Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar...

108
i Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan Resolusi Konflik Antar Umat Beragama di Masyarakat Kota Bekasi (Studi Kasus Konflik Pembangunan Rumah Ibadah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Peminatan Metode Ilmu Politik Oleh : YANUAR FAZRIYANTO NIM. 135120500111018 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar...

Page 1: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

i

Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan Resolusi

Konflik Antar Umat Beragama di Masyarakat Kota Bekasi

(Studi Kasus Konflik Pembangunan Rumah Ibadah)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Peminatan Metode Ilmu Politik

Oleh :

YANUAR FAZRIYANTO

NIM. 135120500111018

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

ii

Page 3: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

iii

Page 4: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

iv

CURICULUM VITAE

Nama : Yanuar Fazriyanto

TTL : Bekasi, 20 Januari 1995

Alamat : Jln. Pejuang Jaya Blok B No. 393, Kelurahan Pejuang,

Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi

No Hp : 085714920448

Agama : Islam

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN :

No Nama Institusi Pendidikan Tahun

1 TKIT Gema Nurani 2000 - 2001

2 SD Taman Harapan 2001 – 2007

3 SMPN 19 Bekasi 2007 – 2010

4 SMAI PB.Soedirman 2 2010 – 2013

5 Universitas Brawijaya 2013 – 2017

RIWAYAT ORGANISASI :

No Organisasi Jabatan Tahun

1 Eksekutif Mahasiswa UB Direktur Jendral Kebijakan

Kampus

2016

2 Rohis FISIP UB Ketua Mentoring 2015

3 Eksekutif Mahasiswa Pusat Studi Gerakan dan

Kebijakan

2015

4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan

Propaganda

2014

5 OSIS Wakil II 2012

6 Rohis SMA 2 Ketua Rohis 2012

PRESTASI :

Page 5: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

v

No Nama Predikat Tahun

1 LKTI Nasional Pemerintah Kabupaten

Tangerang

Juara 1 2015

2 LKTI Kementerian Luar Negeri RI Finalis 2016

3 PKM Piala Rektor Finalis 2013

4 Kreasi Daur Ulang Tingkat Kota dan

Kabupaten Bekasi

Juara 1 2012

5 Olimpiade Sains Nasional Tingkat

Kabupaten Bekasi (Cabang Ekonomi)

Finalis 2011

Page 6: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

vi

KATA PENGANTAR

Sebagai manusia yang penuh hasrat keilmuan dalam kehidupan, tentunya

tidak lupa kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan hasrat berfikir, sebagai bentuk rasa syukur kita sebagai umat yang

tak berdaya di hadapan-Nya. Melalui segala rahmat dan hidayah-Nya kepada

seluruh umat yang berilmu, manusia ditakdirkan untuk menjadi rahmat yang

diterima di bumi dengan segala isinya. Shalawat dan salam semoga tercurah

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai pemimpin manusia yang telah

membimbing umat ini dalam kehidupan di bumi ini.

Melalui sebuah karya ini yang merupakan usaha penulis untuk selalu

tercurahkan dalam mencapai hasrat yang setingkat dengan pengembangan

keilmuan untuk memberi manfaat layaknya mereka. Meskipun disadari masih

memiliki kekurangan dari kesempurnaan, namun sudah berjuang semaksimalkan

mungkin dalam proses pembuatannya.

Skripsi yang berjudul Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen

dan Resolusi Konflik Antar Umat Beragama di Masyarakat Kota Bekasi (Studi

Pada Kasus Konflik Pembangunan Rumah Ibadah), merupakan hasil karya dari

penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

Skripsi ini penulis selesaikan selama Empat Bulan, terhitung semenjak bulan

Maret 2017 sampai dengan Juli 2017. Judul yang telah disebutkan sebelumnya,

merupakan judul yang telah penulis diskusikan bersama dosen pembimbing untuk

menghasilkan nilai penelitian yang menarik dan bermanfaat untuk menjelaskan

Page 7: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

vii

fenomena yang terjadi di lingkungan rumah asal penulis serta cocok dengan

kajuan Ilmu Politik yang penulis pelajari.

Fenomena konflik di masyarakat menjadi fokus utama penulis dalam

penyusunan skripsi, dikarenakan kajian konflik ini sangat perlu dipahami oleh

penulis. Oleh sebab itu, penulis dalam skripsi ini menjelaskan konflik antar umat

beragama yang terjadi di Kota Bekasi yang sebelumnya daerah ini dikenal dengan

kasus pelanggaran kerukunan umat beragamanya sangat tinggi dibanding dengan

daerah – daerah lainnya yang ada di Indonesia. Fokus dalam skripsi ini adalah

untuk mengetahui apa penyebab terjadinya konflik antar umat beragama yang

terjadi di Kota Bekasi dan mengetahui apa strategi manajemen dan resolusi

konflik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam menangani kasus

tersebut.

Skripsi ini penulis susun untuk mengantarkan para pembaca dalam

memandang adanya nilai positif pasca sebuah konflik, yang secara kasat mata

merupakan interaksi perebutan dan persaingan sumber – sumber yang tebatas.

Selain itum secara langsung penulis menggambarkan bagaimana regulasi yang

harusnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam menangani permasalahan

tersebut. Pada akhirnya penulis berharap, semoga melalui skripsi ini mampu

memberikan gambaran bagi para pembaca dan khususnya para mahasiswa yang

sedang belajar melakukan sebuah penelitian, khususnya dalam kajian konflik.

Malang, 11 Juni 2017

Yanuar Fazriyanto

Page 8: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.

Al. – Insyirah:5)

Alhamdulillah, atas izin Allah SWT saya mampu menyelesaikan studi

selama kurang dari 4 tahun di Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik Universitas Brawijaya. Semoga dengan selesainya masa studi yang

dilalui ini mampu menjadikan diri saya termasuk orang-orang yang ditinggikan

derajatnya oleh Allah SWT, serta ilmunya dapat memberikan dampak

kebermanfaatan di masyrakat. Amin Ya Rabbal Alamin.

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua Orang Tua dan kedua saudara yang tidak pernah lelah memberikan

do’a, dan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

2. Bapak Dr. Sholih Mu’adi, SH., M.Si dan Ibu Resya Famelasari, S.Sos.,

M.Soc,Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan

dan juga nasehat dengan baik dalam proses pengerjaan skripsi ini.

3. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik Universitas Brawijaya yang telah

memberikan ilmunya hingga mampu mencerdaskan mahasiswanya.

4. Ikhwah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat Brawijaya

yang telah berkumpul karena cinta-Mu, berjumpa dalam ketaatan pada-Mu dan

bersatu dalam dakwah-Mu.

5. Keluarga besar Eksekutif Mahasiswa Kabinet Jawara 2015, khususnya

Kementerian Advokasi dan Kebijakan Kampus yang telah memberikan

kebermanfaatan kepada para mahasiswa Universitas Brawijaya.

6. Teman-teman Ilmu Politik Universitas Brawijaya angkatan 2013 yang telah

berjuang mencapai gelar S.IP nya dengan cara masing-masing.

Page 9: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

ix

ABSTRAK

Yanuar Fazriyanto (2017). Program Studi Ilmu Politik. Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Strategi Pemerintah Kota Bekasi

Dalam Manajemen dan Resolusi Konflik Antar Umat Beragama di Kota

Bekasi. Pembimbing: Dr. Sholih Muadi, S.H, M.Si dan Resya Famelasari,

S.Sos, M.Sc

Kota Bekasi memiliki komposisi penduduk yang memiliki keberagaman, hal

ini tentunya bisa menimbulkan konflik berupa gesekan antar pemeluk Agama. Hal

itu dibuktikan dengan predikat Kota Bekasi dari berbagai macam sumber yang

menilai Kota Bekasi sebagai wilayah yang terdapat banyak kasus intoleran berupa

pelanggaran atas kerukunan umat beragamanya paling buruk. Banyak konflik

antar umat beragama di Kota Bekasi yang sudah mengakibatkan banyak korban di

latar belakangi oleh konflik pembangunan rumah ibadah. Berdasarkan analisis,

faktor – faktor yang mengakibatkan adanya konflik pembangunan rumah ibadah

adalah karena belum mengetahuinya masyarakat perihal regulasi yang mengatur

dalam pembangunan rumah ibadah. Berdasarkan analisis selanjutnya, konflik

antar umat beragama yang terjadi di Kota Bekasi diakibatkan oleh sulitnya

masyarakat untuk mendirikan bangunan untuk tempat peribadatan nya.

Untuk itu strategi yang digunakan oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam

manajemen dan resolusi konflik antar umat beragama yang terjadi di wilayahnya

adalah dengan 2 cara yaitu pencegahan dan penyelesaian. Cara pencegahan adalah

dengan membuat Forum Kerukunan Umat Beragama sebagai badan yang akan

membantu pemerintah dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama di

masyarakat. Kedua dengan optimalisasi Peraturan Bersama Menteri No 9 dan 8

Tahun 2006 sebagai penyelesaian persoalan pembangunan rumah ibadah. Ketiga

Perwal Nomor 47 tahun 2013 dalam menjawab banyak bangunan ilegal yang

dijadikan rumah ibadah. Sedangkan cara penyelesaian nya adalah masih

menggunakan cara mediasi untuk menghentikan konflik yang berlangsung dan

dengan melakukan akomodasi bagi pihak – pihak yang sedang bertikai.

Kata Kunci: Strategi, menajemen & resolusi konflik, Konflik Antar Umat

Beragama.

Page 10: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

x

ABSTRACT

Yanuar Fazriyanto (2017). Political Science Studies Program. Faculty of

Social and Political Sciences Universitas of Brawijaya. Strategy of

Government Bekasi City In Management and Resolution of Inter-Religious

Conflict in Bekasi City. Supervisor: Dr. Sholih Muadi, S.H, M.Si dan Resya

Famelasari, S.Sos, M.Sc

Bekasi City has a population composition that has diversity, this can

certainly lead to conflict in the form of friction between followers of Religion. It

is proved by the predicate of Bekasi City from various sources that assess the City

of Bekasi as an area where there are many cases of intolerance in the form of

violations of harmony among the diverse community. Many inter-religious

conflicts in Bekasi City have already caused many victims in the background by

the conflict of worship building construction. Based on the analysis, the factors -

factors that lead to the conflict of worship building construction is because not yet

know about the regulation of the people who regulate the construction of houses

of worship. Based on the subsequent analysis, inter-religious conflict that

occurred in the city of Bekasi caused by the difficulty of society to build a

building for his worship.

For that strategy used by the City Government of Bekasi in management

and conflict resolution among religious people that occurred in the region is by 2

ways that is prevention and settlement. Prevention is to create a Forum of

Religious Harmony as a body that will assist the government in creating harmony

among religious communities in the community. Secondly, by optimizing the

Joint Ministerial Regulation No. 9 and 8 of 2006 as the solution of the

construction of houses of worship. Third Perwal Number 47 of 2013 in response

to many illegal buildings that are used as houses of worship. While the way to

solve it is still using the mediation way to stop the ongoing conflict and by doing

accommodation for parties - parties who are at war.

Keywords: Strategy, menagement & resolution conflict, Inter Religious Conflict.

Page 11: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ORISINALITAS .......................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

ABSTRACT ........................................................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ........................................ Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.

1.4.1 Manfaat Akademis ................................. Error! Bookmark not defined.

1.4.2 Manfaat Praktis ...................................... Error! Bookmark not defined.

1.5 Penelitian Terdahulu ..................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................. Error! Bookmark not defined.

2.1 Dasar Teoritis ............................................... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Teori Konflik ......................................... Error! Bookmark not defined.

2.1.1.1 Tipologi Konflik ............................. Error! Bookmark not defined.

2.1.1.2 Proses Konflik ................................. Error! Bookmark not defined.

2.1.1.3 Tujuan Konflik ................................ Error! Bookmark not defined.

2.1.1.4 Strategi Manajemen Konflik Pendekatan K.W Thomas ......... Error!

Bookmark not defined.

2.2 Kerangka Konseptual ................................... Error! Bookmark not defined.

2.2.1 Peran Pemerintah Daerah....................... Error! Bookmark not defined.

2.2.2 Kerukunan Umat Beragama................... Error! Bookmark not defined.

Page 12: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

xii

2.2.2.1 Aspek Kerukunan Umat Beragama . Error! Bookmark not defined.

2.2.2.2 Indikator Kerukunan Umat Beragama .......... Error! Bookmark not

defined.

2.3 Kerangka Pemikiran ..................................... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ......................... Error! Bookmark not defined.

3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian ............... Error! Bookmark not defined.

3.2 Fokus Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined.

3.3 Lokasi dan Obyek Penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.

3.4 Sumber Data ............................................... Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik Penentuan Informan ......................... Error! Bookmark not defined.

3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................... Error! Bookmark not defined.

3.6.1 Wawancara............................................. Error! Bookmark not defined.

3.6.2 Observasi ............................................... Error! Bookmark not defined.

3.6.3 Studi Dokumentasi ................................. Error! Bookmark not defined.

3.7 Teknik Analisis Data .................................... Error! Bookmark not defined.

3.8 Teknik Keabsahan Data ............................. Error! Bookmark not defined.

BAB IV GAMBARAN UMUM ............................... Error! Bookmark not defined.

4.1 Gambaran Umum Kota Bekasi .................. Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Sejarah Kota Bekasi ............................... Error! Bookmark not defined.

4.1.2 Kondisi Penduduk Kota Bekasi ............. Error! Bookmark not defined.

4.1.3 Potensi Konflik Antar Umat Beragama di Kota Bekasi ................ Error!

Bookmark not defined.

4.2 Profil Pemerintah Kota Bekasi .................. Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Profil Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bekasi ............... Error!

Bookmark not defined.

BAB V PEMBAHASAN HASIL ............................. Error! Bookmark not defined.

5.1 Dinamika Konflik Antar Umat Beragama di Kota Bekasi ................ Error!

Bookmark not defined.

5.1.1 Konflik Antar Umat Beragama di Kota Bekasi ... Error! Bookmark not

defined.

5.1.2 Konflik Pembangunan Rumah Ibadah ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Strategi Manajemen dan Resolusi Konflik Pemerintah Kota Bekasi dalam

Penanganan Konflik Antar Umat Beragama ............ Error! Bookmark not

defined.

5.2.1 Strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam Pencegahan Konflik....... Error!

Bookmark not defined.

Page 13: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

xiii

5.2.1.1 Pembuatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sebagai

Upaya Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama .......... Error!

Bookmark not defined.

5.2.1.2 Optimalisasi Peraturan Bersama Menteri (PBM) No 9 dan 8 Tahun

2006 sebagai persoalan konflik perizinan pembangunan rumah

ibadah ................................................ Error! Bookmark not defined.

5.2.1.3 Peraturan Walikota No 47 Tahun 2013 Tentang Pembebasan

Retribusi Pembangunan Rumah Ibadah Dalam Menjawab Maraknya

Rumah Ibadah yang Tak Berizin di Kota Bekasi .. Error! Bookmark

not defined.

5.2.2 Strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam Penyelesaian Konflik ..... Error!

Bookmark not defined.

5.2.2.1 Resolusi Konflik Pembangunan Gereja Santa Clara ............... Error!

Bookmark not defined.

5.2.2.2 Mediasi Berupa Focus Group Discussion (FGD) Antar Pemuka

Agama di Kota Bekasi. ..................... Error! Bookmark not defined.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................. Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ................................................... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN .............................................................. Error! Bookmark not defined.

Page 14: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Pelanggaran Kebebasan Beragama di Indonesia .............. Error!

Bookmark not defined.

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ............................ Error! Bookmark not defined.

Tabel 2.1 Strategi Penanganan Konflik dan SituasiError! Bookmark not

defined.

Tabel 3.1 Fokus Penlitian ..................................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Daftar Walikota dan Wakil Walikota Bekasi ...................................... 53

Tabel 4.2 Populasi Penduduk Kota Bekasi Berdasarkan Gender dari Tiap

Kecamatan ............................................................................................ 56

Tabel 5.1 Daftar Pelanggaran Kebebasan Beragama di Kota Bekasi ......................... 69

Tabel 5.2 Jumlah Rumah Ibadah di Kota Bekasi ................................................. 72

Tabel 5.3 Daftar Anggota FKUB Kota Bekasi .................................................... 80

Page 15: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.................................................................. 33

Gambar 3.2 Alur Teknis Pengolahan Data Model Miles dan

Huberman..................................................................................

47

Gambar 4.1 Pembagian Wilayah Adminstratif Kota Bekasi Berdasarkan

Kecamatan.................................................................................

55

Gambar 4.2 Jumlah Komposisi Pemeluk Agama di Kota Bekasi................ 57

Gambar 4.3 Logo Pemerintah Kota Bekasi.................................................. 59

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Bekasi............................ 64

Gambar 4.5 Strukrtur Organisasi Bakesbangpol Kota Bekasi...................... 66

Gambar 5.1 Alur Tata Cara Perizinan Pembangunan Rumah Ibadah.......... 85

Gambar 5.3 Proses Konflik Pembangunan Gereja Santa Clara.................... 90

Page 16: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

xvi

DAFTAR SINGKATAN

BAKESBANGPOL : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

BPPT : Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

BPKAD : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

DINSOS PPM : Dinas Sosial Perlindungan dan Pengembangan Masyarakat

DKI : Daerah Khusus Ibu Kota

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

FASOS : Fasilitas Sosial

FGD : Focus Group Discussion

FKUB : Forum Kerukunan Umat Beragama

FSUIB : Forum Silaturahmi Umat Islam Bekasi

GKRI : Gereja Kristus Rahmana Indonesia

HKBP : Huria Kristen Batak Protestan

IMB : Izin Mendirikan Bangunan

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KEMENAG : Kementerian Agama

KESBANG : Kesatuan Bangsa

KOMNAS HAM : Komisi Nasional Hak dan Asasi Manusia

KOTIF : Kota Adminsitratif

KONTRAS : Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindakan Kekerasan

LAPAS : Lembaga Permasyarakatan

MENDAGRI : Menteri Dalam Negeri

MSUIB : Majelis Silaturahmi Umat Islam Bekasi

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia

NO : Nomor

ORMAS : Organisasi Kemasyarakatan

PBM : Peraturan Bersama Menteri

Page 17: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

xvii

PEMDA : Pemerintah Daerah

PERDA : Peraturan Daerah

PPG : Panitia Pembangunan Gereja

PTUN : Pengadilan Tata Usaha Negara

RI : Republik Indonesia

SDM : Sumber Daya Manusia

SEKDA : Sekretaris Daerah

SK : Surat Keputusan

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

SPIMB : Surat Perintah Izin Mendirikan Bangunan

TUPOKSI : Tugas, Pokok, dan Fungsi

UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

UUD : Undang Undang Dasar

WNI : Warga Negara Republik Indone

Page 18: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

18

Page 19: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang beranekaragam, dari mulai keanekaragaman

sosial dan budaya. Dari keanekaragaman masyarakatnya Indonesia memiliki 6 (enam) Agama

yang di akomodir oleh pemerintah, antara lain Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Buddha dan

Kong Hu Chu, akan tetapi dari keanekaragaman tersebut menjadi gejala sosial yang harus selalu

diperhitungkan dalam mewujudkan keutuhan dan persatuan nasional. Pada saat ini Indonesia

seringkali menghadapi tantangan tantangan dalam hal menjaga keutuhan dan persatuan

masyarakatnya.

Hal yang sering kali menjadi tantangan - tantangan tersebut antara lain adalah dalam

menjaga kerukunan umat beragama masyarakatnya. Persatuan ini tidak lagi membeda-bedakan

agama, etnis, golongan, kepentingan, dan yang sejenisnya. Kerukunan umat beragama adalah

hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling

menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus saling

bekerjasama dalam upaya memelihara kerukunan antar umat beragama.

Negara berkewajiban memfasilitasi masyarakatnya yang hidup di dalam wilayahnya untuk

dapat hidup rukun berdampingan dan memeluk kepercayaan - nya masing-masing dengan rasa

aman. Pancasila sebagai dasar negara berusaha mewujudkan kerukunan, termasuk di dalamnya

kerukunan dalam beragama dan setiap Agama pastinya mengajarkan tentang kedamaian dan

keselarasan hidup.

Page 20: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Negara menjamin kebebasan semua warga negaranya untuk melaksanakan kepercayaannya

masing - masing seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 29 tentang kebebaasan

beragama yang berbunyi1 :

Pasal 29 :

(1) Negara berdasakan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing –

masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu.

Pernyataan ini mengandung arti bahwa keanekaragaman pemeluk agama yang ada di

Indonesia diberi kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinan masing-

masing. Kebebasan yang demikian harus dilakukan agar tidak mengganggu dan merugikan umat

yang beragama lain, karena jika hal tersebut terjadi akan membawa akibat yang dapat

menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Kerukunan umat beragama sangat diperlukan, agar bisa menjalani kehidupan beragama

dan bermasyarakat di Indonesia ini dengan rasa damai, sejahtera, dan jauh dari kecurigaan

kepada kelompok - kelompok lain, dengan begitu harus dilakukan kerja sama antaragama, seperti

memberantas kemiskinan, memerangi kebodohan, mencegah korupsi, membentuk pemerintahan

yang bersih, serta memajukan bangsa dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.2

Pada tahun 2016 tercatat ada 86 aduan pelanggaran perihal pelanggaran kebebasan

berkeyakinan dan beragama yang diterima oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS

HAM), laporan tersebut dibagi menjadi aduan aduan di tiap Provinsi, diantaranya terdapat 5

provinsi dengan jumlah pelanggaran atas kerukunan umat beragamanya paling buruk diantaranya

memperlihatkan Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang peristiwa pelanggaran atas

kerukunan umat beragamanya paling buruk dari Provinsi lainnya sejumlah 20 peristiwa, diposisi

1 Undang – Undang Dasar 1945 tentang Kebebasan Warga Negara Memeluk Kepercayaan Masing - Masing. Pasal

29 2 Hamdan, Dly. 2002. Membangun Kerukunan Berpolitik dan Beragama di Indonesia. Jakarta : Departemen

Agama Republik Indonesia.

Page 21: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

kedua ada Provinsi DKI Jakarta sejumlah 17 peristiwa, diposisi ketiga ada Jawa Timur dengan

jumlah 7 peristiwa, diposisi ke empat ada Nangroe Aceh Darusalam dengan 5 peristiwa, dan

diposisi ke lima ada Sumatera Utara dengan 4 peristiwa.3

Tingginya jumlah pelanggaran kerukunan umat beragama di Provinsi Jawa Barat ini

menunjukan bahwa wilayah ini adalah wilayah yang sangat rawan dalam hal konflik kerukunan

umat beragama. Di Provinsi Jawa Barat sendiri, pada tahun 2015, salah satu kota nya yaitu Kota

Bekasi termasuk dalam peringkat 10 besar Kota dan Kabupaten di Indonesia yang kasus

pelanggaran pembatasan kebebasan beragama terbanyak.4 Bahkan Kota Bekasi menjadi salah

satu Kota di Provinsi Jawa Barat yang tingkat toleransi nya paling rendah. Konflik horizontal

yang terjadi di Kota Bekasi sering terdengar sampai belahan provinsi lain dalam beberapa tahun

terakhir ini adalah konflik yang dikarenakan keberagaman kultur, ras dan agama yang ada di

Kota Bekasi, mengingat Kota Bekasi merupakan salah satu Kota yang menjadi penyangga atau

daerah sub urban dari Ibu Kota atau Provinsi DKI Jakarta.

Kota Bekasi yang merupakan daerah sub urban memiliki penduduk yang bersifat

heterogen dalam artian berasal dari Suku, Agama, dan Ras yang beragam sehingga sangat mudah

penduduknya bergesekan karna perbedaan tersebut. Dalam konteks pemeluk Agama, Kota

Bekasi memiliki jumlah penduduk yang pemeluk Agama nya beragam. Sampai tahun 2016,

mayoritas umat beragama di Kota Bekasi memeluk Agama Islam dengan jumlah 2.094.749 jiwa

(78%), di nomor ke dua ada pemeluk Agama Kristen dengan 195.146 jiwa (14%), ke tiga

3 Komisi Nasioanal Hak dan Asasi Manusia. 2016. Presenatse Pelaporan Khusus Pelanggaran Kebebasan

Beragama di Sejumlah Provinsi Indonesia pada Tahun 2016. Diakses dari

https://www.komnasham.go.id/files/20150908 pada tanggal 12 Maret 2017, pukul 19.25 WIB. 4 CNN News Indonesia. 2016. Perihal Berbagai Pelanggaran - Pelanggaran Kerukunan Umat Beragama di

indonesia. Diakses dari http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151230151353-20-101200/berbagai-

pelanggaran-ham-sepanjang-2015/ pada 21 Maret 2017, pukul 19.40 WIB.

Page 22: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

pemeluk Agama Katolik dengan 65.568 jiwa (6%), ke empat dan ke lima yaitu pemeluk Agama

Hindu dan Budha dengan masing masing berjumlah 4.713 jiwa (3%) dan 22.533 jiwa (2%).5

Dengan komposisi umat beragama di Kota Bekasi yang sangat beragam tersebut, tentunya

dapat menimbulkan gesekan - gesekan dari masyarakat berupa konflik antar umat beragama.

Konflik ini tentunya bisa disebut dengan konflik horizontal6, karena pihak - pihak yang bertikai

merupakan kelompok umat beragama yang satu dengan kelompok umat beragama yang berbeda.

Konflik horizontal yang sering terjadi di Kota Bekasi ini seperti pelarangan pembangunan rumah

ibadah salah satu Agama yang diakibatkan oleh perizinan pembangunan dan pengusiran

sekelompok jamaah7 yang dianggap menyesatkan. Berikut merupakan catatan catatan

pelanggaran kerukunan umat beragama yang terjadi di lima tahun terakhir :

Tabel 1.1

Daftar Pelanggaran Kebebasan Beragama di Kota Bekasi

No Pelanggaran Waktu

1

Pelanggaran perizinan rumah ibadah

Gereja Santa Clara, Kecamatan Bekasi

Utara

10 Agustus 2015

2

Pelanggaran hak rumah ibadah HKBP

Filadelfia, Kampung Jejalen Jaya, Tambun,

Bekasi

24 Desember 2014

3

Aksi pengepungan Gereja Santo Stainslaus

Kotska oleh Forum Umat Islam (FUI) dan

Front Pembela Islam (FPI) di Desa

Kalamiring, Kecamatan Jatisampurna,

Kota Bekasi.

22 Maret 2014

4 Penyegelan Gereja Huria Kristen Batak 8 Maret 2014

5 Data dari Forum Kerukunan Umat Beragama, perihal data jumlah pemeluk Agama di Kota Bekasi, tahun 2016.

6 Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok yang memiliki kedudukan sama.

7 Jama'ah adalah wadah bagi ummat Islam dalam menjalankan ibadah. Di dalam jamaah, terdapat imam atau amir

atau sultan, dan ada rukyah atau makmum. Sama halnya dalam salat, ada imam ada makmum. Walaupun ribuan

umat salat di masjid bersama, tapi tanpa ada imam, tidak bisa dikatakan salat jama'ah. Akan tetapi walau hanya 3

orang, kalau salah satu maju menjadi imam, maka itu salat berjama'ah.

Page 23: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Protestan (HKBP) yang terletak di Jl. MT.

Haryono Gang Wiryo, Desa Tamansari,

Kecamatan Setu.

5

Penutupan tempat ibadah Islam

Ahmadiyah. Mesjid Ahmadiyah di Jalan

Terusan Pangrango Nomor 44, Jatibening

Baru, Pondok Gede, Bekasi

14 Februari 2013

6

Penutupan tiga gereja dalam sehari: Gereja

Kristus Rahmani Indonesia (GKRI), HKBP

Kaliabang, dan Gereja Pantekosta.

Februari 2013

7

Bentrok antar Ormas Islam dengan jemaat

Gereja Huria Batak Protestan di Pondok

Indah Timur

1 Agustus 2010

Sumber : Diambil dari Bakesbangpol Kota Bekasi, tahun 2017

Dari catatan - catatan pelanggaran kebebasan beragama di atas, penulis mengambil salah

satu contoh konflik yang menarik. Salah satu contoh konflik horizontal yang terjadi yaitu di

Kecamatan Bekasi Utara, konflik yang terjadi ini melibatkan berbagai elemen masyarakat terkait

dengan pembangunan Gereja Santa Clara pada akhir 2015 yang menarik untuk dibahas. Konflik

ini terjadi setelah beberapa kelompok yang mengatasnamakan kelompok umat Islam merasa

keberatan terhadap pembangunan rumah ibadah tersebut. Umat muslim merasa keberatan karena

gereja tersebut tidak layak dibangun karena dalam proses pembangunannya melakukan

manipulasi Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB).8

Gereja ini dibangun ditengah - tengah pemukiman yang dikelilingi oleh beberapa pesantren

yang ada di Bekasi Utara yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Namun, Menteri

Agama Indonesia, Lukman Hakim Saifudin menganggap bahwa pembangunan Gereja harus

8 Republika.com. 2016. Perihal konflik Pembangunan Gereja Santa Clara di Kota Bekasi. Diakses dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/masih-ada-konflik-pembangunan-gereja-santa-clara-bekasi.

Pada 21 Maret 2017, pukul 22.14 WIB.

Page 24: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

tetap dilakukan karena pihak Gereja sudah melengkapi prosedur yang sudah ada dalam IMB.9

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)10

Kota Bekasi pun, yang merupakan sebuah

lembaga yang ada dibawah naungan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol)

Pemerintah Kota Bekasi menyebutkan secara hukum bahwa pembangunan Gereja ini sudah

melalui prosedur dan sudah tidak ada masalah.

Konflik ini tentunya juga membuat Pemerintah Kota Bekasi sebagai lembaga Negara yang

berada di wilayah tersebut berkewajiban untuk manajemen dan resolusi konflik tersebut.

Dimana peranan Pemerintah Daerah dalam hidup bernegara di Indonesia sangatlah penting sekali

dan akan sangat paling dirasakan oleh masyarakat. Mengingat Indonesia merupakan salah satu

negara yang mengaplikasikan sistem otonomi daerah sehingga membuat pemerintah daerah

dapat berkuasa penuh terhadap daerahnya dari sisi kebijakan, pelayanan bahkan sampai sisi

tanggung jawab konflik yang ada di daerahnya. Dalam ketentuan umum Undang Undang Nomor

23 tahun 2014, tentang pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan

Daerah provinsi serta Daerah

Kabupaten atau Kota tercantum dalam lampiran.

Pengertian otonomi daerah adalah pemberian kewenangan yang luas, nyata dan

bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan,

pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat dan

daerah sesuai dengan prinsip - prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan

9 Produk hukum yang berisi persetujuan atau perizinan yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah setempat (Pemerintah

Kabupaten atau Kota) dan wajib dimiliki dan diurus pemilik bangunan yang ingin membangun, merobohkan,

menambah atau mengurangi luas, ataupun merenovasi suatu bangunan. 10

FKUB merupakan lembaga bentukan Pemerintah Daerah yang berfungsi untuk membantu tugas Pemerintah

Daerah dalam menjaga sikap saling toleransi antar umat beragama di daerah.

Page 25: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka negara

kesatuan republik Indonesia.11

Pemerintah daerah punya kewajiban untuk bisa mencerdaskan masyarakatnya agar dapat

bersifat dewasa dalam berkehidupan di daerahnya masing - masing. Karenanya, pemerintah

daerah merupakan aparatur negara yang memliki peranan untuk menjadi mediator atau penengah

dalam berbagai konflik horizontal yang ada di daerahnya.

Dalam melihat realita tersebut, peneliti menggunakan ilmu manajemen dan resolusi konflik

sebagai pisau analisis dalam membahas konflik antar umat beragama yang terjadi di Kota

Bekasi. Berangkat dari titik tolak tersebut, maka Penulis merasa perlu untuk mengangkat isu ini

sebagai tema dalam penulisan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Strategi Pemerintah

Kota Bekasi Dalam Manajemen dan Resolusi Konflik Antar Umat Beragama di

Masyarakat Kota Bekasi”. Hal ini penting untuk diteliti karena saat ini seringkali terhambatnya

suatu pembangunan di daerah karna terjadinya konflik – konflik horizontal seperti konflik antar

umat beragama. Sehingga penelitian ini diharapkan mampu memahami permasalahan –

permasalahan riil yang dihadapi oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan inti dari masalah yang hendak untuk diteliti. Berdasarkan

latar belakang masalah yang telah dijelaskan tersebut, dimana terjadinya konflik horizontal

seperti konflik antar umat beragama yang dapat menjadi tantangan dalam menjaga persatuan dan

kesatuan bangsa dan juga dapat menghambat pembangunan di suatu daerah. Maka penelitian ini

memiliki rumusan masalah yaitu :

11

Jurnal tentang Otonomi Daerah. 2016. Diakeses dari repository.usu.ac.id/bitstream.pdf. Pada Selasa 27 Maret

2017, pukul 14.02 WIB.

Page 26: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

1. Apa latar belakang terjadinya konflik antar umat beragama yang terjadi di Kota Bekasi

?

2. Bagaimanakah strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam manajemen dan resolusi konflik

antar umat bergama yang terjadi di masyarakat Kota Bekasi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui latar belakang konflik antar umat beragama di

Kota Bekasi serta bagaimanakah strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam pencegahan dan

penyelesaian konflik antar umat beragama yang terjadi di masyarakat Kota Bekasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam Manajemen dan

Resolusi Konflik Antar Umat Beragama di Masyarakat Kota Bekasi” ini, diharapkan

menghasilkan manfaat yang dimuat dalam penulisan karya ilmiah ini. Penelitian ini memiliki dua

manfaat, yakni manfaat secara teoritis dan praktis. Kedua manfaat itu diantaranya adalah :

1.4.1 Manfaat Akademis

a. Memperoleh pemahaman tentang proses bagaimana strategi yang digunakan oleh

Pemerintah Kota Bekasi dalam pencegahan dan penyelesaian konflik antar umat beragama

di wilayahnya.

b. Memperoleh pengembangan pengetahuan mata kuliah Manajemen dan Resolusi Konflik

tentang proses pencegahan dan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Pemerintah

Daerah dalam mengatasi konflik antar umat beragama yang diajarkan dalam Progam Studi

Ilmu Politik.

Page 27: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemberian informasi

maupun masukan kepada pihak Pemerintah Kota Bekasi dalam melakukan proses

manajemen dan resolusi konflik antar umat beragama di masyarakatnya.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah informasi, pengetahuan dan inovasi baru

bagi mahasiswa maupun pihak yang memerlukan bahan acuan penelitian dalam membahas

masalah yang sama untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Penelitian Terdahulu

Sub Bab ini menjelaskan tentang penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Fungsi

dari penelitian terdahulu adalah untuk dijadikan acuan dan kajian terhadap penelitian yang

dilakukan sekarang. Dengan penelitian terdahulu dijadikan acuan, maka dapat diketahui

perbedaan atau pembaharuan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang

dilakukan. Sehingga penelitian terdahulu dapat dikatakan sebagai pembanding dengan penelitian

sekarang. Penelitian terdahulu diambil dari berbagai penelitian yang membahas tentang strategi

manajemen dan resolusi konfilk yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah ataupun perihal upaya

Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan kerukunan umat beragama di masyarakatnya.

Berdasarkan atas penjabaran tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa penelitian

terdahulu berupa jurnal yang dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2

Penelitian Terdahulu

No

Nama

Peneliti dan

Tahun

Judul

Penelitian

Metode

Penelitian

Perbedaan dengan

Penelitian Penulis

1.

Munir

Abdillah

(2013)

Strategi

Komunikasi

Forum

Kerukunan

Metode

Penelitian

Kualitatif

Penelitian ini

menggunakan subjek yang

berbeda yaitu berfokus

pada strategi yang

Page 28: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Umat

Beragama

(FKUB) dalam

Menjaga

Kerukunan

Umat

Beragama di

Kota Salatiga

dilakuakn oleh Forum

Kerukunan Umat

Beragama (FKUB) di

Kota Salatiga saja, dan

fokusan tersebut

menekankan pada strategi

strategi komunikasi yang

dilakukan dalam

menciptakan kerukunan

umat beragama di Kota

Salatiga.

Dan hasil dari penelitian

ini juga hanya berfokus

pada kesalahan dalam pola

komunikasi subjek yang

diteliti nya saja, tidak

terkait dengan produk -

produk hukum yang telah

dibuat untuk menciptakan

kerukunan antar umat

beragama di Kota

Salatiga.

2.

Ayyub

Siswanto

(2014)

Peranan

Pemerintah

Daerah Dalam

Mengatasi

Konflik Antar

Kelompok di

Kecamatan

Sabbang,

Kabupaten

Luwu Utara

Studi

Kepustakaan

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui

bagaimana posisi dan

peran Pemerintah Daerah

dalam penangan konflik

antar kelompok yang

berbeda Desa.

Dan metode yang

digunakan hanya dari

studi kepustakaan saja.

3.

Arifianto

Purbolaksono

(2015)

Kebebasan

Mendirikan

Rumah Ibadah

Sudah

Terjamin ?

Berkaca Dari

Kota Bekasi

Metode

Penlitian

Kualitatif

Deskriptif

Penelitian jurnal ini hanya

berfokus pada

implementasi Pemerintah

Daerah terhadap Peraturan

Bersama Menteri (PBM)

No 9 dan 8 Tahun 2006.

Dan melakukan

perbandingan

perbandingan terhadap

setiap daerah yang sudah

melaksanakan peraturan

tersebut.

4. Nieke

(2016)

Manajemen

dan Resolusi

Metode

Kualittaif

Dalam jurnal ini hanyalah

sekedar gambaran bahwa

Page 29: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Konflik dalam

Masyarakat

konflik memiliki variasi

yang tidak kompleks dan

terlalu general, bahwa

penyelesaian konflik

semuanya sama. Sumber : Diolah oleh Penulis, tahun 2017

Penelitian terdahulu yang pertama menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian

skripsi dari Munir Abdillah, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Forum

Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama di Kota

Salatiga” dilakukan pada tahun 2013. Fokus yang diambil dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan strategi komunikasi FKUB dalam menjaga kerukunan umat beragama di Kota

Salatiga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini

adalah strategi yang digunakan FKUB antara lain ; menentukan khalayak, menentukan tujuan

komunikasi, menyusun pesan yang disampaikan berupa undang – undang pemerintah yang

menyangkut toleransi antar umat beragama. Sedangkan letak perbedaan antara penelitian

terdahulu adalah Penelitian ini menggunakan subjek yang berbeda yaitu berfokus pada strategi

yang dilakukan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kota Salatiga saja, dan

fokusan tersebut menekankan pada strategi strategi komunikasi yang dilakukan dalam

menciptakan kerukunan umat beragama di Kota Salatiga. Dan hasil dari penelitian ini juga hanya

berfokus pada kesalahan dalam pola komunikasi subjek yang diteliti nya saja, tidak terkait

dengan produk - produk hukum yang telah dibuat untuk menciptakan kerukunan antar umat

beragama di Kota Salatiga.

Penelitian terdahulu yang kedua menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian

skripsi dari Ayyub Siswanto, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Hasanudin, Makassar. Penelitian dengan judul “Peranan Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi

Page 30: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Konflik Antar Kelompok di Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara” dilakukan pada tahun

2014. Fokus yang diambil dari penelitian ini adalah menjelaskan faktor yang menjadi pemicu

konflik dan peranan Pemerintah Daerah dalam mengatasinya. Metode penelitian yang digunakan

adalah studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah Didapatkan upaya – upaya yang

dilakukan oleh pemerintah dalam menyelesaikan konflik tersebut menggunakan upaya mediasi.

Sedangkan letak perbedaan antara penelitian terdahulu adalah perbedaan tujuan, penelitian ini

hanya bertujuan untuk mengetahui bagaimana posisi dan peran Pemerintah Daerah dalam

penangan konflik antar kelompok yang berbeda Desa.

Penelitian terdahulu yang ketiga menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian

jurnal dari Arifianto Purbalaksono, peneliti dari Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

Penelitian dengan judul “Kebebasan Mendirikan Rumah Ibadah Sudah Terjamin ? Berkaca dari

Kota Bekasi” dilakukan pada tahun 2015. Fokus yang diambil dari penelitian ini adalah

implementasi Pemerintah Daerah terhadap PBM No 9 dan 8 Tahun 2006. Hasil dari penelitian

ini adalah membandingkan beberapa daerah yang ada di Indonesia dengan Kota Bekasi yang

sudah menerapkan peraturan tersebut.12

Sedangkan letak perbedaan antara penelitian terdahulu

adalah Penelitian jurnal ini hanya berfokus pada implementasi Pemerintah Daerah terhadap

Peraturan Bersama Menteri (PBM) No 9 dan 8 Tahun 2006. Dan melakukan perbandingan -

perbandingan terhadap setiap daerah yang sudah melaksanakan peraturan tersebut.

Penelitian terdahulu yang keempat menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian

jurnal dari Nieke, peneliti dari Biro Pemantauan Komisi Nasional Hak dan Asasi Manusia

(Komnas HAM), Jakarta. Penelitian dengan judul “Manajemen dan Resolusi Konflik dalam

Masyarakat” dilakukan pada tahun 2014. Fokus yang diambil dari penelitian ini adalah melihat

12

Purbalaksono Arifinto. 2015. Kebebasan Mendirikan Rumah Ibadah Sudah Terjamin ? Berkaca dari Kota

Bekasi. Jurnal Kebebasan Volume 1 No. 2.

Page 31: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

konflik – konflik kekerasan yang terjadi di masyarakat dan melihat solusinya13. Sedangkan letak

perbedaan antara penelitian terdahulu adalah Penelitian jurnal ini jurnal ini hanyalah sekedar

menggambarkan bahwa konflik – konflik yang terjadi di daerah memiliki variasi yang tidak

kompleks dan solusi penyelesaian nya terlalu general.

13

Nieke. 2014. Manajemen dan Resolusi Konflik dalam Masyarakat. Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan dan

Pembangunan Berkelanjutan. Volume 12 No. 2.

Page 32: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teoritis

Dasar teoritis merupakan teori yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini. Dalam sub bab ini akan disampaikan tentang teori yang dipergunakan sebagai

dasar analisis penelitian. Dasar teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teori

konflik. Dengan menggunakan teori konflik ini sebagai dasar dalam menganalisis tentang

strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam manajemen dan resolusi konflik antar umat beragama di

masyarakat Kota Bekasi.

2.1.1 Teori Konflik

Istilah konflik berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu “conflict” yang berarti pertentangan.

Sedangkan konflik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah percekcokan,

pertentangan, atau perselisihan. Menurut Ramlan Subakti, konflik adalah perbedaan pendapat,

perdebatan, persaingan, bahkan pertentangan dan perebutan dalam upaya mendapatkan dan atau

mempertahankan nilai - niai. Oleh karena itu, menurut pandangan konflik, pada dasarnya politik

adalah konflik. Pandangan ini ada benarnya sebab konflik merupakan gejala yang serba hadir

dalam masyarakat, termasuk dalam proses politik. Selain itu, konflik merupakan gejala yang

melekat dalam setiap proses politik.1 Sementara itu, konflik tidak selalu bersifat negatif seperti

diduga banyak orang. Apabila ditelaah secara seksama, konflik mempunyai fungsi positif, yakni

sebagai pengintegrasi masyarakat dan sebagai sumber perubahan - perubahan. 2

1 Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia.

2 Ibid. Hlm. 191

Page 33: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui

proses penyesuaian nilai nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya

konflik yang menghasilkan kompromi - kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.3

Konflik merupakan sebuah kondisi yang sangat wajar jika terjadi. Bahkan di kehidupan

terkecil pun, yakni di lingkungan keluarga, konflik sering kali terjadi tanpa disadari. Konflik

sering dilatar belakangi oleh perbedaan pendapat yang dibawa oleh individu dalam suatu

interakasi. Dalam berkehidupan bernegara pun demikian, ini sangat mungkin untuk terjadi

adanya konflik, baik konflik antar individu maupun konflik antar kelompok. Sebab sebab

terjadinya konflik antara lain sebagai berikut:

1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan

perasaan yang berbeda beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan

sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial,

sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan

kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu

perasaan setiap warganya akan berbeda beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,

tetapi ada pula yang merasa terhibur.

2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi pribadi yang berbeda

beda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola pola pemikiran dan pendirian

kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan

perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

3 Bernard Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Page 34: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Setiap manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang

berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau

kelompok memiliki kepentingan yang berbeda beda. Kadang - kadang orang dapat

melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda - beda. Sebagai contoh,

misalnya perbedaan kepentingan dalam hal - hal pemanfaatan sebuah hutan.

Para petani menebang pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk

membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon ditebang dan kemudian

kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan, sedangkan bagi

pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan, sehingga harus dilestarikan. Di

sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu individu dengan kelompok

sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.

4. Perubahan - perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu

berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya

konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi

yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai nilai lama pada masyarakat

tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai nilai

masyarakat industri. Nilai nilai yang berubah itu seperti nilai gotong royong berganti

menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.

Menurut faktor faktor diatas, konflik bisa terjadi kapan pun dan kerena alasan apapun,

karena hidup di masyarakat di isi dengan berbagai kepentingan. Contoh sederhana kondisi yang

terjadi di Kota Bekasi. Konflik yang terjadi antara kelompok umat Islam dengan panitia

pendirian Gereja Santa Clara di Bekasi Utara juga menghasilkan konflik Horizontal. Konflik

Page 35: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

yang dipicu karena kesalah pahaman pemerintah tingkat Kecamatan yang membuat banyak

pihak merasa dirugikan. Salah paham Camat terhadap PMB (Peraturan Menteri Bersama) yang

di bentuk oleh pemerintah membuat beberapa kelompok umat Islam melakukan protes ketika

pada akhirnya pemerintah Kota Bekasi mengeluarkan izin pembangunan gereja tersebut.

Sehingga beberapa kelompok umat Islam di Bekasi menggelar banyak aksi untuk menolak

pembangunan Gereja tersebut.

2.1.1.1 Tipologi Konflik

Jenis - jenis konflik dibagi atau dibedakan dalam beberapa perspektif. Di dalam tulisan ini

tipologi konflik akan dibedakan berdasarkan posisi yang berkonflik4, yaitu :

1. Konflik Vertikal

Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki

hierarki. Contohnya adalah konflik antara buruh dengan majikan nya. Salah satu studi

kasus nya yaitu kasus penyekapan pekerja buruh loyang di Tangerang yang dilakukan oleh

pimpinan pabrik loyang. Kita dapat melihat bagaimana 21 orang buruh tidak mendapatkan

hak-hak nya sebagai buruh sehingga mengakibatkan aksi demonstarsi yang berakhir

anarkis.

2. Konflik Horizontal

Merupakan konflik yang terjadi antar individu atau kelompok yang memiliki kedudukan

sama. Contohnya adalah konflik di Lampung Selatan. Konflik ini terjadi antara orang

Lampung sebagai suku asli dan orang Bali yang dianggap suku pendatang. Masyarakat

Lampung asli melihat ada permasalahan dengan kehadiran sekelompok orang berasal dari

4 Mohyi Achmad. 2012. Teori dan Perilaku Organisasi Dalam Membentuk, Mengelola, dan Mengembangkan

Organisasi. Hlm. 76

Page 36: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Bali yang memeliki perbedaan kebiasaan, kultur dan Agama. Secara umum, masyarakat

etnis Bali dapat dikatakan memiliki kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dibandingkan

dengan masyarakat asli Lampung yang merupakan “tuan rumah”. Kecemburuan sosial

antara “pribumi” dengan “pendatang” menjadi pemicu munculnya konflik antar

masyarakat yang berlainan suku tersebut.

3. Konflik Diagonal

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke

seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contohnya adalah

konflik antara para Pilot Garuda dengan managemen karena ketidakadilan jumlah gaji yang

diterima.

Dalam penelitian ini penulis mengangkat contoh konflik yang termasuk tipologi konflik

horizontal. Konflik antar umat beragama di Kota Bekasi termasuk dalam konflik horizontal

karna subjek yang terlibat konflik yaitu kelompok salah satu Agama dengan kelompok Agama

yang lainnya.

2.1.1.2 Proses Konflik

Konflik yang bersifat dinamis, maksudnya adalah di dalam konflik terdapat urutan waktu

dan serangkaian peristiwa. Salah satu cara untuk memahami konflik sebagai salah satu proses

adalah dengan memakai metode yang diajukan oleh Pondy yaitu conflict episode (episode

konflik). Di dalam model tersebut ditunjukan adanya serangkaian tahap sebagai berikut5 :

1. Latent Conflict, yaitu tahap munculnya faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

konflik di dalam organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini adalah persaingan untuk

5 Ibid hlm. 85

Page 37: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

merebutkan sumber daya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi dalam

organisasi, dan perbedaan tujuan di antara anggota organisasi.

2. Perceived Conflict, yaitu tahap dimana salah satu pihak memandang pihak lain seperti akan

menghambat atau mengancam pencapaian tujuannya. Keadaan ini bisa timbul dari salah

pengertian atau kurang pengertian, dan tidak selalu berasal dari latent conflict ada yang

tidak sampai dipersepsikan menjadi konflik.

3. Felt Conflict, yaitu tahap dimana konflik tidak hanya sekedar dipandang atau dianggap

ada, tetapi sudah benar-benar dirasakan dan dikenal keberadaanya.

4. Conflict Resolution, adalah tahap dimana konflik yang ada diselesaikan atau ditekan

dengan berbagai macam cara dan pendekatan, mulai dari menghindari terjadinya sampai

pada menghadapi konflik itu dalam usaha mencari jalan keluar sehingga pihak-pihak yang

terlibat mencapai tujuannya.

5. Conflict Aftermatch, tahap ini mewakili kondisi yang dihasilkan oleh proses sebelumnya

(penyelesaian konflik). Jika konflik benar - benar telah terselesaikan, maka hal itu akan

meningkatkan hubungan diantara para organisasi, dan jika penyelesaiannya tidak tepat, hal

tersebut akan dapat menjadi pemicu bagi timbulnya konflik baru.

2.1.1.3 Tujuan Konflik

Secara umum ada dua tujuan dasar seriap konflik, yakni mendapatkan atau

mempertahankan sumber – sumber merupakan ciri manusia yang hidup bermasyarakat karena

manusia memerlukan sumber – sumber tertentu untuk dapat hidup secara layak dan terhormat

dalam masyarakat. Yang ingin diperoleh manusia meliputi hal – hal yang sesuai dengan

kehendak bebas dan kepentingannya.

Page 38: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Tujuan konflik untuk mempertahankan sumber – sumber yang selama ini sudah dimiliki

juga merupakan kecenderungan hidup manusia. Manusia ingin memelihara sumber – sumber

yang menjadi miliknya, dan berupaya mempertahankan dari usaha pihak lain untuk merebut atau

mengurangi sumber daya tersebut. Tujuan yang ingin dipertahankan bukan hanya harga diri,

keselamatan hidup, dan keluarganya, tetapi juga wilayah tempat tinggal, kekayaan, dan

kekuasaan yang dimiliki. Tujuan mempertahankan diri tidak menjadi monopoli manusia saja

karena binatang sekalipun memiliki watak untuk berupaya mempertahankan diri.

Perbedaan tujuan konflik ini merupakan perbedaan yang bersifat analistis sebab dalam

kenyataan jarang terjadi konflik yang bertujuan mendapatkan atau mempertahankan saja. Dalam

hal ini, baik yang berupaya mendapatkan maupun yang berupaya mempertahankan. Itu sebabnya

mengapa tujuan konflik dirumuskan sebagai mendapatkan atau mempertahankan sumber –

sumber yang dianggap penting.

Dalam setiap kasus sebuah konflik, pihak - pihak yang terlibat biasanya membuat

perhitungan untung dan rugi. Maksudnya adalah untuk memaksimalkan perolehan yang akan

didapat dan meminimalkan kerugian yang akan terjadi. Artinya setiap pihak berupaya untuk

mendapatkan sebanyak mungkin sumber -sumber tetapi dengan mendapatkan kerugian sekecil

mungkin. Yang terakhir ini sesungguhnya menjadi motif atau tujuan mempertahankan sumber

yang selama ini dikuasai

Berdasarkan deskripsi terbut, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap situasi konflik selalu

akan bertemu berbagai tujuan. Dengan asumsi ini, dibuat kategorisasi tujuan konflik sebagai

berikut6 :

6 Opcit. Hlm. 199

Page 39: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

1. Pihak - pihak yang terlobat dalam konflik memiliki tujuan yang sama, yakni sama - sama

berupaya mendapatkan

2. Di satu pihak, hendak mendapatkan, sedangkan di pihak lin berupaya keras untuk

mempertahankan apa yang sedang dimilikinya.

Sebenarnya secara teoritis, terapat satu kemungkinan lain yaitu yang satu mempertahankan

dan yang lain mendapatkan. Namun, kemungkinan ini sama saja dengan situasi konflik yang

kedua sehingga tidak relevan dibahas lagi.

2.1.1.4 Strategi Manajemen Konflik Pendekatan K.W Thomas

Manajemen konflik merupakan sebuah cara yang digunakan oleh individu atau kelompok

dalam menghadapi sebuah pertentangan atau perselisihan antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang terjadi dalam

memperjuangkan win win solution. Sedangkan strategi adalah sebuah proses penentuan rencana

yang akan dilakukan oleh para pemimpin puncak disebuah hierarki yang berfokus pada tujuan

jangka panjang disebuah organisasi, disertai dengan penyusunan sautu cara atau upaya yang akan

dilakukan untuk bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai.7

Bagaimana konflik yang ada harus dikelola dengan baik supaya memberikan efek yang

positif. Adapun macam - macam strategi manajemen atau penanganan kofnlik, yaitu sebagai

berikut :

1. Kompetisi, sering juga disebut dengan strategi “kalah - menang” yaitu penyelesaian

konflik dengan cara menggunakan kekuatan dan kekuasaan.

7 Umar Nimran. 2009. Perilaku Organisasi. Sidoarjo : Laras Press. hlm. 86

Page 40: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

2. Kolaborasi, sering juga disebut dengan strategi “menang - menang” di mana pihak -

pihak yang terlibat mencari penyelesaian konflik yang sama - sama menguntungkan

kedua pihak.

3. Akomodasi, adalah strategi yang menempatkan kepentingan lawan di atas kepentingan

diri sendiri. Strategi ini disebut juga dengan “sikap mengalah”

4. Penghindaran, yaitu strategi untuk menjauhi sumber konflik dengan mengalihkan

persoalan sehingga konfliknya sendiri tidak sampai terjadi atau muncul.

5. Kompromi, sering disebut juga dengan strategi “kalah - kalah” di mana pihak - pihak

yang bertikai sama sama-sama mengorbankan sebagian dari sasarannya, dan

mendapatkan hasil yang tidak maksimal.

Perlu disadari bahwa tak ada satu pun dari strategi pendekatan konflik diatas yang cocok

untuk semua situasi konflik. Sebab, pada situasi konflik tertentu suatu strategi boleh jadi lebih

tepat digunakan daripada strategi yang lain untuk situasi tertentu. Mengenai hal ini, K.W.Thomas

mengemukakan strategi penanganan konflik yang dikaitkan dengan kriteria situasinya masing -

masing,8 seperti dalam tabel berikut :

Tabel 2.1

Strategi Penanganan Konflik dan Situasi

No Strategi Penanganan Situasi Yang Cocok

1 Kompetisi

1. Bila langkah cepat, desisif amat dibutuhkan.

2. Menyangkut perkara penting dimana tindakan

yang tak populer perlu ditingkatkan.

3. Menyangkut perkara yang penting bagi

kesejahteraan organisasi anda yakin bahwa anda

benar.

4. Melawan orang yang mengambil keuntungan

dari perilaku yang tidak kompetitif.

2 Kolaborasi 1. Mencari solusi terpadu jika ada dua masalah

yang terlalu penting untuk dikompromikan.

8 Ibid, hlm. 87

Page 41: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

2. Jika tujuan anda adalah belajar.

3. Untuk menggabungkan pandangan dari orang-

orang dengan sudut pandang yang berbeda.

4. Mendapatkan komitmen dengan memasukan

hal-hal penting menjadi sebuah konsensus.

5. Berkaitan dengan perasaan yang telah ikut

terlibat dalam suatu hubungan.

3 Penghindaran

1. Jika suatu perkara itu pelik, atau ada perkara

lebih penting yang mendesak.

2. Jika anda pandang tidak ada peluang untuk

memuaskan keinginan anda.

3. Jika gangguan potensial lebih kuat dari

keuntungan penyelesaian yang bakal didapat.

4. Memberikan kesempatan orang lain untuk

tenang dan mendapatkan pikiran yang jernih.

5. Jika mengumpulkan informasi lebih daripada

keputusan yang cepat.

6. Jika orang lain dapat mengatasi konflik dengan

lebih efektif.

7. Jika isu yang mucnul nampak sebagai dari isu

yang lain.

4 Akomodasi

1. Jika anda sadar bahwa anda salah dalam

mendapatkan posisi yang lebih baik untuk

didengar, belajar, dan menunjukan bahwa anda

rasional.

2. Jika isu tertentu lebih penting untuk orang lain

dari pada untuk diri anda untuk memuaskan

orang lain, memelihara kerja-sama.

3. Untuk menciptakan kepercayaan bagi isu yang

akan datang.

4. Meminimalkan kerugian jika anda rasa tidak

sepadan dan kalah.

5. Jika harmonis dan stabilitas sangat penting.

6. Memberi kesempatan belajar dari kesalahan.

5 Kompromi

1. Jika tujuan adalah penting, tetapi tidak

seimbang dengan usaha atau adanya potensi

gangguan yang lebih kuat.

2. Jika lawan dengan kekuatan sama rela

berkorban untuk tujuan yang berbeda.

3. Mencapai penyelesaian sementara atas isu yang

rumit.

4. Mencapai pemecahan yang tepat sesaat dengan

tekanan waktu.

5. Sebagai cadangan untuk berjaga-jaga jika

Page 42: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

kolaborasi atau kompetisi tidak berhasil.

Sumber : K.W. Thomas, “Toward multidemnsional Values in teaching: The example of conflict Behavior”.

Academi of Managemen Review, July 1977, hal.487.

Dalam tabel diatas K.W Thomas mendetailkan lebih rinci penerapan strategi manajemen

konflik sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat konflik berlangsung. Karna beranggapan

setiap konflik memiliki suatu keadaan situasi yang sangat berbeda, dan berpengaruh terhadap

pengambilan-pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang sedang berkonflik.

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan Sub Bab dalam Tinjauan Pustaka yang bertujuan untuk

menjelaskan konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini tentang strategi Pemerintah Kota

Bekasi dalam manajemen dan resolusi konflik antar umat beragama. Kerangka konseptual

dijadikan sebagai acuan yang digunakan oleh peneliti dalam melihat suatu permasalahan.

Terdapat tiga konseptual dalam menjelaskan tentang penelitian ini, yaitu peran pemerintah

daerah melalui otonomi daerah, Strategi manajemen dan resolusi konflik Pemerintah Daerah,

serta Kerukunan umat beragama.

2.2.1 Peran Pemerintah Daerah

Peran pemerintah daerah dilakukan melalui otonomi daerah, yang dimaksud adalah

kewenangan suatu daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan

masyarakatnya secara mandiri menurut peraturan dan caranya sendiri dengan tidak melanggar

pada peraturan per undang-undangan pusat yang sudah berlaku. Dalam undang undang Nomor

32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban

pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan nya dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan

penjelasan undang-undang No. 32 tahun 2004, bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah

Page 43: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

kabupaten dan kota didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan

bertanggung jawab.9

Kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat tentunya tidak semuanya diberikan ke

pemerintah daerah, hal itu kewenangan-kewenangan yang tidak diberikan pemerintah pusat ke

daerah antara lain :

a. Politik Luar Negeri, sebagai contoh misalnya soal pengangkatan duta besar negara,

mengadakan perjanjian internasional.

b. Pertahanan dan Keamanan, contohnya persoalan pengangkatan angkatan bersenjata,

menyatakan daerah atau wilayah dalam keadaan tidak aman atau dalam keadaan

bahaya, pengembangan sistem pertahanan dan persenjataan, dan penetapan peraturan

keamanan nasional.

c. Yustisi, yakni berkaitan dengan penegakan hukum seperti pendirian peradilan,

pengangkatan hakim - hakim, dan mendirikan lembaga permasyarakatan (Lapas).

d. Agama, sebagai contoh pemberian pengakuan terhadap suatu agama, penetapan hari

libur agama secara nasional, menyelenggaraan kehidupan keagamaan, dan lain-lain.

2.2.2 Kerukunan Umat Beragama

Menurut Peraturan Bersama Menteri (PBM) Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9

dan 8 Tahun 2006 10

, kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat

beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai

kesetaraan dalam pengalaman ajaran Agama nya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,

9 Undang undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

10 Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang Dan Diklat. 2006. Peraturan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006. Jakarta :Departemen Agama RI. Hlm. 10.

Page 44: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan

Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kerukunan hidup umat beragama merupakan suatu sarana yang penting dalam menjamin

stabilitas nasional, dalam rangka menciptakan stabilitas yang diperlukan bagi proses pencapaian

masyarakat Indonesia yang bersatu dan damai. Kerjasama yang rukun dapat terjadi apabila

diantara para pemeluk agama merasa saling membutuhkan, saling menghargai perbedaan, saling

tolong menolong, saling membantu dan mampu menyatukan pendapat atau istilah lainnya

memiliki sikap toleransi. Toleransi yang berasal dari bahasa latin yaitu “Tolerare” yang berarti

dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau

perilaku manusia yang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.

Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti

sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok kelompok yang

berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah

toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan

agama agama lainnya.

Dengan adanya toleransi maka akan dapat melestarikan persatuan dan kesatuan bangsa,

mendukung dan menyukseskan pembangunan, serta menghilangkan kesenjangan. Prinsip

mengenai toleransi antar umat beragama yaitu:11

1. Tidak boleh ada paksaan dalam beragama baik paksaan itu berupa halus maupun dilakukan

secara kasar

2. Manusia berhak untuk memilih dan memeluk agama yang diyakininya dan beribadat

menurut keyakinan itu

11

Komisi Untuk Orang hilang dan Tindakan Kekerasan. Tahun 2016. Diakses dari

https://www.kontras.org/buku/Buku% . Pada 29 Maret 2017, pukul 18.30 WIB.

Page 45: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

3. Tidak akan berguna memaksa seseorang agar mengikuti suatu keyakinan tertentu

4. Tuhan Yang Maha Esa tidak melarang hidup bermasyarakat dengan yang tidak sefaham atau

tidak seagama, dengan harapan menghindari sikap saling bermusuhan.

Seluruh warga negara Indonesia (WNI) memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama

dalam memajukan bangsa. Pembangunan tidak akan tercapai secara optimal apabila tidak ada

langkah maju yang sama antar elemen bangsa, termasuk di dalamnya adalah umat beragama.

Oleh karena itu, kerjasama antara tokoh (umat) agama dan pemerintah (negara) menjadi sangat

penting.

Negara berperan sebagai penata kehidupan nasional yang harmonis di atas pluralitas agama

agama yang ada, sementara tokoh agama berperan sebagai penyiar ajaran yang bijak dan

sinergis sehingga misi agama sebagai pencipta perdamaian dapat terasa bagi kehidupan

bernegara khususnya dalam hal memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga sesuai

dengan tujuan dan fungsi Negara antara lain :

1. Melaksanakan dan menjaga ketertiban serta keamanan

2. Melindungi segenap rakyat dengan memberikan perlindungan

3. Memajukan kesejahteraan rakyat

4. Dan menegakan keadilan melalui lembaga peradilan hukum.12

2.2.2.1 Aspek Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9

dan 8 Tahun 2006 13

adalah meliputi tiga aspek, antara lain :

1. Intern Umat Beragama

12

Anwar Arifin, 2015. Perspektif Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers. 13

Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat, Peraturan Bersama Menter Agama dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006. Hal. 10

Page 46: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Kerukunan juga bisa dilihat dari kehidupan sesama pemeluk agama tertentu. Semakin

orang menghargai dan menghormati kepercayaan yang dipeluknya akan memunculkan

kehidupan yang rukun. Tidak mengklaim kepercayaan yang dianutnya paling benar.

Karena menghormati privasi warga Negara untuk menentukan pilihan agama adalah hak

setiap individu. Tidak mengecam privasi orang yang meyakini keyakinan tertentu bisa

disebut rukun secara privasi.

2. Antar Umat Beragama

Kehidupan antar umat beragama sudah diatur oleh peraturan Pemerintah dalam

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun

2006 14

, antara umat beragama harus bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Sikap toleransi antar umat beragama dapat ditunjukan dalam kehidupan sehari –

hari melalui :

a. Saling menghargai dan menghormati ajaran masing-masing Agama

b. Menghormati atau tidak melecehkan simbol-simbol maupun kitab suci masing

masing Agama

c. Tidak mengotori atau merusak tempat ibadah Agama orang lain, serta ikut menjaga

ketertiban dan ketenangan kegiatan keagamaan.

14

Ibid. Hal. 10

Page 47: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

2.2.2.2 Indikator Kerukunan Umat Beragama

Aspek kerukunan dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 15

adalah :

1. Keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi

2. Saling Pengertian dan Menghormati

3. Menghargai kesetaraan dalam pengalaman ajaran Agamanya

4. Kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar

Negera Republik Indonesia Tahun 1945.

Dari ke empat point tersebut yang ada dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006, Pemerintah Daerah dituntut untuk bisa

menerapkan kepada masyarakatnya, agar terciptanya kerukunan umat beragama dengan indikator

– indikator yang sudah ditetapkan. Dengan kata lain, kerukunan umat beribadah merupakan

kunci dari kerukunan masyarakat secara keseluruhan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir yang digunakan oleh peneliti terhadap penelitian

yang dilakukan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam manajemen daresolusi konflik antar umat beragama di

masyarakat Kota Bekasi menggunakan pisau analisis teori konflik yang ditambah dengan

kerangka konseptual berupa konsep peran pemerintah daerah melalui otonomi daerah, strategi

resolusi konflik, dan konsep kerukunan umat beragama. Kerangka pemikiran dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

15

Ibid. Hal. 10

Page 48: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Konflik Konflik Antar

Umat Beragama

(Pembangunan

Rumah Ibadah)

Pemerintah Daerah

(Peran Pemerintah Daerah

Melalui Otonomi Daerah)

Strategi

manajemen

Konflik

Strategi

Resolusi

Konflik

Kerukunan Antar

Umat Beragama di

Masyarakat

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Sumber : Diolah Oleh Penulis, tahun 2017

Page 49: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat dijelaskan bahwa tahapan pertama yaitu

terjadinya konflik – konflik antar umat beragama yang ada di masyarakat dapat mengganggu

stabilitas keamanan di daerah terebut, seperti konflik perizinan rumah ibadah ataupun terjadinya

gesekan – gesekan antar umat beragama yang diakibatkan kesalahpahaman.

Tahapan kedua tentunya, setelah terjadinya konflik tersebut harus membuat Pemerintah

Daerah menyelesaiakan konflik yang terjadi di wilayahnya. Sesuai dengan adanya otonomi

daerah, Pemerintah Daerah tersebut bisa langsung bertindak menangani konflik tersebut sebelum

Pemerintah Pusat yang bertindak. Kemudian Pemerintah Daerah bisa menggunakan strategi yang

telah dibuatnya untuk menangani konflik antar umat beragama yang terjadi di wilayahnya

tersebut. Tentu saja sangat diperlukan strategi yang tepat untuk menangani konflik antar umat

beragama yang terjadi di wilayahnya. Ketepatan pengambilan strategi nantinya bisa

menghasilkan Win – Win, Win – Lose, atau Lose - Lose solution.

Tahapan yang terakhir adalah terciptanya kerukunan umat beragama di masyarakat jika

Pemerintah Daerah berhasil mengambil strategi yang tepat dalam menangani konflik antar umat

beragama di daerahnya. Hal tersebut dapat membuat daerahnya akan menjadi aman dan nyaman

bagi masyarakatnya, sehingga membuat pembangunan daerah tersebut menjadi stabil bahkan

sangat berkembang pesat.

Page 50: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dengan menggunakan

metode penelitian kualitatif, menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan

dari orang - orang atau perilaku yang dapat diamati. Secara lebih rinci, Cresswell mendefinisikan

Penelitian Kualitatif sebagai berikut1 :

Creswell menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah

yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah- masalah manusia dalam konteks sosial

dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan disajikan secara kompleks, melaporkan

pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting ilmiah

yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti.

Lebih mendalam lagi, Creswell menjelaskan bahwa sesungguhnya dinamika permasalahan

manusia tidak terlepas dari konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Oleh karena itu,

apapun sikap yang dimunculkan beserta sudut pandang seorang individu sangat dipengaruhi oleh

latar sosial, kondisi sosial dan budayanya masing – masing. Penelitian menggunakan metode

kualitatif mengacu kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, meliputi penelitian

lapangan, observasi partisipan, wawancara secara mendalam.2

Selanjutnya, penelitian yang menggunakan metode kualitatif diskriptif ini memakai model

studi kasus. Menurut Cresswell, studi kasus adalah suatu model yang menekankan pada

eksplorasi dari suatu sistem yang terbatas pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail

disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi

1 Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba

Humanika. Halaman: 8 2 Bruce A. Chadwick, Howard M. Bahr, Stan L. Albrecht. 1991. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial

(Penerjemah: Sulistia, Yan Mujianto, Ahmad Sofwan, Suhardjito). Semarang: IKIP Semarang Press.

Page 51: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

yang kaya akan konteks.3 Sistem yang terbatas memiliki maksud bahwa adanya batasan dalam

hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat. Pada dasarnya, model studi

kasus memiliki fokus pada pengembangan analisis yang mendalam pada suatu kasus tertentu.

Studi kasus pada penelitian ini adalah tentang konflik – konflik antar umat beragama seperti

pendirian rumah ibadah yang terjadi di wilayah Kota Bekasi.

1.2 Fokus Penelitian

Tabel 3.1

Fokus Penelitian

No Rumusan Masalah Indikator Fokus Metode

1

Apa latar belakang

terjadinya konflik

antar umat beragama

yang terjadi di Kota

Bekasi ?

1. Faktor – factor atau

penyebab yang membuat

terjadinya konflik atau

kerusuhan antar umat

bergama di masyaraakat

Kota Bekasi

2. Pengaruh perizinan

pendirian rumah ibadah

terhadap sumber utama

konflik antar umat

beeragama yang terjadi di

masyarakat Kota Bekasi.

1. Observasi, dengan

melakukan

pengamatan

langsung ke lokasi

yang terjadi

konflik

2. Dokumentasi,

dengan

menganalisis

dokumen yang

telah dibuat

2.

Bagaimana strategi

Pemerintah Kota

Bekasi dalam

manajemen dan

resolusi konflik antar

umat beragama yang

terjadi di masyarakat

Kota Bekasi ?

1. Keterlibatan Pemerintah

Kota Bekasi terhadap

konflik antar umat

beragama yang terjadi di

masyarakat Kota Bekasi

2. Strategi - strategi yang

digunakan oleh Pemerintah

Kota Bekasi dalam upaya

1. Wawancara,

penentuan

informan dengan

menggunakan

Purposive

sampling.

2. Dokumentasi,

dengan

3 Herdiansyah, Haris. Op.Cit. Halaman: 76

Page 52: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

pencegahan konflik antar

umat beragama di

masyarakat Kota Bekasi

3. Strategi - strategi yang

digunakan oleh Pemerintah

Kota Bekasi dalam upaya

penyelesaian konflik antar

umat beragama di

masyarakat Kota Bekasi

4. Evaluasi terhadap perda

yang telah dibuat

mengenai kerukunan umat

beragama.

menganalisis

dokumen yang

telah dibuat.

3. Studi

kepustakaan,

dengan

menganalisis

perda yang telah

dibuat.

Sumber : Diolah Oleh Penulis, tahun 2017

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan strategi yang

digunakan oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam mencegah dan mengatasi konflik antar umat

beragama yang terjadi di Kota Bekasi. Pengelolaan tersebut termasuk peran dan strategi yang

dijalankan oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam mewujudkan sikap toleransi antar umat

beragama yang terjadi di masyarakatnya, seperti mengatasi konflik perizinan rumah ibadah.

Toleransi antar umat beragama yang diterapkan oleh masyarakat Kota Bekasi merupakan suatu

hal yang sangat penting. Adanya sikap toleransi di masyarakat tersebut dapat diartikan sebagai

sesuatu yang mengedepankan kemajuan Kota Bekasi tersebut karena terjaganya stabilitas

kemanan yang akan berimbas terhadap kemajuan pembangunan yang ada di daerah tersebut.

3.3 Lokasi dan Obyek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat. Diantaranya di

lingkupan Pemerintahan Kota Bekasi, Kantor Sekretariat Forum Kerukunan Umat Beragama

Kota Bekasi, serta di beberapa titik seperti tempat -tempat terjadinya konflik antar umat

Page 53: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

beragama di Kota Bekasi. Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih karena konflik-konflik antar

umat beragama yang terjadi di daerah tersebut melibatkan beberapa pihak yang nantinya akan

dimintai keterangan. Oleh karena itu, lokasi penelitian ini menjadi menarik untuk dibahas karna

banyaknya pihak-pihak yang terlibat. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah Pemerintah

Kota Bekasi beserta lembaga-lembaga pemerintahan maupun yang berada di bawah control

pemerintahan terkait dalam urusan penyelesaian konflik antar umat beragama yang terjadi di

masyarakat Kota Bekasi. Hal ini menjadi menarik untuk dijadikan sebagai objek penelitian

untuk mengetahui strategi apa yang digunakan oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini

Pemerintah Kota Bekasi dalam penyelesaian konflik antar umat beragama yang terjadi di Kota

Bekasi.

3.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti dalam proses pengumpulan data lapangan sebagai bahan

analisis penyusunan penelitian menggunakan dua jenis sumber data. Sumber data yang peneliti

gunakan terbagi menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. Peneliti membagi sumber data

tersebut untuk dapat membantu peneliti melakukan prioritas pencarian data serta mempermudah

peneliti dalam melakukan analisis data berdasarkan sumber data yang di peroleh. Berikut

penjelasan mengenai Data tersebut.

1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung yang didapatkan melalui

sumber-sumber informan yang telah ditentukan sebelumnya. Penentuan informan tersebut

berdasarkan atas interaksi informan terhadap keterkaitannya secara langsung terhadap obyek

penelitian yang menjadi fokus penelitian ini. Dalam hal ini, Informan yang dituju seperti

Page 54: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Walikota atau Wakil Walikota Bekasi, pimpinan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Bekasi, serta ketua harian Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang dalam penelitian ini tidak berhubungan secara

langsung dengan responden yang telah ditentukan oleh peneliti. Selain itu, data sekunder

disini bersifat sebagai data pendukung dari penelitian yang dilakukan. Data sekunder dalam

penelitian ini dapat berupa: Arsip dari catatan-catatan konflik antar umat beragama yang ada

di Kota Bekasi. Diharapkan melalui data sekunder ini akan membantu setiap data yang telah

diperoleh peneliti dalam proses pengumpulan data penelitian.

3.5 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian kualitatif merupakan hal pokok dalam mendapatkan

data penelitian. Untuk menentukan informan, Peneliti menggunakan metode purposive

sampling. Dalam metode purposive sampling, informan ditentukan dengan sengaja oleh Peneliti

sesuai dengan tujuan atau permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Peneliti memilih

orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi, memberikan pandangan

tentang nilai, sikap dan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Data dari informan

dalam penelitian kualitatif juga harus jujur dan dapat dipertanggungjawabkan.4 Hal tersebut

dibutuhkan untuk menentukan atau memilih informan agar nantinya data yang diperoleh dapat

lebih tepat dan akurat.

Terdapat dua jenis informan dalam penelitian ini, yaitu informan kunci atau informan inti

dan informan tambahan. Berkenaan dengan metode kualitatif, maka dalam teknik penentuan

informan yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci atau informan inti

4 Ibid. Hlm. 87

Page 55: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

yang memiliki banyak informasi tentang fokus dari penelitian. Informan kunci adalah orang

yang mampu memahami masalah penelitian, telah cukup lama dan intensif mengetahui tentang

masalah penelitian serta informan harus terlibat penuh dan aktif dalam kegiatan yang menjadi

perhatian peneliti. Dalam penelitian ini, informan kunci yang ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Walikota atau Wakil Walikota Bekasi yang merupakan penanggung jawab jalannya roda

Pemerintahan di wilayah tersebut dan tentunya mengetahui strategi apa yang digunakan

dalam menangani konflik antar umat beragama yang terjadi di wilayah Pemerintahan nya.

Sehingga data yang diperoleh dari Walikota atau Wakil Walikota akan relevan dengan

data yang diperlukan dalam pembahasan mengenai strategi Pemerintah Kota Bekasi

dalam resolusi konflik antar umat beragama yang terjadi di Kota Bekasi.

2. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Bekasi. Sebagai

Organisasi Struktural yang ada di Pemerintah Kota Bekasi yang memiliki fungsi

melaksanakan sosialisasi, dialog, pelatihan, semiloka, kaderisasi, sarasehan, dan temu

wicara, meningkatkat jalinan komunikasi dan konsultasi antara pemerintah daerah dengan

elit sosial dan politik, pembinaan, pengenalan kembali nilai-nilai budaya atau sejarah

bangsa, pencegahan dini, dan lain sebagainya untuk mendukung tercapainya kehidupan

demokrasi sesuai dengan norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan

tentunya Bakesbangpol Kota Bekasi dapat memberikan informasi perihal latar belakang

konflik – konflik antar umat beragama yang terjadi di wilayah Kota Bekasi.

3. Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi. Suatu Forum yang

berbentuk badan kordinatif dengan Pemerintah Kota Bekasi dalam membantu menjaga

kerukunan umat beragama di wilayahnya. Dari FKUB tersebut nantinya akan

Page 56: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

mendapatkan informasi mengenai upaya bersama apa yang sudah dilakukan dalam

menyelesaikan konflik antar umat beragama yang terjadi di Kota Bekasi.

Sedangkan informan tambahan dalam penelitian ini adalah para tokoh-tokoh pemuka

lintas Agama dan para pimpinan-pimpinan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) berbasis ke

Agamaan yang ada di Kota Bekasi untuk mengetahui hal apa saja yang sudah dilakukan

Pemerintah Kota Bekasi dalam pencegahan dan penyelesaian konflik antar umat beragama yang

telah terjadi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data yang nantinya

diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu

hal yang dapat menggambarkan sesuatu.5 Teknik pengumpulan data dapat diperoleh dengan

menggunakan berbagai sarana informasi yaitu berupa data primer dan data sekunder.6

Dalam penelitian kualitatif, terdapat bermacam-macam teknik pengumpulan data,

diantaranya adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi atau penggabungan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara langsung kepada

informan kunci dan informan tambahan, observasi dan studi dokumentasi. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut :

3.6.1 Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada hampir semua

penelitian kualitatif. Berdasarkan definisi dari Stewart dan Cash, wawancara diartikan sebagai

berikut : 5 Ibid. Hal. 116

6 Sugiyno, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 225.

Page 57: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Berdasarkan definisi menurut Stewart dan Cash, wawancara diartikan sebagai sebuah

interaksi yang di dalamnya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggung jawab,

perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan

dengan kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain

hanya mendengarkan.7

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara langsung kepada informan kunci dan

informan tambahan. Wawancara secara langsung ini menjadi metode utama dalam teknik

pengumpulan data. Dalam wawancara ini digunakan pertanyaan terbuka serta menggunakan

model pertanyaan netral. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya bersifat luas

dan memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan banyak informasi yang

mendalam.8 Sedangkan model pertanyaan netral adalah pertanyaan yang membebaskan

terwawancara untuk menjawab atau memutuskan jawaban tanpa adanya arahan, tekanan atau

paksaan dari pewawancara.9

Wawancara dilakukan secara mendalam dan diskusi kepada banyak informan. Informan

yang diwawancarai tentunya adalah informan yang memahami tentang masalah yang menjadi

perhatian peneliti yaitu tentang Strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam resolusi konflik antar

umat beragama di masyarakat Kota Bekasi. Jumlah dari informan ditentukan sesuai dengan

keperluan penelitian. Wawancara dihentikan ketika informasi yang diterima peneliti sudah dirasa

cukup.

3.6.2 Observasi

Selain wawancara, dalam penelitian menggunakan metode kualitatif juga dapat

menggunakan observasi dalam pengumpulan data. Cartwright mendefinisikan observasi sebagai

suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis

7 Ibid. Hal. 227

8 Ibid. Hal. 231

9 Ibid. Hal. 232

Page 58: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

dengan suatu tujuan tertentu.10

Inti dari suatu observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan

adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak tersebut dapat berupa sesuatu yang dapat

dilihat secara langsung oleh mata, dapat didengar dan dipahami. Sedangkan tujuan dari adanya

observasi adalah mendeskripsikan lingkungan atau tempat yang dijadikan lokasi penelitian,

aktivitas yang berlangsung serta juga individu-individu yang terlibat di dalam lingkungan.

Observasi memiliki beberapa kelebihan dalam teknik pengumpulan data untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan. Salah satu kelebihan dari observasi atau pengamatan

langsung adalah bahwa observasi tersebut lebih memungkinkan peneliti untuk merekam perilaku

seseorang sebagaimana adanya, seperti yang terlihat oleh orang-orang yang tidak tertarik dengan

perilaku tersebut.11

Kelebihan lain dari obsevasi adalah peneliti dapat menggambarkan

lingkungan fisik dengan lebih detail. Sehingga data yang diperoleh oleh peneliti dapat lebih

kompleks. Tujuan dari penggunaan observasi ini adalah untuk melengkapi dan menguji hasil dari

wawancara yang diberikan baik oleh informan kunci maupun informan tambahan yang

kemungkinan masih belum menyeluruh atau belum mampu menggambarkan segala macam

situasi.

3.6.3 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat

atau menganalisis dokumen – dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain

tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti yang

menggunakan metode kuatitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui

10

Ibid. hal. 226 11

Ibid. hal. 227

Page 59: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang

bersangkutan.12

Data yang diperoleh dari studi dokumentasi, nantinya akan digabungkan dengan data yang

diperoleh melalui wawancara secara langsung maupun observasi guna untuk melengkapi data

yang diperlukan dalam penelitian. Studi dokumentasi didapat dari berbagai sumber, baik digital

maupun non digital, antara lain sebagai berikut :

1. Buku, artikel maupun jurnal yang sesuai dengan fokus dari penelitian tentang strategi

Pemerintah Daerah dalam resolusi konflik antar umat beragama.

2. Dokumen resmi terkait dengan fokus penelitian. Dokumen resmi dipandang mampu

memberikan gambaran mengenai aktivitas, keterlibatan individu pada suatu kegiatan

tertentu dalam setting sosial.13

3. Informasi dari berita yang berkaitan tentang fokus dari penelitian ini.

4. Informasi dari internet atau website yang relevan dan dapat dipertanggung jawabkan.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menguraikan dan mengolah data mentah menjadi

data yang dapat ditafsirkan dan dapat dengan mudah dipahami secara lebih spesifik dan diakui

dalam suatu perspektif ilmiah yang sama.14

Sehingga hasil dari analisis data yang baik adalah

data olah yang tepat dan dimaknai sama atau relatif sama dan tidak bias atau menimbulkan

perspektif yang berbeda - beda.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik analisis kualitatif. Data yang dikumpulkam bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata

atau gambar. Artinya pada penelitian ini dibutuhkan pengutamaan penghayatan dan usaha

12

Herdiansyah, Haris. Op.Cit. Hal. 143 13

Ibid. hal. 146 14

Ibid. hal. 243

Page 60: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

memahami faktor peristiwa dalam situasi tertentu. Selanjutnya, setelah data tersusun teratur dan

sistematis, dilakukan analisis data yang selanjutnya menghasilkan suatu kesimpulan terhadap

data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh peneliti.

Dalam penelitian tentang strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam resolusi konflik antar

umat beragama yang terjadi di masyrakat Kota Bekasi ini, digunakan teknik analisis data model

interaktif Miles dan Huberman. Teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman terdiri

atas empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah tahapan pengumpulan data,

kedua adalah tahap reduksi data, ketiga adalah tahapan display data, dan tahapan keempat adalah

tahapan penarikan kesimpulan atau tahap verifikasi.15

Bagan 3.1

Alur Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman

Sumber : Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Tahun 2013

1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, peneliti hadir sebagai salah satu instrumen penelitian dalam usaha

untuk mendapatkan data di lapangan. Dalam proses pengumpulan data ini peneliti

15

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Hal. 164

Penyampaian

Data

Pengumpulan

Data

Conclusions :

drawing/verifying

Gambar 3.2

Alur Teknis Pengolahan Data Model Miles dan Huberman

Page 61: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

melakukan pengumpulan data sejak sebelum penelitian ini dimulai. Pada awal penelitian

kualitatif, umumnya peneliti melakukan studi pre elimanary yang berfungsi untuk

verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti itu benar-benar ada.

Oleh sebab itu, dalam tahap ini peneliti dituntut untuk mendapatkan data yang dapat

menggambarkan fenomena yang dapat mewakili fakta lapangan untuk dapat dianalisis.

Seluruh data yang telah diperoleh semenjak sebelum dimulainya penelitian hingga proses

pencarian data ketika dilapangan setelah penelitian dimulai melalui wawancara, observasi

dan lain sebagainya. Ketika seluruh data dirasa cukup menjadi bahan analisis oleh

peneliti, maka tahap berikutnya adalah melakukan analisis pada tahap reduksi data.

2. Penyampaian Data

Setelah proses pengumpulan data selesai beserta proses reduksi data telah diselesaikan

dalam bentuk tulisan sesuai dengan bentuk instrumen penelitian yang digunakan.

Kemudian dilakukan tahap penyajian data (display data) dalam tiga tahap yakni kategori

tema, sub kategori tema, dan proses pengodean. Dalam tahap penyajian data ini dilakukan

dalam usaha untuk memberikan pengolahan data yang telah direduksi agar seragam dan

memiliki tema yang jelas dan konkret serta lebih sederhana. Berikut beberapa ketiga

tahapan dalam proses penyajian data:16

a. Kategori tema merupakan proses pengelompokan tema-tema yang telah disusun

dalam tabel akumulasi tema wawancara kedalam suatu matriks kategorisasi

b. Subkategori tema adalah proses lanjutan setelah melakukan pengelompokan tema

kemudian data dikelompokkan kembali kedalam subtema yang lebih kecil,

sederhana dan lebih bersifat praktis.

16

Ibid. Hal. 176

Page 62: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

c. Proses pengkodean yakni inti dalam proses ini adalah mencamtumkan penyataan

subjek sesuai dengan kategori tema dan subkategori temanya kedalam matriks

kategorisasi serta memberikan kategori tertentu pada setiap penyataan-penyataan

subjek.

3. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan metode analisis data interaktif Miles dan Huberman pada tahap ini

merupakan tahap ketika pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu mencari arti dari

setiap makna fenomena, mencatat keteraturan, pola - pola, penjelasan, konfigurasi. Dalam

desain analisis data interaktif Miles dan Huberman pada intinya terdapat tiga proses untuk

menarik sebuah kesimpulan sekaligus verifikasi data yang telah diperoleh dan dianalisis.

Ketiga proses tersebut diantaranya yakni, Pertama menguraikan setiap data atas tema

dan subkategori tema bersama dengan verbatim dari setiap instrumen yang digunakan.

Kedua, dalam penelitian yang telah disusun, terdapat beberapa pertanyaan yang telah

diuraikan sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti harus mampu menjawab pertanyaan-

pertanyaan tersebut berdasarkan berbagai faktor hingga komponen yang terlibat dan

mempengaruhi jawaban dari setiap pertanyaan yang telah disusun. Ketiga, peneliti harus

mampu menjelaskan kesimpulan dari jawaban yang telah disusun dari setiap pertanyaan

dari penelitian.

3.8 Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menghadirkan sebuah Rigor penelitian.

Menurut Lincoln dan Guba mengemukakan Rigor penelitian merupakan tingkat atau derajat di

Page 63: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

mana hasil temuan dalam penelitian kualitatif bersifat autentik dan memiliki interprestasi yang

dapat dipertanggungjawabkan.17

Dalam usaha untuk mencapai Rigor penelitian yang

diuangkapkan oleh Lincoln dan Guba, maka peneliti kemudian menggunakan tiga strategi untuk

mengoptimalkan Rigor penelitian yakni :

1. Memperpanjang waktu hubungan antara subjek dengan peneliti

2. Triangulasi data

3. Melakukan pemeriksaan ulang data (re-checking).

Dalam strategi ini peneliti berusaha untuk membangun tingkat kepercayaan subjek

penelitian terhadap peneliti. Usaha ini dilakukan agar peneliti mampu mendapatkan data yang

bersifat natural. Sesuai dengan pendapat Padget yang mengemukakan bahwasanya perpanjangan

waktu antara peneliti dengan subjek yang diteliti dapat menghindarkan penelitian dari bias

kereaktifan dan bias respondensi.18

17

Ibid Hal 194 18

Ibid. Hal 200

Page 64: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kota Bekasi

4.1.1 Sejarah Kota Bekasi

Kota Bekasi memiliki sejarah yang sangat panjang. Hal Ini dapat dibuktikan dari

perkembangannya sejak dari jaman Hindia Belanda, jaman pundudukan militer Jepang, era

perang memperjuangkan kemerdekaan dan sampai pada puncaknya yaitu era kemerdekaan

Republik Indonesia. Di jaman Hindia Belanda, wilayah Bekasi masih merupakan wilayah

kewedanaan1, termasuk Regenschap Meester Cornelis

2. saat itu kehidupan masyarakatnya masih

di kuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina.

Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang. Pendudukan militer Jepang

turut merubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang melaksanakan Japanisasi di semua sektor

kehidupan. Nama Batavia diganti dengan nama Jakarta. Regenschap Meester Cornelis menjadi

ken Jatinegara yang wilayahnya meliputi Gun Cikarang, Gun Kebayoran dan Gun Matraman.3

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,

struktur pemerintahan kembali berubah nama istilah ken menjadi Kabupaten, istilah Gun

menjadi Kewedanaan, dan istilah Son menjadi Kecamatan dan Kun menjadi Desa atau

Kelurahan. Saat itu Ibu Kota Kabupaten Jatinegara selalu berubah - ubah, mula - mula di

Tambun, lalu pindah ke Cikarang.

1 Kawedanan adalah wilayah administrasi kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan

yang berlaku pada masa Hindia Belanda dan beberapa tahun setelah kemerdekaan Indonesia yang dipakai di

beberapa provinsi. 2 Regenschap adalah istilah yang digunakan pada masa Hindia Belanda untuk menyebut wilayah administratif

Kabupaten 3 Selayang Pandang Kota Bekasi. 2017. Perihal Sejarah Terbentuknya Wilayah Administratif Kota Bekasi. Diakses

dari http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1062 , pada 10 Mei 2017, pukul 19.28 WIB.

Page 65: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Tidak lama setelah pendudukan Belanda, Kabupaten Jatinegara dihapus, kedudukannya

dikembalikan seperti zaman Regenschap Meester Cornelis menjadi Kewedanaan. Pasca

kemerdekaan ditandai dengan aksi unjuk rasa sekitar 40.000 rakyat Bekasi pada tanggal 17

Februari 1950 di alum - alun Bekasi. Inti dari unjuk rasa tersebut adalah penyampaian

pernyataan sikap masyarakat Bekasi sebagai berikut :

1. Rakyat Bekasi tetap berdiri di belakang Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Rakyat bekasi mengajukan usul kepada Pemerintah Pusat agar Kabupaten Jatinegara

diubah menjadi Kabupaten Bekasi.

Akhirnya berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 1950 terbentuklah Kabupaten Bekasi, dengan

wilayah terdiri dari 13 kecamatan dan 95 desa. Kemudian pada tahun 1982, saat Bupati dijabat

oleh Bapak H. Abdul Fatah Gedung Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan

ke Jl. A. Yani No.1 Bekasi. Peresmian Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam

Negeri pada tanggal 20 April 1982, dengan walikota pertama dijabat oleh Bapak H. Soedjono

(1982 – 1988). Tahun 1988 Walikota Bekasi dijabat oleh Bapak Drs. Andi Sukardi hingga tahun

1991 (1988 - 1991, kemudian diganti oleh Bapak Drs. H. Khailani AR hingga tahun (1991 –

1997).

Pada perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat. Hal ini

ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda perekonomian yang

semakin bergairah. Sehingga status Kotif Bekasi pun kembali di tingkatkan menjadi Kotamadya

melalui Undang - undang Nomor 9 Tahun 1996. Adapun orang – orang yang pernah menjabat

sebagai Walikotamadya atau Kepala Daerah Tingkat II di Kota Bekasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Daftar Walikota dan Wakil Walikota Bekasi

No Walikota dan Wakil Walikota Periode

Page 66: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

1 Drs. H. Khailani AR 1997 – 1998

2 Drs. H. Nonon Sonthanie 1998 – 2003

3 Akhmad Zurfaih dan Moechtar Muhammad 2003 – 2008

4 Moechtar Muhammad dan Rahmat Efendi 2008 – 2013

5 Rahmat Efendi dan Akhmad Syaikhu 2013 – 2018 Sumber : Diolah oleh penulis, tahun 2017

Wilayah Kotamadya Bekasi untuk pertama kalinya dipimpin oleh satu orang yaitu Bapak

Drs. H. Khailani AR, kepemimpinan nya di Kota Bekasi hanya berlangsung selama satu tahun

yaitu pada tahun 1997 - 1998. Selanjutnya berdasarkan hasil pemilihan yang dilakukan oleh

Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) terhitung mulai tanggal 23 Februari 1998, Walikotamadya

Kepala Daerah Tingkat II Bekasi definitif dijabat oleh Bapak Drs. H Nonon Sonthanie selama

tahun 1998 - 2003. Setelah pasca reformasi pemilihan umum berlangsung terpilihlah Walikota

dan Wakil Walikota Bekasi pertama yang dipilih langsung oleh masyarakatnya yaitu Akhmad

Zurfaih dan Moechtar Muhammad pada tahun 2003 - 2008. Pada Pilkada selanjutnya Moechtar

Mohamammad kembali terpilih kali ini sebagai Walikota berpasangan dengan Rahmat Efendi

pada tahun 2008 – 2013, dan terakhir giliran Rahmat Efendi yang menjadi Walikota Bekasi

sampai saat ini berpasangan dengan Ahmad Syaikhu pada masa periode tahun 2013 sampai

dengan tahun 2018.

4.1.2 Kondisi Penduduk Kota Bekasi

Kota Bekasi merupakan sebuah wilayah yang disebut sebagai wilayah sub urban4, yang

berarti merupakan sebuah kota satelit penopang dari ibu kota negara Indonesia yaitu Provinsi

DKI Jakarta. Kota Bekasi yang berkembang bukan hanya menjadi tempat tinggal kaum urban

saja, namun juga berkembang menjadi sebuah kota industri dari barang dan jasa. Kota Bekasi

4 Sub urban adalah daerah tempat atau area di mana para penglaju / commuter tinggal yang letaknya tidak jauh dari

pusat kota. penglaju atau kommuter adalah orang-orang yang tinggal di pinggiran kota yang pulang pergi ke kota

untuk bekerja setiap hari.

Page 67: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat menempati peringkat ke enam dengan jumlah

populasi terbanyak yang ada di Provinsi Jawa Barat.5

Daerah yang dahulunya dikenal merupakan wilayah yang agraris karena penduduknya

masih mengandalkan sektor pertanian sebagai matapencaharian kemudian bertransformasi

menjadi kota yang di dominasi oleh kegiatan perindustrian karna pertumbuhan pabrik – pabrik

yang sangat cepat. Arus modernisasi terus merambat terlihat dari banyaknya pusat - pusat

perbelanjaan dan pusat - pusat industri yang membuat Kota Bekasi terus bertransformasi menjadi

sebuah kota yang maju dan juga modern.

Kota Bekasi sendiri memiliki wilayah administratif yang terbagi menjadi dua belas

kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Pondok Gede, Kecamatan Pondok Melati, Kecamatan

Jatisampurna, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Bantar Gebang, Kecamatan Mustikajaya,

Kecamatan Rawalumbu, Kecamatan Medan Satria, Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi

Utara, Kecamatan Bekasi Selatan, dan Kecamatan Bekasi Timur dan terdapat total 56 Kelurahan

yang tersebar di 12 Kecamatan yang ada di Kota Bekasi ini dengan pembagian Kecamatan

Pondok Gede 5 Kelurahan, Pondok Melati 4 Kelurahan, Jatisampurna 5 Kelurahan, Jatiasih 6

Kelurahan, Bantar Gebang 4 Kelurahan, Mustikajaya 4 Kelurahan, Rawalumbu 4 Kelurahan,

Medan Satria 4 Kelurahan, Bekasi Barat 5 Kelurahan, Bekasi Utara 6 Kelurahan, Bekasi Selatan

5 Kelurahan, dan Bekasi Timur 4 Kelurahan. Adapun pembagian wilayah adminsitratif Kota

Bekasi berdasarkan Kecamatan dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 4.1

Pembagian Wilayah Administratif Kota Bekasi Berdasarkan Kecamatan

5 Website Resmi Provinsi Jawa Barat. Perihal Data Penduduk yang Ada di Provinsi Jawa Barat. Diakses dari

http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/75, pada 10 Mei 2017 pukul 19.40 WIB.

Page 68: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Sumber : Pemerintah Kota Bekasi, tahun 2017.

Dari ke 12 Kecamatan tersebut perkembangan populasi di Kota Bekasi dari tahun ke tahun

semakin meningkat.6 Sampai pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kota Bekasi mencapai angka

2.663.011 jiwa yang dibagi berdasarkan kecamatan dan gender antara laki – laki dan perempuan

seperti tabel berikut :

Tabel 4.2

Populasi Penduduk Kota Bekasi Berdasarkan Gender dari Tiap Kecamatan

Kecamatan Populasi Laki-

Laki (Jiwa)

Populasi

Perempuan

(Jiwa)

Total Populasi

Laki- Laki dan

Perempuan

(Jiwa)

Pondok Gede 141.730 141.087 282.817

Jatisampurna 64.265 64.771 129.036

Pondok Melati 74.026 73.648 147.674

Jatiasih 116.307 113.836 230.143

Bantar Gebang 58.932 53.235 112.167

Mustika Jaya 107.727 106.344 214.071

Bekasi Timur 131.430 126.961 258.391

6 Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi. 2017. Perihal Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut kecamatan-

kecamatan yang ada di Kota Bekasi Sampai Tahun 2014. Diakses dari

https://bekasikota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/47 , pada 10 Mei 2017, pukul 14.15 WIB.

Page 69: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Rawalumbu 120.147 121.712 241.859

Bekasi Selatan 110.999 110.520 221.519

Bekasi Barat 149.128 144.016 293.144

Medan Satria 90.103 88.509 178.612

Bekasi Utara 179.228 174.350 353.578

Total : 2.663.011 Sumber : BPS Kota Bekasi, tahun 2017

Terus meningkatnya jumlah populasi penduduk Kota Bekasi dari tahun ke tahun

dikarenakan Kota Bekasi yang termasuk daerah sub urban dimana para penduduknya banyak

yang bekerja di DKI Jakarta namun untuk memilih tempat tinggal mereka lebih memilih untuk

menetap di Kota Bekasi. Selain itu faktor seperti mulai banyak nya Industri yang tumbuh di Kota

Bekasi juga menjadi pilihan bagi masyarakat untuk menetap di wilayah Kota Bekasi.

4.1.3 Potensi Konflik Antar Umat Beragama di Kota Bekasi

Kota Bekasi yang merupakan daerah sub urban yang memiliki penduduk yang bersifat

heterogen dalam artian berasal dari Suku, Agama, dan Ras yang berbeda sehingga sangat mudah

penduduknya bergesekan satu sama lain karena perbedaan - perbedaan tersebut. Dalam konteks

Agama, Kota Bekasi memiliki jumlah penduduk yang pemeluk Agama nya beragam, seperti

diagram dibawah ini yang menerangkan jumlah pemeluk masing - masing Agama yang ada di

Kota Bekasi antara lain :

Gambar 4.2

Jumlah Komposisi Pemeluk Agama di Kota Bekasi

Agama Jumlah

Islam 2.141.407

Kristen 195.985

Katolik 71.770

Budha 22.492

Hindu 27.952

Kong Hu Chu 201

Page 70: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Sumber : Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi, tahun 2017

Dari diagram diatas, terlihat komposisi umat beragama di Kota Bekasi yang sangat

beragam. Mayoritas umat beragama di Kota Bekasi memeluk Agama Islam dengan jumlah

2.141.407 jiwa (78%), di nomor ke dua ada pemeluk Agama Kristen dengan 195.985 jiwa (8%),

ke tiga pemeluk Agama Katolik dengan 71.770 jiwa (3%), ke empat dan ke lima yaitu pemeluk

Agama Hindu dan Budha dengan masing masing berjumlah 27.952 jiwa (1%) dan 22.492 jiwa

(1%). Serta menariknya di Kota Bekasi masih banyaknya masyarakat yang memeluk

kepercayaan lain yang diluar akomodir pemerintah sejumlah 1.586 jiwa dan di posisi terakhir ada

pemeluk Agama Kong Hu Chu sejumlah 201 jiwa.

Dengan komposisi umat beragama di Kota Bekasi yang sangat beragam tersebut, tentunya

dapat menimbulkan gesekan - gesekan berupa konflik antar umat beragama. Konflik ini tentunya

bisa disebut dengan konflik horizontal, karena pihak - pihak yang bertikai merupakan kelompok

umat beragama yang satu dengan kelompok umat beragama yang berbeda. Potensi konflik yang

dimaksud adalah karna ketidak proporsional antar jumlah rumah ibadah yang tersedia dengan

jumlah penduduk yang ada di Kota Bekasi.

78%

8%

3%

1% 1% 0,7%

0%

Kepercayaan

Lain 1.586

Page 71: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Salah satu contoh ketidak proporsionalan antara jumlah penduduk dengan jumlah rumah

ibadah yang tersedia dapat terlihat pada kelompok umat beragama Kristen dan Khatolik, dalam

kepercayaan tersebut terbagi lagi dalam berbagai kelompok – kelompok lagi sehingga

membutuhkan tempat peribadatan yang berbeda.

4.2 Profil Pemerintah Kota Bekasi

Melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi Nomor : 01 Tahun 1998 disahkanlah

lambang Pemerintah Daerah Kota Bekasi.7 Lambang tersebut berbentuk perisai dengan warna

dasar hijau muda dan biru langit yang diartikan sebagai harapan masa depan dan keluasan

wawasan serta jernih pikiran masyarakatnya. Sesanti " Kota Patriot " artinya adalah semangat

pengabdian dalam perjuangan bangsa.

Gambar 4.3

Logo Pemerintah Kota Bekasi

Sumber : BekasiKota.go.id , tahun 2017

Di dalam Lambang Daerah tersebut terdapat lukisan - lukisan yang merupakan unsur -

unsur sebagai berikut :

7 BekasiKota.go.id tahun 2017. Perihal Lambang Daerah Kota Bekasi. Diakses dari http://bekasikota.go.id/detail/84-

13-Lambang-Daerah-Kota-Bekasi , pada 10 Mei 2017, pukul 19.51 WIB.

Page 72: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

1. Bambu runcing berujung lima yang berdiri tegak dengan kokoh mempunyai 2 (dua) makna

:

a. Melambangkan hubungan vertikal Makhluk dengan Khaliknya (Manusia dengan

Tuhannya) yang mencerminkan masyarakat Bekasi yang religius.

b. Melambangkan semangat patriotisme rakyat Bekasi dalam merebut dan

mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan Negara yang tidak kenal menyerah

sehingga Bekasi menyandang predikat sebagai Kota Patriot.

2. Perisai segi lima melambangkan ketahanan fisik dan mental masyarakat Bekasi dalam

menghadapi segala macam ancaman, gangguan, halangan dan tantangan yang datang dari

manapun juga terhadap kelangsungan hidup Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila.

3. Segi empat melambangkan Prasasti Perjuangan Kerawang Bekasi.

4. Pilar Batas Wilayah.

5. Padi dan Buah-buahan melambangkan jumlah Kecamatan dan Kelurahan / Desa pada saat

membentuk Kota Bekasi.

a. Padi berjumlah 50 (lima puluh) butir melambangkan 50 kelurahan atau desa.

b. Biru Langit : Keluasan wawasan dan kejernihan pikiran serta menunjukkan zona

Industri.

c. Putih : Kesucian perjuangan.

d. Hijau Muda: Harapan masa depan serta menunjukkan daerah Pertanian dan

Hortikultura.

e. Hitam : Ketegaran patriot sejati.

Page 73: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai salah satu badan lembaga eksekutif di Kota

Bekasi, Pemerintah Kota Bekasi memiliki Visi dan Misi yang dijadikan landasan langkah dari

pencapaian kinerja pemerintahan Kota Bekasi. Berikut Visi dan Misi dari Pemerintah Kota

Bekasi.

Untuk visi dari Pemerintah Kota Bekasi sendiri adalah “Bekasi Maju, Sejahtera, dan

Ihsan”. Dalam Visi tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. “Bekasi Maju” menggambarkan pembangunan Kota Bekasi dan kehidupan warga yang

dinamis, inovatif dan kreatif yang didukung ketersediaan prasarana dan sarana sebagai

bentuk perwujudan kota yang maju.

2. “Bekasi Sejahtera” menggambarkan derajat kehidupan warga Kota Bekasi yang

meningkat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pendidikan, kesehatan, terbukanya

kesempatan kerja dan berusaha, serta lingkungan fisik, sosial dan religius sebagai bentuk

perwujudan masyarakat yang sejahtera.

3. “Bekasi Ihsan” menggambarkan situasi terpelihara dan menguatnya nilai, sikap dan

perilaku untuk berbuat baik dalam lingkup individu, keluarga dan masyarakat Kota

Bekasi. Kedisiplinan, ketertiban sosial, keteladanan dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan tumbuh seiring dengan meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik

untuk mewujudkan kehidupan yang beradab.

Sedangkan untuk mencapai visi tersebut, Pemerintah Kota Bekasi mempunyai misi yaitu :

1. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik.

Misi ini bermakna bahwa tata kelola kepemerintahan dalam mewujudkan Visi Kota

Bekasi dilakukan melalui fungsi pengaturan, pelayanan, pemberdayaan masyarakat, dan

pembangunan, menempatkan aparatur sebagai pamong praja yang menjunjung tinggi

Page 74: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

integritas terhadap amanah, tugas, dan tanggungjawab, berdasarkan 10 (sepuluh) prinsip

Good Governance, yakni: (1) Partisipasi masyarakat; (2) Tegaknya supremasi hukum; (3)

Transparansi; (4) Kesetaraan; (5) Daya tanggap kepada stakeholders; (6) Berorientasi pada

visi; (7) Akuntabilitas: (8) Pengawasan; (9) Efektivitas dan efisiensi: (10) Profesionalisme.

2. Membangun prasarana dan sarana yang serasi dengan dinamika dan pertumbuhan kota.

Misi ini bermakna bahwa pembangunan prasarana diarahkan untuk terpenuhinya

kelengkapan dasar fisik lingkungan kota bagi kehidupan yang layak, sehat, aman, dan

nyaman; terpenuhinya sarana perkotaan untuk mendukung penyelenggaraan dan

pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi; dan terpenuhinya kelengkapan

penunjang (utilitas) untuk pelayanan warga kota. Misi ini juga mengarahkan pembangunan

prasarana dan sarana yang meningkat dan serasi, untuk memenuhi kehidupan warga kota

yang dinamis, inovatif, dan kreatif, dengan memperhatikan prinsip pengelolaan,

pengendalian, dan pelestarian lingkungan hidup, dalam mewujudkan kota yang maju,

tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

3. Meningkatkan kehidupan sosial masyarakat melalui layanan pendidikan, kesehatan, dan

layanan sosial lainnya.

Misi ini bermakna bahwa layanan pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya

diarahkan untuk meningkatkan derajat kehidupan sosial masyarakat, seiring dengan

terbangunnya kehidupan keluarga sejahtera, terkelolanya persoalan dan dampak sosial

perkotaan, meningkatnya partisipasi perempuan dan peran serta pemuda dalam

pembangunan, aktivitas olahraga, pendidikan, rekreasi, prestasi, serta aktualisasi budaya

daerah sebagai fungsi sosial, normatif, dan apresiatif.

Page 75: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

4. Meningkatkan perekonomian melalui pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah,

peningkatan investasi, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif.

Misi ini bermakna bahwa upaya untuk meningkatkan perekonomian ditempuh melalui

peningkatan kapasitas dan perluasan sektor usaha bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) pengembangan industri kreatif, peningkatan daya tarik investasi, dan

penciptaan iklim usaha yang kondusif, yang bermuara pada pembentukan lapangan kerja

baru dan kesempatan berusaha, terbentuknya daya saing perekonomian kota, dan laju

pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tertib, tenteram dan damai.

Misi ini bermakna bahwa dinamika pembangunan dan kehidupan warga Kota Bekasi

harus diimbangi dengan upaya pengendalian terhadap potensi kerawanan sosial, gangguan

ketertiban, penegakan perda, penanggulangan bencana, kesatuan dan ketahanan bangsa,

kerukunan hidup dan umat beragama, serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam

kegiatan pembangunan.

Pemerintahan Kota Bekasi bertempat di Jalan Ahmad Yani No.1 Kecamatan Bekasi

Selatan. Kota Bekasi saat ini dipimpin oleh Bapak Dr. H. Ramat Effendi sebagai Walikota dan

Bapak H. Ahmad Syaikhu sebagai Wakil Walikota dalam periode kepemerintahan tahun 2013-

2018. Untuk menyukseskan visi dan misi kepemerintahannya, nantinya Walikota dan Wakil

Walikota akan dibantu oleh lembaga - lembaga serta staf – staf di bagian - bagian yang mampu

menjalankan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), memiliki tanggung jawab, dan wewenangnya

masing - masing, berikut adalah bagan struktur organisasi pemerintah Kota Bekasi pada periode

2013 – 2018 :

Gambar 4.4

Struktur Organisasi Pemerintah Kota Bekasi

Page 76: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Sumber : BekasiKota.go.id , tahun 2017

4.2.1 Profil Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bekasi

Badan Kesatuan Bangsa, dan Politik atau biasa disingkat dengan Bakesbangpol

merupakan Badan baru yang dibentuk pada tahun 2009, Badan ini adalah pemekaran dari Bidang

Kesatuan Bangsa (Kesbang) yang pada saat itu masih menjadi salah satu Bidang pada Dinas

Sosial Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos PPM) Kota Bekasi. Dalam hal

pelayanan masyarakat yang merupakan tupoksi dari pada Badan Kesbangpolinmas Kota Bekasi

adalah pembuatan izin survei atau penelitian dan pendataan orang asing.8

Dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai salah satu badan lembaga eksekutif di Kota

Bekasi, Bakesbangpol Kota Bekasi memiliki Visi dan Misi yang dijadikan landasan langkah dari

8 Pemerintah Kota Bekasi. 2017. Perihal Penjelasan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan Visi Misi. Diakses

dari http://www.bekasikota.go.id/detail/122-108Badan-Kesatuan-Bangsa-dan-Politik. Diakses pada 10 Mei 2017,

pukul 14.50.

Page 77: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

pencapaian kinerja pemerintahan Kota Bekasi. Berikut Visi dan Misi dari Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kota Bekasi9.

Untuk visi dari Bakesbangpol sendiri adalah menjadi pilar kehidupan dalam berbangsa dan

berdemokrasi di Kota Bekasi. Makna dari visi tersebut yakni harsat untuk mewujudkan

kehidupan demokrasi yang sesuai dengan norma-norma pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945, memahami akan peran hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mewujudkan situasi dan kondisi Kota Bekasi yang

aman dan kondusif yang pada akhirnya mewujudkan masyarakat Kota Bekasi yang Ihsan, Cerdas

dan Sehat.

Hal tersebut dapat dicapai dengan berbagai ikhtiar seperti melaksanakan sosialisasi, dialog,

pelatihan, semiloka, kaderisasi, sarasehan, dan temu wicara, meningkatkat jalinan komunikasi

dan konsultasi antara pemerintah daerah dengan elit sosial dan politik, pembinaan, pengenalan

kembali nilai - nilai budaya atau sejarah nusa dan bangsa, pencegahan dini terhadap bahaya

bahaya nasional yang dihadapi oleh masyarakat, memelihara kerukunan antar umat beragama

yang ada di Kota Bekasi dan lain sebagainya untuk mendukung tercapainya kehidupan

demokrasi sesuai dengan norma - norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk misi

dari Bakesbangpol sendiri antara lain:

1. Meningkatkan pelayanan kantor

2. Peningkatan pemahaman kesatuan bangsa

3. Aman dalam berdemokrasi, berpolitik di dalam negeri

4. Perlindungan masyarakat terhadap gangguan bencana alam dan bencana lainnya

5. Pencegahan dini terhadap kerawanan sosial.10

Page 78: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Fungsi dan Kewenangan serta Rincian Tugas Jabatan Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyarakat Kota Bekasi ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota Bekasi Nomor

53 Tahun 2008. Tugas Pokok, fungsi dan tata kerja ini sebagai tindak lanjut dari Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Satuan Kerja Perangkat

Daerah Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Bekasi sebagaimana

ketentuan tersebut, terdiri dari :

Gambar 4.5

Struktur Organisasi Bakesbangpol Kota Bekasi

Sumber : Bakesbangpol Kota Bekasi, tahun 2017

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas Badan Kesatuan

Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat mempunyai fungsi

10

Pemerintah Kota Bekasi. 2017. Perihal Penjelasan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan Visi Misi. Diakses

dari http://www.bekasikota.go.id/detail/122-108Badan-Kesatuan-Bangsa-dan-Politik. Diakses pada 10 Mei 2017,

pukul 15.00.

Kepala Kesbangpol

Drs. H. MOMON

SULAEMAN, M.Si

Sekretaris

Ir. LINDON, M.Sc

Kabid Kebangsaan

Ir. EFFENDI ARIEF

D, MM

Kabid Keberagamaan

Drs. BEJO HARONO

Kabid Poldagri

Drs. LATIEF

NURBANA, M.Sc

Kasubid Ideologi

E. SOPWANUDIN,

S.Sos

Kasubid Kaderisasi

MUHTADI B.Sc

Kasubid Agama

ISNADI, S.Sos

Kasubid Humas

SUPARSO, S.Sos

Kasubid Pendataan

HB. SUMIJO, MM

Kasubid Ormas

LISLIYAH, S.IP

Page 79: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

a. Perumusan dan penetapan rencana strategi dan rencana kerja Badan sesuai dengan Visi

dan Misi daerah.

b. Penetapan pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan urusan lingkup bidang kesatuan

bangsa, kewaspadaan nasional, keberagaman masyarakat, dan politik dalam negeri.

c. Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas kesekretariatan, bidang-bidang dan jabatan

fungsional

d. Pembinaan administrasi perkantoran

e. Pemberian pelayanan dan pembinaan kepada unsur terkait di bidang kesatuan dan

keberagaman masyarakat, politik dalam negeri, serta pelaksana hubungan kerjasama

dengan SKPD, lembaga/Instansi terkait dalam rangka kegiatan badan

f. Pembinaan dan pengembangan karier pegawai badan

g. Melaksanakan tugas selaku pengguna anggaran/pengguna barang

h. Menyusun dan penyampaian laporan keuangan Badan sesuai ketentuan yang berlaku.11

11

Pemerintah Kota Bekasi. 2017. Perihal Penjelasan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan Visi Misi. Diakses dari

http://www.bekasikota.go.id/detail/122-108Badan-Kesatuan-Bangsa-dan-Politik. Diakses pada 10 Mei 2017, pukul

15.00.

Page 80: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

BAB V

PEMBAHASAN HASIL

5.1 Dinamika Konflik Antar Umat Beragama di Kota Bekasi

Setiap agama tentu mengajarkan tentang kedamaian dan keselarasan hidup, namun realitas

di lapangan menunjukkan pluralisme agama bisa memicu pemeluknya saling berbenturan dan

terjadinya konflik horizontal. Konflik ini dapat memiliki dampak yang sangat dalam dan

cenderung meluas. Implikasinya bisa sangat besar sehingga beresiko sosial, politik dan ekonomi

yang besar contohnya dapat menghambat pembangunan daerah. Dinamika konflik antar umat

beragama yang terjadi di Kota Bekasi tentunya dapat sangat mengganggu masuknya investasi

terhadap daerah tersebut, sehingga terhambatnya pembangunan tentunya Pemerintah Kota

Bekasi harus bisa menjaga daerahnya dari konflik tersbut. Seperti yang dikatakan oleh Dr.

Rahmat Efendi selaku Walikota Bekasi dalam pidato pembuka acara sosialisasi PBM No 9 dan 8

Tahun 2006 yang dihadiri oleh penulis mengatakan :

“Bertoleransi adalah sebuah kebutuhan nyata di Kota Bekasi, kita buktikan di Kota Bekasi

ketegasan dan keberanian menjadi sikap sikap intoleransi kelompok masyarakat tertentu.

Kota Bekasi adalah kota yang heterogen, tentunya memiliki daya tarik tersendiri. Laju

pertumbuhan Kota Bekasi nantinya akan menjadi lebih baik. Keberagaman dan kearifan

lokal adalah aset untuk membangun peradaban dan membangun suatu daerah ke arah yang

lebih baik lagi.”1

Dalam penjelasan diatas Walikota Bekasi beranggapan laju pertumbuhan ekonomi Kota

Bekasi akan lebih baik jika ada sikap toleransi yang nyata dari masyarakatnya. Kearifan lokal

yang dimiliki masyarakat Kota Bekasi merupakan sebuah aset yang perlu dijaga dari kelompok

intoleran yang dapat merusak kerukunan umat beragama di masyarakatnya, sehingga dibutuhkan

1 Pidato Bapak Dr. Rahmat Efendi, selaku Walikota Bekasi, perihal upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi

dalam menghadapi sikap intoleransi di masyarakatnya. Dilakukan pada tanggal 9 September 2016, pukul 09.50

WIB.

Page 81: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

ketegasan dan keberanian dari Pemerintah Kota Bekasi dalam menindak kelompok intoleran

tersebut.

Sikap intoleransi dari sebagian kelompok yang sempat dibahas oleh Walikota Bekasi,

penulis menilai itu juga diakibakan oleh kepentingan politik dimana Kota Bekasi dikenal dengan

salah satu basis kekuatan Partai Politik, sehingga Partai Politik tersebut enggan jika kantung –

kantung suaranya di ganggu oleh kelompok lain yang diakibatkan dari perkembangan

pembangunan rumah ibadah Agama lain.

5.1.1 Konflik Antar Umat Beragama di Kota Bekasi

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir di Kota Bekasi terjadi banyak peristiwa

pelanggaran – pelanggaran kerukunan umat beragama. Mulai dari konflik perizinan

pembangunan rumah ibadah, penyegelan rumah ibadah, sampai pengusiran jamaah yang sedang

melakukan peribadatan oleh kelompok tertentu. Berikut merupakan catatan catatan pelanggaran

kerukunan umat beragama yang terjadi sepuluh tahun terakhir :

Tabel 5.1

Daftar Pelanggaran Kebebasan Beragama di Kota Bekasi

No Pelanggaran Waktu

1 Pelanggaran perizinan rumah ibadah Gereja

Santa Clara, Kecamatan Bekasi Utara. 10 Agustus 2015

2

Pelanggaran hak rumah ibadah HKBP

Filadelfia, Kampung Jejalen Jaya, Tambun,

Bekasi.

24 Desember 2014

3

Aksi pengepungan Gereja Santo Stainslaus

Kotska oleh Forum Umat Islam (FUI) dan Front

Pembela Islam (FPI) di Desa Kalamiring,

Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.

22 Maret 2014

4

Penyegelan Gereja Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP) yang terletak di Jl. MT.

Haryono Gang Wiryo, Desa Tamansari,

Kecamatan Setu.

8 Maret 2014

Page 82: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

5

Penutupan tempat ibadah Islam Ahmadiyah.

Masjid Ahmadiyah di Jalan Terusan Pangrango

Nomor 44, Jatibening Baru, Pondok Gede,

Bekasi

14 Februari 2013

6

Penutupan tempat ibadah Islam Ahmadiyah.

Masjid Ahmadiyah di Jalan Terusan Pangrango

Nomor 44, Jatibening Baru, Pondok Gede,

Bekasi

Februari 2013

7

Bentrok antar Ormas Islam dengan jemaat

Gereja Huria Batak Protestan di Pondok Indah

Timur

1 Agustus 2010

Sumber : Diambil dari Bakesbangpol Kota Bekasi, tahun 2017

Dari catatan - catatan pelanggaran kebebasan beragama di atas, hampir seluruhnya karena

permasalahan terhadap perizinan pembangunan rumah ibadah, sehingga menimbulkan kericuhan

antar umat beragama. Dalam penelitian ini penulis mengambil salah satu contoh konflik yang

menarik. Salah satu contoh konflik horizontal yang terjadi yaitu di Kecamatan Bekasi Utara,

konflik yang terjadi ini melibatkan berbagai elemen masyarakat terkait dengan pembangunan

Gereja Santa Clara pada akhir 2015 yang menarik untuk dibahas. Konflik ini terjadi setelah

beberapa kelompok yang mengatasnamakan kelompok umat Islam merasa keberatan terhadap

pembangunan rumah ibadah tersebut. Umat muslim merasa keberatan karena Gereja tersebut

tidak layak dibangun karena dalam proses pembangunannya melakukan manipulasi Kartu Tanda

Penduduk (KTP) untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Gereja ini dibangun ditengah - tengah pemukiman yang dikelilingi oleh beberapa pesantren

yang ada di Bekasi Utara yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Namun, Menteri

Agama Indonesia, Lukman Hakim Saifudin menganggap bahwa pembangunan Gereja harus

tetap dilakukan karena pihak Gereja sudah melengkapi prosedur yang sudah ada dalam IMB.

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi pun, yang merupakan sebuah lembaga

yang ada dibawah naungan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Pemerintah

Page 83: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Kota Bekasi menyebutkan secara hukum bahwa pembangunan Gereja ini sudah melalui prosedur

dan sudah tidak ada masalah.

5.1.2 Konflik Pembangunan Rumah Ibadah

Negara Indonesia menjamin rakyatnya dalam hal memeluk Agamanya masing - masing,

dan Negara juga menjamin hak – hak dari setiap pemeluk Agama untuk memiliki tempat

peribadatan dalam melangsungkan kegiatan kepercayaannya, hal itu sudah diatur dalam

konstitusi pasal 28 E ayat 1 undang – undang dasar tahun 1945 yang berbunyi :

Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan

dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di

wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.2

Dari isi pasal 28 E ayat 1 undang – undang dasar tahun 1945 diatas dijelaskan bahwa setiap

warga negara memiliki agama dan kepercayaanya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak

manapun, dan tidak ada yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya.

Untuk itu setiap warga negara juga memiliki Hak untuk mendirikan rumah peribadatan nya

namun harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Banyaknya jumlah penduduk Kota Bekasi dalam hal komposisi pemeluk Agama juga harus

diseimbangkan dengan jumlah tempat peribadatannya. Adapun penulis mendapatkan data jumlah

tempat ibadah di Kota Bekasi sampai tahun 2015 yang didapat dari sumber Kantor Kementerian

Agama Kota Bekasi antara lain sebagai berikut :

Tabel 5.2

Jumlah Rumah Ibadah di Kota Bekasi

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid 1.112

2 Mushola 1.470

2 Undang Undang 1945 pasal 28 E ayat 1 tahun 1945

Page 84: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

3 Gereja Kristen 78

4 Gereja Protestan 6

5 Pura 1

6 Wihara 11

7 Klenteng 1

Sumber : Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi, tahun 2016

Total sampai tahun 2015 terdapat 1.679 rumah ibadah yang ada di Kota Bekasi. Tentu saja

hal itu penulis masih menganggap sangat kurang jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah

penduduk Kota Bekasi yang mencapai angka 2.663.011 orang. Hal itu membuat masyarakat

Kota Bekasi masih membutuhkan bangunan untuk tempat peribadatan nya.

Pertumbuhan masyarakat Kota Bekasi setiap tahun nya juga tentu akan ber - implikasi

dengan bertambahnya rumah ibadah yang dibangun. Dalam wawancara dengan perwakilan

kantor Kementerian Agama Kota Bekasi Bapak Drs. Deden Taufiqurahman mengatakan :

“Jumlah penduduk Kota Bekasi yang terus berkembang tentu pastinya akan di iringi

dengan rumah ibadah yang akan terus bertambah, namun di Kota Bekasi sendiri masih

banyak pembangunan rumah ibadah yang masih tersendat akibat adanya salah prosedur

atau saling mengkhianti dalam proses perizinan nya sehingga sering menimbulkan

keributan”3

Memang di Kota Bekasi sendiri konflik antar umat beragama paling sering dilatarbelakangi

oleh permasalahan perizinan pembangunan rumah ibadah. Dari catatan – catatan konflik antar

umat beragama yang terjadi di Kota Bekasi, penulis mengumpulkan contoh – contoh konflik

yang di akibatkan perizinan pembangunan rumah ibadah antara lain :

1. Konflik perizinan rumah ibadah Gereja Santa Clara. Konflik ini dikarenakan adanya

kecurigaan kelompok masyarakat tertentu yang mencurigai berkas persyaratan

3 Wawancara dengan Bapak Drs. Deden Tufiqurahman, selaku pejabat di Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi,

perihal perkembangan pembangunan rumah ibadah di Kota Bekasi serta proses perizinannya. Dilakukan pada

tanggal 9 Mei 2017, pukul 13.20 WIB.

Page 85: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

perizinan pembangunan gereja dipalsukan oleh pihak panitia pembagunan sehingga

proses perizinan pembangunan nya di loloskan oleh Walikota Bekasi

2. Konflik Rumah Ibadah HKBP Filadelfia. Konflik ini bermula dari jamaah HKBP

Filadelfia yang menggunakan ruko sebagai tempat peribadatan sementara dan ketika

masa perizinan nya habis tempat peribadatan nya tersebut harus terpaksa ditutup oleh

Pemerintah Daerah setempat karna perizinan nya yang sudah habis.

3. Penutupan Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Pantekosta Kota Bekasi. Konflik

ini terjadi ketika masyarakat sekitar melakukan penolakan terhadap adanya gereja

tersebut karna dinilai tidak memiliki izin untuk melakukan peribatan di lokasi tersebut.

Dari sekian banyak konflik pembangunan rumah ibadah yang terjadi di Kota Bekasi,

penulis mengambil salah satu studi kasus tentang konflik pembangunan Gereja Santa Clara.

Konflik ini dimulai ketika Paroki (Kelompok Umat Katolik) Santa Clara Bekasi Utara,

Diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta Jalies Kardinal Darma Atmadja pada tanggal 28

September 1998, dengan tujuan untuk dapat memberikan pelayanan umat Katolik di Bekasi

Utara. Pada saat ini Umat Katolik Separoki Santa Clara sejumlah 2.498 kepala keluarga atau

sebanyak 9.768 jiwa. Sedangkan Umat Katolik yang berdomisili di Kecamatan Bekasi Utara

adalah sebanyak 1.546 orang. Sejak Tahun 1998 telah dibentuk Panitia Pembangunan Gereja

(PPG) diatas lahan seluas 6.500 M yang terletak di Jl. Kaliabang RW. 06 Kelurahan Harapan

Baru Kecamatan Bekasi Utara.

Pada tahun 2004 Panitia Pembangunan Gereja St. Clara mengajukan permohonan untuk

pembangunan gereja tersebut yang beralamat di Kel. Harapan Baru Kec. Bekasi Utara, namun

karena tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan SKB Nomor 1 Tahun 1969 dan SK Walikota

Nomor 19 tahun 1999 maka permohonan tersebut tidak dapat diproses. Panitia mengajukan

Page 86: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

permohonan kembali pembagunan Gereja Santa Clara tesebut pada tahun 2014 selanjutnya

ditindaklanjuti oleh Kelurahan Harapan Baru untuk dilakukan verifikasi terhadap masyarakat

pedukung di RW.06 pada tanggal 28 dan 29 Oktober 2014 yang hasilnya telah sesuai dengan

Peraturan Bersama Menteri.

Atas hasil verifikasi kelurahan maka Kecamatan Bekasi Utara melakukan verifikasi sesuai

dengan Surat Keputusan hasilnya memenuhi persyaratan. Berdasarkan hasil verifikasi dari

Kelurahan dan Kecamatan tersebut panitia mengajukan permohonan Pembangunan Gereja Santa

Clara kepada Ketua FKUB Kota Bekasi tanggal 26 Januari 2015 dan Kepala Kantor

Kementerian Agama Kota Bekasi tanggal 26 Januari 2015. FKUB Kota Bekasi dan Kementerian

Agama (KEMENAG) Kota Bekasi selanjutnya melakukan Verifikasi yang dilakukan oleh Tim

masing-masing terhadap hasil verifikasi dari Kelurahan dan Kecamatan. Hasil verifikasi yang

dilakukan FKUB Kota Bekasi dan KEMENAG Kota Bekasi telah memenuhi persyaratan, oleh

karenanya dikeluarkan Rekomendasi oleh FKUB dan Rekomendasi KEMENAG tanggal 25

April 2015.

Selanjutnya Badan Kesbangpol melakukan verifikasi dengan membentuk Tim dari hasil

Verifikasi maka Kesbangpol mengeluarkan Surat Pertimbangan Pembangunan Gereja Katolik

Paroki Santa Clara Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Bekasi Utara bahwa pembangunan

gereja tersebut dapat dipertimbangkan dan Surat Perimbangan tersebut diberikan kepada panitia

pembangunan gereja untuk ditindaklanjuti permohonannya kepada Walikota Bekasi.

Berdasarkan Surat Pertimbangan Kesbangpol tersebut, maka panitia mengajukan permohonan

izin mendirikan Gereja Santa Clara kepada Walikota Bekasi dengan surat permohonan tanggal

17 Juni 2015.

Page 87: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Berdasarkan Surat permohonan Panitia Pembangunan Gereja Santa Clara tersebut maka

Walikota memerintahkan Sekda untuk mengkaji/menelaah tentang perizinan pembangunan

gereja tersebut. Berdasakan hasil telaah dan kajian Sekda dan Tim maka Walikota menerbitkan

SK Walikota Tentang Rekomendasi Pembangunan Gereja St. Clara Bekasi Utara sebagai dasar

terbitnya SPIMB tanggal 15 Juni 2015. Selanjutnya panitia mengajukan IMB ke BPPT dan

BPPT telah menerbitkan SPIMB tanggal 20 Juli 2015.

1.2 Strategi Manajemen dan Resolusi Konflik Pemerintah Kota Bekasi dalam

Penanganan Konflik Antar Umat Beragama

Permasalahan konflik antar umat beragama yang terjadi di Kota Bekasi tentunya sudah

menjadi perhatian dari Pemerintah Daerah tersebut, karena sudah mendapat pemberitaan yang

negatif dari media – media yang memberitakan sering terjadinya pelanggaran kebebasan

beragama di daerah tersebut, untuk itu Walikota Bekasi mengatakan dalam pidatonya :

“Kehidupan beragama yang dinamis merupakan faktor dasar yang bersifat menentukan

bagi terwujudnya stabilitas pembangunan di Kota Bekasi, persatuan dan kesatuan,

kerukunan, perdamaian dan ketenangan hidup di bumi Patriot ini menuju terciptanya

kerukunan umat beragama sesungguhnya yang berdampak positif bagi kehidupan

masyarakat Kota Bekasi. Oleh karena itu, dengan mewujudkan kerukunan umat beragama,

kebebasan beragama menjadi terjamin Pemkot sering melakukan sosialisasi atau mediasi

jika terjadi masalah antar umat beragama atau kita juga bisa berbuat lebih prefentiv dengan

mengeluarkan Perda atau Perwal yang bertujuan agar tidak terjadi permasalahan tersebut.”4

Strategi manajemen dan resolusi konflik berupa pencegahan dan penyelesaian konflik

diperlukan dalam mengatasi konflik – konflik antar umat beragama yang terjadi di Kota Bekasi.

4 Pidato oleh Bapak Dr. Rahmat Efendi, selaku Walikota Bekasi, perihal upaya yang dilakukan Pemerintah Kota

Bekasi dalam menghadapi sikap intoleransi di masyarakatnya. Dilakukan pada tanggal 9 September 2016, pukul

10.00 WIB.

Page 88: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

1.2.1 Strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam Pencegahan Konflik

Dalam permasalahan konflik, pemerintah juga perlu menggunakan strategi - strategi yang

digunakan untuk pencegahan konflik, nantinya strategi tersebut digunakan agar terhindar dari

konfik. Strategi Pemerinah Kota Bekasi dalam melakukan pencegahan konflik antar umat

beragama menggunakan cara seperti pembuatan lembaga khusus atau seperti lembaga ad hoc5

yang nantinya akan ditugaskan khusus dalam pencegahan konflik antar umat beragama, atau

dengan cara mengeluarkan Peratutan Daerah (Perda) maupun Peraturan Walikota (Perwal) yang

juga bertujuan untuk pencegahan konflik tersebut.

5.2.1.1 Pembuatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sebagai Upaya

Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama

Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat dengan sebutan FKUB

adalah sebuah forum yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Bekasi dari unsur masyarakat Kota

Bekasi yang didalamnya terdapat masyarakat lintas Agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu,

Budha dan Kong Hu Chu) dibentuk dalam rangka untuk mewujudkan kerukunan antar umat

beragama serta pemberdayaan umat beragama dalam menjaga stabilitas keamanan masyarakat

Kota Bekasi dari konflik horizontal.

Ketua FKUB Bapak H.Abdul Manan beranggapan bahwa pembentukan FKUB ini

nantinya akan membantu kerja Pemerintah Kota Bekasi dalam mewujudkan kerukunan antar

umat beragama di masyarakatnya serta membantu dalam pemberian surat rekomendasi pendirian

rumah ibadah, beliau mengatakan dalam hasil wawancara dibawah ini yang menanyakan fungsi

dari dibentuknya FKUB dan apakah setelah dibentuk akan tercipta kerukunan umat beragama di

kalangan masyarakat :

5 Lembaga yang dibuat untuk suatu tugas khusus atau untuk menyelesaikan urusan tertentu saja, dengan jangka

waktu tertentu.

Page 89: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

“FKUB nantinya akan memaksimalkan fungsinya untuk mensosialisasikan kepada

masyarakat tentang urgensi kerukunan antar sesama pemeluk Agama. Dan kerukunan umat

beragama bisa tercapai jika masyarakatnya sudah memliki pemahaman Hak dan

Kedudukan masing - masing sebagai warga negara, dan adanya nilai nilai universal yang

dijunjung bersama, serta adanya kesediaan menggali dan menggunakan norma - norma

yang menjunjung toleransi di setiap kehidupan masyarakat.”6

FKUB Kota Bekasi sendiri mulai terbentuk setelah dikeluarkannya Surat Keputusan (SK)

oleh Walikota Bekasi Dr. Rahmat Efendi, nomor 450 pada tanggal 4 Agustus 2011. FKUB Kota

Bekasi sendiri memiliki peran dalam menjaga kerukunan umat beragama, diantaranya adalah

sebagai berikut :7

1. Melakukan dialog dengan pemuka Agama dan tokoh masyarakat.

2. Menampung aspirasi Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) keagamaan dan aspirasi

masyarakat.

3. Menyalurkan aspirasi Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) keagamaan dan

masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan di bidang keagamaan

yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama.

4. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadah, dan

memberikan pendapat tertulis untuk izin sementara pemanfaatan bangunan gedung

bukan rumah ibadah yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

5. Memberikan pendapat atau saran dalam hal penyelesaian perselisihan pendirian rumah

ibadah kepada Pemerintah Daerah.

Ini berarti bahwa tugas FKUB Kota Bekasi keseluruhan adalah dalam rangka

pemeliharaan kerukunan umat beragama yang mencakup upaya membahasakan aspek kerukunan

umat beragama ke dalam bahasa program pembangunan agar FKUB dapat menyusun

6 Wawancara dengan Bapak H. Abdul Manan, selaku Ketua FKUB Kota Bekasi, perihal pembentukan FKUB.

Dilakukan pada tanggal 12 Mei 2017, pukul 13.10 WIB. 7 Buku Pedoman Kerukunan Hidup Umat Beragama, Bakesbangpol Kota Bekasi. Tahun 2016. Hlm. 17.

Page 90: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

rekomendasi yang strategis. Dalam wawancaranya Ketua FKUB H.Abdul Manan juga

menambahkan bahwa tugas FKUB nantinya antara lain :

“Perihal Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dibentuk ini memeliki tugas

antara lain melakukan sosialisasi dengan masyarakat perihal kerukunan umat beragama,

melakukan dialog dengan masyarakat antar umat beragama agar bisa menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi, dan yang terpenting yaitu perihal memberikan rekomendasi

tertulis perihal pendirian rumah ibadah.”8

Keanggotaan FKUB Kota Bekasi sendiri, terdiri dari pemuka - pemuka lintas Agama yaitu

tokoh komunitas beragama baik yang memimpin Ormas keagamaan yang diakui oleh masyarakat

dan pemerintah. Anggota FKUB sendiri dalam regulasi yang sudah diatur tidak boleh menjadi

bagian dari pengurus sebuah partai politik. Hal itu karena anggota atau pimpinan FKUB harus

mengundurkan diri dari jabatannya setelah ia menjadi calon tetap dalam pemilihan Kepala

Daerah, anggota DPRD, DPR RI, dan DPD RI agar supaya FKUB tidak disalah gunakan sebagai

alat untuk memperoleh dukungan masyarakat dalam suatu proses politik praktis di daerah.

FKUB tidak boleh dijadikan sebagai forum untuk tarik ulur kepentingan kelompok melainkan

untuk mengedepankan kepentingan kerukunan umat beragam di daerahnya.

Untuk tingkat daerah, jumlah anggota FKUB Kota Bekasi berjumlah 17 orang.

Diantaranya adalah perwakilan dari tiap tiap Agama yang diakui oleh Negara. Adapun anggota

FKUB Kota Bekasi antara lain :

Tabel 5.3

Daftar Anggota FKUB Kota Bekasi

No Nama Unsur Jabatan

1 H. Adbdul Manan Islam Ketua

2 Dr.KH. Zmakhsyari Islam Wakil Ketua I

3 Drs. KH. Soekandar Islam Wakil Ketua II

8 Wawancara dengan Bapak H. Abdul Manan, selaku Ketua FKUB Kota Bekasi, perihal tugas dan wewenang dari

FKUB. Dilakukan pada tanggal 12 Mei 2017, pukul 13.20 WIB.

Page 91: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

4 H. Hasnul Kholid Islam Sekretaris I

5 H. E. Priyasuganda Islam Sekretaris II

6 H. Badruzaman Busyairi Islam Anggota

7 H. Burhanudin Islam Anggota

8 H. Moch. Nasrullah Islam Anggota

9 Ust. Aang Setiawan Islam Anggota

10 Drs. H. M. Nuh Mahmud Islam Anggota

11 Mula Tampubolon Kristen Anggota

12 Ideham Pendi Budha Anggota

13 KH. Achsanudin Islam Anggota

14 Jonskusport Silalahi Kristen Anggota

15 Haris S.E Budha Anggota

16 Haris S.E Katolik Anggota

17 Dewa Agung Mahendra Hindu Anggota

Sumber : Buku pedoman kerukunan umat beragama, tahun 2017

Dalam tabel diatas kita dapat mengetahui pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama

yang berada di Kota Bekasi. Jumlah sesuai yaitu beranggotakan 17 Orang dan terdiri dari

perwakilan perwakilan tiap Agama yang diakui oleh Pemerintah. Namun dapat disayangkan

menurut pendapat penulis, jumlah tersebut masih belum proporsional jika dilihat dari latar

belakang Agama nya.

Indikator keberhasilan adanya FKUB di Kota Bekasi salah satunya adalah dalam

membantu Pemerintah Kota Bekasi dalam memberikan rekomendasi dalam membuat perizinan

rumah ibadah, di studi kasus Gereja Santa Clara FKUB menilai perizinan pembangunan Gereja

sudah lengkap karena sudah sesuai dengan regulasi yang sudah ada yaitu melalui PBM No 9 dan

8 Tahun 2006.

Page 92: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

5.2.1.2 Optimalisasi Peraturan Bersama Menteri (PBM) No 9 dan 8 Tahun 2006 sebagai

persoalan konflik perizinan pembangunan rumah ibadah

Mulai berkembangnya pembangunan rumah ibadah yang bertambah sesuai dengan

pertumbuhan jumlah penduduk Kota Bekasi, tentunya dapat mengakibatkan konflik di sekitar

lokasi pembangunan rumah ibadah tersebut. Unsur – unsur dari beberapa masyarakat pastinya

melakukan penolakan yang dapat menimbulkan konflik. Namun pembangunan rumah ibadah

tidak bisa dihalang halangi jika sesuai dengan prosedur dan memang dibutuhkan oleh masyarakat

sekitarnya, seperti yang di katakan oleh ketua FKUB :

“Pembangunan rumah Ibadah harus memperhatikan prinsip prinsip seperti pendirian rumah

Ibadah didasarkan pada keperluan nyata dan pendirian rumah Ibadah diharapkan tetap

menjaga kerukunan dengan masyarakat sekitar.”9

Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 merupakan pedoman bagi

Pemerintah Daerah dalam mengeluarkan izin bersama rekomendasi Forum Kerukunan Umat

Beragama (FKUB) atas perizinan pendirian rumah ibadah. Adanya PBM Nomor 9 dan 8 tahun

2006 ini merupakan sebuah upaya yang serius dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga

kerukunan umat beragama di Indonesia. Seanjutnya Bapak Drs. Deden Taufiqurahman selaku

perwakilan dari Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi mengatakan perihal adanya Peraturan

Bersama Menteri Nomor 9 dan 8 tahun 2006 ini seperti berikut :

“PBM adalah satu regulasi dalam menciptakan kerukunan umat beragama. Yang

merupakan suatu regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk lebih memberikan

perlindungan pemerintah terhadap masyarakatnya. Termasuk dalam regulasi ini juga ada

konsep seperti Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Keagamaan dalam Masyarakat.

Sekecil apapun masalah kerukunan beragam timbul, Ketua Rt dan Rw harus mencoba

memadamkan nya dari lingkup yang paling kecil, karena dalam PMB ini juga diatur tugas

RT dan RW dalam menjaga kerukunan umat beragama di lingkungan nya”10

9 Wawancara dengan Bapak H. Abdul Manan, selaku Ketua FKUB Kota Bekasi, perihal prosedur pendirian rumah

ibadah. Dilakukan pada tanggal 12 Mei 2017, pukul 13.35 WIB. 10 Wawancara dengan Bapak Drs. Deden Tufiqurahman, selaku pejabat di Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi,

perihal Peraturan Bersama Menteri No 9 dan 8 Tahun 2006 tentang proses perizinan pembangunan rumah ibadah.

Dilakukan pada tanggal 9 Mei 2017, pukul 13.40 WIB.

Page 93: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Indonesia yang merupakan negara yang multikultur sehingga akan sangat rawan terjadi

konflik vertikal maupun horizontal yang serius karena menyinggung masalah keberagaman umat

beragama. Isu terkait keragaman umat beragama merupakan hal yang sangat sensitif untuk

disinggung. Di Indonesia sendiri, masalah agama merupakan hal yang sangat sensitif dan sangat

penting bagi masyarakatnya. Dengan budaya ketimuran yang di anut oleh bangsa ini sejak

nusantara sebelum dijajah, maka hal terkait agama menjadi sebuah hal yang amat penting bagi

masyarakat Indonesia.

Sebagai contoh, konflik yang terjadi di Bekasi 2015 lalu yang melibatkan kelompok umat

beragama dikarenakan kesalahpahaman komunikasi masalah pembangunan izin Gereja Santa

Clara di Bekasi Utara. Hal ini menimbulkan konflik horizontal sehingga akan sangat berbahaya

bagi kerukunan masyarakat di sekitaran Kota Bekasi. Dapat dikatakan konflik ini terjadi secara

vertikal karena, umat muslim di Kota Bekasi akhirnya merasa tidak sepakat dengan keputusan

yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bekasi karena telah memberi izin pendirian Gereja Santa

Clara di Bekasi Utara. Sehingga, umat muslim di Kota Bekasi sempat melakukan unjuk rasa

kepada Pemerintah karena tidak puas dengan apa yang telah diputuskan oleh Pemerintah Kota

Bekasi.

Secara horizontal konflik ini melibatkan umat muslim dan umat nasrani sebagai pendiri

gereja tersebut dan umat muslim sebagai pihak yang merasa dirugikan. Dirugikan yang

dimaksud adalah, karena umat muslim di daerah pembangunan tersebut merasa dilangkahi atas

prosedur perizinan yang dilakukan oleh pihak pembangun gereja. Oleh karenanya umat muslim

merasa prosedur perizinan ini sangat tidak sesuai dengan prosedur yang ada, karena mereka tidak

merasa dilibatkan dalam proses perizinan pembangunan gereja tersebut.

Page 94: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Agar konflik - konflik serupa tidak terjadi lagi dikemudian hari, Pemerintah Kota Bekasi

berinisiatif untuk melaksanakan Sosialiasai Peraturan Bersama Menteri (PBM) No 9 dan 8

Tahun 2006. Agenda tersebut pada tahun 2016 ini dilaksanakan pada bulan Agustus dari tanggal

22 sampai 25 tahun 2016 . Agenda ini dilaksanakan dengan mengundang seluruh pemuka

masyarakat di Kota Bekasi yang diwakilkan oleh Kesejahteraan Sosial (Kesos) di tiap

Kecamatan dan Kelurahan serta perwakilan dari RT dan RW yang ada di Kota Bekasi.

Sosialisasi yang di lakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi bertujuan untuk agar masyarakat

Kota Bekasi dan para pejabat di tingkat RT, RW, Kecamatan sampai Kelurahan mengetahui alur

tata cara perizinan pembangunan rumah ibadah yang nantinya tidak kembali terjadi konflik karna

ketidaktahuan masyarakat tentang perizinan maupun kesalahan prosedur verifikasi yang

dilakukan pejabat di tingkat RT, RW, Kecamatan dan Kelurahan yang warganya ingin

melakukan perizinan pembangunan rumah ibadah.

Dalam pelaksanaannya, agenda sosialisasi ini dilaksanakan dengan peserta yang dibagi

sesuai Kecamatannya. Setiap hari dibagi menjadi 3 Kecamatan dari 12 Kecamatan yang ada di

Kota Bekasi. Total ada 56 Kelurahan dari 12 Kecamatan yang ada di Kota Bekasi. Sehingga

agenda tersebut tidak mungkin dilangsungkan secara sekaligus mengingat tempat dan muatan

yang harus bisa disesuaikan.

Adapun isi dari Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 9 dan 8 tahun 2006 tentang

alur tata cara perizinin pembangunan rumah ibadah adalah sebagai berikut :11

Gambar 5.1

11

Buku Pedoman Kerukunan Hidup Umat Beragama, Bakesbanpol Kota Bekasi, hlm. 10

Page 95: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Alur Tata Cara Perizinan Pembangunan Rumah Ibadah

Sumber : Buku Pedoman Kerukunan Umat Beragama, Bakesbangpol tahun 2016

Keterangan :

1. Kelompok Masyarakat yang ingin membangun rumah ibadah harus membentuk organisasi

atau kepanitiaan, yang minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.

2. Setelah terbentuknya kepanitiaan, lalu kepanitiaan tersebut menyerahkan syarat berupa ; 1.

KTP 90 orang jamaah, 2. KTP dukungan warga sekitar sejumlah 60 orang untuk perizinan

ke Kelurahan setempat.

3. Lalu pihak Kelurahan akan melakukan verifikasi persyaratan tersebut untuk diteruskan ke

tahap selanjutnya pemberian pertimbangan rekomendasi.

4. Setelah persyaratan dilengkapi masuk ketahap pertimbangan dari KFUB, KESBANGPOL,

dan KEMENAG Kota/Kabupaten yang hasil pertimbangan nya akan diberikan ke Walikota.

5. Tahap terakhir yaitu pemberitahuan di izinkan atau tidak di izinkan nya pembangunan

rumah ibadah dari SK Walikota ke pihak panitia pembangunan rumah ibadah.

Selain untuk mengatur tata cara perizinan pemabangunan rumah ibadah, Peraturan

Bersama Menteri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 juga dibuat agar menghindari konflik antar umat

beragama, karena didalamnya juga mengatur hal – hal seperti pedoman untuk kepala daerah

dalam pemeliharaan umat beragama sampai mengatur cara penyelesaian perselisihan, adapun isi

dari PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 antara lain :

Di Izinkan/ Tidak di Izinkan

Panitia Walikota 5

Keluruhan :

1. KTP 90 Orang Jamaah

2. KTP Dukungan Warga

Sekitar 60 Orang.

2

Pertimbangan :

1. FKUB

2. KESBANGPOL

3. KEMENAG

3

4

1

Page 96: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

1. Pendirian rumah ibadah didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh sungguh

berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang

bersangkutan di wilayah.

2. Pendirian rumah ibadah harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis

bangunan gedung. Persyaratan administratif berupa :

a. Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengguna rumah ibadah paling

sedikit 90 orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas

wilayah.

b. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh pejabat

setempat.

c. Rekomendasi tertulis kepala kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kota

d. Rekomendasi tertulis dari FKUB Kabupaten atau Kota

3. Pemerintah Daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah

ibadah yang telah memiliki IMB yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang

wilayah

4. Perselisihan akibat pendirian rumah ibadah diselesaikan secara musyawarah oleh

masyarakat setempat

5. Bupati atau Walikota dibantu kepala kantor departemen Agama melakukan pengawasan

atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan Forum

Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan pendirian rumah ibadah.

Page 97: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

5.2.1.3 Peraturan Walikota No 47 Tahun 2013 Tentang Pembebasan Retribusi

Pembangunan Rumah Ibadah Dalam Menjawab Maraknya Rumah Ibadah yang

Tak Berizin di Kota Bekasi

Peraturan Walikota Bekasi Nomor 47 Tahun 2013 tentang pembebasan retribusi

pemanfaatan sarana ibadah adalah sebuah upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi dalam

upaya menghapus pungutan atau biaya bagi masyarakatnya yang ingin mendirikan rumah ibadah,

sehingga dapat lebih mempermudah masyarakatnya dalam keinginan mendirikan rumah ibadah

dan dapat mengurangi maraknya bangunan liar yang dijadikan sebagai tempat ibadah.

Di Kota Bekasi sendiri terdapat masalah yaitu mulai banyaknya bangunan ruko – ruko

yang dijadikan sebagai sarana rumah ibadah, hal itu dikarenakan tingginya biaya yang harus

dikeluarkan oleh masyarakat dalam mengurus perizinan mendirikan bangunan rumah ibadah.

Tentu saja adanya bangunan liar yang dijadikan tempat ibadah juga bisa mengakibatkan konflik

di lingkungan sekitar yang melihat sebagian masyarakat sekitar berpendapat bahwa ada

bangunan yang tidak jelas tiba – tiba didatangi orang banyak untuk melakukan kegiatan

peribadatan.

Dalam peraturan Walikota ini diatur bagaimana tata cara pembebasan retribusi

pemanfaatan kekayaan daerah untuk sarana beribadah bagi masyarakat Kota Bekasi dengan alur

sebagai berikut 12

:

1. Masyarakat dapat mengajukan surat permohonan pembebasan retribusi pemanfaatan

kekayaan daerah untuk sarana ibadah kepada Walikota melalui Kepala Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).

2. Permohonan pembebasan retribusi pemanfaatan kekayaan daerah untuk sarana ibadah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilengkapi syarat syarat administrasi.

12

Peraturan Walikota No. 47 Tahun 2013.

Page 98: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

3. Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud ayat (2) terdiri dari :

A. Susunan pengurus sarana ibadah

B. Salinan perjanjian sewa lahan Fasilitas Sosial (FASOS) antara Pemerintah Kota

Bekasi dengan pengurus sarana ibadah

C. Surat pengantar dari Lurah dan diketahui oleh Camat

D. Salinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

4. Kepala BPKAD sebagaimana dimaksud ayat (1) menerima dan meneliti berkas

permohonan sesuai persyaratan yang ditetapkan pada ayat (2) kemudian memberikan

tanda terima berkas permohonan.

Dengan adanya peraturan Walikota ini diharapkan bisa menjawab dari permasalahan yang

timbul akibat sulitnya masyarakat memiliki tempat peribadatan sehingga menjadikan bangunan –

bangunan liar sebagai tempat peribadatan yang diakibatkan tingginya biaya untuk mengurus

perizinan rumah ibadah yang dimiliki oleh masyarakat.

Selain itu adanya perwal ini nantinya akan mendorong rumah ibadah yang masih ilegal

menjadi legal sehingga Pemerintah Kota Bekasi bisa melakukan pengawasan agar tidak ada

intimidasi dari pihak – pihak tertentu. Pemkot sendiri tidak bisa melakukan pengawasan jikalau

bangunan rumah ibadah tersebut statusnya masih ilegal.

5.2.2 Strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam Penyelesaian Konflik

Dalam penyelesaikan gejolak yang berpotensi terhadap terjadinya konflik, pemerintah rata

– rata menggunakan cara yang sering digunakan dalam penyelesaian konflik yaitu dengan

melakukan negosiasi, mediasi dan fasilitasi. Cara ini lazim di gunakan baik ditingkat lokal,

nasional maupun dunia internasional dalam resolusi konflik. Pihak ketiga seperti pemerintah

Page 99: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

maupun pihak luar yag bukan terlibat dalam konflik akan berperan sebagai negosiator, mediator

dan fasilitator.

5.2.2.1 Resolusi Konflik Pembangunan Gereja Santa Clara

Salah satu latar latar belakang atau penyebab terjadinya konflik antar umat beragama yang

sering terjadi di Kota Bekasi adalah perihal perizinan pembangunan rumah ibadah. Salah satunya

penulis mengangkat studi kasus tentang konflik perizinan pembangunan Gereja Santa Clara.

Sebelumnya penulis akan menjelaskan kronologis konflik ini, menggunakan metode dari Pondy

(1967), dengan model conflict episode atau proses konflik. Dimana konflik tersebut dibagi

menjadi beberapa tahapan dari Latent Conflict, Perceived Conflict, Felt Conflict, Manifest

Conflict, sampai Conflict Aftermatch.13

Tabel berikut akan menjelaskan bagaimana Pondy

membagi sebuah konflik menjadi sebuah proses tahapan – tahapan dari awal hingga berakhirnya

sebuah konflik seperti berikut :

Gambar 5.2

Proses Konflik Pembangunan Gereja Santa Clara

Sumber : Kronologis Konflik Gereja Santa Clara, terbitan Pemkot Kota Bekasi, tahun 2016.

13

Perilaku Keorganisasian,Komang Ardana. Penerbit Graha Ilmu Denpansar, tahun 2009. Hlm 117

1. Latent Conflict

2. Perceived Conflict

3.

Felt Conflict

4.

Conflict Resolution

5.

Conflict Aftermatch

Page 100: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

1. Latent Conflict, tahap dimana munculnya faktor – faktor yang menjadi penyebab terjadinya

konflik. Pada studi kasus ini konflik bermula ketika Organisasi Paroki (Kelompok Umat

Katolik) Santa Clara Bekasi Utara, mengajukan permohonan untuk pembangunan Gereja

Santa Clara yang beralamat di Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Bekasi Utara. Namun

perizinan tersebut tidak dapat di proses karena tidak memenuhi persyaratan. Selain itu

pembangunan gereja ini mendapat penolakan dari sebagian masyarakat yang memiliki

tujuan politis, dengan mengira bahwa adanya gereja akan mengurangi kantong suara partai

politik tertentu.

2. Perceived Conflict, yaitu ditahapan ini salah satu pihak memandang pihak lain akan

menghambat pencapaian tujuannya. Dalam tahapan ini terdapat kasus ada sekelompok

masyarakat sekitar yang mengatasnamakan Majelis Silaturrahim Ummat Islam Bekasi

(MSUIB) tidak setuju dengan adanya pembangunan Gereja Santa Clara, karena dinilai

mereka yang tinggal didekat wilayah tersebut merasa tidak mendukung adanya

pembangunan Gereja di wilayahnya.

3. Felt Conflict, ditahap ini konflik sudah tidak hanya sekedar dipandang atau dianggap ada

tetapi sudah benar – benar dirasakan keberadaannya. Di kasus ini sudah mulai terjadi

gesekan antar sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan MSUIB dengan jamaah

Gereja Santa Clara, terjadinya penolakan dengan melakukan demonstrasi serta penutupan

akses masuk ke wilayah pembangunan gereja tersebut oleh kelompok MSUIB. Mulai

adanya tekanan – tekanan kepada para jamaah Gereja Santa Clara agar segera

memberhentikan pembangunan tersebut.

4. Conflict Resolution, tahap dimana sudah dimulainya penyelesaian konflik. Akhirnya

Pemerintah Kota Bekasi melakukan mediasi dengan melakukan pertemuan kepada pihak

Page 101: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

yang bertikai untuk mengetahui kronologis konflik yang terjadi. Setelah melakukan

mediasi, lalu setelah mengetahui kronologis konflik yang terjadi Pemerintah Kota Bekasi

melakukan langkah selanjutnya dengan mengakomodasi terhadap pihak yang bertikai,

dengan mengajak kedua kelompok yang berkonflik untuk sama – sama mengkoreksi atau

bersikap transparan dalam proses pemberian perizinan pembangunan Gereja, dengan

membuka syarat – syarat administrasi yang telah diajukan oleh panitia pembangunan

gereja ke kelompok masyarakat yang menolak pembangunan tersebut, apakah syarat –

syarat adminstrasi tersebut sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Dan dihasilkan

bahwa syarat administarsi tersebut sudah sesuai dengan PBM No 9 dan 8 Tahun 2006

tentang Perizinan Pembangunan Rumah Ibadah, sehingga Walikota harus memberikan

perizinan kepada pihak panitia pembangunan Gereja untuk melakukan proses

pembangunan.

5. Conflict Aftermatch, tahap ini terjadi setelah dilakukan nya resolusi konflik. Dalam kasus

ini setelah dilakukan nya resolusi konflik oleh Pemerintah Kota Bekasi, kelompok yang

kontra terhadap pembangunan Gereja tetap melakukan protes dengan demonstrasi. Mereka

menilai perizinan nya tidak sah karna mencurigai ada data dari persyaratan Adminsitrasi

dari panitia pembangunan Gereja yang dipalsukan. Namun Pemerintah Kota Bekasi

menganggap semua data sudah valid, dan jika masih melakukan protes Pemerintah Bekasi

menyarankan agar kelompok masyarakat yang kontra melakukan gugatan terhadap Surat

Keputusan Pemberian Izin Pembangunan Gereja Santa Clara tersebut ke Pengadilan Tata

Usaha Negara (PTUN).

Dari pemaparan kronologis tersebut, penulis mendapatkan tiga upaya yang telah dilakukan

oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam upaya melakukan penyelesaian konflik pembangunan Gereja

Page 102: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Santa Clara yang ada di Kecamatan Bekasi Utara. Pertama yaitu menggunakan cara mediasi,

dengan melakukan pertemuan kepada pihak yang bertikai yaitu panitia pembangunan Gereja

Santa Clara dengan kelompok yang kontra terhadap pembangunan Gereja Santa Clata untuk

mengetahui kronologis konflik yang terjadi.

Langkah yang kedua yaitu dengan cara akomodasi, dengan mengakomodir aspirasi kedua

pihak yang berkonflik. Pemerintah Kota Bekasi bersikap transparan dalam proses pemberian izin

dengan mengajak kedua kelompok yang berkonflik untuk sama – sama mengkoreksi dengan

membuka syarat – syarat administrasi yang telah diajukan oleh panitia pembangunan Gereja

Santa Clara ke kelompok masyarakat yang menolak pembangunan tersebut, dengan tujuan

apakah syarat – syarat adminstrasi yang telah dilengkapi sudah sesuai dengan regulasi yang

berlaku yaitu dengan acuan Peraturan Bersama Menteri (PBM) No 9 dan 8 Tahun 2006 tentang

Perizinan Pembangunan Rumah Ibadah.

Langkah yang ketiga adalah penyelesaian konflik melalui arbitrasi, yaitu dengan

melibatkan pihak ke tiga yang hasil putusan nya harus ditaati oleh semua pihak yang bertikai.

Setelah melakukan langkah yang kedua dengan cara mengakomodir, namun terdapat salah satu

pihak yang masih tidak puas dengan beralasan bahwa ada syarat administrasi menilai perizinan

nya tidak sah karena mencurigai ada data dari persyaratan adminstrasi dari panitia pembangunan

Gereja Santa Clara yang dipalsukan. Namun Pemerintah Kota Bekasi menganggap semua data

sudah valid, dan akhirnya menyarankan agar kelompok masyarakat yang kontra melakukan

gugatan terhadap Surat Keputusan Pemberian Izin Pembangunan Gereja Santa Clara yang

dikeluarkan oleh Walikota tersebut untuk digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

dengan catatan jika hasilnya tetap Sah maka sudah tidak boleh ada lagi demonstrasi untuk

mencegah pembangunan Gereja Santa Clara.

Page 103: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

5.2.2.2 Mediasi Berupa Focus Group Discussion (FGD) Antar Pemuka Agama di Kota

Bekasi.

Focus Group Discussion (FGD) antar pemuka agama di Kota Bekasi merupakan agenda

yang dirancang oleh Pemerintah Kota Bekasi melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

(Bakesbanpol) yang bekersja sama dengan FKUB untuk menjaring aspirasi dari tokoh Agama se

Kota Bekasi. Agenda ini setiap tahunnya dihadiri oleh pemuka Agama seluruh Kota Bekasi dan

juga perwakilan ke 27 Ormas berbasis Agama yang ada di Kota Bekasi.

Program ini berupa mediasi yang dilaksanakan lewat pertemuan antara Pemerintah Daerah

yang di tugaskan kepada Wakil Walikota, jajaran aparatur Bakesbangpol, dan anggota FKUB

Kota Bekasi dengan para tokoh pemuka Agama Islam, Kristen, Hindu, Budha se Kota Bekasi

dan juga perwakilan Ormas - Ormas berbasis keagamaan.

Konten yang dituju dalam FGD berupa mediasi ini adalah untuk mempersatukan

pandangan terkait permasalahan keagamaan yang ada di Kota Bekasi. Mengingat Kota Bekasi

merupakan Kota sub urban yaitu Kota penyangga Ibu Kota yang sangat multikultur sehingga

rawan menimbulkan konflik horizontal antar umat beragama. Seperti konflik perizinan

pembangunan rumah ibadah.

Konten selanjutnya adalah untuk menekankan kepada seluruh pemuka Agama dan anggota

– anggota Ormas berbasis Keagamaan agar terus menjaga keutuhuan, perdamaian serta sikap

toleransi antar umat beragama. Mengingat bangsa ini didirikan karena semangat kebhinekaan

yang kuat serta toleransi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia sejak era penjajahan.

FGD berupa mediasi ini sekaligus meberikan sosialisasi - sosialisasi penting untuk meluruskan

opini pemuka Agama serta anggota – anggota Ormas berbasis Keagamaan terhadap

permasalahan atau konflik yang sedang dihadapi.

Page 104: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa konflik antar umat beragama

yang terjadi di suatu daerah sangatlah merugikan daerah tersebut, karena dapat mengakibatkan

adanya ketidak kondusifan yang bergejolak di masyarakatnya, serta tidak menimbulkan

ketentraman dan kenyamanan sehingga mengganggu laju pertumbuhan dan pembangunan yang

ada di daerah tersebut. Dinamika permasalahan konflik yang terjadi di Kota Bekasi kebanyakan

dilatarbelakangi oleh konflik perizinan pembangunan rumah ibadah. Sehingga dalam menjawab

permasalahan tersebut sangat diutuhkan strategi dari Pemerintah Kota Bekasi dalam manajemen

dan resolusi konflik antar umat beragama yang terjadi di Kota Bekasi. Untuk menciptakan

kerukunan umat beragama di masyarakatnya dan terhindar dari konflik, Pemerintah Kota Bekasi

melakukan pencegahan serta penyelesaian jika sudah terjadi konflik.

Strategi pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi adalah dengan cara

membuat lembaga seperti Forum Kerukunan Umat Beragama, yang nantinya kinerja dari

lembaga tersebut akan membantu dari kinerja Pemerintah Daerah. Strategi selanjutnya yaitu

dengan mengoptimalkan sosialisasi Peraturan Bersama Menteri (PBM) Nomor 8 dan 9 Tahun

2006 yang juga merupakan regulasi sah secara hukum dalam melakukan mediasi antar umat

bergama jika terjadi terjadi konflik seperti pendirian rumah ibadah yang seringkali menjadi

konflik di Kota Bekasi ini. Dalam PBM Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 ini juga diatur bagaimana

regulasi dalam penyelesaian perselisihan antar umat bergama jika terjadi konflik. Lalu strategi

pencegahan yang ketiga adalah dengan mengoptimalkan produk hukum yang bisa dibuat oleh

Page 105: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Pemerintah Daerah untuk meminimalisir terjadinya konflik seperti Peraturan Walikota No 47

Tahun 2013.

Sedangkan untuk strategi penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

Bekasi adalah masih dengan cara awal yaitu dengan melakukan mediasi. Seperti langkah awal

yang sudah dilakukan pada saat konflik perizinan pembangunan Gereja Santa Clara. Selanjutnya

adalah melakukan Focus Group Discussion (FGD) antar pemuka Agama di Kota Bekasi yang

bertujuan menjaring aspirasi dari para tokoh Agama se Kota Bekasi dan juga Organisasi

Kemasyarakatan (Ormas) berbasis Agama di Kota Bekasi. FGD ini menekankan kepada seluruh

tokoh pemuka Agama dan Organisasi Kemasyarakatan berbasis Agama di Kota Bekasi agar

terus menjaga keutuhan serta toleransi antar umat beragama.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian strategi Pemerintah Kota Bekasi dalam manajemen dan

resolusi konflik antar umat beragama ini maka penulis menilai pencegahan yang dilakukan

Pemerintah Kota Bekasi selama kurun waktu lima tahun terakhir sudah mulai terlihat. Warisan

permasalahan konflik pembangunan rumah ibadah sudah mulai diselesaikan dengan upaya -

upaya seperti sosialisai regulasi yang sah. Namun peneliti masih menilai dari usaha untuk

penyelesaian konflik Pemerintah Kota Bekasi dinilai kurang, karena hanya mengandalkan

mediasi saja. Untuk itu peneliti memiliki saran yaitu :

1. Perlu adanya ketegasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam

pengambilan keputusan. Seperti dalam kasus konflik perizinan pembangunan Gereja

Santa Clara, Pemerintah Kota Bekasi masih membiarkan salah satu kelompok

melakukan kerusuhan padahal sudah ada hasil yang disepakati.

Page 106: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

2. Lebih memaksimalkan lembaga yang sudah dibuat yaitu Forum Kerukunan Umat

Beragama. Penulis menilai lembaga yang dibuat dari berbagai macam perwakilan

Agama ini bisa lebih membantu untuk melakukan pendeketan yang lebih intensif ke

masyarakat. Dengan menjemput permasalahan yang sedang berkembang di

masyarakat mengenai konflik antar umat beragama.

Pemerintah Kota Bekasi harusnya tidak bersifat reaksioner dalam menangani

permasalahan, karena penulis menilai sangat terlambat untuk menyelesaikan konflik yang berada

di masyarakatnya ketika konflik tersebut sudah ramai diberitakan oleh media – media.

Pemerintah Daerah seharusnya lebih bergerak cepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut

sebelum konflik tersebut menjadi lebih besar.

Page 107: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Arifin, Anwar. 2015. Perspektif Ilmu Politik. Jakarta : Rajawali Press.

Bachtiar, Wardi.. 2010. Sosiologi Klasik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Bernard Raho, 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Buku Pedoman Kerukunan Hidup Umat Beragama, Bakesbanpol Kota Bekasi, tahun 2016.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB). Buku Pedoman

Penyusunan Skripsi FISIP UB Tahun Akademik 2013/2014.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grmaedia.

Hamdan, Dly. 2002. Membangun Kerukunan Berpolitik dan Beragama di Indonesia. Jakarta :

Departemen Agama Republik Indonesia.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial. Jakarta:

Penerbit Salemba Humanika.

Hidayat, Imam. 2012. Teori Teori Politik. Malang: Setara Press (Kelompok In-Trans

Publishing).

Soetopo, Hidayat. 2010. Perilaku Organisasi : Teori dan Praktik Dalam Bidang Pendidikan.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Mohyi, Achmad. 2012. Teori dan Perilaku Organisasi Dalam Membentuk, Mengelola, dan

Mengembangkan Organisasi. Malang: UMM Press.

Umar, Nimran. 2009. Perilaku Organisasi. Sidoarjo : Laras Press.

DOKUMEN :

Data Organisasi Kemasyarakatan Terdaftar di Kota Bekasi, Bakesbangpol Kota Bekasi, tahun

2015

Komisi Nasioanal Hak dan Asasi Manusia (Komnas HAM). Presenatse Pelaporan Khususu

Pelanggaran Kebebasan Beragama di Sejumlah Provinsi Indonesia pada Tahun 2016.

Page 108: Strategi Pemerintah Kota Bekasi Dalam Manajemen dan ...repository.ub.ac.id/521/1/Yanuar Fazriyanto.pdf · 4 BEM FISIP UB Direktur Jendral Isu dan Propaganda 2014 5 OSIS Wakil II 2012

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006

Tentang Pedoman Kerukunan Umat Beragama

Undang – Undang Dasar Tahun 1945 Tentang Kebebasan Warga Negara Memeluk

Kepercayaannya Masing – Masing

Undang - Undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah

Undang – Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 9 Tentang Kebebasan Warga Negara Memeluk

Kepercayaan Masing - Masing

JURNAL :

Abddillah, Munir. 2013. Strategi Komunikasi Forum Kerukunan Umat Beragama di Kota

Salatiga. Yogyakarta : Jurnal Universtias Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Nieke. 2014. Manajemen dan Resolusi Konflik dalam Masyarakat. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. Volume 12 No. 2.

Siswanto, Ayyub. 2014. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Konflik Antar

Kelompok di Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara. Makasar : Jurnal Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin.

Sumaryanto. 2010. Manajemen Konflik Sebagai Salah Satu Solusi Dalam Pemecahan Masalah.

Purbolaksono, Arifianto. 2015. Kebebasan Mendirikan Rumah Ibadah Sudah Terjamin ?

Berkaca Dari Kota Bekasi. Jurnal Kebebasan. Volume 1 No.2.

INTERNET :

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151230151353-20-101200/berbagai-pelanggaran-ham-

sepanjang-2015

http://www.bekasikota.go.id/detail/122-108Badan-Kesatuan-Bangsa-dan-Politik.

http://www.jabarprov.go.id Perihal Sejarah Kota Bekasi.

http://kontras.org/buku Perihal Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindakan Kekerasan.

http://Republika.com Perihal Konflik Pembangunan Gereja Santa Clara di Kota Bekasi.