernah terjadi komunikasi. Unsur-unsur tersebut diatas
adalah : Komunikator, komunikasi dan pesan. Ketiga unsur-unsur inilah yang memiliki
peran utama dalam melakukan proses komunikasi yang kemudian diikutu dengan unsur-
unsur lainya.
Komunikasi Interpersonal pada hakekatnya adalah : Proses penyampaian pesan
dari komunikator kepada komunikan.
Dengan demikian terjadinya proses komunikasi interpersonal itu adalh :
Dalm proses komunikasi antar pribadi (Interpersonal Comunication) terdapat peserta-
peserta yang berinteraksi. Komunikator meng-ekode suatu pesan keapda komunikan.
Komunikan men-decode pesan yang diterimanya itu, untuk kemudian diberitakan
tanggapan. Jika tanggapan itu ia lakukan secara terbuka (Overty), maka pada gilirannya ia
menjadi komunikator. Sebab ia men-encode tanggapannya itu dan menyampaikannya
kepada komunikator semula (Yang giliran menjadi komunikan).23
23
Ibid, hal.35
Komunikasi interpersonal itu pada dasarnya sangat penting dilakukan dalam
kehidupan. Terutama lagi dalam sebuah majelis dimana komunikasi ini berlangsung
antara da‟i dan mad‟u. Oleh karena manfaat yang dapat diambil dari komunikasi
interpersonal ini adalah :
a. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang
b. Semakin kita terbuka kepada orang lain, semakin orang tersebut akan menyukai
diri kita. Akibatnya ia akan semakin membuka diri kepa kita.
c. Orang yang rela membuka diri kepad orang lain terbukti cendrung memiliki sifat-
sifat sebagi berikut : Kompeten, terbuka, ekstroper, fleksibel, adaftif dan
intellegen, yakni sebagian dari ciri-orang yang masak dan bahagia.
d. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan
komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.
e. Membuka diri berarti bersifsat realistis, maka pembukaan diri kita haruslah jujur
tulus dan autentik.24
Manfaat yang sangat besar sekali dalam diri sesorang bila dapat melakukan
komunikasi antarpribadi dengan ornang lain. Begitu pula halnya bila dilakukan dalam
sebuah majelis karena dengan komunikasi interpersonal akan tercipta suatu hubungan
yang harmonis dan berdasarkan kasih sayng, cinta kasih antara da‟i dengan mad‟u.
2. Proses Komunikasi Interpersonal
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi,
banyak melalui perkembangan.25
24
A. Supratikna, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikansius, (Jakarta,t.th), h.15-16
25 Christina, Komunikasi Kebidanan, (EGC,Jakarta, 2003), h.12
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian
pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Penginterpretasian.
b. Penyandian.
c. Pengiriman.
d. Perjalanan.
e. Penerimaan.
f. Penyandian balik.
g. Penginterpretasian.
Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator.
Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul
hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan
ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan
disebut interpreting.
Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil
diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut
encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan
abstrak menjadi konkret.
Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim
lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim
pesan.
Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan
diterima oleh komunikan.
Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan
jasmaniah komunikan.
Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui
peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya
(decoding).
Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam
bentuk pesan.26
Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif :
1) Perspektif psikologis.
2) Perspektif mekanis.
Perspektif Psikologis
Perspektif ini merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian hasil
encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.
Perspektif Mekanis
Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa
verbal/non verbal.27
Komunikasi ini dibedakan :
1) Proses komunikasi primer.
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada
komunikan menggunakan lambang sebagai media.
2) Proses Komunikasi skunder
Merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai
lambang sebagai media pertama.
3) Proses Komunikasi Linier
Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
26
Tyastuti, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan, (Fitramaya, Yogyakarta, 2004
), h. 34-36
27 Ibid,hal. 12
4) Proses Komunikasi Sirkular
Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.28
3. Tekhnik Komunikasi
b. Tekhnik Komunikasi Interpersonal
Teknik komunikasi interpersonal adalah berkomunikasi secara menarik
dan jelas sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di
dalam komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan
diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang
dipercakapkan.
1) Komunikasi Persuasif
Persuasif adalah komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi
komunikan. Komunikasi persuasif dapat didefinisikan sebagai proses
mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan
psikologis.komunikasi persuasif adalah suatu teknik mempengaruhi
manusiadengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun
sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi.29
Yang penulis maksud komunikasi persuasif disini yaitu, dimana seorang
da‟I dapat memotivasi mad‟u guna mendapatkan materi dengan cara
pendekatan psikologis yang mana dimaksud diatas.
Teknik komunikasi persuasif dapat dilakukan dengan cara
(acceptance device),yaitu penyampaian pesan dengan kata-kata atau
simbol-simbol komunikasi yang memberikan asosiasi yang
menyenangkan,caraini dapat dipergunakan untuk memperoleh penerimaan
acceptance,kepercayaan confidence,dukungan support dan partisipasi
masyarakat,rejection device,yaitu penyampaian pesan dengan kata-kata
28
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet III, (PT Grasindo, Jakarta, 2006), h. 16
29 Rohim dan Syaiful, Teori komunikasi : perspektif, ragam, dan aplikasi (Rineka Cipta: Jakarta,
2009),h. 18
tau simbol-simbol komunikasi yangmembangkitkan rasa khawatir atau
takut fear arousing,testimonal device,yaitu pesan/ajakan dilakukan dengan
cara mensitir, kata-kata, pendapat orang-orang yang terkenal, atau dalil-
dalil penguat,bandwagon device, yaitu persuasidengan cara menyediakan
suporter atau tukang tepuk.
2) Komunikasi Koersif (Coercive communication)
Komunikasi Koersif (Coercive communication) adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan ancaman
atau sanksi untuk merubah sikap, opini atau tingkah laku.30
3) Komunikasi Informatif (Informative Communication)
Komunikasi Informatif (Informative Communication) ialah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan sesuatu. Disini komunikator tidak mengharapkan efek
apa-apa dari komunikan, semata-mata hanya agar komunikan tahu saja.
Bahwa kemudian efeknya ada, apakah itu positif ataukah negative
komunikator tidak mempersoalkannya, tapi sudah tentu ia mengharapkan
efek positif.31
c. Tekhnik komunikasi dialog interaktif
Dialog adalah percakapan dua orang atau lebih. Dialog Interaktif adalah
percakapan yang dilakukan di televisi, radio atau forum yang dapat melibatkan
30 Ibid,h. 18
31
Prof. Drs. Onong Uchjana Efendy. M.A, Human Relations & Public Relations (CV. Mandar
Maju:Bandung,2009), h. 14
pemirsa atau pendengar. Adapun narasumber yang dipilih adalah orang yang tahu
persis tentang informasi/materi yang ingin disampaikan.32
Secara sederhana, teknik berbicara di dalam komunikasi secara aktif dan
efektif adalah sebagai berikut :
1) Memilih pokok persoalan untuk dibicarakan
2) Berbicara diiringi dengan bantuan gerak gerik
3) Menyesuaikan situasi dengan lawan bicara dengan baik
4) Menghargai dan menghormati lawan bicara dengan baik
5) Menganggapi setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara33
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental
sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat
menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama
manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat
manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media
massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.
32
http://www.pulau-media.info/2011/09/pengertian-dialog-interaktif.html (accessed 15 juli
2013)
33 James G. bobbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif, (CV. Pedoman Ilmu Jaya:
Jakarta, 2006 ), h. 29
Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan
pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita tumbuh dan belajar, kita
menemukan pribadi kita dan orang lain, kita bergaul, bersahabat, menemukan kasih
sayang, bermusuhan, membenci orang lain, dan sebagainya.
Komunikasi tidak lain merupakan interaksi simbolik. Manusia dalam
berkomunikasi lebih pada memanipulasi lambang-lambang dari berbagai benda. Semakin
tinggi tingkat peradaban manusia semakin maju orientasi masyarakatnya terhadap
lambang-lambang.
Liliweri (1997:13) menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu:
a) Arus pesan dua arah.
b) Konteks komunikasi adalah tatap muka.
c) Tingkat umpan balik yang tinggi.
d) Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi.
e) Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban.
f) Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.34
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal
Dalam sebuah komunikasi tentulah terdapat faktor-faktor pendukung komunikasi
sehingga dapat berjalan efektif, akaan tetapi ada juga beberapa fkator penghambat
komunikasi yang menyebabkan komunikasi interpersonal tersebut tidak dapat berjaln
dengan baik.
Adapun faktor pendukung komunikasi interpersonal antaralain ialah :
34
Liliweri, Komunikasi Interpersonal, (Citra Aditya Bakti: Bandung, 1991 ), h. 13
a. Bila ditinjau dari komponen komunikator, yakni :
1) Kepercyaan kepada komunikator ( Source Credibility).
2) Daya tarik komunikator (Source Attrativeness).
b. Bila ditinjau dari komponen komunikan adalah :
1) Ia dapat benar-benar mengerti pesan komunikasi
2) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan itu sesuai
dengan tujuan
3) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan itu bersangkutan
dengan kepentingan pribadinya.
4) Ia mampu untuk menepatinya baik secara mental maupun secara fisik.35
Akan tetapi masih ada faktor pendukung komunikasi interpersonal lainnya yaitu :
a) Mendengarkan
.... Mendengarkan komunikasi harus dilakukan dengan fikiran dan hati serta
segenap indra yang diarahkan kepada sipendengar
b) Pernyataan
Komunikasi pada hakekatnya kegiatan menyatakan suatu gagasan (isi hati
dan fikiran) dan menerima umpan balik yang berarti menafsirkan pernyataan
tentang gagasan orang lain.
c) Keterbukaan
Orang yang mau senantiasa tumbuh, sesuai dengan zaman adalah orang yang
terbuka untuk menerima masukan dari orang lain, merenungkan dengan
serius, dan mengubah diri bila perubahan dianggap sebagai pertumbuhan
kearah kemajuan.
d) Kepekaan
Kepekaan adalah kemahiran membaca bahsa badan , komunikasi yang tidak
diucapkan dengan kata-kata.
e) Umpan balik
Sebuah komunikasi baru bernama timbal balik kalu pesan yang dikirim
berpantulan, yakni mendapat tanggapan yang dikirim kembali.36
35
Onong Uchjana Efendi,Op Cit, hal.40-41
Adapun faktor –faktor penghambat komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik
antaralain :
(1) Kurangnya perencanaan dalam komunikasi
(2) Perbedaan persepsi
(3) Perbedaan harapan
(4) Kondisi fisik atau mental yang kurang baik
(5) Pesan yang tidak jelas
(6) Prasangka yang buruk
(7) Transmisi yang kurang baik
(8) Penilaian atau evaluasi yang premature
(9) Tidak adanya kepercayaan
(10) Ada ancaman
(11) Perbedaan status,pengetahuan bahasa
(12) Distorsi.37
Faktor penghambat komunikasi ini mungkin dapat di katakan sebagai lawan
dari foktor pendukung komunikasi interpersonal diatas. Bila mana didalam
komunikasi ini kurang adanya perencanaan, perbedaan persepsi dan harapan yang
samar dan ada ancaman menyebabkan komunikasi tersebut menjadi rusak dan tidak
dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan yang diharapkan oleh kedua pihak.
B. Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan
1. Penanaman Nilai Keagamaan
Penanaman nilai keagamaan adalah Suatu cara untuk menyampaikan, menerapkan
atau menyumbangkan suatu nasehat yang dilakukan Da‟i terhadap Mad‟u agar dapat
menjalankan semua perintahnya (Allah SWT) dan menjauhkan diri dari segala larang-
Nya,dengan berpedoman kepada semua ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW.
36
A.G. Lunandi.Komunikasi Mengena Meningkatkan Efektifitas komunikasi
Antarpribadi,(Kansius:Yogyakata, 2001), h.35-45
37 A.W.Widjaja,Op Cit, h.100
Penanaman nilai agama pada diri Mad‟u banyak macam dan ragamnya,seperti
yang telah penulis uraikan dalam penegasan judul. Bahwa Mad‟u atau saasran objek
dakwah adalah seluruh manusia makhluk Allah yang dibebani menjalankan agama islam
dan diberikan kebebasan untuk berikhtiar, kehendak dan bertanggung jawab atas
perbuatan sesuai dengan pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan,
kaum, masyarakat dan umat manusia seluruhnya. Sehingga mereka lebih cenderung
mempergunakan emosi daripada rasio. Hal ini yang menyebabkan mereka lebih
membutuhkan bimbingan dari Da‟i, sehingga mereka ibarat mempunyai perisai dari
pengaruh atau tingkah laku yang tidak baik.
Penananman nilai aqidah dan akhlak sngatlah penting sebagaimana kita ketahui
orang yang tidak percaya terhadap rukun iman dan rusak akhlaknya disebut sebagai
orang-orang kafir, hal ini akan dibahas secara mendalam sesuai dengan fokus penelitian
penulis.
Aqidah
a. Pengertian Aqidah
Aqidah berasal dari kata " aqada" artinya ikatan dua utas tali dalam satu buhul
sehingga bersambung. Aqad berarti pula janji, ikatan (kesepakatan) antara dua orang
yang mengadakan perjanjian. Aqidah menurut terminologi adalah sesuatu yang
mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan
yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Istilah aqidah masih besifat umum untuk
berbagai agama. misalnya aqidah trinitas pada kristen atau trimurti pada hindu dan
sebagainya.38
38
A. Toto Suryana Af, et al.,Tiga Mutiara (Bandung, 1997), h. 94
Menurut bahasa, aqidah berasal dari bahsa Arab : 'aqada-ya'qidu-uqdatan-wa
'aqidatan. Artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi
hati dan hati nurani terikat kepadanya.39
b. Dasar Aqidah
Dasar aqidah adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber
hukum dalam Islam yaitu Al Qur‟an dan Al Hadits. Al Qur‟an dan Al Hadits adalah
pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu
perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur‟an dan.
Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.”
Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur‟an.”40
Dalam islam, akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah
Quran. Iman ialah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala
sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keiman yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-
raguan dan dipengaruhi perasangkaan. Ia ditetapkan dengan positif oleh saling
membantunya teks-teks dan ayat-ayat Al-Quran, kemudian adanya konsensus kaum
muslimin yang tak pernah berubah, bertolak sejak penyiaran Islam pertama di masa
Rosulullah hingga kini. Ayat-ayat Quran tersebut menuntut kepada manusia untuk
memiliki kepercayaan itu, yang pula merupakan seruan utama setiap Rosul yang diutus
Allah sebagai yang dinyatakan Quran dalam pembicaraan nya dalam pembicaraannya
mengenai para Nabi dan Rasul.41
39
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Cv. Pustaka Ceria:Bandung,2008) , h. 13
40 Ibid. hall 14
41 K.H. Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Pt. Alma'arif : Bandung, 1973), h. 153
Artinya : ....... " Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan):
"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S AL-
Baqarah (2): 285)42
Ibadah
a. Pengertian Ibadah
Secara etimologis, kata ibadah merupakan pengabdian sedangkan secara
terminologis artinya berserah diri kepada Tuhan baik pada kehendak dan ketentuan untuk
memperoleh ridla-Nya.
Ibadah mencangkup 2 pengertian:
1) Dalam arti ubudiyah telah dipastikan cara-carnya serta syarat-syaratnya oleh
syari'at dalm rangka hubungan khusus antara manusia dengan penciptanya
(ibadah madah) seperti sholat, haji.
42
Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. (PT. Tanjung Masin:Semarang, 1992), h.
2) Dalam arti luas segala kegiatan manusia beriman didalam hidup sehari-hari, diluar
ibadah mahdah yang diinginkan oleh Allah SWT, dikerjakan dengan ikhlas dan
dengan tujuan untuk memperoleh sidla Allah SWT.43
b. Hakekat Ibadah
Ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang
Ma'bud dan merasakan kebenarann-Nya, lantaran beri'tiqoh bahwa bagi alam ini masih
ada kekuasaan akal tak dapat mengetahui hakekarnya.44
Definisi lain dari ibadah adalah:
Asal makna sholat merupakan bahasa Arab berarti dua, kemudian yang dimaksud
disini ibadah yang tersusun dari beberapa pekataan dan beberapa perbuatan yang dimulai
dengan takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang di tentukan.45
Hak-hak yang khusus antaralain:
1) Memperhatikan nasehat
2) Melepaskan kesulitan dan kesusahan
3) Membantu orang yang sedang kesusahan
4) Menutupi aib saudara
5) Menjauhkan diri dari sifat yang meyakinkan orang seperti dengki, benci, dzalim
dan sombong.46
c. Kedudukan Ibadah
43 Dr. Zakiah Darajat.dkk, Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum, (Bulan Bintang, Jakarta, 1984), h. 29-30
44
Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Bulan Bintang , Jakarta, 1992), h. 8
45
Hi. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam,(Sinar Baru, 1992), h. 64
46
Abdullah Nasikhulwan, Merajuk Keping-keping Ukhuwah, (CV. Ramadhani, Solo, 1989), h. 12
Ibadah adalah ungkapan dari prinsip pokok dalam Agama Islam yaitu tauhid yang
merupakan tugas hidup manusia didalam kehidupan dunia ini, yang nantinya akan
menentukan derajat kedudukan manusia di dalam akhirat.
Artinya : ..."Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS : Adz Dzariyat : 56 )47
Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu ism mashdar
(bentuk infintif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan)
tsulasi majid af ala, yuf ilu alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi'ah (kelakuan,
tabi'at, watak dasar), al'adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik),
dan al-din (agama).48
Menurut Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, kata Akhlak berasal dari bahasa Arab "
Khuluq", jamaknya "khuluqun", menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabi'at. Kata "akhlak" ini lebih luas artinya daripada moral atau etika
47 Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. (PT. Tanjung Masin:Semarang, 1992), h
48 H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, ( PT. Raja Grafindo:Jakarta, 2003), h. 1
yang sering dipakai dalam bahasa indonesia sebab "Akhlak" meliputi segi-segi kejiwaan
dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.49
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam.
Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang
itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah
memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu
selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar).
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan
tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah
dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu
sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana
yang buruk.
b. Tujuan Akhlak
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti,
bertingkah laku, berperangai atau beradatistiadat yang baik sesuai ajaran Islam.
Dismaping itu, setiap muslim yang berakhlak yang baik bertujuan untuk memperoleh hal-
hal sebagai berikut :
1) Rida Allah SWT.
49
Rosihon Anwar, Op Cit. hal 205
Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaran Islam, senantiasa melaksanakan
segala perbuatannya dengan hati ikhlas, semata-mata karena mengharapkan
rida Allah SWT.50
Allah berfirman :
Artinya : ...."Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan
(katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu[533] di setiap sembahyang dan
sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.
sebagaimana dia Telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah
kamu akan kembali kepadaNya)". (Q.S. Ar-Araf : 29 )51
2) Kepribadian Muslim
Segala perilaku muslim, baik ucapan , perbuatan, pikiran maupun kata hatinya
mencerminkan sikap ajaran Islam.52
Allah berfirman :
50
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Cv. Pustaka Ceria:Bandung,2008), h. 211
51 Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. (PT. Tanjung Masin:Semarang, 1992), h
52 Rosihon Anwar, Op Cit. hal. 212
Artinya:
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?".53
3) Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela
Dengan bimbingan hati yang diridai Allah dengan keikhlasan, akan terwujud
perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia
dan akhirat sehingga terhindar dari perbuatan tercela.54
2. Tujuan Penanaman Nilai-nilai Keagamaan
Sedangkan menurut Mansyur Amin menyatakan bahwa tujuan dalam penanaman
nilai-nilai keagamaan adalah dengan beberapa kategori, yaitu:
a. Tujuan Perorangan
Yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat, berpribadi
sesuai hukum yang telah disyariatkan.
53
Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. PT. Tanjung Masin, Semarang, 1992 h.
54 A. Zainudin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, ( CV. Pustaka Setia:
Bandung, 1999), h. 73
b. Tujuan Untuk Keluarga
Yaitu terbentuknya keluarga bahagia, tentram dan cinta kasih antara anggota
keluarga.
c. Tujuan Masyarakat
Yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera penuh dengan suasana ke ikhlasan55
Selain itu juga tujuan dari penanaman nilai-nilai keagamaan antara Da‟i dengan Mad‟u
adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri mad‟u agar dalam kehidupannya berjalan
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam agama.
3. Materi Penanaman Nilai-nilai Keagamaan
Adapun materi penanaman nilai-nilai keagamaan tersebut adalah :
1. Menanamkan nilai tauhid pada diri mad‟u
Suatu yang penting pula, adalah menanamkan rasa keimanann dan cinta kepada
Allah dalam hati mereka, karena Alllah adalah yang telah menciptakan dirinya, memberi
rizki dan memberi pertolongan serta bimbingan dalam mengarungi hidup dan kehidupan
mereka. Dan sama sekali tidak ada sekutu bagi-Nya.56
Dengan terlebih dahulu menanamkan nilai tauhid dalam diri mad‟u bahwa Allah
satu-satunya Tuhan semesta alam raya. Allah adalah pencipta dirinya memberi
pertolongan dan bimbingan.
55
Moh. Adnan Harahap. Dakwah Dalam Teori dan Praktek. (Sumbangsih: Yogyakarta, 1977) h. 25
56 A. Mudjam Mahalli. Kewajiban Timbal balik Orang Tua Anak. (Mitra Pustaka: Yogyakarta,
2000), h. 137
Hal tersebut nantinya akan menumbuhkan kesadaran dalam diri mad‟u bahwa manusia
adalah hamba Tuhan dan untuk mengabdi kepadanya.
2. Menanamkan sholat
Dalam penanaman sholat terhadap mad‟u seharusnya dilakuka sedini mungkin,
sehingga lebih mudah untuk memberikan materi-materi tersebut dan juga lebih mudah
memahami.
Harus sejak dini, jangan sampai sudah berumur sepuluh tahun belum bisa
melakukan sholat, tentu saja ini menyangkut pula masalah kewajiban berwudhu. Sebab
Sholat tidak sah bila tidak disertai wudhu.57
Setelah menanamkan nilai tauhid juga perlu diberikan hal-hal yang berkaitan
dengan didalamnya, seperti wudhu serta membaca Al-quran, hal ini dikarenakan dalam
sholat terdapat ayat-ayat yang harus dibaca.
3. Berakhlak Baik
Kata akhlak dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku
tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan
perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika
timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa
banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang,
sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut
dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
57
Ibid. hall 138- 139
Oleh karena itu dalam pembinaan akhlak mad‟u dilakukan dengan mengacu
kepada Al-qur‟an dan assunah serta norma-norma yang ada ditengah masyarakat.
Sehingga hal ini dapat menjadikan mad‟u memiliki akhlak Islam. Dalam hal tersebut
dapat menjadikan mad‟u memiliki kepribadian yang baik dan dapat diterima dalam
kehidupan bermasyarakat dan agama.
4. Tugas Da‟i dan Mad'u
Kata da‟I berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki) berarti orang yang
mengajak, sedangkan bagi perempuan muanas yang di sebut da‟iyah. Dalam kamus
bahasa Indonesia da‟I diartikan orang yang pekerjaannyaberdakwah, pendakwah: melalui
kegiatan dakwah para da‟I menyebarluaskan ajaran Islam. Dengan kata lain da‟I adalah
orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung,
melalui lisan, tulisana atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau
menyebarluasakan ajaran Islam. Dalam posisi ini disebut subjek dakwah,yaitu pelaku
dakwah yang senantiasa aktif menyebarluaskan ajaran Islam.58
Dengan demikian da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baiklisan tulisan
ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atauberbentuk organisasi atau
lembaga . Kata da‟i ini sering disebut dengansebutan mubaligh (orang yang
menyempurnakan ajaran islam) namun, sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit
karena masyarakat umum cenderumg mengartikan sebagai orang yang menyampaikan
ajaranislam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yangberkhutbah), dan
sebagainya.
58
Enjang AS, Aliyudin,S.Ag,Dasar-dasar Ilmu Dakwah,(Widya Padjadjaran: Bogor,t.th), h.73
Ummat Islam pada hakekatnya memiliki kewajiban untuk berda‟wah, apapun
profesi dan pekerjaan yang digeluti, jadi bukan Cuma hanya tugas para da‟i saja untuk
berda‟wah, karena da‟wah bukan sekedar berceramah menyampaikan tentang agama,
namun perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam juga merupakan aplikasi
dari da‟wah.
Allah berfirman :
Artinya : “ …Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung. ( QS : Ali Imran :104 )
Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan
Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Menurut Toto Tasmara : pada dasarnya semuapribadi muslim itu berperan secara
otomatis sebagi mubaligh atau orangyang menyampaikan atau dalam bahasa
komunikasinya disebutkomunikator. 59
59
Toto Tasmara. Komunikasi dakwah. (Gaya Media Pratama: Jakarta, 1987), h. 27
Selain itu seorang dai mempunyai tanggung jawab besar atas apa yang telah di
sampaikan atau yang tanamkan pada tiap-tiap mad‟u salah satunya dengan
menyampaikan 10 pesan da‟I :
1. Mengajak manusia untuk merealisasikan tujuan penciptanya
2. Menyatukan jalan dengan menjadikan Al-qur‟an serta assunah sebagai sumber
hukum
3. Menggalakan pendidikan dan pensucian jiwa
4. Menyiapkan generasi da‟I dan menjadikan dakwah sebagai tanggung jawab umat
5. Selalu tanggap dan kritis terhadap situasi dan kondisi
6. Memperhatikan perluasan daerah imam dan mempersempit gerak kekafiran
7. Memperhatikan segala aspek kehidupan
8. Mendahulukan perbaikan perjalan dakwah dan mawas diri
9. Mengkordinasikan sepak terjang perkumpulan-perkumpulan islam
10. Selalu berpegang teguh kepada agama Allah.60
2. Proses Komunikasi Antara Da‟I dan Mad‟u Dalam Penanaman Nilai-nilai
Keagamaan
Pengertian proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian
fikiran atau perasaan oleh sesorang ( Komunikator ) kepada orang lain (Komunikan ).
Proses komunikasi terbagi dua tahap yaitu primer dan sekunder.
a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian fikiran dan perasaan
sesorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (Simbol) sebagai
media.
b. Proses komunikasi secara skunder adalah proses penyampaian pesan oleh
sesorang kepada orang lain dengan menggunakan alat ata sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.61
60
Dedi Junaedi. 10 Pesan Da’I.( Al-Ikhlas: Surabaya,1994), h. 15
61 Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta, 2001), h. 98
Dari definisi diatas, telah jelas bahwa proses komunikasi antara da‟I dan mad‟u
dapat dilakukan dengan dua tahab yaitu dengan lambang atau symbol sebagai media dan
menggunakan alat atau sebagai sarana media kedua.
Dalam definisi lain menurut Prof, Drs. H. A. Widjaja mengatakan bahwa proses
komunikasi yang efektif harus dilaksanakan melalui empat tahapan.
a. Fact Finding
Menyarikan dan mengumpulkan fakta dan data sebelumnya sesorang
melaksanakan kegiatan komunikasi untuk berbicara didepan suatu masyarakat,
perlu dicari fakta dan data tentang masyarakat tersebut, keinginananya,
komposisinya dan lain sebagainya.
b. Planning
Berdasarkan fakta dan data itu dibuat rencana tentang apa yang akan
dikemukakan bagaimana mengemukakanya, bagi suatu masyarakat yang agraris
tentu saja mengemukakan komunikasi harus mengunakan cara yang sesuai
dengan cirri-ciri agraris.
c. Communicating
Setelah palnning disusun maka tahap selanjutnya adalah communicating atau
berkomunikasi.
d. Evaluation
Penilaian dan analisa kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil
komunikasi tersebut, ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan
komunikasi selanjutnya.62
Menurut James G. Robbins, proses komunikasi dibagi tujuh tahapan :
1. Mestilah ada suatu pengirim ( Sender ), yang menjadi sumber dari pesan itu
2. Setiap komunikasi mestilah mempunyai suatu tujuan
3. Ide yang ada dalam komunikasi itu di ”encode”, diubah menjadi lambang dan
tanda-tanda
4. Lambang atau tanda-tanda disalurkan melalui suatu saluran
62
H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Study, (Raneka Cipta: Jakarta, 2000), h. 39
5. Penerima mengadakan “decode” terhadap lambang-lambang atau tanda-tanda itu
dengan memberinya arti atau makna
6. Jika pengirim atau penerima sama-sama mempunyai tingkat pengalaman yang
serupan, maka kesempatan akan lebih baik, bahwa mereka juga akan sama-sam
mempunyai arti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan itu.
7. Feed Back atau umpan balik ialah apa yang terjadi sebagai suatu akibat atau hasil
dari komunikasi itu, dan merupakan cara atau jalan yang terutama bagi kita untuk
memrikasa atau melihat apa pesan dimengerti.63
Penjelasan dari proses komunikasi diatas adalah sebagai berikut :
63
Jams G. Bobbins, Barbara S, Komuikasi Yang Efektif, (Pedoman Ilmu Jaya :Jakarta, 1995), h. 10-
11
1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalyak. Karena itu
komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source, atau encoder.64
Fungsi komunikator adalah pertama kali menyediakan sumber informasi,
selanjutnya menyaring dan mengevaluasi informasi yang tersedia menngolah
informasi ini kedalam suatu bentuk yang cocok bagi kelompok penerima
informasi tertentu, sehingga kelompok penerima memahami isi informasi
tersebut.65
Sifat- sifat komunikator :
1. Tidak boleh terlalu otokratis
2. Harus dapat menguasai aspirasi masyarakat atau komunikan
3. Mendelegasikan dan membagi tanggung jawab
4. Penuh inisiatif
5. Mawas diri
6. Menghargai kemampuan orang lain
7. Mampu mengadakan pengawasan.66
2. Tujuan
Dalam melakukan komunikasi hendaklah mempunyai tujuan. Pada umunya
komunikasi mempunyai tujuan antaralain :
1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti. Sebagai komunikator kita
harus menjelaskan kepada Komunikan {penerima} dengan sebaik-baiknya
dengan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang
kita maksudkan.
64
Hafeld Cangra, Pengantar Ilmu Komunikasi, (PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta, 2000), h. 89
65 H. A. Widjaja, Ibid, hal 56
66 Ibid, hal 66-67
2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar
aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, jangan mereka
menginginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar
gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif
bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan itu
mungkin dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan. Kegiatan
yang dimaksud disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong.
Namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk
melakukannya.67
Menurut Prof. Drs. Onong Uchyana Efendy. MA
Tujuan komunikasi ada 4 macam :
a. Perubahan sikap { Attitude Changa }
b. Perubahan pendapat { Opini Change }
c. Perubahan Prilaku { Behavion Change }
d. Perubahan Sosial {Social Change }68
3. MeEnkode
Adalah menguraikan kode-kode atau ucapan untuk meneukan pesan tersebut.
Misalnya apakah orang itu mampu melakukan encoding atau ucapan bahasa baik
itu bahsa daerah atau bahsa Indonesia terhadap masyarakat (Mad‟u )
4. Media
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator ke khalayak.69
67
Ibid,hal 58
68 Onong Uchyana Effendy,Komunikasi Teori dan Praktek,(Jakarta, 2000), h. 8
69 Hafeld Cangra, Pengantar Ilmu Komunikasi,(PT.Raja Grafindo Persada:Jakarta,2000),h. 35
Media komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian :
a. Media Umum
Media umum ialah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk
komunikasi. Contohnya adalah radio, CB, OHP dan lai sebagainya
b. Media Massa
Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, disebut
demikian karena sifatnya masal misalnya, pers, radio, film, dan televise. 70
5. Decoding
Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menerapkan
makna pada lambang yang disampaikan komunikator kepadanya.71
Misalnya dalam penelitian ini apakah mad‟u paham apa yang dikatakan oleh da‟I
dalam segi bahasa, dan apakah mad‟u maksud dengan apa yang diucapkan oleh
orang tua.
6. Setelah komunikator menerapkan makna atau menyampaikan pesan kepada
komunikan, maka komunikan akan menerima apa yang telah dipesankan oleh
komunikator.
7. Feed Back
Umpan balik { feed back } dapat berwujud verbal dan non verbal. Dengan adanya
umapan balik sebuah pesan dapat diketahui tingkat akurasinya. Dalam hal ini
seorang komunikator yang baik akan terus berusaha meningkatkan kemampuanya
berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.72
Definisi ini menyebutkan bahwa umpan balik atau feed beck adalah apa yang
terjadi suatu akibat atau hasil dari komunikasi itu, dan merupakan cara atau jalan
70
Op Cit. hal 35
71 Ibid. h. 19
72 H. A. Widjaja. Op Cit. h. 48
yang terutama bagi kita untuk memeriksa atau melihat apakah pesan itu
dimengerti.73
Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan Feed beck merupakan bagian yang
integral dari proses komunikasi. Sedangkan Feed beck merupan timbale balik
antar komunikator dan komunikan, jadi dalam hal ini peran komunikator dan
komunikan sangat penting. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang diterima
oleh kokmunikan sesuai degan maksud pesan yang dikirim oleh komunikator.
Bentuk-bentuk umpan balik antara lain :
a. External feed beck
Umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan
b. Internal feed beck
Umpan balik yang diterima komunikator dari komunikan, akan tetapi datang dari
pesan itu sendiri atau dari komunikator itu sendiri.
c. Direct feed beck atau immediate feed beck
Umpan balik langsung dari suatu komunikasi, komunikan menggerakan salah satu
anggota badannya.
d. Inderect feed beck atau detaiged feed beck
Dalam bentuk surat kepada redaksi surat kabar, penyiar radio atau televise, dalam
hal ini merupan umpan balik menggunakan waktu.
e. Inferential feed beck
Umpan balik yang diterima dalam komunikasi masa yang disimpulkan sendiri
oleh komunikator meskipun tidak secara langsung, akan tetapi cukup relevan
dengan pesan yang disampaikan.
f. Zero feed beck
Hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh komunikator pada
komunikan dan komunikan menyampaikan umpan balik yang tidak dipahami oleh
komunikator.
g. Neuteral feed beck
73
Jemes G. Bobbins, Barbara, S. Jones. Loc. Cit. h. 11
Umpan balik yang neteral berarti bahwa informasi yang diterima kembali oleh
komuniukator tidak relevan dengan pesan yang disampaikan semula.
h. Positif feed beck
Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
mendapatkan tanggapan positif, misalnya dengan adanya penerima pada pesan
yang disampaikan.
i. Negatif feed beck
Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan dari
komunikan.74
Dari berbagai pengertian proses komunikasi diatas maka dapat penulis simpulkan
bahwa : dalam berkomunikasi harus ada kemauan antara komunikator dengan komunikan
dalam berlangsungnya proses komunikasi. Komunikasi berlangsung untuk memberikan
atau menyampaikan pesan yang dapat mengerti atau diterima, sehingga pesan-pesan
dapat dipahami dengan jelas. Bila pesan diterima dengan baik serasi dan selurus maka
proses komunikasi tersebut berlangsung dengan baik.
Proses komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan pesan
atau informasi. Apa yang difikirkan kemudian dilambangkan (simbol), baik berupa
ucapan atau isyarat gambar. Selanjutnya dengan melalui transmisi berupa media
perantara atau chennel misalnya telpon, surat, secara lisan dan lain-lain maka pesan yang
disampaikan tiba pada sipenerima.
Sistem komunikasi interpersonal, sebagai proses pengolahan informasi yang
disini kita sebut komunikasi interpersonal meliputi sensasi, persepsi, memori dan berfikir.
74
James G. Bobbins dan Barbara S. Jones. Komunikasi Yang Efektif. (CV. Pedoman Ilmu jaya
:Jakarta 2000), h. 129-133
Sedangkan sensasi adalah : proses penangkapan stimuli, sedangkan persepsi
adalah proses proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh
pengetahuan baru, dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi,
memori adalah proses penyimpanan informasi dan memanggilnya kembali, berfikir
adalah mengolah daan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau
memberikan respon.75
D. Komunikasi efektif Da'i dalam penyampaian pesan penanaman nilai agama
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami tetapi hubungan
diantara komunikan menjadi rusak. Komunikasi yang efektif meliputi banyak unsur,
tetapi hubungan interpersonal yang paling penting.
Ada 4 (empat) Buah model untuk menganalisa hubungan interpersonal :
1. Model pertukaran sosial (Social exchang model)
2. Model peranan (role model)
3. Model permainan (the games Peopleplay model)
4. Model interaksional (Interactional model)76
Ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal adalah:
75
Jalaludin Rahmad, Psikologi Komunikasi, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2000), h. 48
76 Ibid hal. 120
1. Percaya (trust), didefinisikan sebagai mengadakan prilaku orang untuk mencapai
tujuan yang dihendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dari situasi yang
penuh resiko.
2. sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.
Orang yang bersikap defensif bila ia tidak menerima,tidak jujur dan tidak empatis.
3. Sikap terbuka (open midedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
komunikasi interpersonal yang efektif.77
Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan menjadi hubungan interpersonal yang
efektif, harus mempunyai sikap percaya bersama-sama dengan sikap suportif dan sikap
terbuka, saling menghargai kepada kedua belah pihak yang menjalin hubungan, saling
menghargai antara da‟i dan mad‟u.
77
Ibid,hal. 129-136
BAB III
KEGIATAN KEAGAMAAN DI MASJID RAYA AL- FURQON
BANDAR LAMPUNG
G. Gambaran Umum Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung
a. Priode Pertama tahun 1958 – 1969.
Masyarakat muslim Kota Tanjungkarang Telukbetung bersama
pemerintah Keresidenan Lampung ingin mendirikan masjid jami‟ untuk
tingkat Kresidenan yang lokasinya di pasar Bambu Kuning sekarang ini.
Panitia pembangunan masjid telah melakukan persiapan dan memulai
pekerjaan awal dengan pengadaan besi beton untuk tiang pancang masjid.
Namun ada pihak-pihak yang tidak setuju atas rencana pembangunan
masjid tsb yaitu dari pihak Komunis PKI dan dari pihak pengurus Greja
Marturia yang kebetulan berada dekat lokasi masjid tersebut. Disamping
itu ada pertimbangan lain bahwa lokasi tersebut kurang sesuai untuk
membangun masjid karena berada di tengah pasar sehingga nantinya akan
mengganggu pelaksanaan peribadatan ummat.
Selanjutnya dicarilah lokasi yang berada antara dua kota
Tanjungkarang dan Telukbetung yaitu sekitar Lungsir. Pada awal tahun
1958 terbentuklah Panitia Pembangunan Masjid Jami‟ yang diberi nama
Al-Furqan berlokasi di jalan Diponegoro Lungsir Telukbetung.78
b. Priode kedua tahun 1969 – 1970.
Panitia Pembangunan Pertama Masjid Jami‟ Al-Furqan sejak
Januari 1958 berakhir pada tanggal 23 September 1969 setelah Lampung
menjadi Propinsi pada tahun 1964 dimana Panitia Pembangunan Masjid
Jami‟ Al-Furqan diremajakan melalui Surat Keputusan Gubernur Dati I
Propinsi Lampung nomor SK.No.G/134/VIII/ Th.1969 tanggal 23
September 1969 yang di tanda tangani oleh Zainal Abidin Pagar Alam
Gubernur Lampung.79
c. Priode ke tiga tahun 1970 – 1971.
Selanjutnya pada akhir tahun 1970 keadaan pembangunan lantai II
2 x 20 x 25 m = 1000 m2 telah selesai, maka pendayagunaan/pengelolaan
dan pemeliharaan masjid Al-Furqan oleh Panitia diserahkan kepada
Jawatan Urusan Agama Propinsi Dati I Lampung.80
d. Priode ke empat tahun 1971 – 1973.
Berdasarkan petunjuk dari Pemerintah cq Departemen Agama
dimana pemerintah tidak boleh sepenuhnya mengurus/mengelola atau
menguasai rumah ibadah yang biaya pembangunannya tidak sepenuhnya
78
Drs. Atman Ismail (Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung), interview, pada tanggal 11
November.
79 Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 11 November 2012
80 Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 11 November 2012
dari pemerintah, maka oleh K.H.Ma‟mun Abdullah Kepala Jawatan
Urusan Agama Propinsi Dati I Lampung dengan surat Keputusan nomor
136/DI/I/71 tanggal 2 Januari 1971 kepengurusan Masjid Al-Furqan
diserahkan kepada Mayor(Purn)TNI H.M. Syohmin Ketua DPRD Propinsi
Lampung dkk.81
e. Priode ke lima tahun 1973- 1974.
Selanjutnya Kepala Inspeksi Urusan Agama Islam Propinsi
Lampung Drs.Nurullah Asa dengan tujuan tidak meluasnya penjarahan
tanah masjid digunakan oleh masyarakat ditunjuklah Kapten TNI Abdul
Karim wakil Ketua DPRD Kabupaten Lampung Selatan dan Kota
Tandjungkarang Telukbetung menjadi Ketua Pengurus Masjid Jami‟ Al-
Furqan dkk dengan surat Keputusan No.11/DI/BI/9/73 tanggal 18 Pebruari
1973.82
f. Priode ke enam tahun 1974 – 1974.
Oleh karena timbul juga berbagai masalah maka Kepala Kantor
Inspeksi Urusan Agama Dati I Lampung selaku Ketua Badan
Kesejahteraan Masjid (BKM) dengan surat nomor 11/BKM/1974 tanggal
7 Mei 1974 pelaksana pengelolaan Masjid Al-Furqan diserakan kepada
81
Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 11 November 2012
82 Observasi penulis, pada tanggal 18 November 2012
ustazd Rusli Husien Guru Agama Islam Kota Tandjungkarang-
Telukbetung.83
g. Priode ke tujuh tahun 1974 – 1975.
Tujuan penggantian pengurus belum tercapai, permasalahan
tambah menjadi, maka Kepala Inspeksi Urusan Agama Dati I Lampung
menerbitkan Surat Keputusan Nomor 22/BKM/1974 tanggal 9 Nopember
1974 kepengurusan Masjid Jami‟Al-Furqan sbb.;
Ketua : K.H.Achmad Shabir glr Sidi Syaikh Ibnu Islam Lampung
Wakil Ketua : K.H.Achmad Mustafa
Sekretaris : Syarifuddin Hasan
Bendahara : Hasanusi Razak
Anggota : K.Arief Mahya2, Ust.H.Asnawi Rasyid, M.Samman
Banten.84
h. Priode ke delapan tahun 1975 – 1980.
Pada tanggal 5 September 1975 dihadapan Notaris nyonya Erny
Tjandrasasmita ,SH telah datang untuk membuat Akta Yayasan Masjid
Jami‟ Al-Furqan Lungsir yaitu ;
1. H.Syohmin
83
Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 18 November 2012
84 Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 24 November 2012
2. Rafi‟un Rafdy
3. Raden Haji Hamim Husin
Atas nama pribadi dan atas kuasa lisan dari K.H.Zakaria
Nawawi, Raden Muhammad Sayid,Hasan Diah dan Muhammad
Yusuf Dja‟iz
Dengan Akta Yayasan No.6 Tahun 1975 dan dengan susunan Pengurus
Yayasan Masjid Jami‟ Al-Furqan Lungsir.85
i. Priode ke sembilan tahun 1980 – 1980.
Pada Tahun 1980 karena banyak diantara pengurus yang tercantum
dalam Akkta Notaris telah meninggal dunia,maka Pengurus Yayasan yang
ada menunjuk Pengurus Masjid Jami‟ Al-Furqan Lungsir dengan surat
tanggal 11 Juli 1980 yaitu :
Ketua : Raden Haji Muhammad Mangundiprodjo
Wakil Ketua : H.Dja‟far Amid
Sekretaris : Drs.H.Thabrani Dris
Wk.Sekretaris : H.M. Zen Dahlan,SH
Pembantu : H.Ismail Idris, .M.Suhaimi Ali (bilal), M.Husein (marbot).
j. Priode ke sepuluh tahun 1980 – 1996.
85
Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 24 November 2012
Oleh Penasehat Yayasan Masjid Jami‟Al-Furqan Lungsir yaitu
Gubernur KDH TK I Lampung meremajakan kepengurusan dengan
menerbitkan SK Nomor …………….Tanggal 4 September 1980 tentang
susunan Pengurus Yayasan Masjid Jami‟Al-Furqan Lungsir.86
k. Priode ke sebelas tahun 1996 – 1999
Pada tanggal 2 Mei 1991 Masjid Raya Nurul Ulum di Kompleks
Islamic Center Rajabasa Kota Bandar Lampung diresmikan oleh Menko
Kesra Soepardjo Roestam yang hak pengelolaan dan pembinaannya oleh
Gubernur Propinsi Lampung.Oleh karena itu Pemerintah Propinsi
Lampung mempunyai beban 2 (dua) buah Masjid ,sedangkan kota Bandar
Lampung belum ada masjid binaan.
Oleh karena itu Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Lampung nomor 456/957/06/1996 tanggal 15 April 1996 dengan Berita
Acara Serah Terima Pada tanggal 17 April 1996 oleh Gubernur Lampung
Poedjono Pranyoto menyerahkan bangunan beserta tanahnya seluas
34.355 M2 dengan sertifikat nomor 4737379 (13/5) tanggal 23 Mei 1979
Surat ukur/gambar 462/1979 kepada Walikotamadya Bandar Lampung
Drs.H.Suharto untuk diurus,dibina dan dikelola oleh Pemerintah
Kotamadya Dati II Bandar Lampung, karena Pemda Propinsi Lampung
telah mengelola Masjid Raya Nurul Ulum di Komplek Islamic Center
Rajabasah Bandar Lampung.
86
Observasi penulis, dicatat pada tanggal 24 November 2012
Penyerahan tersebut baru terlealisir secara administrasi oleh
Walikota Bandar Lampung dengan suratnya nomor 232/02.2/HK/2006
tanggal 17 Juli 2006 tentang Penetapan Status Masjid Al-Furqan menjadi
Masjid Agung Kota Bandar Lampung , dimana Idaroh,Imaroh dan Ri‟ayah
masjid tersebut menjadi tanggung jawab pembinaannya oleh Pemerintah
Kota Bandar Lampung serta biaya pengelolaannya bersumber dari
Pemerintah dan Masyarakat muslim Kota Bandar Lampung.
Pada tanggal 31 Desember 1996 nomor G/545/B.VI/HK/1996 oleh
Poedjono Pranyoto Gubernur Lampung membentuk Panitia Pembangunan
dan Pengembangan Masjid Al-Furqan Bandar Lampung yang diketuai
oleh Drs.H.Suwardi Ramli, dan Panitia tsb mengeluarkan Surat Perintah
Tugas nomor 005/17/MJD-11.7/11/1998 tanggal 10 Juli 1998 untuk
melaksanakan pembangunan/renovasi masjid Al-Furqan dengan sewa
kelola.87
l. Priode ke duabelas tahun 1999 – 2004
Pada akhir tahun 1999 terjadi penggantian pengurus melalui Surat
Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bandar Lampung
nomor 324/BG.VII/ HK/1999 tanggal 11 Desember 1999.88
m. Priode ke tigabelas tahun 2006 – 2011
87
Drs. Atman Ismail ( Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ), interview pada tanggal 14
Desember 2012
88 Drs. Atman Ismail ( Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ), interview pada tanggal 14
Desember 2012
Dengan berakhirnya masa bhakti kepengurusan 1999-2004,
H.Dja‟far Amid selaku Ketua dalam keadaan „uzdur dan sebahagian
pengurus telah meninggal dan mutasi ke luar daerah, maka atas inisitatif
para pengurus yang ada diadakanlah rapat lengkap pada tanggal 14
Oktober 2005 yang hasilnya menunjuk 3 orang formateur yaitu :89
i. Drs.H.Eddy Sutrisno,MPd (Walikota Bandar Lampung)
ii. K.H.Arief Mahya (wk.ketua pengurus lama)
iii. Ust.Barmawi Wahid,BA (Ket.Bid.Peribadatan pengurus lama).
untuk menyusun kepengurusan lengkap masa bhakti 2006 – 2011
dan hasilnya diajukan kepada Walikota Bandar Lampung untuk
diterbitkan surat keputusannya.
Dari hasil formatur terbitlah Surat Keputusan Walikota Bandar
Lampung nomor 108/02.2/HK/2006 tanggal 28 April 2006 tentang
Susunan Pengurus Masjid Agung Al-Furqan Bandar Lampung Priode
2006 – 2011 sbb.;
Penasehat : 1. Walikota Bandar Lampung
2. Ketua DPRD Kota Bandar Lampung
3. Ka Kandepag Kota Bandar Lampung
4. Ketua MUI Kota Bandar Lampung
89
Drs. Atman Ismail ( Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ), interview pada tanggal 21
Desember 2012
5. K.H.A.Shobier
6. H.Dja‟far Amid
7. DR.H.M.Achlami,MA
8. Drs.H.M.Farid Shobier,SH
K e t u a : Prof.DR.H.Musa Sueb,MA
Wakil Ketua : K.H.Arief Mahya
Wakil Ketua : Dr.H.Zamahsyari Sahli,MKM
Wakil Ketua : Ust.Barmawi Wahid,BA
Wakil Ketua : Ir. Prayitno
Wakil Ketua : H.M.Zen Dahlan,SH
Sekretaris : H.Choiruddin Islamy,SH
Wakil Sekretaris : Drs.Atman Ismail
Wakil Sekretaris : Drs.H.Adnan Nawawi M.L
Bendahara : H.Syahlulsyah,SH,MH.
Wakil Bendahara : Drs.H.Arifin Nur
Wakil Bendahara : Drs.Minhairin
Ketua Bidang Idaroh : Drs.H.A.Sardji,MM
H u m a s : Drs. Subeno
Drs.Atman Ismail
Ketua Bidang Imaroh K.H.A.Buchori Muslim,Lc,MA
Bidang Pengawasan : K.H.Hasan Jawaz (Ketua)
Drs.Harmain Agus
S o h a r i
Drs.Ujang Hafidz
Ust.Johardin Raba‟ie
Samiharto
Erly Fauzi Dhia,B.Sc
Bidang Khusus : Drs.H.Adnan Nawawi ML (Ketua)
Ust.Muhar
Ust.Johardin Raba‟ie.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota tersebut telah dilaksanakan
upacara pelantikan dan serah terima tugas/jabatan kepengurusan sekaligus
serah terima fisik dan administrasi pada tanggal 9 Mei 2006 berupa ;
1. Materi serah terima uang kontan,cas bank dan deposito lebih
Rp. 700 juta.
2. Tanah sertifikat Hak Pakai atas nama Yayasan Masjid Jami‟
Al-FurqanLungsir seluas 34.395 M2 Sertifikat nomor 13/5
tanggal 23 Mei 1979 surat ukur/ gambar tanah nomor
462/1979.
3. Bangunan lantai I luas 45 x 63 m (2.835 M2) berupa aula
untuk pesta,1 ruang sekretariat dan 1 ruang perpustakaan,2
ruang rias,2 ruang samping 1 ruang belakang, 1 ruang wudluk
dan toilet.Lantai 2 luas 45 x 63 m ( 2.835 M2) tempat shalat
kapasitas 2000 orang,2 ruang samping ,dan 1 ruang wudlu dan
toilet.Lantai 3 luas 45 x 25 m (1125 M2) tempat shalat
kapasitas 1000 org tiang induk 13 bh, 6 tiang penyangga teras
dan 6 bh tangga Rumah kopel 2 unit(4 pintu) untuk imam,
marbut dll.
4. Menara setinggi 50 m.
5. Sebahagian tanah masih ditempati oleh masyarakat
(….rumah/kk).
6. Satu unit sekolah Raudlatul Athfal Perwanida II binaan Depag
Kota B.Lamp.
7. Satu unit Wisma Haji milik Depag Propinsi Lampung
Selanjutnya berdasarkan hasil rapat pengurus lengkap tanggal 20
Mei 2006, ditunjuklah Tim Penyusun Pedoman Pengelolaan,
Pemeliharaan,dan Pemakmuran(Anggaran Dasar/AD) serta Struktur
Organisasi dan Tata Kerja (Anggaran Rumah Tangga/ART) Masjid Agung
Al-Furqan Kota Bandar Lampung ,dengan Surat Keputusan nomor
02/MAAF/Kep/V/06 tanggal 20 Mei 2006 yaitu :
Ketua : Drs.H.Adnan Nawawi ML
Sekretaris : Drs.Atman Ismail
Anggota : 1. K.H.M.Arief Mahya
2. Ust.A.Barmawi Wahid,BA
3. dr.H.Zamahsyari Sahli ,MKM
Untuk melakukan verifikasi asset masjid dari serah terima fisik
material,maka terbitlah SK nomor 01/MAAF/KEP/V/06 tgl.20 Mei 2006
menugaskan 5 orang yaitu ;
1. Ir. Prayitno (Ketua)
2. H.Syahlulsah,SH
3. Drs.Arifin Nur
4. Drs.Minhairin
5. Drs.H.Adnan Nawawi ML
Untuk menghindarkan dari kesimpang siuran tata cara ubudiyah
khusus di Masjid Agung Al-Furqan Bandar Lampung,maka ditunjuklah
suatu tim berdasarkan hasil rapat pengurus harian tanggal 3 Mei 2008
yaitu;
Ketua : K.H.Arief Mahya
Sekretaris : Drs.H.Adnan Nawawi ML
Anggota : K.H.Buchori Muslim,LC,MA
Ust.Barmawi Wahied,BA
Sebagai hasilnya telah diterbitkan surat keputusan pengurus nomor
Tanggal tentang Pedoman Ubudiyah Masjid Al-Furqan Kota Bandar
Lampung.
Pada MTQ Tingkat Propinsi Lampung di Sukadana Lampung
Timur , peserta Kota Bandar Lampung mendapat nilai terbaik ke 11 dari
11 Kabupaten/Kota se Propinsi Lampung.
Pada tahun 2007 telah diajukan proposal oleh Adnan Nawawi
untuk mengadakan Diklat Seni Baca Al-Qur‟an di Masjid Al-Furqan,
akhirnya disetujui setelah bulan Juli 2008 dengan program diadakan setiap
triwulan dengan peserta utusan dari Masjid Besar Kecamatan se Kota
Bandar Lampung dan diketahui oleh KUA Kecamatan.
Pada tahun 2007 juga telah dilaksanakan pengecatan ulang,rehab
ruang wudlu‟ dan kamar mandi,pemasangan talut batas tanah sebelah utara
sepanjang m
Penyusunan sejarah singkat Masjid Agung Al-Furqan Kota Bandar
bersumber dari bahan tertulis dan penjelasan lisan dari ;
1. K.H.Muchtar Hasan,SH.
2. K.H.Ahmad Shabier (alm) dengan data tertulis.
3. K.H.Arief Mahya dengan data tertulis.
4. Ust.A.Barmawi Wahied,BA dengan data tertulis dan lisan.
5. Makruf,ZA,S.Sos dengan data tertulis (pelaksana rehab dari dana
Poedjono Pranyoto) dan penjelasan lisan.
6. Drs.H.Syarifuddin Hasan (wawancara)
7. Drs.M.Hoed Abdul Manaf (wawancara)
8. Dra. Soemini Ham (wawancara)
Kemudian ditunjuk selaku tim penyusun sejarah Masjid Agung Al-
Furqan Kota Bandar Lampung sbb.;
Ketua : K.H.Arief Mahya
Sekretaris : Drs.H.Adnan Nawawi M.Lidin
Anggota : H.Chairuddin Islamy,SH
Ust.A.Barmawi Wahid,BA
Demikian sejarah singkat Masjid Agung Al-Furqan Kota Bandar
Lampung, tentunya masih banyak yang perlu dilengkapi dan
disempurnakan sehingga baku dan menjadi sumber sejarah masa
mendatang.90
H. Kegiatan Komunikasi Interprsonal Da’I Dalam Penanaman Nilai- Nilai
Agama Mad’u di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung.
Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur
di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita
digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian
kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan
pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang
disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi
seperti ini, manusia baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan
mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif yang harus
dimiliki seorang manusia.
Dan disini penulis akan menggambarkan kegiatan komunikasi
interpersonal Da‟I dalam penanaman nilai-nilai agama Mad‟u di Masjid Raya Al-
Furqon sesuai hasil observasi penulis sebelumnya.
Dalam suatu majelis itu terdiri dari Mad‟u dan Da‟I, majelis merupakan
satu kesatuan yang berinteraksi secara aktif karena hubungan antara Mad‟u dan
90 Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 11 November 2012
Da‟I tidak akan pernah putus sampai kapanpun, di ibaratkan guru dan murid atau
orang tua dan anak begitulah Da‟i dan Mad‟u.
Mad‟u yang soleh dan solehah merupakan cerminan dari keberhasilan
penanaman nilai-nilai agama mad‟u yang di lakukan oleh da‟I, dengan salah satu
caranya adalah mengkomunikasikan secara antar pribadi ajaran-ajaran Islam.
Dalam majelis yang sering melakukan pengajian sangat terlihat sekali
pengaruhnya, dimana bisa dilihat dari seringnya mad‟u hadir dalm majelis serta
aktif di dalam forum atau majelis sehingga terjalin hubungan yang harmonis
antara Da‟I dan Mad‟u.
Bila dalam suatu majelis tidak lagi terjalin hubungan yang harmonis antara
Da‟I dan Mad‟u maka hal tersebut akan menyebabkan komunikasi yang terjalin
tersebut akan berjalan tidak baik pula. Atau sebaliknya bila komunikasi yang atara
Mad‟u dan Da‟I tidak terjalin hubungan yang baik maka hubungan diantara
keduanya akan tidak baik pula, sehingga hal itu akan manjadikan timbul masalah
dalam diri Mad‟u, antara lain seperti mad‟u yang tidak betah lagi dalam majelis
dan bahkan sampai tidak lagi hadir dalam majelis dan sebagainya.
Mad‟u di majelis ini ( selama pengamatan penulis) antara usia 20-60 tahun
dan lebih dominan yaitu mad‟u laki-laki. Selain itu pula Ma‟du yang hadir dalam
majelis ini tidak hanya dari bandar lampung atau dari sekitaran Masjid Al-Furqon
saja bahkan dari luar kota juga ada dalam majelis ini. Selain itu dimana penulis
dapat mengamati secara langsung dan berlangsungnya komunikasi interpersonal
antara Da‟I dan Mad‟u, penulis juga mengamati dalam majelis ini dimana waktu
sangat berperan penting bagi mad‟u.91
Ari Zubaidi :” Kegiatan pengajian di Masjid Al-Furqon ini menurut saya
sangat baik, mengingat semakin majunya zaman dan tekhnologi semakin
mukhtahir malah semakin banyak orang yang melupakan pentingnya keimanan
itu sendiri, sehingga melalui pengajian ini kita bias menanamkan ketaqwaan kita
kepada Allah SWT.92
Dedek Atmaja :” Saya mengikuti pengajian ini ketika saya sempat saja,
dikarenakan jarak tempat saya tinggal dengan masjid tidak begitu dekat, sehingga
saya bisa hadir di hari-hari tertentu saja, dimana saya sering hadir disaat
pemberian materi Fiqih yang disampaikan oleh Ustadz Ngisomudin.93
Selain itu itu juga dapat penulis jelaskan bahwasannya dalam
penyampaian materi seorang da‟I kepada mad‟u sudah cukup baik namun dalam
hal ini ada beberapa diantara mad‟u yang berbeda paham atau pendapat dalam
materi yang disampaikan oleh seorang Da‟I. Hal seperti ini tidak menutup
kemungkinan terjadinya gangguan komunikasi antara Da‟I dan Mad‟u, sehingga
tercipta hubungan yang tidak harmonis, sesuai apa yang penulis uraikan di atas
tersebut.
91
Observasi penulis, pada tanggal 25 Januari 2013
92 Ari Zubaidi (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 19 Februari 2013
93 Dedek Atmaja (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 19 Februari 2013
Dari uraian diatas maka dapatlah kita ketahui bahwa, perbedaan pendapat
(Faham) itu dapat mempengaruhi hubungan yang tidak harmonis antara Mad‟u
dan Da‟I, terutama hubungan dalam bentuk komunikasi antar pribadi karena hal
tersebut menjadikan mad‟u malas-malasan mengikuti majelis tersebut.
I. Proses Komunikasi Interpersinal Dalam Penanaman Nilai-Nilai Agama
Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia
mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai pedoman hidup, Islam
menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus dida‟wahkan dan
memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya. Sarana
yang dapat dilakukan dalam mentranformasikan nilai-nilai agama tersebut antara
lain melalui pengajian yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai
ajaran tersebut.
Pengajian merupakan suatu lembaga dakwah yang berupaya mengajak
masyarakat kepada kebajikan dan meninggalkan segala perbuatan yang dilarang
oleh Allah SWT. Dalam suatu pengajian, pastinya para da’i akan menemui
berbagai karakeristik jamaah yang berbeda-beda. Karena pada hakikatnya jamaah
pengajian terdiri dari kumpulan masyarakat yang memiliki latar belakang dan
kepribadian yang heterogen.
Meninjau keadaan para jamaah yang memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, menuntut para da’i harus memahami situasi dan kondisi jamaah dari sudut
proses penyampaian. Untuk itu, dalam menyampaikan dakwah melalui pengajian
hendaknya dilandasi degan suatu kebijaksanaan dan penyampaian dengan
pendekatan, agar pesan dakwah yang akan disampaikan dapat diterima olah
jamaah pengajian (mad’u). Dengan bekal pemahaman karakteristik para jamaah,
maka da’i dapat menentukan proses yang tepat untuk menyampaikan pesan
dakwah kepada jamaah pengajian (mad’u).
Pengajian At-Tafquh Fiddien dimulai pada pukul 05.15 Wib atau setelah
melaksanakan sholat subuh berjamaah, biasanya sebelum dilaksanakannya
pengajian ini seorang Da‟i juga memimpin sholat subuh secara berjamaah, yang
dikarenakan jama‟ah pengajian dari berbagai daerah yang ada di Bandar Lampung
oleh karena itu disini seorang Da‟i dituntut untuk hadir lebih dahulu daripada
jama‟ah pengajian At-Tafquh Fiddien.94
Ustad yang menjadi narasumber dalam pengajian ahad pagi bergantian
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Apabila jadwal yang telah ditentukan
ustad tersebut tidak bisa hadir atau izin maka akan digantikan oleh ustadz yang
lain yang sebelumnya sudah ada pemberitahuan kepada ustadz yang akan
menggantikan.
Jama‟ah pengajian At-Tafquh Fiddien ini cukup antusia mengikuti kegiatan
pengajian ini yang dilaksanakan satu minggu sekali yang dimulai pada minggu
kedua di setiap bulannya. Adapun aktivitas yang dilakukan pada pengajian At-
Tafaquh Fiddien Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung ini. Yaitu, berupa
pengajian agama yang dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Jadi
94
Observasi penulis, pada tanggal 26 Januari 2013
aktivitas para jamaah yakni mendengarkan Ustadz menyampaikan materi ceramah
dan mengadakan tanya jawab apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti para
jamaah.95
Adapun materi yang disampaikan pada Pengajian At-Tafquh Fiddien
materi agama Islam, materi tentang aqidah, akhlak, Fiqih dan Tafsir Quran.
Materi tersebut diserahkan sepenuhnya kepada da‟i yang menyampaikan
pengajian.96
Tidak hanya itu, dalam proses penyampaian materi kepada mad‟u
sangatlah sulit dikarenakan perbedaan karakteristik mad‟u yang membuat proses
penyampaian itu harus maksimal, sihingga dapat di terima oleh Mad‟u lebih-lebih
dapat di aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Bpk. Ahmad Ngisomuddin. “ Proses penyampaian kepada Da‟i
beragam dan tidak pasif, maksudnya ketika seorang Da‟i ingin menyampaikan
materi dakwah kepada Mad‟unya proses pertama ialah mempersiapkan diri,
materi dan kondisi mad‟u. Dan ketika penyampaian itu berlangsung maka seorang
Da‟i tidaklah memberikan pernyataan-pernyataan yang bisa menyinggung
perasaan orang lain atau Mad‟u, pengolahan bahasa sangat diperlukan, dalam hal
ini bukanlah dai yang hanya pintar bergurau namun disini yang perlu ditekankan
95
Observasi penulis, pada tanggal 9 Februari 2013
96 Drs. Atman Ismail ( Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ), interview pada tanggal 15
Februari 2013
adalah jelas tidaknya materi yang di samapaikan kepada Mad‟u sehingga materi
itu dapat di amalkan oleh Mad‟u.,”97
Komarudin.,” Saya melihat dan mendengarkan seorang ustadz
menyampaikan ceramah sudah baik dan tidak masalah. Menurut saya proses
penerimaan dari mad‟u yang tidak begitu baik. Bagaimana tidak, kebanyakan
mad‟u yang hadir itu sudah bukan usia muda lagi tetapi usia-usia yang layak
dibilang tua, dan yang kita ketahui usia-usia segitulah yang susah dan lemah
dalam mengingat dan berfikir.,”98
Melihat fenomena diatas dapatlah diketahui, bahwa proses komunikasi
dapat terjalin dengan baik haruslah ada keseimbangan antara Mad‟u dan Da‟i
yang mana seorang Da‟i harus menguasai penuh materi penyampaian serta
menyiapkan diri guna menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, sehingga dapat
atau terjadi timbal balik atau feedback di dalam majelis tersebut.
J. Tekhnik Komunikasi Interpersonal Dalam Penanaman Nilai Agama di
Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung.
Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana
tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah
97
Ahmad Ngisomudin ( Ustadz pengajian At-Tafaquh Fiddein Masjid Al-Furqon Bandar Lampung
), interview pada tanggal 19 Februari 2013
98 Komarudin ( Mad’u pengajian At-Tafaquh Fiddein Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ),
interview pada tanggal 19 februari 2013
mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya,
maka usaha komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga
tergantung pada pemahaman pesan dan penerima. Jika penerima tidak mengerti
pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi
atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima
mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator
benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan
lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal,
misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang
adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar
kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam
berkomunikasi (communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki
communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan
gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka
pakai sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam
berkomunikasi.
Disini juga penulis akan menggambarkan bagaimana tekhik komunikasi
interpersonal dalam penanaman nilai agama di Masjid Raya Al-Furqon sesuai
hasil observasi penulis dalam kegiatan komunikasi di majelis At-Tafuquh Fiddien
ini.
Dalam majelis ini seorang Da'i dalam penyampaiannya menggunakan
bahasa yang lemah lembut dan sopan yang mungkin bisa lebih di pahami oleh
jamaah atau mad'u , selain itu juga penyampaian yang di lakukan seorang dai
tidak fakum atau membosankan mad'u. Disini seorang Da'i dalm penyampaiannya
menggunakan tekhnik atau cara tanya jawab.
Seorang Da'i mula-mula memaparkan semua materi nya dengan durasi
yang tidak sedikit, seorang Da'i memulai dan menyampaikan materi dakwahnya
sesudah sholat subuh yang di beri durasi tidak lebih dari 1 jam saja. Setelah
selesai memaparkan materinya seorang Da'i juga mengambil kesimpulan tentang
materi yang baru disampaikannya. Tidak hanya berhenti disitu saja, setelah
mengambil kesimpiulan dari materi yang sudah di sampaikan seorang Da'i
memberikan kesempatan kepada Mad'u yang kurang ataupun tidak jelas terhadap
materi itu untuk bertanya.
M. Anwar : “ Saya lebih suka penyampaian ceramah yang tidak begitu
banyak humornya, tetapi yang jelas dan mudah di mengerti yang lebih baik
dikarenakan itu yang penting . karena mudah di pahami oleh saya.99
Namun beda halnnya dengan Bapak A. Nawawi : “ Cukup baik, saya
mengikuti pengajian ini sudah lama, namun yang membuat dan memberatkan
saya untuk hadir hanya waktu saja, melihat kondisi saya yang tidak
99
M. Anwar (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 19 Februari 2013
memungkinkan untuk tiap pengajian saya hadir, oleh karena itu saya lebih
mencari waktu luang saja.100
Menurut Prof. MA. Aclami M,Ag salah satu Da'i yang aktif dalam
pengajian At-Tafquh Fiddien ini mengatakan : " Selain tanya jawab dalam materi
atau permasalhan yang di sampaikan Mad'u juga sering bertanya langsung setelah
selesainya pengajian ini, setiap Mad'u tidak sama apa yang di tanyakan saat
bertatap muka secara langsung, selain materi yang di sampaikan banyak Mad'u
juga yang bertanya masalh intern atau dalam kehidupannya dan semua terkait
dalam nilai keagamaan.101
Menurut Bapak Sulistyo jama‟ah pengajian At-Tafaquh Fiddien “
Komunikasi yang terjadi di majelis Tafaquh Fiddien ini sudah baik, hanya saja
ada beberapa materi yang disampaikan Da‟I kurang di fahaminya yang di
sebabkan oleh penyampaian yang kurang jelas serta beberapa materi yang sudah
di sampaikan pada pertemuan sebelumnya tidak di singgung atau di ulas saat
pertemuan berikutnya.102
K.H. Buchori Muslim, LC. MA :” Sama halanya dengan Da‟I yang lain
namun dalam penyampaian saya lebih memilih tekhnik yang mudah dimengerti
oleh mad‟u yang sebelumnya saya tanyakan kepada semua mad‟u baik sebelum
atau sesudahnya majelis sehingga saya dapat memahami keinginan mad‟u. selain
100
A. Nawawi (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 19 Februari 2013
101
. Prof. MA. Aclami M,Ag (Da'i Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 22 Januari 2013
102
. Bapak Sulistyo (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 9 Februari 2013
itu da‟I juga memberikan kebebasan kepada mad‟u untuk bertanya seputar
permasalahan aqidah.103
Bapak Hi. Heru Tugiono dari majelis Muawanah Kedaton Bandar
Lampung " Cara Penyampaian materi seorang Da'i itu sudah baik, hanya saja
jadwal mengajar antar materi pengajar yang satu ke materi pengajar yang lain itu
sangat lama, di karena dalam satu bulan kami hanya lebih kurangnya 1 atau 2 kali
bertemu dengan pemateri atau Da'i dengan materi atau bahasan yang sama,
mengingat usia saya yang sudah tidak lagi muda membuat ingatan saya lemah.104
Dari uraian diatas maka dapatlah di ketahui bahwa, tidak efektifnya
komunikasi serta hubungan yang harmonis antara Da'i dan Mad'u terjadi karena
perbedaan faham terutama hubungan dalam bentuk komunikasi antarpribadi
karena hal tersebut manjadikan mereka tidak dapat lagi menjadikan fungsi dan
tanggung jawab masing-masing dan menyebabkan timbulnya kemalasan pada diri
Mad'u untuk melakukan majelis tersebut.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Da'i Dalam
Penanaman Nilai- Nilai Agama Mad’u
103
. K.H. Buchori Muslim, LC. MA (Da'i Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 07 Maret
2013
104
. Bapak Hi. Heru Tugiono (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 9 Februari 2013
Dalam melaksanakan komunikasi interpersonal untuk meningkatkan
penanaman nilai-nilai agama mad'u, sering ditemui faktor-faktor yang dipelancar
dan menghambat gerak langkah komunikasi yang dilaksanakan.
Adapun faktor- faktor pendukung dan penghambat dalm melaksanakan komunikasi
interpersonal untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai agama adalah sebagi
berikut :
1. Faktor- faktor Pendukung dan penghambat
Yang merupakan faktor- faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakn
komunikasi interpersonal untuk penanaman nilai agama adalah :
a. Mayoritas jama'ah sudah dewasa (20-40 tahun)
Sebagaimana telah di kemukakan diatas bahwa jama'ah pengajian At-tafquh
Fiddien ini mayoritas laki-laki dan sudah dewasa, sehingga hal ini
memudahkan Da'i untuk menyampaikan materi kepada Mad'u dalam
penanaman nilai agama.105
b. Semua Da'i berpengalaman dan berwawasan terhadap agama
Hal ini memudahkan Da'i untuk membimbing Mad'u untuk melaksanakan serta
mengamalkan ajaran agama sesuai yang di tanamkan oleh Da'i itu sendiri.106
c. Sarana Pengajian Yang Memadai
Sarana Pengajian yang ada di Masjid Raya Al-Furqon cukup memadai bagi
pelaksana penanaman nilai-nilai agama atau sebagai sarana ibadah, yaitu
105 Observasi Penulis, pada tanggal Pada 9 Februari 2013
106
Observasi Penulis, pada tanggal Pada 9 Februari 2013
berupa sound sistem dan penerangan cukup serta tempat yang luas yang
memungkinkan kenyamanan dalam penyampaian nilai-nilai agama.107
Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan komunikasi
interpersonal dalam penanaman nilai-nilai agama adalah :
a. Perbedaan paham
Terjadinya perbedaan paham ini terjadi antara Da'i dan Mad'u, hal ini yang
membuat terjadi ketidak harmonisan dalam kegiatan komunikasi interpersonal
dalam penanaman nilai agama tersebut, sehingga membuat beberapa madu
malas dalam mengikuti majelis ini.108
b. Waktu pelaksanaan pengajian yang kurang tepat
Sebagaimana yang penulis uraikan sebelumnya di atas, jamaah pengajianAt-
Tafquh Fiddien ini buka saja dari sekitaran Masjid Raya Al-Furqon, jamaah
terbagi dari beberapa daerah di bandar lampung, seperti Kemiling, Rajabasa,
Teluk Betung, Panjang dan Palapa. Pengajian itu sendiri di mulai setelah
sholat subuh berkisar pukul 05.15 Wib di hari Sabtu. Sedangkan jamaah itu
sendiri mayoritas dewasa dan orang tua yang sudah berkeluarga, sehingga di
waktu seperti itu mereka sedang sibuk karena tidak semuanya pegawai negeri
sipil yang di hari Sabtu libur.109
c. Usia jamaah yang sudah lanjut usia (50-60 tahun)
107 Observasi Penulis, pada tanggal Pada 9 Februari 2013
108
Observasi Penulis, pada tanggal Pada 9 Februari 2013
109 Observasi Penulis, pada tanggal Pada 16 Februari 2013
hal ini yang mempengaruhi komunikasi interpersonal tidak efektik, karena usia
segitu jamah mempunyai kelemahan dalam berfikir baik berupa pengingatan
maupun kesehatan.110
110
Observasi Penulis, pada tanggal Pada 23 Maret 2013
BAB IV
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA'I DAN MAD'U
DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA
A. Proses Komunikasi Interpersonal Antara Da'i dan Mad'u Dalam Penanaman
Nilai Ajaran Agama.
Dalam suatu majelis tentulah seorang Da'i selalu berupaya mengadakan komunikasi
tentang ajaran-ajatran Islam kepada Mad'unya, karena bagi masyarakat muslim ajaran
Islam tersebut merupakan pedoman hidupnya. Oleh karena itu mengkomunikasikan
ajaran-ajaran Islam secara interpersinal memiliki peranan yang sangat penting sekali.
Dakwah dalam Islam merupakan tugas yang sangat mulia, yang juga tugas para
Nabi dan Rasul, juga merupakan tanggung jawab seorang muslim. Dakwah bukanlah
pekerjaan mudah, tidak mudah seperti membalikan telapak tangan, dan juga tidak dapat
di lakukan oleh sembarang orang. Seorang da‟I harus mempunyai persiapan-persiapan
yang matang baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Sangat susuah di
bayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da‟I tidak mempunyai ilmu
pengetahuan yang memadai dan tingkah laku yang buruk baik secara pribadi ataupun
sosial.
Seorang Da'i yang menyampaikan dakwah kepada Mad'unya haruslah efektif,
sehingga pesan atau materi dakwah dapat diterima oleh Mad'unya serta dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan semua tergantung dari proses penyampaian
Da'i itu sendiri, sehingga mendapatkan feedback dari materi yang disamapaikannya itu.
Sudah kita ketahui di BAB sebelumnya bahwa proses komunikasi adalah bagaimana
komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan
suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi
ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan
komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan.
Sedangkan tahapan proses komunikasi itu diantaranya : Penginterpretasian,
Penyandian, Pengiriman, Perjalanan, Penerimaan, Penyandian balik dan
Penginterpretasian. Sedangkan proses komunikasi interpersonal Da‟I kepada Mad‟u
dapat penulis paparkan sesuai dengan kondisi di lapangan terbagi dua, yaitu:
1. Proses Komunikasi Linier
Dalam konteks komunikasi proses secara linear adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi
linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face
communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated
communication). Komunikasi tatap muka, baik komunikasi antarpribadi
(interpersonal communication) maupun komunikasi kelompok (group
communication) meskipun memungkinkan terjadinya dialog, tetapi adakalanya
berlangsung linear.
Contoh yang ada dilapangan adalah seorang komunikator atau Da‟i memberikan
materi dakwah kepada komunikan atau Mad‟u dan contoh lainnya adalah ketika
seorang komunikator atau Da‟i memberikan teguran terhadap komunikan atau
Mad‟u ketika keadaan forum atau majelis terasa gaduh.
2. Proses Komunikasi sirkuler
Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular
itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari
komunikan ke komunikator. Oleh karena itu ada kalanya feedback tersebut
mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah "response" atau tanggapan
komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.
Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting, karena
dengan terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasinya
itu berhasil atau gagal, dengan lain perkataan apakah umpan baliknya itu positif
atau negatif. Dalam situasi komunikasi tatap muka komunikator akan
mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia sedang melontarkan pesannya.
Umpan balik jenis ini dinamakan immediate feedback (umpan balik seketika atau
umpan balik langsung).
B. Tekhnik Komunikasi Interpersonal Dalam Penanaman Nilai Agama
Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-
orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan
yang ingin dicapai.
Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada
pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang
diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan,
sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Dalam komunikasi efektif terdapat 5 buah pondasi yang dapat membangun
komunikasi efektif
a. Berusaha benar-benar
b. Memenuhi komitmen atau janji
c. Menjelaskan harapan
d. Meminta maaf dengan tulus saat kita berbuat kesalahan
e. Memperlihatkan integritas pribadi
Sebagaimana yang kita ketahui Teknik Komunikasi adalah proses penyampaian
informasi dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi interaksi diantara keduanya untuk
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan media komunikasi. Sedangkan
teknik komunikasi interpersonal adalah berkomunikasi secara menarik dan jelas
sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam
komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri
antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan.
Teknik komunikasi interpersonal adalah berkomunikasi secara menarik dan
jelas sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam
komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri
antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan.
Beberapa tekhnik komunikasi:
1. Kounikasi Persuasif
Adalah komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi pilihan komunikan.
Komunikasi persuasif dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.
komunikasi persuasif adalah suatu teknik mempengaruhi manusia dengan
memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang
hendak dipengaruhi. Teknik komunikasi persuasif dapat dilakukan dengan cara
(acceptance device),yaitu penyampaian pesan dengan kata-kata atau simbol-simbol
komunikasi yang memberikan asosiasi yang menyenangkan,cara ini dapat
dipergunakan untuk memperoleh penerimaan acceptance,kepercayaan
confidence,dukungan support dan partisipasi masyarakat,rejection device,yaitu
penyampaian pesan dengan kata-kata tau simbol-simbol komunikasi yang
membangkitkan rasa khawatir atau takut fear arousing,testimonal device,yaitu
pesan/ajakan dilakukan dengan cara mensitir, kata-kata, pendapat orang-orang yang
terkenal, atau dalil-dalil penguat,bandwagon device, yaitu persuasidengan cara
menyediakan suporter atau tukang tepuk. Komunikasi Koersif (Coercive
communication).
Contoh yang ada dilapangan seperti seorang Da‟I memberikan materi yang
tidak monoton , maksudnya jika seorang da‟I memberi materi tentang api neraka
untuk orang-orang yang mengingkari agama maka harus di selingi dengan syurga
juga tersedia bagi orang-orang yang menjalani perintah-perintah Allah SWT.
Sehinggga dengan demikian mad‟u dapat memahami pesan yang disampaikan serta
menjadi semangat untuk mendengarkan dan mengaplikasikan materi yang ada dalam
kehidupannya.
2. Komunikasi informatif (Informative Communication)
Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan sesuatu. Disini komunikator tidak mengharapkan efek apa-apa dari
komunikan, semata-mata hanya agar komunikan tahu saja. Bahwa kemudian efeknya
ada, apakah itu positif ataukah negative komunikator tidak mempersoalkannya, tapi
sudah tentu ia mengharapkan efek positif.
Sedangkan tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama itu
sendiri bagaimana cara seorang komunikator (Da'i) dalam menyampaikan pesan
(message) kepada komunikan (Mad'u) secara menarik dan jelas sehingga dapat
dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi sehingga
Mad'u dapat mengaplikasikanny didalam kehidupan bermasyarakat serta tercipta
masyarakat yang madani.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar.
Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal
dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah
berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya
merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-
tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat
perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha
komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada
pemahaman pesan dan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka
tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau
mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin
tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar
memberikan arti apa yang dikatakan.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam
berkomunikasi (communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki
communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya
yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai
sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.
Sebagai suatu aktivitas, pastinya dalam komunikasi penanaman nilai-nilai agama
pada Pengajian At-Tafaquh Fiddien Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung ada
faktor yang mendukung dan menghambat. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
wawancara penulis baik lisan maupun melalui wawancara dengan beberapa da‟i
Pengajian At-Tafaquh Fiddien Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung serta
didukung hasil interview penulis yang telah diungkapkan di bab sebelumnya.
3. Komunikasi Dialog Interaktif
Dialog adalah percakapan dua orang atau lebih. Dialog Interaktif adalah
percakapan yang dilakukan di televisi, radio atau forum yang dapat melibatkan
pemirsa atau pendengar. Adapun narasumber yang dipilih adalah orang yang tahu
persis tentang informasi/materi yang ingin disampaikan.
komunikasi dialog interaktif dapat diartikan juga proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan dengan adanya suatu aksi atau tanggapan secara
langsung baik melalui media maupun tidak melalui media. komunikasi interaktif
disini juga bisa berarti bahwa proses dalam komunikasi sendiri menimbulkan
tanggapan secara langsung dari penerima pesan.
Satu contoh yang ada dilapangan, seorang Da‟I yang memberikan materi di
majelis kepada mad‟u baik berupa lisan maupun tulisan, baik pengirim maupun
penerima pesan bisa langsung berinteraksi ataupun bisa mendapatkan feedback atau
umpan balik dari penerima pesan atau komunikan.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Dalam
Penanaman Nilai- Nilai Keagamaan Antara Da'i dan Mad’u
Adapun yang menjadi faktor pendukung komunikasi interpersonal dalam
penanaman nilai-nilai agama antara Da'i dan Mad'u pada Pengajian At-Tafaquh Fiddien
Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung yaitu :
1. Faktor Pendukung
a. Mayoritas jama'ah sudah dewasa
Sebagaimana telah di kemukakan diatas bahwa jama'ah pengajian At-tafquh Fiddien
ini mayoritas laki-laki dan sudah dewasa, sedangkan usia dewasa disini berkisar
dari 20-40 tahun,sehingga hal ini memudahkan Da'i untuk menyampaikan materi
kepada Mad'u dalam penanaman nilai agama.
b. Semua Da'i berpengalaman dan berwawasan terhadap agama
Hal ini memudahkan Da'i untuk membimbing Mad'u untuk melaksanakan serta
mengamalkan ajaran agama sesuai yang di tanamkan oleh Da'i itu sendiri.
c. Sarana Pengajian Yang Memadai
Sarana Pengajian yang ada di Masjid Raya Al-Furqon cukup memadai bagi pelaksana
penanaman nilai-nilai agama atau sebagai sarana ibadah, yaitu berupa sound
sistem dan penerangan cukup serta tempat yang luas yang memungkinkan
kenyamanan dalam penyampaian nilai-nilai agama.
2. Faktor Penghambat
a. Perbedaan paham
terjadinya perbedaan paham ini terjadi antara Da'i dan Mad'u, hal ini yang
membuat terjadi ketidak harmonisan dalam kegiatan komunikasi interpersonal
dalam penanaman nilai agama tersebut, sehingga membuat beberapa madu
malas dalam mengikuti majelis ini.
b. Waktu pelaksanaan pengajian yang kurang tepat
Sebagaimana yang penulis uraikan sebelumnya di atas, jamaah pengajianAt-
Tafquh Fiddien ini buka saja dari sekitaran Masjid Raya Al-Furqon, jamaah
terbagi dari beberapa daerah di bandar lampung, seperti Kemiling, Rajabasa,
Teluk Betung, Panjang dan Palapa. Pengajian itu sendiri di mulai setelah
sholat subuh berkisar pukul 05.15 Wib di hari Sabtu. Sedangkan jamaah itu
sendiri mayoritas dewasa dan orang tua yang sudah berkeluarga, sehingga di
waktu seperti itu mereka sedang sibuk karena tidak semuanya pegawai negeri
sipil yang di hari Sabtu libur.
c. Usia jamaah yang sudah lanjut usia
Usia lanjut yang dimaksud peneliti ialah berkisar 50-60 tahun sehingga hal ini
yang mempengaruhi komunikasi interpersonal tidak efektik, karena di usia
lanjut jamah mempunyai kelemahan dalam berfikir baik berupa pengingatan
maupun kesehatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bertitik tolak dari pokok pembahasan yang diangkat oleh penulis Komunikasi
Interpersonal Antara Da'i dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai-Nilai Agama Di Masjid
Raya Al-Furqon Bandar Lampung. Maka penulis memberikan beberapa kesimpulan
sebagai hasil analisis data yang telah penulis lakukan berdasarkan permasalahan yang
telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai
berikut:
3. Proses komunikasi dalam penanaman nilai agama di Masjid Raya Al-Furqon Bandar
Lampung dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proses Komunikasi Linier
b. Proses Komunikasi sirkuler
4. Tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama di Masjid RayaAl-
Furqon Bandar Lampung antaralain dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Tekhnik Kounikasi Persuasif
b. Komunikasi informatif (Informative Communication)
c. Komunikasi Dialog Interaktif
5. Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi interpersinal
dalam penanamna nilai-nilai agama pada Pengajian At-tafaquh Fiddien Masjid
RayaAl-Furqon Bandar Lampung yaitu:
d. Faktor Pendukung
1) Mayoritas jama'ah sudah dewasa (usia 20-40 tahun)
2) Semua Da'i berpengalaman dan berwawasan terhadap agama
3) Sarana Pengajian Yang Memadai
e. Faktor Penghambat
1) Perbedaan paham
2) Waktu pelaksanaan pengajian yang kurang tepat
3) Usia jamaah yang sudah lanjut usia (usia 50-60 tahun)
B. Saran
Kepada mad’u hendaknya memanfaatkan pengajian At-Tafaquh Fiddien sebagai
sarana mengembangkan potensi keagamaan dengan tujuan dunia akhirat. Kepada para
akademisi yang memiliki kualifikasi di bidang dakwah hendaknya membekali diri
dengan pendekatan dakwah dan diharapkan dapat diaplikasikan pada kegiatan
dakwah melalui berbagai pengajian-pengajian yang ada dimasyarakat.
Kepada da'i hendaknya berupaya menjalin hubungan yang baik dengan mad'u
sehingga pesan keagamaan yang hendak disampaikan dapat berjalan dengan baik dan
efektif.
C. Penutup
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya , sehingga penulisan dan penelitian skripsi ini dapat
terselesaikan.dan semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan , memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis mengucapkan rasa syukur yang sedalam
dalamnya dan semoga penulis selalu dalam lindunganya. Dengan rasa sadar apabila
penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan penulis mohon maaf kepada
pembaca dan kepada Allah SWT Mohon ampunanya.Semoga Allah SWt senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
A. Zainudin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Pustaka
Setia: Bandung, 1999
A.G. Lunandi.Komunikasi Mengena Meningkatkan Efektifitas komunikasi
Antarpribadi,Kansius:Yogyakata, 2001
Abdullah Nasikhulwan, Merajuk Keping-keping Ukhuwah, CV. Ramadhani, Solo, 1989
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Rajawali Pers:Jakarta, 1992
Christina, Komunikasi Kebidanan, EGC.Jakarta, 2003
Dep,Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka,1989
Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi,
Yogykarta: Liberty, 1984
Enjang AS dan ,Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah,Widya Padjadjaran,Bogor,t.th
H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Study, Raneka Cipta: Jakarta, 2000
H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo:Jakarta, 2003
Hafeld Cangra, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta,
2000
Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, Bulan Bintang , Jakarta, 1992
Jalaludin Rahmad, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2000
James G. bobbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif, CV. Pedoman
Ilmu Jaya: Jakarta, 2006
K.H. Nasrudin Razak, Dienul Islam, Pt. Alma'arif : Bandung, 1973
Kartino Kartono, Pengantar Metode Risep Sosial, Penerbit Alumni:Bandung,1986
Kartino Kartono, Pengantar Metode Risep Sosial,PenerbitAlumni: Bandung,1986
Koencoro Ningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat PT. Gramedia: Jakarta,
1983
Lexy L. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya:
Bandung,2006
Liliweri, Komunikasi Interpersonal, Citra Aditya Bakti: Bandung, 1991
Moh. Adnan Harahap. Dakwah Dalam Teori dan Praktek. Sumbangsih: Yogyakarta,
1977
Mudjam Mahalli. Kewajiban Timbal balik Orang Tua Anak. Mitra Pustaka: Yogyakarta,
2000
Onong Uchyana Effendy,Komunikasi Teori dan Praktek,Jakarta, 2000
Rohim dan Syaiful, Teori komunikasi : perspektif, ragam, dan aplikasi Rineka Cipta:
Jakarta, 2009
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, Cv. Pustaka Ceria:Bandung,2008
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta:
Jakarta, 1989
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam,Sinar Baru, 1992
Supratikna, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikansius, Jakarta
Sutrisno Hadi Metode Riset Jilid III, Cet, XX, Fakultas Psikologi UGM, Jogjakarta
1991
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Andi Offset: Yogyakarta, 1991
Toto Suryana Af, et al.,Tiga Mutiara, Bandung, 1997
Toto Tasmara. Komunikasi dakwah. Gaya Media Pratama: Jakarta, 1987
Tyastuti, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Fitramaya,
Yogyakarta, 2004
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet III, PT Grasindo, Jakarta, 2006
Zakiah Darajat.dkk, Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum, Bulan Bintang, Jakarta, 1984