STRATEGI PENG EMBANGAN PANGAN TRADISIONAL · PDF fileMetode yang digunakan pada penelitian ini...
Transcript of STRATEGI PENG EMBANGAN PANGAN TRADISIONAL · PDF fileMetode yang digunakan pada penelitian ini...
1
S TRATEGI PENG EMBANGAN PANGAN TRADISIONAL SEB AGAI PRODUK
WISATA KULINER DI PROVINS I BALI
Oleh Luh Putu Wrasiati, Anak Agung Putu Agung Suryawan Wiranata,
I Made Anom Sutrisna Wijaya dan I Ketut Suter
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana e-mail : [email protected]
ABS TRAK
Pulau Bali merupakan daerah wisata andalan Indonesia. Bali memiliki keindahan budaya yang sangat unik yang dijiwai oleh Agama Hindu. Salah satu keunikan budaya Bali yang dewasa ini mulai dikembangkan adalah budaya kuliner tradisional Bali. Pangan tradisional yang disajikan di pasar tradisional dan merupakan produk wisata kuliner di Bali belum dikelola dan dikem bangkan dengan baik. Jen is makanan atau minuman yang dijual, informasi dan penampilan produk, pemajangan, penyajian, pengemasan, rasa, harga, kebersihan, penggunaan zat-zat pewarna dan pengawet perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga diperlukan strategi untuk mengembangkan pangan tradisional menjadi produk wisata kuliner yang unik, enak, sehat, dan aman dikonsumsi. Pasar-pasar tradisional yang menjadi pusat pengembangan pangan tradisional dan menjadi tujuan wisata kuliner tersebut, diharapkan secara langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui par iwisata. Peningkatan pendapatan pada masyarakat akhirnya dapat mendukung penguatan ekonomi kerakyatan yang sedang digalakkan oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis SWOT, matriks Internal Eksternal dan analisis QSPM, menggunakan teknik wawancara mendalam dengan para pedagang, konsumen, pengelola pasar, pakar dibidang makanan tradisional, pakar par iwisata dan dinas terkait diprovinsi Bali.
Hasil yang diperoleh dari perh itungan matriks Internal Eksternal menunjukkan bahwa strategi pengembangan pangan tradisional di pasar tradisional provinsi Bali berada pada sel V. Divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan strategi pertahankan (Hold) dan pelihara (Maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan untuk tipe-tipe divisi ini. Dalam hal in i perusahaan menerapkan strategi tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan. Perusahaan yang berada dalam sel ini dapat memperluas pasar, fasilitas produksi, dan teknologi melalui akuisisi atau joint ventures dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi pengembangan produk (TAS 6.15) merupakan strategi yang diutamakan untuk dilaksanakan dibandingkan dengan strategi perluasan pasar (TAS 5.97) karena memilik i nilai TAS yang lebih besar. Startegi pengembangan produk dapat langsung diterapkan pada para pelayan dan pedagang pangan tradisional yang ada di pasar-pasar tradisional, sementara itu strategi perluasan atau penetrasi pasar dilakukan dengan bekerjasama dengan instansi terkait seperti PHRI, dinas Pariwisata dan Pemerintah daerah.
Kata kunci: pangan tradisional, wisata kuliner, analisis SWOT dan QSPM, strategi pengembangan produk
2
PENDAHULUAN
Pangan tradisional adalah makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta
bahan campuran yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara
spesifik di daerah atau masyarakat tertentu. Biasanya makanan tradisional dio lah dar i resep
yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber
lokal yang memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat (Syamsir,
2011). Di Indonesia, pangan tradisional merupakan bagian penting dari budaya, identitas dan
warisan dari nenek moyang yang wajib dipertahankan serta dilestarikan secara turun temurun.
Menurut Ernayanti (2003), makanan tradisional di Indonesia memiliki nilai budaya, tradisi,
serta kepercayaan yang bersumber pada budaya lokal (local indigenous). Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pola makanan suku-suku di Indonesia, termasuk diantaranya pemilihan
bahan mentah, corak dan tradisi makan, kebiasaan makan dan cara penyajian. Makanan
tradisional suat u daerah bisa menjadi cermin peradaban dan budaya suatu daerah, akan tepat
disuguhkan serta dinikmati oleh masyarakat setempat pula. Wijaya et a l. (2007) menyatakan
bahwa makanan tradisional yang dikemas dengan kemasan alami masih sangat banyak
dijumpai pada masyarakat lokal di Bali. Masyarakat tidak mengganti kemasan-kemasan
alamiah tersebut dengan kemasan plastik karena baik makanan maupun kemasannya
memiliki makna simbo lis tertentu. Dodol dikemas dengan kelobot jagung, entil dikemas
dengan daun bambu dan daun kalimidi, dan kue iwel dikemas dengan pelepah buah pinang
(upih).
Pulau Bali merupakan daerah wisata andalan Indonesia. Pada awal tahun 2013 ini
Bali terpilih sebagai destinasi wisata nomor satu di dunia versi penilaian Huffington
Post, sit us berita asal Amerika Serikat. Disamping keindahan alam, kekayaan bahari, dan
fasilitas wisata yang lengkap, Bali memiliki keindahan budaya yang sangat un ik yang dijiwai
oleh Agama Hindu. Salah satu keun ikan budaya Bali yang dewasa in i mulai dikembangkan
adalah budaya kuliner tradisional Bali. Budaya kuliner ini merupakan satu kesatuan mulai
dar i bahan baku, proses pengolahan, pengemasan dan penyajian produk pangan tradisional
yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi salah satu wisata alternatif yang populer di
Bali disamping atraksi-atraksi wisata lainnya.
Menurut Suryadana (2009) wisata kuliner didifinisikan sebagai wisata yang
menyediakan berbagai fasilitas pelayanan dan aktivitas kuliner yang terpadu unt uk memenuhi
kebut uhan wisatawan yang dibangun unt uk rekreasi, relaksasi, pendidikan dan kesehatan.
Lebih lanjut dikatakan pula bahwa daya tarik wisata kuliner tergantung pada keragaman
aktivitas kuliner, makanan khas, lokasi yang nyaman dan bersih, desain ruangan (venue)
3
yang unik dan menarik, pelayanan yang baik, pasar yang competitif, harga dan proporsi nilai,
peluang bersosialisasi, interaksi budaya kuliner, suasana kekeluargaan, dan lingkungan yang
menarik. Produk kuliner tidak hanya menampilkan ”makanan khas” akan tetapi dapat
berkembang menjadi suat u media interpretasi yang memperluas wawasan wisatawan.
Wawasan in i tidak hanya berkutat seputar cita rasa atau bumbu apa yang dipakai dalam
hidangan, namun juga menambah pengetahuan tentang cara makan, gaya hidup, tradisi,
kebudayaan, kesejarahan, sampai unsur geografis yang direpresentasikan lewat penyajian dan
cita rasa hidangan tersebut (Virna, 2007).
Pangan tradisional ini dapat berupa makanan atau minuman khas yang disajikan di
hotel, restoran, kafe, warung makan atau di gerobak dorong yang banyak terdapat di pasar-
pasar tradisional di seluruh Bali. Di hotel dan restoran, makanan tradisional Bali sudah mulai
dikenal oleh para wisatawan, dan ser ingkali menjadi menu utama dalam rangkaian wisata
kuliner di Bali. Beberapa pemerintahan di tingkat kabupaten, menyediakan tempat-tempat
khusus untuk tujuan wisata kuliner. Kabupaten Gianyar mulai mengelola pasar tradisionalnya
sedemikian rupa sehingga menjadi destinasi wisata kuliner bagi wisatawan domestik maupun
mancanegara, Kabupaten Badung mengelola daerah pesisirnya (Jimbaran) menjadi tempat
wisata kuliner sea food, dan Pemerintah Kota Denpasar sudah mulai mengemas masakan
tradisional Bali lewat food heritage festiva l yang diselenggarakan setiap akhir tahun di pusat
kota. Sementara itu, kabupaten lain yang juga potensial memiliki pangan tradisional khas
seperti, Tabanan, Bangli dan Klungkung belum mengelola pasar tradisionalnya menjadi
tujuan wisata kuliner.
Pangan tradisional yang disajikan di pasar tradisional dan merupakan produk wisata
kuliner di Bali belum dikelola dan dikembangkan dengan baik. Penelitian yang dilakukan
oleh Wrasiati et al. (2007) menyatakan bahwa pada pangan tradisional yang terdapat di pasar
tradisional terdeteksi masih mengandung zat-zat yang tidak diij inkan untuk makanan seperti
pewarna rodhamin B, dan sakarin yang melewati batas aman pemakaian untuk produk
pangan. Jenis makanan atau minuman yang dijual, informasi dan penampilan produk,
pemajangan, penyajian, pengemasan, rasa, harga, kebersihan, penggunaan zat-zat pewarna
dan pengawet perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga diperlukan strategi
pengembangan pangan tradisional menjadi produk wisata kuliner yang unik, enak, sehat, dan
aman dikonsumsi, serta penentuan prioritas strategi pada pengembangan makanan tradisional
sebagai produk wisata kuliner di Bali. Strategi pengembangan dan penentuan prioritas
strategi dilakukan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportun ities, and
Treaths) dan QSPM (Quantita tive Strateg ic Planning Matrix)
4
Pasar-pasar tradisional yang menjadi pusat pengem bangan pangan tradisional dan
menjadi tujuan wisata kuliner di Bali, diharapkan secara langsung dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui pariwisata dan pada akhirnya dapat mendukung penguatan
ekonomi kerakyatan yang sedang digalakkan oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Metode Penelitian
Lokasi Penenlitian
Penelitian ini akan dilakukan pada pasar-pasar tradisional yang menyajikan pangan
tradisional di seluruh kabupaten/kota di provinsi Bali. Lokasi penelitian dip ilih
menggunakan metode purposive sampling, yaitu penentuan lokasi penelitian yang dilakukan
secara sengaja dengan beberapa pertimbangan yait u setiap kabupaten memiliki pasar
tradisional yang menyajikan pangan tradisional, setiap kabupaten memiliki pangan tradisional
yang khas, dan variasi pangan tradisional lebih banyak dijumpai di pasar tradisional.
Populasi dan Sam pel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua stakeholders yang terkait dengan
pengembangan pangan tradisional dan pariwisata kuliner di Bali yaitu: (i) pedagang pasar
tradisional, (ii) pengurus pasar (iii) Dinas Pariwisata, (iv) Dinas Perdagangan, (v) Dinas
Kebudayaan, (v i) kalangan biro per jalanan, (v ii) pengambil keputusan di wilayah pasar
tradisional bersangkutan, dan (viii) konsumen atau wisatawan di pasar tradisional.
Penentuan sampel penelitian dilakukan menggunakan metode purposive sampling
dengan beberapa pertimbangan yaitu sampel pedagang yang diambil adalah pedagang pangan
tradisional yang resmi terdaftar di pasar (bukan pedagang asongan), pelaku pariwisata yang
memiliki program melakukan kunjungan ke destinasi wisata kuliner, dan pengun jung pasar
tradisional yang melakukan transaksi atau membeli pangan tradisional di pasar-pasar yang
telah disurvey.
Sum ber, Jenis Data, dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Dalam penelitian ini, data primer adalah berupa keterangan langsung dari responden tentang
berbagai elemen yang termasuk kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam rangka
5
pengembangan pangan tradisional sebagai produk wisata kuliner pada pasar tradisional yang
dijadikan sampel penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data-data yang telah dicatat
oleh pihak terkait yang terkait dengan pengembangan pangan tradisional di pasar tradisional
yang terpilih sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi segala kegiatan yang berhubungan dengan potensi
makanan tradisional Bali yang disajikan di pasar tradisional.
1. Survey observasi (observational surveys)
Tehnik observasi pengamatan secara langsung menjadi sangat penting karena dilakukan
dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati secara jelas aktivitas dan
prilaku, l ingkungan, serta gambaran umum lokasi penelitian.
2. Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara merupakan metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi dengan
mewawancarai responden secara langsung. Metode ini bisa dilakukan dengan terstruktur
ataupun tidak terstruktur, tatap muka langsung, dan melalui telepon atau online.
3. Penyebaran angket (questionnaires)
Kuesioner (Sekaran, 2006) adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya, untuk dijawab o leh responden. Disebarkan kuesioner bertujuan untuk
mengetahui pendapat wisatawan asing, wisatawan domestik, dan para pengelo la atau pemilik
gerai pangan tradisional Bali yang disajikan kepada wisatawan di kawasan pasar tradisional
berkaitan dengan faktor internal maupun eksternal.
4. Studi dokumentasi (documentation studys)
Merupakan teknik pengumpulan data dengan menelusuri dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penelitian seperti brosur, monograf i wilayah, dan termasuk pula pengambilan gambar
sebagai bukti pelaksanaan penelitian.
Analisis Data
Analisis Faktor Internal
Alat formulasi strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David, 2006). Tabel IFAS disusun untuk
merumuskan faktor-faktor strategis internal. Identifikasi kekuatan dan kelemahan diperoleh
setelah melakukan diskusi terhadap beberapa pelaku bisnis atau pakar yang dianggap
mempunyai kapasitas cukup mengetahui strategi pengembangan makanan tradisional Bali.
6
Kekuatan dan kelemahan tersebut kemudian dianalisis internal dengan menggunakan matrik
IFAS yang dilengkapi dengan sistem pembobotan dan rating.
Analisis Faktor Eksternal
Alat formulasi strategis in i untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi,
sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan
persaingan. Identifikasi peluang dan ancaman diperoleh setelah melakukan diskusi terhadap
beberapa responden yang dianggap mempunyai kapasitas cukup mengetahui strategi
pengembangan makanan tradisional Bali. Penafsiran atas keterangan responden menjadi
hasil identifikasi peluang dan ancaman. Peluang dan ancaman tersebut kemudian dianalisis
eksternal dengan menggunakan Matrik EFAS yang dilengkap i dengan sistem pembobotan
dan rating.
Analisis SWOT
Setelah menganalisis faktor internal dan eksternal atau analisis matrik IFAS dan
EFAS maka dilanjutkan dengan menggam barkan matrik SWOT. Menurut Rangkuti (2006),
Analisis SW OT adalah alat untuk mengindentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi yang diperlukan. Analisis didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (streng ths) dan peluang (opportunities), nam un secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Berdasarkan analisis
matrik SWOT dapat dirumuskan berbagai kemungkinan alternatif strategi pengem bangan
pangan tradisional Bali. Matriks SWOT disajikan pada Gambar 2.1.
Analisis QSPM (Quantita tive Stra tegic Planning Matrix).
QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan
evaluasi pil ihan strategi alternatif secara obyektif berdasarkan Key Success Factor Internal-
External yang telah diidentifikasi sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM untuk
menetapkan kemenarikan relatif ( rela tive attractiveness) dar i strategi-strategi yang bervariasi
yang telah dipil ih dan unt uk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk
diimplementasikan (David, 2006). Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.
7
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian (mengikuti prosedur penelitian yang dilakukan oleh Hendrayana, 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasar Tradisional (senggol) di Provinsi Bali
Dari survey pendahuluan di 8 kabupaten dan 1 kota yang ada di provinsi Bali terdapat
pasar tradisional yang beroperasi pada sore har i, dikenal dengan pasar senggol, yang
menyajikan makanan tradisional Bali dan direncanakan untuk dikembangkan menjadi
destinasi wisata kuliner seperti pasar senggol Gianyar, pasar senggo l Tabanan, pasar senggol
Kreneng-Asoka-Denpasar dan Klungkung. Nama pasar senggol dan jumlah pedagang
makanan tradisional yang ada di pasar tersebut disajikan pada Tabel 1. di bawah ini.
8
Jumlah pedagang pangan tradisional di setiap kabupaten dilakukan dengan cara
mencocokkan data pedagang yang didapatkan pada PD Pasar dengan data pedagang yang
benar-benar ada di pasar tersebut. Seringkali dijumpai satu pedagang sekaligus menjual
makanan, jajanan dan minuman sehingga penggolongan dilakukan berdasarkan produk yang
paling banyak dijual.
Tabel 1. Nama Pasar Tradisional (Senggol) Dan Jumlah Pedagang Makanan Tradisional
No Nama Pasar Makanan Minuman Jajanan
1 Kumbasari Denpasar 24 2 6
2 Kreneng Asoka Denpasar 68 21 15
3 Senggol Tabanan 40 14 21
4 Pesiapan Tabanan 5 8 -
5 Bajra Tabanan 24 12 3
6 Kuta I Badung 20 3 3
7 Kuta II Badung 10 2 2
8 Nusa Dua Badung 10 2 -
9 Kota Gianyar 60 13 30
10 Sukawati Gianyar 10 4 6
11 Ubud Gianyar - - -
12 Tampaksiring Gianyar 10 - 8
13 Bat uriti Tabanan 12 - 5
14 Senggol Sawo Singaraja 14 8 3
15 Senggol Rama Singaraja 10 6 3
16 Taman Kota Singaraja 12 8 4
17 Kota Bangli 4 5 6
18 Kota Klungkung 23 12 6
19 Kota Karangasem 3 6 2
20 Kota Negara - 8 -
9
Perhitungan Pembobotan untuk Faktor Internal dan Eksternal Wisata Kuliner Rataan bobot unt uk faktor internal yang terdir i atas Streng th atau kekuatan dan
Weakness atau Kelemahan, dan faktor eksternal yang terdiri atas Opportunities atau peluang
dan Treath atau ancaman disajikan pada Tabel 2 dan 3. Rataan bobot untuk faktor internal
adalah 65.80 dan rataan bobot faktor eksternal adalah 33.80. Hal in i menunjukkan bahwa
pangan tradisional yang dikem bangkan menjadi wisata kuliner di pasar tradisional memiliki
bobot internal yang lebih tinggi dibandingkan bobot eksternalnya.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Pembobotan Faktor Internal Wisata Kuliner( Berdasarkan data dar i Responden 1, 2, 3, 4, 5 )
No Faktor Internal Bobot Rataan
bobot Nilai bobot
Kekuatan R1 R2 R3 R4 R5
1. Citarasa khas kuliner Bali 5 4 4 5 5 4,60 0,07 2. Bahan baku dari bahan segar dan
mudah didapat 4 4 3 4 4 3,80 0,06
3. Pelayanan ramah dan cepat. 4 5 4 4 4 4,20 0,06 4. Menu beranekaragam 4 3 3 4 3 3,40 0,05 5. Porsi lebih banyak dibandingkan
dg restoran 3 3 3 3 2 2,80 0,04
6. Tempat strategis dan park ir cukup luas
4 5 5 4 4 4,40 0,07
7. Harga terjangkau. 4 3 4 4 4 3,80 0,06 8. Banyak dikunjungi wisatawan
khususnya domestik 4 4 4 4 4 4,00 0,06
9 Penyajian yang khas (tradisional) Bali
4 4 4 4 4 4,00 0,06
10 Tidak menggunakan bahan pengawet
4 4 4 4 4 4,00 0,06
11 Resep yang digunakan sudah turun temurun
3 4 4 3 3 3,40 0,05
Kelemahan 1. Makanan cepat rusak 4 4 4 4 5 4,20 0,06 2. Modal terbatas dan harga tidak
standar. 4 4 4 4 4 4,00 0,06
3. Tempat cuci kurang bersih 5 4 4 4 5 4,40 0,07 4. Pedagang tidak menggunakan
celemek dan t utup kepala 4 4 3 3 4 3,60 0,05
5. Penyajian makanan yang tidak tertutup
4 4 4 4 4 4,00 0,06
6 Kebutuhan air dan listrik terbatas
4 3 3 3 3 3,20 0,05
TO TAL 65,80 1,00
10
Tabel 3. Hasil Perhitungan Pembobotan Faktor Eksternal Wisata Kuliner( Berdasarkan data dar i Responden 1, 2, 3, 4, 5 )
No Faktor Eksternal Bobot Rataan
bobot Nilai bobot
Peluang R1 R2 R3 R4 R5
1. Kunjungan wisatawan yang terus meningkat baik domestik maupun mancanegara
5 5 4 5 4 4,60 0,14
2. Mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat dan pihak bank.
5 5 4 5 5
4,80 0,14
3. Adanya even khusus unt uk mempromosikan kuliner tradisional Bali
4 4 4 4 4 4,00 0,12
4 Adanya pembenahan dan penataan pasar-pasar tradisional oleh pemerintah
4 4 4 4 4 4,00 0,12
Ancaman 1. Harga makanan tradisional lebih
tinggi dar i makanan nasional 2 3 3 2 2 2,40 0,07
2. Persaingan dengan pedagang makanan non tradisional yg ikut menjual makanan tradisional
4 4 4 4 4 4,00 0,12
3. Proses produksi dan produk halal.
4 4 3 4 3 3,60 0,11
4. Cuaca ekstrem 3 3 3 3 3 3,00 0,09 5. Keamanan daerah (teroris). 3 3 3 4 4 3,40 0,10 TO TAL 33,80 1,00
Perhitungan Rating untuk Faktor Internal dan Eksternal Wisata Kuliner Rataan rating untuk faktor internal yang terdiri atas Strength atau kekuatan dan
Weakness atau Kelemahan, dan faktor eksternal yang terdiri atas Opportunities atau peluang
dan Treath atau ancaman disajikan pada Tabel 4 dan 5. Rataan rating untuk faktor internal
adalah 50.00 dan rataan rating faktor eksternal adalah 24.20. Hal ini menunjukkan bahwa
pangan tradisional yang dikem bangkan menjadi wisata kuliner di pasar tradisional memiliki
rating internal yang lebih tinggi dibandingkan rating eksternalnya.
11
Tabel 4. Hasil Perhitungan Penentuan Rating Faktor Internal Wisata Kuliner ( Berdasarkan data dar i Responden 1, 2, 3, 4, 5 )
No Faktor Internal Rating Rataan rating
Kekuatan R1 R2 R3 R4 R5
1. . Citarasa khas kuliner Bali 3 3 4 4 4 3,36 2. Bahan baku dari bahan segar dan
mudah didapat 3 3 3 3 3 3,00
3. Pelayanan ramah dan cepat 3 3 3 3 3 3,00 4. Menu beranekaragam 3 3 3 3 3 3,00 5. Porsi lebih banyak dibandingkan
dg restoran 2 2 3 2 2 2,20
6. Tempat strategis dan park ir cukup luas
4 3 3 4 4 3,60
7 Harga terjangkau 3 3 3 3 3 3,00 8. Banyak dikunjungi wisatawan
khususnya domestik 3 3 3 3 3 3,00
9 Penyajian yang khas (tradisional) Bali
3 3 3 3 3 3,00
10 Tidak menggunakan bahan pengawet
3 3 2 3 3 2,80
11 Resep yang digunakan sudah turun temurun
3 3 3 3 3 3,00
Kelemahan 1. . Makanan cepat rusak
2 3 2 2 2 2,20
2. Modal terbatas dan harga tidak standar.
3 3 3 3 3 3,00
3. Tempat cuci kurang bersih 3 3 3 3 3 3,00 4. Pedagang tidak menggunakan
celemek dan t utup kepala 3 3 3 3 3 3,00
5. Penyajian makanan tidak tertutup
3 3 3 3 3 3,00
6 Kebutuhan air dan listrik terbatas
3 2 2 3 3 2,60
50,00
12
Tabel 5. Hasil Perhitungan Penentuan Rating Faktor Eksternal Wisata Kuliner ( Berdasarkan data dar i Responden 1, 2, 3, 4, 5 )
No Faktor Eksternal Rating Rataan
rating
Peluang R1 R2 R3 R4 R5
1. Kunjungan wisatawan yang terus meningkat baik domestik maupun mancanegara
3 3 3 3 3 3,00
2. Mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat dan pihak bank.
3 3 3 3 3 3,00
3. Adanya even khusus unt uk mempromosikan kuliner tradisional Bali
3 3 4 3 4 3,40
4 Adanya pembenahan dan penataan pasar-pasar tradisional oleh pemerintah
3 3 4 3 3 3,20
Ancaman 1. Harga makanan tradisional lebih
tinggi dar i makanan nasional 3 3 3 3 3 3,00
2. Persaingan dengan pedagang makanan non tradisional yg ikut menjual makanan tradisional
2 3 2 3 3 2,60
3. Proses produksi dan produk halal.
2 2 2 2 2 2,00
4. Cuaca yang ekstrim 2 2 2 2 2 2,00 5. Keamanan daerah 2 2 2 2 2 2,00 24,20
13
Analisis Matriks IFE dan EFE
Analisis matriks IFE dan EFE disajikan pada Tabel 6 dan 7. Total IFE adalah 2.97
dan total EFE adalah 2.73. Total nilai IFE yang lebih dar i 2.5 menun jukkan bahwa usaha
wisata kuliner di pasar tradisional berada pada posisi kuat, karena total nilai berada diatas
rata-rata yaitu di atas 2,50. Hal ini menun jukkan bahwa faktor internal relatif lebih kuat
dalam memanfaatkan kekuatan yang dimilik i dan mampu mengatasi kelemahan yang ada.
Total nilai EFE di atas 2.5 juga menun jukkan bahwa usaha wisata kuliner di pasar tradisional
berada pada posisi kuat dimana mampu memanfaatkan peluang unt uk mengatasi ancaman.
Tabel 6. Hasil Analisis Matriks IFE ( In ternal Factor Eva luation )
No. Faktor Internal Bobot
(a)
Rating
(b)
Nilai
( c = a x b )
Kekuatan ( A )
1. Citarasa khas kuliner Bali. 0,07 3,36 0,25
2. Bahan baku dari bahan segar dan mudah didapat 0,06 3,00 0,17
3. Pelayanan ramah dan cepat 0,06 3,00 0,19
4. Menu yang beranekaragam 0,05 3,00 0,16
5. Porsi lebih banyak dibandingkan dg restoran 0,04 2,20 0,09
6. Tempat strategis dan park ir cukup luas 0,07 3,60 0,24
7. Harga terjangkau 0,06 3,00 0,17
8. Banyak dikunjungi wisatawan khususnya domestik 0,06 3,00 0,18
9. Penyajian yang khas (tradisional) Bali 0,06 3,00 0,18
10. Tidak menggunakan bahan pengawet 0,06 2,80 0,17
11. Resep yang digunakan sudah turun temurun 0,05 3,00 0,16
Kelemahan ( B )
1. Makanan cepat rusak 0,06 2,20 0,14
2. Modal terbatas dan harga tidak standar. 0,06 3,00 0,18
3. Tempat kurang bersih 0,07 3,00 0,20
4. Pedagang tidak menggunakan celemek dan penutup
kepala.
0,05 3,00 0,16
5. Penyajian makanan tidak tertutup 0,06 3,00 0,18
6 Ketersediaan listrik dan air terbatas 0,05 2,60 0,13
Total IFE ( A + B ) 1,00 2,97
14
Tabel 7. Hasil Analisis Matriks EFE ( Eksterna l Factor Evalua tion )
No. Faktor Eksternal Bobot
(a)
Rating
(b)
Nilai
( c = a x b )
Peluang ( A )
1. Kunjungan wisatawan yang terus meningkat baik
domestik maupun mancanegara
0,14 3,00 0,41
2. Mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat
dan p ihak bank.
0,14 3,00 0,43
3. Adanya even khusus unt uk mempromosikan kuliner
tradisional Bali
0,12 3,40 0,40
4 Adanya pembenahan dan penataan pasar-pasar
tradisional oleh pemerintah
0,12 3,20 0,38
Ancaman ( B )
1. Harga makanan tradisional lebih tinggi dari makanan
nasional
0,07 3,00 0.21
2. Persaingan dengan pedagang makanan non tradisional
yg ikut menjual makanan tradisional
0,12 2,60 0,31
3. Proses produksi dan produk halal. 0,11 2,00 0,21
4. Cuaca ekstrim 0,09 2,00 0,18
5. Keamanan daerah 0,10 2,00 0,20
Total EFE ( A + B ) 1,00 2,73
15
2,0
Lemah (1,0-1,99)
Rataan (2,0-2,99)
Rendah (1,0-1,99)
Tinggi (3,0-4,0)
4,0
3,0
Kuat (3,0-4,0)
Sedang (2,0-2,99)
1,0
3,0 1,0 2,0
Total nilai EFE = 2,73
Total nilai IFE = 2,97
Gambar 2. Analisis Matriks Internal Eksternal
Berdasarkan pemetaan pada matriks IE, dapat dilihat bahwa pada sum bu-x matriks IE, nilai
total IFE adalah 2,97 sedangkan pada sumbu-y matriks IE, nilai total EFE adalah 2,73. Hal
ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan pangan tradisional di pasar tradisional
provinsi Bali berada pada sel V. Div isi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola
dengan strategi pertahankan (Hold) dan pelihara (Maintain). Penetrasi pasar dan
pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan untuk tipe-tipe
divisi ini. Dalam hal ini perusahaan menerapkan strategi tanpa mengubah arah strategi yang
telah ditetapkan. Tujuan relative defensive, yaitu mengh indari kehilangan penjualan dan
kehilangan profit. Menurut Rangkuti (2005), strategi pada sel V adalah strategi konsentrasi
melalui integrasi hor izontal atau stabilitas.
Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal adalah suatu kegiatan untuk
memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan jenis
produk/jasa. T ujuannya adalah menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit.
Perusahaan yang berada dalam sel ini dapat memperluas pasar, fasilitas produksi, dan
teknologi melalui akuisisi atau jo int ventures dengan perusahaan lain dalam industri yang
sama.
I
I
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
16
Analisis Matriks QSPM
Perhitungan matriks QSPM disajikan pada Tabel 8.
Berdasarkan analisis matriks QSPM, strategi pengembangan produk (TAS 6.15)
merupakan strategi yang diutamakan untuk dilaksanakan dibandingkan dengan strategi
perluasan pasar (TAS 5.97) karena memiliki n ilai TAS yang lebih besar. Strategi
pengembangan produk dilakukan dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang
didapatkan dar i analisis SWOT yait u menerapkan teknologi pengawetan dan pengemasan
No. Attractive Score (AS) BOB OT Strategi I Strategi II AS TAS AS TAS
KEKUATAN 1. Citarasa khas kuliner Bali. 0,07 3,80 0,27 4,00 0,28 2. Bahan baku dari bahan segar dan mudah didapat 0,06 3,00 0,17 3,80 0,22 3. Pelayanan ramah dan cepat 0,06 3,00 0,19 3,80 0,24 4. Menu yang beranekaragam 0,05 2,60 0,13 3,00 0,16 5. Porsi lebih banyak dibandingkan dg restoran 0,04 2,40 0,10 2,80 0,12 6. Tempat strategis dan parki r cukup luas 0,07 2,20 0,15 3,00 0,20 7. Harga terjangkau 0,06 3,00 0,17 3,00 0,17 8. Banyak dikunjungi wisatawan khususnya domestik 0,06 3,80 0,23 4,00 0,24 9. Penyajian yang khas (t radisional ) Bali 0,06 3,20 0,19 3,00 0,18
10. Tidak menggunakan bahan pengawet 0,06 3,20 0,19 4,00 0,24 11. Resep yang digunakan sudah turun temurun 0,05 2,60 0,13 3,60 0,19
KELEMAHAN 1. Makanan cepat rusak 0,06 3,00 0,19 3,00 0,19 2. Modal terbatas. 0,06 2,00 0,12 1,80 0,11 3. Tempat cuci kurang bersih 0,07 2,60 0,17 3,00 0,20 4. Pedagang tidak menggunakan celemek dan penutup
kepala. 0,05 3,00 0,16 3,00 0,16
5. Penyajian makanan yang tidak tertutup 0,06 3,00 0,18 3,40 0,21 6. Ketersediaan listrik dan ai r terbatas 0,05 2,40 0,12 2,80 0,14 PELUANG
1. Kunjungan wisatawan yang terus meningkat baik domestik maupun mancanegara
0,14 3,80 0,52 3,80 0,52
2. Mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat dan pihak bank.
0,14 3,40 0,48 3,40 0,48
3. Adanya even khusus untuk mempromosikan kuliner tradisional Bal i
0,12 4,00 0,47 3,00 0,36
4. Adanya pembenahan dan penataan pasar-pasar tradisional oleh pemerintah
0,12 3,60 0,43 3,20 0,38
ANCAMAN 1. Harga makanan tradisional lebih tinggi dari makanan
nasional 0,07 2,20 0,16 2,20 0,16
2. Persaingan dengan pedagang makanan non t radisional yg ikut menjual makanan tradisional
0,12 3,00 0,36 2,60 0,31
3. Proses produksi dan produk halal. 0,11 2,60 0,28 3,00 0,32 4. Cuaca ekstrem 0,09 2,40 0,21 2,00 0,18 5. Keamanan daerah (teroris). 0,10 1,80 0,18 2,00 0,20
TOTAL 5,97 6,15
17
pada industri jasa boga untuk mengatasi masalah kerusakan dan penyajian makanan, edukasi
mengenai kesehatan, kebersihan dan hygiene makanan untuk para pelayan dan pedagang,
memperbaiki penampilan outlet, inisiasi pembentukan koperasi pedagang atau usaha untuk
mengaktifkan koperasi yang sudah ada dalam rangka mengatasi permodalan yang terbatas,
dan melakukan pendekatan kepada instansi terkait dalam penyediaan listrik dan air bersih.
Strategi yang kedua yaitu per luasan atau penetrasi pasar dapat dilakukan dengan
menyediakan dan menam bah jumlah k ios-kios atau counter untuk pedagang makanan
tradisional di pasar-pasar tradisional yang lokasinya berdekatan dengan destinasi wisata
seperti Tanah Lot, Ubud, Tampak Siring, Kintamani, Besakih, Tanjung Benoa, Seminyak,
Lovina dan di tempat-tempat strategis yang ser ingkali dikunjungi wisatawan. Strategi ini
dapat pula dilakukan dengan mengadakan kesepakatan dengan PHRI, dinas Pariwisata, dan
Pemerintah daerah unt uk menyediakan menu makanan, minuman dan jajanan tradisional di
setiap hotel dan restoran yang ada di Provinsi Bali.
KES IMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa .n ilai total IFE adalah 2,97 dan nilai
total EFE adalah 2,73 yang artinya bahwa strategi pengembangan pangan tradisional di pasar
tradisional provinsi Bali berada pada sel V. Divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII
dapat dikelola dengan strategi pertahankan (Hold) dan pelihara (Main tain). Penetrasi pasar
dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan unt uk tipe-tipe
divisi ini. Dalam hal ini perusahaan menerapkan strategi tanpa mengubah arah strategi yang
telah ditetapkan. Perusahaan yang berada dalam sel ini dapat memperluas pasar, fasilitas
produksi, dan teknologi melalui akuisisi atau jo int ven tures dengan perusahaan lain dalam
industri yang sama. Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi pengem bangan
produk (TAS 6.15) merupakan strategi yang diutamakan untuk dilaksanakan dibandingkan
dengan strategi per luasan pasar (TAS 5.97) karena memiliki nilai TAS yang lebih besar.
Saran
Startegi pengembangan produk dapat langsung diterapkan pada para pelayan dan
pedagang pangan tradisional yang ada di pasar-pasar tradisional, sementara itu strategi
perluasan atau penetrasi pasar dilakukan dengan bekerjasama dengan instansi terkait seperti
PHRI, dinas Pariwisata dan Pemerintah daerah.
18
DAFTAR PUSTAKA David, F. R. 2006. Strateg ic Managem ent: Concepts (Ichsan Setiyo Budi. Pentj.) PT Salemba
Empat, Jakarta. Ernayanti. 2003. Ensiloped i Makanan Tradisional d i Pulau Jawa dan Pulau Madura. Deputi
bidang pelestarian dan pengembangan kebudayaan, asdep. Urusan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jakarta: Proyek pelestarian dan pengembangan tradisi dan kepercayaan, Jakarta.
Fardiaz, D. 2002. Panduan Pengo lahan Pangan Yang Baik Bagi Industri Rumah Tangga,
Amankan Dan Bebaskan Produk Dari Bahan Berbahaya. Deput Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Dan Bahan Berbahaya Direktorat Surveilan Dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, Jakarta.
Gaffar, 2007. Customer Relationship Management And Marketing P ublic Relations Hotel.
Alfabeta, Bandung. Hendrayana, M. 2011. Strategi Pengembangan Makanan Tradisional Bali pada Hotel di
Kawasan Sanur. Thesis S2. Program Pascasarjana, Un iversitas Udayana. (tidak dipublikasikan)
Rangkuti, F, 2006. Analisis SW OT, Tehnik Membedah Kasus Bisn is-Reorientasi Konsep
Perencanaan Strategis Unt uk Menghadap i Abad 21. Cetakan ke 14. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sekaran, U. 2006. Research Methods for Business. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Suryadana, M.L. 2009. Perkembangan Industri Makanan (Kuliner). Disampaikan pada
Seminar Sehari CREPS 2009, yang diselenggarakan oleh Program Studi Manajemen Industri Katering, Fakultas Pendidikan dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 14 Oktober 2009
Syamsir, E. 2011. Pangan Fermentasi Tradisional Indonesia. SEAFAST Center IPB, Bogor.
Diakses pada Tanggal 2 Februari 2013. Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Con tro l Point),
PT. Bumi Aksara, Jakarta. Virna, E.N. 2007. Wisata Kuliner Bukan Sekedar Nafsu Pemuas Perut. Warta Pariwisata
Vol. 9 (1) : 1 – 3. Wijaya, I M.A.S., I G.N. A. Aviantara, I W. Tika. 2007. Perbaikan Sifat-sifat Fisik Beberapa
Kemasan Tradisional dengan Menggunakan Metode Blansir Proceed ing Research and Studies IV TPSDP, 2007.
Wrasiati, L.P., A. Hartiati, dan L. Suhendra. 2007. Karakteristik Mutu Jajanan Tradisional
yang disajikan Di Pasar Badung. Laporan Penelitian DIPA. FTP, Universitas Udayana. (tidak dipublikasikan)