Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon...

107
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA’I DAN MAD’U DALAM PENANAMAN NILAI AGAMA DI MASJID RAYA AL-FURQON BANDAR LAMPUNG Skripsi Diajukan untuk melengkapi Tugas- tugas dan Memenuhi Syarat- syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) Oleh: ARSUDIN NPM. 0841010009 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Pembimbing I : Prof. Dr. H. MA. Achlami,HS, M,A Pembimbing II : Dr. Fitri Yanti, S.Ag.M.A FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1434 H / 2013

Transcript of Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon...

Page 1: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA’I DAN MAD’U

DALAM PENANAMAN NILAI AGAMA DI MASJID RAYA

AL-FURQON BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi Tugas- tugas dan Memenuhi Syarat- syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

ARSUDIN NPM. 0841010009

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Pembimbing I : Prof. Dr. H. MA. Achlami,HS, M,A

Pembimbing II : Dr. Fitri Yanti, S.Ag.M.A

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1434 H / 2013

Page 2: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA’I DAN MAD’U

DALAM PENANAMAN NILAI AGAMA DI MASJID RAYA

AL-FURQON BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi Tugas- tugas dan Memenuhi Syarat- syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Kounikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

ARSUDIN

NPM. 0841010009

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1434 H / 2013

Page 3: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

ABSTRAK

0LEH

ARSUDIN

Komunikasi Interpersonal merupakan proses pengiriman dan

penerimaan pesan diantara dua orang atau sekelompok kecil orang, dengan

berbagai efek dan umpan balik (Feed back).Komunikasi interpersonal yang

dimaksud dalam skripsi ini adalah : komunikasi yang terjadi dalam suatu

kelompok kecil antara Da‟I dengan Mad‟u dalam pengajian At-Tafaquh

Fiddien di Masjid Agung Al-Furqon Bandar Lampung,dimana komunikasi

jenis ini terjadi secara langsung atau tatap muka dan bersifat antar

pribadi,dalam rangka penanaman nilai agama berupa nilai aqidah,akhlak dan

ibadah.

Mad‟u atau sasaran (objek) dakwah adalah seluruh manusia makhluk

Allah yang dibebani menjalankan agama Islam dan diberi kebebasan untuk

berikhtiar, kehendak dan bertanggung jawab atas perbuatan sesuai dengan

pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa

dan umat manusia seluruhnya.

Masalah penelitian yang penulis kemukakan adalah bagaimana proses

komunikasi interpersonal anatara Da‟I dan Mad‟u dalam penanaman nilai

ajaran agama, bagaimana tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman

nilai agama di Masjid, faktor pendukung dan penghambat komunikasi dalam

penanaman nilai agama di Masjid Al-Furqon.

Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa: tahapan proses

komunikasi ada dua, yaitu: Proses komunikasi linier dan Proses komunikasi

sirkuler. Sedangkan tekhnik komunikasi yang penulis temukan di lapngan ada

tiga, yaitu: tekhnik komunikasi persuasif, informatif (Informative

Communication) dan komunikasi dialog interaktif. Sedangkan faktor- faktor

pendukung dan penghambat dalam melaksanakn komunikasi interpersonal

untuk penanaman nilai agama adalah mayoritas jama'ah sudah dewasa(usia20-

40 tahun), semua Da'i berpengalaman dan berwawasan terhadap agama,

sarana pengajian yang memadai dan faktor-faktor penghambat dalam

pelaksanaannya ialah Perbedaan paham, waktu pelaksanaan pengajian yang

kurang tepat dan usia jamaah yang sudah lanjut usia.

Metode yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara

dan metode dokumentasi, maka selanjutnya data tersebut dianalisis dengan

menggunakan analisi kualitatif. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa

Page 4: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

secara kualitatif dengan menggunakan analisa comparativ, baik tahap analisis

maupun pada saat data tersebut ditemukan.

Dari hasil penelitian diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa:

Kegiatan komunikasi interprsonal da‟I dalam penanaman nilai agama mad‟u di

Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, dilaksanakan pada hari sabtu pagi

serta dilaksanakan dengan cara memberikan motivasi diantaranya melalui

pesan (materi) dakwah yang disampaikan kepada mad‟u,yang meliputi proses

penyampaian komunikasi, tekhnik koimunikasi dan faktor penghambat dan

pendukung agar mad‟u berbuat kearah yang lebih baik menurut ajaran Islam

atau mendorong mad‟u untuk senantiasa mengamalkan ajaran Islam melalui

pengamalan ibadah sehari-hari.

Page 5: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)
Page 6: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)
Page 7: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

MOTO

Artinya :

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah

lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”.1

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang banyak berdoa. Oleh karena itu,

berdoalah pada waktu ashar hingga matahari terbit, karena pada waktu itu

pintu-pintu langit terbuka, rezeki-rezeki dibagikan dan hajat-hajat penting

dikabulkan”

1 Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. (PT. Tanjung Masin:Semarang, 1992), h.

Page 8: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

P E R S E M B A H A N

Kupersembahkan kepada :

1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu mendambakan keberhasilanku.

2. Untuk saudara-saudaraku : kakaku Arifin, Hasanudin dan mbak Sitinihaya yang

selalu memberikan motifasi baik moril maupun materiel.

3. Rekan-rekan angkatan 2008 jur. KPI.

4. Almamater tercintaku IAIN Raden Intan Lampung.

Page 9: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung Desa Sinarmulya pada Tanggal 07

Februari 1988 anak ke 4 dari 4 bersaudara dari pasangan bapak Taftani dan ibu

Tubi‟ah.

Pendidikan sekolah dasar (SD) diselesaiakn di SDN 02 Hajimena Kec. Natar

Lampung Selatan pada tahun 2000, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Natar

Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMA

MUHAMMADYAH 02 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2006.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi IAIN Raden

Intan Lampung Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tahun 2008 Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam. Selama menjadi mahasiswa di IAIN Raden Intan

Lampung penulis mengikuti kegiatan organisasi intra maupun ekstra seperti

keorganisasian BEM FD dan UKM RASIDA.

Page 10: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

karunianya kepada umat manusia demi keselamatan hidup didunia dan akheat. Sholawat

srta salam senatiasa dilimaphkan atas rosulluloh SAW, keluarga , kerabat, sahabat serta

umatnya.

Penyusunan skripsi ini merupkan tahap akhir dari kegiatan belajar di perkuliahan

juga penelitian karya ilmiah yang harus dipenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh

gelar (S1), fakultas dakwah IAIN Raden Intan Lampung.Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat baik bagi penulis mupun pembaca. Aamin

Tersusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, oleh sebab itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih terutama kepada :

• Prof. Dr. H. MA. Achlami, Hs, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Raden

Intan Lampung sekaligus pembimbing I

• Dr. Fitri Yanti, S.Ag. M.A selaku pembimbing II atas petunjuk dan saran beliau

selama penulis menulis sekripsi

• Khairullah, S.Ag. M.A selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Islam yang telah

memberikan nasehat dan motivasi yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

• K.H Arief Mahya Selaku wakil ketua Masjid Al-Furqon yang telah berkenan

membantu penulis mencari data di lapangan

• Bapak, Ibu dosen dan segenap karyawan Fakultas Dakwah IAIN raden Intan

lampung

Page 11: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

• Keluargaku , Kedua orang tuaku, bapak , ibuku, kakaku, dan adik-adiku, yang telah

mendo‟akanku, dan selalu memotivasiku serta memberikan semangat dalam

menuntut ilmu.

• Dan semua pihak yang telah memberi bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga atas bantuan dan jerih payah dari semua pihak menjadi satu catatan ibadah

disisi Allah SWT, Amiiiin……

Penulis sadar skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun inilah karya dan

sumbangan yang diberikan bagi kelangsungan dakwah. Kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat penulis nantikan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Bandar Lampung, …,….., 2013

Penulis

ARSUDIN

NPM : 0841010009

Page 12: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

ABSTRAK …... .............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

MOTTO …..………. ...................................................................................... v

PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul …………………………………………………….. 1 B. Alasan Memilih Judul ………………………………………………. 3 C. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 3 D. Rumusan Masalah …………………………………………………... 7 E. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 7 F. Methode Penelitian …………………………………………………. 7

BAB. II. KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PENANAMAN

NILAI- NILAI AGAMA ANTARA DA’I DAN MAD’U

A. Komunikasi Interpersonal ………………………………………….. 13

Page 13: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

1. Unsur Komunikasi Interpersonal …………………………......... 13

2. Proses Komunikasi interpersonal ………………………………. 15

3. Tekhnik Komunikasi Interpersonal …………………………….. 17

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi

Interpersona ……………………………………………………. 21

B. Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan …………................................... 23

1. Penanaman Nilai Agama ………………...................................... 23

2. Tujuan Penanaman Nilai Agama ……………………......................... 30

3. Materi Penanaman Nilai Agama …………………………………….. 30

4. Tugas Da‟I dan Mad‟u …………………………………..................... 32

C. Proses Komunikasi Antara Da‟I dan Mad‟u Dalam Penanaman

Nilai- Nilai Keagamaan …………………………………........................ 34

D. Komunikasi Efektif Da'i Dalam Penyampaian Pesan Penanaman

Nilai Agama …………………………………………………………… 41

BAB. III. KEGIATAN KEAGAMAAN DI MASJID RAYA AL- FURQON

BANDAR LAMPUNG

A. Gambaran Umum Masjid Al- Furqon Raya Bandar Lampung …………. 43

B. Kegiatan Komunikasi Interprsonal Da‟I Dalam Penanaman Nilai-

NilaiAgama Mad‟u di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung ....... ..... 54

C. Proses komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama di Masjid Raya

Al-Furqon Bandar Lampung ...... ……. …… ........ ......... ....... ....... 57

D. Tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman

nilai agama di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung ...... ……. …… 60

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Da'i

Dalam Penanaman Nilai- Nilai Agama Mad‟u……………………………. 64

BAB. IV. KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA’I DAN MAD’U

DALAM PENANAMAN NILAI- NILAI AGAMA

A. Proses komunikasi interpersonal anatara Da‟I dan Mad‟u dalam

penanaman nilai ajaran agama..................................................................... 68

Page 14: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

B. Tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama ……..... 70

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Dalam Penanaman

Nilai- Nilai Keagamaan Antara Da'i dan Mad‟u ...................... 75

BAB. V. KESIMULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 78

B. Saran ........................................................................................................... 83

C. Penutup …………………………………………………………………… 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Page 15: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Judul SKRIPSI

2. Surat izin survei

3. Surat izin penelitian

4. Daftar jadwal imam dan khotib masjid Al-Furqon Bandar Lapung

5. Pedoman Interview

Page 16: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Untuk lebih memudahkan dalam memahami kalimat judul skripsi ini,

maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa variabel yang ada

didalam judul skripsi “ KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA‟I

DAN MAD‟U DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA DI

MASJID RAYA AL-FURQON BANDAR LAMPUNG “

Komunikasi Interpersonal adalah : " Merupakan proses pengiriman

dan penerimaan pesan diantara dua orang atau sekelompok kecil orang,

dengan berbagai efek dan umpan balik (Feed back)."2

Komunikasi interpersonal yang dimaksud disini adalah : komunikasi

yang terjadi dalam suatu kelompok kecil antara Da‟I dengan Mad‟u dalam

pengajian At-Tafaquh Fiddien, dimana komunikasi jenis ini terjadi secara

langsung atau tatap muka dan bersifat antar pribadi. Adapun yang menjadi

sasaran obyek penelitian bagi penulis adalah da'i yang aktif dan rutin dalam

At-Tafaqquh Fiddien di Masjid Al-furqon.

2 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komuniksi Pengantar Studi, (Rineka Cipta: Jakrta,2000), h. 22

Page 17: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Mad‟u atau sasaran (objek) dakwah adalah seluruh manusia makhluk

Allah yang dibebani menjalankan agama Islam dan diberi kebebasan untuk

berikhtiar, kehendak dan bertanggung jawab atas perbuatan sesuai dengan

pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa

dan umat manusia seluruhnya. 3 Sama seperti halnya Da'i, mad'u juga

menjadi obyek penelitian penulis yaitu mad'u yang rutin dan aktif dalam

mengikuti At-Tafaquh Fiddien di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung.

Nilai- nilai keagamaan adalah : Konsep mengenai penghargaan tinggi

yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok

dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman

bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan.4

Nilai–nilai keagamaan yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah

penanaman nilai aqidah, ibada dan akhlak. Adapun alasan penulis memilih tiga

materi itu dikarenakan sangat dekat dan berpengaruh bagi umat manusia dalam

kehidupan sehari-hari dan didukung dengan penyajian materi yang ada di lapangan.

Jadi, secara keseluruhan yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah komunikasi

antarpribadi yang melibatkan antara Da‟i dan Mad‟u dalam menanamkan nilai-nilai

agama di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung. Yang penulis anggap berhasil

dalam proses dan tekhnis Da‟I dalam menyampaikan materi agama pada

Mad‟unya. Penanaman nilai-nilai agama disini yaitu yang terdiri dari Da‟I dan

3 Ibid, Hlm 96

4 Dep,Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka,1989), Cet.ke-

II, h. 59

Page 18: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Mad‟u dalam pengajian At-Tafaquh Fiddien di Masjid Raya Al-Furqon Bandar

Lampung.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menyebabkan penulis mengangkat judul ini adalah :

1. Penulis ingin mengetahui komunikasi interpersonal Da‟i dalam penanaman

nilai agama kepada Mad‟u di masjid Raya Al- Furqon Bandar lampung.

2. Masjid Alfurqon adalah salah satu masjid agung yang ada di Bandar Lampung

yang jama‟ah pengajiannya ramai dan aktif.

3. Tersedianya dana, waktu pada lokasi penelitian dan literatur yang diperlukan

mudah untuk didapatkan.

C. Latar Belakang Masalah

Pengajian At-Tafaquh Fiddien di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung

merupakan suatu kegiatan menggali atau menambah wawasan ilmu agama dari

seseorang ustadz atau da’i dilakukan secara berkelompok sebagai pembinaan bagi

masyarakat muslim. Pengajian tersebut sebagai wadah nonformal masyarakat

untuk melakukan aktivitas atau untuk mempelajari dasar-dasar agama. Wadah

nonformal tersebut, biasanya banyak dilakukan umat Islam untuk mengkaji materi

keislaman. Maka, pengajian kadang-kadang juga dianggap sebagai usaha Islamisasi

dalam suatu masyarakat.

Pengajian juga sebagai wadah dakwah bagi para da’i dalam mentransfer

Page 19: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

ilmu-ilmu keagamaan kepada masyarakat, juga sebagai suatu kegiatan ajakan baik

dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara

sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual

maupuan secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian,

kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai

message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.

Dalam aktivitas At-Tafaquh Fiddien terdapat suatu proses penyampaian

pesan-pesan ilahi yang dilakukan da’i kepada mad’u tanpa adanya paksaan. Sehinga

dapat diketahui bahwa dalam aktivitas pengajian, sebagai proses dakwah dianggap

berjalan dengan baik apabila apa yang disampaikan da’i, telah mampu merubah

kepribadian mad’u ke arah yang lebih baik. Artinya inti yang patut diperhatikan

dalam kegiatan dakwah adalah perubahan tingkah laku mad’u kearah yang lebih

baik sesuai dengan ketentuan agama.

Proses komunikasi yang terjadi di dalam majelis khususnya yang

menyangkut komunikasi antar Da'i dan Mad'u merupakan faktor penting dalam

menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari

hubungan Mad'u yang memuaskan yang di bangun berdasarkan iklim dan

kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Hubungan Da'i dan Mad'u

Merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada

kepercayaan dan keterbukaan antara Da'i dan Mad'u.

Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, kejujuran, dukungan keamanan,

kepuasan, keterlibatan, tingginya harapan merupakan gambaran iklim majelis yang

Page 20: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

ideal. Tujuan utama dar komunikasi antara Da'i dan Mad'u adalah mengidentifikasi,

menciptakan dan menjalin hubungan timbal balik yang menguntungkan antara Da'i

dengan Mad'u.

Komunikasi yang efektif di tentukan oleh pihak-pihak yang terlibat di

dalamnya, yaitu Da'i dan Mad'u. Da'i harus dapat memfasilitasi kondisi komunikasi

antar pribadi yang efektif. Komunikasi antar pribadi yang efektif meliputi :

a. keterbukaan (openness)

b. empati (empathy)

c. kepositifan (positiveness)

d. dukungan (supportiveness)

e. kesetaraan (equality)5

Dengan demikian, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah proses

dan komunikasi yang efektif agar tujuan dakwah dalam pengajian At-Tafaquh

Fiddien di Masjid Raya Alfurqon Bandar Lampung dapat tercapai. Dalam hal ini

komunikasi interpersonal yang lebih tepat digunakan dalam penyampaian dakwah

yang dilaksanakan da’i.

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses

pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di

5 James G.Bobbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif, (CV.Pedoman Ilmu Jaya,

Jakarta,2006), h. 17

Page 21: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

dalam suatu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek dan umpan balik (feed

back ).6

Fungsi global dari komunikasi interpersonal adalah menyampaikan pesan

yang feed backnya diperoleh saat proses komunikasi tersebut berlangsung. Dan di

dalam kehidupannya, setiap manusia baik personal maupun lembaga tidak dapat

melepaskan diri dari aktifitas komunikasi, termasuk dalam pengajian At-Tafaqquh

Fiddien Sabtu pagi di masjid Raya Al-Furqon Tanjung Karang Bandar Lampung.

Disini, terdapat beberapa mad'u dari berbagai daerah dan suku berkumpul menjadi

satu dan mereka memiliki tujuan yang sama yakni untuk menimba ilmu khususnya

ilmu Agama. Seperti yang di jelaskan dalam Al-Qur‟an Q.S. Al-Mujadalah :11

Artinya : .... Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S: Al-Mujaadilah :11).7

6 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komuniksi Pengantar Studi, (Rineka Cipta: Jakrta,2000), h. 22

7 Departemen Agama RI. Al-Quran Terjemahan.(PT Tnjung Masin: Semarang, 1992), h.

Page 22: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Menurut Zakiah Darajat, pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai

kepribadian seseorang, sehingga agama itu benar – benar menjadi bagian dari

pribadinya yang akan menjadi pengendalian dalam hidupnya dikemudian hari.8

Pendidikan agama perlu dilakasanakan di rumah maupun di majelis-majelis ta‟lim.

Adanya pembentukan sistem komunikasi interpersonal di Masjid Raya Al-

Furqon dimulai dari masyarakat sekitarnya yang dipelopori M.Fu‟ad Siradj, Mastar

Ilyas, Sapawi Nadis, Barmawi Wahid dan lain-lainnya. Mereka pada waktu itu

selaku mahasiswa Fak Tarbiyah IAIN Cabang Raden Fatah Palembang yang baru

didirikan di Lampung dan Dekannya Drs.M.Yusuf Abdul Aziz , yang melaksanakan

perkuliahan di Masjid tersebut dan bangunan belum berbentuk masjid karena

belum ada kubah dan belum ada pintu-pintu sebagai layaknya suatu masjid.9

Melihat latar belakang tersebut, penulis ingin menganalisa tentang

Komunikasi Interpersonal Antara Da‟i Dan Mad‟u Dalam Penanaman Nilai-Nilai

Agama Di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung yang merupakan penelitian

bersifat deskriftif dimana penulis juga ikut serta dalam pengajian setiap hari sabtu

untuk mendapatkan keakuratan data dan untuk melihat hasil dari komunikasi

interpersonal tersebut adakah sinkrominasi antara apa yang dibahas dalam majelis

tersebut dengan yang dilakukan diluar majelis.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan masalahsebagai berikut:

8 Zakiyah Drajat,Ilmu Jiwa Agama,(Bulan Bintang: Jakarta,1970), h. 107

9 Dokumentasi, ( Sejarah Masjid Raya Al-Furqon Periode 1958-1969)

Page 23: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

1. Bagaimana proses komunikasi interpersonal antara Da‟I dan Mad‟u dalam

penanaman nilai ajaran agama di Masjid Al-Furqon?

2. Bagaimana tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama

di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat komunikasi dalam penanaman nilai

agama di Masjid Al-Furqon ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal antara Da‟I da Mad‟u

dalam penanaman nilai-nilai keagamaan.

2. Untuk mengetahui tekhnik komunikasi interpersonal Da‟I terhadap Mad‟u

dalam penanaman nilai-nilai keagamaan.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi dalam

penanaman nilai agama di Masjid Al-Furqon

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Pnelitian

a. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, maka jenis penelitian yang penulis lakukan

adalah jenis penelitian lapangan atau field research yaitu suatu penelitian

yang dilakukan secara sistematis denagan mengangkat data-data yang ada

di lapangan. Alasan penulis memilih jenis penelitian lapangan ini karena

penulis melakukan komunikasi dan interaksi langsung dengan objek

Page 24: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

penelitian. Adapun lapangan yang dipilih adalah Da‟I dan Mad‟u yang

berada di Masjid Raya Al- Furqon Bandar Lampung.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif, karena penelitian ini hanya

semata-mata melukiskan suatu obyek tertentu menurut apa adanya.10

Dalam hal ini penulis hanya mengungkapkan data sesuai dengan apa

adanya, guna memberikan penjelasan dan jawaban terhadap pokok yang

sedang diteliti.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu yang akan dijadikan sebagai obyek

penelitian.11

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 4 Orang ustadz

pembimbing (da’i), 110 jamaah Pengajian Sabtu Pagi di masjid Raya Al-

Furqon Bandar Lampung. Dan dalam hal ini peneliti tidak membuat

sampling bagi Ustadz pembimbing, dikarenakan jumlah yang minim

sehingga penulis mengambil keseluruhan individu yang akan dijadikan

obyek penelitian.

b. Sampel

10

Koencoro Ningrat,Metode-metode Penelitian masyarakat,(PT. Gramedia:Jakarta,1986), h. 292

11 Sutrisno Hadi,Metode Risearch Jilid I,(Fak. Psikologi UGM,Yogyakarta,1985),h. 80

Page 25: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Sampel adalah ”sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti”.12

Selanjutnya sampling yaitu ”Cara atau teknik yang dipergunakan untuk

mengambil sampel”.13

Dalam pelaksanaannya penulis menggunakan purpose sampling yaitu

”Sampel yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih

oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel”.14

Dalam hal ini penulis menggunakan purpose sampling yang didasarkan

pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai

sangkut paut erat dengan ciri-ciri yang ada dalam populasi. Adapun

kriteria informan yang penulis jadikan populasi dan sampel adalah:

1. Jama‟ah Pengajian At-Tafaqquh Fiddien dengan kriteria yaitu :

a) Jamaah yang selalu aktif mengikuti pengajian minimal 2

kali dalam satu bulan.

b) Jama‟ah yang bertempat tinggal disekitar masjid Al-

Furqon.

c) Jama‟ah berdasarkan tingkat pendidikan.

12

Ibid., hlm. 43

13 Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi, (Yogykarta:

Liberty, 1984), h. 42

14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta: Jakarta, 1989),

h. 127

Page 26: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Merujuk pada kriteria tersebut di atas, maka sampel dalam penelitian ini

terdiri dari 27 jamaah Pengajian At-Tafaqquh Fiddien di Masjid Raya Al-

Furqon Bandar Lampung.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk menghimpun data lapangan yang di perlukan dalam penelitian ini,

maka penulis mengunakan metode-metode sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Yang dimaksud metode observasi adalah pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki

atau diteliti.15

Dalam observasi ini yang dipakai adalah observasi nonpartisipan.

Adalah observasi itu tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan para sabyek

yang di observasi.16

Adapun yang penulis observasi adalah :

1. Penyampaian Pesan Da‟I dalam penanaman nilai-nilai agama pada

Mad‟u di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung.

2. Tanggapan Mad'u dalam menerima kegiatan agama di Masjid

Raya Al-Furqon Bandar Lampung.

3. Kondisi jamaah Masjid Raya Al-furqon Bandar Lampung dalam

mengikuti pengajian At-Tafaquh Fiddien.

b. Metode Wawancara

15

Sutrisno Hadi,Op Cit,Jilid II 136

16 Kartino Kartono, Pengantar Metode Risep Sosial,(Penerbit Alumni:Bandung,1986), h. 147

Page 27: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Menurut Koencoro Ningrat Wawncara adalah : teknis dalam

upaya menghimpun data yang akurat untuk keprluan melaksanakan proses

pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data-data yang diperoleh,

teknis ini adalah dengan Tanya jawab secara lisan dan bertatap muka

langsung antara seseorang atau beberapa interview dengan seseorang atau

beberapa interview. 17

Metode wawancara ini adalah metode pengumpulan data melalui Tanya

jawab langsung kepada Da‟I dan Mad‟u mengenai aktifitas yang

dilakukan serta faktor penghambat dan pendukung dalam kegiatan

keagamaan dalam rangka penanaman nilai-nilai agama di masjid raya Al-

Furqon Bandar Lampung. Adapun pelaksanaan interview ini penulis

mempergunakan interview bebas terpimpin.

Yang dimaksud interview bebas terpimpin adalah : apabila penginterview

membawa kerangka-kerangka pertanyaan untuk di sajikan, tetapi cara

bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan irama (timing)

interview sama sekali diserahkan pada kebijaksanaan interview.18

Disini penulis mengadakan Tanya jawab bebas terpimpin, akan tetapi

tidak terlepas dari masalah-masalah yang diselidiki. Metode ini

merupakan metode pokok dalam penulisan skripsi, karena dipandang lebih

memegang peranan sehingga data-data yang sifatnya sensitif dan akurat

17

Koencoro Ningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (PT. Gramedia: Jakarta, 1983), h. 46

18 Sutrisno Hadi Metode Riset Jilid III,Cet,XX,(Fakultas Psikologi UGM, Jogjakarta 1991), h. 107

Page 28: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

dapat diperoleh, penulis melakukan wawancara terkait dengan komunikasi

interpersonal antara Da'i dan Mad'u.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dengan cara melihat buku-buku catatan

atau monografi yang berhubungan dengan pembahasan penelitian, seperti

kegiatan-kegiatan yang dilakukan Da‟i dan Mad‟u di masjid raya Al-

Furqon Bandar Lampung untuk panduan bagi penulis, dengan demikian

penulis skripsi ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang maksimal.

4. Pengelola dan Analisis Data

Setelah data terhimpun sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan

metode interview, observasi dan dokumentasi, maka selanjutnya data tersebut

dianalisis dengan menggunakan analisa kualitatif

Data-data yang tekumpul kemudian di olah secara sistematis sesuai

dengan sasaran permasalahan, sekaligus dianalisis secara deskriptif kualitatif

yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.19

Analisa deskriptif kualitatif ini dipergunakan dengan cara menguraikan

dan merinci kalimat-kalimat yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan

sebagai jawaban dari permasalahan yang ada dengan menggunakan pendekatan

berfikir induktif. Cara berfikir induktif yaitu ”Berangkat dari fakta-fakta

19

Lexy L. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosda Karya: Bandung,2006), h. 4

Page 29: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta yang khusus dan konkrit

tersebut ditarik generalis yang mempunyai sifat umum.20

Dengan demikian jelaslah bahwa cara berfikir induktif adalah suatu

proses analisis yang bertitik tolak dari hal-hal atau peristiwa yang bersifat

khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

20

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Andi Offset: Yogyakarta, 1991), h. 42

Page 30: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

BAB II

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PENANAMAN NILAI-

NILAI KEAGAMAAN ANTARA DA’I DAN MAD’U

A. Komunkasi Interpesonal

1. Unsur Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan

antara pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun

tidak langsung.21

Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi

antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai

emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab

dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,

televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

Dalam komunikasi interpersonal ini dapat beberapa unsur-unsur komunikasi

yang sama pada umumnya, hanya saja ia bersifat antar pribadi. Unsur-unsur komunikasi

interpersonal tersebut adalah : “Kominikator (sumber), message ( pesan, Komunikasi atau

khayalak, media atau saluran dan efek atau balikan).22

21

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal,Cet Pertama (Graha Ilmu: Yogyakarta, 2011 ), h. 4

22 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Rajawali Pers:Jakarta, 1992), h.42

Page 31: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Komunikator : Sumber atau yang mengirimkan pesan kepada komunikan dan dapat pula

Menjadi komunikan

Sedangkan yang dimaksud dengan umpan balik yaitu : “Salah satu bentuk

daripada pengaruh yang berasal dari penerima”.

Pada dasarnya dari unsur-unsur yang dominan dimana bila unsur-unsur tersebut

diatas tidak ada maka tidak akan pernah terjadi komunikasi. Unsur-unsur tersebut diatas

adalah : Komunikator, komunikasi dan pesan. Ketiga unsur-unsur inilah yang memiliki

peran utama dalam melakukan proses komunikasi yang kemudian diikutu dengan unsur-

unsur lainya.

Komunikasi Interpersonal pada hakekatnya adalah : Proses penyampaian pesan

dari komunikator kepada komunikan.

Dengan demikian terjadinya proses komunikasi interpersonal itu adalh :

Dalm proses komunikasi antar pribadi (Interpersonal Comunication) terdapat peserta-

peserta yang berinteraksi. Komunikator meng-ekode suatu pesan keapda komunikan.

Komunikan men-decode pesan yang diterimanya itu, untuk kemudian diberitakan

tanggapan. Jika tanggapan itu ia lakukan secara terbuka (Overty), maka pada gilirannya ia

menjadi komunikator. Sebab ia men-encode tanggapannya itu dan menyampaikannya

kepada komunikator semula (Yang giliran menjadi komunikan).23

23

Ibid, hal.35

Page 32: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Komunikasi interpersonal itu pada dasarnya sangat penting dilakukan dalam

kehidupan. Terutama lagi dalam sebuah majelis dimana komunikasi ini berlangsung

antara da‟i dan mad‟u. Oleh karena manfaat yang dapat diambil dari komunikasi

interpersonal ini adalah :

a. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang

b. Semakin kita terbuka kepada orang lain, semakin orang tersebut akan menyukai

diri kita. Akibatnya ia akan semakin membuka diri kepa kita.

c. Orang yang rela membuka diri kepad orang lain terbukti cendrung memiliki sifat-

sifat sebagi berikut : Kompeten, terbuka, ekstroper, fleksibel, adaftif dan

intellegen, yakni sebagian dari ciri-orang yang masak dan bahagia.

d. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan

komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.

e. Membuka diri berarti bersifsat realistis, maka pembukaan diri kita haruslah jujur

tulus dan autentik.24

Manfaat yang sangat besar sekali dalam diri sesorang bila dapat melakukan

komunikasi antarpribadi dengan ornang lain. Begitu pula halnya bila dilakukan dalam

sebuah majelis karena dengan komunikasi interpersonal akan tercipta suatu hubungan

yang harmonis dan berdasarkan kasih sayng, cinta kasih antara da‟i dengan mad‟u.

2. Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada

komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan

dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi

yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi,

banyak melalui perkembangan.25

24

A. Supratikna, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikansius, (Jakarta,t.th), h.15-16

25 Christina, Komunikasi Kebidanan, (EGC,Jakarta, 2003), h.12

Page 33: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian

pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.

Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Penginterpretasian.

b. Penyandian.

c. Pengiriman.

d. Perjalanan.

e. Penerimaan.

f. Penyandian balik.

g. Penginterpretasian.

Penginterprestasian

Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator.

Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul

hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan

ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan

disebut interpreting.

Penyandian

Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil

diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut

encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan

abstrak menjadi konkret.

Pengiriman

Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim

lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim

pesan.

Perjalanan

Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan

diterima oleh komunikan.

Penerimaan

Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan

jasmaniah komunikan.

Page 34: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Penyandian Balik

Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui

peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya

(decoding).

Penginterpretasian

Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam

bentuk pesan.26

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif :

1) Perspektif psikologis.

2) Perspektif mekanis.

Perspektif Psikologis

Perspektif ini merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian hasil

encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.

Perspektif Mekanis

Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa

verbal/non verbal.27

Komunikasi ini dibedakan :

1) Proses komunikasi primer.

Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada

komunikan menggunakan lambang sebagai media.

2) Proses Komunikasi skunder

Merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai

lambang sebagai media pertama.

3) Proses Komunikasi Linier

Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.

26

Tyastuti, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan, (Fitramaya, Yogyakarta, 2004

), h. 34-36

27 Ibid,hal. 12

Page 35: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

4) Proses Komunikasi Sirkular

Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.28

3. Tekhnik Komunikasi

b. Tekhnik Komunikasi Interpersonal

Teknik komunikasi interpersonal adalah berkomunikasi secara menarik

dan jelas sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di

dalam komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan

diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang

dipercakapkan.

1) Komunikasi Persuasif

Persuasif adalah komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi

komunikan. Komunikasi persuasif dapat didefinisikan sebagai proses

mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan

psikologis.komunikasi persuasif adalah suatu teknik mempengaruhi

manusiadengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun

sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi.29

Yang penulis maksud komunikasi persuasif disini yaitu, dimana seorang

da‟I dapat memotivasi mad‟u guna mendapatkan materi dengan cara

pendekatan psikologis yang mana dimaksud diatas.

Teknik komunikasi persuasif dapat dilakukan dengan cara

(acceptance device),yaitu penyampaian pesan dengan kata-kata atau

simbol-simbol komunikasi yang memberikan asosiasi yang

menyenangkan,caraini dapat dipergunakan untuk memperoleh penerimaan

acceptance,kepercayaan confidence,dukungan support dan partisipasi

masyarakat,rejection device,yaitu penyampaian pesan dengan kata-kata

28

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet III, (PT Grasindo, Jakarta, 2006), h. 16

29 Rohim dan Syaiful, Teori komunikasi : perspektif, ragam, dan aplikasi (Rineka Cipta: Jakarta,

2009),h. 18

Page 36: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

tau simbol-simbol komunikasi yangmembangkitkan rasa khawatir atau

takut fear arousing,testimonal device,yaitu pesan/ajakan dilakukan dengan

cara mensitir, kata-kata, pendapat orang-orang yang terkenal, atau dalil-

dalil penguat,bandwagon device, yaitu persuasidengan cara menyediakan

suporter atau tukang tepuk.

2) Komunikasi Koersif (Coercive communication)

Komunikasi Koersif (Coercive communication) adalah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan ancaman

atau sanksi untuk merubah sikap, opini atau tingkah laku.30

3) Komunikasi Informatif (Informative Communication)

Komunikasi Informatif (Informative Communication) ialah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberitahukan sesuatu. Disini komunikator tidak mengharapkan efek

apa-apa dari komunikan, semata-mata hanya agar komunikan tahu saja.

Bahwa kemudian efeknya ada, apakah itu positif ataukah negative

komunikator tidak mempersoalkannya, tapi sudah tentu ia mengharapkan

efek positif.31

c. Tekhnik komunikasi dialog interaktif

Dialog adalah percakapan dua orang atau lebih. Dialog Interaktif adalah

percakapan yang dilakukan di televisi, radio atau forum yang dapat melibatkan

30 Ibid,h. 18

31

Prof. Drs. Onong Uchjana Efendy. M.A, Human Relations & Public Relations (CV. Mandar

Maju:Bandung,2009), h. 14

Page 37: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

pemirsa atau pendengar. Adapun narasumber yang dipilih adalah orang yang tahu

persis tentang informasi/materi yang ingin disampaikan.32

Secara sederhana, teknik berbicara di dalam komunikasi secara aktif dan

efektif adalah sebagai berikut :

1) Memilih pokok persoalan untuk dibicarakan

2) Berbicara diiringi dengan bantuan gerak gerik

3) Menyesuaikan situasi dengan lawan bicara dengan baik

4) Menghargai dan menghormati lawan bicara dengan baik

5) Menganggapi setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara33

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental

sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat

menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita

komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan

paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama

manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat

manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media

massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

32

http://www.pulau-media.info/2011/09/pengertian-dialog-interaktif.html (accessed 15 juli

2013)

33 James G. bobbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif, (CV. Pedoman Ilmu Jaya:

Jakarta, 2006 ), h. 29

Page 38: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan

pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita tumbuh dan belajar, kita

menemukan pribadi kita dan orang lain, kita bergaul, bersahabat, menemukan kasih

sayang, bermusuhan, membenci orang lain, dan sebagainya.

Komunikasi tidak lain merupakan interaksi simbolik. Manusia dalam

berkomunikasi lebih pada memanipulasi lambang-lambang dari berbagai benda. Semakin

tinggi tingkat peradaban manusia semakin maju orientasi masyarakatnya terhadap

lambang-lambang.

Liliweri (1997:13) menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu:

a) Arus pesan dua arah.

b) Konteks komunikasi adalah tatap muka.

c) Tingkat umpan balik yang tinggi.

d) Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi.

e) Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban.

f) Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.34

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal

Dalam sebuah komunikasi tentulah terdapat faktor-faktor pendukung komunikasi

sehingga dapat berjalan efektif, akaan tetapi ada juga beberapa fkator penghambat

komunikasi yang menyebabkan komunikasi interpersonal tersebut tidak dapat berjaln

dengan baik.

Adapun faktor pendukung komunikasi interpersonal antaralain ialah :

34

Liliweri, Komunikasi Interpersonal, (Citra Aditya Bakti: Bandung, 1991 ), h. 13

Page 39: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

a. Bila ditinjau dari komponen komunikator, yakni :

1) Kepercyaan kepada komunikator ( Source Credibility).

2) Daya tarik komunikator (Source Attrativeness).

b. Bila ditinjau dari komponen komunikan adalah :

1) Ia dapat benar-benar mengerti pesan komunikasi

2) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan itu sesuai

dengan tujuan

3) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan itu bersangkutan

dengan kepentingan pribadinya.

4) Ia mampu untuk menepatinya baik secara mental maupun secara fisik.35

Akan tetapi masih ada faktor pendukung komunikasi interpersonal lainnya yaitu :

a) Mendengarkan

.... Mendengarkan komunikasi harus dilakukan dengan fikiran dan hati serta

segenap indra yang diarahkan kepada sipendengar

b) Pernyataan

Komunikasi pada hakekatnya kegiatan menyatakan suatu gagasan (isi hati

dan fikiran) dan menerima umpan balik yang berarti menafsirkan pernyataan

tentang gagasan orang lain.

c) Keterbukaan

Orang yang mau senantiasa tumbuh, sesuai dengan zaman adalah orang yang

terbuka untuk menerima masukan dari orang lain, merenungkan dengan

serius, dan mengubah diri bila perubahan dianggap sebagai pertumbuhan

kearah kemajuan.

d) Kepekaan

Kepekaan adalah kemahiran membaca bahsa badan , komunikasi yang tidak

diucapkan dengan kata-kata.

e) Umpan balik

Sebuah komunikasi baru bernama timbal balik kalu pesan yang dikirim

berpantulan, yakni mendapat tanggapan yang dikirim kembali.36

35

Onong Uchjana Efendi,Op Cit, hal.40-41

Page 40: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Adapun faktor –faktor penghambat komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik

antaralain :

(1) Kurangnya perencanaan dalam komunikasi

(2) Perbedaan persepsi

(3) Perbedaan harapan

(4) Kondisi fisik atau mental yang kurang baik

(5) Pesan yang tidak jelas

(6) Prasangka yang buruk

(7) Transmisi yang kurang baik

(8) Penilaian atau evaluasi yang premature

(9) Tidak adanya kepercayaan

(10) Ada ancaman

(11) Perbedaan status,pengetahuan bahasa

(12) Distorsi.37

Faktor penghambat komunikasi ini mungkin dapat di katakan sebagai lawan

dari foktor pendukung komunikasi interpersonal diatas. Bila mana didalam

komunikasi ini kurang adanya perencanaan, perbedaan persepsi dan harapan yang

samar dan ada ancaman menyebabkan komunikasi tersebut menjadi rusak dan tidak

dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan yang diharapkan oleh kedua pihak.

B. Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan

1. Penanaman Nilai Keagamaan

Penanaman nilai keagamaan adalah Suatu cara untuk menyampaikan, menerapkan

atau menyumbangkan suatu nasehat yang dilakukan Da‟i terhadap Mad‟u agar dapat

menjalankan semua perintahnya (Allah SWT) dan menjauhkan diri dari segala larang-

Nya,dengan berpedoman kepada semua ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW.

36

A.G. Lunandi.Komunikasi Mengena Meningkatkan Efektifitas komunikasi

Antarpribadi,(Kansius:Yogyakata, 2001), h.35-45

37 A.W.Widjaja,Op Cit, h.100

Page 41: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Penanaman nilai agama pada diri Mad‟u banyak macam dan ragamnya,seperti

yang telah penulis uraikan dalam penegasan judul. Bahwa Mad‟u atau saasran objek

dakwah adalah seluruh manusia makhluk Allah yang dibebani menjalankan agama islam

dan diberikan kebebasan untuk berikhtiar, kehendak dan bertanggung jawab atas

perbuatan sesuai dengan pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan,

kaum, masyarakat dan umat manusia seluruhnya. Sehingga mereka lebih cenderung

mempergunakan emosi daripada rasio. Hal ini yang menyebabkan mereka lebih

membutuhkan bimbingan dari Da‟i, sehingga mereka ibarat mempunyai perisai dari

pengaruh atau tingkah laku yang tidak baik.

Penananman nilai aqidah dan akhlak sngatlah penting sebagaimana kita ketahui

orang yang tidak percaya terhadap rukun iman dan rusak akhlaknya disebut sebagai

orang-orang kafir, hal ini akan dibahas secara mendalam sesuai dengan fokus penelitian

penulis.

Aqidah

a. Pengertian Aqidah

Aqidah berasal dari kata " aqada" artinya ikatan dua utas tali dalam satu buhul

sehingga bersambung. Aqad berarti pula janji, ikatan (kesepakatan) antara dua orang

yang mengadakan perjanjian. Aqidah menurut terminologi adalah sesuatu yang

mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan

yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Istilah aqidah masih besifat umum untuk

berbagai agama. misalnya aqidah trinitas pada kristen atau trimurti pada hindu dan

sebagainya.38

38

A. Toto Suryana Af, et al.,Tiga Mutiara (Bandung, 1997), h. 94

Page 42: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Menurut bahasa, aqidah berasal dari bahsa Arab : 'aqada-ya'qidu-uqdatan-wa

'aqidatan. Artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi

hati dan hati nurani terikat kepadanya.39

b. Dasar Aqidah

Dasar aqidah adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber

hukum dalam Islam yaitu Al Qur‟an dan Al Hadits. Al Qur‟an dan Al Hadits adalah

pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu

perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur‟an dan.

Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.”

Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur‟an.”40

Dalam islam, akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah

Quran. Iman ialah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala

sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keiman yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-

raguan dan dipengaruhi perasangkaan. Ia ditetapkan dengan positif oleh saling

membantunya teks-teks dan ayat-ayat Al-Quran, kemudian adanya konsensus kaum

muslimin yang tak pernah berubah, bertolak sejak penyiaran Islam pertama di masa

Rosulullah hingga kini. Ayat-ayat Quran tersebut menuntut kepada manusia untuk

memiliki kepercayaan itu, yang pula merupakan seruan utama setiap Rosul yang diutus

Allah sebagai yang dinyatakan Quran dalam pembicaraan nya dalam pembicaraannya

mengenai para Nabi dan Rasul.41

39

Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Cv. Pustaka Ceria:Bandung,2008) , h. 13

40 Ibid. hall 14

41 K.H. Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Pt. Alma'arif : Bandung, 1973), h. 153

Page 43: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Artinya : ....... " Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari

Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah,

malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan):

"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-

Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa):

"Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S AL-

Baqarah (2): 285)42

Ibadah

a. Pengertian Ibadah

Secara etimologis, kata ibadah merupakan pengabdian sedangkan secara

terminologis artinya berserah diri kepada Tuhan baik pada kehendak dan ketentuan untuk

memperoleh ridla-Nya.

Ibadah mencangkup 2 pengertian:

1) Dalam arti ubudiyah telah dipastikan cara-carnya serta syarat-syaratnya oleh

syari'at dalm rangka hubungan khusus antara manusia dengan penciptanya

(ibadah madah) seperti sholat, haji.

42

Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. (PT. Tanjung Masin:Semarang, 1992), h.

Page 44: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

2) Dalam arti luas segala kegiatan manusia beriman didalam hidup sehari-hari, diluar

ibadah mahdah yang diinginkan oleh Allah SWT, dikerjakan dengan ikhlas dan

dengan tujuan untuk memperoleh sidla Allah SWT.43

b. Hakekat Ibadah

Ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang

Ma'bud dan merasakan kebenarann-Nya, lantaran beri'tiqoh bahwa bagi alam ini masih

ada kekuasaan akal tak dapat mengetahui hakekarnya.44

Definisi lain dari ibadah adalah:

Asal makna sholat merupakan bahasa Arab berarti dua, kemudian yang dimaksud

disini ibadah yang tersusun dari beberapa pekataan dan beberapa perbuatan yang dimulai

dengan takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang di tentukan.45

Hak-hak yang khusus antaralain:

1) Memperhatikan nasehat

2) Melepaskan kesulitan dan kesusahan

3) Membantu orang yang sedang kesusahan

4) Menutupi aib saudara

5) Menjauhkan diri dari sifat yang meyakinkan orang seperti dengki, benci, dzalim

dan sombong.46

c. Kedudukan Ibadah

43 Dr. Zakiah Darajat.dkk, Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan

Tinggi Umum, (Bulan Bintang, Jakarta, 1984), h. 29-30

44

Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Bulan Bintang , Jakarta, 1992), h. 8

45

Hi. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam,(Sinar Baru, 1992), h. 64

46

Abdullah Nasikhulwan, Merajuk Keping-keping Ukhuwah, (CV. Ramadhani, Solo, 1989), h. 12

Page 45: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Ibadah adalah ungkapan dari prinsip pokok dalam Agama Islam yaitu tauhid yang

merupakan tugas hidup manusia didalam kehidupan dunia ini, yang nantinya akan

menentukan derajat kedudukan manusia di dalam akhirat.

Artinya : ..."Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku. (QS : Adz Dzariyat : 56 )47

Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu ism mashdar

(bentuk infintif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan)

tsulasi majid af ala, yuf ilu alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi'ah (kelakuan,

tabi'at, watak dasar), al'adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik),

dan al-din (agama).48

Menurut Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, kata Akhlak berasal dari bahasa Arab "

Khuluq", jamaknya "khuluqun", menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai,

tingkah laku, atau tabi'at. Kata "akhlak" ini lebih luas artinya daripada moral atau etika

47 Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. (PT. Tanjung Masin:Semarang, 1992), h

48 H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, ( PT. Raja Grafindo:Jakarta, 2003), h. 1

Page 46: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

yang sering dipakai dalam bahasa indonesia sebab "Akhlak" meliputi segi-segi kejiwaan

dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.49

Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam.

Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang

itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah

memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu

selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar).

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,

pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan

tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah

dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu

sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang

jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana

yang buruk.

b. Tujuan Akhlak

Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti,

bertingkah laku, berperangai atau beradatistiadat yang baik sesuai ajaran Islam.

Dismaping itu, setiap muslim yang berakhlak yang baik bertujuan untuk memperoleh hal-

hal sebagai berikut :

1) Rida Allah SWT.

49

Rosihon Anwar, Op Cit. hal 205

Page 47: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaran Islam, senantiasa melaksanakan

segala perbuatannya dengan hati ikhlas, semata-mata karena mengharapkan

rida Allah SWT.50

Allah berfirman :

Artinya : ...."Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan

(katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu[533] di setiap sembahyang dan

sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.

sebagaimana dia Telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah

kamu akan kembali kepadaNya)". (Q.S. Ar-Araf : 29 )51

2) Kepribadian Muslim

Segala perilaku muslim, baik ucapan , perbuatan, pikiran maupun kata hatinya

mencerminkan sikap ajaran Islam.52

Allah berfirman :

50

Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Cv. Pustaka Ceria:Bandung,2008), h. 211

51 Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. (PT. Tanjung Masin:Semarang, 1992), h

52 Rosihon Anwar, Op Cit. hal. 212

Page 48: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Artinya:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada

Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku

termasuk orang-orang yang menyerah diri?".53

3) Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela

Dengan bimbingan hati yang diridai Allah dengan keikhlasan, akan terwujud

perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia

dan akhirat sehingga terhindar dari perbuatan tercela.54

2. Tujuan Penanaman Nilai-nilai Keagamaan

Sedangkan menurut Mansyur Amin menyatakan bahwa tujuan dalam penanaman

nilai-nilai keagamaan adalah dengan beberapa kategori, yaitu:

a. Tujuan Perorangan

Yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat, berpribadi

sesuai hukum yang telah disyariatkan.

53

Departemen Agama RI. Alquran Terjemah. PT. Tanjung Masin, Semarang, 1992 h.

54 A. Zainudin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, ( CV. Pustaka Setia:

Bandung, 1999), h. 73

Page 49: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

b. Tujuan Untuk Keluarga

Yaitu terbentuknya keluarga bahagia, tentram dan cinta kasih antara anggota

keluarga.

c. Tujuan Masyarakat

Yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera penuh dengan suasana ke ikhlasan55

Selain itu juga tujuan dari penanaman nilai-nilai keagamaan antara Da‟i dengan Mad‟u

adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri mad‟u agar dalam kehidupannya berjalan

sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam agama.

3. Materi Penanaman Nilai-nilai Keagamaan

Adapun materi penanaman nilai-nilai keagamaan tersebut adalah :

1. Menanamkan nilai tauhid pada diri mad‟u

Suatu yang penting pula, adalah menanamkan rasa keimanann dan cinta kepada

Allah dalam hati mereka, karena Alllah adalah yang telah menciptakan dirinya, memberi

rizki dan memberi pertolongan serta bimbingan dalam mengarungi hidup dan kehidupan

mereka. Dan sama sekali tidak ada sekutu bagi-Nya.56

Dengan terlebih dahulu menanamkan nilai tauhid dalam diri mad‟u bahwa Allah

satu-satunya Tuhan semesta alam raya. Allah adalah pencipta dirinya memberi

pertolongan dan bimbingan.

55

Moh. Adnan Harahap. Dakwah Dalam Teori dan Praktek. (Sumbangsih: Yogyakarta, 1977) h. 25

56 A. Mudjam Mahalli. Kewajiban Timbal balik Orang Tua Anak. (Mitra Pustaka: Yogyakarta,

2000), h. 137

Page 50: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Hal tersebut nantinya akan menumbuhkan kesadaran dalam diri mad‟u bahwa manusia

adalah hamba Tuhan dan untuk mengabdi kepadanya.

2. Menanamkan sholat

Dalam penanaman sholat terhadap mad‟u seharusnya dilakuka sedini mungkin,

sehingga lebih mudah untuk memberikan materi-materi tersebut dan juga lebih mudah

memahami.

Harus sejak dini, jangan sampai sudah berumur sepuluh tahun belum bisa

melakukan sholat, tentu saja ini menyangkut pula masalah kewajiban berwudhu. Sebab

Sholat tidak sah bila tidak disertai wudhu.57

Setelah menanamkan nilai tauhid juga perlu diberikan hal-hal yang berkaitan

dengan didalamnya, seperti wudhu serta membaca Al-quran, hal ini dikarenakan dalam

sholat terdapat ayat-ayat yang harus dibaca.

3. Berakhlak Baik

Kata akhlak dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku

tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan

perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika

timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa

banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang,

sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut

dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.

57

Ibid. hall 138- 139

Page 51: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Oleh karena itu dalam pembinaan akhlak mad‟u dilakukan dengan mengacu

kepada Al-qur‟an dan assunah serta norma-norma yang ada ditengah masyarakat.

Sehingga hal ini dapat menjadikan mad‟u memiliki akhlak Islam. Dalam hal tersebut

dapat menjadikan mad‟u memiliki kepribadian yang baik dan dapat diterima dalam

kehidupan bermasyarakat dan agama.

4. Tugas Da‟i dan Mad'u

Kata da‟I berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki) berarti orang yang

mengajak, sedangkan bagi perempuan muanas yang di sebut da‟iyah. Dalam kamus

bahasa Indonesia da‟I diartikan orang yang pekerjaannyaberdakwah, pendakwah: melalui

kegiatan dakwah para da‟I menyebarluaskan ajaran Islam. Dengan kata lain da‟I adalah

orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung,

melalui lisan, tulisana atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau

menyebarluasakan ajaran Islam. Dalam posisi ini disebut subjek dakwah,yaitu pelaku

dakwah yang senantiasa aktif menyebarluaskan ajaran Islam.58

Dengan demikian da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baiklisan tulisan

ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atauberbentuk organisasi atau

lembaga . Kata da‟i ini sering disebut dengansebutan mubaligh (orang yang

menyempurnakan ajaran islam) namun, sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit

karena masyarakat umum cenderumg mengartikan sebagai orang yang menyampaikan

ajaranislam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yangberkhutbah), dan

sebagainya.

58

Enjang AS, Aliyudin,S.Ag,Dasar-dasar Ilmu Dakwah,(Widya Padjadjaran: Bogor,t.th), h.73

Page 52: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Ummat Islam pada hakekatnya memiliki kewajiban untuk berda‟wah, apapun

profesi dan pekerjaan yang digeluti, jadi bukan Cuma hanya tugas para da‟i saja untuk

berda‟wah, karena da‟wah bukan sekedar berceramah menyampaikan tentang agama,

namun perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam juga merupakan aplikasi

dari da‟wah.

Allah berfirman :

Artinya : “ …Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar

merekalah orang-orang yang beruntung. ( QS : Ali Imran :104 )

Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan

Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Menurut Toto Tasmara : pada dasarnya semuapribadi muslim itu berperan secara

otomatis sebagi mubaligh atau orangyang menyampaikan atau dalam bahasa

komunikasinya disebutkomunikator. 59

59

Toto Tasmara. Komunikasi dakwah. (Gaya Media Pratama: Jakarta, 1987), h. 27

Page 53: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Selain itu seorang dai mempunyai tanggung jawab besar atas apa yang telah di

sampaikan atau yang tanamkan pada tiap-tiap mad‟u salah satunya dengan

menyampaikan 10 pesan da‟I :

1. Mengajak manusia untuk merealisasikan tujuan penciptanya

2. Menyatukan jalan dengan menjadikan Al-qur‟an serta assunah sebagai sumber

hukum

3. Menggalakan pendidikan dan pensucian jiwa

4. Menyiapkan generasi da‟I dan menjadikan dakwah sebagai tanggung jawab umat

5. Selalu tanggap dan kritis terhadap situasi dan kondisi

6. Memperhatikan perluasan daerah imam dan mempersempit gerak kekafiran

7. Memperhatikan segala aspek kehidupan

8. Mendahulukan perbaikan perjalan dakwah dan mawas diri

9. Mengkordinasikan sepak terjang perkumpulan-perkumpulan islam

10. Selalu berpegang teguh kepada agama Allah.60

2. Proses Komunikasi Antara Da‟I dan Mad‟u Dalam Penanaman Nilai-nilai

Keagamaan

Pengertian proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian

fikiran atau perasaan oleh sesorang ( Komunikator ) kepada orang lain (Komunikan ).

Proses komunikasi terbagi dua tahap yaitu primer dan sekunder.

a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian fikiran dan perasaan

sesorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (Simbol) sebagai

media.

b. Proses komunikasi secara skunder adalah proses penyampaian pesan oleh

sesorang kepada orang lain dengan menggunakan alat ata sarana sebagai media

kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.61

60

Dedi Junaedi. 10 Pesan Da’I.( Al-Ikhlas: Surabaya,1994), h. 15

61 Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta, 2001), h. 98

Page 54: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Dari definisi diatas, telah jelas bahwa proses komunikasi antara da‟I dan mad‟u

dapat dilakukan dengan dua tahab yaitu dengan lambang atau symbol sebagai media dan

menggunakan alat atau sebagai sarana media kedua.

Dalam definisi lain menurut Prof, Drs. H. A. Widjaja mengatakan bahwa proses

komunikasi yang efektif harus dilaksanakan melalui empat tahapan.

a. Fact Finding

Menyarikan dan mengumpulkan fakta dan data sebelumnya sesorang

melaksanakan kegiatan komunikasi untuk berbicara didepan suatu masyarakat,

perlu dicari fakta dan data tentang masyarakat tersebut, keinginananya,

komposisinya dan lain sebagainya.

b. Planning

Berdasarkan fakta dan data itu dibuat rencana tentang apa yang akan

dikemukakan bagaimana mengemukakanya, bagi suatu masyarakat yang agraris

tentu saja mengemukakan komunikasi harus mengunakan cara yang sesuai

dengan cirri-ciri agraris.

c. Communicating

Setelah palnning disusun maka tahap selanjutnya adalah communicating atau

berkomunikasi.

d. Evaluation

Penilaian dan analisa kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil

komunikasi tersebut, ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan

komunikasi selanjutnya.62

Menurut James G. Robbins, proses komunikasi dibagi tujuh tahapan :

1. Mestilah ada suatu pengirim ( Sender ), yang menjadi sumber dari pesan itu

2. Setiap komunikasi mestilah mempunyai suatu tujuan

3. Ide yang ada dalam komunikasi itu di ”encode”, diubah menjadi lambang dan

tanda-tanda

4. Lambang atau tanda-tanda disalurkan melalui suatu saluran

62

H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Study, (Raneka Cipta: Jakarta, 2000), h. 39

Page 55: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

5. Penerima mengadakan “decode” terhadap lambang-lambang atau tanda-tanda itu

dengan memberinya arti atau makna

6. Jika pengirim atau penerima sama-sama mempunyai tingkat pengalaman yang

serupan, maka kesempatan akan lebih baik, bahwa mereka juga akan sama-sam

mempunyai arti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan itu.

7. Feed Back atau umpan balik ialah apa yang terjadi sebagai suatu akibat atau hasil

dari komunikasi itu, dan merupakan cara atau jalan yang terutama bagi kita untuk

memrikasa atau melihat apa pesan dimengerti.63

Penjelasan dari proses komunikasi diatas adalah sebagai berikut :

63

Jams G. Bobbins, Barbara S, Komuikasi Yang Efektif, (Pedoman Ilmu Jaya :Jakarta, 1995), h. 10-

11

Page 56: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

1. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalyak. Karena itu

komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source, atau encoder.64

Fungsi komunikator adalah pertama kali menyediakan sumber informasi,

selanjutnya menyaring dan mengevaluasi informasi yang tersedia menngolah

informasi ini kedalam suatu bentuk yang cocok bagi kelompok penerima

informasi tertentu, sehingga kelompok penerima memahami isi informasi

tersebut.65

Sifat- sifat komunikator :

1. Tidak boleh terlalu otokratis

2. Harus dapat menguasai aspirasi masyarakat atau komunikan

3. Mendelegasikan dan membagi tanggung jawab

4. Penuh inisiatif

5. Mawas diri

6. Menghargai kemampuan orang lain

7. Mampu mengadakan pengawasan.66

2. Tujuan

Dalam melakukan komunikasi hendaklah mempunyai tujuan. Pada umunya

komunikasi mempunyai tujuan antaralain :

1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti. Sebagai komunikator kita

harus menjelaskan kepada Komunikan {penerima} dengan sebaik-baiknya

dengan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang

kita maksudkan.

64

Hafeld Cangra, Pengantar Ilmu Komunikasi, (PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta, 2000), h. 89

65 H. A. Widjaja, Ibid, hal 56

66 Ibid, hal 66-67

Page 57: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar

aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, jangan mereka

menginginkan kemauannya.

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar

gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif

bukan memaksakan kehendak.

4. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan itu

mungkin dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan. Kegiatan

yang dimaksud disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong.

Namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk

melakukannya.67

Menurut Prof. Drs. Onong Uchyana Efendy. MA

Tujuan komunikasi ada 4 macam :

a. Perubahan sikap { Attitude Changa }

b. Perubahan pendapat { Opini Change }

c. Perubahan Prilaku { Behavion Change }

d. Perubahan Sosial {Social Change }68

3. MeEnkode

Adalah menguraikan kode-kode atau ucapan untuk meneukan pesan tersebut.

Misalnya apakah orang itu mampu melakukan encoding atau ucapan bahasa baik

itu bahsa daerah atau bahsa Indonesia terhadap masyarakat (Mad‟u )

4. Media

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari

komunikator ke khalayak.69

67

Ibid,hal 58

68 Onong Uchyana Effendy,Komunikasi Teori dan Praktek,(Jakarta, 2000), h. 8

69 Hafeld Cangra, Pengantar Ilmu Komunikasi,(PT.Raja Grafindo Persada:Jakarta,2000),h. 35

Page 58: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Media komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian :

a. Media Umum

Media umum ialah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk

komunikasi. Contohnya adalah radio, CB, OHP dan lai sebagainya

b. Media Massa

Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, disebut

demikian karena sifatnya masal misalnya, pers, radio, film, dan televise. 70

5. Decoding

Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menerapkan

makna pada lambang yang disampaikan komunikator kepadanya.71

Misalnya dalam penelitian ini apakah mad‟u paham apa yang dikatakan oleh da‟I

dalam segi bahasa, dan apakah mad‟u maksud dengan apa yang diucapkan oleh

orang tua.

6. Setelah komunikator menerapkan makna atau menyampaikan pesan kepada

komunikan, maka komunikan akan menerima apa yang telah dipesankan oleh

komunikator.

7. Feed Back

Umpan balik { feed back } dapat berwujud verbal dan non verbal. Dengan adanya

umapan balik sebuah pesan dapat diketahui tingkat akurasinya. Dalam hal ini

seorang komunikator yang baik akan terus berusaha meningkatkan kemampuanya

berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.72

Definisi ini menyebutkan bahwa umpan balik atau feed beck adalah apa yang

terjadi suatu akibat atau hasil dari komunikasi itu, dan merupakan cara atau jalan

70

Op Cit. hal 35

71 Ibid. h. 19

72 H. A. Widjaja. Op Cit. h. 48

Page 59: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

yang terutama bagi kita untuk memeriksa atau melihat apakah pesan itu

dimengerti.73

Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan Feed beck merupakan bagian yang

integral dari proses komunikasi. Sedangkan Feed beck merupan timbale balik

antar komunikator dan komunikan, jadi dalam hal ini peran komunikator dan

komunikan sangat penting. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang diterima

oleh kokmunikan sesuai degan maksud pesan yang dikirim oleh komunikator.

Bentuk-bentuk umpan balik antara lain :

a. External feed beck

Umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan

b. Internal feed beck

Umpan balik yang diterima komunikator dari komunikan, akan tetapi datang dari

pesan itu sendiri atau dari komunikator itu sendiri.

c. Direct feed beck atau immediate feed beck

Umpan balik langsung dari suatu komunikasi, komunikan menggerakan salah satu

anggota badannya.

d. Inderect feed beck atau detaiged feed beck

Dalam bentuk surat kepada redaksi surat kabar, penyiar radio atau televise, dalam

hal ini merupan umpan balik menggunakan waktu.

e. Inferential feed beck

Umpan balik yang diterima dalam komunikasi masa yang disimpulkan sendiri

oleh komunikator meskipun tidak secara langsung, akan tetapi cukup relevan

dengan pesan yang disampaikan.

f. Zero feed beck

Hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh komunikator pada

komunikan dan komunikan menyampaikan umpan balik yang tidak dipahami oleh

komunikator.

g. Neuteral feed beck

73

Jemes G. Bobbins, Barbara, S. Jones. Loc. Cit. h. 11

Page 60: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Umpan balik yang neteral berarti bahwa informasi yang diterima kembali oleh

komuniukator tidak relevan dengan pesan yang disampaikan semula.

h. Positif feed beck

Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

mendapatkan tanggapan positif, misalnya dengan adanya penerima pada pesan

yang disampaikan.

i. Negatif feed beck

Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan dari

komunikan.74

Dari berbagai pengertian proses komunikasi diatas maka dapat penulis simpulkan

bahwa : dalam berkomunikasi harus ada kemauan antara komunikator dengan komunikan

dalam berlangsungnya proses komunikasi. Komunikasi berlangsung untuk memberikan

atau menyampaikan pesan yang dapat mengerti atau diterima, sehingga pesan-pesan

dapat dipahami dengan jelas. Bila pesan diterima dengan baik serasi dan selurus maka

proses komunikasi tersebut berlangsung dengan baik.

Proses komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan pesan

atau informasi. Apa yang difikirkan kemudian dilambangkan (simbol), baik berupa

ucapan atau isyarat gambar. Selanjutnya dengan melalui transmisi berupa media

perantara atau chennel misalnya telpon, surat, secara lisan dan lain-lain maka pesan yang

disampaikan tiba pada sipenerima.

Sistem komunikasi interpersonal, sebagai proses pengolahan informasi yang

disini kita sebut komunikasi interpersonal meliputi sensasi, persepsi, memori dan berfikir.

74

James G. Bobbins dan Barbara S. Jones. Komunikasi Yang Efektif. (CV. Pedoman Ilmu jaya

:Jakarta 2000), h. 129-133

Page 61: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Sedangkan sensasi adalah : proses penangkapan stimuli, sedangkan persepsi

adalah proses proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh

pengetahuan baru, dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi,

memori adalah proses penyimpanan informasi dan memanggilnya kembali, berfikir

adalah mengolah daan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau

memberikan respon.75

D. Komunikasi efektif Da'i dalam penyampaian pesan penanaman nilai agama

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.

Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami tetapi hubungan

diantara komunikan menjadi rusak. Komunikasi yang efektif meliputi banyak unsur,

tetapi hubungan interpersonal yang paling penting.

Ada 4 (empat) Buah model untuk menganalisa hubungan interpersonal :

1. Model pertukaran sosial (Social exchang model)

2. Model peranan (role model)

3. Model permainan (the games Peopleplay model)

4. Model interaksional (Interactional model)76

Ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi

interpersonal adalah:

75

Jalaludin Rahmad, Psikologi Komunikasi, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2000), h. 48

76 Ibid hal. 120

Page 62: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

1. Percaya (trust), didefinisikan sebagai mengadakan prilaku orang untuk mencapai

tujuan yang dihendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dari situasi yang

penuh resiko.

2. sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.

Orang yang bersikap defensif bila ia tidak menerima,tidak jujur dan tidak empatis.

3. Sikap terbuka (open midedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan

komunikasi interpersonal yang efektif.77

Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan menjadi hubungan interpersonal yang

efektif, harus mempunyai sikap percaya bersama-sama dengan sikap suportif dan sikap

terbuka, saling menghargai kepada kedua belah pihak yang menjalin hubungan, saling

menghargai antara da‟i dan mad‟u.

77

Ibid,hal. 129-136

Page 63: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

BAB III

KEGIATAN KEAGAMAAN DI MASJID RAYA AL- FURQON

BANDAR LAMPUNG

G. Gambaran Umum Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung

a. Priode Pertama tahun 1958 – 1969.

Masyarakat muslim Kota Tanjungkarang Telukbetung bersama

pemerintah Keresidenan Lampung ingin mendirikan masjid jami‟ untuk

tingkat Kresidenan yang lokasinya di pasar Bambu Kuning sekarang ini.

Panitia pembangunan masjid telah melakukan persiapan dan memulai

pekerjaan awal dengan pengadaan besi beton untuk tiang pancang masjid.

Namun ada pihak-pihak yang tidak setuju atas rencana pembangunan

masjid tsb yaitu dari pihak Komunis PKI dan dari pihak pengurus Greja

Marturia yang kebetulan berada dekat lokasi masjid tersebut. Disamping

itu ada pertimbangan lain bahwa lokasi tersebut kurang sesuai untuk

membangun masjid karena berada di tengah pasar sehingga nantinya akan

mengganggu pelaksanaan peribadatan ummat.

Selanjutnya dicarilah lokasi yang berada antara dua kota

Tanjungkarang dan Telukbetung yaitu sekitar Lungsir. Pada awal tahun

Page 64: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

1958 terbentuklah Panitia Pembangunan Masjid Jami‟ yang diberi nama

Al-Furqan berlokasi di jalan Diponegoro Lungsir Telukbetung.78

b. Priode kedua tahun 1969 – 1970.

Panitia Pembangunan Pertama Masjid Jami‟ Al-Furqan sejak

Januari 1958 berakhir pada tanggal 23 September 1969 setelah Lampung

menjadi Propinsi pada tahun 1964 dimana Panitia Pembangunan Masjid

Jami‟ Al-Furqan diremajakan melalui Surat Keputusan Gubernur Dati I

Propinsi Lampung nomor SK.No.G/134/VIII/ Th.1969 tanggal 23

September 1969 yang di tanda tangani oleh Zainal Abidin Pagar Alam

Gubernur Lampung.79

c. Priode ke tiga tahun 1970 – 1971.

Selanjutnya pada akhir tahun 1970 keadaan pembangunan lantai II

2 x 20 x 25 m = 1000 m2 telah selesai, maka pendayagunaan/pengelolaan

dan pemeliharaan masjid Al-Furqan oleh Panitia diserahkan kepada

Jawatan Urusan Agama Propinsi Dati I Lampung.80

d. Priode ke empat tahun 1971 – 1973.

Berdasarkan petunjuk dari Pemerintah cq Departemen Agama

dimana pemerintah tidak boleh sepenuhnya mengurus/mengelola atau

menguasai rumah ibadah yang biaya pembangunannya tidak sepenuhnya

78

Drs. Atman Ismail (Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung), interview, pada tanggal 11

November.

79 Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 11 November 2012

80 Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 11 November 2012

Page 65: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

dari pemerintah, maka oleh K.H.Ma‟mun Abdullah Kepala Jawatan

Urusan Agama Propinsi Dati I Lampung dengan surat Keputusan nomor

136/DI/I/71 tanggal 2 Januari 1971 kepengurusan Masjid Al-Furqan

diserahkan kepada Mayor(Purn)TNI H.M. Syohmin Ketua DPRD Propinsi

Lampung dkk.81

e. Priode ke lima tahun 1973- 1974.

Selanjutnya Kepala Inspeksi Urusan Agama Islam Propinsi

Lampung Drs.Nurullah Asa dengan tujuan tidak meluasnya penjarahan

tanah masjid digunakan oleh masyarakat ditunjuklah Kapten TNI Abdul

Karim wakil Ketua DPRD Kabupaten Lampung Selatan dan Kota

Tandjungkarang Telukbetung menjadi Ketua Pengurus Masjid Jami‟ Al-

Furqan dkk dengan surat Keputusan No.11/DI/BI/9/73 tanggal 18 Pebruari

1973.82

f. Priode ke enam tahun 1974 – 1974.

Oleh karena timbul juga berbagai masalah maka Kepala Kantor

Inspeksi Urusan Agama Dati I Lampung selaku Ketua Badan

Kesejahteraan Masjid (BKM) dengan surat nomor 11/BKM/1974 tanggal

7 Mei 1974 pelaksana pengelolaan Masjid Al-Furqan diserakan kepada

81

Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 11 November 2012

82 Observasi penulis, pada tanggal 18 November 2012

Page 66: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

ustazd Rusli Husien Guru Agama Islam Kota Tandjungkarang-

Telukbetung.83

g. Priode ke tujuh tahun 1974 – 1975.

Tujuan penggantian pengurus belum tercapai, permasalahan

tambah menjadi, maka Kepala Inspeksi Urusan Agama Dati I Lampung

menerbitkan Surat Keputusan Nomor 22/BKM/1974 tanggal 9 Nopember

1974 kepengurusan Masjid Jami‟Al-Furqan sbb.;

Ketua : K.H.Achmad Shabir glr Sidi Syaikh Ibnu Islam Lampung

Wakil Ketua : K.H.Achmad Mustafa

Sekretaris : Syarifuddin Hasan

Bendahara : Hasanusi Razak

Anggota : K.Arief Mahya2, Ust.H.Asnawi Rasyid, M.Samman

Banten.84

h. Priode ke delapan tahun 1975 – 1980.

Pada tanggal 5 September 1975 dihadapan Notaris nyonya Erny

Tjandrasasmita ,SH telah datang untuk membuat Akta Yayasan Masjid

Jami‟ Al-Furqan Lungsir yaitu ;

1. H.Syohmin

83

Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 18 November 2012

84 Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 24 November 2012

Page 67: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

2. Rafi‟un Rafdy

3. Raden Haji Hamim Husin

Atas nama pribadi dan atas kuasa lisan dari K.H.Zakaria

Nawawi, Raden Muhammad Sayid,Hasan Diah dan Muhammad

Yusuf Dja‟iz

Dengan Akta Yayasan No.6 Tahun 1975 dan dengan susunan Pengurus

Yayasan Masjid Jami‟ Al-Furqan Lungsir.85

i. Priode ke sembilan tahun 1980 – 1980.

Pada Tahun 1980 karena banyak diantara pengurus yang tercantum

dalam Akkta Notaris telah meninggal dunia,maka Pengurus Yayasan yang

ada menunjuk Pengurus Masjid Jami‟ Al-Furqan Lungsir dengan surat

tanggal 11 Juli 1980 yaitu :

Ketua : Raden Haji Muhammad Mangundiprodjo

Wakil Ketua : H.Dja‟far Amid

Sekretaris : Drs.H.Thabrani Dris

Wk.Sekretaris : H.M. Zen Dahlan,SH

Pembantu : H.Ismail Idris, .M.Suhaimi Ali (bilal), M.Husein (marbot).

j. Priode ke sepuluh tahun 1980 – 1996.

85

Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 24 November 2012

Page 68: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Oleh Penasehat Yayasan Masjid Jami‟Al-Furqan Lungsir yaitu

Gubernur KDH TK I Lampung meremajakan kepengurusan dengan

menerbitkan SK Nomor …………….Tanggal 4 September 1980 tentang

susunan Pengurus Yayasan Masjid Jami‟Al-Furqan Lungsir.86

k. Priode ke sebelas tahun 1996 – 1999

Pada tanggal 2 Mei 1991 Masjid Raya Nurul Ulum di Kompleks

Islamic Center Rajabasa Kota Bandar Lampung diresmikan oleh Menko

Kesra Soepardjo Roestam yang hak pengelolaan dan pembinaannya oleh

Gubernur Propinsi Lampung.Oleh karena itu Pemerintah Propinsi

Lampung mempunyai beban 2 (dua) buah Masjid ,sedangkan kota Bandar

Lampung belum ada masjid binaan.

Oleh karena itu Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat

I Lampung nomor 456/957/06/1996 tanggal 15 April 1996 dengan Berita

Acara Serah Terima Pada tanggal 17 April 1996 oleh Gubernur Lampung

Poedjono Pranyoto menyerahkan bangunan beserta tanahnya seluas

34.355 M2 dengan sertifikat nomor 4737379 (13/5) tanggal 23 Mei 1979

Surat ukur/gambar 462/1979 kepada Walikotamadya Bandar Lampung

Drs.H.Suharto untuk diurus,dibina dan dikelola oleh Pemerintah

Kotamadya Dati II Bandar Lampung, karena Pemda Propinsi Lampung

telah mengelola Masjid Raya Nurul Ulum di Komplek Islamic Center

Rajabasah Bandar Lampung.

86

Observasi penulis, dicatat pada tanggal 24 November 2012

Page 69: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Penyerahan tersebut baru terlealisir secara administrasi oleh

Walikota Bandar Lampung dengan suratnya nomor 232/02.2/HK/2006

tanggal 17 Juli 2006 tentang Penetapan Status Masjid Al-Furqan menjadi

Masjid Agung Kota Bandar Lampung , dimana Idaroh,Imaroh dan Ri‟ayah

masjid tersebut menjadi tanggung jawab pembinaannya oleh Pemerintah

Kota Bandar Lampung serta biaya pengelolaannya bersumber dari

Pemerintah dan Masyarakat muslim Kota Bandar Lampung.

Pada tanggal 31 Desember 1996 nomor G/545/B.VI/HK/1996 oleh

Poedjono Pranyoto Gubernur Lampung membentuk Panitia Pembangunan

dan Pengembangan Masjid Al-Furqan Bandar Lampung yang diketuai

oleh Drs.H.Suwardi Ramli, dan Panitia tsb mengeluarkan Surat Perintah

Tugas nomor 005/17/MJD-11.7/11/1998 tanggal 10 Juli 1998 untuk

melaksanakan pembangunan/renovasi masjid Al-Furqan dengan sewa

kelola.87

l. Priode ke duabelas tahun 1999 – 2004

Pada akhir tahun 1999 terjadi penggantian pengurus melalui Surat

Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bandar Lampung

nomor 324/BG.VII/ HK/1999 tanggal 11 Desember 1999.88

m. Priode ke tigabelas tahun 2006 – 2011

87

Drs. Atman Ismail ( Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ), interview pada tanggal 14

Desember 2012

88 Drs. Atman Ismail ( Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ), interview pada tanggal 14

Desember 2012

Page 70: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Dengan berakhirnya masa bhakti kepengurusan 1999-2004,

H.Dja‟far Amid selaku Ketua dalam keadaan „uzdur dan sebahagian

pengurus telah meninggal dan mutasi ke luar daerah, maka atas inisitatif

para pengurus yang ada diadakanlah rapat lengkap pada tanggal 14

Oktober 2005 yang hasilnya menunjuk 3 orang formateur yaitu :89

i. Drs.H.Eddy Sutrisno,MPd (Walikota Bandar Lampung)

ii. K.H.Arief Mahya (wk.ketua pengurus lama)

iii. Ust.Barmawi Wahid,BA (Ket.Bid.Peribadatan pengurus lama).

untuk menyusun kepengurusan lengkap masa bhakti 2006 – 2011

dan hasilnya diajukan kepada Walikota Bandar Lampung untuk

diterbitkan surat keputusannya.

Dari hasil formatur terbitlah Surat Keputusan Walikota Bandar

Lampung nomor 108/02.2/HK/2006 tanggal 28 April 2006 tentang

Susunan Pengurus Masjid Agung Al-Furqan Bandar Lampung Priode

2006 – 2011 sbb.;

Penasehat : 1. Walikota Bandar Lampung

2. Ketua DPRD Kota Bandar Lampung

3. Ka Kandepag Kota Bandar Lampung

4. Ketua MUI Kota Bandar Lampung

89

Drs. Atman Ismail ( Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ), interview pada tanggal 21

Desember 2012

Page 71: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

5. K.H.A.Shobier

6. H.Dja‟far Amid

7. DR.H.M.Achlami,MA

8. Drs.H.M.Farid Shobier,SH

K e t u a : Prof.DR.H.Musa Sueb,MA

Wakil Ketua : K.H.Arief Mahya

Wakil Ketua : Dr.H.Zamahsyari Sahli,MKM

Wakil Ketua : Ust.Barmawi Wahid,BA

Wakil Ketua : Ir. Prayitno

Wakil Ketua : H.M.Zen Dahlan,SH

Sekretaris : H.Choiruddin Islamy,SH

Wakil Sekretaris : Drs.Atman Ismail

Wakil Sekretaris : Drs.H.Adnan Nawawi M.L

Bendahara : H.Syahlulsyah,SH,MH.

Wakil Bendahara : Drs.H.Arifin Nur

Wakil Bendahara : Drs.Minhairin

Page 72: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Ketua Bidang Idaroh : Drs.H.A.Sardji,MM

H u m a s : Drs. Subeno

Drs.Atman Ismail

Ketua Bidang Imaroh K.H.A.Buchori Muslim,Lc,MA

Bidang Pengawasan : K.H.Hasan Jawaz (Ketua)

Drs.Harmain Agus

S o h a r i

Drs.Ujang Hafidz

Ust.Johardin Raba‟ie

Samiharto

Erly Fauzi Dhia,B.Sc

Bidang Khusus : Drs.H.Adnan Nawawi ML (Ketua)

Ust.Muhar

Ust.Johardin Raba‟ie.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota tersebut telah dilaksanakan

upacara pelantikan dan serah terima tugas/jabatan kepengurusan sekaligus

serah terima fisik dan administrasi pada tanggal 9 Mei 2006 berupa ;

Page 73: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

1. Materi serah terima uang kontan,cas bank dan deposito lebih

Rp. 700 juta.

2. Tanah sertifikat Hak Pakai atas nama Yayasan Masjid Jami‟

Al-FurqanLungsir seluas 34.395 M2 Sertifikat nomor 13/5

tanggal 23 Mei 1979 surat ukur/ gambar tanah nomor

462/1979.

3. Bangunan lantai I luas 45 x 63 m (2.835 M2) berupa aula

untuk pesta,1 ruang sekretariat dan 1 ruang perpustakaan,2

ruang rias,2 ruang samping 1 ruang belakang, 1 ruang wudluk

dan toilet.Lantai 2 luas 45 x 63 m ( 2.835 M2) tempat shalat

kapasitas 2000 orang,2 ruang samping ,dan 1 ruang wudlu dan

toilet.Lantai 3 luas 45 x 25 m (1125 M2) tempat shalat

kapasitas 1000 org tiang induk 13 bh, 6 tiang penyangga teras

dan 6 bh tangga Rumah kopel 2 unit(4 pintu) untuk imam,

marbut dll.

4. Menara setinggi 50 m.

5. Sebahagian tanah masih ditempati oleh masyarakat

(….rumah/kk).

6. Satu unit sekolah Raudlatul Athfal Perwanida II binaan Depag

Kota B.Lamp.

7. Satu unit Wisma Haji milik Depag Propinsi Lampung

Page 74: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Selanjutnya berdasarkan hasil rapat pengurus lengkap tanggal 20

Mei 2006, ditunjuklah Tim Penyusun Pedoman Pengelolaan,

Pemeliharaan,dan Pemakmuran(Anggaran Dasar/AD) serta Struktur

Organisasi dan Tata Kerja (Anggaran Rumah Tangga/ART) Masjid Agung

Al-Furqan Kota Bandar Lampung ,dengan Surat Keputusan nomor

02/MAAF/Kep/V/06 tanggal 20 Mei 2006 yaitu :

Ketua : Drs.H.Adnan Nawawi ML

Sekretaris : Drs.Atman Ismail

Anggota : 1. K.H.M.Arief Mahya

2. Ust.A.Barmawi Wahid,BA

3. dr.H.Zamahsyari Sahli ,MKM

Untuk melakukan verifikasi asset masjid dari serah terima fisik

material,maka terbitlah SK nomor 01/MAAF/KEP/V/06 tgl.20 Mei 2006

menugaskan 5 orang yaitu ;

1. Ir. Prayitno (Ketua)

2. H.Syahlulsah,SH

3. Drs.Arifin Nur

4. Drs.Minhairin

5. Drs.H.Adnan Nawawi ML

Untuk menghindarkan dari kesimpang siuran tata cara ubudiyah

khusus di Masjid Agung Al-Furqan Bandar Lampung,maka ditunjuklah

Page 75: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

suatu tim berdasarkan hasil rapat pengurus harian tanggal 3 Mei 2008

yaitu;

Ketua : K.H.Arief Mahya

Sekretaris : Drs.H.Adnan Nawawi ML

Anggota : K.H.Buchori Muslim,LC,MA

Ust.Barmawi Wahied,BA

Sebagai hasilnya telah diterbitkan surat keputusan pengurus nomor

Tanggal tentang Pedoman Ubudiyah Masjid Al-Furqan Kota Bandar

Lampung.

Pada MTQ Tingkat Propinsi Lampung di Sukadana Lampung

Timur , peserta Kota Bandar Lampung mendapat nilai terbaik ke 11 dari

11 Kabupaten/Kota se Propinsi Lampung.

Pada tahun 2007 telah diajukan proposal oleh Adnan Nawawi

untuk mengadakan Diklat Seni Baca Al-Qur‟an di Masjid Al-Furqan,

akhirnya disetujui setelah bulan Juli 2008 dengan program diadakan setiap

triwulan dengan peserta utusan dari Masjid Besar Kecamatan se Kota

Bandar Lampung dan diketahui oleh KUA Kecamatan.

Pada tahun 2007 juga telah dilaksanakan pengecatan ulang,rehab

ruang wudlu‟ dan kamar mandi,pemasangan talut batas tanah sebelah utara

sepanjang m

Page 76: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Penyusunan sejarah singkat Masjid Agung Al-Furqan Kota Bandar

bersumber dari bahan tertulis dan penjelasan lisan dari ;

1. K.H.Muchtar Hasan,SH.

2. K.H.Ahmad Shabier (alm) dengan data tertulis.

3. K.H.Arief Mahya dengan data tertulis.

4. Ust.A.Barmawi Wahied,BA dengan data tertulis dan lisan.

5. Makruf,ZA,S.Sos dengan data tertulis (pelaksana rehab dari dana

Poedjono Pranyoto) dan penjelasan lisan.

6. Drs.H.Syarifuddin Hasan (wawancara)

7. Drs.M.Hoed Abdul Manaf (wawancara)

8. Dra. Soemini Ham (wawancara)

Kemudian ditunjuk selaku tim penyusun sejarah Masjid Agung Al-

Furqan Kota Bandar Lampung sbb.;

Ketua : K.H.Arief Mahya

Sekretaris : Drs.H.Adnan Nawawi M.Lidin

Anggota : H.Chairuddin Islamy,SH

Ust.A.Barmawi Wahid,BA

Demikian sejarah singkat Masjid Agung Al-Furqan Kota Bandar

Lampung, tentunya masih banyak yang perlu dilengkapi dan

Page 77: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

disempurnakan sehingga baku dan menjadi sumber sejarah masa

mendatang.90

H. Kegiatan Komunikasi Interprsonal Da’I Dalam Penanaman Nilai- Nilai

Agama Mad’u di Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung.

Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang

paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur

di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita

digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian

kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan

pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang

disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi

seperti ini, manusia baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan

mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif yang harus

dimiliki seorang manusia.

Dan disini penulis akan menggambarkan kegiatan komunikasi

interpersonal Da‟I dalam penanaman nilai-nilai agama Mad‟u di Masjid Raya Al-

Furqon sesuai hasil observasi penulis sebelumnya.

Dalam suatu majelis itu terdiri dari Mad‟u dan Da‟I, majelis merupakan

satu kesatuan yang berinteraksi secara aktif karena hubungan antara Mad‟u dan

90 Dokumentasi, Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung, Dicatat Pada 11 November 2012

Page 78: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Da‟I tidak akan pernah putus sampai kapanpun, di ibaratkan guru dan murid atau

orang tua dan anak begitulah Da‟i dan Mad‟u.

Mad‟u yang soleh dan solehah merupakan cerminan dari keberhasilan

penanaman nilai-nilai agama mad‟u yang di lakukan oleh da‟I, dengan salah satu

caranya adalah mengkomunikasikan secara antar pribadi ajaran-ajaran Islam.

Dalam majelis yang sering melakukan pengajian sangat terlihat sekali

pengaruhnya, dimana bisa dilihat dari seringnya mad‟u hadir dalm majelis serta

aktif di dalam forum atau majelis sehingga terjalin hubungan yang harmonis

antara Da‟I dan Mad‟u.

Bila dalam suatu majelis tidak lagi terjalin hubungan yang harmonis antara

Da‟I dan Mad‟u maka hal tersebut akan menyebabkan komunikasi yang terjalin

tersebut akan berjalan tidak baik pula. Atau sebaliknya bila komunikasi yang atara

Mad‟u dan Da‟I tidak terjalin hubungan yang baik maka hubungan diantara

keduanya akan tidak baik pula, sehingga hal itu akan manjadikan timbul masalah

dalam diri Mad‟u, antara lain seperti mad‟u yang tidak betah lagi dalam majelis

dan bahkan sampai tidak lagi hadir dalam majelis dan sebagainya.

Mad‟u di majelis ini ( selama pengamatan penulis) antara usia 20-60 tahun

dan lebih dominan yaitu mad‟u laki-laki. Selain itu pula Ma‟du yang hadir dalam

majelis ini tidak hanya dari bandar lampung atau dari sekitaran Masjid Al-Furqon

saja bahkan dari luar kota juga ada dalam majelis ini. Selain itu dimana penulis

dapat mengamati secara langsung dan berlangsungnya komunikasi interpersonal

Page 79: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

antara Da‟I dan Mad‟u, penulis juga mengamati dalam majelis ini dimana waktu

sangat berperan penting bagi mad‟u.91

Ari Zubaidi :” Kegiatan pengajian di Masjid Al-Furqon ini menurut saya

sangat baik, mengingat semakin majunya zaman dan tekhnologi semakin

mukhtahir malah semakin banyak orang yang melupakan pentingnya keimanan

itu sendiri, sehingga melalui pengajian ini kita bias menanamkan ketaqwaan kita

kepada Allah SWT.92

Dedek Atmaja :” Saya mengikuti pengajian ini ketika saya sempat saja,

dikarenakan jarak tempat saya tinggal dengan masjid tidak begitu dekat, sehingga

saya bisa hadir di hari-hari tertentu saja, dimana saya sering hadir disaat

pemberian materi Fiqih yang disampaikan oleh Ustadz Ngisomudin.93

Selain itu itu juga dapat penulis jelaskan bahwasannya dalam

penyampaian materi seorang da‟I kepada mad‟u sudah cukup baik namun dalam

hal ini ada beberapa diantara mad‟u yang berbeda paham atau pendapat dalam

materi yang disampaikan oleh seorang Da‟I. Hal seperti ini tidak menutup

kemungkinan terjadinya gangguan komunikasi antara Da‟I dan Mad‟u, sehingga

tercipta hubungan yang tidak harmonis, sesuai apa yang penulis uraikan di atas

tersebut.

91

Observasi penulis, pada tanggal 25 Januari 2013

92 Ari Zubaidi (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 19 Februari 2013

93 Dedek Atmaja (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 19 Februari 2013

Page 80: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Dari uraian diatas maka dapatlah kita ketahui bahwa, perbedaan pendapat

(Faham) itu dapat mempengaruhi hubungan yang tidak harmonis antara Mad‟u

dan Da‟I, terutama hubungan dalam bentuk komunikasi antar pribadi karena hal

tersebut menjadikan mad‟u malas-malasan mengikuti majelis tersebut.

I. Proses Komunikasi Interpersinal Dalam Penanaman Nilai-Nilai Agama

Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia

mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai pedoman hidup, Islam

menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus dida‟wahkan dan

memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya. Sarana

yang dapat dilakukan dalam mentranformasikan nilai-nilai agama tersebut antara

lain melalui pengajian yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai

ajaran tersebut.

Pengajian merupakan suatu lembaga dakwah yang berupaya mengajak

masyarakat kepada kebajikan dan meninggalkan segala perbuatan yang dilarang

oleh Allah SWT. Dalam suatu pengajian, pastinya para da’i akan menemui

berbagai karakeristik jamaah yang berbeda-beda. Karena pada hakikatnya jamaah

pengajian terdiri dari kumpulan masyarakat yang memiliki latar belakang dan

kepribadian yang heterogen.

Meninjau keadaan para jamaah yang memiliki karakteristik yang berbeda-

beda, menuntut para da’i harus memahami situasi dan kondisi jamaah dari sudut

proses penyampaian. Untuk itu, dalam menyampaikan dakwah melalui pengajian

Page 81: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

hendaknya dilandasi degan suatu kebijaksanaan dan penyampaian dengan

pendekatan, agar pesan dakwah yang akan disampaikan dapat diterima olah

jamaah pengajian (mad’u). Dengan bekal pemahaman karakteristik para jamaah,

maka da’i dapat menentukan proses yang tepat untuk menyampaikan pesan

dakwah kepada jamaah pengajian (mad’u).

Pengajian At-Tafquh Fiddien dimulai pada pukul 05.15 Wib atau setelah

melaksanakan sholat subuh berjamaah, biasanya sebelum dilaksanakannya

pengajian ini seorang Da‟i juga memimpin sholat subuh secara berjamaah, yang

dikarenakan jama‟ah pengajian dari berbagai daerah yang ada di Bandar Lampung

oleh karena itu disini seorang Da‟i dituntut untuk hadir lebih dahulu daripada

jama‟ah pengajian At-Tafquh Fiddien.94

Ustad yang menjadi narasumber dalam pengajian ahad pagi bergantian

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Apabila jadwal yang telah ditentukan

ustad tersebut tidak bisa hadir atau izin maka akan digantikan oleh ustadz yang

lain yang sebelumnya sudah ada pemberitahuan kepada ustadz yang akan

menggantikan.

Jama‟ah pengajian At-Tafquh Fiddien ini cukup antusia mengikuti kegiatan

pengajian ini yang dilaksanakan satu minggu sekali yang dimulai pada minggu

kedua di setiap bulannya. Adapun aktivitas yang dilakukan pada pengajian At-

Tafaquh Fiddien Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung ini. Yaitu, berupa

pengajian agama yang dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Jadi

94

Observasi penulis, pada tanggal 26 Januari 2013

Page 82: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

aktivitas para jamaah yakni mendengarkan Ustadz menyampaikan materi ceramah

dan mengadakan tanya jawab apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti para

jamaah.95

Adapun materi yang disampaikan pada Pengajian At-Tafquh Fiddien

materi agama Islam, materi tentang aqidah, akhlak, Fiqih dan Tafsir Quran.

Materi tersebut diserahkan sepenuhnya kepada da‟i yang menyampaikan

pengajian.96

Tidak hanya itu, dalam proses penyampaian materi kepada mad‟u

sangatlah sulit dikarenakan perbedaan karakteristik mad‟u yang membuat proses

penyampaian itu harus maksimal, sihingga dapat di terima oleh Mad‟u lebih-lebih

dapat di aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Bpk. Ahmad Ngisomuddin. “ Proses penyampaian kepada Da‟i

beragam dan tidak pasif, maksudnya ketika seorang Da‟i ingin menyampaikan

materi dakwah kepada Mad‟unya proses pertama ialah mempersiapkan diri,

materi dan kondisi mad‟u. Dan ketika penyampaian itu berlangsung maka seorang

Da‟i tidaklah memberikan pernyataan-pernyataan yang bisa menyinggung

perasaan orang lain atau Mad‟u, pengolahan bahasa sangat diperlukan, dalam hal

ini bukanlah dai yang hanya pintar bergurau namun disini yang perlu ditekankan

95

Observasi penulis, pada tanggal 9 Februari 2013

96 Drs. Atman Ismail ( Sekretaris Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ), interview pada tanggal 15

Februari 2013

Page 83: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

adalah jelas tidaknya materi yang di samapaikan kepada Mad‟u sehingga materi

itu dapat di amalkan oleh Mad‟u.,”97

Komarudin.,” Saya melihat dan mendengarkan seorang ustadz

menyampaikan ceramah sudah baik dan tidak masalah. Menurut saya proses

penerimaan dari mad‟u yang tidak begitu baik. Bagaimana tidak, kebanyakan

mad‟u yang hadir itu sudah bukan usia muda lagi tetapi usia-usia yang layak

dibilang tua, dan yang kita ketahui usia-usia segitulah yang susah dan lemah

dalam mengingat dan berfikir.,”98

Melihat fenomena diatas dapatlah diketahui, bahwa proses komunikasi

dapat terjalin dengan baik haruslah ada keseimbangan antara Mad‟u dan Da‟i

yang mana seorang Da‟i harus menguasai penuh materi penyampaian serta

menyiapkan diri guna menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, sehingga dapat

atau terjadi timbal balik atau feedback di dalam majelis tersebut.

J. Tekhnik Komunikasi Interpersonal Dalam Penanaman Nilai Agama di

Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung.

Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana

tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah

97

Ahmad Ngisomudin ( Ustadz pengajian At-Tafaquh Fiddein Masjid Al-Furqon Bandar Lampung

), interview pada tanggal 19 Februari 2013

98 Komarudin ( Mad’u pengajian At-Tafaquh Fiddein Masjid Al-Furqon Bandar Lampung ),

interview pada tanggal 19 februari 2013

Page 84: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya,

maka usaha komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga

tergantung pada pemahaman pesan dan penerima. Jika penerima tidak mengerti

pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi

atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima

mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator

benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.

Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat

diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan

lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal,

misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang

adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar

kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.

Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam

berkomunikasi (communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki

communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan

gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka

pakai sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam

berkomunikasi.

Disini juga penulis akan menggambarkan bagaimana tekhik komunikasi

interpersonal dalam penanaman nilai agama di Masjid Raya Al-Furqon sesuai

hasil observasi penulis dalam kegiatan komunikasi di majelis At-Tafuquh Fiddien

ini.

Page 85: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Dalam majelis ini seorang Da'i dalam penyampaiannya menggunakan

bahasa yang lemah lembut dan sopan yang mungkin bisa lebih di pahami oleh

jamaah atau mad'u , selain itu juga penyampaian yang di lakukan seorang dai

tidak fakum atau membosankan mad'u. Disini seorang Da'i dalm penyampaiannya

menggunakan tekhnik atau cara tanya jawab.

Seorang Da'i mula-mula memaparkan semua materi nya dengan durasi

yang tidak sedikit, seorang Da'i memulai dan menyampaikan materi dakwahnya

sesudah sholat subuh yang di beri durasi tidak lebih dari 1 jam saja. Setelah

selesai memaparkan materinya seorang Da'i juga mengambil kesimpulan tentang

materi yang baru disampaikannya. Tidak hanya berhenti disitu saja, setelah

mengambil kesimpiulan dari materi yang sudah di sampaikan seorang Da'i

memberikan kesempatan kepada Mad'u yang kurang ataupun tidak jelas terhadap

materi itu untuk bertanya.

M. Anwar : “ Saya lebih suka penyampaian ceramah yang tidak begitu

banyak humornya, tetapi yang jelas dan mudah di mengerti yang lebih baik

dikarenakan itu yang penting . karena mudah di pahami oleh saya.99

Namun beda halnnya dengan Bapak A. Nawawi : “ Cukup baik, saya

mengikuti pengajian ini sudah lama, namun yang membuat dan memberatkan

saya untuk hadir hanya waktu saja, melihat kondisi saya yang tidak

99

M. Anwar (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 19 Februari 2013

Page 86: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

memungkinkan untuk tiap pengajian saya hadir, oleh karena itu saya lebih

mencari waktu luang saja.100

Menurut Prof. MA. Aclami M,Ag salah satu Da'i yang aktif dalam

pengajian At-Tafquh Fiddien ini mengatakan : " Selain tanya jawab dalam materi

atau permasalhan yang di sampaikan Mad'u juga sering bertanya langsung setelah

selesainya pengajian ini, setiap Mad'u tidak sama apa yang di tanyakan saat

bertatap muka secara langsung, selain materi yang di sampaikan banyak Mad'u

juga yang bertanya masalh intern atau dalam kehidupannya dan semua terkait

dalam nilai keagamaan.101

Menurut Bapak Sulistyo jama‟ah pengajian At-Tafaquh Fiddien “

Komunikasi yang terjadi di majelis Tafaquh Fiddien ini sudah baik, hanya saja

ada beberapa materi yang disampaikan Da‟I kurang di fahaminya yang di

sebabkan oleh penyampaian yang kurang jelas serta beberapa materi yang sudah

di sampaikan pada pertemuan sebelumnya tidak di singgung atau di ulas saat

pertemuan berikutnya.102

K.H. Buchori Muslim, LC. MA :” Sama halanya dengan Da‟I yang lain

namun dalam penyampaian saya lebih memilih tekhnik yang mudah dimengerti

oleh mad‟u yang sebelumnya saya tanyakan kepada semua mad‟u baik sebelum

atau sesudahnya majelis sehingga saya dapat memahami keinginan mad‟u. selain

100

A. Nawawi (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 19 Februari 2013

101

. Prof. MA. Aclami M,Ag (Da'i Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 22 Januari 2013

102

. Bapak Sulistyo (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 9 Februari 2013

Page 87: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

itu da‟I juga memberikan kebebasan kepada mad‟u untuk bertanya seputar

permasalahan aqidah.103

Bapak Hi. Heru Tugiono dari majelis Muawanah Kedaton Bandar

Lampung " Cara Penyampaian materi seorang Da'i itu sudah baik, hanya saja

jadwal mengajar antar materi pengajar yang satu ke materi pengajar yang lain itu

sangat lama, di karena dalam satu bulan kami hanya lebih kurangnya 1 atau 2 kali

bertemu dengan pemateri atau Da'i dengan materi atau bahasan yang sama,

mengingat usia saya yang sudah tidak lagi muda membuat ingatan saya lemah.104

Dari uraian diatas maka dapatlah di ketahui bahwa, tidak efektifnya

komunikasi serta hubungan yang harmonis antara Da'i dan Mad'u terjadi karena

perbedaan faham terutama hubungan dalam bentuk komunikasi antarpribadi

karena hal tersebut manjadikan mereka tidak dapat lagi menjadikan fungsi dan

tanggung jawab masing-masing dan menyebabkan timbulnya kemalasan pada diri

Mad'u untuk melakukan majelis tersebut.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Da'i Dalam

Penanaman Nilai- Nilai Agama Mad’u

103

. K.H. Buchori Muslim, LC. MA (Da'i Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 07 Maret

2013

104

. Bapak Hi. Heru Tugiono (Mad'u Majelis At-Tafaquh Fiddien), Interview, Pada 9 Februari 2013

Page 88: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Dalam melaksanakan komunikasi interpersonal untuk meningkatkan

penanaman nilai-nilai agama mad'u, sering ditemui faktor-faktor yang dipelancar

dan menghambat gerak langkah komunikasi yang dilaksanakan.

Adapun faktor- faktor pendukung dan penghambat dalm melaksanakan komunikasi

interpersonal untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai agama adalah sebagi

berikut :

1. Faktor- faktor Pendukung dan penghambat

Yang merupakan faktor- faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakn

komunikasi interpersonal untuk penanaman nilai agama adalah :

a. Mayoritas jama'ah sudah dewasa (20-40 tahun)

Sebagaimana telah di kemukakan diatas bahwa jama'ah pengajian At-tafquh

Fiddien ini mayoritas laki-laki dan sudah dewasa, sehingga hal ini

memudahkan Da'i untuk menyampaikan materi kepada Mad'u dalam

penanaman nilai agama.105

b. Semua Da'i berpengalaman dan berwawasan terhadap agama

Hal ini memudahkan Da'i untuk membimbing Mad'u untuk melaksanakan serta

mengamalkan ajaran agama sesuai yang di tanamkan oleh Da'i itu sendiri.106

c. Sarana Pengajian Yang Memadai

Sarana Pengajian yang ada di Masjid Raya Al-Furqon cukup memadai bagi

pelaksana penanaman nilai-nilai agama atau sebagai sarana ibadah, yaitu

105 Observasi Penulis, pada tanggal Pada 9 Februari 2013

106

Observasi Penulis, pada tanggal Pada 9 Februari 2013

Page 89: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

berupa sound sistem dan penerangan cukup serta tempat yang luas yang

memungkinkan kenyamanan dalam penyampaian nilai-nilai agama.107

Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan komunikasi

interpersonal dalam penanaman nilai-nilai agama adalah :

a. Perbedaan paham

Terjadinya perbedaan paham ini terjadi antara Da'i dan Mad'u, hal ini yang

membuat terjadi ketidak harmonisan dalam kegiatan komunikasi interpersonal

dalam penanaman nilai agama tersebut, sehingga membuat beberapa madu

malas dalam mengikuti majelis ini.108

b. Waktu pelaksanaan pengajian yang kurang tepat

Sebagaimana yang penulis uraikan sebelumnya di atas, jamaah pengajianAt-

Tafquh Fiddien ini buka saja dari sekitaran Masjid Raya Al-Furqon, jamaah

terbagi dari beberapa daerah di bandar lampung, seperti Kemiling, Rajabasa,

Teluk Betung, Panjang dan Palapa. Pengajian itu sendiri di mulai setelah

sholat subuh berkisar pukul 05.15 Wib di hari Sabtu. Sedangkan jamaah itu

sendiri mayoritas dewasa dan orang tua yang sudah berkeluarga, sehingga di

waktu seperti itu mereka sedang sibuk karena tidak semuanya pegawai negeri

sipil yang di hari Sabtu libur.109

c. Usia jamaah yang sudah lanjut usia (50-60 tahun)

107 Observasi Penulis, pada tanggal Pada 9 Februari 2013

108

Observasi Penulis, pada tanggal Pada 9 Februari 2013

109 Observasi Penulis, pada tanggal Pada 16 Februari 2013

Page 90: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

hal ini yang mempengaruhi komunikasi interpersonal tidak efektik, karena usia

segitu jamah mempunyai kelemahan dalam berfikir baik berupa pengingatan

maupun kesehatan.110

110

Observasi Penulis, pada tanggal Pada 23 Maret 2013

Page 91: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

BAB IV

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DA'I DAN MAD'U

DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA

A. Proses Komunikasi Interpersonal Antara Da'i dan Mad'u Dalam Penanaman

Nilai Ajaran Agama.

Dalam suatu majelis tentulah seorang Da'i selalu berupaya mengadakan komunikasi

tentang ajaran-ajatran Islam kepada Mad'unya, karena bagi masyarakat muslim ajaran

Islam tersebut merupakan pedoman hidupnya. Oleh karena itu mengkomunikasikan

ajaran-ajaran Islam secara interpersinal memiliki peranan yang sangat penting sekali.

Dakwah dalam Islam merupakan tugas yang sangat mulia, yang juga tugas para

Nabi dan Rasul, juga merupakan tanggung jawab seorang muslim. Dakwah bukanlah

pekerjaan mudah, tidak mudah seperti membalikan telapak tangan, dan juga tidak dapat

di lakukan oleh sembarang orang. Seorang da‟I harus mempunyai persiapan-persiapan

yang matang baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Sangat susuah di

bayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da‟I tidak mempunyai ilmu

pengetahuan yang memadai dan tingkah laku yang buruk baik secara pribadi ataupun

sosial.

Seorang Da'i yang menyampaikan dakwah kepada Mad'unya haruslah efektif,

sehingga pesan atau materi dakwah dapat diterima oleh Mad'unya serta dapat di

Page 92: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan semua tergantung dari proses penyampaian

Da'i itu sendiri, sehingga mendapatkan feedback dari materi yang disamapaikannya itu.

Sudah kita ketahui di BAB sebelumnya bahwa proses komunikasi adalah bagaimana

komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan

suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi

ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan

komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan.

Sedangkan tahapan proses komunikasi itu diantaranya : Penginterpretasian,

Penyandian, Pengiriman, Perjalanan, Penerimaan, Penyandian balik dan

Penginterpretasian. Sedangkan proses komunikasi interpersonal Da‟I kepada Mad‟u

dapat penulis paparkan sesuai dengan kondisi di lapangan terbagi dua, yaitu:

1. Proses Komunikasi Linier

Dalam konteks komunikasi proses secara linear adalah proses penyampaian

pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi

linear ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face

communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia (mediated

communication). Komunikasi tatap muka, baik komunikasi antarpribadi

(interpersonal communication) maupun komunikasi kelompok (group

communication) meskipun memungkinkan terjadinya dialog, tetapi adakalanya

berlangsung linear.

Contoh yang ada dilapangan adalah seorang komunikator atau Da‟i memberikan

materi dakwah kepada komunikan atau Mad‟u dan contoh lainnya adalah ketika

Page 93: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

seorang komunikator atau Da‟i memberikan teguran terhadap komunikan atau

Mad‟u ketika keadaan forum atau majelis terasa gaduh.

2. Proses Komunikasi sirkuler

Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses secara sirkular

itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari

komunikan ke komunikator. Oleh karena itu ada kalanya feedback tersebut

mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah "response" atau tanggapan

komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.

Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting, karena

dengan terjadinya umpan balik komunikator mengetahui apakah komunikasinya

itu berhasil atau gagal, dengan lain perkataan apakah umpan baliknya itu positif

atau negatif. Dalam situasi komunikasi tatap muka komunikator akan

mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia sedang melontarkan pesannya.

Umpan balik jenis ini dinamakan immediate feedback (umpan balik seketika atau

umpan balik langsung).

B. Tekhnik Komunikasi Interpersonal Dalam Penanaman Nilai Agama

Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-

orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan

yang ingin dicapai.

Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada

pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang

diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan,

sehingga tidak terjadi salah persepsi.

Page 94: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Dalam komunikasi efektif terdapat 5 buah pondasi yang dapat membangun

komunikasi efektif

a. Berusaha benar-benar

b. Memenuhi komitmen atau janji

c. Menjelaskan harapan

d. Meminta maaf dengan tulus saat kita berbuat kesalahan

e. Memperlihatkan integritas pribadi

Sebagaimana yang kita ketahui Teknik Komunikasi adalah proses penyampaian

informasi dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi interaksi diantara keduanya untuk

menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan media komunikasi. Sedangkan

teknik komunikasi interpersonal adalah berkomunikasi secara menarik dan jelas

sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam

komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri

antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan.

Teknik komunikasi interpersonal adalah berkomunikasi secara menarik dan

jelas sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam

komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri

antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan.

Beberapa tekhnik komunikasi:

1. Kounikasi Persuasif

Page 95: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Adalah komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi pilihan komunikan.

Komunikasi persuasif dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan

mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.

komunikasi persuasif adalah suatu teknik mempengaruhi manusia dengan

memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang

hendak dipengaruhi. Teknik komunikasi persuasif dapat dilakukan dengan cara

(acceptance device),yaitu penyampaian pesan dengan kata-kata atau simbol-simbol

komunikasi yang memberikan asosiasi yang menyenangkan,cara ini dapat

dipergunakan untuk memperoleh penerimaan acceptance,kepercayaan

confidence,dukungan support dan partisipasi masyarakat,rejection device,yaitu

penyampaian pesan dengan kata-kata tau simbol-simbol komunikasi yang

membangkitkan rasa khawatir atau takut fear arousing,testimonal device,yaitu

pesan/ajakan dilakukan dengan cara mensitir, kata-kata, pendapat orang-orang yang

terkenal, atau dalil-dalil penguat,bandwagon device, yaitu persuasidengan cara

menyediakan suporter atau tukang tepuk. Komunikasi Koersif (Coercive

communication).

Contoh yang ada dilapangan seperti seorang Da‟I memberikan materi yang

tidak monoton , maksudnya jika seorang da‟I memberi materi tentang api neraka

untuk orang-orang yang mengingkari agama maka harus di selingi dengan syurga

juga tersedia bagi orang-orang yang menjalani perintah-perintah Allah SWT.

Sehinggga dengan demikian mad‟u dapat memahami pesan yang disampaikan serta

menjadi semangat untuk mendengarkan dan mengaplikasikan materi yang ada dalam

kehidupannya.

Page 96: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

2. Komunikasi informatif (Informative Communication)

Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberitahukan sesuatu. Disini komunikator tidak mengharapkan efek apa-apa dari

komunikan, semata-mata hanya agar komunikan tahu saja. Bahwa kemudian efeknya

ada, apakah itu positif ataukah negative komunikator tidak mempersoalkannya, tapi

sudah tentu ia mengharapkan efek positif.

Sedangkan tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama itu

sendiri bagaimana cara seorang komunikator (Da'i) dalam menyampaikan pesan

(message) kepada komunikan (Mad'u) secara menarik dan jelas sehingga dapat

dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi sehingga

Mad'u dapat mengaplikasikanny didalam kehidupan bermasyarakat serta tercipta

masyarakat yang madani.

Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat

diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar.

Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal

dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah

berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya

merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.

Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-

tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat

perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha

komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada

pemahaman pesan dan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka

Page 97: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau

mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin

tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar

memberikan arti apa yang dikatakan.

Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam

berkomunikasi (communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki

communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya

yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai

sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.

Sebagai suatu aktivitas, pastinya dalam komunikasi penanaman nilai-nilai agama

pada Pengajian At-Tafaquh Fiddien Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung ada

faktor yang mendukung dan menghambat. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil

wawancara penulis baik lisan maupun melalui wawancara dengan beberapa da‟i

Pengajian At-Tafaquh Fiddien Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung serta

didukung hasil interview penulis yang telah diungkapkan di bab sebelumnya.

3. Komunikasi Dialog Interaktif

Dialog adalah percakapan dua orang atau lebih. Dialog Interaktif adalah

percakapan yang dilakukan di televisi, radio atau forum yang dapat melibatkan

pemirsa atau pendengar. Adapun narasumber yang dipilih adalah orang yang tahu

persis tentang informasi/materi yang ingin disampaikan.

komunikasi dialog interaktif dapat diartikan juga proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan dengan adanya suatu aksi atau tanggapan secara

langsung baik melalui media maupun tidak melalui media. komunikasi interaktif

Page 98: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

disini juga bisa berarti bahwa proses dalam komunikasi sendiri menimbulkan

tanggapan secara langsung dari penerima pesan.

Satu contoh yang ada dilapangan, seorang Da‟I yang memberikan materi di

majelis kepada mad‟u baik berupa lisan maupun tulisan, baik pengirim maupun

penerima pesan bisa langsung berinteraksi ataupun bisa mendapatkan feedback atau

umpan balik dari penerima pesan atau komunikan.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interpersonal Dalam

Penanaman Nilai- Nilai Keagamaan Antara Da'i dan Mad’u

Adapun yang menjadi faktor pendukung komunikasi interpersonal dalam

penanaman nilai-nilai agama antara Da'i dan Mad'u pada Pengajian At-Tafaquh Fiddien

Masjid Raya Al-Furqon Bandar Lampung yaitu :

1. Faktor Pendukung

a. Mayoritas jama'ah sudah dewasa

Sebagaimana telah di kemukakan diatas bahwa jama'ah pengajian At-tafquh Fiddien

ini mayoritas laki-laki dan sudah dewasa, sedangkan usia dewasa disini berkisar

dari 20-40 tahun,sehingga hal ini memudahkan Da'i untuk menyampaikan materi

kepada Mad'u dalam penanaman nilai agama.

b. Semua Da'i berpengalaman dan berwawasan terhadap agama

Hal ini memudahkan Da'i untuk membimbing Mad'u untuk melaksanakan serta

mengamalkan ajaran agama sesuai yang di tanamkan oleh Da'i itu sendiri.

c. Sarana Pengajian Yang Memadai

Page 99: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Sarana Pengajian yang ada di Masjid Raya Al-Furqon cukup memadai bagi pelaksana

penanaman nilai-nilai agama atau sebagai sarana ibadah, yaitu berupa sound

sistem dan penerangan cukup serta tempat yang luas yang memungkinkan

kenyamanan dalam penyampaian nilai-nilai agama.

2. Faktor Penghambat

a. Perbedaan paham

terjadinya perbedaan paham ini terjadi antara Da'i dan Mad'u, hal ini yang

membuat terjadi ketidak harmonisan dalam kegiatan komunikasi interpersonal

dalam penanaman nilai agama tersebut, sehingga membuat beberapa madu

malas dalam mengikuti majelis ini.

b. Waktu pelaksanaan pengajian yang kurang tepat

Sebagaimana yang penulis uraikan sebelumnya di atas, jamaah pengajianAt-

Tafquh Fiddien ini buka saja dari sekitaran Masjid Raya Al-Furqon, jamaah

terbagi dari beberapa daerah di bandar lampung, seperti Kemiling, Rajabasa,

Teluk Betung, Panjang dan Palapa. Pengajian itu sendiri di mulai setelah

sholat subuh berkisar pukul 05.15 Wib di hari Sabtu. Sedangkan jamaah itu

sendiri mayoritas dewasa dan orang tua yang sudah berkeluarga, sehingga di

waktu seperti itu mereka sedang sibuk karena tidak semuanya pegawai negeri

sipil yang di hari Sabtu libur.

c. Usia jamaah yang sudah lanjut usia

Usia lanjut yang dimaksud peneliti ialah berkisar 50-60 tahun sehingga hal ini

yang mempengaruhi komunikasi interpersonal tidak efektik, karena di usia

Page 100: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

lanjut jamah mempunyai kelemahan dalam berfikir baik berupa pengingatan

maupun kesehatan.

Page 101: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bertitik tolak dari pokok pembahasan yang diangkat oleh penulis Komunikasi

Interpersonal Antara Da'i dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai-Nilai Agama Di Masjid

Raya Al-Furqon Bandar Lampung. Maka penulis memberikan beberapa kesimpulan

sebagai hasil analisis data yang telah penulis lakukan berdasarkan permasalahan yang

telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai

berikut:

3. Proses komunikasi dalam penanaman nilai agama di Masjid Raya Al-Furqon Bandar

Lampung dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Proses Komunikasi Linier

b. Proses Komunikasi sirkuler

4. Tekhnik komunikasi interpersonal dalam penanaman nilai agama di Masjid RayaAl-

Furqon Bandar Lampung antaralain dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Tekhnik Kounikasi Persuasif

b. Komunikasi informatif (Informative Communication)

c. Komunikasi Dialog Interaktif

Page 102: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

5. Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi interpersinal

dalam penanamna nilai-nilai agama pada Pengajian At-tafaquh Fiddien Masjid

RayaAl-Furqon Bandar Lampung yaitu:

d. Faktor Pendukung

1) Mayoritas jama'ah sudah dewasa (usia 20-40 tahun)

2) Semua Da'i berpengalaman dan berwawasan terhadap agama

3) Sarana Pengajian Yang Memadai

e. Faktor Penghambat

1) Perbedaan paham

2) Waktu pelaksanaan pengajian yang kurang tepat

3) Usia jamaah yang sudah lanjut usia (usia 50-60 tahun)

B. Saran

Kepada mad’u hendaknya memanfaatkan pengajian At-Tafaquh Fiddien sebagai

sarana mengembangkan potensi keagamaan dengan tujuan dunia akhirat. Kepada para

akademisi yang memiliki kualifikasi di bidang dakwah hendaknya membekali diri

dengan pendekatan dakwah dan diharapkan dapat diaplikasikan pada kegiatan

dakwah melalui berbagai pengajian-pengajian yang ada dimasyarakat.

Kepada da'i hendaknya berupaya menjalin hubungan yang baik dengan mad'u

sehingga pesan keagamaan yang hendak disampaikan dapat berjalan dengan baik dan

efektif.

C. Penutup

Page 103: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya , sehingga penulisan dan penelitian skripsi ini dapat

terselesaikan.dan semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan , memberikan

manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis mengucapkan rasa syukur yang sedalam

dalamnya dan semoga penulis selalu dalam lindunganya. Dengan rasa sadar apabila

penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan penulis mohon maaf kepada

pembaca dan kepada Allah SWT Mohon ampunanya.Semoga Allah SWt senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.Aamiin.

Page 104: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

DAFTAR PUSTAKA

A. Zainudin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, CV. Pustaka

Setia: Bandung, 1999

A.G. Lunandi.Komunikasi Mengena Meningkatkan Efektifitas komunikasi

Antarpribadi,Kansius:Yogyakata, 2001

Abdullah Nasikhulwan, Merajuk Keping-keping Ukhuwah, CV. Ramadhani, Solo, 1989

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Rajawali Pers:Jakarta, 1992

Christina, Komunikasi Kebidanan, EGC.Jakarta, 2003

Dep,Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka,1989

Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi,

Yogykarta: Liberty, 1984

Enjang AS dan ,Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah,Widya Padjadjaran,Bogor,t.th

H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Study, Raneka Cipta: Jakarta, 2000

Page 105: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo:Jakarta, 2003

Hafeld Cangra, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta,

2000

Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, Bulan Bintang , Jakarta, 1992

Jalaludin Rahmad, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2000

James G. bobbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif, CV. Pedoman

Ilmu Jaya: Jakarta, 2006

K.H. Nasrudin Razak, Dienul Islam, Pt. Alma'arif : Bandung, 1973

Kartino Kartono, Pengantar Metode Risep Sosial, Penerbit Alumni:Bandung,1986

Kartino Kartono, Pengantar Metode Risep Sosial,PenerbitAlumni: Bandung,1986

Koencoro Ningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat PT. Gramedia: Jakarta,

1983

Lexy L. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya:

Bandung,2006

Liliweri, Komunikasi Interpersonal, Citra Aditya Bakti: Bandung, 1991

Moh. Adnan Harahap. Dakwah Dalam Teori dan Praktek. Sumbangsih: Yogyakarta,

1977

Page 106: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Mudjam Mahalli. Kewajiban Timbal balik Orang Tua Anak. Mitra Pustaka: Yogyakarta,

2000

Onong Uchyana Effendy,Komunikasi Teori dan Praktek,Jakarta, 2000

Rohim dan Syaiful, Teori komunikasi : perspektif, ragam, dan aplikasi Rineka Cipta:

Jakarta, 2009

Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, Cv. Pustaka Ceria:Bandung,2008

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta:

Jakarta, 1989

Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam,Sinar Baru, 1992

Supratikna, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikansius, Jakarta

Sutrisno Hadi Metode Riset Jilid III, Cet, XX, Fakultas Psikologi UGM, Jogjakarta

1991

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Andi Offset: Yogyakarta, 1991

Toto Suryana Af, et al.,Tiga Mutiara, Bandung, 1997

Toto Tasmara. Komunikasi dakwah. Gaya Media Pratama: Jakarta, 1987

Page 107: Komunikasi Interpersonal Antara Da'i Dan Mad'u Dalam Penanaman Nilai Agama Di Masjid Raya Al-furqon (Arsudin s.kom.i)

Tyastuti, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Fitramaya,

Yogyakarta, 2004

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cet III, PT Grasindo, Jakarta, 2006

Zakiah Darajat.dkk, Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada

Perguruan Tinggi Umum, Bulan Bintang, Jakarta, 1984