Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan...

27
7 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian Keluarga Pengertian keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan adopsi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama (Puspitawati 2009). Tujuan dan Fungsi Keluarga Tujuan dari terbentuknya keluarga adalah untuk mewujudkan suatu struktur atau hierarkis yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis para anggotanya dan untuk memelihara kebiasaan atau budaya masyarakat yang lebih luas (Puspitawati 2009). Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 (BKKBN 1996) menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga meliputi: 1. Fungsi keagamaan yaitu keluarga perlu memberikan dorongan kepada seluruh anggotanya agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan untuk menjadi insane-insan agamais yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Fungsi sosial budaya yaitu memberikan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan. 3. Fungsi cinta kasih yaitu keluarga memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orangtua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. 4. Fungsi melindungi yaitu untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan..

Transcript of Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan...

Page 1: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

7

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga

Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan

anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah suatu

kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan

adopsi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan

sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara

laki-laki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama

(Puspitawati 2009).

Tujuan dan Fungsi Keluarga

Tujuan dari terbentuknya keluarga adalah untuk mewujudkan suatu

struktur atau hierarkis yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis para

anggotanya dan untuk memelihara kebiasaan atau budaya masyarakat yang lebih

luas (Puspitawati 2009). Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 21 Tahun 1994 (BKKBN 1996) menyebutkan adanya delapan fungsi

yang harus dijalankan oleh keluarga meliputi:

1. Fungsi keagamaan yaitu keluarga perlu memberikan dorongan kepada seluruh

anggotanya agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai

agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan untuk menjadi insane-insan

agamais yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Fungsi sosial budaya yaitu memberikan kepada keluarga dan seluruh

anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka

ragam dalam satu kesatuan.

3. Fungsi cinta kasih yaitu keluarga memberikan landasan yang kokoh terhadap

hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orangtua dengan anaknya,

serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah

utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.

4. Fungsi melindungi yaitu untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan..

Page 2: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

8

5. Fungsi reproduksi merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang

direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia

yang penuh iman dan takwa.

6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan yaitu dengan memberi peran kepada keluarga

untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam

kehidupan di masa depan.

7. Fungsi ekonomi, menjadi unsur pendukung kemandirian dan ketahanan

keluarga.

8. Fungsi pembinaan lingkungan yaitu memberikan kepada setiap keluarga

kemampuan menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai daya

dukung alam dan lingkungan yang berubah.

Menurut Guhardja et al. (1989), keluarga bertanggung jawab dalam

menjaga anggotanya serta menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian

anggota keluarganya. Kelanjutan dari suatu masyarakat dimungkinkan adanya

orangtua dan anak. Oleh sebab itu, tujuan kebanyakan rumahtangga dan keluarga

adalah reproduksi, adopsi dan sosialisasi. Fungsi keluarga dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Fungsi pemeliharaan dan dukungan terhadap anggota keluarga. Pangan,

pakaian dan tempat tinggal adalah kebutuhan dasar dari setiap individu yang

harus dipenuhi keluarga. Rumah dan sandang memberikan perlindungan dan

merupakan sumber ekspresi bagi kebutuhan gizi, sehingga mampu

melaksanakan segala aktivitasnya. Memelihara kesehatan adalah juga tanggung

jawab keluarga.

2. Fungsi perkembangan anggota keluarga. Dengan memperhatikan kebutuhan

dasar dari anggota keluarga, maka kesempatan berkembang yang lebih luas

dapat dibangun. Melalui kesempatan yang lebih banyak, individu dan keluarga

akan mendapatkan ekspresi yang lebih banyak dalam aspek budaya, intelektual

dan aspek sosial.

Pendekatan Teori Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional mengasumsikan bahwa masyarakat merupakan

sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling

berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat

Page 3: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

9

meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir

teori fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan

untuk menjaga kelangsungan hidup sosial. Terdapat beberapa bagian dalam dari

sistem sosial yang perlu dijadikan fokus perhatian, antara lain: faktor individu,

proses sosialisasi, sistem ekonomi, pembagian kerja dan nilai atau norma yang

berlaku. Adapun persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga

menurut Levy (Megawangi 1999) sebagai sistem dapat berfungsi adalah:

1. Diferensiasi peran: Serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan

dalam keluarga. maka harus ada alokasi peran untuk setiap aktor dalam

keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur, gender,

generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing aktor.

2. Alokasi solidaritas: Distribusi relasi antar anggota keluarga menurut cinta,

kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau kepuasan menggambarkan

hubungan antar anggota. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antar

anggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan.

3. Alokasi ekonomi: Distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil

yang diinginkan. Direfensiasi tugas juga ada dalam hal ini terutama dalam hal

produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga.

4. Alokasi politik: Distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa yang

bertanggung jawab atas setiap tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat

berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu diperlukan.

5. Alokasi integrasi dan ekspresi: Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi,

internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai dan perilaku yang memenuhi tuntunan

norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.

Pendekatan teori struktural fungsional dalam konteks keluarga terlihat dari

struktur dan aturan yang ditetapkan. Dinyatakan oleh Chapman (2000) diacu

dalam Puspitawati (2006) bahwa keluarga adalah unit universal yang memiliki

peraturan, seperti peraturan untuk anak-anak agar dapat belajar untuk mandiri.

Tanpa aturan atau fungsi yang dijalankan oleh unit keluarga, maka unit keluarga

tersebut tidak memiliki arti yang dapat menghasilkan suatu kebahagiaan. Bahkan

dengan tidak adanya peraturan maka akan tumbuh atau terbentuk suatu generasi

Page 4: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

10

penerus yang tidak mempunyai kreasi yang lebih baik dan akan mempunyai

masalah emosional serta hidup tanpa arah (Puspitawati 2009).

Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup

memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak

mampu memanfaatkan tenaga. mental maupun fisiknya untuk memenuhi

kebutuhannya (BKKBN 1996). Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan

kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang hanya dapat memenuhi kebutuhan

makannya kurang dari 2.100 kalori per kapita/hr. Selain itu, Bank Dunia

mendefinisikan kemiskinan adalah suatu kondisi tidak tercapainya kehidupan

yang layak dengan penghasilan US $ 1 per hari (Saefuddin et al. 2003).

BPS (2008) menyebutkan secara absolut penduduk miskin di Indonesia

terkonsentrasi di Pulau Jawa. Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin di Jawa

sebesar 12,04 juta jiwa dan pada tahun 2008 sebesar 11,42 juta jiwa. Angka ini

merupakan angka paling besar jika dibandingkan dengan lima pulau lainnya.

Jumlah penduduk miskin di Kawasan Barat Indonesia (KBI) pada tahun 2007 dan

2008 berturut-turut tercatat 17,24 juta jiwa dan 16,24 juta jiwa. Sementara di

Kawasan Timur Indonesia (KTI) berturut-turut tercatat 6,37 juta jiwa dan 5,95

juta jiwa. Meskipun demikian persentase penduduk miskin di KTI lebih besar

dibandingkan dengan di KBI.

Tabel 1 Jumlah dan persentase penduduk miskin di daerah pedesaan menurut pulau, 2007 dan 2008

Pulau Jumlah Penduduk Miskin (juta) Persentase Penduduk Miskin

2007 2008 2007 2008 Sumatera 5,10 4,73 17,52 16,02 Jawa 12,04 11,42 21,31 10,05 Bali+Nusa Tenggara 1,70 1,60 22,51 20,98 Kalimantan 0,94 0,85 12,02 10,69 Sulawesi 2,37 2,22 20,88 19,30 Maluku+Papua 1,46 1,38 40,41 37,35 Kawasan Barat Indonesia 17,24 16,24 19,81 18,47 Kawasan Timur Indonesia 6,37 5,95 22,05 20,31 Indonesia 23,61 22,19 20,39 18,93 Sumber: BPS 2008

Garis kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM). Penghitungan

Page 5: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

11

Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan

perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (BPS 2008). Dari

tahun 1996 sampai dengan tahun 2008 garis kemiskinan penduduk Indonesia

menunjukkan peningkatan yang terus-menerus sehingga hal ini berdampak pada

jumlah peduduk miskin yang semakin meningkat pula dari tahun 1996 hingga

tahun 2008. Pada tahun 1996-1998 terjadi peningkatan garis kemiskinan yang

sangat tajam yaitu dari Rp.42.032,- sampai Rp.96.959,- (kota) dan Rp.31.466,-

sampai Rp.72.780,- (desa). Hal ini terkait dengan adanya krisis ekonomi yang

mengakibatkan harga kebutuhan pokok meningkat.

Tabel 2 Garis kemiskinan, jumlah, dan persentase penduduk miskin 1996-2008 Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota Desa Kota dan Desa

Kota Desa Kota dan Desa

1996 42.032 31.466 9,42 24,59 34,01 13,39 19,78 17,47 1998 96.959 72.780 17,60 31,90 49,50 21,92 25,72 24,23 1999 92.409 74.272 15,64 32,33 47,97 19,41 26,03 23,43 2000 91.632 73.648 12,30 26,40 38,70 14,60 22,38 19,14 2001 100.011 80.382 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41 2002 130.499 96.512 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 18,20 2003 138.803 105.888 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 17,42 2004 143.455 108.725 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 16,66 2005 150.799 117.259 12,40 22,70 35,10 11,68 19,98 15,97 2006 174.290 130.584 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75 2007 187.942 146.837 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58 2008 204.896 161.831 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42 Sumber: BPS 2008 Catatan: 1. Referensi waktu untuk seluruh data adalah Februari, kecuali data tahun 1998

(Desember) dan tahun 2006-2008 (Maret) 2. Data mulai tahun 1999 tanpa timor-timur.

Kemiskinan sering diukur berdasarkan indikator-indikator yang melekat

pada seorang individu atau sebuah rumahtangga. Menurut Pakpahan et al. (1995),

kemiskinan sering digambarkan oleh satu atau kombinasi dari tingkat pendapatan

yang rendah, tingkat kematian balita yang tinggi, tingkat nutrisi rendah, kualitas

perumahan yang buruk, dan lain-lain. Pengkategorian kemiskinan menurut

indikator-indikator tersebut adalah upaya pengkategorian berdasarkan akibat

(consequences atau output).

Indikator kemiskinan yang digunakan dalam data BKKBN ada lima, yaitu:

(1) tidak dapat beribadah secara rutin; (2) tidak dapat makan minimal dua kali

Page 6: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

12

sehari; (3) tidak memiliki pakaian berbeda untuk setiap kegiatan; (4) jika salah

satu anggota keluarga sakit tidak dapat memberikan pengobatan modern dan (5)

bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah. Adapun BPS menetapkan 14

kriteria keluarga miskin, seperti yang disosialisasikan oleh Djalil (2005),

rumahtangga yang memiliki ciri rumahtangga miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah atau tembok tanpa diplester.

4. Tidak punya fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan rumahtangga

lain.

5. Sumber penerangan rumahtangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tidak

terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar memasak sehari-hari adalah kayu bakar/minyak tanah/arang.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumahtangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5

ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan

lainnya dengan pendapatan di bawah Rp.600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumahtangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya

SD.

14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai

Rp.500.000,- seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal

motor. atau barang modal lainnya.

Ada satu kriteria tambahan lagi, tidak hanya terdapat dalam leaflet bahan

sosialisasi Departemen Komunikasi dan Informatika tentang kriteria rumahtangga

miskin, yaitu rumahtangga yang tidak pernah menerima kredit usaha

UKM/KUKM setahun lalu.

Page 7: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

13

Keadaan keluarga yang serba kekurangan terjadi bukan karena kehendak

keluarga yang bersangkutan, tetapi karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki

oleh keluarga telah membuat mereka menjadi Keluarga Pra Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera I. BKKBN (1996) menyebutkan faktor-faktor yang

menyebabkan keluarga masuk dalam kategori Keluarga Pra Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera I yaitu:

1. Faktor internal

a. Kesakitan

b. Kebodohan

c. Ketidaktahuan

d. Ketidakterampilan

e. Ketertinggalan teknologi

f. Ketidakpunyaan modal

2. Faktor eksternal

a. Struktur sosial ekonomi yang menghambat peluang untuk berusaha dan

meningkatkan pendapatan.

b. Nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang kurang dukung upaya

peningkatan kualitas keluarga.

c. Kurangnya akses untuk dapat memanfaatkan fasilitas pembangunan yang

menyalahgunakan keluarga atau diri mereka sendiri.

3. Keluarga yang gagal adalah keluarga yang gagal kehilangan hampir semua

energi karena permasalahan yang terjadi.

4. Keluarga penekan adalah keluarga yang tidak membebaskan para anggotanya

untuk mengungkapkan perasaan secara spontan.

5. Keluarga yang berantakan adalah keluarga yang sibuk dengan aktivitas sehari-

hari sehingga tidak ada waktu yang digunakan untuk bersama-sama dengan

anggota keluarga yang lain.

6. Keluarga yang “mandeg” adalah keluarga yang tidak sanggup dan khawatir

untuk tumbuh sehingga tidak punya arah.

7. Keluarga yang dibuat-buat adalah keluarga yang terjadi karena menetapkan

keputusan secara kolektif dan aktif untuk menghindari keputusan membentuk

kaluarga baru lagi.

Page 8: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

14

8. Keluarga yang terganggu adalah keluarga yang mengalami masa kritis.

9. Keluarga yang terobsesi adalah keluarga yang memiliki komponen keluarga

“mandeg” dan terganggu, sehingga tipe keluarga ini tidak berkembang.

10. Keluarga yang tumbuh adalah keluarga yang dapat bangkit kembali dan

mampu menghadapi masalah baik dalam mengatasi krisis dan konflik yang

ada.

Pemberdayaan Sosial

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya

membutuhkan keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi oleh

masalah kesenjangan baik antargolongan penduduk maupun pembangunan

antarwilayah, yang diantaranya ditunjukkan oleh buruknya kondisi pendidikan

dan kesehatan serta rendahnya tingkat pendapatan dan daya beli, sebagaimana

tercermin dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Pemerintah sejak tahun 1960-an telah melaksanakan program

penanggulangan kemiskinan melalui strategi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

Sajak tahun 1970-an pemerintah menggulirkan kembali program penanggulangan

kemiskinan yang ditempuh secara reguler melalui program sektoral dan regional.

Pada akhir tahun 1980-an, pemerintah melaksanakan program penanggulangan

kemiskinan dengan strategi khusus menuntaskan masalah kesenjangan sosial-

ekonomi. Pada tahun 1997, pemerintah mengeluarkan program Jaring Pengaman

Sosial (JPS) yang dikoordinasikan melalui Keppres Nomor 190 Tahun 1998

(Sumodiningrat 2009).

Program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilaksanakan antara

lain P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil), KUBE

(Kelompok Usaha Bersama), TPSP-KUD (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-

Koperasi Unit Desa), UEDSP (Usaha ekonomi Desa Simpan Pinjam), PKT

(Pengembangan Kawasan Terpadu), IDT (Inpres Desa Tertinggal), PPK (Program

Pengembangan Kecamatan), P3DT (Pembangunan Prasarana Pendukung Desa

Tertinggal), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan), PDMDKE

(Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi), P2MPD (Proyek

Pembangunan Masyarakat dan Pemerintah Daerah), dan program pembangunan

Page 9: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

15

sektoral telah berhasil memperkecil dampak krisis ekonomi dan mengurangi

kemiskinan (Sumodiningrat 2009).

Upaya penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk membebaskan dan

melindungi masyarakat dari kemiskinan beserta segala penyebabnya. Upaya yang

dimaksud tidak saja diarahkan untuk mengatasi ketidakmampuan memenuhi

kebutuhan dasar, tetapi juga dalam rangka membangun semangat dan kemandirian

masyarakat miskin untuk berpartisipasi sepenuhnya sebagai pelaku dalam

berbagai tahap pembangunan. Dalam konteks inilah, pendekatan pemberdayaan

terhadap masyarakat miskin menjadi sangat penting dan strategis. Menurut

Sumodiningrat (2009) pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang

dimiliki dan yang tersedia di lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan

kesejahteraan. Sedangkan menurut Nasdian (2003) pemberdayaan merupakan

suatu upaya menumbuhkan peran serta dan kemandirian sehingga masyarakat baik

di tingkat individu, kelompok, kelembagaan, maupun komunitas memiliki tingkat

kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses pada

sumberdaya, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan pengorganisasian dan

kontrol sosial dari segala aktivitas pembangunan yang dilakukan di

lingkungannya. Berbeda dengan Suharto (2005) yang mengartikan pemberdayaan

sebagai serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan

kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami

masalah kemiskinan dengan tujuan adanya perubahan sosial yang mencakup

masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan dan mampu dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Menurut Sumodiningrat (2009) upaya penanggulangan kemiskinan dan

pemberdayaan masyarakat dapat ditempuh melalui strategi yang terdiri atas lima

komponen, yaitu:

(1) Modal usaha, yaitu memberdayakan ekonomi masyarakat pedesaan. Caranya

dengan mengembangkan mekanisme penyaluran dana bantuan dan kredit

lunak langsung kepada masyarakat untuk mengembangkan kegiatan sosial

ekonomi produktif unggulan sehingga dapat menjamin surplus untuk

tabungan dan akumulasi modal masyarakat.

Page 10: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

16

(2) Sumber daya manusia, yaitu memperkuat kapasitas sumber daya manusia di

pedesaan. Caranya dengan meningkatkan kemampuan manajemen dan

organisasi pendamping dan kelompok masyarakat miskin guna meningkatkan

produktivitas dan daya saing di tingkat desa melalui pelatihan, penyuluhan,

dan pendampingan.

(3) Prasarana dan sarana, yaitu mengembangkan prasarana dan sarana pedesaan

serta jaringan pemasaran, sehingga masyarakat pedesaan dengan mudah

mendapatkan input produksi dan menjual produk ke pasar local, regional,

nasional, bahkan internasional melalui kemitraan dengan dunia usaha dan

penyedia jasa pendukung lainnya.

(4) Penguatan kelembagaan dan pengembangan teknologi, yaitu upaya

meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat agar proses alih

informasi dan teknologi; penyaluran dana dan investasi; proses produksi,

distribusi, dan pemasaran; serta administrasi pembangunan terlembaga

dengan baik sesuai kondisi lokal.

(5) Sistem informasi, yaitu meningkatkan kemampuan pemantauan,

pengendalian, dan pelaporan berbasis sistem informasi manajemen dan sistem

informasi geografis.

Program-program penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada

pendekatan pemberdayaan masyarakat justru memberikan hasil yang lebih efektif

dan tingkat keberlanjutannya jauh lebih baik. Mengingat ada bermacam-macam

tingkat sosial ekonomi masyarakat maka setiap tingkatan kemiskinan tersebut

harus ditangani dengan solusi yang tepat. Berikut ini grand strategy

pemberdayaan penduduk miskin melalui konsep tiga klaster (Sumodiningrat

2009).

(1) Klaster 1, memberdayakan masyarakat miskin. Pada klaster 1 ini

diperuntukkan bagi mereka yang termasuk dalam kelas the poorest of the

poor. Kelompok ini harus diberikan bantuan langsung karena memang

mereka sangat miskin sehingga perlu mendapat perlindungan dan bantuan

sosial. Filosofinya, kelompok masyarakat seperti ini diberi “ikan” agar bisa

memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa program pada klaster ini antara

Page 11: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

17

lain: PKH, Raskin, BOS, Jamkesmas, bantuan sosial untuk pengungsi korban

bencana, bantuan untuk kelompok lansia, BLT.

(2) Klaster 2, menuju kemandirian. Filosofi program klaster 2 ini diibaratkan

sebagai kail. Dengan demikian, penerima program ini adalah mereka yang

sudah dapat diajari bagaimana mencari ikan atau mengail. Pada program ini

masyarakat tidak diberi ikan melainkan pancing, dengan harapan mereka bisa

mencari ikan sendiri. Contoh program dalam klaster ini adalah PNPM

mandiri.

(3) Klaster 3, menciptakan usaha mikro, kecil, dan menengah. Klaster ini

menampung kelompok-kelompok masyarakat yang telah diberdayakan dan

ditingkatkan kemandiriannya. Filosofinya, kelompok masyarakat ini sudah

diberi kail, jala, dan perahu. Pada klaster 3 ini, skema pendanaan

menggunakan kredit dengan bunga pasar. Program yang termasuk dalam

klaster ini adalah KUR mikro dan UMKM.

PKH (Program Keluarga Harapan)

Pada tahun 2007, pemerintah melaksanakan PKH dalam rangka upaya

penanggulangan kemiskinan. Program ini pada prinsipnya memberikan bantuan

tunai kepada rumahtangga sangat miskin melalui persyaratan menyekolahkan

anaknya untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun dan memeriksakan

kesehatan serta pemberian makanan bergizi kepada anak-anak usia balita dan ibu

hamil atau menyusui. Untuk jangka pendek, bantuan ini diharapkan dapat

mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin. Sedangkan untuk jangka

waktu yang lebih panjang, melalui peningkatan pendidikan serta perbaikan

kondisi kesehatan dan gizi, dapat memutus rantai kemiskinan.

Pemilihan Penerima Bantuan dan Syarat Program

Penerima bantuan PKH adalah rumahtangga sangat miskin (RTSM) yang

memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun (atau usia 15-18

tahun namun belum menyelesaikan pendidikan dasar) dan atau ibu hamil/nifas.

PKH memberikan bantuan tunai kepada RTSM dengan mewajibkan RTSM

tersebut mengikuti persyaratan yang ditetapkan program, yaitu: (i)

menyekolahkan anaknya di satuan pendidikan dan menghadiri kelas minimal 85

Page 12: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

18

persen hari sekolah atau tatap muka dalam sebulan selama tahun ajaran

berlangsung, dan (ii) melakukan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan bagi anak

usia 0-6 tahun, ibu hamil dan ibu nifas. Bantuan tunai hanya akan diberikan

kepada RTSM yang telah terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan

yang diatur dalam program. Agar pemenuhan syarat ini efektif, maka bantuan

harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada

rumahtangga yang bersangkutan (dapat nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan).

Hal ini karena umumnya ibu bertanggung jawab atas kesehatan, nutrisi, dan

pendidikan anak-anaknya.

Kewajiban Peserta PKH Kesehatan

Kewajiban peserta PKH Kesehatan adalah mengunjungi fasilitas kesehatan

(seperti; Puskesmas, Pustu, Polindes, Posyandu, Bidan desa), dengan persyaratan

waktu kunjungan sesuai Tabel 3:

Tabel 3 Kewajiban peserta PKH dalam mengunjungi fasilitas kesehatan

Sasaran Peserta Kewajiban Ibu hamil Sekurangnya 3 bulan sekali Ibu melahirkan Harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih Ibu nifas Sekurangnya setiap 1 bulan setelah lahir selama

dua bulan Bayi usia 0-11 Sekurangnya setiap 1 bulan sekali Bayi usia 1-6 tahun Sekurangnya setiap 3 bulan sekali

Ketika mengunjungi fasilitas kesehatan tersebut, setiap peserta PKH

berhak mendapatkan seluruh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar

pelayanan yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan.

Kewajiban Peserta PKH Pendidikan

Peserta PKH yang memiliki anak usia sekolah (6-15 tahun) namun belum

terdaftar di sekolah wajib mendaftarkan anak tersebut ke sekolah SD/MI atau

SMP/MTs atau satuan pendidikan setara SD atau SMP. Setelah terdaftar di satuan

pendidikan. anak tesebut harus hadir sekurang-kurangnya 85 persen hari sekolah

atau tatap muka dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung. Untuk

memudahkan, jika peserta PKH yang memiliki anak usia sekolah (6-15 tahun),

anak-anak tersebut harus mendaftar di sekolah dan harus hadir sekurang-

Page 13: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

19

kurangnya 85 persen setiap saat. Jika memiliki anak usia 15-18 tahun namun

belum menyelesaikan pendidikan dasar dan atau buta aksara, maka harus

mendaftarkan anak tersebut ke sekolah terdekat atau satuan pendidikan non

formal (seperti misalnya, keaksaraan fungsional, Paket A setara SD atau Paket B

setara SMP atau pesantren setara SD/SMP). Jika telah terdaftar, anak tersebut

harus hadir sekurang-kurangnya 85 persen hari sekolah atau tatap muka dalam

sebulan selama tahun ajaran berlangsung. Untuk anak yang belum menyelesaikan

pendidikan dasar dandiketahui bahwa mereka tidak bisa mengikuti program

sekolah/satuan pendidikan biasa (misalnya anak yang sudah lama diluar sistem

sekolah, anak buta huruf, anak dengan kebutuhan khusus dan lain-lain), maka Ibu

dari RTSM peserta PKH harus mengikutkan anak tersebut kedalam program

persiapan pendidikan (seperti: rumah singgah, rumah perlindungan sosial anak

(RPSA), panti sosial asuhan anak, dll) dan selanjutnya mendaftarkan anak tersebut

ke satuan pendidikan formal atau non formal–Pendidikan Luar Sekolah

(Pendidikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sanggar kegiatan

belajar (SKB), dsb). Ketika melakukan pendaftaran anak ke satuan pendidikan

tersebut. Ibu RTSM akan didampingi oleh pendamping PKH dari kantor UPPKH

Kecamatan. Informasi nama sekolah dan atau nama penyelenggara pendidikan

non formal selanjutnya harus dilaporkan ke pendamping PKH untuk keperluan

pelaksanaan program lebih lanjut.

Besaran Bantuan

Dalam program PKH, besaran bantuan dipengaruhi oleh komposisi

keluarga maupun tingkat pendidikan anak, selanjutnya diterapkan batas

maksimum dan minimum penerimaan dengan pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut: Jika pembayaran terlalu tinggi, maka orang akan tergantung pada

program ini. Jika pembayaran diberi dalam jumlah yang sama ke semua keluarga,

menjadi tidak adil bagi kelurga yang memiliki anak banyak atau anak bersekolah

ditingkat yang lebih tinggi mengingat pengeluaran pun relatif lebih besar dari

keluarga kecil tidak terbebani biaya sekolah. Jika bantuan berdasar jumlah anak

tanpa batasan, maka dikhawatirkan akan menghambat program BKKBN, selain

itu membuka kesempatan kepada para penipu untuk mengakui anak orang lain

Page 14: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

20

sebagai anaknya untuk memperoleh pembayaran. Secara garis besar skenario

bantuan yang diberikan adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Besar bantuan penerima PKH

Skenario Bantuan Bantuan/RTSM/tahun Bantuan tetap 200.000 Bantuan bagi RTSM yang memiliki: a. Anak usia di bawah 6 tahun dan/atau Ibu hamil b. Anak usia SD/MI c. Anak usia SMP/MTs

800.000

400.000 800.000

Rata-rata bantuan per RTSM 1.390.000 Bantuan minimum per RTSM 600.000 Bantuan maksimum per RTSM 2.200.000 Catatan: Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas minimum & maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM/ tahun.

Sanksi terhadap Pelanggaran Komitmen

Setiap bantuan yang diterima oleh peserta PKH memiliki konsekuensi

sesuai komitmen yang ditandatangani Ibu penerima pada saat pertemuan awal.

Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam satu triwulan, maka besaran

bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:

a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka

bantuan akan berkurang sebesar Rp.50.000,-

b. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka

bantuan akan berkurang sebesar Rp.100.000,-

c. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 3 bulan berturut-turut,

maka tidak akan menerima bantuan dalam satu periode pembayaran.

Ketentuan di atas berlaku secara tanggung renteng untuk seluruh anggota

keluarga penerima bantuan PKH, artinya jika salah satu anggota keluarga

melanggar komitmen yang telah ditetapkan, maka seluruh anggota dalam keluarga

yang menerima bantuan tersebut akan menanggung akibat dari pelanggaran ini.

Peserta dapat menggunakan bantuan PKH untuk keperluan apa saja asal mereka

memenuhi syarat pendidikan dan kesehatan. Penggunaan uang bantuan tidak akan

dimonitor oleh program (UPPKH Pusat 2007 dan Pusdiklat Kesos 2007).

Page 15: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

21

Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan menurut Sawidak (1985) merupakan sejumlah kepuasan

yang diperoleh seseorang dari mengonsumsi pendapatan yang diterima, namun

tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif

karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengonsumsi

pendapatan tersebut.

Lee dan Hanna (1990) diacu dalam Iskandar (2007) mendefinisikan

kesejahteraan sebagai total dari net worth (manfaat yang benar-benar diperoleh)

dan human capital wealth (kesejahteraan sumberdaya manusia). Manfaat yang

diperoleh merupakan nilai atas aset yang dimiliki dikurangi pengeluaran

(liabilitas). Sedangkan kesejahteraan SDM dapat diduga melalui pendapatan yang

dihasilkan oleh SDM (human capital income) yang ada saat ini, atau dihitung dari

nilai pendapatan non aset. Kemudian disebutkan pula bahwa kesejahteraan

keluarga dipengaruhi oleh usia, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, tempat

tinggal, ukuran rumahtangga, dan siklus hidup.

Menurut World Health Organization (WHO) diacu dalam Suandi (2007),

terdapat enam kategori kesejahteraan (quality of life or individu well being), yaitu

fisik, psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, lingkungan, dan spiritual.

Secara nasional terdapat dua versi pengukuran kesejahteraan keluarga, yaitu

pengukuran kesejahteraan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Perumusan konsep kesejahteraan dilakukan oleh BPS dan BKKBN. Hasil

rumusan BPS mengemukakan bahwa sebuah keluarga dapat dikatakan sejahtera

apabila:

• Seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari keluarga tersebut dapat

dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup masing-masing keluarga itu sendiri.

• Mampu menyediakan sarana untuk mengembangkan hidup sejahtera

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan rumusan yang dikemukakan oleh BKKBN tentang

kesejahteraan keluarga adalah:

• Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan

sandang, pangan, perumahan, sosial, dan agama.

Page 16: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

22

• Keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan keluarga

dengan jumlah anggota keluarga.

• Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga,

kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusuk di

samping terpenuhi kebutuhan pokoknya.

Pendekatan Kesejahteraan Keluarga

Pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan

keluarga, yaitu berdasarkan pendekatan obyektif dan subjektif. Pendekatan

obyektif diturunkan dari data kuantitatif diperoleh dari angka-angka yang

langsung dihitung dari aspek yang telah ditelaah. Pendekatan subjektif diperoleh

dari persepsi masyarakat tentang aspek kesejahteraan sehingga hasilnya

merupakan perkembangan dari aspek kesejahteraan. Persepsi masyarakat, dapat

dipahami sebagai suatu deskripsi interpretatif yang sifatnya sangat subjektif.

Interpretasi subjektif tersebut bukan sesuatu yang dibuat-buat, tetapi atas kondisi

yang memang mereka rasakan, dan berbeda dengan penafsiran secara kelompok

maupun institusi (Iskandar 2007). Konsep subjektif dapat memberikan pengertian

yang mendalam tentang masalah kesejahteraan yang dihadapi rumahtangga.

Model ini dianggap lebih sensitif untuk mengukur kesejahteraan rumahtangga

(Raharto dan Romdiati 2000).

Pendekatan dengan indikator subjektif secara filosofi berhubungan erat

dengan psikologi sosial masyarakat. Masyarakat mungkin mempunyai pandangan

sendiri tentang apa arti kesejahteraan yang mungkin bisa berbeda dengan

pandangan obyektif. Menurut Diener (2002) kesejahteraan subjektif didefinisikan

sebagai evaluasi seseorang terhadap kehidupannya. Evaluasi dapat berupa

pendapat kognitif, seperti kepuasan hidup dan respon emosi terhadap suatu

peristiwa. seperti perasaan emosi yang positif.

“Quality of Life” adalah salah satu pendekatan untuk mengukur kepuasan

atau kesenangan seseorang secara subjektif. Menurut Handoko (2000), yang

dimaksud dengan tingkat kepuasan adalah suatu keadaan emosional yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dirasakan seseorang atau

sekelompok orang terhadap sesuatu yang diperolehnya atau dengan kata lain

tingkat kepuasan merupakan gambaran perasaan yang diperoleh dari suatu

Page 17: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

23

tindakan yang telah diperbuat. Menurut Guhardja et al. (1992), puas atau tidaknya

seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan

tujuan yang diinginkan. Apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan nilai yang

dianut maka diharapkan kepuasan akan terpenuhi. Unsur waktu juga ikut

mempengaruhi rasa puas dan tidak puas. Pendekatan subjektif mendefinisikan

kesejahteraan berdasarkan pemahaman masyarakat mengenai standar hidup

mereka dan bagaimana mereka mengartikannya (Santamarina et al. 2002 diacu

dalam Suandi 2007).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga

Besar Keluarga

Besar keluarga ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota keluarga.

Berdasarkan jumlah atau besar keluarga, keluarga dibagi menjadi tiga kelompok,

yaitu: keluarga kecil (kurang dari sama dengan 4 org), keluarga sedang (5 – 7 org)

dan keluarga besar (lebih dari sama dengan 8 org) (BKKBN 2005).

Menurut Arianti (2002) besar keluarga ditentukan oleh jumlah anggota

keluarga. biasanya jumlah anak. Jumlah anggota keluarga yang terlalu besar

seringkali menimbulkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

Sumarwan (2003) menyatakan bahwa pendapatan per kapita dan belanja

pangan keluarga akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga.

Jumlah dan pola konsumsi suatu barang atau jasa ditentukan oleh jumlah anggota

keluarga atau rumahtangga. Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga

yang lebih besar akan mengkonsumsi pangan dengan jumlah jauh lebih banyak

dibandingkan dengan keluarga yang jumlah anggota keluarganya lebih sedikit.

Tipe Keluarga

Berdasarkan tipenya, keluarga dapat dikelompokkan menjadi dua jenis

yakni: (1) keluarga inti atau keluarga batih (nuclear family) adalah keluarga yang

terdiri dari seorang suami, seorang isteri dan anak-anak yang belum kawin, atau

anak yang secara resmi dianggap anak kandung. (2) keluarga luas yaitu keluarga

yang terdiri dari lebih dari satu keluarga inti dan merupakan satu kesatuan sosial,

serta tempat tinggal dalam satu rumah.

Page 18: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

24

Lama dan Tingkat Pendidikan

Keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan atau tingkat pendidikan

yang dicapainya akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola, dan kerangka

berpikir, persepsi, pemahaman, dan kepribadiannya (Gunarsa dan Gunarsa 2000).

Hasil penelitian Megawangi et al. (1994) membuktikan bahwa tingkat

pendapatan dan pendidikan suami berhubungan nyata dan positif terhadap

kebiasaan merencanakan anggaran biaya. Dengan demikian, kemampuan melihat

kedepan dengan mengadakan perencanaan biaya dipengaruhi oleh tingkat sosial

ekonomi penduduk, dan semakin banyak anggota rumahtangga cenderung tidak

dapat merencanakan biaya.

Mangkuprawira (2002) dalam hasil penelitiannya membuktikan bahwa

pengeluaran rumahtangga untuk investasi pendidikan dipengaruhi secara positif

oleh faktor pendidikan suami dan pengeluaran total rumahtangga secara negatif

dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan

suami dan total pengeluaran rumahtangga, maka semakin besar pula pengeluaran

nominal rumahtangga untuk pendidikan.

Orang yang berpendidikan tinggi biasa diidentikkan dengan orang yang

memiliki mutu sumberdaya manusia yang tinggi. Pada umumnya mereka juga

mendapat upah dan gaji yang relatif tinggi pula dibandingkan dengan orang yang

bermutu pendidikan rendah (Guhardja et al. 1992). Pendidikan dan kesejahteraan

adalah dua aspek yang saling mempengaruhi. Tingkat pendidikan akan

menentukan kemampuan sebuah keluarga untuk mengakses kebutuhan hidupnya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga akan memudahkan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Syarief 1998 diacu dalam Nuryani 2007).

Lama pendidikan diukur berdasarkan program wajib belajar sembilan

tahun. Berdasarkan UU No 2/1989 (pasal 3 jo. Pasal 13) dan PP No 28/1990

(pasal 1 jo. Pasal 3), esensi dan ciri-ciri pendidikan dasar yaitu:

1. Pendidikan dasar merupakan pendidikan umum, artinya merupakan

pendidikan minimum yang berlaku untuk semua negara.

2. Pendidikan dasar berlangsung sembilan tahun.

3. Pendidikan dasar tidak bersifat uniform.

Page 19: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

25

4. Pendidikan dasar diselenggarakan di jalur sekolah pada berbagai jenis dan

satuan pendidikan.

5. Lulusan pendidikan dasar adalah setara.

6. Tujuan pendidikan dasar adalah menyiapkan peserta untuk melanjutkan ke

jenjang menengah dan membekali peserta didik dengan pengetahuan dan

keterampilan dasar yang berguna di masyarakat.

Pendapatan

Pendapatan keluarga adalah seluruh penerimaan yang diterima oleh

seluruh anggota keluarga. Besarnya pendapatan yang diterima rumahtangga dapat

menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat (BPS 2005). Suhardjo

(1989) mengemukakan bahwa pendapatan sangat berpengaruh terhadap alokasi

pengeluaran keluarga. Selain itu, Roedjito (1986) diacu dalam Rambe (2004)

menyatakan bahwa keluarga yang berpenghasilan rendah akan menggunakan

sebagian besar pendapatannya untuk pangan sebagai kebutuhan pokok.

Pendapatan keluarga mempunyai pengaruh paling besar terhadap analisis

kategori pengeluaran. Sumber penghasilan rumahtangga berupa pendapatan yang

digunakan untuk membeli dan memproduksi barang dan jasa yang dapat

meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan anggota rumahtangga. Pada kondisi

pendapatan terbatas, rumahtangga akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan

makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan

terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk mengonsumsi

makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan. maka lambat laun akan terjadi

pergeseran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan

menuju peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk barang bukan

makanan (BPS 2003).

Pendapatan per kapita adalah pendapatan total yang diperoleh keluarga

dibagi jumlah anggota keluarga. Pendapatan merupakan indikator yang baik

bukan saja pada tingkat kesejahteraan jasmaniah yang dapat dicapai seseorang.

melainkan terhadap kedudukan sosial seseorang dalam masyarakat. Semakin

tinggi pendapatan seseorang. maka orang tersebut semakin bebas memilih dan

bergerak. Oleh karena itu, pendapatan merupakan ukuran yang baik terhadap

Page 20: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

26

kekuatan dan kedudukan seseorang dalam masyarakat (Ginting dan Penny 1984

diacu dalam Nuryani 2007).

Alokasi Pengeluaran

Pola pengeluaran keluarga merupakan salah satu cara untuk dapat

mengetahui tingkat kehidupan masyarakat. Berbagai karakteristik pribadi dan

situasi yang menyertainya akan mempengaruhi bagaimana seseorang

membelanjakan uangnya. Karakteristik tersebut diantaranya adalah ambisi,

keahlian, kesejahteraan hidup, standar hidup, usia anggota keluarga, jenis kelamin

dari masing-masing anggota keluarga, kesukaan dan ketidaksukaan serta

kemampuan besar kecilnya pengeluaran yang dilakukan oleh individu atau

keluarga (Raines 1964).

Anggaran terbesar dari rumahtangga adalah untuk makanan, proporsi

pengeluaran total untuk makanan menurun dengan peningkatan pendapatan,

proporsi pengeluaran total untuk pakaian dan perumahan diperkirakan konstan,

sementara proporsi pengeluaran untuk barang-barang mewah bertambah dengan

ketika pendapatan meningkat. Bagian dari pendapatan rumahtangga yang

diperoleh dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Pengeluaran

rumahtangga petani menurut Hukum Engel menyatakan bahwa semakin rendah

penghasilan seseorang semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk makanan.

Pola pengeluaran rumahtangga dapat mencerminkan tingkat kehidupan

suatu masyarakat. Mangkuprawira (1985) membagi jenis pengeluaran

rumahtangga menjadi dua kelompok besar, yaitu pengeluaran pangan dan non

pangan. Secara naluriah setiap individu keluarga lebih dahulu memanfaatkan

setiap pengeluarannya untuk pangan kemudian untuk non pangan. Namun

demikian, perilaku ini tidak lepas dari pendapatan, besar anggota keluarga,

pendidikan, lokasi tempat tinggal dan musim. Menurut Myers (1991), pengeluaran

rumahtangga meliputi pengeluaran untuk pangan, perumahan, transportasi,

pendidikan, alat-alat rumahtangga, asuransi, pemeliharaan kesehatan, dan dana

pensiun. non makanan yang dimaksud adalah pengeluaran rumahtangga/anggota

rumahtangga saja.

Page 21: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

27

Dukungan Sosial

Manusia sebagai individu dalam kehidupannya dihadapkan dengan

berbagai hal yang menyangkut kepentingan, terutama dalam pemenuhan

kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap orang memerlukan bantuan

atau pertolongan dari orang lain atau sumber-sumber dukungan sosial. Dukungan

sosial tidak selamanya tersedia pada diri sendiri melainkan harus diperoleh dari

orang lain yakni keluarga (suami atau isteri), saudara atau masyarakat (tetangga)

dimana orang itu berbeda. Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh setiap orang

dalam menjalani kehidupannya, juga bagi keluarga dalam menjalani kehidupan

perkawinannya dan bagi pelaksanaan pengasuhan anak. Gottlieb (1985)

mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan tindakan alamiah sebagai

sumberdaya lingkungan yang secara erat berkaitan dengan interaksi sosial.

Kendig (1986) mendefinisikan dukungan sosial sebagai “kesenangan,

bantuan atau keterangan yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan

informal dengan yang lain atau kelompok”. Djarkasih (1987) mengartikan

dukungan sosial adalah: “sejumlah orang dengan siapa ia berinteraksi, frekuensi

hubungan dengan orang lain atau persepsi individu tentang kecukupan hubungan

pribadi, pertukaran informal atau material, tersedianya suatu kepercayaan dan

kepuasan kebutuhan dasar”. Di dalam ensiklopedi sosiologi dukungan sosial

diartikan adalah “pemberian dukungan emosional dan informasi atau dukungan

materi oleh orang lain atau lingkungan sosial keadaan seseorang individu yang

mengalami beberapa kesulitan atau masalah”. Sarafino (1996) mengartikan

dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang

diterima individu dari orang lain, baik sebagai individu perorangan atau

kelompok. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

keluarga mencakup adanya interaksi diantara anggota dan saling membantu.

sehingga tetap terjalin hubungan dan menghasilkan kepuasan batin seseorang.

Bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan, terdiri dari:

1. Dukungan Emosi (Emotional Support)

Turner (1983) mengemukakan bahwa dukungan emosi ini sangat penting

dan dibutuhkan setiap individu dalam setiap periode kehidupan, curahan perhatian

Page 22: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

28

yang mendalam membuat individu dapat mencurahkan perasaannya, hal ini sangat

membantu kesehatan mental dan kesejahteraan individu.

2. Dukungan Instrumen (Instrumental Support)

Bentuk dukungan instrumen melibatkan bantuan langsung, misalnya

berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu

(Sarafino 1996). Dukungan berupa materi atau jasa yang diberikan oleh orang lain

kepada individu sebagai penerima dukungan dapat berbentuk uang, barang

kebutuhan sehari-hari atau bantuan praktis, seperti memberikan fasilitas

transportasi, memberi pinjaman uang atau barang rumahtangga lainnya,

menyediakan waktu dan tenaga untuk mengasuh anak (Borgatta 1992).

Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Sumber dukungan sosial adalah segala sesuatu yang berjalan secara

keberlanjutan dan dimulai dari unit keluarga, kemudian bergerak secara progresif

dari individu-individu anggota keluarga, dimana mereka merupakan anggota

kelompok yang dianggap penting dalam memberikan dukungan sosial. Sesuai

dengan pendapat Collins et al. (1993) diacu dalam Tati (2004) membagi

dukungan sosial dalam tiga elemen yang saling berhubungan, yaitu:

a. The significant other help the individual mobilize his psychological

resources and master his emotional burdens.

b. They share his tasks; and

c. They provide him with extra supplies of money, materials, tools, skills and

cognitive guidance to improve the handling of his sitiation.

Berdasarkan tiga elemen di atas, dapat diartikan bahwa dukungan sosial

lainnya yang signifikan membantu individu memobilisasi sumber-sumber

psikologisnya dan penguasaan tekanan emosionalnya; mereka membagi tugas-

tugasnya; dan selanjutnya mereka memberikan uang tambahan, material,

peralatan, keterampilan-keterampilan dan petunjuk yang bersifat kognitif untuk

mengembangkan pengendalian situasinya. Secara operasional sumber-sumber

dukungan sosial dibagi kedalam dua golongan, yaitu:

a. Sumber dukungan informal, antara lain:

Page 23: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

29

1. Sumber dukungan individu seperti suami/isteri, tetangga, saudara, teman.

Dukungan yang dapat diperoleh antara lain berupa dukungan emosional,

kasih sayang, nasehat, material dan informasi.

2. Sumber dukungan kelompok yaitu dari kelompok-kelompok sosial seperti

kelompok PKK, BKB, Karang taruna.

b. Sumber dukungan formal, dapat diperoleh dari bidang:

1. Profesional seperti psikiatri, psikolog, pekerja sosial atau spesialis lainnya.

2. Pusat-pusat pelayanan antara lain: rumah sakit, BP4, panti sosial, atau

lembaga-lembaga pelayanan lainnya.

Sumber utama dukungan sosial yang potensial terdapat dalam keluarga,

sebab dalam keluarga mempunyai fungsi-fungsi dukungan tertentu yang tidak

dapat berubah, seperti dukungan suami terhadap isteri untuk melaksanakan

perannya sebagai isteri atau terhadap isteri dalam memerankan seorang ibu untuk

melaksanakan pengasuhan anak, dengan cara suami memberi simpati, perhatian,

dan kepercayaan yang dilandasi kasih saying, akan memberi kekuatan yang besar

pengaruhnya terhadap isteri dalam melaksanakan tugas dan peranannya.

Sebagaimana dikatakan Purnomosari (2004) bahwa dukungan sosial yang positif

akan membuat ibu dapat melaksanakan tugas dan peranannya dengan perasaan

aman dan nyaman dalam mengelola rumahtangga dan melaksanakan pengasuhan

anak.

Strategi Koping Keluarga

Definisi dan Pengertian

Pearlin & Schooler (1978;1982) diacu dalam Puspitawati (1992)

mendefinisikan koping sebagai tingkah laku yang melindungi seseorang dari

pengalamannya akibat dari psikologis yang merugikan. Sedangkan menurut Mc

Cubbin et al. (1980) dalam Puspitawati (1992), koping merupakan manajemen

dari dimensi-dimensi kehidupan keluarga termasuk memelihara organisasi

keluarga (secara internal), mempertahankan keutuhan keluarga peningkatan

kebebasan dan penghargaan pada diri kita sendiri, mempertahankan hubungan

dengan masyarakat dan mengontrol pengaruh kuat dari sumber stres yang menjadi

suatu proses pencapaian keseimbangan dalam sistem keluarga. Selain itu, menurut

Folkman & Lazarus (1984) strategi koping merupakan suatu perubahan dari suatu

Page 24: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

30

kondisi ke lainnya sebagai cara untuk menghadapi situasi tak terduga, yang mana

secara empirical disebut sebagai sebuah proses dan Friedman (1998)

mendefinisikan koping keluarga sebagai respon perilaku positif yang digunakan

keluarga dan sistemnya untuk memecahkan masalah atau mengurangi stres yang

diakibatkan oleh peristiwa tertentu.

Mekanisme koping merupakan suatu perubahan konstan dari usaha

kognitif dan tingkah laku untuk menata tuntutan eksternal dan internal yang

nilainya sebagai hal yang membebani atau melebihi sumber daya individu

(Lazarus dan Folkman 1984). Strategi koping dalam pemenuhan kebutuhan hidup

termasuk dalam “koping” dimana merupakan upaya-upaya keluarga dalam

memenuhi kebutuhan hidup termasuk kebutuhan pangan, sandang, dan papan baik

dengan berhemat atau mengganti bahan pangan tertentu. Berhemat adalah sebuah

strategi keluarga untuk mengurangi pengeluaran yang tidak penting seperti

rencana rekreasi, yang bertujuan dalam menanggulangi pada saat susah

(Puspitawati 1998). Perilaku koping menurut Lazarus (1976) diacu dalam Lukman

(2002) sebagai: (1) perilaku tindakan yang langsung melawan ancaman atau lari

dari ancaman (melawan atau lari) dan di desain untuk mengubah hubungan stress

dengan lingkungan fisik atau sosial, (2) bentuk intrapsychic koping merupakan

mekanisme pertahanan (misalnya penolakan) yang lebih didesain untuk

mengurangi munculnya emosi dibandingkan untuk mengubah situasi. Tindakan

dan pikiran dapat membuat seseorang lebih baik jika mereka tidak dapat

mengubah sumber stres.

Jenis Mekanisme Strategi Keluarga

Puspitawati (1998) menyebutkan dua macam strategi koping keluarga

yakni: (1) Strategi penghematan (Cutting-Back Expenses) dan (2) Strategi

peningkatan pendapatan (Income Generating Strategy). Disebutkan pula bahwa

strategi peningkatan pendapatan adalah strategi yang lebih sulit dilakukan

dibandingkan dengan strategi penghematan pengeluaran dan tidak berpengaruh

banyak pada konflik keluarga. Hasil penelitian Puspitawati (1998) menunjukkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi keluarga dalam menghadapi

konflik alokasi keuangan, adalah:

1. Tingkat kemiskinan keluarga (Proverty Level)

Page 25: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

31

2. Strategi Penghematan Pengeluaran (Cutting-Back)

Menurut Friedman (1998), terdapat dua tipe strategi koping keluarga, yaitu

internal atau intrafamilial dan eksternal atau ekstrafamilial. Ada tujuh strategi

koping internal, yaitu:

(1) Mengandalkan kemampuan sendiri dari keluarga. Untuk mengatasi berbagai

masalah yang dihadapinya, keluarga seringkali melakukan upaya untuk

menggali dan mengandalkan sumberdaya yang dimiliki. Keluarga melakukan

strategi ini dengan membuat struktur dan organisasi dalam keluarga, yakni

dengan membuat jadwal dan tugas rutinitas yang dipikul oleh setiap anggota

keluarga yang lebih ketat. Hal ini diharapkan setiap anggota keluarga dapat

lebih disiplin dan patuh, mereka harus memelihara ketenangan dan dapat

memecahkan masalah, karena mereka yang bertanggung jawab terhadap diri

mereka sendiri.

(2) Penggunaan humor. Menurut Hott diacu dalam Friedman (1998), perasaan

humor merupakan aset yang penting dalam keluarga karena dapat

memberikan perubahan sikap keluarga terhadap masalah yang dihadapi.

Humor juga diakui sebagai suatu cara bagi seseorang untuk menghilangkan

rasa cemas dan stres.

(3) Musyawarah bersama (memelihara ikatan keluarga). Cara untuk mengatasi

masalah dalam keluarga adalah: adanya waktu untuk bersama-sama dalam

keluarga, saling mengenal, membahas masalah bersama, makan malam

bersama, adanya kegiatan bersama keluarga, beribadah bersama, bermain

bersama, bercerita pada anak sebelum tidur, menceritakan pengalaman

pekerjaan maupun sekolah, tidak ada jarak diantara anggota keluarga. Cara

seperti ini dapat membawa keluarga lebih dekat satu sama lain dan

memelihara serta dapat mengatasi tingkat stress, ikut serta dengan aktivitas

setiap anggota keluarga merupakan cara untuk menghasilkan suatu ikatan

yang kuat dalam sebuah keluarga.

(4) Memahami suatu masalah. Salah satu cara untuk menemukan koping yang

efektif adalah menggunakan mekanisme mental dengan memahami masalah

yang dapat mengurangi atau menetralisir secara kognitif terhadap bahaya

yang dialami. Menambah pengetahuan keluarga merupakan cara yang paling

Page 26: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

32

efektif untuk mengatasi stressor yaitu dengan keyakinan yang optimis dan

penilaian yang positif. Menurut Folkman et al. diacu dalam Friedman (1998),

keluarga yang menggunakan strategi ini cenderung melihat segi positif dari

suatu kejadian yang penyebab stres.

(5) Pemecahan masalah bersama. Pemecahan masalah bersama dapat

digambarkan sebagai situasi dimana setiap anggota keluarga dapat

mendiskusikan masalah yang dihadapi secara bersama-sama dengan

mengupayakan solusi atas dasar logika, petunjuk, persepsi dan usulan dari

anggota keluarga yang berbeda untuk mencapai suatu kesepakatan.

(6) Fleksibilitas peran. Fleksibilitas peran merupakan suatu strategi koping yang

kokoh untuk mengatasi suatu masalah dalam keluarga. Pada keluarga yang

berduka, fleksibilitas peran adalah sebuah strategi koping fungsional yang

penting untuk membedakan tingkat berfungsinya sebuah keluarga.

(7) Normalisasi. Salah satu strategi koping keluarga yang biasa dilakukan untuk

menormalkan keadaan sehingga keluarga dapat melakukan koping terhadap

sebuah stressor jangka panjang yang dapat merusak kehidupan dan kegiatan

keluarga. Knafl dan Deatrick diacu dalam Friedman (1998), mengatakan

bahwa normalisasi merupakan cara untuk mengkonseptualisasikan bagaimana

keluarga mengelola ketidakmampuan seorang anggota keluarga, sehingga

dapat menggambarkan respons keluarga terhadap stres.

Strategi koping eksternal ada empat yaitu:

(1) Mencari informasi. Keluarga yang mengalami masalah memberikan respons

secara kognitif dengan mencari pengetahuan dan informasi yang berhubungan

dengan stressor. Hal ini berfungsi untuk mengontrol situasi dan mengurangi

perasaan takut terhadap orang yang tidak dikenai dan membantu keluarga

menilai stressor secara lebih akurat.

(2) Memelihara hubungan aktif dengan komunitas. Koping berbeda dengan

koping yang menggunakan sistem dukungan sosial. Koping ini merupakan

suatu koping keluarga yang berkesinambungan, jangka panjang dan bersifat

umum, bukan sebuah koping yang dapat meningkatkan stressor spesifik

tertentu. Dalam hal ini anggota keluarga adalah pemimpin keluarga dalam

suatu kelompok, organisasi, dan kelompok komunitas.

Page 27: Strategi Koping dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... · sosial bagi suami dan istri, ayah, dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara ... Fungsi sosialisasi dan pendidikan

33

(3) Mencari pendukung sosial. Mencari pendukung sosial dalam jaringan kerja

sosial keluarga merupakan strategi koping keluarga eksternal yang utama.

Pendukung sosial ini dapat diperoleh dari sistem kekerabatan keluarga

kelompok professional, para tokoh masyarakat dan lain-lain yang didasarkan

pada kepentingan bersama. Menurut Caplan diacu dalam Friedman (1998),

terdapat tiga sumber umum dukungan sosial yaitu penggunaan jaringan

dukungan sosial informal, penggunaan sistem sosial formal, dan penggunaan

kelompok-kelompok mandiri. Penggunaan jaringan sistem dukungan sosial

informal yang biasanya diberikan oleh kerabat dekat dan tokoh masyarakat.

Penggunaan sistem sosial formal dilakukan oleh keluarga ketika keluarga

gagal untuk menangani masalahnya sendiri, maka keluarga harus

dipersiapkan untuk beralih kepada profesional bayaran untuk memecahkan

masalah. Penggunaan kelompok mandiri sebagai bentuk dukungan sosial

dilakukan melalui organisasi.

(4) Mencari dukungan spiritual. Beberapa studi mengatakan keluarga berusaha

mencari dukungan spiritual anggota keluarga untuk mengatasi masalah.

Kepercayaan kepada Tuhan dan berdoa merupakan cara paling penting bagi

keluarga dalam mengatasi stres.

Menurut Deacon dan Firebaugh (1981), keluarga memiliki strategi koping

apabila terjadi perubahan pendapatan sehingga akan mempengaruhi alokasi

pengeluaran keluarga. Terjadinya perubahan pendapatan akan mempengaruhi nilai

dan tujuan yang akan dicapai oleh sebuah keluarga. Perubahan pendapatan akan

mengubah selera dan kebutuhan juga upaya keluarga untuk dapat mewujudkan

secara kualitatif tujuan yang akan dicapai.