STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI HMI DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/978/1/Aziz Irawan...
Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI HMI DALAM …etheses.uinmataram.ac.id/978/1/Aziz Irawan...
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI HMI DALAM KADERISASI ANGGOTA BARU
(Studi Kasus HMI Komisariat FISI Mataram Tahun 2016-2017 )
Oleh
Azis Irawan Saputra
NIM.15.3.13.1.080
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2018
2
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI HMI DALAM KADERISASI ANGGOTA BARU
(Studi Kasus HMI Komisariat FISI Mataram Tahun 2016-2017)
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar sarjana sosial
Oleh
Azis Irawan Saputra NIM.15.3.13.1.080
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM 2018
3
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Azis Irawan Saputra, NIM: 153. 131. 080 dengan judul,
“Strategi Komunikasi Organisasi HMI Dalam Kaderisasi Anggota Baru (Studi
Kasus HMI Komisariat FISI Mataram Tahun 2016-2017)” telah memenuhi
syarat dan disetujui untuk diuji.
Di setujui pada tanggal: 2 Januari 2018
4
Mataram, 2 Januari 2018
Hal : Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Rektor UIN Mataram
di Mataram
Assalamu’ alaikum, Wr. Wb.
Disampaikan dengan hormat,setelah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Azis Irawan Saputra
Nim : 153131080
Jurusan/Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul : Strategi Komunikasi Organisasi HMI Dalam Kaderisasi
Anggota Baru (Studi Kasus HMI Komisariat FISI
Mataram Tahun 2016-2017)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah
skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu,
kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.
Wassalammu’alaikum, Wr. Wb.
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
5
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Azis Irawan Saputra
NIM : 15.3.13.1.080
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran
Islam
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Institusi : Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Strategi Komunikasi
Organisasi HMI Dalam Kaderisasi Anggota Baru (Studi Kasus HMI
Komisariat FISI Mataram Tahun 2016-2017) ini secara keseluruhan
adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian
yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan plagiat
tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi yang telah di tentukan
oleh lembaga.
Mataram, 2 Januari 2018
Saya yang menyatakan,
PENGESAHAN
6
Skripsi oleh: Azis Irawan Saputra, NIM: 15.3.13.1.080 dengan
judul: Strategi Komunikasi Organisasi HMI Dalam Kaderisasi
Anggota Baru (Studi Kasus HMI Komisariat FISI Mataram Tahun
2016-2017), telah dipertahankan di depan dewan penguji jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Mataram pada tanggal
Dewan Penguji
Dr.AAhyar, M. Pd. (Ketua Sidang/Pemb. I)
Najamudin, M. Si. (Sekretaris Sidang/Pemb. II) Dr. H. MS. Udin, M. Ag (Penguji I) Habib Alwi, M. Si (Penguji II)
7
MOTTO
ى ى ى فى ى ا ى ى فى ى ى
“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di
jalan Allah SWT”
(HR. Turmudzi)
8
PERSEMBAHAN
Untuk
1. Allah SWT.
2. Keluargaku Tercinta Inaq (Ngasi), Amaq (Jumasih), Adekku (Veri Irawan
Saputra).
3. Teman-teman seperjuanganku KPI C tercinta, Amir, Putra, Andi, Zohri,
Umam, Azis long, Rizky, Umet, Hamzah, Mulianto, Wady, Filham, Ahyar,
Aini, Eva, Aminah, Trii, Yeni, Mala, kangen kumpul kalian lagi.
4. Buat rekan–rekan KKP terima kasih sudah menjadi keluarga baru, kalian
akan ku ingat dan ku kenang.
5. Untuk dosen UIN Mataram khususnya Fakultas Dakwah dan Komunikasi
terima kasih sudah mengajariku dan semoga ilmunya berkah selalu.
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena
hanya kasih sayang-Nya penulis dapat menikmati hidup di dunia ini. Berkat
kasih sayang-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, sebagai suri tauladan yang baik bagi umat Islam
menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini
dikarenakan adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ahyar, M. Pd. sebagai pembimbing I dan Najamudin, M. Si. sebagai dosen
pembimbing II yang dengan sabar membimbing penulis dalam memberikan
bimbingan, motivasi tanpa bosan, dan memberi masukan yang sangat berarti
dan bermanfaat.
2. Najamudin, M. Si. sebagai ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Dr. H. Subhan Abdullah Acim, Lc.MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram.
5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan.
6. Kepada saudara Muhammad Ilmu dan seluruh kader maupun pengurus HMI
Komisariatu FISI Mataram yang telah memberikan bantuannya dalam
memberikan data-data yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
7. Kepada keluarga tercinta, orang tuaku, dan teman-teman, terima kasih atas
support dan doanya yang telah mendukung secara materi maupun non materi.
10
Sebagai kata terakhir, penulis mengucapkan terima kasih dan hanya dapat
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan juga bagi
pembaca pada umumnya sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih. Semoga
apa yang telah diberikan menjadi amal shaleh disisi Allah SWT. Amin.
Mataram, 2 Januari 2018
Penulis,
11
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................ i
HALAMAN JUDUL .......................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI .............................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................... xi
ABSTRAK ....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuandan Manfaat Penelitian .............................................................. 6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ................................................. 8
E. Telaah Pustaka ...................................................................................... 8
F. Kerangka Teoritik ............................................................................... 14
G. Metodelogi Penelitian ......................................................................... 23
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................... 32
1. Sejarah HMI Komisariat FISI Mataram ........................................ 32
2. Profil HMI Komisariat FISI Mataram ........................................... 34
3. Program Kerja HMI Komisariat FISI Mataram ............................. 37
12
4. Keanggotaan dan Masa Keanggotaan ............................................ 43
B. Strategi Komunikasi Dalam Kaderisasi Anggota Baru
HMI Komisariat FISI Mataram .............................................. 44
C. Tahapan-Tahapan HMI Komisariat FISI Mataram
Dalam kaderisasi Anggota baru .............................................. 46
D. Hambatan Komunikasi Dalam Kaderisasi Anggota Baru
HMI Komisariat FISI Mataram .............................................. 48
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Strategi Komunikasi HMI Komisariat FISI Mataram
Dalam Kaderisasi Anggota Baru ............................................ 50
B. Hambatan Komunikasi Dalam Proses Kaderisasi Anggota Baru ....... 67
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 69
B. Saran ................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI HMI DALAM KADERISASI ANGGOTA BARU
Oleh: Azis Irawan Saputra
NIM: 153.131.080 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kaderisasi, untuk
mengetahui strategi komunikasi yang digunakan dan juga faktor penghambatnya. Penelitian ini mennggunakan pendekatan penelitian kualitatif metode studi kasus. Sumber utama atau data primer ini digali dari beberapa sumber yang terkait dengan proses kaderisasi. Sedangkan teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan pada saat proses kaderisasi melalui komunikasi secara langsung (face to face), komunikasi secara tidak langsung (media), dan atas bawah (top down), strategi komunikasi ini meliputi: strategi komunikasi pra kondisi, tebar jala, dan tombak. Sementara hambatannya meliputi, tidak semua anggota HMI Komisariat FISI Mataram yang memiliki kemampuan berkomunikasi dalam menerapkan strategi komunikasi pra kondisi, tebar jala, dan tombak, selain itu rendahnya pemahaman dari mahasiswa baru dalam berorganisasi, dan lemahnya sistem sosialisasi ke mahasiswa baru yang sifatnya sporadis (mendadak) dan tidak berkelanjutan, dan banyaknya UKM, BKM, yang melakukan hal yang sama pada saat ajaran baru dimulai, dan melakukan tebar pesona terhadap mahasiswa baru.
Kata kunci: Strategi Komunikasi, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
Proses Kadersasi.
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Tanpa disadari manusia sudah terlibat dalam organisasi dan
menggunakan komunikasi sejak dalam kandungan. Organisasi dan komunikasi
memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia dan mungkin tidak
banyak yang menyadari dominannya peran organisasi dalam kehidupan itu,
misalnya seperti manusia dilahirkan dalam lembaga yang terorganisir seperti
rumah sakit, menerima pendidikan dalam lembaga seperti sekolah, tinggal
ditengah masyarakat yang terorganisir dan dalam konteks yang paling luas
yaitu sebagai warga negara dalam sebuah negara.
Komunikasi adalah sebuah realitas yang tidak dapat di pungkiri lagi
kebenarannya, dan manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya
komunikasi. Tanpa kita sadari kita sebagai manusia sudah melakukan
komunikasi dari sejak lahir, misalnya seperti tertawa, menangis, adalah
sebagian contoh kecil dari komunikasi. Dan juga manusia sering melakukan
kebiasaan atau rutinitas yang selalu melibatkan komunikasi seperti menonton
televisi, berkhayal, merenung, membaca, mendengarkan, berbicara, dan masih
banyak lagi contoh mengenai komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Menurut Ramlie R. Merta wijaya, strategi adalah cara-cara yang
ditetapkan terlebih dahulu, dengan cara mana perusahaan akan berjalan
15
kearah tujuan luas yang menyangkut finansial, operasi atau aspek–aspek
sosial perusahaan.1 Sedangkan menurut Onong Uchjaya Efendi, strategi pada
hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan.2
Dari definisi diatas menunjukan bahwa strategi disini menjelaskan
beberapa poin. Pertama apa yang harus dicapai, kedua bagaimana sumber
daya dan kegiatan apa yang akan dialokasikan untuk setiap produk pasar
dalam menentukan peluang dan tantangan lingkungan serta untuk meraih
keunggulan, ketiga strategi yang akan digunakan harus dipertimbangakan
dipilih dan disesuaikan dengan tujuan organisasi. Dengan kata lain bisa
dikatakan bahwa strategi merupakan alat bantu untuk mencapai tujuan
organisasi dalam kaitanya dengan tujuan jangka panjang, program tindak
lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.3 Sehingga strategi merupakan alat
yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing.
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan
communication, berasal dari kata communication atau dari kata communis yang
berarti “sama” atau “sama maknanya” atau “pengetian bersama”, dengan
maksud untuk mengubah pikiran, sikap, prilaku, penerima dan melaksanakan
apa yang diinginkan oleh komunikator.
1Ramlie R. Merta Wijaya, strategi Pengendalian Administratif, (Bandung: Angkasa,
1991), h. 7. 2Onong Uchjaya Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1999), h. 31. 3Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membeda Kasus bisnis, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Sinar Umum, 1997), h. 2.
16
Dalam garis besarnya dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi akan berhasil dengan baik apabila sekitarnya timbul saling
pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi
dapat memahami. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus
menyetujui sesuatu gagasan tersebut. Yang penting adalah kedua belah pihak
sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam hal seperti inilah baru dapat
dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil dengan baik (komunikatif).4
Organisasi banyak jenisnya seperti organisasi politik, organisasi sosial,
organisasi mahasiswa, organisasi olahraga dan organisasi kenegaraan.
Organisasi mahasiswa merupakan organisasi yang beranggotakan mahasiswa
yang dalam hal ini dapat berupa organisasi intra dan ekstra kampus.
Setiap komunikasi manusia berawal dan berdasarkan komunikasi
antarpersonal, dari komunikasi antarpersonal itulah kemudian berkembang
menjadi komunikasi kelompok, organisasi, publik, dan komunikasi massa.5
Banyak sekali organisasi mahasiswa yang sudah berdiri di Indonesia,
mereka bergerak dengan tujuan serta ideologinya masing-masing, seperti:
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Front Mahasiswa
nasional (FMN), dan lain sebagainya. Namun, organisasi tersebut memiliki
4H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyrarakat, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010), h. 8. 5Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), h. 6.
17
tujuan yang sama yaitu membangun Indonesia dengan adil dan makmur. Dari
sekian banyak organisasi mahasiswa yang ada di Indonesia tidak akan bisa
berjalan kalau tidak ada kader yang menjalankan roda organisasi tersebut.
Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi yang fokus pada
pengkaderan dan salah satu organisasi yang telah banyak memberikan
sumbangsih terhadap bangsa Indonesia.
Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa tertua
dan terbesar di Indonesia, yang berdiri pada 14 Rabiul Awal 1366 H atau
bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 M di Yogyakarta. pendiriannya
diprakarsai oleh Lafran Pane bersama 14 orang lainnya yaitu: Kartono Zarkasy
(Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (istri Dahlan Husein,
Palembang), Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad
Dahlan, Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri
PII), M. Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb
Razak (Jakarta), Toha Mashudi (Malang), Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta),
Zulkarnaen (Bengkulu), dan Mansyur.6
Himpunan Mahasiswa Islam telah melahirkan tokoh-tokoh hebat
seperti: Nurcholish Madjid, Akbar Tanjung, Jussuf Kalla, Anis Baswedan,
Anas Urbaningrum, Abraham Samad dan masih banyak lagi tokoh lainnya
yang telah berkontribusi menularkan pemikiran-pemikiran tentang ke-Islaman
dan ke-Indonesiaan.
6Agussalim Sitompul, Nurcholish Madjid, dkk, Basic Training: Panduan Untuk Kader
HMI, (Ciputat: Bidang PA HMI Cabang Ciputat, 2015), h. 5.
18
Banyak cara strategi komunikasi yang digunakan atau dilakukan oleh
HMI Komisariat FISI Mataram untuk merekrut kader baru salah satunya yaitu,
dengan menaruh senior-senior atau anggota mereka di organisasi-organisasi
internal yang ada di UIN Mataram sebagai salah satu cara mereka mengenalkan
secara lebih luas apa itu organisasi HMI, supaya mahasiswa baru yang baru
masuk organisasi tersebut lebih tau akan organisasi HMI itu seperti apa dan
menjadi tertarik untuk ikut menjadi kader HMI.
Meskipun begitu, ada juga hambatan-hambatan yang dilalui oleh
organisasi HMI Komisariat FISI Mataram disetiap periodenya dalam
melakukan pengkaderan, salah satunya persaingan beberapa organisasi yang
mempunyai sistem yang sama. Apalagi mau bergabung ke dalam sebuah
organisasi mahasiswa, ditambah lagi dengan isu mahasiswa yang ikut
organisasi mahasiswa biasanya lama menyelesaikan kuliah mereka walaupun
banyak juga yang membuktikan itu tidak menjadi alasan lamanya mereka
menyelesaikan kuliahnya. Walau demikian HMI Komisariat FISI Mataram
termasuk salah satu organisasi yang masih ada peminatnya. Hal ini bisa dilihat
dari data anggota baru yang mengikuti Maperca (Masa Perkenalan Calon
Anggota) sampai yang mengikuti basic trainning atau LK (Latihan Kader) 1
untuk mendapatkan status anggota biasa di lima tahun terakhir periodenya.7
Oleh karena itu organisasi membutuhkan strategi untuk mencapai
tujuan organisasi sebagai organisasi pengkaderan, dan strategi agar dapat
7Sunardi ,Wawancara, Mataram, 12 april 2017.
19
mempengaruhi pandangan mahasiswa baru agar tertarik untuk bergabung ke
dalam sebuah organisasi.
Dari pemaparan di atas, peneliti melihat ada yang menarik dari
pengkaderan organisasi HMI yaitu strategi komunikasi yang digunakan untuk
merekrut anggota baru yang cukup menarik dan juga organisasi HMI masih
eksis dan masih banyak peminatnya sampai saat ini walaupun banyak
organisasi lain yang ada di UIN Mataram.
Berdasarkan penjelasan di atas akhirnya penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Organisasi
HMI dalam Kaderisasi Anggota Baru (Studi Kasus HMI Komisariat FISI
Mataram)”.
B. Fokus Penelitian
Dari paparan di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh organisasi HMI
Komisariat FISI Mataram dalam kaderisasi anggota baru?
2. Faktor apa saja yang menghambat komunikasi organisasi HMI Komisariat
FISI Mataram dalam kaderisasi anggota baru?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Setiap kegiatan yang dilakukan tentu memiliki tujuan. Karena itu tujuan
yang ingin di capai dalam penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian di
atas:
20
a. Mediskripsikan atau menjelaskan strategi komunikasi yang digunakan
oleh organisasi HMI Komisariat FISI Mataram dalam kaderisasi anggota
baru.
b. Mendiskripsikan atau menjelaskan faktor penghambat komunikasi
organisasi HMI dalam kaderisasi anggota baru komisariat FISI Mataram.
2. Manfaat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan “Strategi Komunikasi
Organisasi HMI dalam Kaderisasi Anggota Baru (studi kasus HMI
Komisariat FISI Mataram)” sebagaimana juga penelitian-penelitian lainnya,
maka penelitian ini juga mengharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
a. Secara teoritis
1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi penting dan
jembatan untuk mengkaji disiplin ilmu yang serupa terhadap
penelitian mendatang.
2) Sebagai bahan rujukan bagi peneliti yang hendak meneliti persoalan
ini secara lebih mendalam lagi.
3) Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan
pengalaman bagi peneliti yang ingin meneliti tentang hal yang sama.
b. Secara praktis
Untuk menjadi masukan bagi pihak yang membutuhkan diantaranya:
21
1) Pengurus HMI Komisariat FISI Mataram,
2) Anggota HMI,
3) Organisasi lainnya, dan
4) Mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Adapun batasan ruang lingkup dari penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti disesuaikan dengan fokus kajian yang telah dipaparkan sebelumnya.
Dimana peneliti akan mengkaji lebih dalam mengenai strategi komunikasi
organisasi HMI dalam kaderisasi anggota baru. Supaya dalam penelitian ini
bisa terarah, teratur dan tidak keluar dari permasalahan yang ada, selain itu juga
untuk mempertimbangkan waktu, tenaga, materi, maupun pengetahuan yang
relatif terbatas maka peneliti memberi batasan terhadap permasalahan yang
akan penulis teliti.
Sedangkan setting penelitian dalam penelitian ini dilakukan di UIN
Mataram. Di Jln. Pendidikan No. 35 Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara
Barat. Adapun alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah
karena lokasi penelitian di daerah Mataram yaitu HMI Komisariat FISI
Mataram yang dekat dengan tempat peneliti menuntut ilmu, sehingga
memudahkan peneliti mencapai tempat lokasi penelitian.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka ini adalah upaya untuk mencari dan memadukan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti
22
sebelumnya, yang penelitian tersebut bertopik senada dengan penelitian yang
akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan bahwa penelitian yang
akan dilakukan tujuannya untuk menegaskan kebaruan, (penting) penelitian
bagi pengembangan keilmuan terkait.
1. Datu Danu Putra. W. JudulSkripsi: Sistem Kaderisasi Da’i Di Pondok
Pesantren Hidayatullah Ampenan Mataram.8
Bentuk sistem dari kegiatan kaderisasi da’i di ponpes Hidayatullah
Mataram, dilakukan menggunakan dua jenis sistem yaitu pengkaderan
secara internal lembaga. Maksudnya adalah dengan melakukan
pengkaderan sendiri yang dilakukan oleh pihak lembaga atau Yayasan
dengan menggunakan Kurikulum Nasional secara formal. Selanjutnya
adalah sistem pendelegasian, sistem ini dilakukan melalui pengiriman atau
pengutusan kader da’i berbagai daerah untuk menjalankan misi dakwah
secara terorganisir dan berkesinambungan.
Faktor-faktor pendukung terlaksananya kegiatan kaderisasi di
ponpes Hidayatullah Mataram adalah tersedianya subyek kader, yakni para
guru sebagai pembimbing, subyek kader yaitu semua santri yang terlibat
atau mengikuti kegiatan pengkaderan tersebut, adanya saran dan prasarana
yayasan. Adapun masalah yang dihadapi dalam kegiatan pengkaderan da’i
di ponpes Hidayatullah Mataram adalah penerapan sistem penyampaian
materi yang diberikan pada santri yang masih belum dianggap efektif,
8Datu Danu Putra. W,“Sistem Kaderisasi Da’i Di Pondok Pesantren Hidayatullah Ampenan Mataram”,(Skripsi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Mataram. Mataram, 2008),
23
tingkat kemampuan siswa yang berpariasi dan masih kurang dalam
memahami teori-teori yang disampaikan oleh para pembimbingnya. Metode
yang digunakan dalam skirpsi ini yaitu metode kuantitaif.
Dari hasil penelitian di atas, terdapat kesamaan yang sangat erat
dengan fokus yang ditulis oleh peneliti, yaitu sama-sama membahas tentang
kaderisasi. Perbedaannya terletak pada metode penelitian yang dilakukan,
skripsi terdahulu menggunakan penelitian kauntitaif sedangkan peneliti
sekarang menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian
peneliti melakukan penelitian di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam
Komisariat FISI Mataram, sedangkan penelitian di atas berlokasi di Pondok
Pesantren Hidayatullah Ampenan Mataram.
2. Siti Julia Munajjah. Judul Skripsi:“Sistem Kaderisasi Pimpinan Pondok
Pesantren Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Santri”.9
Dalam pelaksanaan proses Kaderisasi Pondok Pesantren Al-
Islahuddiny terbagi dalam berbagai bagian, yakni pendidikan formal dan
pendidikan non formal.
Faktor pendukung kaderisasi pimpinan ponpes dalam meningkatkan
sumber daya manusia adalah mempunyai pemimpin yang cukup potensial
dan kharismatis sehingga memudahkan pondok pesantren berkembang
membangun jaringan, sistem pendidikan yang diterapkan sangat menunjang
untuk mencetak kader-kader yang mengutamakan akhlakul karimah, sarana
9Siti Julia Munajjah,”Sistem Kaderisasi Pimpinan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Santri”,(Skripsi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Institut Agama Islam Negeri Mataram, Mataram 2015).
24
dan prasarana yang ada cukup memadai. Hambatan yang dihadapi yaitu
kepintaran santri yang berpariasi sehingga cukup sulit dalam
mengembangkan ilmu yang diterpakan. Metode yang digunakan yaitu
metode kualitatif deskriptif.
Dari hasil penelitian di atas, terdapat kesamaan yang sangat erat
dengan fokus yang ditulis oleh peneliti, yaitu sama-sama membahas tentang
kaderisasi dalam penelitian dan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, peneliti melakukan penelitian
di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISI Mataram,
sedangkan penelitian di atas berlokasi di Pondok Pesantren Al-Islahuddiny
di Kediri, Lobar, NTB.
3. Irwan Supriadin. Judul Skripsi :“Sistem Kaderisasi Dakwah Pimpinan
Pondok Pesantren Di Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela-Bima”.10
Sistem kaderisasi dakwah yang diterapkan oleh ponpes Darul
Hikmah Soncolela Bima adalah sistem penerjunan ke masyarakat dan
latihan-latihan yang dilaksanakan di dalam lingkungan pondok pesantren
itu sendiri.
Faktor penunjang bagi pelaksanaannya sistem kaderisasi dakwah
adalah karena tingginya kesadaran para santri untuk aktif dalam berbagai
macam latihan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh ponpes Darul Hikmah
Soncolela Bima, selain itu didukung pula kemudahan-kemudahan yang
10Irwan Supriadin, “Sistem Kaderisasi Dakwah Pimpinan Pondok Pesantren Di Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela-Bima”, (Skripsi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Mataram. Mataram 2003).
25
diberikan oleh pihak ponpes dalam menerapkan materi atau metode
kaderisasi dakwah tersebut. Adapun faktor yang jadi penghambat adalah
kurangnya tenaga pengajar yang memiliki kekurangan di bidang dakwah,
tidak tersedianya perpustakaan yang memadai yang mengoleksi tentang
buku-buku keagamaan. Adapun metode yang digunakan dalam skripsi ini
adalah menggunakan penelitian kuantitaif.
Dari hasil penelitian di atas, terdapat kesamaan yang sangat erat
dengan fokus yang ditulis oleh peneliti, yaitu sama-sama membahas tentang
kaderisasi dalam penelitian. Perbedaannya terletak pada metode yang
digunakan, skripsi terdahulu menggunakan penelitian kauntitaif sedangkan
peneliti sekarang menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi
penelitian peneliti melakukan penelitian di organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam Komisariat FISI Mataram, sedangkan penelitian di atas
berlokasi di Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Bima.
DAFTAR TABEL TELAAH PUSTAKA
No Nama Judul Fokus Penelitian Teori Persamaan Perbedaan Hasil 1. Datu Danu
Putra W. Sistem Kaderisasi Da’i di Pondok Pesantren Hidayatullah Ampenan Mataram
- Bagaimana sistem kaderisasi da’i pondok pesantren Hidayatullah Ampenan Mataram? - Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam sistem kaderisasi da’i pondok pesantren Hidayatullah Ampenan Mataram?
Teori ABX
Sama-sama membahas tentang kaderisasi
Menggunakan metode kuantitaif sedangkan peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif
Sistem kaderasasi berjalan lancar dan lingkungan pesantren menjadi faktor pendukung
2. Siti Julia Munajjah
Sistem Kaderisasi Pimpinan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Santri
- Bagaimana Sistem Kaderisasi Pimpinan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Santri? - Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam Kaderisasi Pimpinan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Santri?
Teori SMCR
-Sama-sama membahas tentang kaderisasi -sama-sama menggunakan metode kualitatif
Tempat penelitian dan peneliti terrdahulu melakukan penelitian tentang pondok pesantren sedangkan peneliti sekarang tentang organisasi
Sistem kaderisasi dengan metode yang beragam. Lingkungan yg beragam menjadi faktor pendukung dan penghambat.
3. Irwan Supriadin
Sistem Kaderisasi Dakwah Pimpinan Pondok Pesantren Di Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela-Bima
- Bagaimana sistem strategi kaderisasi dakwah di pondok pesantren Darul Hikmah Soncolela-Bima? - Apa saja hambatan Sistem Strategi kaderisasi dakwah di pondok pesantren Darul Hikmah Soncolela-Bima?
Teori ABX
Sama-sama membahas tentang kaderisasi
Menggunakan metode kuantitaif sedangkan peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif
Sistem terjun dan menyadarkan masyarakatsecara langsung. Tingginya kesadaran santri menjadi pendukung kaderisasi
4. Azis Irawan Saputra
Strategi Komunikasi Organisasi HMI dalam Kaderisasi Anggota Baru
- Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan oleh organisasi HMI Komisariat FISI Mataram dalam kaderisasi anggota baru? -Faktor apa saja yang menghambat komunikasi organisasi HMI Komisariat FISI mataram dalam kaderisasi anggota baru?
Teori Kultivasi
Sama-sama membahas tentang kaderisasi
Skripsi diatas meneliti tentang pesantren sedangkan penelitian ini meneliti organisasi mahasiswa
Strategi komunikasi HMI Komisariat FIISI Mataram menggunakan strategi komunikasi face to face dan juga komunikasi top down. faktor rendahnya pemahaman mahasiswa baru dan banyaknya UKM BKM menjadi masalah
F. Kerangka Teoritik
Setiap penelitian memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan
atau menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disoroti.11 Teori merupakan serangkaian asumsi,
konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
(sosial) secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.12
Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena
sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya.13
1. Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, strategi
merupkan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai
suatu keuntungan. Demikian juga strategi didefinisikan sebagai suatu garis
besar haluan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam
organisasi strategi adalah seperangkat pandangan-pandangan, pendirian-
pendirian, prinsip-prinsip atau norma-norma yang ditetapkan untuk
keperluan, yakni:
11Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 2012), h. 42. 12Nasution, Arif dkk, Metode Penyusunan Proposal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial,
(Medan: Percetakan Monora Medan, 2001), h. 14. 13Kriyantono Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, ( Jakarta: Kencana, 2009), h.
42.
xxviii
a. Untuk menyelamatkan dan untuk mengamankan kelangsungan hidup
atau posisi organisasi di tengah-tengah perkembangan situasi, jangan
sampai pada suatu ketika menjadi terjepit atau terdesak secara dirugikan.
b. Untuk menarik keuntungan dari setiap kesempatan atau peluang yang
baik yang mungkin muncul di dalam perkembangan situasi.14
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi
adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa
untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang atau rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.15
Menurut Laurence R. Jauch dan William F. Gluek strategi adalah
saran yang digunakan untuk tujuan akhir (tujuan). Tetapi strategi bukanlah
sekedar suatu rencana. Strategi ialah rencana yang disatukan: strategi
mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu, strategi itu menyeluruh:
strategi meliputi semua aspek penting perusahaan. Strategi itu terpadu
semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian.16
2. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal
dari kata bahasa latin communis yang berarti “sama” communico,
communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make
14Martins Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran,(Jakarta: Referensi
GP Press Group, 2013), h. 1. 15Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), h. 1902. 16Laurence R. Jauch, William F. Gluek, Manajemen Strategi dan Kebijakan
Perusahaan, (Jakarta: Penerbit Erlangga), h. 12.
xxix
common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata
komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama. Akan tetapi defenisi-defenisi kontemporer
menyatakan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut,
seperti dalam kalimat “kita berbagi pikiran,” “kita mendiskusikan makna”,
dan “kita mengirim pesan.”17
Secara umum ada lima kategori fungsi (tujuan) utama komunikasi, yakni:
a. Fungsi informasi, yaitu sumber atau pengirim menyebarluaskan
informasi agar dapat diketahui penerima.
b. Fungsi mendidik, yaitu sumber menyebarluaskan informasi dalam rangka
mendidik atau mengubah struktur pengetahuan penerima.
c. Fungsi instruksi, yaitu sumber memberikan instruksi agar dilaksanakan
penerima.
d. Fungsi memengaruhi, yaitu sumber memengaruhi penerima dengan
informasi yang persuasif untuk mengubah presepsi, sikap, dan prilaku
penerima.
e. Fungsi menghibur, yaitu sumber menyebarluaskan informasi untuk
menghibur sambil memengaruhi penerima.18
17Deddy Mulyana, Pengantar Ilmu Komunikas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), h. 46. 18Alo Liliweri, Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),
h. 364.
xxx
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun
tak langsung melalui media.
a. Komunikasi tatap muka (face to face)
Dikatakan komunikasi tatap muka karena karena komunikasi
berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil
saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat
melihat dan mengkaji diri si komunikan secara langsung. Karena itu,
komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung
(direct communication). Komunikator dapat mengetahui efek
komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan/respons komunikan itu
tersalurkan langsung kepada komunikator.
b. Komunikasi bermedia
Komunikasi bermedia (mediated communication) adalah
komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan
suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan/ atau banyak
jumlahnya. Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tidak
langsung (indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus
balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator
tidak mengetahui tanggapan komunikasi dengan menggunakan media,
xxxi
komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya
sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil.19
3. Strategi komunikasi
Kata “strategi” berasal dari kata Bahasa Yunani “strategos” yang
secara harafiah berarti “keahlian militer” yang belakangan diadaptasikan
lagi ke dalam lingkungan bisnis modern. Lalu apa itu strategi komunikasi?
a. Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan dan mempromosikan suatu
visi komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang
baik.
b. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang
dilakukan berdasarkan suatu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi
komunikasi.
c. Strategi berbeda dengan taktik. Strategi komunikasi menjelaskan tahapan
konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan
teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah
satu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
d. Adalah tujuan akhir komunikasi, strategi berperan memfasilitasi perubahan
perilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen.
Karena itu, maka strategi komunikasi selalu dihubungkan dengan:
19 Onong Uchjana Efendy, Dinamika komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 7-10.
xxxii
1) Siapa saya bicara.
2) Maksud apa saya bicara
3) Pesan apa yang harus disampaikan kepada seseorang.
4) Cara bagaimana saya menyampaikan pesan kepada seseorang.
5) Bagaimana mengukur dampak pesan tersebut.20
Strategi adalah perspektif, posisi, rencana dan pola. Strategi adalah
jembatan yang menghubungkan kebijakan dengan sasaran. Strategi dan taktik
merupakan jembatan yang menghubungkan kesenjangan antara tujuan dan
alat yang dipakai untuk mencapai tujuan. Singkatnya, strategi adalah konsep
yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks dari pemikiran, ide-ide,
pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran, keahlian, memori, persepsi
dan harapan yang membimbing untuk menyusun suatu kerangka pemikiran
umum agar kita dapat memutuskan tindakan-tindakan yang spesifik bagi
tercapainya tujuan.21
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan
arah saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Demikian pula dengan strategi komunikasi merupakan paduan dari
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu
20Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada dan Serba Makna,(Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011), h. 240. 21Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada dan Serba Makna, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011), h. 239.
xxxiii
tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan,
dalam arti kata pendekatan bisa berbeda setiap waktu tergantung kepada
situasi dan kondisi.22
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan juga strategi komunikasi
dari atas ke bawah (top down). Strategi komunikasi dari atas ke bawah adalah
transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawahan
merupakan komunikasi dari atas ke bawah. Aliran komunikasi dari manajer
ke bawahan tersebut umumnya terkait dengan tanggung jawab dan
kewenangannya dalam suatu organisasi.23
4. Media
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium”. Media secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi,
media merupakan wahana penyalur informasi atau penyalur pesan. Oleh
karena itu, media bisa kita definisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan dan dari pesan pengirim ke penerima pesan sehingga
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat komunikan terhadap apa
yang disampaikan oleh komunikator.24
22Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 29. 23Febriansah92, “komunikasi”, dalam
https://febriansah92.blogspot.co.id/2013/06/komunikasi-dalam-organisasi, diakses tanggal 27 September 2017.
24Saharudin, Perkembangan Teknologi Komunikasi, (Bagu Lombok Tengah, NTB: Pustaka Akademika, 2011), h. 48.
xxxiv
Dalam teorinya Mc Luhan dalam Rahmat, media merupakan perluasan
dari alat indra manusia seperti media TV, radio, pertunjukan wayang, dan
drama. Dan diungkapkannya lagi secara operasional dan praktis, media
adalah pesan, karena media membentuk dan mengendalikan skala serta
bentuk hubungan dan tindakan manusia.25
Oleh karena itu, dalam pengertian media adalah perantara untuk
menyampaikan pesan dari komunikator ke khalayak atau masyarakat yang
akan menerima dan memberi tanggapan dari yang disampaikan.
5. Kaderisasi
Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi karena
merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa
kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi bergerak dan
melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.
Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan untuk membangun struktur kerja yang
mandiri dan berkelanjutan. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan
calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan
sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih
dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga
dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum. Bung Hatta
pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “bahwa
kaderisasi sama artimya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan
25Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.
220.
xxxv
pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam”.
Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat
dibedakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi
(subyek) dan kedua sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek
atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok
orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-
kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-
tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi,
dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan
dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan
obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa pondasi
dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang
handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis. Kegiatan
kaderisasi merupakan suatu keharusan yang mau tidak mau harus tetap
dilakukan secara berkelanjutan oleh umat Islam, hal ini agar misi dakwah
Islam tetap dijalankan dan diharapkan dapat mencapai hasil yang signifikan
pada yang selanjutnya. Tentu dalam menyampaikan materi dakwah yang
benar harus pula didukung oleh seorang pembimbing yang cakap dan yang
berpengetahuan yang luas tentang Islam, agar tidak salah dan keliru dalam
menyampaikan serta mengajarkan ajaran-ajarannya.26
26Annisalidramaribeth, “Kaderisasi”, dalam https://annisalidramaribeth.wordpress.com/2011/02/26/kaderisasi/, dikses tanggal 10 April 2017.
xxxvi
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-
langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan
pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan tertentu.27
Adapun medote yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan kualitatif deskriptif, dimana pendekatan kualitatif lebih mudah
memperoleh data atau keterangan yang lebih luas dan mendalam mengenai
hal-hal yang menjadi pokok permasalahan yang harus ditemukan
jawabannya.
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang berorientasi pada
gejala-gejala yang bersifat alamiah, karena orientasinya demikian maka
sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamian serta tidak bisa
dilakukan di laboraturium melainkan di lapangan.28
Oleh karena itu, alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif ditujukan atau diarahkan untuk menjelaskan tentang strategi
komunikasi organisasi HMI dalam kaderisasi anggota baru komisariat FISI
Mataram.
27 Sunardi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 11.
28Muhammad Ali, Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), h. 159.
xxxvii
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sangatlah di butuhkan karena
disamping akan mendapatkan informasi atau data yang sesuai dengan yang
diinginkan, juga agar bisa tau kondisi tempat peneliti melakukan penelitian.
Peneliti juga bisa mengamati langsung lokasi penelitian sebagai salah satu
untuk mengumpulkan data dan mewawancarai langsung responden yang
bisa memberikan data yang valid dan yang sesuai dengat apa yang
dibutuhkan oleh si peneliti.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah di UIN Mataram.
Di Jln. Pendidikan No. 35 Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Alasan peneliti memlilh lokasi ini karena lokasinya yang cukup dekat
dengan tempat tinggal peneliti.
4. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data itu di dapatkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode wawancara dalam mengumpulkan data-datanya
disebut informan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber, dan
berbagai cara, bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber data primer dan sumber.
xxxviii
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung
dari obyek yang akan diteliti.29 Maksudnya sumber data yang peneliti
butuhkan bisa didapatkan langsung misalnya melalui informan dan
pengumpulan data yang diinginkan oleh peneliti harus mewawancarai
orang yang berkompeten di bidangnya tetapi bisa juga mewawancarai
orang yang di luar organisasi HMI (mahasiswa dari organisasi lain,
mahasiswa biasa yang tidak ikut dalam organisasi apapun), dan pengurus
komisariat, ketua bidang, anggota HMI FISI Mataram.
b. Sumber data skunder
Sumber data skunder adalah data yang dikumpulkan dari kedua
atau dari sumber-sumber lain yang telah bersedia sebelum penelitian
dilakukan.30
Maksudnya sumber data yang diinginkan bisa didapat melalui
orang lain yang tidak terlibat dalam suatu peneleitian atau sumber-
sumber lain. Yang menjadi data dari sumber ini adalah mahasiswa biasa
yang tidak mengikuti organisasi, mahasiswa yang mengikuti organiasisi
lain artinya tidak mengikuti organisasi HMI, bisa juga melalui buku-
buku, dokumen-dokumen, arsip, jurnal dan sebagainya yang mampu
memberikan kemudahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
29Bagon Suyanton, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta:Kencana, 2007), h. 55. 30Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung : Refika Aditama, cet-2 2010), h.
28.
xxxix
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam
suatu penelitian bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti
agar mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam suatu
penelitian.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode observasi, wawancara
dan metode dokumentasi.
a. Metode Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja sistematik tentang
fenomena sosial dari gejala-gejala psikis dengan cara pengamatan dan
pencatatan.31 Observasi dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Observasi partisipan yaitu, pengamat ikut serta dalam kegiatan
penelitian, seakan merupakan bagian dari mereka.
2) Observasi non partisipan adalah pengamat diluar subjek yang diamati
dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka.32
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi
non partisipan, karena peneliti datang ke lokasi penelitian untuk
mengamati aktivitas yang berada di lokasi penelitian. Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan
31Husaini Husman dan Purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 54.
32Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 67.
xl
pencatatan ini dilakukan ditempat terjadi atau berlangsungnya
peristiwa, kemudian peneliti mencatat semua kejadian yang ada
terutama yang berkaitan dengan judul yang peneliti angkat.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara (interview) adalah cara pengumpulan data
dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penelitian.33 Wawancara secara garis besar
dibagi menjadi dua, yaitu wawancara tak struktur dan wawancara
terstruktur:
1) Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara
mendalam, wawancara intesif, wawancara kualitatif.
2) Wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku yang
susunan pertanyaannya sudah di tetapkan sebelumnya (biasanya
tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang sudah ada.
Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara tak struktur,
maksudya wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya tidak tersusun
dan tidak dipersiapkan terlebih dahulu secara ketat, penulis
menggunakan teknik ini agar peneliti dapat secara bebas dan leluasa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan bebas pula dan suasana
menjadi hidup tetapi tidak menyimpang dari apa yang diteliti.
Dengan menggunakan teknik ini, penulis mengharapkan
33Marzuki, Metode Riset, (Yogyakarta: BPFE-UI, 2000), h. 62.
xli
memperoleh data dan informasi yang sebanyak-banyaknya yang ada
kaitannya dengan apa yang diteliti Dalam metode ini peneliti akan
melakukan wawancara dengan Ketua Bidang dan Pengurus
Komisariat, anggota organisasi HMI FISI Mataram.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, karya ilmiah surat kabar
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.34
Peneliti menggunakan metode dokumentasi maksudnya untuk
mendapat informasi seperti dukumen-dokumen atau catatan penting yang
meliputi sejarah berdirinya, sturuktur kepengurusannya, sistem
kaderisasinya, dan sebagainya. Dokumentasi yang dimaksud adalah
laporan tertulis suatu peristiwa dan tulisan dengan sengaja untuk
menyimpan dan meluruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.
Dokumentasi bisa berupa arsip, proposal, jurnal ataupun agenda kegiatan
organisasi HMI Komisariat FISI Mataram. Data yang ingin peneliti
dapatkan dari metode dokumentasi adalah sejarah, profil HMI, tentang
pengkaderan, dan program-program dalam meningkatkan kualitas
mahasiswa.
34Ari Kunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Surakarsa:
Bineka Cipta, 2002), h. 206.
xlii
6. Analisi Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikannya. Untuk
menganalisa data yang diperoleh penulis mempergunakan metode deskriptif
analisis artinya data yang berupa ucapan, tulisan perilaku yang dapat
diperoleh dalam penelitian dilaporkan secara kualitatif untuk memperoleh
kesimpulan.35
Peneliti menggunakan analisis data ini merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memecahkan atau mengolah hasil pengumpulan data
untuk memperoleh kesimpulan dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Suatu data bisa dikatakan vaild apabila ada hasil yang sesuai
dengan kondisi ril atau yang sebenarnya yang ditemukan peneliti ketika
berada dilapangan setelah melakukan analisis dengan seksama. Dalam
melakukan pengecekan keabsahan data dan informasi dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan beberapa tehnik uji kesahihan data dan informasi
yaitu:
35Robert Bodan. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Suatu Pendekatan
Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h. 80.
xliii
a. Pemeriksaan teman sejawat
Pemeriksaan teman sejawat maksudnya dilakukan dengan jalan
berdiskusi dengan teman-teman yang sedang melakukan penyusunan
skripsi untuk menilai, memberikan komentar dan memberikan masukan
kritik dan saran terhadap kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini.
Dan untuk memperbaiki kesalahan- kesalahan yang terdapat pada
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
b. Triangulasi
triangulasi yaitu dengan mencari hasil penelitian yang dilakukan
dimasa lampau kemudian membandingkan dengan hasil yang diperoleh.
Selain dari itu hasil pengamatan yang didapatkan akan dibandingkan
dengan hasil wawancara yang didapatkan dari informan.
Jika terjadi perbedaan, maka peneliti perlu menanyakan langsung
apa alaasanya sehingga hasil yang diperoleh berbeda. akan tetapi,
apabila terjadi kesamaan peneliti tidak menganggap adanya persamaan
sudut pandang, pendapat, tingkat intlektual dan lain sebagainya. Dengan
demikian setelah peneliti mengetahui alasan-alasan tersebut barulah
timbul kepercayaan peneliti terhadap keabsahan data tersebut.
c. Kecukupan refrensi
Untuk mencukupi referensi yang ada, maka peneliti perlu
melakukan berbagai hal di antaranya yaitu:
xliv
1) Peneliti mencari buku dan mendapatkannya dengan judul penelitian
sebagai bahan perbandingan antara kajian teori dengan temuan,
2) Mendapatkan bahan-bahan dokumentasi dan catatan penting
lapangan yang tersimpan, digunakan oleh peneliti untuk menguji
kebenaran antara data atau informasi dengan kesimpulan hasil
penelitian.
xlv
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah HMI Komisariat FISI Mataram
Berawal dari pemekaran dari Komisariat Tarbiyah kampus dua UIN
Mataram dan kendala akses lalu tempat yang agak jauh dari lokasi kampus
satu UIN Mataram jadi, ada beberapa orang yang menjadi pemerkasa
berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FISI Mataram
yaitu 3 mahasiswa UIN Mataram adalah Sahlan, Muzakir, Taufik. Dulu
komisariat ini menjadi komisariat persiapan karena anggotanya yang masih
sedikit, kemudian orang tiga inilah yang mencari dan mendata kader-kader
yang pernah Latihan Kader (LK) dimanapun yang ada di cabang Mataram
untuk terlibat dalam pembentukan komisariat UIN Mataram.
Dulu pernah terjadi polemik karena ada dua Fakultas dalam
Komisariat FISI Mataram yaitu Fakultas Syariah dan Ekonomi dan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dalam komisariat ini yang lebih
dominan adalah tentang ilmu-ilmu sosial oleh sebab itu nama FISI sendiri
meniru dari nama komisariat FIIS yang ada di IKIP Mataram tetapi
ditambahkan Islam karena memang kampus yang latar belakangnya
tentang Islam menjadi Komisariat FISI (Fakultas Ilmu Sosial Islam).
xlvi
Barulah pada tanggal 14 Oktober 2011 HMI Komisariat FISI Mataram di
bentuk dan menjadikan Sahlan sebagai ketua umumnya.
Sebelumnya jauh sebelum itu sudah terbentuk HMI Komisariat
Tarbiyah di kampus II. Salah satu alasan terbentuknya organisasi HMI di
kampus I yaitu karena kendala akses dan jarak antara kampus I dengan
kampus II cukup jauh maka tidak memungkinkan untuk tetap berada di
satu lokasi. Pada fase pembangunan melakukan pengumpulan terhadap
kader-kader yang pernah ikut LK dimanapun di cabang Mataram untuk
membuat kegiatan atau agenda. Sejak 5 tahun terakhir komisariat FISI
Mataram berdiri, banyak proses dinamika kaderisasi yang terjadi, dan
setiap tahun selalu mentargetkan lebih untuk mahasiswa baru yang
mendaftarkan diri dalam organisasi HMI Komisariat FISI Mataram untuk
menjadi anggota kemudian ikut dalam kegiatan Latihan Kader (LK). Dulu
pada saat pembentukan Komisariat FISI Mataram.
Pada saat bersamaan juga pernah dibentuk yang namanya Korps
HMI-Wati (KOHATI). KOHATI merupakan badan khusus HMI yang
bertugas membina, mengembangkan, dan meningkatkan potensi HMI-Wati
dalam wacana dan dinamika gerakan perempuan. Juga merupakan wahana
untuk mengakomodir potensi dan menampung aspirasi para HMI-Wati
Komisariat FISI Mataram. Tapi berdirinya KOHATI tidak bertahan lama
hanya 3 tahun karena HMI-wati yang kurang pada saat itu dan diharapkan
akan terus ada nantinya.
xlvii
2. Profil HMI Komisariat FISI Mataram
a. Struktur Kepengurusan Organisasi HMI Komisariat FISI Mataram
Pengurus di HMI Komisariat FISI Mataram merupakan amanah
secara struktural yang diberikan pada anggota HMI, sama seperti
dengan HMI secara umum. Pengurus komisariat dilantik oleh pengurus
cabang, berdasarkan rekomendasi struktur kepengurusan dari ketua
umum terpilih atau mandataris Rapat Anggota Komisariat (RAK).
Kepengurusan merupakan elemen yang paling bertanggung jawab
menjalankan roda organisasi. Pengurus selain bertangung jawab
menjalankan roda organisasi secara formal HMI, pengurus HMI
Komisariat FISI Mataram juga harus menjaga nila-nilai di komisariat.
Pengurus HMI Komisariat FISI Mataram diposisikan oleh anggota-
anggota yang sudah cukup memiliki pengetahuan mengenai komisariat.
Hal tersebut dikarenakan setiap anggota yang akan menjadi pengurus
harus mengalami proses belajar di komisariat selama satu tahun 6 bulan
rata-rata. Jarak waktu selama itu merupakan jarak dari seorang
mahasiswa baru mengenal HMI dan ikut bergabung dengan HMI.
Komisariat memandang dengan jarak selama itu seorang mahasiswa
yang nanti akan menjadi pengurus di HMI Komisariat FISI Mataram
sudah memiliki komitmen ber-HMI. Komitmen pengurus harus dapat
ditunjukkan dengan loyalitas tinggi terhadap komisariat. Pembagian
xlviii
bidang di HMI Komisariat FISI Mataram sesuai dengan kebutuhan
komisariat dan berdasarkan konstitusi.
Penelitian Pengembangan Pembinaan Anggota (P3A),
Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP),
Kewirausahaan Pengembangan Profesi (KPP), Pemberdayaan
Perempuan (PP). Seluruh bidang tersebut dipimpin oleh seorang Ketua
Umum dan bidang-bidang tersebut sejajar dengan Sekertaris Umum
(Sekum) dan Bendahara Umum (Bendum). Setiap bidang terdiri dari
satu orang Ketua Bidang (Kabid) dan beberapa anggota bidang
(Departemen). Yang termasauk dalam bidang departemen yaitu
Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Data Anggota, Diklat
Anggota, Kepemudaan, kemahasiswaan. Setiap bidang diperbantukan
oleh satu Wakil Sekretaris Umum (Wasekum).
b. Visi dan Misi
Setiap tahun dalam pergantian kepengurusan visi misinya selalu
berbeda. Tetapi tujuan HMI tetap satu yaitu: “Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam, dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah swt”. Visi misi yang diangkat oleh ketua umum sekarang
yaitu CERKAP (Cerdas, Kreatif, Amanah, Produktif).
1) Cerdas maksudnya melakukan kajian, diskusi, seperti kader
mempunyai kegiatan fokus kajian misalnya dalam bidang nilai
xlix
dasar perjuangan (NDP) dan melakukan fokus kajian lainnya atau
apa saja yang bermanfaat yang bisa menambah wawasan para kader
dalam mengasah kecerdasannya. Dan juga untuk meningkatkan
kecerdasan para anggota diadakan yang namanya baca buku yang
dibawa oleh para anggoata itu sendiri dan dibaca selama 15 menit
setelah itu mereka melakukan diskusi apa yang telah mereka baca
dann menjadi salah satu cara membuat para anggota menjadi
cerdas.
2) Kreatif maksudnya bagaimana cara untuk melatih keterampilan
atau skill misalnya dalam hal desain grafis, membuat pin atau bros
dan lain-lain.
3) Amanah maksudnya bagaimana agar tetap selalu istiqomah. Dari
program kerja misalnya diskusi yang diadakan wajib setiap hari
senin dan kamis entah itu kegiatan rapat atau lain sebagainya yang
penting tetap istiqomah dan amanah dalam menjaga nilai-nilai HMI
itu sendiri.
4) Produktif maksudnya mendukung atau membantu kegiatan usaha
yang dilakukan oleh kader HMI entah itu melalui materi ataupun
moril.36
36M. Asrul Apriadi, Wawancara, Mataram, 13 September 2017.
l
3. Program Kerja HMI Komisariat FISI Mataram
Setiap bidang kepengurusan di HMI Komisariat FISI Mataram
bergerak saling mendukung satu sama lain. Bidang-bidang di HMI
Komisariat FISI Mataram sudah memiliki karakter bidang yang melekat.
Karakter bidang tersebut diwariskan secara kultural. Kenyataan tersebut
mengakibatkan pengurus HMI Komisariat FISI Mataram jarang mengkaji
konstitusi HMI. Bidang-bidang dikepengurusan memiliki peranan masing-
masing secara khusus untuk mendukung gerakan komisariat, peran tersebut
sesuai dengan kompetensi bidang. Masing-masing kepengurusan dalam
organisasi HMI Komisariat FISI Mataram mempunyai program kerja
sendiri yaitu:
a. Bidang P3A (Penelitian Pengembangan dan Pembinaan Anggota)
Program kerjanya yaitu komunitas binaan kepada kader-kader
HMI seperti komunitas binaan berbahasa inggris, menulis, dan kajian.
Program inilah yang di kembangkan atau dibina oleh P3A sekaligus
melakukan penelitian sejauh mana kompetensi dari kader-kader yang
telah dibina tersebut sebelum naik menjadi kepengurusan. Bidang
Penelitian Pengembangan dan Pembinaan Anggota merupakan
representasi dari jiwa sosial. Pengetahuan di bidang ini ditujukan untuk
mengembangkan bentuk dari kepribadian anggota. Kepribadian anggota
yang diinginkan adalah kepribadian yang berjiwa sosial, bukan
kepribadian individualis. Kepekaan anggota terhadap persoalan-
li
persoalan sosial dibentuk sejak anggota-anggota mengenal HMI
Komisariat FISI Mataram. Skenario mengenai pembentukan anggota
merupakan peran dari bidang pembinaan anggota di kepengurusan.
Setelah bidang ini menskenariokan sesuai dengan nilai-nilai
dikomisariat, barulah bidang P3A mensosialisasikan kepada bidang-
bidang lainnya untuk di implementasikan sesuai dengan kompetensi
bidang. Selain itu, bidang P3A juga berperan menjaga hubungan
silahturahmi di internal komisariat. Bidang ini merupakan bidang yang
paling bertanggung jawab dengan pembinaan anggota. Keaktifan bidang
ini dituntut untuk dekat dengan calon anggota maupun anggota
komisariat. Pembinaan harus dilakukan secara berkala, baik pembinaan
secara formal maupun informal. Nilai-nilai yang terdapat di komisariat
akan dikenalkan di awal, serta diberikan pemahaman terhadap para
calon anggota melalui bidang pembinaan anggota.
b. Bidang Bendum (Bendahara Umum)
Program kerjanya yaitu mengenai keuangan, perlengkapan, dan
harta benda dan mengontrol segala sumber dana-dana yang ada
misalnya dari alumni, dari uang iuran anggota, uang sukarela, yang
mengembangkan yang sifat-sifatnya seperti bagaimana keuangan agar
tetap berjalan dan tetap menstabilkan keuangan.
lii
c. Bidang Sekum (Sekertaris Umum)
Program kerjanya mengenai hal administrasi dan
kesekretariatan, data-data yang ada mengenai berkas-berkas HMI
dikerjakan oleh sekertaris umum dan dibantu oleh depertemennya.
Bidang Sekertaris Umum (Sekum) merupakan dari representasi jiwa-
jiwa ritualitas. Jiwa ritualitas yang dimaksud adalah sebagai penggerak
kerja-kerja khusus dan secara rutin dilakukan. Pengetahuan yang
terdapat di bidang Sekertaris Umum digunakan sebagai penghubung
antara setiap bidang yang ada di kepengurusan. Begitu juga dengan
fungsi-fungsi organisasi dan keprotokoleran organisasi, maka bidang
Sekertaris Umum merupakan bidang yang paling bertanggung jawab.
Peran Sekertaris Umum sangat berguna untuk penjadwalan setiap
agenda komisariat, serta juga Sekertaris Umum merupakan sentral
informasi komisariat. Setelah informasi-informasi yang masuk ke daftar
Sekertaris Umum, maka Sekertaris Umum dituntut untuk dapat
memanejemen setiap informasi untuk keberlangsungan komisariat.
Peran penghubung Sekertaris Umum tidak hanya meliputi internal
komisariat, melainkan meliputi eksternal komisariat juga. Khusus dalam
hal gerakan komisariat, bidang Sekertaris Umum sangat berguna untuk
menjadi penghubung komisariat secara administrasi ke jaringan
organisasi yang dimiliki komisariat. Bidang Sekertaris Umum juga
bertanggung jawab untuk meluaskan informasi terkait dengan sikap-
liii
sikap komisariat. Informasi yang disebarluaskan untuk menggalang
kekuatan komisariat.
d. Bidang KPP (Kewirausahaan Pengembangan Propesi)
Program kerjanya fokus kepada melatih skill atau mengasah
kemampuan kader-kader yang ada, misalnya ada anggota yang punya
bakat dalam hal menulis (cerita, novel, puisi, dan lain-lain), kajian,
usaha apapun itu nanti bisa didistribusikan oleh KPP untuk lebih
mengasah kemampuan kader tersebut. Bidang kewirausahaan dan
pengembangan profesi (KPP) sebelumnya adalah bidang kekaryaan.
Perubahan di konstitusi HMI mengharuskan bidang ini sekarang
bernama KPP. Konsep dari bidang KPP bertujuan mendorong minat
kader untuk berwirausaha dan membentuk kader untuk memiliki
keahlian khusus, supaya ke depannya dapat menjadi profesi kader. Di
HMI Komisariat FISI Mataram, gambaran dari bidang KPP
menggunakan konsep Bidang Kekaryaan. Bidang Kekaryaan di
tafsirkan di HMI Komisariat FISI Mataram sebagai bidang yang
merepresentasikan jiwa estetik dan kreativitas, serta mengembangkan
produksi budaya alternatif. Menggali potensi manusia dan membangun
sumber daya manusia yang penuh dengan kreativitas menjadi tugas
bidang KPP. Kontribusi bidang KPP dalam gerakan HMI Komisariat
FISI Mataram memainkan peran yang khas. Gerakan bidang ini lebih
menekankan pada kreativitas.
liv
e. Bidang PTKP (Perguruan tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda)
Program kerjanya fokus kepada Bidang eksternal yang dimiliki
oleh HMI untuk melakukan konsolidasi, konspirasi, dan fokus kajian.
Misalnya melakukan komunikasi terhadap organisasi lain, melatih para
kader dalam demo atau orasi untuk menambah mental mereka didepan
umum, melakukan bakti sosialkepada masyarakat (membagikan baju
dan buku bekas yang masih layak pakai). Bidang Perguruan Tinggi
Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) merupakan representasi jiwa
pejuang. Stimulus untuk melakukan perjuangan, menegakkan kebenaran
dan keadilan, serta membangun struktur dan pola-pola gerakan menjadi
tanggung jawab dari bidang PTKP. Pengetahuan yang terdapat di
bidang PTKP digunakan untuk menjelaskan perubahan sosial dan
rekayasa sosial. Begitu juga dengan aksi-aksi massa atau demontrasi
yang dilakukan komisariat, bidang ini yang memegang komando di
lapangan. Bidang PTKP juga merupakan bidang yang mengurusi
persoalan yang berhubungan dengan eksternal komisariat. Peran dan
fungsi eksternal yang harus dijalankan bidang PTKP adalah mengurus
persoalan-persoalan politik di tingkatan organisasi mahasiswa (pemilu,
musyawarah departemen), sebagai tim lobi dari komisariat untuk
mempengaruhi kebijakan-kebijakan, membangun hubungan dengan
organisasi-organisasi lain, menghadiri undangan-undangan sebagai
representasi dari organisasi. Selain memiliki peran dan fungsi sebagai
lv
bidang eksternal, bidang ini juga memiliki peran dan fungsi di internal
organisasi. Peran dan fungsi internal dari bidang ini adalah
meningkatkan kajian-kajian pengetahuan yang dapat membangkitkan
daya kritis calon anggota, serta meningkatkan daya intelektualitas calon
angota.
f. Bidang Keuangan Logistik
Bidang Kuangan dan Logistik (Keulog) merupakan representasi
jiwa pekerja. Pekerja yang dimaksud merupakan pelaksana harian yang
bertugas untuk menghasilkan materi untuk keberlangsungan kebutuhan
komisariat. Bidang Keulog dituntut untuk mencari sumber-sumber
materi yang dapat menghasilkan. Materi yang dikumpulkan bukan
untuk milik pribadi, melainkan materi untuk berlangsungnya gerak
komisariat. Sumber-sumber untuk menghimpun materi yang biasa
digunakan Bidang Keulog adalah bantuan dari alumni, iuran
kepengurusan, iuran anggota, serta usaha-usaha komisariat. Sesuai nilai
yang terdapat di HMI Komisariat FISI Mataram, komisariat sangat tidak
membenarkan jika kepengurusan mencari dana kepada pengusaha-
pengusaha pasar dan elit politik. Hal tersebut untuk menghindarkan
masuknya kepentingan ke komisariat dan menghindarkan anggota dari
watak-watak pragmatis. Sangat disarankan jika terkait dengan
lvi
permintaan bantuan dana, permintaan itu ditujukan pada alumni-alumni
yang berasal dari HMI Komisariat FISI Mataram.37
4. Keanggotaan dan Masa Keanggotaan
a. Kenggotaan
1) Anggota Muda, adalah mahasiswa islam yang menuntut ilmu
diperguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang telah mengikuti
Masa Perkenalan Calon Anggota (Maperca) dan ditetapkan oleh
pengurus cabang.
2) Anggota Biasa, adalah anggota muda atau mahasiswa islam yang
telah dinyatakan lulus mengikuti Latian Kader I (Basic Training).
3) Anggota Kehormatan, adalah orang yang berjasa kepada HMI.
Mekanisme penetapan Anggota Kehormataan diatur dalam
ketentuan tersendiri.
b. Masa Keanggotaan
1) Masa keanggotaan Anggota Muda berakhir 6 (enam) bulan sejak
Maperca.
2) Masa keanggotaan anggota biasa adalah sejak dinyatakan lulus LK
I (Latihan Kader) Hingga 2 (dua) tahun setelah berakhirnya masa
studi S1 dan hingga 1 tahun untuk S2 dan S3.
3) Anggota biasa yang habis masa keanggotaannya saat menjadi
pengurus diperpanjang masa keanggotaannya sampai selesai masa
37 Sunardi, Wawancara, Mataram, 27 September 2017.
lvii
kepengurusannya (dinyatakan demisioner), setelah itu dinyatakan
habis masa keanggotaannya dan tidak dapat menjadi pengurus lagi.
4) Anggota biasa yang melanjutkan studi ke strata perguruan tinggi
yang lebih tinggi atau sama lebih dari dua tahun sejak lulus studi
sebelumnya tidak sedang diperpanjang masa keanggotaan karena
menjadi pengurus maka masa keanggotaan tidak diperpanjang lagi
(berakhir).38
B. Strategi Komunikasi Dalam Kaderisasi Anggota Baru HMI Komisariat
FISI Mataram dan Tahapannya
1. Secara Langsung (Face to Face)
Saat perekrutan calon anggota, kader HMI komisariat FISI Mataram
biasanya melakukan sosialisasi dan menjelaskan tentang HMI. Dan juga
sebisa mungkin meyakinkan calon anggota untuk mau bergabung dengan
organisasi HMI. Biasanya perekrutan ini dilakukan melalui pertemanan,
kekeluargaan dan kekerabatan.
2. Secara Tidak Langsung (Melalui Media)
Selain melakukan sosialisasi kepada mahasiswa atau calon anggota,
kader HMI juga menyebarkan informasi melalui media seperti: membuat
spanduk dengan ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru,
membuat pamflet, dan menyebarkan informasi melalui media sosial
seperti facebook.
38 M. Ilmi, Wawancara, Mataram, 21 Oktober 2017.
lviii
selain itu juga ada strategi komunikasi yang digunakan oleh HMI
Komisariat FISI Mataram diantaranya:
a. Strategi pra kondisi maksudnya membangun kesadaran berorganisasi atau
menjadi aktivis pada kalangan mahasiswa dan memotivasi mahasiswa
tentang bagaimana orang berorganisasi dan supaya mahasiswa sadar
bahwa berorganisasi juga penting untuk mengasah potensi fitriah manusia
sebagai makhluk sosial yang dikesankan oleh agama islam dengan
kewajiban membangun hablumminannas sebagai satu kesatuan dengan
hablumminallah.
b. Strategi komunikasi tebar jala, maksudnya kader turun langsung
kelapangan untuk mencari calon anggota yang mau direkrut secara
bersama, dimana itu bersifat kelompok dan nantinya akan diseleksi satu
per satu. Kemudian kader memperkenalkan HMI kepada mahasiswa dan
memasukkan mereka dalam lingkungan HMI, strategi ini dimulai dengan
upaya memperkenalkan HMI melalui penciptaan citra yang menarik
tentang HMI kepada sebanyak mungkin mahasiswa. Sosialisasi
pencitraan yang positif diharapkan menjadi sarana yang memudahkan
untuk membangun kedekatan dengan mahasiswa dan secara perlahan
memasukkannya ke dalam lingkungan HMI.
c. Strategi tombak, maksudnya disini saatnya pengurus mengkader atau
tahap merubah status calon anggota menjadi anggota biasa. Agenda yang
dilakukan seperti MAPERCA (Masa Perkenalan Calon Anggota) sebagai
lix
gerbang awal untuk merekrut anggota muda dan agenda LK (Latihan
Kader) I untuk merekrut kader agar mendapatkan status anggota biasa.
Kemudian agar mendapatkan status anggota biasa, para calon anggota
harus mengikuti LK (Latihan Kader) I.39
C. Tahapan-Tahapan HMI Komisariat FISI Mataram Dalam Kaderisasi
Anggota Baru
1. Rekrutmen
a. Sekitar satu setengah bulan sebelum pembukaan stand pendaftaran
ketua umum mengeluarkan surat keputusan kepanitiaan. Setelah surat
keputusan dikeluarkan barulah panitia membuka stand. Ketika
membuka stand biasanya panitia membuat pamflet untuk dipajang di
kampus, di pamflet itu biasanya ditaruh profil senior-senior HMI yang
sudah sukses di kancah nasional sebagai salah satu strategi agar
mahasiswa tertarik utuk mendaftarkan dirinya.
b. Saat pembukaan stand, panitia juga biasanya melakukan sosialisasi
atau mengobrol bareng bertatap muka secara langsung kepada
mahasiswa biasanya dilakukan pada saat jam pelajaran istirahat untuk
menyampaikan secara terperinci HMI itu sperti apa dan meyakinkan
mahasiswa agar mau ikut dalam organisasi HMI tersebut.
c. Setiap saat perekrutan anggota baru biasanya pengurus menyuruh satu
kader membawa dua atau tiga orang sebagai calon anggota dan itu
39 Basirun, Wawancara, Mataram, 10 Oktober 2017.
lx
dilakukan dalam setiap perekrutan berlangsung dan sudah menjadi
tradisi dalam organisasi yang ada di Komisariat UIN Mataram untuk
menjaga ke eksistensian organisasi HMI khususnya di kampus UIN
Mataram.
2. Maperca (Masa Perkenalan Calon Anggota)
a. Panitia melakukan sosialisasi informasi kepada mahasiswa yang sudah
mendaftarkan diri sebagai calon anggota bahwa akan dilaksanakannya
MAPERCA. Informasi disebarkan melalui selebaran, sosial media,
dan lain-lain.
b. Selama memberikan informasi kepada mahasiswa secara umum,
kemudian panitia melakukan komunikasi secara persuasif maksudnya
meyakinkan kepada calon anggota untuk ikut dalam MAPERCA dan
nantinya mau bertukar pikiran sesama calon anggota agar lebih
mengenal satu sama lain. Kemudian mengumpulkan calon anggota
untuk dieberikan arahan atau gambaran tentang HMI sebelum masuk
ke ranah pengajaran selanjutnya.
3. LK (Latihan Kader) I
a. Penyampain materi yang dilakukan oleh Badan Pengelola Latihan
(BPL) yang wajib dilakukan pada setiap melakukan LK I seperti
mengenai sejarah, konstitusi HMI, Kepemimpinan Menejemen dan
Organisasi (KMO), Nilai Dasar Perjuangan (NDP) agar para calon
anggota lebih tahu dan mengenal tentang HMI.
lxi
b. Badan pengelola latihan (BPL) akan memberikan semacam motivasi,
bayangan berpikir kepada calon anggota supaya nanti saat berada di
dalam maupun luar kampus ada sebagai nilai tambahan calon anggota
dan agar terbiasa saat berbicara didepan umum atau orang banyak.
Setelah itu diadakan pengevaluasian oleh panitia untuk calon anggota
apa-apa yang sudah diberikan oleh pemateri dan sejauh mana
pengetahuan calon anggota mengenai HMI.
D. Hambatan Komunikasi Dalam Kaderisasi Anggota Baru HMI
Komisariat FISI Mataram
Hambatan komunikasi yang dihadapi pada saat kaderisasi anggota baru
HMI Komisariat FISI Mataram ada dua yaitu: faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor internal: saat melakukan sosialisasi kepada mahasiswa, sebagian
kader ada juga yang kurang pandai berkomunikasi dengan benar dan
terkadang tidak sesuai dengan apa yang diinginakan. Dan terkadang
mahasiswa tidak merespon apa yang telah disampaikan oleh kader dalam
mensosialisasikan tentang HMI itu sendiri. Dan lemahnya sistem
sosialisasi ke mahasiswa baru yang sifatnya sporadis (mendadak) dan
tidak berkelanjutan. Penyampaian informasi melalui media seperti
spanduk, pamflet seringkali tidak berjalan sesuai harapan, karena
terkadang mahasiswa mengabaikan dan menghiraukan hal-hal yang
menurutnya kurang penting.
lxii
2. Faktor eksternal: saat para kader sosialisai kelapangan mengenai HMI,
banyak mahasiswa yang beranggapan kalau mengikuti organisasi itu akan
menghambat perkuliahannya, tetapi banyak juga yang membuktikan bisa
wisuda tepat waktu meskipun mengikuti sebuah organisasi. Dan salah
satunya persaingan beberapa organisasi yang mempunyai sistem yang
sama.
lxiii
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Strategi Komunikasi HMI UIN Mataram Dalam Kaderisasi
Anggota Baru
Organisasi HMI Komisariat FISI Mataram menggunakan strategi
komunikasi secara langsung (face to face) dan komunikasi tidak langsung
(media).
1. Secara Langsung (Face to Face)
Saat perekrutan calon anggota, kader HMI komisariat FISI Mataram
biasanya melakukan sosialisasi dan menjelaskan tentang HMI. Dan juga
sebisa mungkin meyakinkan calon anggota untuk mau bergabung dengan
organisasi HMI. Biasanya perekrutan ini dilakukan melalui pertemanan,
kekeluargaan dan kekerabatan.
a. Pertemanan
Kader HMI Komisariat FISI Mataram melakukan perekrutan
melalui perkenalan antara kader dengan calon anggota, seperti
memperkenalkan identitas diri masing-masing ketika berada di kampus
maupun diluar kampus. Ketika satu sama lain saling mengenal, maka
kader akan dengan mudah memperkenalkan HMI pada calon kader.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Sunardi:
Kalau berbicara strategi mungkin sama dengan komisariat yang ada kampus UIN Mataram, karena kita memang lebih mendekatkan pada
lxiv
hubungan emosional atau pertemanan. Dan kalau kita kenal kan mudah untuk mengajak mereka, tentunya dengan memberikan gambaran bahwa dalam HMI kita diajarkan berbagai hal.40 Pengurus HMI Komisariat FISI Mataram meyakini bahwa
rekrutmen dengan pertemanan dianggap cukup efektif, efisien dan
maksimal. Organisasi manapun, demikian pula HMI, yang melakukan
rekrutmen dengan cara pertemanan akan bertahan lebih lama. Calon
anggota saat aktif di organisasi HMI akan lebih bertahan lebih lama,
karena adanya ikatan emosional yang telah dibangun.
b. Kekeluargaan dan Kekerabatan
Hubungan kekeluargaan dan kekerabatan itu sangat mudah
untuk untuk melakukan perekrutan, karena calon anggota itu sudah
mengetahui terlebih dahulu dari keluarganya mengenai organisasi HMI,
misalkan ketika bapak, ibu dan saudaranya adalah anggota sebuah
organisasi. Jadi, calon anggota tersebut mudah untuk direkrut ketika
berbincang-bincang dengan orang yang melakukan rekrutmen.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Selamet Satriadi:
Saya masuk HMI awalnya bukan karena tau HMI itu organisasi pengkaderan, tapi saya masuk HMI karena memang kebanyakan sahabat atau kerabat saya itu HMI semua, jadi ketika ada perekrutan saya langsung siap bergabung dengan HMI, karena ingin mengikuti jejak sahabat dan kerabat saya.41
40 Sunardi, Wawancara, Mataram, 9 November 2017. 41 Selamet Satriadi, Wawancara, Mataram, 9 Nopember 2017.
lxv
2. Secara tidsak langsung (Media)
Dalam menyampaikan informasi perekrutan pada mahasiswa, kader
HMI menggunakan media informasi melalui spanduk, pamflet yang dibuat
oleh kader dan disebarkan kepada mahasiswa di kampus.
Seperti yang dikatakan oleh Gifar Ilham:
Pertama biasanya kita buat spanduk dan pamflet, terkadang ditempel dan dan disebarkan untuk menarik minat mahasiswa untuk bergabung dalam organisasi HMI.42
Dengan adanya spanduk dan pamphlet, mahasiswa baru mengetahui
bahwa HMI Komisariat FISI Mataram sedang melakukan rekrutmen. Bagi
mahasiswa yang berkenan mengikuti, dipersilahkan menghubungi konta
person yang tertera di pamflet, atau langsung mendatangi stand
pendaftaran. Kader harus pandai-pandainya dalam menempelkan pamphlet
pada titik-titik tertentu agar mudah dilihat oleh mahasiswa.
selain itu juga ada strategi komunikasi yang digunakan oleh HMI
Komisariat FISI Mataram diantaranya: strategi komunikasi pra kondisi, tebar
jala, dan tombak.
a. Pra kondisi maksudnya jauh sebelum melakukan perekrutan pengurus
harus memberikan informasi secara detail menyangkut alur perekrutan
kepada calon anggota yang mau direkrut.selain itu juga harus membangun
kesadaran mahasiswa mengenai pentingnya berorganisasi agar kemampuan
42 Gifar Ilham, Wawancara, Mataram, 9 November 2017.
lxvi
intlektualnya semakin bertambah. Kemudian melakukan sosialisasi
sesering mungkin kepada mahasiswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Sunardi:
Jauh sebelum melakukan perekrutan calon anggota, kita biasanya melakukan evaluasi terhadap kader-kader yang ada dan membahas apa yang perlu dibahas dalam persiapan melakukan persiapan, seperti memberikan informasi sesering mungkin kepada mahasiswa.43 Jadi informasi yang diberikan haruslah secara intens dan sesering
melakukan sosialisasi kepada mahasiswa. Informasi yang berikan oleh
HMI Komisariat FISI Mataram bisa melalui spaduk ucapan selamat
datang, pamflet, dan bisa juga para kader mengenalkan HMI kepada
mahasiswa
b. Tebar jala maksudnya semua kader yang yang ada di HMI Komisariat FISI
Mataram serempak turun ke lapangan untuk mensosialisaikan tentang HMI
kepada mahasiswa sekaligus mencari dan melakukan seleksi terhadap
calon anggota yang direkrut. Sehingga kader harus menyiapkan
kemampuan berkomunikasinya dengan sangat baik dan mau tidak mau
harus siap dengan kondisi yang ada dilapangan, artinya meskipun kader
tidak mendapat respon dari mahasiswa harus tetap menererima resiko yang
ada.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Ilmi:
Pada saat mau merekrut calon anggota kita kerahkan semua kader ke lapangan untuk melakukan sosialiasi tentang HMI dan mencari calon anggota. Kemudian kader HMI harus menampilkan hal-hal yang positif
43Sunardi, Wawancara, kekalek 18 Nopember 2017.
lxvii
seperti berkomunikasi dengan bagus dan itu akan membuat mahasiswa tertarik untuk masuk HMI.44
Dengan demikian kader yang melakukan sosialisasi tentang HMI
kepada mahasiswa diharapkan agar mampu menarik calon anggota
sebanyak-banyaknya untuk ikut dalam organisasi HMI Komisariat FISI
Mataram.
c. Strategi tombak maksudya pengurus melakukan pengkaderan terhadap
anggota atau merubah status calon anggota menjadi anggota biasa. Jadi
komunikasi yang dibangun bersama calon kader ini haruslah sangat intens,
baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung seperti melalui
media sosial, membangun keakraban dan emosional yang dekat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Fahri Rahman:
Saat pengkaderan dengan merubah status calon anggota menjadi anggota biasa, kita harus mempersiapkannya dengan matang setelah calon anggota menjadi anggota kita juga memfasilitasi berbagai hal tentang keilmuan atau buku-buku yang mereka perlukan baik itu dalam perkuliahan atau hanya bacaan untuk menambah kapasitas intelektual mereka dan agar mereka betah didalam organisasi tersebut.45
Jadi segala sesuatu yang di agendakan harus dipersiapkan dengan
matang-matang agar nantinya tidak terjadi kesalahan, begitu juga dengan
organisasi HMI Komisariat FISI Mataram saat kader mau merubah status
calon anggota menjadi anggota biasa harus dipersiapkan dengan matang
acaranya, dan juga pengurus harus memfasilitasi para anggota dengan bacaan-
bacaan buku supaya anggota betah berada di organisasi HMI.
44 Muh. Ilmi, Wawancara, Ampenan, 20 Nopember 2017. 45 Fahri Rahman, Wawancara, jempong, 17 Nopember 2017.
lxviii
HMI Komisariat FISI Mataram mempunyai strategi khusus untuk
merekrut anggota organisasi yang melibatkan seluruh bidang yang ada dalam
kepengurusan. Artinya setiap agenda yang dilakukan di HMI Komisariat FISI
Mataram selalu dihadiri seperti Bidang Litbang yang bertugas untuk meneliti
apa yang menjadi kebutuhan calon anggota, atau sejauh mana ketertarikan
calon anggota terhadap agenda yang dilakukan oleh HMI Komisariat FISI
Mataram. HMI tidak hanya sekedar menawarkan organisasi didalam
perekrutan, perkawanan dan kekeluargaan juga menjadi tawaran yang
menarik yang diberikan oleh HMI kepada calon anggota, karena yang dibahas
itu tidak hanya mengenai organisasi itu dijalankan, hal-hal yang bersifat
pribadi juga bisa diceritakan, inilah strategi khusus yang dilakukan HMI
Komisariat FISI Mataram dalam bentuk perkawanan, persaudaraan dan
solidaritas yang ada di organisasi.
Anggota melakukan MAPERCA, dan LK I pengurus HMI Komisariat
FISI Mataram menggunakan komunikasi tatap muka secara langsung (face to
face) dan komunikasi media atau komunikasi secara tidak langsung.
Dikatakan komunikasi tatap muka secara langsung karena, komunikator
dan komunikan saling berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi
komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si
komunikan secara langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali
disebut juga komunikasi langsung (direct communication). Komunikator
dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan/respons
lxix
komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator. Misalnya dalam hal
pembukaan stand pada saat penerimaan calon anggota, panitia melakukan
sosialisasi atau mengobrol bareng dengan bertatap muka secara langsung
kepada mahasiswa-mahasiswa yang ingin direkrut menjadi calon anggota
untuk menyampaikan dan mengenalkan HMI itu seperti apa dan visi misinya
apa-apa saja untuk meyakinkan mahasiswa atau calon anggota agar mau ikut
dalam organisasi HMI tersebut.
Komunikasi bermedia (mediated communication) adalah komunikasi
yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada
komunikan yang jauh tempatnya, dan/ atau banyak jumlahnya. Komunikasi
bermedia disebut juga komunikasi tidak langsung (indirect communication),
dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi
dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikasi dengan
menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan
dan persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan
berhasil.46 Media dalam perekrutan anggota misalnya membuat spanduk
tentang ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru, membuat pamflet.
Jadi, HMI Komisariat FISI Mataram melakukan perekrutan dengan
melakukan sosialisasi kepada mahasiswa yang dilakukan oleh kader-kader
HMI Komisariat FISI Mataram biasanya dilakukan pada saat pelajaran kosong
dan mengenalkan HMI secara terperinci. Pengurus juga membuka stand
46 Onong Uchjana Efendy, Dinamika komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 7-10.
lxx
pendaftaran saat mau merekrut calon anggota, dan juga memasang spanduk
maupun menyebarkannya lewat media sosial misalnya melalui facebook untuk
mendapatkan calon anggota.
Kemudian, saat melakukan MAPERCA pengurus HMI Komisariat FISI
Mataram mengumumkan kepada semua calon anggota misalnya dengan cara
mengumpulkan semua calon anggota yang sudah melakukan pendaftaran.
Setelah calon anggota mau mengikuti MAPERCA, kemudian pengurus
selanjutnya menyusun rangkaian acara. Setelah acara dibuat, lalu diadakanlah
MAPERCA sesuai acara yang sudah ditentukan dan biasanya saat MAPERCA
berlangsung calon anggota saling memperkenalkan diri mereka dan mengobrol
satu sama lain agar bisa saling mengenal lebih jauh. Dan LK (Latihan Kader) I
dilakukan agar dapat memenuhi syarat untuk mengikuti LK selanjutnya.
Dalam rekrutmen media yang digunakan untuk merekrut calon anggota
yaitu salah satunya memanfaatkan media sosial yang ada. Karena semakin
berkembangnya media massa seperti sekarang ini maka HMI Komisariat FISI
Mataram memanfaatkan peluang yang ada. Pengguna media sosial yang
dilakukan saat ini dirasa cukup efektif untuk merekrut calon anggota. Media
yang digunakan oleh HMI Komisariat FISI Mataram adalah salah satunya
dengan menggunakan jaringan sosial seperti facebook. Hal ini merupakan
langkah yang baik bagi organisasi HMI Komisariat FISI Mataram untuk
memperkenalkan HMI kepada mahasiswa khususnya mahasiswa baru,
mengingat cukup banyaknya calon mahasiswa yang mengakses facebook. Akan
lxxi
tetapi masalah yang dihadapi adalah semakin majunya teknologi khususnya
jaringan sosial ini maka semakin berkurangnya pengguna yang mengakses
facebook, dan juga ketidak tahuan mahasiswa baru tentang akun facebook dari
HMI Komisariat FISI Mataram itu sendiri. Untuk itu peneliti menyarankan agar
memanfaatkan media sosial lain yang banyak digunakan pada sekarang ini
seperti misalnya, Instagram, Twitter, Path, dan lain-lain.
Rekrutmen dilakukan untuk mencari calon kader HMI yang berpotensi.
Dengan adanya rekrutmen ini, HMI mencari calon kader HMI yang tentunya
memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga nantinya proses pengkaderan
berjalan dengan baik. Yang tadinya hanya anggota biasa, lalu menjadi kader
yang potensial, sehingga dengan terjaringnya kader yang berpotensi sangat
mudah untuk mengembangkan dan menjalankan program-program kerja sesuai
dengan aturan-aturan yang tertera dalam organisasi HMI Komisariat FISI
Mataram.
Dalam strategi komunikasi pola yang dilakukan oleh HMI Komisariat
FISI Mataram dengan tetap memperhatikan tujuan dari strategi komunikasi itu
sendiri memberitahu pesan, memotivasi, mendidik, menyebarkan informasi,
dan mendukung pembuatan keputusan. Pertama: memberitahu pesan, disini
HMI Komisariat FISI Mataram memberikan informasi tentang bagaimana HMI
itu sendiri dan apa tujuan dari HMI sehingga pesan ini tersampaikan kepada
mahasiswa atau calon anggota. Kedua: memotivasi adalah hal yang dilakukan
oleh pengurus HMI Komisariat FISI Mataram dalam menyampaikan pesan
lxxii
sehingga para calon anggota baru berminat untuk belajar dan mengetahui
sejauh mana tentang apa HMI itu sendiri. Ketiga: mendidik merupakan proses
edukasi yang dilakukan HMI Komisariat FISI Mataram dalam menyampaikan
pesan dalam kemasan edukasi seperti dalam sebuah kegiatan diskusi atau
kegiatan lainnya yang didalamnya dimasukkan pesan akan HMI. Keempat:
menyebarkan informasi merupakan usaha yang dilakukan untuk menyebar
luaskan pesan kepada para mahasiswa, peran komunikasi sangat berperan
dalam merubah sikap calon anggota.
Proses kaderisasi melibatkan semua anggota HMI Komisariat FISI
Mataram untuk melakukan kaderisasi. Beberapa bidang yang ada didalam
kepengurusan HMI Komisariat FISI Mataram mempunyai tugas untuk
melakukan pengkaderan terhadap calon anggota selanjutnya, ada beberapa
bidang dalam kepengurusan HMI Komisariat FISI Mataram yang mempunyai
perannya masing-masing dalam melakukan proses kaderisasi, seperti bidang
penelitian dan pengembangan (LITBANG) yang melakukan analisis terhadap
calon anggota yang akan dijadikan sebagai kader HMI, begitu juga dengan
bidang perguruan tinggi kemahasiswaan dan kepemudaan (PTKP) melakukan
perannya dalam melakukan proses kaderisasi dan merekrut calon anggota muda
dengan cara melakukan diskusi-diskusi tentang perguruan tinggi dan isu-isu
sosial juga membawa aksi turun kejalan sebagai salah satu media dalam
melakukan perekrutan.
lxxiii
Bidang kewirahusahaan pengembangan dan profesi (KPP), proses yang
dilakukan oleh bidang ini dalam melakukan perekrutan anggota dengan cara
membuat media-media terhadap calon anggota baru seperti lebih
mengutamakan kreativitas dalam melakukan perekrutan calon anggota baru,
misalnya menyampaikan pesan melalui media seperti gambar, dan
pembentukan komunitas untuk menampung minat dan bakat dari calon
anggota. Langkah-langkah dalam proses perekrutan yang dilakukan oleh HMI
Komisariat FISI Mataram adalah sebagai berikut, dalam pedoman pokok
perkaderan HMI ada tiga hal kegiatan yang paling utama dalam perkaderan
yaitu, perekrutan, pembinaan, penghasilan. Perekrutan ini identik dengan
merekrut anggota muda, langkah pertama melakukan sosialisasi informasi
kepada mahasiswa baru terutama orang-orang yang ingin direkrut bahwa akan
dilaksanakannya MAPERCA (Masa Perkenalan Calon Anggota).
Proses pengkaderan secara organisatoris dilakukan melalui kegiatan
MAPERCA. Selama melakukan informasi kepada mahasiswa secara umum,
kemudian melakukan komunikasi secara persuasif kepada calon anggota
hingga akhirnya mereka mau mengikuti MAPERCA. Kemudian untuk sampai
tahap anggota biasa, HMI Komisariat FISI Mataram juga mempunyai kegiatan
lain sebagai pembinaan, bisa melalui banyak hal, seperti menjadikan calon
anggota sebagai panitia temu ramah, pengurus biro, dan melalui diskusi
keilmuan, aksi sosial lainnya seperti itu pembinaan HMI Komisariat FISI
Mataram, akhirnya mengikuti LK I untuk menghasilkan kader (anggota biasa).
lxxiv
Agenda perekrutan yang mengeluarkan dana seperti MAPERCA (Masa
Perkenalan Calon Anggota) sebagai gerbang awal untuk merekrut anggota
muda kemudian agenda LK I untuk merekrut kader agar mendapatkan status
anggota biasa, dua agenda perekrutan ini memiliki anggaran tersendiri yang
dikelola oleh bidang Bendahara Umum (Bendum).
Dalam proses perekrutan komunikasi sangat penting, terutama
komunikasi yang bersifat persuasif dan intens kepada calon anggota (calon
kader) yang ingin direkrut, karena dengan komunikasi pengurus dapat
mengetahui apa saja yang calon anggota butuhkan, bagaimana karakternya
yang pastinya berbeda satu sama lain, dan pengurus akan berusaha
memenuhinya dan membuat calon kader nyaman dengan penyesuaian yang
berbeda disetiap calon anggota itu sendiri. Dan akhirnya calon anggota mau
untuk bertukar pikiran, dan mempermudah pengurus dalam hal merubah
perilaku dari calon anggota agar sesuai dengan yang pengurus inginkan. HMI
tidak hanya sekedar menawarkan organisasi didalam perekrutan, perkawanan
dan kekeluargaan juga menjadi tawaran yang menarik yang diberikan oleh
HMI kepada calon anggota, karena yang dibahas itu tidak hanya mengenai
organisasi itu dijalankan, hal-hal yang bersifat pribadi juga bisa diceritakan,
inilah strategi khusus yang dilakukan HMI dalam bentuk perkawanan,
persaudaraan dan solidaritas yang ada di organisasi.
Didalam organisasi HMI, dokrinasi ditanamkan sejak dini pada calon
anggota mulai dari proses MAPERCA (Masa Perkenalan Calon Anggota) dan
lxxv
LK I, di LK I dilakukan oleh para pemateri dan para mentor yang mendampingi
para peserta. Idealnya latihan ini berlangsung selama 4 hari karena di LK I
peserta dikasi berbagai macam materi tentang HMI, Latihan tersebut
merupakan proses yang cukup mempengaruhi pemikiran para calon anggota,
sehingga mahasiswa tersebut memandang duina luar dengan cara pandang
HMI.
Didalam LK I ada materi wajib yang harus disampaikan dalam latihan
itu, yaitu diantaranya tentang sejarah HMI, Konstitusi HMI, dan Nilai Dasar
Perjuangan (NDP) namun terkadang ada materi tambahan sesuai dengan kultur
komisariat masing-masing. Sehingga calon anggota yang mengikuti latihan
tersebut memahami nilai-nilai perjuangan yang diusung oleh organisasi HMI
dan dengan harapan nilai-nilai tersebut terus melekat dan terbawa dalam
kehidupan sehari-hari, bahkan ketika para kader sudah habis masa
keanggotaannya di HMI.
HMI menetapkan tujuannya berdasarkan dua pemikiran yaitu,
keislaman dan keindonesiaan. Islam adalah ajaran yang universal yang
menuntun manusia agar hidup sesuai fitrahnya untuk meraih keselamatan.
Sedangkan Indonesia adalah proyek hidup bersama menuju kemerdekaan dan
kesejahteraan. Maka bagi HMI, Islam adalah ruh, Indonesia adalah tubuh.
HMI sebagai organisasi kader yang sudah selayaknya menjadikan nilai-
nilai keislaman dan keindoseniaan yang termuat dalam NDP untuk dijadikan
pedoman organisasi dalam merujuk setiap gerak dan langkahnya,bukan hanya
lxxvi
mengapresiasi nilai-nilai tersebut sebagai bahan aksesoris dalam organisasi.
NDP sudah selayaknya menjadi identitas bagi setiap kader HMI untuk
mengidentifikasi diri guna menghadapi tantangan dan memberikan solusi bagi
persoalan-persoalan bangsa.
Satu minggu pasca LK I, dilaksanakan evaluasi materi dengan harapan
anggota baru tersebut benar-benar paham tentang nilai HMI yang telah
diberikan oleh pemateri LK I tersebut. Adapun materi yang dievaluasi ada 5
materi wajib tersebut. Dan ini biasanya dilaksanakan di HMI Komisariat FISI
Mataram. Pengaderan yang sesungguhnya bukan hanya di LK I. Akan tetapi,
pasca LK I, karena tugas pengurus cukup berat, yaitu mendidik anggota supaya
memiliki jiwa militansi yang tinggi terhadap HMI. Setiap selesai LK I pasti
dibentuk ketua angkatan, ketua angkatan bersama pengurus mengkordinir
anggota tersebut supaya berkumpul agar hubungan emosional mereka tetap
terjaga. Adapun pengayoman yang dilakukan oleh pengurus HMI supaya
anggota tersebut tetap bertahan adalah melibatkan anggota tersebut pada
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh HMI Komisariat FISI Mataram. Yang
jelas, organisasi HMI menyediakan wadah bagi para anggotanya yang ingin
mengembangkan bakat dan hobinya, misalnya diskusi, tulis menulis dan lain
sebagainya.
Materi yang didiskusikan adalah tentang NDP yang diikuti oleh banyak
kader. Diskusi ini dilaksanakan seminggu sekali, tepatnya pada hari kamis.
Karena NDP inilah merupakan landasan ideologis, jelasnya bahwa ideologi
lxxvii
HMI mengacu pada NDP seharusnya bisa menjadi landasan dalam HMI sebab
didalamnya NDP mengajarkan hubungan manusia dengan sang pencipta,
hubungan manusai dengan sesama dengan alam dan kehidupan secara
menyeluruh. Target dalam diskusi tersebut adalah supaya HMI betul-betul
memahami NDP dan juga memahami Islam secara komperhensif, maka mereka
akan mempunyai sikap tauhid yangbkhas ala HMI, dalam artian pola piker atau
cara pandang anggota tersebut memakai cara pandang HMI dan itu memang
sudah terbukti dalam kehidupan kader itu sendiri. Materi yang didiskusikan
oleh para kader tidak hanya mengenai NDP, akan tetapi mendiskusikan banyak
hal sesuai dengan kultur komisariatnya masing-masing yang berhubungan
dengan materi kuliah, seperti filsafat, sosiologi, politik, ekonomi, dan lain
sebagainya untuk menunjang kebutuhan intlektual kader.
Bagi seorang kader, diskusi itu merupakan sebuah kewajiban. Namun
tidak semua kader yang suka berdiskusi, makanya pengurus menyediakan
wadah bagi kader yang punya hobi di bidang lain misalnya membuat bros,
membaca, dan sebagainya supaya keinginan mereka terwadahi. Sehingga
anggota tersebut merasa nyaman dan merasa memiliki terhadap organisasi.
Disisi lain anggota tersebut dilibatkan di internal kampus, misalnya jadi panitia
seminar. Sehingga emosionalnya menyatu dan rasa kekeluargaan tertanam
dalam diri anggota dan juga anggota tersebut bisa mensosialisasikan rekrutmen
pada mahasiswa baru. dengan diwadahinya para anggota tersebut, maka
anggota tersebut merasa memiliki dan mempunyai jiwa militansi terhadap
lxxviii
organisasi HMI, sehingga anggota bisa mengembangkan bakat yang
dimilikinya dan berjuang bersama kawan-kawannya untuk melakukan
perubahan, baik itu perubahan dalam dirinya ataupun perubahan sosial.
Perlu diketahui, bahwa komitmen dalam organisasi itu menjadi syarat
bagi lahirnya loyalitas dan dedikasi kader terhadap HMI, dengan komitmen
seorang anggota bisa membangun kebersamaan dalam lingkungan keluarga
besar HMI. Ketika para kader atau pengurus tidak punya komitmen untuk
mengayomi para anggotanya, maka anggota tersebut akan membelot.
Pembelotan anggota dalam sebuah organisasi pasti ada, termasuk juga di HMI,
hal itu disebabkan tidak terkomodirnya anggota dalam organisasi, sehingga
mereka kecewa karena keinginan mereka tidak sesuai dengan idenya untuk
mereka jalani. Disisi yang lain, ketidak aktifan mereka di HMI karena imbas
dari RAK (Rapat Anggota Komisariat) karena dukungan mereka kalah dalam
pencalonan ketua komisariat. Namun, hal ini bisa diatasi dengan cara
merangkul mereka dengan memasukannya kedalam struktur kepengurusan dan
mengayomi para anggota dengan cara melibatkan mereka dalam setiap kegiatan
yang ada di HMI.
Peneliti melihat strategi pengkaderan yang dilakukan oleh seluruh
komisariat yang ada di UIN Mataram itu memakai strategi yang sama, namun
hasil rekrutmennya yang berbeda-beda, karena yang membedakan jumlah
rekrutnya seseorang disebabkan oleh seberapa besar kerja keras seorang kader
dalam dalam merekrut anggota baru baik itu melalui ikatan personal atau
lxxix
melalui BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Terlibatnya HMI dalam struktur
kepengurusan BEM ini cukup mempengaruhi terhadap rekrutmen anggota baru
disetiap fakultas masing-masing. Sehingga anggota HMI yng terlibat aktif di
BEM mudah melakukan proses sosialisasi mengenai rekrutmen HMI terhadap
mahasiswa baru ketika OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) berlangsung
dan hubungan emosional antara mahasiswa baru dengan pengurus ataupun
anggota HMI dimulai sejak itu. Sehingga jumlah orang yang direkrut cukup
banyak, walaupun pada substansinya HMI lebih meningkatkan kualitas, namun
kuantitas juga sangat dibutuhkan. Seperti pernyataan Muhammad Ilmi:
“Pada dasarnya melalui OPAK, kita mulai mendekatkan diri pada mahasiswa
baru, kita layani mereka. ini kesempatan untuk merekrut. Selain itu, melalui
BEM”.47
Dengan adanya kader HMI di BEM, maka proses sosialisasi rekrutmen
mudah dilakukan pada mahasiswa baru, yang jelas mahasiswa baru tersebut
membutuhkan seorang senior untuk menjadi pembimbingnya atau pelabuhan
curhat mengenai kegalauan akademik, seperti mengenai administrasi kampus
atau hal yang berkenaan dengan dunia kemahasiswaan.
Sebagai mahasiswa baru tentunya mudah dipengaruhi oleh kakak
seniornya yang terlebih dahulu masuk di dunia kampus, khususnya mahasiswa
yang aktif di dunia BEM. Dengan status sebagai pengurus BEM tersebut, kader
mudah melakukan sosialisasi mengenai HMI, dan mahasiswa mudah mengikuti
47 Muhammad Ilmi, Wawancara, Ampenan, 20 nopember 2017.
lxxx
apa kata seniornya yang ada di BEM tersebut, karena pada dasarnya mahasiswa
baru masih labil karena disebabkan oleh peralihan dari SMA ke Perguruan
Tinggi. Disisi lain terlibatnya anggota HMI dalam organisasi intra kampus,
kader-kader terseb ut berani berhadapan dengan organisasi lainnya, sehingga
jiwa militannya terhadap HMI itu akan bertambah dan banyak mendedikasikan
untuk HMI, sehingga anggota-anggota HMI yang aktif di BEM membantu
komisariat, baik itu dalam program perekrutan maupun yang lainnya. dalam hal
perekrutan, kader tinggal mengajak mahasiswa baru, karena sudah kenal
terlebih dahulu lewat BEM sehingga hasil rekrutmennya begitu efektif.
B. Hambatan Komunikasi Dalam Proses Kaderisasi Anggota Baru HMI UIN
Mataram
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti
menemukan faktor penghambat dari strategi komunikasi organisasi HMI
Komisariat FISI Mataram dalam kaderisasi anggota baru disebabkan dari dua
faktor yakni faktor internal dan eksternal:
1. Faktor internal: saat melakukan sosialisasi kepada mahasiswa, sebagian
kader ada juga yang kurang pandai berkomunikasi dengan benar dan
terkadang mahasiswa tidak merespon apa yang telah disampaikan oleh
kader dalam mensosialisasikan tentang HMI itu sendiri. Dan lemahnya
sistem sosialisasi ke mahasiswa baru yang sifatnya sporadis (mendadak)
dan tidak berkelanjutan. Penyampaian informasi melalui media seperti
spanduk, pamflet seringkali tidak berjalan sesuai harapan, karena terkadang
lxxxi
mahasiswa mengabaikan dan menghiraukan hal-hal yang menurutnya
kurang penting.
2. Faktor eksternal: banyak mahasiswa yang beranggapan kalau mengikuti
organisasi itu akan menghambat perkuliahannya, padahal tidak semua hal
tersebut dijadikan alasan untuk lama menyelesaikan studinnya. Terlebih
lagi banyak mahasiswa yang membuktikan bisa wisuda tepat waktu
meskipun mengikuti sebuah organisasi. Dan juga persaingan beberapa
organisasi yang mempunyai sistem yang sama. Dan banyaknya UKM,
BKM, yang melakukan hal yang sama pada saat ajaran baru dimulai, dan
melakukan tebar pesona terhadap mahasiswa baru.
Dari pemaparan tersebut dapat peneliti analisa bahwa setiap
permasalahan yang dihadapi, maka pasti ada jalan keluarnya dan harus
dipersiapkan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi,
dengan cara merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu dengan
matang. Sehingga ketika dalam pelaksanaan kegiatan tersebut sudah
dipersiapkan jalan keluarnya untuk menanggulangi masalah yang akan
terjadi. Demikian juga yang terjadi di organisasi HMI Komisariat FISI
Mataram ini mempersiapkan segala sesuatu yang akan terjadi dengan baik,
terlebih lagi harus lebih meyakinkan calon anggota dan tetap
memotivasinya. sehingga pelaksanaan kegiatan pengkaderan yang
dilaksanakan dirasa cukup berhasil, dan peningkatan kader yang berhasil
direkrut sangat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
lxxxii
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan temuan serta pembahasan pada bab
sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Strategi komunikasi organisasi HMI Komisariat FISI Mataram dalam
kaderisasi anggota baru menggunakan strategi komunikasi secara langsung
(face to face) dan komunikasi secara tidak langsung (media) dan juga
komunikasi atas bawah (top down), sementara dalam proses kaderisasi
anggota baru lebih memerlukan strategi komunikasi pra kondisi, tebar jala,
dan tombak.
2. Faktor penghambat komunikasi organisasi HMI Komisariat FISI Mataram
dalam kaderisasi anggota baru disebabkan dari dua faktor yaitu, pertama
faktor internal: rendahnya pemahaman dari mahasiswa baru dalam
berorganisasi, dan lemahnya sistem sosialisasi ke mahasiswa baru yang
sifatnya sporadis dan tidak berkelanjutan. Kedua faktor eksternal:
banyaknya UKM, BKM, yang melakukan hal yang sama pada saat ajaran
baru dimulai, dan melakukan tebar pesona terhadap mahasiswa baru.
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa khususnya yang ada di UIN Mataram untuk lebih
selektif dalam memilih bergabung kedalam sebuah organisasi, sesuai
lxxxiii
dengan kebutuhan akademis mempertimbangkan jejak langkah organisasi
yang ingin dimasuki oleh calon anggota.
2. Diharapkan kepada peneliti lain bisa menjadikan penelitian ini menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan positif bagi objek
penelitian yaitu HMI Komisariat FISI Mataram dalam meningkatkan
strategi perekrutan anggota organisasi.
lxxxiv
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. Penelitian Kualitatif, Surabaya: Bina Ilmu, 1995. Bodan, Robert. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Suatu Pendekatan
Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial, Surabaya: Usaha Nasional, 1992.
Efendy, Onong Uchjana. Dinamika komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004. Efendy, Onong Uchjana. Dinamika komunikasi, Bandung: PT Remaja
rosdakarya, 2004.
Efendy, Onong Uchjaya. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999.
Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004. Husaini Husman, Purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.
Kunto, Ari. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Surakarsa: Bineka Cipta, 2002.
Laurence R. Jauch, William F. Gluek, Manajemen Strategi dan Kebijakan
Perusahaan, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lidramaribeth, Annisa. “Kaderisasi”, dalam https://annisalidramaribeth.wordpress.com/2011/02/26/kaderisasi/, diakses tanggal 10 April 2017.
Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013. Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada dan Serba Makna, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011.
Liliweri, Alo. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
lxxxv
Marzuki, Metode Riset, Yogyakarta: BPFE-UI, 2000. Mulyana, Deddy. Pengantar Ilmu Komunikas, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010.
Munajjah, Siti Julia. ”Sistem Kaderisasi Pimpinan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Santri”,Skripsi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Institut Agama Islam Negeri Mataram, Mataram 2015.
Nasution, Arif dkk, Metode Penyusunan Proposal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial,
Medan: Percetakan Monora Medan, 2001. Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2012. Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Putra, Datu Danu. W,“Sistem Kaderisasi Da’i Di Pondok Pesantren
Hidayatullah Ampenan Mataram”,Skripsi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Mataram. Mataram, 2008.
Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Rahmat, Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009. Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membeda Kasus bisnis, Jakarta:
Gramedia Pustaka Sinar Umum, 1997. Saharudin, Perkembangan Teknologi Komunikasi, Bagu Lombok Tengah,
NTB: Pustaka Akademika, 2011. Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial Bandung : Refika Aditama, cet-2
2010. Sitompul, Agussalim. Nurcholish Madjid, dkk, Basic Training: Panduan Untuk
Kader HMI, Ciputat: Bidang PA HMI Cabang Ciputat, 2015. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Rosdakarya, 2003.
lxxxvi
Supriadin, Irwan. “Sistem Kaderisasi Dakwah Pimpinan Pondok Pesantren Di Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela-Bima”, Skripsi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Mataram. Mataram 2003.
Suryabrata, Sunardi. Metodelogi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003. Suyanton, Bagon. Metode Penelitian Sosial, Jakarta:Kencana, 2007. Widjaja, H. A. W. Komunikasi dan Hubungan Masyrarakat, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010). Wijaya, Ramlie R. Merta. strategi Pengendalian Administratif, Bandung:
Angkasa, 1991. Yamin, Martins. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran,Jakarta:
Referensi GP Press Group, 2013.
lxxxvii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
lxxxviii
lxxxix
xc
xci
Stand Pendaftaran Penerimaan Calon Anggota baru HMI Komisariat FISI Mataram
xcii
MAPERCA (Masa Perkenalan Calon Anggota) HMI Komisariat FISI Mataram
xciii
Kegiatan LK (Latihan Kader ) I HMI Komisariat FISI Mataram
xciv
Evaluasi pra MAPERCA (Masa Perkenalan Calon Anggota) HMI Komisariat FISI
Mataram