Struma Nodosa Non Toksik
-
Upload
andi-fadly -
Category
Documents
-
view
75 -
download
0
description
Transcript of Struma Nodosa Non Toksik
PRESENTASI KASUS
STRUMA NODOSA NON TOKSIK
Pembimbing:
dr. Eko Yuwono
Oleh:
dr. Andi Fadly
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PPSDM KESEHATAN
2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Usia : 36 tahun
No. RM : 3176
Alamat : Kenanga 07/04
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Tgl. Kunjungan :29 Januari 2014
Balai Pengobatan : Umum
Data Biologik
o TB : 157 cm
o BB : 58 kg
o Habitus : Astenikus
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama: Benjolan di leher yang terus membesar sejak ± 1 bulan lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan pertama kali terasa timbul pada 1 tahun lalu. Awalnya benjolan terasa
sebesar biji salak. Lalu sejak 1 bulan lalu, benjolan mulai terasa membesar.
Demam, sesak napas, suara serak, peningkatan maupun penurunan berat badan,
dan peningkatan maupun penurunan nafsu makan disangkal. Pasien juga
menyangkal keluhan berkeringat berlebih, merasa sering kedinginan, BAB sering
cair maupun keras, dan bengkak pada tungkai. Pasien sudah berobat ke dokter
klinik sebelumnya, dan diberikan Thyrax® selama 1 minggu, namun tidak
membaik.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya, riwayat kencing manis, serta tekanan darah
tinggi disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat penyakit tumor atau
kanker pada keluarga disangkal.
e. Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Riwayat tinggal di daerah pegunungan sebelumnya, riwayat menjalankan pola
diet tertentu, riwayat merokok, konsumsi alcohol, serta riwayat keluhan serupa di
lingkungan tempat tinggal disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
c. Tekanan darah : 110/70 mmHg
d. Nadi : 86 x/mnt
e. Suhu : 36,7 °C
f. Pernapasan : 18 x/mnt
g. Kepala : normocephali
h. Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
i. Mulut : mukosa kering (-)
j. Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar getah bening tidak teraba
membesar
k. Toraks : napas vesikular, rhonkhi -/-, wheezing -/-
l. Cor : S1 S2 reg; murmur (-): gallop (-)
m. Abdomen : datar, bising usus (+) normal, supel, hepar dan lien tidak
teraba membesar, nyeri tekan (-)
n. Ekstremitas : edema (-), capillary refill time <2 detik, akral hangat
o. Status lokalis
i. Tampak benjolan di regio colli anterior, hiperemis (-), bergerak saat
menelan.
ii. Teraba benjolan di regio colli anterior ukuran 7x10 cm, batas tegas, lunak,
permukaan rata, suhu sama dengan kulit sekitar, nyeri tekan (-), bergerak
saat menelan.
iii. Pemberton’s sign (-).
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIPERLUKAN
a. TSH
b. FT4
c. FNAB
d. USG
e. CT Scan
f. MRI
V. DIAGNOSIS HOLISTIK
a. Diagnosis klinis : SNNT
b. Diagnosis psikologis : Susp. depresi
c. Diagnosis sosial : Gangguan kosmetik
VI. STRATEGI PENANGANAN MASALAH
a. Diagnosis klinis : Rujuk Sp. PD
b. Diagnosis psikologis : Pembedahan
c. Diagnosis sosial : Pembedahan
VII. ALASAN KONSULTASI DAN RUJUKAN
a. Tanda obyektif : Nodul tiroid yang berpotensi menjadi ganas.
b. Tanda subyektif : Nodul tiroid yang merusak penampilan.
VIII. PEMBAHASAN KEPUSTAKAAN
STRUMA NODOSA NON TOKSIK (NODUL TIROID)
Pendahuluan
Nodul tiroid merupakan neoplasia endokrin yang paling sering ditemukan di klinik.
Karena lokasi anatomik kelenjar tiroid yang unik, yaitu berada di superfisial, maka nodul tiroid
dengan mudah dapat dideteksi baik melalui pemeriksaan fisik maupun dengan menggunakan
berbagai moda diagnostik seperti USG, sidik tiroid (skintigrafi), atau CT scan. Yang menjadi
kepedulian klinik adalah kemungkinan nodul tersebut ganas, di samping keluhan pasien seperti
perasaan tidak nyaman karena tekanan mekanik nodul terhadap organ di sekitarnya serta masalah
kosmetik. Diperlukan uji saring yang cukup spesifik untuk mendeteksi keganasan mengingat
kemungkinannya hanya sekitar 5% dari nodul yang ditemukan di klinik.
Dasar pemikiran pengelolaan nodul tiroid adalah bagaimana mendeteksi karsinoma yang
mungkin ditemukan hanya pada sebagian kecil pasien, serta menghindarkan pembedahan atau
tindakan lain yang sebenarnya tidak perlu pada sebagian besar pasien lainnya. Untuk itu perlu
dipahami patogenesis, karakteristik nodul serta penilaian risiko, manfaat spesifik dan
keterbatasan alat uji diagnostik serta jenis tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan.
Definisi dan Klasifikasi
Nodul tiroid sering juga disebut dengan adenoma tiroid. Istilah adenoma mempunyai arti
yang lebih spesifik yaitu pertumbuhan jinak jaringan baru yang struktur kelenjar, sedangkan
istilah nodul tidak spesifik karena dapat berupa kista, karsinoma, lobul dari jaringan normal, atau
lesi fokal lain yang berbeda dari jaringan normal.
Secara klinis, nodul dibagi menjadi nodul tunggal (soliter) atau multipel, sedangkan
berdasarkan fungsinya bisa didapatkan nodul hiperfungsi, hipofungsi, atau berfungsi normal.
Klasifikasi Nodul Tiroid Berdasarkan EtiologiAdenoma Karsinoma
Adenoma makrofolikuler (koloid sederhana)Adenoma mikrofolikuler (fetal)Adenoma embrional (trabekular)Adenoma sel Hurthle (oksifilik, onkositik)Adenoma atipikAdenoma dengan papilaSignet-ring adenoma
Papiler (75%)Folikuler (10%)Meduler (5-10%)Anaplastik (5%)Lain-lain: limfoma tiroid (5%)
Kista Lain-lainKista sederhana (simple cyst)Tumor kistik/padat (perdarahan, nekrotik)
Nodul kolloidNodul dominan pada struma multinodosa
Inflamasi tiroidTiroiditis subakutTiroiditis limfositik kronikPenyakit granulomatosaGangguan pertumbuhanDermoidAgenesis lobus tiroid unilateral (jarang)
Prevalensi
Prevalensi nodul tiroid berkisar 5-50% bergantung pada populasi tertentu dan sensitivitas
dari teknik deteksi; prebalensi nodul tiroid meningkat sesuai dengan umur, keterpajanan terhadap
radiasi pengion dan defisiensi iodium. Di Amerika Serikat prevalensi nodul tiroid soliter sekitar
4-7% dari penduduk dewasa, 3-4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Nodul akan
ditemukan lebih banyak lagi pada waktu operasi, autopsi, dan dari hasil pemeriksaan USG yang
tidak terdeteksi secara klinis. Pada autopsi nodularitas ditemukan pada sekitar 37% dari populasi,
12% di antaranya dari kelompok yang awalnya dianggap sebagai nodul soliter. Untungnya hanya
sebagian kecil yaitu kurang dari 5% nodul tiroid soliter ganas. Belum ada data epidemiologi
mengenai prevalensi nodul tiroid di berbagai daerah di Indonesia yang dikenal memiliki tipologi
geografis dan konsumsi iodium yang bervariasi.
Patogenesis dan Perjalanan Penyakit
Lingkungan, genetik, dan proses autoimun dianggap merupakan faktor-faktor penting
dalam patogenesis nodul tiroid. Namun masih belum dimengerti sepenuhnya proses perubahan
atau pertumbuhan sel-sel folikel tiroid menjadi nodul. Konsep yang selama ini dianut bahwa
TSH secara sinergistik bekerja dengan insulin dan/atau insulin-like growth factor I dan
memegang peranan penting dalam pengaturan pertumbuhan sel-sel tiroid perlu ditinjau kembali.
Adenoma tiroid merupakan pertumbuhan baru monoklonal yang terbentuk sebagai respon
terhadap suatu rangsangan. Faktor herediter tampaknya tidak memegang peranan penting. Nodul
tiroid ditemukan 4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria, walaupun tidak ada bukti
kuat keterkaitan antara estrogen dengan pertumbuhan sel. Adenoma tiroid tumbuh perlahan dan
menetap selama bertahun-tahun; hal ini mungkin terkait dengan kenyataan bahwa sel tiroid
dewasa biasanya membelah setiap delapan tahun. Kehamilan cenderung menyebabkan nodul
bertambah besar dan menimbulkan pertumbuhan nodul baru. Kadang-kadang dapat terjadi
perdarahan ke dalam nodul menyebabkan pembesaran mendadak serta keluhan nyeri. Pada
waktu terjadi perdarahan ke dalam adenoma, bisa timbul tirotoksikosis selintas dengan
peningkatan kadar T4 dan penurunan radioiodine uptake. Regresi spontan adenoma dapat terjadi.
Neoplasma Tiroid Berdasarkan Gambaran Histologi (Klasifikasi WHO)Adenoma A. Folikuler
1. Varian koloid2. Embrional3. Fetal4. Varian sel Hurthle
B. Papiler (kemungkinan ganas)C. Teratoma
Tumor Ganas A. Berdiferensiasi
1. Adenokarsinoma papilera. Murni adenokarsinoma papilerb. Campuran papiler dan folikuler
2. Adenokarsinoma folikulerB. Karsinoma medular (bukan berasal dari
sel folikel)C. Tidak berdiferensiasi
1. Small cell (perlu dibedakan dari limfoma)
2. Giant cell3. Karinosarkoma
D. Lain-lain1. Limfoma, sarkoma2. Karsinoma sel skuamosa
epidermoid3. Fibrosarkoma4. Karsinoma mukoepitelial5. Metastasis tumor
Karakteristik Nodul dan Penilaian Risiko
Perlu dibedakan nodul tiroid jinak dari nodul ganas yang memiliki karakteristik antara
lain sebagai berikut:
Konsistensi keras dan sukar digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami
degenerasi kistik dan kemudian menjadi lunak.
Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun nodul yang
mengalami kalsifikasi dapat ditemukan pada hiperplasia adenomatosa yang sudah
berlangsung lama.
Infiltrasi nodul ke jaringan di sekitarnya merupakan petanda keganasan, walaupun nodul
ganas tidak selalu mengadakan infiltrasi.
Dua puluh persen nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang
ganas, tetapi nodul multipel dapat ditemukan pada 40% keganasan tiroid.
Nodul yang timbul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas.
Nodul dicurigai ganas bila disertai pembesaran kelenjar getah bening regional atau
perubahan suara menjadi serak.
Gambaran Klinis Karsinoma Tiroid pada Pasien dengan Nodul Tiroid Soliter-Eutiroid
Sangat Mencurigakan Riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare atu MEN
Cepat membesar, terutama saat terapi levotiroksin
Nodul padat atau keras Sukar digerakkan/melekat pada
jaringan sekitar Paralisis pita suara Limfadenopati regional Metastasis jauh
Kecurigaan Sedang Usia <20 tahun atau >70 tahun Pria Riwayat radiasi pada leher dan kepala Nodul >4 cm atau sebagian kistik Keluhan penekanan, termasuk disfagia,
disfonia, serak, dyspnea dan batukNodul Jinak Riwayat keluarga: nodul jinak
Struma difusa atau multinodosa Besarnya tetap BAJAH: jinak Kista simpleks Nodul hangat atau panas Mengecil dengan terapi supresi
levotiroksin
Diagnostik
Modalitas Diagnostik Nodul TiroidBiopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)Uji diagnostik in vivo:
USG Sidik tiroid CT scan/MRI
Uji diagnostik in vitro: Hormon tiroid dan TSHs Kalsitonin
Pilihan Terapi Nodul Tiroid
Terapi supresi dengan hormon levotiroksin
Bedah
Iodium radioaktif
Suntikan ethanol (percutaneus ethanol injection)
Terapi laser dengan tuntunan USG (USG guided laser theraphy)
Observasi, bila yakin nodul tidak ganas
Algoritma tatalaksana nodul tiroid soliter yang disusun Hegedus (2004):
Bila secara klinis curiga ganas, dianjurkan pembedahan tanpa melihat hasil BAJAH.
Bila kadar TSHs tersupresi, lakukan sidik tiroid, nodul yang berfungsi bukan kanker
Bila BAJAH non-diagnostik, biopsi ulangan akan berhasil pada 50% kasus
Bila pada USG ditemukan nodul lain dengan ukuran >10 mm, BAJAH diulangi pada
nodul
Pilihan pengobatan tersebut berlaku untuk nodul padat dan kistik
Bila ada nodul kistik rekuren, pilihannya: ulangi BAJAH, bedah atau etanol
Hegedus tidak menganjurkan terapi supresi dengan levotiroksin pada nodul tiroid
Tatalaksana Nodul Tiroid
Perbandingan Pengobatan Nodul Tiroid Soliter JinakJenis Pengobatan Keuntungan Kekurangan/Kerugian
Bedah Ablasi nodul, menghilangkan keluhan, spesimen untuk diagnostik histologi
Perlu perawatan di RS, mahal, risiko bedah: paralisis pita suara, hipoparatiroidis, hipotiroidisme
Levotiroksin Tidak perlu dirawat di RS, murah, dapat memperlambat pertumbuhan nodul dan menghambat pertumbuhan nodul baru
Efikasi rendah, pengobatan jangka panjang, nodul tumbuh kembali setelah dihentikan, takiaritmia jantung, penurunan densitas tulang, tidak berguna bila TSH tersupresi
Iodium radioaktif Tidak perlu dirawat di RS, murah, efek samping rendah, nodul mengecil sampai 40% dalam satu tahun
Kontraindikasi pada wanita hamil, pengecilan nodul bertahap, hipotiroidisme dalam 5 tahun (10% pasien),
risiko tiroiditis dan tirotoksikosis
Suntikan etanol Tidak perlu dirawat di RS, relatif murah, tidak ada hipotiroidisme, nodul mengecil 45% dalam 6 bulan
Pengalaman masih terbatas, efikasi rendah pada nodul besar, keberhasilan tergantung operator, rasa nyeri hebat, risiko tirotoksikosis dan paralisis pita suara, perembesan etanol, etanol mengganggu penilaian sitologi dan histologi
Terapi laser Masih dalam tahan eksperimental
Kontroversi Pengelolaan Nodul Tiroid
Masih terdapat kontroversi dalam pengelolaan nodul tiroid yaitu mengenai langkah
diagnostik serta tindakan medik atau bedah yang akan dilakukan. Pertimbangannya meliputi
kapan akan dilakukan ekstirpasi nodul atau tindakan bedah yang lebih ekstensif, kapan suatu
nodul dibiarkan atau diobservasi saja, dan kapan serta bagaimana cara melakukan tindakan
medik. Hasil survei dan Bennedback dan Hegedus yang dilaporkan dalam Journal of Clinical
Endocrinology and Metabolism menggambarkan perbedaan penanganan nodul tiroid di antara
para ahli endokrin anggota American Thyroid Association dengan European Thyroid
Association.
BAJAH merupakan langkah diagnostik awal nodul tiroid di kalangan ahli endokrin
Amerika Utara (The American Thyroid Association, ATA) dan Eropa (The European Thyroid
Association, ETA). Ahli endokrin di ATA lebih jarang menggunakan uji laboratorik dan
pencitraan (penyidikan isotopik dan atau USG), bahkan mayoritas anggota ATA (sedikitnya 2/3)
tidak melakukan pencitraan sama sekali. Penyidikan isotopik dilakukan tergantung hasil BAJAH
(terutama bila BAJAH memberikan hasil indeterminate), sedangkan USG hanya dilakukan pada
pasien tertentu yaitu sebagai penuntun biopsi dan pada nodul kistik.
Lebih dari setengah anggota ATA tidak memberikan pengobatan khusus pada nodul
tiroid jinak soliter non-toksik. Walaupun ada kontroversi mengenai efektivitas dan penggunaan
jangka panjang terapi supresi dengan levotiroksin, lebih dari 40% anggota ETA dan ATA tetap
memberikannya dalam jangka waktu antara 3-6 bulan sampai bertahun-tahun (tidak terbatas).
Pembedahan hanya direkomendasikan oleh 1% anggota ATA dibandingkan 1 dari 4
anggota ETA. Pada kasus yang diduga ganas, lebih dari 90% anggota ATA tidak melakukan
biopsi dan langsung melakukan operasi, sebaliknya hanya setengah anggota ETA yang
mengambil langkah seperti itu.
Penutup
Dasar pemikiran pengelolaan nodul tiroid adalah bagaimana mendeteksi dan
menyingkirkan kemungkinan keganasan serta menghindari tindakan-tindakan yang sebenarnya
tidak perlu dilakukan. BAJAH, USG, dan penyidikan isotopik (sidik tiroid), serta penentuan
kadar TSH merupakan perangkat diagnostik yang paling sering digunakan dalam evaluasi nodul
tiroid. Sedangkan terapi supresi hormonal, terapi iodium radioaktif, operasi, terapi sklerosing,
atau terapi laser, bahkan hanya diobservasi saja (pada nodul jinak) merupakan pilihan
pengobatan.
Terdapat kontroversi dan perbedaan pendekatan dalam tatalaksana nodul tiroid,
tergantung pada pengalaman klinik dan fasilitas yang tersedia. Sampai sekarang belum tersedia
data yang cukup untuk membandingkan hasil cara-cara evaluasi diagnostik dan pengelolaan
nodul tiroid.
Tinjauan Pustaka
Masjhur, Johan S. Nodul Tiroid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi IV. Pusat
Penerbitan FK UI: Jakarta. 2007.