Stroke

24
STROKE Disusun oleh : Argandita Fairuz Shabah 135070501111028 Yukko Arinta 135070501111030 Danintya Fairuz Trianggani 135070501111031 Yuliza Fauziah Yuliani 135070501111034 Prima Dina Muallifah 135070507111020 JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

description

ilmu kesehatan masyarakat

Transcript of Stroke

STROKE

Disusun oleh :Argandita Fairuz Shabah135070501111028Yukko Arinta135070501111030Danintya Fairuz Trianggani135070501111031Yuliza Fauziah Yuliani135070501111034Prima Dina Muallifah135070507111020

JURUSAN FARMASIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG2013

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGStroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85 tahun. Di Indonesia sendiri walaupun data studi epidemiologi stroke secara komprehensif dan akurat belum ada, dengan meningkatnya harapan hidup tendensi peningkatan kasus stroke akan meningkat di masa yang akan datang. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang harus ditangani dengan segera, tepat dan cermat. Oleh karena tingginya kejadian stroke dan adanya kecenderungan untuk meningkat karena berbagai sebab, menyebabkan usaha pemerintah dalam menekan angka kematian dan derajat kecacatan akibat stroke lebih ditujukan pada penanganan saat pasien stroke dirawat di rumah sakit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelayanan stroke yang terorganisir dalam unit stroke akan menurunkan angka kematian, menurunkan angka kecacatan, dan memperbaiki status fungsional pasien stroke. Unit stroke direkomendasikan sebagai unit terpadu multidisiplin yang menangani pasien-pasien stroke. Kajian sistematis dari berbagai penelitian terdahulu memperlihatkan efektivitas unit stroke dalam memberikan pelayanan stroke. Di Indonesia penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh survey ASNA (Asean Neurologic Association) di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia, pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor resiko, lama perawatan, mortalitas dan morbiditasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7% dan diatas usia 65 tahun sebanyak 33,5%. Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan fungsional, dimana 20% penderita yang bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di institusi kesehatan setelah 3 bulan dan 15-30% penderitanya mengalami cacat permanen. Stroke merupakan kejadian yang mengubah kehidupan dan tidak hanya mempengaruhi penderitanya namun juga seluruh keluarga dan pengasuh. Akibat gangguan fungsional ini menyebabkan penderita stroke harus mengeluarkan biaya yang besar untuk perawatan rehabilitasi disamping juga kehilangan produktivitasnya. Dengan begitu, pengetahuan tentang riwayat alamiah dari penyakit stroke serta pencegahan penyakit stroke perlu diketahui dan dipelajari untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya penyakit stroke.

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana natural history dari penyakit stroke ?2. Bagaimana pencegahan primer, sekunder, dan tersier serta sasaran dari penyakit stroke ?3. Apa judul penelitian dari penyakit stroke dalam hal deskriptif, analitik, dan eksperimental ?4. Apa saja variabel bebas dan variabel terikat dari penyakit stroke ?

1.3 TUJUAN PENULISANTujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui natural history dari penyakit stroke, mengetahui pencegahan primer, sekunder, dan tersier dari penyakit stroke, mengetahui judul penelitian dari penyakit stroke, serta mengetahui variabel bebas dan variabel terikat dari penyakit stroke.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Natural History dari Penyakit StrokeStoke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan atau gejala hilangnya fungsi system saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa deficit neurologis dan bukan sebagai akibat dari tumor, terauma, ataupun infeksi susunan saraf pusat.Stroke merupakan penyebab kecacatan momor satu di dunia dan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Duapertiga stroke terjadi di Negara berkembang. Pada masyarakat barat, 80%penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia Masing-masing penyakit memiliki perjalanan alamiahna sendiri jika tidak diganggu dengan intervensi medis atau jika penyakit dibiarkan sampai melengkapi perjalanannya. Proses suatu penyakit dimulai dari seseorang yang rantan penyakit dan di serang oleh agen patogenik yang cukup virulen untuk menimbulkan penyakit, perjalanan alami penyakit ini juga disebut dengan riwayat alamiah penyakit.2.1.1 Tahap Peka/ Rentan/ Pre pathogenesisPada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.Tahap Pre pathogenesis meliputi orang-orang yang sehat, tetapi mempunyai faktor resiko atau predisposisi untuk terkena penyakit Stroke. Faktor-faktor resiko dari penyakit tersebut adalah; usia dan jenis kelamin, genetika, ras, mendengkur dan sleep apnea, inaktivitas fisik, hipertensi, merokok, diabetes militus, penyakit jantung, arteriosklerosis, dislipidemi, alcohol dan narkoba, kontrasepsi oral, serta obesitas.2.1.2 Tahap pragejala/ Sub-klinisPada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan masih belum terjadi gangguan fungsi organ. Pada penyakit non-infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan histology mis : terjadinya aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Pada tahap ini sulit untuk diagnose secara klinis. Aterosklerosis adalah penyakit yang merupakan dasar serangan jantung (infark miokard) dan stroke (thrombosis serebri). Kelainan pembuluh darah yang sering menimbulkan hipertensi dan stroke adalah stenosis (penyempitan) karena aterosklerosis, displasia (stenosis non aterosklerosis) dinding arteri di lapisan intima, lapisan media dan adventisia juga turut berperan. 2.1.3 Tahap Klinis (stage of clinical disease)Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dsn menimbulksn gejala. Tahap klinis pada penyakit Stroke tergantung pada neuroanatomi dan Vaskularisasinya. 2.1.4 Tahap Penyakit Lanjut/ KetidakmampuanApabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.Salah satu aspek yang tidak menguntungkan dari beberapa penyakit akut dan kronis adalah hasil akhir yang berupa kecacatan atau ketidakmampuan. Pada stroke dapat menyebabkan penderitanya menjadi lumpuh.2.1.5 Tahap Terminal (Akhir Penyakit)Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :1. Sembuh sampurna2. Sembuh dengan cacad (fisik, fungsional, dan social)Kecacatan pada stroke umumnya dinilai dengan kemampuan pasien untuk melanjutkan fungsinya kembali seperti sebelum sakit dan kemampuan pasien untuk mandiri. Salah satu skala ukur yang paling sering dipakai untuk menggambarkan kecacatan akibat stroke adalah skala Raknin, sebagai berikut:i) Tidak ada distabilitas yang significant, dapat melakukan tugas harian seperti biasaii) Distabilitas ringan, tidak dapat melakukan beberapa aktivitas seperti sebelum sakit, namun dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bentuaniii) Distabilitas sedang berat, tidak dapat berjalan tanpa bantuan dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuaniv) Distabilitas berat, di tempat tidur, memerlukan perawatan dan perhatian.Penelitian di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari separuh (55%) pasien stroke sumbatan dapat mandiri dalam waktu 3 bulan pascaserangan. Ada 18% pasien yang mengalami kecacatan berat dan memerlukan bantuan dalam banyak aspek kehidupannya. Faktor yang berperan adalah keparahan stroke pada saat awal. Stroke yang menunjukan derajat keparahan yang tinggi saat serangan lebih sering dihubungkan dengan kecacatan pascastroke. 3. KarierBagi para stroke survivor, masalah belum selesai. Stroke dapat memberikan gejala sisa atau dampak lanjut. Bagi para stroke surviver, pencegahan serangan ulang pada penanganan gejala sisa stroke merupakan hal yang utama.4. Penyakit berlangsung kronik5. Berakhir dengan kematianStroke merupakan penyebab kematian nomor tiga, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu bagi para penyandangnya. Angka kematian akibat stroke di seluruh dunia masaihlah tinggi. Kematian paling tinggi dijumpai pada satu bulan pascaserangan stroke. Kematian akibat stroke ditemukan pada 10-30% [asien yang dirawat. Masa kritis umumnya dijumpai pada minggu-minggu pertama pasca serangan stroke. Penelitian menyimpulkan bahwa 68,3% kematian terjadi pada lima hari pertama perawatan di RS .Kematian akibat stroke peredarahan lebih tinggi daripada stroke sumbatan. Penelitian menunjukan bahwa angka kematian stroke adalah 45,7% untuk pendarahan intraserebral 30,1% untuk stroke iskemik. Dalam satu tahun pengamatan, angka kematian akibat pendarahan intraserebral adalah 51,2% dan angka kematian stroke iksemik adalah 39,2%. Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kasus kematian akibat stroke terjadi pada dua minggu pasca-onset .Pada stroke perdarahan, kematian terutama berhubungan dengan lokasi dan luas perdarahan di batang otak pada umumnya akan berakhir fatal. Penelitian menunjukan bahwa volume perdarahan yang lebih dari 60 cc dan lokasi perdarahan yang memiliki resiko kematian sebesar 93%. Pada perdarahan otak yang kurang dari 30 cc angka kematian adalah 23%. Penelitian menyimpulkan bahwa angka kematian stroke perdarahan dalam perawatan di RS adalah 15% dan 21% pada pengamatan 6 bulan setelah stroke.Dampak pascastroke adalah depresi, kepikunan, gangguan gerak, nyeri, epilepsy, tulang keropos, dan gangguan menelan. Penanganan bersifat individual sesuai kondisi pasien.

2.2 Pencegahan Stroke2.2.1 Pencegahan Primar (Primary Prevention)Suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu.Berikut ini beberapa cara untuk mencegah datangnya penyakit stroke yaitu:1. Berhenti merokok sedini mungkin. Nikotin, karbon monoksida (CO) dan zat lainnya yang terkandung dalam rokok berpotensi menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah. Hal ini akan mempermudah kolesterol untuk melekat pada didndidng pembuluh darah yang mengalami kerusakan sehinga membentuk plak. Risiko terkena serangan jantung akan meningkat 50% jika menghisap 4 batang setiap hari.1. Berolahraga secara teratur.Ketika melakukan aktivitas fisik, jantung akan berdenyut lebih cepat untuk meningkatkan jumlah darah yang kaya akan oksigen ke seluruh tubuh sehingga meningkatkan kadar HDL/kolesterol baik dan menurunkan LDL/kolesterol jahat. Selain itu berolahraga juga membantu mengurangi berat badan.1. Perbaikan diet. Membatasi konsumsi daging, ikan atau unggas maksimal 150 gram per hari. Tingkatkan asupan makana tinggi serat, antara lain roti/sereal tinggi serat, sayuran serta buah-buahan.1. Hindari stres yang berlebihan.Stres bisa menyebabkan peningkatan kadar hormon epinefrin yang mengakibatkan naiknya tekanan darah dan denyut jantung sehingga mempermudah kerusakan pada dinding pembuluh darah.1. Hindari pola hidup tidak sehatPola hidup yang tidak sehat dapat memicu timbulnya penyakit diabetes, darah tinggi dan kolesterol tinggi serta obesitas, faktor-faktor ini merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung.

2.2.2 Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)Merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah orang yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi. Pencegahan sekunder dari stroke dapat dilaksanakan dengan pemberian aspirin, ticlopidine, clopidogrel, dipiridamol, warfarin, obat-obat antihipertensi, obat-obat antihiperlipidemia, dan anjuran untuk berhenti merokok. Rekomendasi American Stroke Association tentang pencegahan stroke sekunder adalah sebagai berikut :1. HipertensiHipertensi harus diobati untuk mencegah stroke ulang maupun mencegah penyakit vaskular lainnya. Pengendalian hipertensi ini sangat penting artinya bagi para penderita stroke iskemik dan TIA. Target absolut dalam hal penurunan tekanan darah belum dapat ditetapkan, yang penting adalah bahwa tekanan darah < 120 / 80 mm Hg. Berbagai macam gaya hidup berpengaruh terhadap upaya penurunan tekanan darah secara komprehensif. Obat-obat yang dianjurkan adalah diuretika dan ACE inhibitor. Namun demikian, pilihan obat disesuaikan dengan kondisi / karakteristik masing-masing individu.1. Diabetes melitusPada penderita stroke iskemik dan TIA, pengendalian kadar gula direkomendasikan sampai dengan mendekati kadar gula plasma normal (normoglycemic), untuk mengurangi komplikasi mikrovaskular dan kemungkinan timbulnya komplikasi makrovaskular.1. LipidPenderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar kolesterol yang tinggi, penyakit arteri koroner, atau adanya bukti aterosklerosis, maka penderita harus dikelola secara komprehensif meliputi modifikasi gaya hidup, dan diet secara tepat. Penderita stroke iskemik atau TIA yang dicurigai mengalami aterosklerosis diberi statin untuk mengurangi resiko gangguan vaskular. Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar HDL kolesterol rendah dapat dipertimbangkan untuk diberi niasin atau gemfibrozil.1. MerokokSetiap penderita stroke atau TIA harus segera menghentikan kebiasaan merokok. Penghentian merokok dapat diupayakan dengan cara penyuluhan dan mengurangi jumlah rokok yang dihisap per hari secara bertahap.1. ObesitasBagi setiap penderita stroke iskemik atau TIA dengan obesitas atau overweight sangat dianjurkan untuk mempertahankan body mass index (BMI) antara 18,5 24,9 kg/m2 dan lingkar panggul kurang dari 35 inchi (perempuan) dan kurang dari 40 inchi (laki-laki). Penyesuaian berat badan diupayakan melalui keseimbangan antara asupan kalori, aktivitas fisik dan penyuluhan kebiasaan hidup sehat.1. Aktivitas FisikBagi setiap penderita stroke iskemik atau TIA yang mampu untuk melakukan aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan selama 30 menit per hari. Untuk penderita yang tidak mampu melakukan aktivitas fisik maka dianjurkan untuk melakukan latihan dengan bantuan atau supervisi orang yang sudah terlatih.

2.2.3 Pencegahan Tersier Merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuannya adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan, dan membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak dapat diobati lagi.Pencegahan Tersier berfokus dalam membantu orang dalam mengatur masalahnya terutama masalah kesehatan dalam waktu jangka panjang seperti diabetes, jantung, kanker, maupun stroke. Contoh pencegahan tersier dari stroke adalah program rehabilitasi. Beberapa masalah yang dihadapi para penderita stroke adalah dari segi fisik yaitu sulit berjalan, sulit berkomunikasi, dan sulit bergerak. Sedangkan dari segi psikis yaitu rasa malu, rasa rendah diri, dan kecerdasan menurun. Untuk mengatasi masalah psikis, peranan keluarga dan lingkungan di sekitar sangat besar. Sedangkan untuk mengatasi masalah fisik, diperlukan bantuan fisioterapis contohnya melatih kekuatan otot, mengurangi kekakuan sendi, dan memperbaiki koordinasi serta keseimbangan.

2.3 Judul Penelitian Penyakit Stroke2.3.1 Judul Eksperimental1. Pemberian Obat Hipertensi pada Orang dengan Tekanan Darah Tinggi untuk Mencegah Terjadinya Stroke Variabel Bebas : Obat Hipertensi Variabel Terikat : Penyakit Stroke Design : Consecutive Sampling Yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian di wakmasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu.Populasi Target : Penderita Tekanan Darah Tinggi di RSUD Kabupaten Solok Selatan

2. Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke berdasarkan INA-CBGs Variabel Bebas: Implementasi Clinical Pathway Variabel Terikat : Penyakit Stroke Design : Pengambilan sampel secara purposiveYaitu pengambilan sampel secara sengajaPopulasi Target: Pasien stroke di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi2.3.2 Judul Analitik1. Pengaruh Pola Makan, Olahraga, dan Merokok terhadap Prevalensi Penyakit Stroke Non HemoragikVariabel Bebas: Dukungan keluarga dan Karakteristik LansiaVariabel Terikat : Kejadian stroke pada Lansia HipertensiDesign : Cross SectionalYaitu melakukan pengukuran atau pengamatan dalam satu waktu.Populasi Target: Seluruh lansia yang menderita hipertensi yang berusia 60 tahun ke atas diwilayah kerja Puskesmas di Bukittinggi

2. Pengaruh Dukungan Keluarga dan Karakteristik Lansia dengan Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi. Variabel Bebas: Pola makan, olahraga, dan merokok Variabel Terikat: Penyakit stroke non hemoragik Design : Cross Sectional Yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan dalam satu waktu. Populasi Target: Seluruh pasien stroke di Poli Saraf RSUD Raden Mattaher Jambi periode Mei-Juni 2013

2.3.3 Judul Deskriptif1. Analisis Faktor Resiko Penyakit Stroke Variabel Bebas: Beberapa faktor resiko yaitu Riwayat keluarga, Riwayat Hipertensi, Kadar gula darah, kolesterol dalam darah, dan tekanan darah sistolik serta diastolik Variabel Terikat : Penyakit stroke Design : Case Control StudyYaitu rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara faktor penelitian dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Populasi Target : Pasien yang menderita stroke di bawah 40 tahun dan Pasien yang menderita stroke di atas 50 tahun

2. Studi Deskriptif Dukungan Keluarga pada Pasien Stroke dalam Menjalani Rehabilitasi Stroke Variabel Bebas : Dukungan Keluarga Variabel Terikat: Penyakit stroke Design : Accidental SamplingYaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan dijumpai. Populasi Target : Pasien Stroke yang sedang menjalani Rehabilitasi stroke di RSUD Pekalongan

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANRiwayat alamiah atau natural history dari penyakit stroke meliputi tahap peka, tahap pra-gejala, tahap klinis, tahap terminal, atau rentan atau pre-pathogenesis dimana terjadi interaksi antara pejamu atau host dengan bibit penyakit namun masih diluar tubuh pejamu. Tahap ini meliputi orang-orang yang sehat, tetapi mempunyai faktor resiko terkena penyakit stroke. Tahap pra-gejala atau subklinis dimana telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan masih belum terjadi gangguan fungsi organ. Pada stroke, tahap ini biasanya terjadi kelainan pada pembuluh darah seperti stenosis (penyempitan) karena aterosklerosis, displasia (stenosis non aterosklerosis) dinding arteri di lapisan intima, lapisan media dan adventisia. Tahap klinis merupakan tahap dimana kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala. Tahap klinis pada penyakit Stroke tergantung pada neuroanatomi dan Vaskularisasinya. Pada tahap terminal, enelitian di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari separuh (55%) pasien stroke sumbatan dapat mandiri dalam waktu 3 bulan pasca serangan. Pencegahan primer dari penyakit stroke salah satunya adalah berhenti merokok. Pencegahan sekunder dari stroke dapat dilaksanakan dengan pemberian aspirin, ticlopidine, clopidogrel, dipiridamol, warfarin, obat-obat antihipertensi, obat-obat antihiperlipidemia, dan anjuran untuk berhenti merokok. Sedangkan pencegahan tersier pada penyakit stroke yaitu rehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg, Lionel.2005.Lecture Notes Neorologi.Jakarta:Erlangga.Dewanto, George.2009.Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana Penyakit Saraf.Jakarta: EGC.Timmreck, Thomas C. 2005.Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2.Jakarta:EGCEffendy, Nasrul.1998.Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta:EGC.