Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

24
Daftar Isi 1.Pendahuluan...................................... ........................... 2 2. Agitasi dan Propaganda Politik.................................... 3 a.Agitasi ....................................... .............................. 3 b.Propaganda .................................... ......................... 7 c. Propaganda jepang terhadap indonesia ................... 12 3.Penutup ......................................... ................................ 14 a. Kesimpulan..................................... ......................... 14

Transcript of Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

Page 1: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

Daftar Isi

1. Pendahuluan................................................................. 2

2. Agitasi dan Propaganda Politik.................................... 3

a. Agitasi ..................................................................... 3

b. Propaganda ............................................................. 7

c. Propaganda jepang terhadap indonesia ................... 12

3. Penutup ......................................................................... 14

a. Kesimpulan.............................................................. 14

Daftar Pustaka .................................................................... 15

Page 2: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

1. PENDAHULUAN

Istilah agitasi dan propaganda, adalah bagian dari “cara” berkomunikasi. Sebetulnya

ada banyak cara berkomunikasi lainya seperti penerangan, jurnalistik, humas, publisitas,

pameran, dll. Seperti apa yang menjadi tujuan umum dari komunikasi maka agitasi dan

propaganda ditujukan juga untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku orang lain seperti

yang diharapkan oleh komunikator (pengirim pesan).

Karena terkait masalah perilaku individu dalam situasi sosial, agitasi dan propaganda

tidak lepas dari masalah psikologi sosial. agitasi dan propaganda akan menjadi efektif apabila

disertai dengan pemahaman atas faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi

sikap, maupun perilaku individu maupun kelompok. Faktor internal seperti kepribadian,

sistem nilai, motivasi, serta sikap terhadap sesuatu yang ada disekitarnya, sedangkan secara

eksternal dipengaruhi oleh sistem nilai yang hidup ditengah masyarakat, kondisi lingkungan

alam, tata ruang dan kondisi sosial ekonomi. agitasi dan propaganda menjadi penting bagi

organisasi masyarakat (ormas) maupun partai politik (parpol) hingga perusahaan komersial

sekalipun karena menyangkut upaya-upaya untuk mecapai kemenangan maupun

mempengaruhi sikap, pendapat maupun perilaku dari pihak-pihak lain baik itu pihak musuh

(politik, ideologi, saingan bisnis), pihak netral maupun kawan.

Seorang Komunikator (agitator dan propagandator) yang baik, setidak-tidaknya harus

mengerti unsur-unsur dasar komunikasi. Pakar komunikasi Harold Lasswell (1972)

menyebutnya dalam pertanyaan : Who Says What In Which Channel To Whom With What

Effect ?. ( Siapa mengatakan apa melalui apa untuk siapa dan pengaruhnya apa ?). Siapa

(Komunikator), mengatakan apa (Pesan), melalui apa (Media), untuk siapa

(komunikan/penerima pesan), pengaruhnya apa (efek). Analisa yang mendalam terhadap

unsur-unsur komunikasi diatas juga akan turut mempertajam strategi komunikasi bagi sebuah

organisasi.

Page 3: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

2. AGITASI DAN PROPAGANDA POLITIK

A. Agitasi

Agitasi politik berasal dari bahasa Yunani agitare yang berarti bergerak atau

menggerakkan. Agitasi juga merupakan bentuk dari seni berkomunikasi yang tidak terlepas

dari kegiatan perpolitikan. Menurut Herbert Blumer (1969) agitasi adalah kegiatan yang

beroprasi untuk membangkitkan rakyat pada suatu gerakan terutama gerakan politik. Dengan

demikian agitasi adalah cara untuk menggerakan massa baik secara lisan maupun tuisan

dengan cara membangkitkan emosi khalayak.

Dalam makna denotatifnya, agitasi berarti hasutan kepada orang banyak untuk

mengadakan huru-hara, pemberontakan dan lain sebagainya. Kegiatan ini biasanya dilakukan

oleh tokoh/aktivis partai politik, ormas dan lain sebagainya dalam sesi pidato maupun tulisan.

Dalam praktek, dikarenakan kegiatan agitasi yang cenderung “menghasut” maka seringkali

disebut sebagai kegiatan “provokasi” atau sebagai perbuatan untuk membangkitkan

kemarahan. Bentuk agitasi sebetulnya bisa dilakukan secara individual maupun dalam basis

kelompok (massa).

Agitasi dimulai dengan cara membuat kontradiksi di masyarakat dan menggerakkan

kahalayak untuk menentang kenyataan hidup masyarakat selama ini. Hal ini digunakan untuk

menimbulkan kegelisahan di masyarakat, kemudian rakyat digerakan untuk mendukung

gagasan baru untuk menciptakan keadaan yang baru.

Dalam Negara – Negara demokrasi sebagian besar agitasi ditolak karena sangat

tercela. Hal ini karena agitasi bersifat negatif dengan caranya yang menggunakan hasuttan,

ancaman, dan menggelisahkan sehingga membangkitkan rasa tidak puas dan memdorong

adanya pemberontakan.

Page 4: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

Beberapa perilaku kolektif yang dapat dijadikan sebagai pemicu dalam proses agitasi

adalah :

1. Perbedaan kepentingan, seperti misalnya isu SARA (Suku, Agama, Ras). Perbedaan

kepentingan ini bisa menjadi titik awal keresahan masyarakat yang dapat dipicu

dalam proses agitasi

2. Ketegangan sosial, ketegangan sosial biasanya timbul sebagai pertentangan antar

kelompok baik wilayah, antar suku, agama, maupun pertentangan antara pemerintah

dengan rakyat.

3. Tumbuh dan menyebarnya keyakinan untuk melakukan aksi, ketika kelompok merasa

dirugikan oleh kelompok lainya, memungkinkan timbul dendam kesumat dalam

dirinya. Hal ini bisa menimbulkan keyakinan untuk dapat melakukan suatu aksi

bersama;

Dalam politik, ketiga perilaku kolektif diatas akan menjadi ledakan sosial apabila ada

faktor penggerak (provokator)nya. Misalnya ketidakpuasan rakyat kecil terhadap kebijakan

pemerintah yang tidak memihak kepada mereka juga bisa menjadi sebuah alat pemicu yang

efektif untuk mendongkel sebuah rezim. Dalam tahap selanjutnya, mobilisasi massa akan

terbentuk apabila ledakan sosial yang muncul dapat memancing solidaritas massa. Hingga

pada eskalasi tertentu mebisa munculkan kondisi collaps.

Dalam proses agitasi pemahaman perilaku massa menjadi penting. Agar agitasi dapat

dilakukan secara efektif maka perlu diperhatikan sifat orang-orang dalam kelompok(massa)

seperti ; massa yang cenderung tidak rasional, mudah tersugesti, emosional, lebih berani

mengambil resiko, tidak bermoral. Kemampuan seorang agitator untuk mengontrol emosi

massa menjadi kunci dari keberhasilan proses agitasi massa. Sedangkan pendekatan

hubungan interpersonal merupakan kunci sukses dalam agitasi individu.

Page 5: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

Agitasi dan propaganda hampir memiliki kemiripan namun yang membedakanya

Agitasi memfokuskan diri pada sebuah isu aktual, berupaya ‘mendorong’ suatu tindakan

terhadap isu tersebut. Propaganda berurusan dengan penjelasan gagasan-gagasan secara

terinci dan lebih sistematis. Seorang marxis perintis di Rusia, Plekhanov, menunjukkan

sebuah konsekuensi yang penting dari pembedaan ini. “Seorang propagandis menyajikan

banyak gagasan ke satu atau sedikit orang; seorang agitator menyajikan hanya satu atau

sedikit gagasan, tetapi menyajikannya ke sejumlah besar orang (a mass of people)”. Seperti

semua generalisasi yang seperti itu, pernyataan di atas jangan dipahami secara sangat harfiah.

Propaganda, dalam keadaan yang menguntungkan, bisa meraih ribuan atau puluhan ribu

orang. Dan ‘sejumlah besar orang’ yang dicapai oleh agitasi jumlahnya sangat tidak tetap.

Sekalipun demikian, inti dari pernyataan Plekhanov itu memiliki landasan yang kuat (sound).

"Seorang propagandis yang, katakanlah, berurusan dengan persoalan pengangguran,

mesti menjelaskan watak kapitalistis dari krisis, sebab dari tak terhindarkannya krisis dalam

masyarakat modern, kebutuhan untuk mentransformasikan masyarakat ini menjadi sebuah

masyarakat sosialis, dsb. Secara singkat, ia mesti menyajikan “banyak gagasan”, betul-betul

sangat banyak, sehingga gagasan itu akan dipahami sebagai suatu keseluruhan yang integral

oleh (secara komparatif) sedikit orang. Meskipun demikian, seorang agitator, yang berbicara

mengenai persoalan yang sama, akan mengambil sebagai sebuah ilustrasi, kematian anggota

keluarga seorang buruh karena kelaparan, peningkatan pemelaratan (impoverishment) dsb.,

dan penggunaan fakta ini, yang diketahui oleh semua orang, akan mengarahkan upayanya

menjadi penyajian sebuah gagasan tunggal ke “massa”. Sebagai akibatnya, seorang

propagandis bekerja terutama dengan mamakai bahasa cetak; seorang agitator dengan

memakai bahasa lisan."

Mengenai pokok pikiran yang terakhir, Lenin keliru, karena ia terlalu berat-sebelah.

Seperti yang ia sendiri nyatakan, sebelum dan sesudah ia menulis pernyataan di atas, sebuah

Page 6: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

surat kabar revolusioner bisa dan mesti menjadi agitator yang paling efektif. Tetapi ini

merupakan masalah sekunder. Hal yang penting adalah bahwa agitasi, apakah secara lisan

atau tertulis, tidak berupaya menjelaskan segala sesuatu. Jadi kita menyatakan, dan mesti

menyatakan, bahwa para individu buruh tambang yang menggunakan pengadilan kapitalis

untuk melawan NUM adalah buruh pengkhianat, bajingan (villains), dipandang dari segi

perjuangan sekarang ini; betul-betul terpisah dari argumen umum tentang watak negara

kapitalis. Tentu kita akan mengajukan argumen, tetapi kita berupaya ‘membangkitkan

perhatian’, ‘mendorong’, ‘membangkitkan rasa tidak senang dan kemarahan’ terhadap

pengadilan di sebanyak mungkin buruh. Ini mencakup mereka (mayoritas besar) yang belum

menerima gagasan bahwa negara, negara apapun dan pengadilannya, pasti merupakan sebuah

instrumen dari kekuasaan kelas.

Kedua hal itu penting, sangat diperlukan, tetapi keduanya tidak selalu bisa dikerjakan.

Agitasi memerlukan kekuatan yang lebih besar. Tentu saja seorang individu terkadang bisa

mengagitasi sebuah keluhan tertentu secara efektif, katakanlah, keluhan mengenai kurangnya

sabun atau tissue toilet yang layak di sebuah tempat kerja tertentu, tetapi sebuah agitasi yang

luas dengan sebuah fokus yang umum tidaklah mungkin tanpa sejumlah besar orang yang

ditugaskan dengan pantas untuk melaksanakannya, tanpa sebuah partai.

B. Propaganda

Kata propaganda yang berasal dari bahasa latin propagare berarti menyemaikan

tunas. Propaganda sendiri sebenarnya sudah lama diaplikasikan di bidang politik. Awalnya

propaganda digunakan untuk bidang keagamaan katholik. Pada tahun 1962 Paus Gregorius

XV membentuk komisi cardinal yang dinamakan congregatio de propaganda fide untuk

menumbuhkan keimanan kristiani.

Page 7: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

Propaganda sendiri berarti penerangan ( paham, pendapat, dsb) yang benar atau salah

yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang lain agar menganut suatu aliran, sikap,

atau arah tindakan tertentu. Kegiatan propaganda ini banyak dipakai oleh berbagai macam

organisasi baik itu orgnisasi massa, parpol, hingga perusahaan yang berorientasi profit

sekalipun baik kepada kawan, lawan maupun pihak netral. Propaganda juga merupakan inti

dari kegiatan perang urat syaraf (nerve warfare) baik itu berupa perang ideologi, politik, ide,

kata-kata, kecerdasan, dll.

Pengaruh propaganda dalam kegiatan politik sendiri secara intensif digunakan oleh

kegiatan politik Hitler pada perang dunia II. Propaganda dilakukan Hitler untuk menyebar

luaskan faham fasisme sekaligus memperluas area kekuasaan Nazi. Propaganda Nazi ini

berkonotasi negative karena menggunakan kebohongan dan banyak memakan korban jiwa.

Di Negara komunis seperti soviet (sebelum pecah) kegiatan probaganda mendapat

citra positif dan digunakan secara intensif. Menurut Lenin, propaganda adalah

mengemukakan banyak gagasan atau pikiran sedikit orang. Propaganda lebih ditekankan

untuk membentuk pikiran orang – orang melalui ceramah – ceramah yang jumlah

khalayaknya terbatas.

Di Negara demokrasi, menurut Leonardo W.Dobb (1966) propaganda adalah suatu

usaha individu atau indiviru – individu yang berkepentingan untuk membentuk sikap

kelompok lain. Pembentukan sikap ini dilakukan dengan cara pemberian sugesti.

Sedangkan Jaques Ellul membagi propaganda menjadi dua tipe. Pertama, propaganda

politik yang merupakan kegiatan yang dilakukan pemerintah, partai politik, dan kelompok

kepentingan untuk mencapai tujuan politik. Kedua, propaganda sosiologis yang biasanya

kurang terlihat dan berjangka lebih panjang dari propaganda politik. Propaganda sosiologis

Page 8: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

mengemukakan pesan – pesan suatu cara hidup, yang selanjutnya mempengaruhi setiap

lembaga kehidupan.

Kegiatan propaganda menurut bentuknya seringkali digolongkan dalam dua jenis,

yaitu propaganda terbuka dan tertutup. Propaganda terbuka ini dilakukan dengan

mengungkapkan sumber, kegiatan dan tujuannya secara terbuka. Sebaliknya, propaganda

tertutup dilakukan dengan menyembunyikan sumber kegiatan dan tujuannya.

Para pakar organisasi menggolongkan 3 (tiga) jenis model propaganda. Menurut William E

Daugherty, ada 3 (tiga) jenis propaganda :

1. White propaganda, yaitu propaganda yang sumbernya dapat diidentifikasi secara

jelas dan terbuka. White propaganda juga disebut overt propaganda alias

propaganda terbuka. Dalam ajang pemilu, propaganda jenis ini mudah dijumpai.

Juga dalam bidang periklanan yang sering disebut propaganda komersil

(commercial propaganda).

2. Black propaganda, disebut juga covert propaganda atau propaganda terselubung,

yaitu propaganda yang seolah-olah menunjukkan sumbernya, padahal bukan

sumber yang sebenarnya. Dengan kata lain, ini jenis propaganda lempar batu

sembunyi tangan. Karena sifatnya yang terselubung, sumber aslinya tidak

diketahui, sehingga jika kegiatan propaganda itu melanggar etika atau norma

tertentu, sulit untuk mengetahui kepada siapa pelanggaran itu seharusnya

dialamatkan. Propaganda jenis ini biasanya digunakan untuk melancarkan tuduhan,

teror, dan stigma terhadap pihak yang dimusuhinya. Jenis ini galibnya digunakan

dalam perang opini.

3. Grey propaganda, yaitu propaganda yang seolah-olah berasal dari sumber yang

netral, padahal sebenarnya bersumber dari pihak lawan. Grey propaganda tidak

lebih dari black propaganda yang kurang mantap. Pasalnya, pelaku grey

Page 9: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

propaganda ini berupaya menghindari identifikasi, baik dari sumber yang

bersahabat maupun yang berlawanan.

Sementara Mertz dan Lieber dalam Conflict in Context: Understanding Local to

Global Security, juga Doob dalam Public Opinion and Propaganda, mengategorisasi

propaganda menurut jelas-tidaknya tujuan di balik pesan yang disampaikan.

1. Revealed propaganda (propaganda terang-terangan/terbuka) adalah propaganda

yang tujuannya jelas.

2. Concealed propaganda (propaganda tersembunyi/tertutup) adalah propaganda yang

digunakan untuk mempengaruhi pihak lain dengan mengaburkan tujuan di balik

pesan yang disampaikan.

Selanjutnya, Jacques Ellul (Nimmo, 2000: 126-127) membagi propaganda dengan

cara yang berbeda. Ellul membedakan propaganda politik dan propaganda sosiologi,

propaganda agitasi dan propaganda integrasi, propaganda vertikal dan propaganda horizontal.

1. Propaganda politik melibatkan usaha-usaha pemerintah, partai, atau golongan yang

berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis atau taktis. Ini dilakukan melalui

himbauan-himbauan khas berjangka pendek.

2. Propaganda sosiologi kurang kentara namun efek yang ditimbulkannya lebih

berjangka panjang. Melalui propaganda ini orang didoktrin oleh suatu pandangan

hidup tertentu; sebuah ideologi yang berangsur-angsur merembes atau tepatnya

dirembeskan ke dalam pranata-pranata ekonomi, sosial, dan politik suatu

masyarakat. Hasilnya adalah suatu konsepsi umum tentang masyarakat yang

dengan setia dipatuhi oleh setiap orang kecuali beberapa orang yang dihukum atau

dikecam dengan keras sebagai penyimpang.

3. Propaganda agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan

yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha

Page 10: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian, tujuan

demi tujuan. Melalui agitasi, para pemimpin mempertahankan kegairahan para

penganutnya dengan memperoleh suatu kemenangan yang khas, kemudian

memberi peluang untuk bernapas, diikuti oleh usaha yang lain lagi dalam satu

rangkaian tujuan.

4. Propaganda integrasi berusaha menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-

tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang-orang mengabdikan diri

mereka kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu

bertahun-tahun, bahkan selama mereka hidup.

5. Propaganda vertikal adalah propaganda satu-kepada-banyak dan terutama

mengandalkan media massa bagi penyebaran himbauannya.

6. Propaganda horizontal bekerja lebih di antara keanggotaan kelompok ketimbang

pemimpin kepada kelompok; lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan

komunikasi organisasi ketimbang melalui komunikasi massa. Secara tradisional

partai-partai politik mengandalkan propaganda horizontal, seperti kunjungan ke

pengurus organisasi di daerah, pelatihan kader partai, persekongkolan di dalam sel,

dan sebagainya.

Lain lagi dengan Paul Kescskemeti (dikutip dari Sastropoetro, 1991: 24-25).

Kescskemeti mengategorisasi propaganda ke dalam dua jenis utama, yaitu propaganda

komersial dan propaganda politik. Propaganda komersial meliputi periklanan, kecakapan

menjual, dan hubungan masyarakat (public relations). Propaganda politik mencakupi

kegiatan dan gerakan partai-partai politik yang menuju kepada pemastian penerimaan

doktrinnya, mengerahkan anggota baru, memenangkan suara, dan lain sebagainya. Tipe lain

dari propaganda politik meliputi teknik promosi yang digunakan oleh pemerintah dan

kelompok penguasa untuk meningkatkan prestasinya, baik di dalam maupun luar negeri,

Page 11: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

menjaga semangat warganya di dalam negeri, dan menghancurkan moral para penentangnya

baik dalam perang terbuka ataupun dalam perang dingin.

Ada juga propaganda yang dilakukan di luar bidang komersial dan politik, yaitu

kampanye untuk amal, kampanye untuk mendapat perhatian umum terhadap suatu

kepentingan sosial, usaha untuk mendapat pengakuan terhadap teori-teori ilmiah, atau suatu

gaya arsitektur tertentu, dan promosi untuk suatu prinsip higienis atau suatu kesukaan.

Beberapa ahli membedakan propaganda menjadi propaganda disengaja dan tidak disengaja

(Nimmo, 2000: 126). Nimmo mencontohkan perbedaan antara seorang guru ekonomi yang

dengan sengaja mendoktrin para siswanya dengan pandangan-pandangan Marxis dan guru

ekonomi yang ketika menjawab suatu pertanyaan, secara spontan menunjukkan segi-segi

positif dalam filsafat ekonomi Marxis dibandingkan kapitalisme.

Selain jenis propaganda yang telah disebutkan di atas, ada juga yang disebut dengan

propaganda of the deed. Sejatinya propaganda berkarakter antikekerasan. Namun demikian

para ilmuwan telah memberikan jastifikasi terhadap penggunaan kekerasan atau propaganda

of the deed, dengan merumuskannya sebagai berikut (Sastropoetro, 1991: 28-30): ‘a public

action or display having the purpose or the effect of furthering or hindering a cause (= suatu

tindakan atau peragaan yang bersifat publik dengan tujuan atau akibat meneruskan atau

menghalangi suatu maksud). Dalam Encyclopaedia Britannica termaktub uraian,

‘Communication effects are sometimes obtained with the aid of physical devices which are

not usually employed for the purpose. The act of killing is no ordinary method of

communication, yet killing is spoken of as propaganda of the deed when political

assassination are carried out as a menass of affecting attitudes (= Efek komunikasi terkadang

dapat diraih dengan bantuan sarana fisik yang biasanya tidak digunakan untuk tujuan

tersebut. Tindak pembunuhan lazimnya bukanlah metode komunikasi, namun pembunuhan

Page 12: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

dapat dianggap sebagai propaganda of the deed manakala pembunuhan politis dilakukan

sebagai sarana untuk mempengaruhi sikap)’.

Termasuk kategori propaganda of the deed (= propaganda tindakan nyata) adalah

tindak terorisme. Terlepas dari belum adanya definisi yang disepakati bersama dari istilah

terorisme, terorisme itu sendiri memiliki cara yang khas yaitu penggunaan kekerasan untuk

mencapai tujuan politis. Misalnya, peristiwa Bom Bali yang berhasil membuat publik,

khususnya dunia Barat, percaya bahwa Indonesia adalah “sarang teroris”.

C. Propaganda jepang terhadap indonesia

Salah satu propaganda bangsa jepang yang menyatakan bahwa setelah bangsa

belanda ( bangsa barat ) terusir dari indonesia ( Asia ), jepang bertekad untuk memajukan

bangsa indonesia ( Asia ) sehingga mereka setaraf dengan bangsa – bangsa yang telah

maju.jepang memberikan harapan kepada bangsa indonesia dengan siasat

propagandanya,dengan diizinkanya pengibaran sang saka dan menyanyikan lagu kebangsaan

sebelum tanggal 20 maret 1942 yang semakin meyakinkan bangsa indonesia bahwa jepang

merupakan penolong bangsa indonesia dari jajahan bangsa belanda.

Ternyata harapan bangsa indonesia terhadap bangsa jepang sirna,tidak lama

setelah jepang menguasai indonesia,ternyata harapan datangnya kesejahteraan bagi mereka

masih sangat jauh.bahkan yang dihadapi sekarang adalah masa penindasan total yang lebih

kejam dari pada sebelumnya.Penindasan politis dilakukan dengan mengeluarkan maklumat

tanggal 20 maret 1942 yang berisi berbagai larangan yang diantaranya melarang segala

macam bentuk pembicaraan,pergerakan,dan anjuran atau propaganda perihal atau peraturan

dan susunan negara.serta pelarangan pengibaran sang saka merah putih dan penyanyian lagu

indonesia raya yang semula diizinkan.dengan demikian bahwa bangsa jepang telah

melakukan perampasan kebebasan yang semula dimilikinya.

Page 13: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

Kesombongan tentara jepang sangat menyakitkan hati. Jepang melakukan

perampasan kehormatan rakyat indonesia.karena sulitnya penghidupan rakyat terpaksa makan

ubi-ubian yang gizinya kurang,mengkonsumsi bekicot yang sebelumnya dianggap

jijik,mereka terpaksa berpakaian goni,bagot,atau rami.jenazah orang mati biasanya dibungkus

kain mori (kafan) terpaksa dibungkus dengan tikar atau bagor,kalau dibungkus dengan kain

harus dijaga agar kainya tidak diambil orang.penyakit mewabah seperti : beri-beri,penyakit

kulit,dan sebagainya.perampasan kekayaan dalam bentuk raja brana dan raja kaya. Rakyat

dikenakan tanam paksa untuk kebutuhan perang,seperti kapas,randu,jarak,dan

sebagainya.mereka dikenakan juga kerja paksa ( romusha atau narakarya) untuk membangun

bangunan-bangunan militer.ini semua kata jepang,merupakan kurban untuk datangnya

kemerdekaan.sesungguhnya di zaman jepang,bangsa indonesia tidak hidup dalam lingkungan

kemakmuran bersama melainkan lingkungan kemiskinan bersama.agar kebutuhan jepang

dapat terpenuhi.

Page 14: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

3. P E N U T U P

a. KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan

perilaku manusia yang berproses dalam penyampaian isi pernyataan meliputi fikiran,

kehendak atau perasaanya kepada orang lain baik secara baik secara lisan, maupun tulisan, di

iringi gerak-gerik, sikap tubuh dan mimik, serta lambang-lambang lainya.

Jika dikaitkan dengan kegiatan komunikasi maka agitasi dan propaganda

merupakan bagian dari kegiatan komunikasi. Komunikasi dilakukan dengan berbagai

tingkatan tujuan. Agitasi dan propaganda merupakan suatu tujuan pencapaian isi pernyataan

yang disamapikan sesuai komunikator dan melaksanakanya untuk kepentingan komunikator.

Faktor kepentingan komunikator dalam melakukan agitasi dan propaganda menjadi patokan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kandungan pernyataan bisa berupa fakta dan nonfakta, bisa

kebenaran atau kebohongan. Semua isi itu dikembangkan denga tujuan meyakinkan orang

agar menganut suatu keyakinan, sikap sampai pada arah tindakan tertentu.

Page 15: Tugas 4 Agitasi Dan Propaganda Politik

DAFTAR PUSTAKA

Ardial 2009. Komunikasi Politik, PT Indeks, Jakarta

Rakhmat, Jalaludin. 2002.Retorika Modern Pendekatan-Pendekatan Praktis, Cetakan ke

delapan, PT Remaja Rosda Karya Bandung.

Subiakto, Henry dan Ida Rahma. Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi. Jakarta:

Kencana

http://www.marxists.org/indonesia/archive/hallas/agitasi.htm