STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI...

66
STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR PASANG AIR LAUT DI KOTA PEKALONGAN

Transcript of STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI...

Page 1: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA

BANJIR PASANG AIR LAUT DI KOTA PEKALONGAN

Page 2: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Pasal 2(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 72(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan seba gaimana dimak-

sud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 3: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS)

Program S-2 Geografi , Fakultas Geografi Universitas Gadjah MadaTahun 2011

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA

BANJIR PASANG AIR LAUT DI KOTA PEKALONGAN

Su Rito HardoyoMuh Aris Marfai

Novi Maulida Ni’mahRizki Yustiana Mukti

Qori’atu ZahroAnisa Halim

encanaan dan P

Page 4: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR PASANG AIR LAUT DI KOTA PEKALONGAN

Penulis:Su Rito HardoyoMuh Aris Marfai

Novi Maulida Ni’mahRizki Yustiana Mukti

Qori’atu ZahroAnisa Halim

copyright©Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS)

Program S-2 Geografi , Fakultas Geografi Universitas Gadjah MadaSekip Utara Jalan Kaliurang Bulaksumur – Yogyakarta, 55281

Telepon : +62.274.6492340Fax : +62.274.589595

Website: http://mppdas.geo.ugm.ac.idEmail: [email protected]

Diterbitkan atas kerja sama dengan:

RedCarpet StudioWebsite: www.redcarpetstudio.netEmail: [email protected]

Cetakan Pertama: November 2011

Editor: Novi RahmawatiLayout & Desain Cover: Panjibudi

ISBN: 978-602-ISBN: 978-602-19549-4-2-4-2

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh:Percetakan Pohon Cahaya

Page 5: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • v

Kata Pengantar

Buku Strategi Adaptasi Masyarakat Kota Pekalongan dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut ini merupakan pengembangan dari draft laporan kuliah kerja lapangan program Magister Perencanaan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Pesisir (MPPDAS), Fakultas Geografi , Universitas Gadjah Mada tahun 2011. Buku ini memberikan pengantar tentang Deskripsi Daerah Pesisir Pekalongan, Analisis Strategi Adaptasi Masyarakat, dan Persepsi, Sikap dan Adaptasi Masyarakat terhadap Banjir Pasang Air Laut. Pekalongan dipilih sebagai studi kasus untuk kajian ini dengan pertimbangan kompleksitas permasalahan pesisir yang ada.

Buku ini merupakan hasil dari studi pendahuluan yang masih memerlukan telaah dan kajian lebih lanjut. Namun demikian buku ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengkayaan materi, terutama untuk studi program S2 dalam bidang pengelolaan pesisir, strategi adaptasi masyarakat untuk studi pesisir dan kajian-kajian kebencanaan terutama bencana pesisir.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sebagai penyempurnaan untuk buku ini.

Yogyakarta, 21 November 2011

Penulis

Page 6: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah
Page 7: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • vii

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................vDaftar Isi ................................................................................................... viiDaftar Gambar ......................................................................................... viiiDaftar Tabel .................................................................................................x

Bab I Pendahuluan ................................................................................... 1

Bab II Kebencanaan ...................................................................................3A. Pengertian Bencana .............................................................................3B. Bencana Banjir Pasang Air Laut ......................................................... 4C. Manajemen Bencana ..........................................................................5D. Persepsi terhadap Risiko (Risk Perception) ....................................... 6E. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Bencana ..................................7

Bab III Analisis Strategi Adaptasi Masyarakat .......................................... 9A. Pengumpulan Data ............................................................................. 9B. Analisis Data Spasial .......................................................................... 12

Bab IV Deskripsi Wilayah Pesisir Pekalongan ......................................... 15A. Kondisi Fisik ....................................................................................... 15B. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat ......................................... 16C. Sarana Prasarana ................................................................................ 18

Bab V Persepsi, Sikap dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Banjir Pasang Air Laut .................................................................. 19A. Banjir Pasang Air Laut ...................................................................... 19B. Persepsi Masyarakat Terhadap Banjir Pasang Air Laut ...................23

Page 8: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

viii • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

C. Sikap Masyarakat terhadap Banjir Pasang Air Laut .........................32D. Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi

Banjir Pasang Air Laut .......................................................................34E. Konsepsi Adaptasi Masyarakat terhadap Banjir Pasang Air Laut .. 46

Bab VI Kesimpulan dan Saran ..................................................................49A. Kesimpulan ....................................................................................... 49B. Saran ................................................................................................... 51

Batasan Istilah ........................................................................................... 53Daftar Pustaka ........................................................................................... 55

Daftar GambarGambar 2.1. Konsep Adaptasi, berdasarkan penyesuaian dari Adaptasi

dalam Perubahan Iklim oleh Smit dkk., (1999) ....................................... 8Gambar 3.1. Proses Analisis Data ........................................................................... 12Gambar 3.2. Kerangka Berfi kir Penelitian ..............................................................13Gambar 4.1. Piramida kelompok Usia Kerja (sumber: Podes, 2008) ................... 17Sumber: Kesbangpolinmas Kota Pekalongan, 2010 ............................................. 20Sumber: Kesbangpolinmas Kota Pekalongan 2010 ...............................................22Sumber: Kesbangpolinmas Kota Pekalongan 2010 ...............................................23Gambar 5.1. Keadaan tanggul yang langsung bersentuhan dengan air laut

(Sumber: Survei Lapangan, 2011) .............................................................25Gambar 5.2. Ilustrasi Kejadian Banjir Pasang Surut Ekstrem

(Sumber: analisis data, 2011) ................................................................... 26Gambar 5.3. Proyek Perumahan Ciputra di wilayah Panjang Baru

(Sumber: Survei Lapangan, 2011) .............................................................27Gambar 5. 4. Rumah yang telah terendam oleh banjir pasang air laut .............. 28Gambar 5.5. Perabot rumah yang rusak akibat banjir pasang air laut ................ 29Gambar 5.6. Lantai semen sebuah rumah yang rusak ......................................... 29Gambar 5.7. Genangan di jalan permukiman kampung ......................................30

Page 9: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • ix

Gambar 5.8. Genangan yang menyebabkan batas pematang tambak dengan lahan sekitarnya tidak terlihat lagi .............................................30

Gambar 5.9. Genangan di sawah warga yang tidak surut ..................................... 31Gambar 5.10. Jalan lingkungan yang telah ditinggikan sebanyak 4 kali ..............35Gambar 5.11. Teras yang menjadi tanggul bagi bagian dalam rumah

setinggi 20 cm ...........................................................................................35Gambar 5.12. Salah satu rumah yang ditinggikan .................................................36Gambar 5.13. Jalan menuju ke sebuah rumah hasil dari urugan tanah ...............36Gambar 5.14. Pembuatan tanggul bamboo di pintu saluran air ...........................37Gambar 5.15. Pintu air yang telah diperbaiki .........................................................37Gambar 5.16. Model tanggul isi tanah yang dibuat secara swadaya ...................38Gambar 5.17. Tanggul isi tanah yang diletakkan di tepi sepanjang jalan

untuk menahan air akibat tanggul pantai yang jebol ............................38Gambar 5.18. Jalan yang ditinggikan 2 kali telah membuat portal

saat ini hanya setinggi lutut orang dewasa ........................................... 40Gambar 5.19. Rumah yang telah ditinggikan (kanan) dibandingkan

dengan rumah yang belum ditinggikan (kiri) ....................................... 40Gambar 5.21. Pintu saluran air yang ada di sekitar perumahan

yang loka sinya berdekatan dengan tambak ............................................ 41Gambar 5.20. Rumah dengan tanggul buatan di depan pintu ............................. 41Gambar 5.22. Pompa sedot swadaya masyarakat yang pada saat

penelitian sudah jarang digunakan ......................................................... 41Gambar 5.23. Saluran air yang menjadi tempat dari pompa air swadaya ............42Gambar 5.25. Mesin pompa air untuk menyedot air yang telah

ditampung di bak penampung ...............................................................42Gambar 5.24. Polder yang berada disebelah timur perumahan berada

di sebelah gedung STAIN ........................................................................42Gambar 5.26. Saluran pembuangan air ketika disedot keluar ............................42Gambar 5.27.Jaring atau Waring ........................................................................... 44Gambar 5.28. Jaring yang dipasang di saluran air tambak .................................. 44Gambar 5.29. Pipa untuk buka tutup saluran penghubung sungai-tambak .......45Gambar 5.30. Pipa ketika di pasang untuk menutup saluran air .........................45Gambar 5.31. Identifi kasi Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Banjir Pasang

Air laut di Kota Pekalongan (Sumber: Hasil analisa data, 2011)............ 48

Page 10: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

x • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Daftar TabelTabel 3.1. Pertanyaan Penelitian dan Metode Pengambilan Data ........................ 10Tabel 5.1. Kejadian Banjir Pasang Air Laut Kecamatan Pekalongan Utara ......... 20Tabel 5.2. Lokasi Kejadian Genangan Banjir Pasang Air Laut

di Perumahan Kelurahan Panjang Baru ..................................................22Tabel 5.3. Daerah Banjir Pasang Air Laut Kelurahan Krapyak Lor tahun 2010 ...23

Page 11: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 1

Bab I

Pendahuluan

Banjir pasang air laut termasuk bencana banjir yang disebabkan oleh masuknya air laut ke daratan sebagai akibat dari pasang air laut yang tinggi (Marfai, 2004; Marfai dan King, 2008). Wilayah pesisir utara Pulau Jawa rawan terhadap bencana banjir karena kondisi pesisir utara Pulau Jawa bertopografi landai sehingga banjir dapat dengan mudah masuk jauh sampai ke daratan. Fenomena alam ini dapat dikategorikan sebagai bencana alam ketika berhubungan dengan manusia dan aktivitasnya. Wilayah pesisir utara Pulau Jawa identik dengan wilayah pesisir lainnya yang memiliki keragamanan penggunaan lahan dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Disamping itu, wilayah pesissir utara Pulau Jawa dicirikan oleh cepatnya pertumbuhan ekonominya yakni sebesar 5,2% dalam lima tahun terakhir (www.kompas.com, 2008). Oleh karena itu, dengan adanya bencana banjir tidak hanya berakibat kerusakan fi sik bangunan rumah dan sarana prasarana umum, tetapi juga terganggunya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.

Bencana alam di suatu wilayah memiliki implikasi secara langsung terhadap masyarakat di wilayah tersebut. Partisipasi masyarakat untuk mengurangi dan menghindari resiko bencana penting dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat (Suryanti dkk, 2010). Zein (2010) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan pihak yang memiliki pengalaman langsung dalam kejadian bencana sehingga pemahaman yang dimiliki menjadi modal bagi pengurangan resiko bencana. Dalam konteks manajemen bencana alam di wilayah pesisir, respon masyarakat terhadap bencana sangat penting untuk dipahami (Marfai, dkk., 2008). Respon merupakan awal dari sebuah strategi adaptasi oleh masyarakat yang dihasilkan melalui pemahaman terhadap bencana

Page 12: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

2 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

alam yang terjadi. Pemahaman masyarakat berupa pengetahuan persepsi yang teraktualisasi dalam sikap dan atau tindakan dalam menghadapi bencana. Hasil dari sikap dan atau tindakan masyarakat dalam menghadapi bencana adalah strategi adaptasi yang berarti penyesuaian yang dilakukan akibat dari ancaman lingkungan. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dengan fokus kajian strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat, baik pada tingkat individu maupun kelompok, dalam menghadapi bencana banjir pasang surut.

Adaptasi merupakan hasil akhir sikap masyarakat yang muncul berdasarkan persepsi dan pengetahuan mereka terhadap banjir pasang surut. Kajian mengenai adaptasi ini dilakukan dengan menilai populasi pada kondisi sosio-ekologi berbeda. Mileti dan Gottschlich (2001) mengemukakan bahwa kerugian bencana merupakan hasil dari interaksi dari proses fi sik alam, karakteristik sosial kependudukan, dan kondisi lingkungan terbangun. Perbedaan karakteristik dari ketiga sistem tersebut menghasilkan kerugian berbeda pada bencana alam yang berbeda. Secara lebih dalam, penelitian mengungkap tentang strategi adaptasi masyarakat dalam menghadapi bencana banjir pasang surut berdasarkan perbedaan karakteristik tersebut.

Penelitian dilakukan di Kota Pekalongan. Kota Pekalongan sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang rawan terhadap banjir pasang surut. Peristiwa banjir pasang surut di kota ini pada tanggal 1 Februari 2011 mencapai radius 4 km, menggenangi areal permukiman, sawah, tambak, jalan-jalan utama, dan meluas hingga mencapai Jalan Pantura. Banjir pada tanggal 29 Maret 2011 banjir telah mencapai 3 km dari garis pantai ke arah daratan dengan ketinggian air mencapai 50 cm. Banjir telah merendam sebagian besar daerah Kecamatan Pekalongan Utara (www.mediaindonesia.com, 2011).

Penelitian strategi adaptasi dilakukan di tiga desa dengan langkah-langkah pengamatan sebagai berikut:

(1) Mengidentifi kasi persepsi masyarakat terhadap banjir pasang air laut di desa dengan corak sosioekologi pertanian, tambak dan permukiman.

(2) Mengetahui sikap masyarakat terhadap banjir pasang air laut di desa dengan corak sosioekologi pertanian, tambak dan permukiman.

(3) Memahami strategi adaptasi masyarakat terhadap banjir pasang air laut di desa dengan corak sosioekologi pertanian, tambak dan permukiman.

Page 13: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 3

Bab II

Kebencanaan

A. Pengertian Bencana

Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Pengertian secara khusus dijelaskan dalam UU No.27 tahun 2007, sebagai kejadian akibat peristiwa alam atau karena perbuatan orang, yang menimbulkan perubahan sifat fi sik dan atau hayati pesisir, dan mengakibatkan korban jiwa, harta, dan atau kerusakan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Dua makna bencana baik secara umum maupun secara khusus, mengandung arti bahwa tinggi rendahnya risiko dampak bencana bergantung pada kerentanan setiap komponen yang terkena dampak. Hal ini seperti yang diungkap Hyogo Framework for Action 2005-2015, bahwa resiko bencana akan meningkat dengan adanya kerentanan fi sik, sosial ekonomi, dan lingkungan. Mileti dan Gottschlich (2001) sebelumnya telah mengungkap tentang 3 sistem utama yang mengalami kerugian akibat bencana yaitu lingkungan fi sik (physical environment), sosial kependudukan (socio-demographic), dan lingkungan terbangun (built environment). Karakteristik dari ketiga sistem tersebut menentukan derajat atau tingkat kerugian dari sebuah bencana alam.

Page 14: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

4 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

(1) Lingkungan fi sik

Sistem ini berkaitan dengan proses fi sik alami bumi yang selalu berubah dan dinamis, seperti perubahan iklim dan proses geologi. Kedinamisan pada sistem ini berimplikasi pada kondisi yang tidak menentu pada suatu lingkungan hidup.

(2) Sosial kependudukan

Sistem ini berkaitan dengan distribusi dan komposisi penduduk yang mempengaruhi jumlah dan karakteristik penduduk yang terkena bencana.

(3) Lingkungan terbangun

Sistem ini berkaitan dengan kepadatan bangunan dan fasilitas umum yang menentukan besarnya kerusakan yang akan terjadi dalam sebuah peristiwa alam.

Hyogo Framework for Action 2005-2015, mengungkap bahwa kerugian bencana akan semakin besar oleh kerentanan yang disebabkan oleh perubahan demografi , kondisi sosial ekonomi dan teknologi, pembangunan pada zona bahaya tinggi, degradasi lingkungan, perubahan iklim, bahaya geologi, kelangkaan sumberdaya, dan dampak epidemi.

B. Bencana Banjir Pasang Air Laut

Pengertian banjir menurut Ward (1978) dalam Dewi (2007) adalah meluapnya air ke daratan dan mengakibatkan daratan tergenang atau tenggelam secara tidak normal. Marfai dan King (2008) menjelaskan bahwa banjir di wilayah pesisir dapat terjadi melalui proses naiknya pasang air laut, gelombang pasang, tingginya aliran air sungai, dan kenaikan paras muka air laut. Dalam penelitian ini, fokus kajian banjir lebih ditekankan pada kejadian banjir yang disebabkan oleh proses naiknya pasang air laut yang menggenangi daratan. Banjir menjadi bencana alam ketika genangan telah mencapai areal yang secara fungsional dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Kerentanan dalam bencana banjir

Page 15: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 5

secara umum, menurut Baru (2011) dinyatakan sebagai kemungkinan terjadinya banjir dan konsekuensi yang terjadi akibat banjir.

C. Manajemen Bencana

Carter (2001) menyatakan bahwa konsep manajemen bencana (concept of disaster management) harus memiliki pendekatan yang secara komprehensif memuat seluruh siklus manajemen bencana, yaitu pencegahan (prevention), mitigasi (mitigation), kesiapsiagaan (preparedness), respon (respond), pemulihan (recovery), dan pembangunan berkaitan dengan bencana (disaster-related development).

Paradigma dalam konsep manajemen bencana makin berkembang, dari pendekatan teknokratik menjadi pendekatan manajemen resiko bencana. Pendekatan ini merupakan hasil dari inter-relasi dari 3 komponen yaitu, penilaian terhadap bahaya (hazard assessment), analisis kerentanan (vulnerability analysis), dan peningkatan kapasitas pengelolaan (enhancement of management capacity). Perubahan pendekatan dalam proses manajemen bencana, juga dilakukan dengan beralihnya sistem top-down menjadi bottom-up. Masyarakat memegang peran penting dalam pengurangan risiko bencana di wilayahnya (Yodmani, 2001).

Demikian pula halnya dengan manajemen bencana banjir berkembang menjadi manajemen resiko banjir (fl ood risk management). Pendekatan tersebut menurut Messner & Meyer (2005), memuat keterkaitan antara persepsi resiko banjir (fl ood risk perception), kesiapsiagaan (preparedness), kerentanan (vulnerability), kerusakan akibat banjir (fl ood damage), dan manajemen banjir (fl ood management). Semua elemen tersebut menghasilkan desain analisis kerusakan akibat banjir (fl ood damage analysis) dan management resiko banjir (fl ood risk management).

Manajemen bencana banjir menurut Twigg (2004) terdiri dari 3 komponen, yaitu mitigasi, kesiapsiagaan, dan pencegahan. Ketiga komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:

(1) Mitigasi adalah hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana baik struktural (pembangunan fi sik bangunan) maupun non struktural (pendidikan dan pelatihan terkait bencana dan kebijakan penggunaan

Page 16: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

6 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

lahan). Dalam UU No. 27 tahun 2007, mitigasi bencana di wilayah pesisir diartikan sebagai: “Upaya untuk mengurangi resiko bencana baik secara struktur atau fi sik melalui pembangunan fi sik alami dan/atau buatan maupun non struktural atau non fi sik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.”

(2) Kesiapsiagaan adalah langkah-langkah yang diambil sebelum bencana terjadi seperti prakiraan, peringatan dini, dan tanggap pada bencana.

(3) Pencegahan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana.

D. Persepsi terhadap Risiko (Risk Perception)

Sikap yang diambil masyarakat dalam menghadapi bencana secara umum merupakan upaya menuju penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Sikap masyarakat berkaitan erat dengan persepsi masyarakat terhadap kejadian bencana. Johnson, dkk., (2004) menunjukkan beberapa hal yang perlu diidentifi kasi dalam mengkaji persepsi dan sikap masyarakat terhadap bencana yang mendorong adaptasi, yaitu: (1) persepsi masyarakat terhadap bencana dan risikonya; (2) nilai-nilai yang mempengaruhi persepsi terhadap risiko bencana dan sikap masyarakat, (3) alasan masyarakat tetap tinggal di kawasan rawan banjir (4) sikap masyarakat terhadap alam dan (5) persepsi dan sikap yang mendorong adaptasi.

Dalam identifi kasi persepsi khususnya terhadap risiko bencana, Messner dan Meyer (2005) menyatakan bahwa persepsi akan dipengaruhi oleh perbedaan informasi yang dimiliki tiap individu, perbedaan nilai dalam bersikap, dan kepentingan tiap individu. Perbedaan di atas akan melahirkan perbedaan penilaian terhadap resiko bencana. Rianto (2009) dalam Febrianti (2010) mengungkap bahwa subjektivitas persepsi terhadap risiko bencana dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai bencana, pengalaman dalam menghadapi bencana, dan kemampuan individu untuk mengatasi dampak kejadian bencana.

Page 17: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 7

E. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Bencana

Hardesty (1977) mengemukakan tentang adaptasi bahwa: “adaptation is the process through which benefi cial relationships are established and maintained between an organism and its environment”, maksudnya, adaptasi adalah proses terjalinnya dan terpeliharanya hubungan yang saling menguntungkan antara organisme dan lingkungannya.

Sementara itu para ahli ekologi budaya (cultural ecologists) (Alland, 1975; Harris, 1968; Moran, 1982) mendefi nisikan, bahwa adaptasi adalah suatu strategi penyesuaian diri yang digunakan manusia selama hidupnya untuk merespon terhadap perubahan-perubahan lingkungan dan sosial.

Dalam kajian adaptabilitas manusia terhadap lingkungan, ekosistem merupakan keseluruhan situasi, di mana adaptabilitas berlangsung atau terjadi. Karena populasi manusia tersebar di berbagai belahan bumi, konteks adaptabilitas sangat berbeda-beda. Suatu populasi di suatu ekosistem tertentu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan dengan cara-cara yang spesifi k. Ketika suatu populasi atau masyarakat mulai menyesuaikan diri terhadap suatu lingkungan yang baru, suatu proses perubahan akan dimulai dan dapat saja membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menyesuaikan diri (Moran 1982). Sahlins (1968) menekankan bahwa proses adaptasi sangatlah dinamis, karena lingkungan dan populasi manusia terus dan selalu berubah.

Smit dkk., (1999) dalam kajiannya mengenai perubahan iklim, mengartikan adaptasi sebagai penyesuaian di dalam sistem ekologi-sosial-ekonomi sebagai respon terhadap kondisi ikilm dan dampaknya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Smit dan Wandel (2006) juga menyatakan bahwa adaptasi manusia dalam perubahan global merupakan proses dan hasil dari sebuah sistem, untuk mengatasi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan, tekanan, bahaya, risiko, dan kesempatan. Dalam perubahan iklim terdapat 2 peran adaptasi yaitu sebagai bagian dari penilaian dampak dengan kata kunci yaitu (1) adapatasi yang dilakukan, dan (2) respon kebijakan dengan kata kunci rekomendasi adaptasi. Kerangka dalam mendefi niskan adaptasi adalah dengan mempertanyakan: (1) adaptasi terhadap apa?; (2) siapa atau apa yang beradaptasi?; dan (3) bagaimana adaptasi berlangsung?. Hal ini berarti bahwa adaptasi adalah proses adaptasi dan kondisi yang diadaptasikan.

Page 18: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

8 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Gambar 2.1. Konsep Adaptasi, berdasarkan penyesuaian dari Adaptasi dalam Perubahan Iklim oleh Smit dkk., (1999)

Berdasarkan defi nisi adaptasi di atas, maka pendorong adaptasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah adaptasi terhadap bencana banjir pasang air laut. Sistem yang dikaji pada skala individu dan komunitas dalam berbagai perspektif ekologi dan sosial ekonomi yang berbeda dan adaptasi apa saja yang dilakukan?

Sunil (2011) mendefi nisikan adaptasi dalam ketidakpastian lingkungan dan bencana sebagai penanganan terhadap dampak yang tidak dapat dihindari dalam perubahan lingkungan. Adaptasi menyertakan penyesuaian diri dalam bersikap terhadap kondisi yang tidak menentu. Adaptasi sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan ekologi tertentu. Di dalam perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir, konsep adaptasi mengacu pada strategi: (1) perlindungan terhadap wilayah daratan dari lautan, sehingga penggunaan lahan dapat terus berlanjut; (2) akomodasi yaitu melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya; dan (3) strategi menghindar atau migrasi yaitu meninggalkan wilayah pesisir ke daerah lain yang lebih aman.

Page 19: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 9

Bab III

Analisis Strategi Adaptasi Masyarakat

A. Pengumpulan Data

Riset ini berfokus pada informasi-informasi kualitatif tentang persepsi, sikap, dan strategi masyarakat dalam menghadapi banjir pasang air laut. Pada penelitian ini, ditentukan sampel lokasi penelitian berdasarkan kriteria perbedaan sosioekologi yang dimiliki setiap desa. Konsep sosioekologi merupakan interaksi sosial manusia yang mendiami suatu wilayah dengan lingkungan fi sik di sekitarnya. Sikap manusia akan berpengaruh terhadap lingkungan fi sik, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian di desa-desa dengan ciri fi sik yang berbeda, didapatkan karakter sosial yang berbeda pula.

Daerah resiko banjir pasang surut di Pekalongan Utara, setidaknya terdapat 3 karakter sosioekologi yang berbeda, yaitu daerah permukiman padat, daerah pertanian sawah, dan daerah tambak. Oleh karena itu diambil 3 sampel desa/kelurahan yang masing-masing mewakili 3 karakter sosiologi yang berbeda. Ketiga desa tersebut adalah:

a. Desa Degayu dengan karakter sosioekologi pertanianb. Desa Krapyak Lor dengan karakter sosioekologi tambak,c. Desa Panjang Baru dengan karakter sosioekologi permukiman padat.

Pengetahuan tentang kondisi fi sik dan sosial ekonomi lokasi penelitian didapatkan dari data primer dan sekunder yang meliputi:

a. Distribusi bentuk penggunaan lahanb. Jumlah dan kepadatan penduduk

Page 20: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

10 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

c. Kejadian banjir pasang air laut di lokasi penelitiand. Sosial ekonomi masyarakat di lahan pertanian

Pada tahap kerja lapangan, fokus utama yang dilakukan adalah pengumpulan data primer. Data dikumpulkan berdasarkan kebutuhan data untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pertanyaan Penelitian dan Metode Pengambilan Data

Pertanyaan Penelitian Sub Pertanyaan Penelitian Data Yang

DiperlukanTeknik

Pengumpulan

Bagaimana perbedaan persepsi masyarakat terhadap banjir pasang air laut?

Apa yang masyarakat • ketahui tentang banjir pasang surut di lingkungan mereka masing-masing?Bagaimana pendapat • masyarakat tentang fenomena banjir pasang air laut?Bagaimana masyarakat • menilai resiko dari banjir pasang air laut?

Data persepsi masyarakat mengenai banjir pasang air laut

Indepth inteview semi terstruktur

Bagaimana perbedaan sikap masyarakat terhadap bencana banjir pasang air laut?

Bagaimana sikap • masyarakat terhadap banjir pasang air laut?Apakah nilai yang • mendasari masyarakat bersikap?

Data sikap masyarakat terhadap bajir pasang air laut

Indepth inteview semi terstruktur

Bagaimana perbedaan strategi masyarakat menghadapi banjir pasang air laut?

Apa adaptasi yang • dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi bencana banjir pasang air laut?Bagaimana proses • adaptasi yang dilakukan masyarakat?

Data strategi masyarakat dalam menghadapi banjir pasang air laut

Indepth inteview semi terstruktur

Page 21: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 11

Wawancara mendalam dilakukan dalam pengumpulan data primer-kualitatif dan kuantitatif dimana responden menjawab seperangkat pertanyaan dari peneliti. Dengan indepth interview didapatkan informasi mendalam dari responden tentang suatu fenomena. Dalam pelaksanaan indepth interview pada penelitian ini, sangat diperhatikan dua aspek penting untuk memperoleh data yang valid ;

a. Aspek perhatikan pada topik penelitian sehingga informasi yang didapatkan terarah. Oleh karena dalam wawancara selalu mengacu pada pertanyaan penelitian yang dapat mengarahkan pembicaraan pada saat wawancara berlangsung. Disamping itu, dengan adanya acuan pertanyaan, kedalaman informasi dari setiap responden dapat dibakukan, sehingga informasi dari satu responden dengan responden lain dapat tersusun secara sistematik.

b. Aspek obyektifi tas dalam arti informasi yang diperoleh berkualitas dan seobyektif mungkin. Untuk menjaga obyektifi tas informasi, dilakukan teknik triangle check. Dalam teknik ini, dilakukan konfi rmasi informasi yang didapatkan dari satu responden dengan responden yang lain.

Unit analisis penelitian adalah individu yang diwakili oleh setiap responden. Untuk mendapatkan sampel individu, dilakukan teknik purposive sampling. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan responden tertentu yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan dan konsep dari strategi adaptasi. Untuk memahami strategi adaptasi masyarakat dalam kondisi ekologi dan sosial ekonomi yang berbeda, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggali informasi dari responden dengan variasi yang berbeda baik dari kondisi fi sik lingkungan (seperti dominasi penggunaan lahan) maupun kondisi sosial ekonomi (seperti usia, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya)

Disamping wawancara terhadap individu masyarakat, juga dilakukan wawancara dengan aparat pemerintah sebagai salah satu stakaholder dalam topik banjir pasang surut. Aparat pemerintah dipilih berdasarkan pada kompetensi kedinasannya. Dinas yang menjadi sasaran adalah: 1)Dinas pekerjaan umum, 2)Kesbangpolinmas, 3)Dinas sosial, 4)Aparat Kecamatan dan Kelurahan.

Page 22: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

12 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

B. Analisis Data Spasial

Seusai survei lapangan dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Prinsip dasar analisis menggunakan konsep analisis data induktif seperti pada Gambar 3.1.

Secara teknis, analisis data menggunakan analisis tabulasi frekwensi maupun tabulasi silang. Analisis kualitatif dengan cara menginterpretasi data tabel dan gambar (foto) lapangan sesuai dengan sub-sub bahasan. Berbagai informasi data tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan hasil penelitian, berupa beberapa pernyataan yang terdapat di lapangan.

Gambar 3.1. Proses Analisis Data

Page 23: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 13

Secara skematis pelaksaan metode penelitian dapat disajikan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Kerangka Berfi kir Penelitian

Page 24: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah
Page 25: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 15

Bab IV

Deskripsi Wilayah Pesisir Pekalongan

A. Kondisi Fisik

Desa Degayu, Desa Panjang Baru dan Desa Krapyak Lor secara fi sik merupakan 3 desa yang berada di pesisir utara Kota Pekalongan. Secara administratif ketiga desa ini termasuk kedalam daerah Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Luas Desa Degayu, Krapyak Lor, dan Panjang Baru berturut-turut adalah 4.102 ha, 3.193 ha dan 1.112 ha, sehingga secara keseluruhan daerah penelitian ini seluas 8.407 ha.

Ketiga desa tersebut ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara dengan ketinggian tanah antara 0-1 meter di atas permukaan air laut. Beberapa tempat di Desa Panjang Baru memiliki ketinggian yang relative sama dengan ketinggian permukaan air laut. Kondisi ini menjadi salah satu faktor terjadinya banjir pasang surut di pesisir utara Kota Pekalongan. Curah hujan rata-rata 200 mm/th dengan suhu rerata 300C, menyebabkan suhu udara wilayah ini cukup panas pada siang hari.

Ketiga desa ditinjau dari aksesibilitas memiliki lokasi yang cukup strategis. Selain memiliki pelabuhan besar berskala nasional juga dekat dengan jalur lintas Pantai Utara Jawa (Pantura) yang dikenal sebagai jalur nadi penghubung antara kota-kota besar di Pulau Jawa. Kota Pekalongan yang tumbuh dengan pesat juga menjadi faktor yang menyebabkan wilayah ini memiliki daya tarik lokasional di tengah masalah banjir pasang air laut.

Pemanfaatan lahan suatu daerah merupakan salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam kajian suatu wilayah. Penggunaan lahan menunjukkan karakter dinamika atau perubahan ekonomi dan sosial masyarakat

Page 26: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

16 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

yang mendiami wilayah tersebut. Data Tahun 1999 masih menunjukkan penggunaan lahan yang dominan Desa Degayu dan Krapyak Lor sebagai lahan sawah irigasi, namun demikian saat ini luas lahan sawah irigasi menurun sangat drastis, karena sawah sebagian luas telah terendam permanen oleh banjir pasang surut. Di Desa Panjang Baru didominasi permukiman, fenomena yang sama dengan yang tergambarkan pada data Tahun 1999. Sawah irigasi yang terendam permanen sebagian besar dialihfungsikan untuk lahan tambak bandeng dan tambak udang.

Tiga desa ini merupakan bagian dari DAS Kupang, yang berhulu di wilayah Kecamatan Petungkriyono dan bermuara di Laut Utara Jawa. Ketiga desa ini juga merupakan bagian dari downstream atau kawasan hilir sungai. Sungai-sungai yang melalui dan bermuara di 3 desa ini di antaranya Sungai Sikenting, Sungai Sibulangan dan Sungai Loji. Sungai-sungai ini merupakan saluran yang memasok air dari darat masuk ke laut, juga menjadi jalur masuknya air dari laut ke darat pada saat pasang. Untuk mengatasi hal ini, di satu sisi Sungai Sibulangan ditanggul atau dipotong. Selama ini upaya tersebut cukup berhasil sebagai pengendali air pasang.

B. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Desa Panjang Baru merupakan desa dengan jumlah dan kepadatan penduduk tertinggi di antara 3 desa yang menjadi lokasi penelitian. Dengan jumlah penduduk 8.394 jiwa dan luas daerah 111 ha, kepadatan penduduk desa ini sebesar 76 jiwa/ha. Rasio penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama, yakni 1:1,07, artinya bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki maka perempuan perlu mendapatkan pengarahan dan pembinaan dalam kontribusi kesejahteraan rumah tangga.

Struktur penduduk menurut kelompok tenaga kerja, dominasi umur penduduk berada pada penduduk usia produktif (15-56 tahun). Hal ini merupakan salah satu aset dan potensi untuk pembangunan daerah, meskipun harus mempertimbangkan kualitas SDMnya. Keadaan struktur penduduk diilustrasikan pada Gambar 4.1. berikut:

Page 27: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 17

Gambar 4.1. Piramida kelompok Usia Kerja (sumber: Podes, 2008)

Sektor unggulan di ketiga desa adalah sektor primer, baik pertanian maupun perikanan darat dan laut. Hal ini tampak pada besarnya jumlah penduduk bermatapencaharian pada kedua sektor tersebut. Sektor sekunder riil yakni perdagangan barang primer dan buruh. Jasa pariwisata yang berada di Desa Panjang Baru yang seharusnya menjadi sektor utama, nampaknya belum berhasil mengangkat sektor ini menjadi sector unggulan masyarakat. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan, objek pariwisata Pantai Panjang Baru dan Krapyak Lor tidak nampak menonjol, atau relative sepi pengunjung.

Fenomena mobilitas penduduk di ketiga desa, juga merupakan hal yang menarik, yakni justru faktor pendorong penduduk keluar dari daerah, karena lingkungan yang tidak nyaman, kumuh, dan rawan banjir. Namun demikian juga terdapat faktor penduduk masuk ke daerah ini, yakni karena murahnya harga lahan dan bangunan. Harga satu rumah dan tanah tipe 36 di kawasan perumahan kelas menengah di Desa Panjang Baru, hanya sekitar Rp. 30.000.000,-. Hal ini sulit menemukan harga yang sama di Kota Pekalongan. Rasio penduduk masuk dan keluar daerah dari periode pencatatan ke periode pencatatan berikutnya hampir sama yakni 1:1. Hal ini berarti banyak penduduk yang masuk, namun banyak pula penduduk yang keluar.

Jika dilihat dari pertambahan penduduk alami (dari kelahiran dan kematian), jumlah penduduk bayi lahir lebih banyak dari pada penduduk meninggal. Hal

Page 28: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

18 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

ini berpotensi meningkatkan kepadatan penduduk di daerah ini, walaupun terlalu tidak signifi kan. Rasio penduduk mati terhadap penduduk lahir adalah 1:2, dimungkinkan karena ketersediaan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan setempat.

C. Sarana Prasarana

Jalan dan jembatan sebagai sarana penghubung darat antar wilayah, utama-nya antar 3 desa (Panjangbaru, Krapyak Lor, dan Degayu) telah tersedia dengan kondisi baik. Jalan penghubung dengan pusat kota dan jalan arteri nasional juga dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh masyarakat, meskipun pada beberapa bagian mengalami kerusakan karena sering terendam banjir.

Polder penampung air telah dibangun, namun hanya di Desa Panjang Baru. Polder ini berfungsi untuk menampung air banjir dari permukiman, kemudian dipompa keluar untuk dibuang ke saluran menuju laut. Polder ini dibangun oleh pemerintah dengan partisipasi dan inisiasi dari masyarakat. Saluran air dan tanggul juga telah ada, namun kondisinya sudah tidak mampu menampung desakan banjir pasang air laut. Akibatnya setiap pasang (terkadang 2 kali sehari) permukiman masih tergenang banjir.

Page 29: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 19

Bab V

Persepsi, Sikap dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Banjir Pasang Air Laut

A. Banjir Pasang Air Laut

Kecamatan Pekalongan Utara merupakan Kecamatan yang memiliki sumberdaya biotik, abiotik dan manusia yang sangat potensial. Wilayah yang berbatasan langsung dengan laut, membawa konsekuensi sektor perikanan merupakan sektor unggulan, dan memberikan kontribusi besar pada kesejahteraan masyarakatnya. Topografi wilayah yang landai, menyebabkan sarana dan prasarana penunjang pembangunan dan aksesibilitas wilayah berkembang dengan baik, didukung pula dengan aspek ketenagakerjaan dan kelembagaan yang mapan menjadikan wilayah ini merupakan wilayah yang strategis dan potensial.

Perkembangan tersebut, perlu adanya tanggapan Pemerintah dan masyara-kat untuk melakukan upaya preventif strategis, dalam mengarahkan perkem-bangan wilayah, dan mengendalikan dampak negatif dari perkembangan wilayah, yang sering muncul akibat lonjakan jumlah penduduk dan degradasi kualitas lingkungan.

Fakta menunjukkan bahwa berbagai masalah lingkungan telah terjadi di Pekalongan Utara. Abrasi pantai, gelombang tinggi, pencemaran limbah, sampah, dan banjir pasang air laut tercatat pernah terjadi dengan intensitas yang berbeda-beda di setiap bagian wilayah. Khusus di kawasan Kecamatan Pekalongan Utara, bencana banjir pasang surut merupakan bencana dengan intesitas kejadian cukup sering, dan menyebabkan kerugian cukup tinggi. Permasalahan ini timbul karena ketinggian tempat yang rendah, topografi dataran landai, dan sistem

Page 30: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

20 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

drainase yang belum baik, serta kondisi wilayah kurang mampu menerima debit air buangan.

Berdasarkan pada data kejadian bencana banjir pasang surut menurut kelurahan, dan jumlah kepala keluarga yang tergenang (kejadian tanggal 5 oktober 2010), dapat ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Kejadian Banjir Pasang Air Laut Kecamatan Pekalongan Utara

No Kelurahan Jumlah KK

1 Panjang Baru 1881

2 Krapyak Lor 1484

3 Panjang Wetan 675

4 Kandang Panjang 1122

5 Bandengan 475

6 Pabean 1085

Kecamatan Pekalongan Utara 6722

Sumber: Kesbangpolinmas Kota Pekalongan, 2010

Kelurahan Degayu, Krapyak Lor dan Panjang Baru merupakan 3 kelurahan yang turut tergenang banjir pasang surut dengan intensitas cukup tinggi. Dari beberapa laporan kejadian bencana, kelurahan ini merupakan 3 kelurahan dengan tingkat ketinggian banjir tertinggi (bervariasi antara 20 cm hingga 60cm).

Kelurahan Panjang Baru merupakan kelurahan dengan dominasi penggunaan lahan untuk permukiman. Di antara 3 sampel kelurahan lain pada penelitian ini, Kelurahan Panjang Baru memiliki jumlah penduduk tertinggi. Di samping itu, di kelurahan ini terdapat Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pekalongan yang menjadikan wilayah ini semakin padat, akibat sebagian mahasiswa dan pedagang pendatang tinggal di kelurahan ini.

Page 31: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 21

Selain STAIN juga terdapat beberapa perumahan kelas ekonomi menengah. Kompleks perumahan dibangun pada tahun 1995, sebelum kejadian banjir pasang surut menimbulkan kerugian dan merusak banyak infrastruktur. Saat ini di perumahan tersebut sebagian besar bangunan rumah kosong, karena ditinggal penghuninya yang memilih pindah untuk menghidari banjir pasang surut, yang selalu terjadi pada musim-musim tertentu.

Data kejadian genangan banjir pasang surut di Kelurahan Panjang Baru, yang terjadi pada bulan Juni Tahun 2010 dapat disajikan pada Tabel 5.2. sebagai salah satu fakta peristiwa banjir di kelurahan ini.

Selain menggenangi kawasan permukiman, banjir pasang air laut juga menggenangi dan bahkan menimbulkan kerusakan kawasan tambak di Kelurahan Krapyak Lor. Di kelurahan ini mayoritas penduduk bekerja di sektor tambak. Tambak di desa yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa ini, pernah mengalami banjir pasang surut, khususnya pada tambak yang berbatasan langsung dengan saluran air. Akibat seringnya banjir pasang air laut, petani tambak selalu mengalami kerugian, karena ikan di tambak berpindah ke tempat-tempat genangan lain di luar tambak atau bahkan ke tambak milik orang lain saat banjir pasang air laut terjadi. Menurut salah satu informan kerugian yang dialami dapat mencapai 90% dari hasil yang seharusnya diperoleh setiap kali panen.

Page 32: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

22 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Tabel 5.2. Lokasi Kejadian Genangan Banjir Pasang Air Laut di Perumahan Kelurahan Panjang Baru

Perumahan Ketinggian (cm) Jumlah KK

Panjang Indah 40-50 303

Kunti Utara 50 134

Boyongsari 60 372

Gedangan 50 189

Perum Sosial 50 277

Cangring 50 223

Pantai Sari 50 202

Pandan Arum 50 181

Jumlah 1881

Sumber: Kesbangpolinmas Kota Pekalongan 2010

Selain merugikan petani tambak, banjir pasang air laut di Kelurahan Krapyak Lor juga menimbulkan kerugian bagi warga di permukiman. Karena banjir pasang surut yang terjadi sering menggenangi rumah mereka dalam beberapa waktu dengan variasi ketinggian antara 20 cm hingga 60 cm. Sebagaimana peristiwa banjir yang terjadi pada tahun 2010 dapat disajikan pada Tabel 5.3.

Page 33: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 23

Tabel 5.3. Daerah Banjir Pasang Air Laut Kelurahan Krapyak Lor tahun 2010

Wilayah RW Jumlah rumah yang tergenang Keterangan

1 270

air masuk ke rumah warga dengan variasi ketinggian antara 20 cm sampai dengan 60 cm

2 150

3 223

4 182

5 87

7 43

9 225

10 227

11 148

12 147

Jumlah 12 RW 1484

Sumber: Kesbangpolinmas Kota Pekalongan 2010

B. Persepsi Masyarakat Terhadap Banjir Pasang Air Laut

Persepsi masyarakat baik terhadap banjir pasang air laut, terhadap bagaimana banjir pasang air laut terjadi; terhadap berapa tinggi genangan dan durasinya; dan terhadap dampak banjir pasang air laut; merupakan hal-hal yang menjadi dasar masyarakat, dalam menilai risiko kejadian banjir pasang air laut terhadap kehidupan mereka. Dalam hal ini, masyarakat menganggap banjir pasang air laut yang terjadi sebagai sebuah fenomena alam yang biasa terjadi.

Menurut pengetahuan mereka, mengenai banjir pasang air laut merupakan hasil interaksi dari gelombang dan angin. Mereka memahami bahwa banjir pasang air laut akan semakin besar, ketika gelombang pada saat air laut pasang didorong

Page 34: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

24 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

oleh angin yang besar pula. Akibatnya air laut yang menuju daratan semakin besar, dan genangannya menjadi semakin tinggi. Walaupun waktu dan tinggi dari genangan pasang air laut tidak dapat diketahui secara pasti oleh masyarakat, namun terdapat sebagian warga yang memanfaatkan data dari pelabuhan, untuk mengetahui prediksi ketinggian pasang air laut untuk antisipasi terhadap banjir. Meskipun demikian ada juga yang mengetahui tingginya pasang air laut dari perhitungan penanggalan jawa, karena selain merasa mudah dipahami, mereka tidak perlu mencari informasi ke pelabuhan.

Mereka tidak lagi merasakan banjir pasang air laut sebagai salah satu bentuk ancaman, tetapi mereka lebih menggangap hal tersebut sebagai sebuah keterbatasan yang mereka hadapi sehari-hari. Walaupun masyarakat menganggap banjir pasang air laut sebagai hal yang wajar dan menjadi bagian dari proses alam yang terjadi akibat pasang air laut, namun masyarakat merasakan perubahan dari ketinggian genangan. Di area permukiman dan tambak, masyarakat menyatakan, bahwa banjir pasang air laut mengalami peningkatan ketinggian secara nyata mulai tahun 2000-an, Masyarakat mulai merasakan genangan banjir semakin tinggi dan meluas masuk ke dalam rumah dengan durasi rata-rata 3-4 hari setiap bulannya. Sedangkan di area pertanian, masyarakat menyatakan bahwa banjir pasang air laut mulai menggenangi sawah setelah tahun 1990-an. Genangan parah yang terjadi di sawah dimulai sejak 4-5 tahun terakhir, atau sekitar tahun 2005-an. Masyarakat merasakan puncak banjir terjadi tahun 2009 s.d awal tahun 2010. Di area permukiman durasi genangan mencapai hampir 6 bulan. Sedangkan di area pertanian, sampai penelitian ini dilakukan masih tergenang dan sebagian telah berubah menjadi genangan air asin.

Sebagai ilustrasi peningkatan banjir pasang air laut, di Kelurahan Panjang Baru sebuah rumah di kampung Pandanarum dengan pondasi 40 cm dari ketinggian jalan pada tahun 2001, telah tergenang mencapai ketinggian 40 cm sama pada tahun 2011. Hal ini menggambarkan bahwa ketinggian puncak banjir pasang air laut dalam rentang waktu 10 tahun terakhir, telah meningkat hampir 40 cm.

Peningkatan banjir pasang air laut diduga masyarakat terjadi akibat dari air laut yang semakin menjorok ke daratan, air laut yang semakin tinggi, dan daratan yang semakin rendah. Pada tahun 1980-an, masyarakat melihat laut masih jauh dari areal permukiman. Saat itu pantai masih berjarak sekitar 50 m

Page 35: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 25

dari tanggul batu yang dibangun di sepanjang pantai Kelurahan Panjang Baru, saat ini sepanjang jarak tersebut telah tergenang oleh air pasang air laut (Gambar 5.1.).

Kejadian banjir pasang air laut sebagian besar terjadi melalui saluran-saluran air atau saluran drainase yang bermuara ke laut. Khusus di Kelurahan Panjang Baru, kejadian ekstrim banjir pasang air laut di permukiman dan tambak yang berjarak cukup dekat dengan garis pantai, pada tahun 2009 s.d 2010 diperparah dengan adanya tanggul pantai yang jebol, yaitu barat bangunan crematorium yang ada di bagian barat pantai Kelurahan Panjang Baru. Banjir pasang air laut masuk ke daratan melalui bagian pantai yang tidak bertanggul, masuk ke daratan, dan genangan menyebar melalui saluran air.

Kejadian banjir di Perumahan Panjang Indah, yang berjarak ± 1 km dari garis pantai memiliki genangan tinggi saat banjir seperti pada Gambar 5.2. Hal ini disebabkan oleh saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik, dan adanya alih fungsi guna lahan di sekitar perumahan. Pembangunan STAIN

Page 36: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

26 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

dan perumahan milik Sampoerna (Ciputra) di areal persawahan dengan proses urug, menyebabkan hilangnya beberapa saluran drainase yang merupakan jalur air untuk keluar dari perumahan (Gambar 5.3.). Selain itu, dengan diurugnya lahan di sekitar perumahan Panjang Indah menyebabkan areal perumahan ini lebih rendah dari wilayah yang lain sehingga air mengalir dan berkumpul di Perumahan Panjang Indah.

Page 37: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 27

Berdasarkan wawancara dan observasi lapangan, serta data dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kelurahan Degayu (2011) kejadian banjir pasang air laut yang terjadi di ketiga kelurahan memiliki dampak sebagai berikut.

(1.) Di areal permukiman

a. Kerusakan rumah seperti tembok, pintu, dan jendelab. Kerusakan perabot rumah tangga dan alat transportasic. Kerusakan jalan lingkungand. Timbulnya genangan yang cukup lama di jalan lingkungan dan

saluran drainasee. Kotoran yang menyebar pada rumah-rumah yang tidak memiliki

sanitasif. Timbulnya penyakit gatal-gatal, kaki gajah, dan diare akibat

lingkungan yang kumuh

Page 38: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

28 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

(2.) Di areal tambak

Kerugian para petani tambak akibat gagal panen karena lepasnya ikan bandeng atau udang ketika banjir pasang air laut datang dan ketinggian air mencapai batas pematang tambak. Berdasarkan wawancara, kerugian dapat mencapai 50% s.d 90 % dari 10.000 bibit yang ditebar tiap 5 bulan sekali

(3.) Di areal sawah

Berdasarkan wawancara, banjir pasang air laut yang merendam 60% sawah, telah mengakibatkan luas lahan produktif telah menurun 25% atau sekitar 36 ha dari semula 161 ha menjadi 125 ha dari tahun 2008 s.d 2011.

Berbagai dampak tersebut diilustrasikan pada Gambar 5.4. sampai dengan Gambar 5.9.

Page 39: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 29

Page 40: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

30 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Page 41: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 31

Berdasarkan kejadian banjir pasang air laut dan persepsi masyarakat terhadap kesadaran tersebut, terdapat dua pendapat mengenai banjir pasang air laut, yaitu banjir pasang air laut sebagai gangguan, dan banjir pasang air laut sebagai bencana. Secara umum pendapat bahwa banjir pasang air laut sebagai gangguan dikemukakan oleh warga yang berada di Kelurahan Panjang baru dan Krapyak Lor. Namun, pendapat lain dikemukan oleh warga di Kelurahan Degayu yang berpendapat banjir pasang air laut sebagai bencana.

Pendapat yang mengemukakan banjir pasang air laut sebagai gangguan dilatar belakangi oleh beberapa alasan berikut:

1. Masyarakat bermukim dekat dengan pantai dan telah lama mengetahui adanya genangan akibat pasang air laut yang terjadi di pantai.

2. Masyarakat telah lama mengalami banjir pasang air laut yang menggenangi area permukiman hingga masuk ke dalam rumah.

3. Pengalaman yang cukup lama dalam menghadapi banjir pasang air laut telah membuat hal tersebut sebagai hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat.

Page 42: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

32 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

4. Masyarakat hanya merasa terganggu ketika banjir pasang air laut mencapai ketinggian tertentu dan masuk ke dalam rumah atau tambak sehingga menghambat aktivitas masyarakat. Artinya, bahwa banjir pasang air laut pada masyarakat penghuni dekat pantai telah beradaptasi, sehingga tantangan Lingkungan yang sebenarnya menjadi kendala kehidupan, mereka anggap sebagai hal yang wajar dan harus disesuaikan dengan kehidupannya. Hal itu sebagai akibat mereka terpaksa tinggal di daerah itu karena tidak ada pilihan lain.

Pendapat lain yang menyatakan banjir pasang air laut sebagai bencana disebabkan oleh dampak dari kejadian ekstrim banjir pasang air laut yang menggenangi lahan sawah dan menyebabkan sawah menjadi tidak produktif. Padahal Kelurahan Degayu merupakan salah satu penghasil padi yang cukup besar di Kota Pekalongan sebelum banjir menggenangi area sawah. Dampak permanen yang terjadi di lahan sawah tersebut telah menyebabkan perubahan kondisi ekonomi masyarakat kelurahan. Artinya bahwa, aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi terganggu mengakibatkan banjir pasang air laut dipersepsikan sebagai bencana yang merugikan.

C. Sikap Masyarakat terhadap Banjir Pasang Air Laut

Persepsi dapat memunculkan pendapat mengenai banjir pasang air laut dan mengarahkan masyarakat untuk bersikap. Hasil wawancara dan observasi di lapangan menunjukkan adanya sikap dua kelompok masyarakat, yaitu bertahan atau pergi. Sikap masyarakat yang bertahan dalam menghadapi kejadian banjir pasang air laut melalui proses sebagai berikut:

(1) sikap menerima bahwa banjir pasang air laut adalah bagian dari proses alam yang terjadi di wilayah pesisir;

(2) sikap mentolerir kejadian banjir pasang air laut walaupun dampaknya telah mengganggu kehidupan;

(3) sikap bertahan untuk tetap bertempat tinggal dan memiliki properti di areal yang rawan banjir pasang air laut.

Page 43: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 33

Sikap masyarakat untuk tetap bertahan tidak berarti bahwa keinginan untuk berpindah tidak ada. Keinginan untuk pindah dan bertempat tinggal di tempat yang lebih nyaman seringkali muncul ketika banjir pasang air laut datang dan mereka merasa terganggu. Namun, ketika genangan telah surut dan aktivitas masyarakat kembali normal maka keinginan untuk pindah hilang. Beberapa alasan yang menyebabkan masyarakat tetap bertahan adalah sebagai berikut:

(1) Masyarakat memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan di wilayah pesisir seperti nelayan, buruh (pelabuhan, industri ikan asin, dan industri jaring), dan pemilik atau buruh tambak. Kurangnya pendidikan dan keahlian telah meyebabkan masyarakat tidak memiliki pilihan pekerjaan lain di luar wilayah pesisir. Sehingga tempat tinggal yang dekat dengan pekerjaan menjadi pilihan bagi mereka.

(2) Masyarakat tidak memiliki biaya untuk memiliki tempat tinggal baru di luar dari kawasan rawan banjir pasang air laut.

(3) Masyarakat yang telah bermukim cukup lama merasakan bahwa tempat tinggal mereka saat ini adalah rumah yang tepat bagi mereka/lingkungan yang telah terbentuk.

(4) Properti yang mereka miliki baik berupa rumah, tambak, maupun sawah tidak memiliki daya jual yang tinggi sehingga apabila dijual tidak mendapatkan biaya yang cukup untuk membeli kembali properti di luar wilayah tersebut.

(5) Perasaan senasib yang dirasakan antar warga.

Bagi masyarakat yang memilih untuk meninggalkan propertinya, dalam hal ini terutama adalah rumah, merupakan warga yang memiliki kemampuan secara fi nansial untuk membeli properti di tempat lain. Berdasarkan observasi lapangan, sikap ini dilakukan sebagian besar oleh warga perumahan Panjang Indah dan perumahan Slamaran. Fakta di lapangan menunjukkan banyaknya rumah-rumah kosong yang ditawarkan untuk dijual atau dikontrakkan.

Page 44: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

34 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

D. Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Banjir Pasang Air Laut

Proses persepsi dan sikap masyarakat untuk bertahan terhadap banjir pasang air laut, merupakan awal bagi adaptasi masyarakat untuk menghadapi tekanan dari dampak banjir pasang air laut. Beberapa adaptasi yang dilakukan dalam menghadapi banjir pasang air laut di setiap tipe lingkungan dapat dibedakan sebagai berikut.1) Adaptasi dalam Tipe Lingkungan Permukiman Dua karakteristik permukiman yang berbeda di daerah penelitian yaitu

permukiman kampung dan permukiman perumahan memiliki karakteristik adaptasi yang berbeda.

a. Adaptasi terhadap lingkungan permukiman kampung memiliki ciri khas beberapa wujud kegiatan berikut.(1) Meninggikan jalan lingkungan melalui bantuan dari pemerintah

kota. (2) Meninggikan pondasi rumah oleh masing-masing individu atau

membuat tanggul di teras rumah yang dapat menghalangi air masuk ke dalam rumah. Hal ini dilakukan sesuai dengan kemampuan fi nancial masing-masing individu atau rumah tangga.

(3) Membuat “urugan” tanah di genangan yang sulit untuk surut untuk dipakai sebagai jalan. Jalan ini dibuat dari tanah dan batu yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat maupun individu.

(4) Membuat tanggul dari bambu yang diisi oleh tanah sepanjang tepi jalan yang membatasi area dengan tanggul pantai yang jebol dengan area perkampungan. Kegiatan ini merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang dilakukan dengan melibatkan beberapa Rukun Warga (RW).

(5) Pembuatan tanggul buatan dari bambu pada mulut saluran air untuk menahan pasir agar tidak jatuh dan menahan pasir dari laut masuk ke dalam saluran ketika banjir pasang surut datang. Kegiatan ini merupakan kegiatan swadaya masyarakat.

(6) Gotong royong rutin pembersihan saluran air dan perbaikan pintu air.

Page 45: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 35

Untuk lebih jelasnya, proses adaptasi masyarakat dapat ditunjukkan pada Gambar 5.10 sampai dengan Gambar 5.17. (Sumber: Survei lapangan, 2011).

Page 46: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

36 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Page 47: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 37

Page 48: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

38 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Page 49: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 39

b. Adaptasi terhadap lingkungan permukiman perumahan memiliki ciri khas beberapa kegiatan sebagai berikut.(1) Meninggikan jalan lingkungan melalui swadaya maupun bantuan

dari pemerintah kota.(2) Meninggikan pondasi rumah oleh masing-masing individu atau

membuat tanggul di teras rumah yang dapat menghalangi air masuk ke dalam rumah. Hal ini dilakukan sesuai dengan kemampuan fi nansial masing-masing individu atau rumah tangga.

(3) Memperbaiki pintu saluran air secara swadaya sehingga dapat berfungsi dengan baik ketika banjir pasang air laut datang.

(4) Mengoperasikan mesin sedot kecil yang dibeli melalui swadaya masyarakat untuk menyedot air yang kemudian dibuang ke saluran air di bagian utara perumahan. Pada saat pembelian mesin sedot, setiap rumah tangga iuran sebesar Rp 5.000,00.

(5) Membangun polder melalui inisiatif warga perumahan dengan bantuan pemerintah kota. Warga mengajukan bantuan kepada pemerintah kota serta berkontribusi sebesar 10% (berupa uang tunai atau bahan bangunan atau tenaga kerja) dari total biaya pembangunan. Pembangunan polder berupa penampungan air ukuran 2,75 x 3 x 30 meter yang dibangunan di bawah jalan masuk ke perumahan, pompa air otomatis beserta ruangannya, dan saluran drainase yang mengalirkan air hasil sedotan menuju saluran air di luar perumahan menuju Kali Sepucung.

(6) Melakukan pengelolaan mandiri terhadap polder di bawah peng-awasan BKM Kelurahan Panjang Baru.

Adaptasi terhadap lingkungan permukiman perumahan ditunjukkan pada Gambar 5.18 sampai dengan Gambar 5.26 yang didapatkan dari survei lapangan tahun 2011.

Page 50: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

40 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Page 51: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 41

Page 52: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

42 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Page 53: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 43

2) Adaptasi dalam Tipe Lingkungan Tambak Adaptasi dalam tipe lingkungan tambak terwujud dalam beberapa aktifi tas

masyarakat sebagai berikut.(1) Membuat jaring atau oleh warga disebut waring yang dipasang di

sepanjang kolam dan pintu saluran air tambak untuk menghalangi ikan berpindah dari kolam ketika air tambak menjadi luber akibat banjir pasang air laut. Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing pemilik atau buruh tambak.

(2) Membuat alat dari pipa pralon yang digunakan untuk membuka saluran air yang menghubungkan sungai dengan tambak ketika surut dan menutupnya ketika pasang sehingga air tambak tidak meluap.

(3) Memperbaiki tambak menjadi lebih tinggi serta tidak tergenang lagi dan mengeruk lahan tambak lebih dalam 1 meter dibandingkan tambak-tambak pada umumnya sehingga tambak akan sangat sulit untuk dikeringan. Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing petani tambak.

(4) Menyusun proposal bantuan dana yang akan digunakan untuk pembelian benih oleh paguyuban petani tambak.

(5) Mencoba budidaya rumput laut di area tambak karena dianggap tidak begitu terpengaruh oleh kejadian banjir pasang air laut. Hal dilakukan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan masing-masing petani tambak.

(6) Melakukan panen lebih awal sebelum waktunya oleh para petani tambak yang mengetahui jadwal puncak pasang air laut.

Adaptasi dalam tipe lingkungan tambak ditunjukkan pada Gambar 5.27 sampai dengan Gambar 5.30 berdasarkan survei lapangan tahun 2011.

Page 54: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

44 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Page 55: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 45

Page 56: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

46 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

3) Adaptasi dalam Tipe Lingkungan Pertanian Sawah Adaptasi dalam tipe lingkungan pertanian sawah di Kelurahan Degayu

terwujud dalam beberapa kegiatan berikut.(1) Meninggikan tanggul/pematang sawah oleh masing-masing pemilik

lahan sehingga genangan air asin tidak masuk ke dalam lahan sawah. Usaha ini dilakukan per hektar sawah membutuhkan 12 orang buruh, dengan bayaran Rp 35.000,00. Sehingga per hektar sawah memerlukan biaya untuk meninggikan tanggul sebanyak Rp. 420.000,00. Tanggul ini akan bertahan untuk setiap satu kali musim tanam.

(2) Mengganti bibit padi dari bibit air tawar menjadi bibit yang tahan dengan air asin. Kegiatan ini ditawarkan baik bagi pemilik lahan maupun buruh penggarap sawah melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan bantuan bibit dari Dinas Pertanian.

(3) Bagi para buruh tani yang tidak lagi dapat menggarap sawah, pilihannya adalah dengan beralih profesi menjadi buruh di wilayah lain; pemulung TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah); dan pencari ikan, kepiting, dan udang.

(4) Penataan ruang oleh pemerintah (DKP dan DPU) dan masyarakat melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan pembuatan irigasi dan tanggul yang akan memisahkan lahan sawah menjadi 3 fungsi utama yaitu budidaya tambak (bagian utara), pertanian sawah (bagian selatan), dan budidaya air tawar (bagian tengah).

E. Konsepsi Adaptasi Masyarakat terhadap Banjir Pasang Air Laut

Adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat meliputi aspek fi sik dan aspek sosial-ekonomi. Hal ini terdorong oleh latar belakang ketergantungan masyarakat pada faktor alami di lingkungan mereka, baik dalam adaptasi secara individu maupun dalam adaptasi secara kelompok dan kelembagaan.

Langkah pencegahan sama sekali belum dilakukan. Hal ini dikarenakan fenomena alami terjadi akibat faktor fi sik yang tidak terelakkan. Menurut masyarakat, banjir pasang air laut telah terjadi sejak sebelum tahun 1980, sebagai konsekuensi kondisi ketinggian daerah yang hampir sama dengan permukaan air laut.

Page 57: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 47

Langkah kesiapsiagaan yang dilakukan oleh masyarakat juga minim. Mahalnya biaya pembangunan fasilitas penunjang kesiapsiagaan dan luasnya area cakupan bencana menjadikan langkah kesiapasiagaan, khususnya yang dilakukan oleh individu, minim dilakukan. Pemerintah selaku fasilitator hendaknya membantu masyarakat dengan menginisiasi dan memastikan kelangsungan upaya kesiapsiagaan.

Upaya mitigasi bencana yang dilakukan oleh masyakat secara individu adalah peninggian rumah dan jalan. Hal ini dirasa cukup efektif oleh masyarakat karena secara konkret mampu mencegah masuknya air ke dalam rumah. Namun, karena hal ini dilakukan secara sporadis maka masyarakat yang tidak meninggikan rumah karena alasan keuangan justru mengalami kerugian. Karena air terjebak di rumah mereka dan tidak dapat mengalir.

Bangunan polder yang diinisiasi oleh masyarakat dan dikembangkan oleh pemerintah merupakan usaha yang besar dan memberikan kontribusi positif bagi pengurangan genangan air. Namun, karena polder ini hanya mampu menyerap genangan pada wilayah yang sempit, maka wilayah lain justru tergenang karena aliran polder ke laut yang tidak lancar.

Sementara bagi para pemilik tambak, usaha kesiapsiagaan yang dilakukan secara swadaya guna meminimalisir kerugiaan adalah memanen ikan lebih dini. Mitigasi yang selama ini mereka laksanakan adalah dengan pengajuan proposal bantuan benih melalui kelompok petani tambak, dan dengan percobaan budi daya rumput laut secara swadaya atau individu.

Mitigasi juga dilaksanakan oleh para pemilik sawah atau para buruh tani. Beberapa pemilik sawah secara inisiatif mengganti bibit padi mereka dari bibit air tawar menjadi bibit air asin atau setidaknya bibit padi yang tahan dengan air asin. Sementara bagi para buruh tani, mereka beralih profesi menjadi pemulung, pencari ikan atau hanya sekedar berpindah wilayah garapan. Selain upaya yang dilakukan secara individu, pemerintah juga membantu petani dengan melakukan penataan ruang di areal persawahan. Bentuk-benttuk adaptasi masyarakat terhadap banjir pasang air laut di Kota Pekalongan secara ringkas disajikan pada Gambar 5.31.

Page 58: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

48 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Permukiman

Kampung

Permukiman

Perumahan

Tambak Sawah Permukim

an Kampung

Permukiman

Perumahan

Tambak Sawah Permukim

an Kampung

Permukiman

Perumahan

Tambak

Sawah

Pen

cega

han

Swadaya individu/rumah tangga

Swadaya komunitas

Bantuan pemerintah

Kes

iap

siag

aan

panen tambak lebih dini pada perkiraan puncak pasut

Swadaya individu/rumah tangga

Gotong royong pembersihan saluran air dan perbaikan pemutar pintu air

Gotong royong pembersihan saluran air dan perbaikan pemutar pintu air

Swadaya komunitas

Bantuan

pemerintah

Mit

igas

i

peninggian lantai rumah, pembuatan urugan jalan

peninggian lantai rumah

pembuatan jaring dan pipa, mempertinggi tambak

peninggian pematang sawah

percobaan budidaya rumput laut

percobaan bibit padi air asin, alih profesi

Swadaya individu/rumah tangga

Swadaya

Gambar 5.31. Identifi kasi Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Banjir Pasang Air laut di Kota Pekalongan (Sumber: Hasil analisa data, 2011)

Page 59: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 49

Bab VI

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Pengetahuan warga mengenai banjir pasang air laut di tiga kelurahan cukup seragam. Dari wawancara yang telah dilakukan dengan warga pemukiman kampung dan perumahan, warga petani tambak, serta warga petani sawah, mereka memiliki pemahaman mengenai banjir pasang air laut yang sama yaitu sebagai sebuah fenomena alam.

Bagi warga pemukiman kampung, mereka memiliki kesadaran bahwa mereka hidup di wilayah yang rentan akan banjir pasang air laut, bahkan jauh sebelum banjir pasang air laut mencapai wilayah mereka. Kesadaran ini diperoleh dari pengetahuan mereka akan tanda-tanda alam. Namun, kesadaran ini tidak menjadikan mereka mengambil langkah untuk melakukan relokasi karena wilayah ini adalah wilayah yang rentan bencana, justru menjadikan pengetahuan itu sebagai proses awal mereka dalam beradaptasi dengan bencana. Hal inilah yang menjadikan banjir pasang air laut akhirnya hanya menjadi sebuah gangguan harian saja bagi mereka. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara, mereka akan tetap beraktifi tas meskipun banjir pasang air laut sedang terjadi. Kerusakan harta benda berupa alat transportasi sangat banyak terlihat di rumah warga.

Bertahannya mereka di kawasan tersebut dipicu oleh beberapa hal yakni lingkungan tinggal yang sudah terbentuk dalam hal ini adalah kebersamaan antar warga dalam menghadapi banjir pasang air laut; dekat dengan tempat mereka bekerja; serta faktor ekonomi yang kurang mendukung.

Berdasar atas wawancara yang telah dilakukan, diperoleh sikap yang dominan dilakukan oleh warga yaitu mereka bertahan dengan mentolelir banjir pasang air

Page 60: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

50 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

laut sebagai sebuah gangguan dalam hidup mereka dan bertahan dengan alasan kemampuan ekonomi yang tidak mendukung mereka untuk pindah dari lokasi tersebut. Pergi dari kediaman mereka saat ini juga menjadi tidak sebanding dengan apa yang telah mereka jalani selama ini. Warga telah mencurahkan seluruh tenaganya untuk bertahan di wilayah ini. Jika mereka pergi, maka sama saja dengan meninggalkan kehidupan mereka. Kebersamaan warga dalam menghadapi banjir pasang air laut menjadi salah satu modal kekuatan dalam bertahan di lokasi rentan bencana.

Selain itu mereka juga mendapatkan harapan yang mendukung sikap bertahan mereka yaitu bantuan dari pemerintah kota. Berdasarkan hasil wawancara, Kelurahan Panjang Indah merupakan kelurahan dengan tingkat kemiskinan yang paling tinggi di Pekalongan Kota, dan hal ini menjadikan bantuan dari pemerintah dialokasikan ke kelurahan tersebut. Hal ini dituturkan bahkan bukan hanya oleh perangkat desanya sendiri melainkan juga oleh warga Kelurahan Krapyak Lor dan Degayu. Perlakuan pemerintah ini yang pada akhirnya mempengaruhi sikap dan bentuk adaptasi di wilayah pemukiman kampung, yaitu kurang berinisiatif dan lebih suka menunggu bantuan dari pemerintah.

Berdasar atas wawancara serta pengamatan langsung di lapangan yang telah dilakukan adaptasi yang berkembang di masyarakat adalah adaptasi secara teknis, dimana masyarakat secara inisiatif membangun bangunan yang berfungsi untuk meminimalisir kerusakan atau kerugian yang akan mereka alami ketika banjir pasang air laut melanda.

Upaya penanganan secara fi sik tersebut pada perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan sosial ekonomi mereka. Wilayah dengan dominasi warga tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki strategi adaptasi yang lebih memberikan solusi yang nyata. Hal ini terjadi di wilayah Perumahan Panjang Indah dimana warganya berinisiatif mengajukan proposal pembuatan polder untuk wilayah mereka kepada pemerintah. Meskipun antisipasi tersebut hanya berlaku satu wilayah saja, namun pada dasarnya jika semua wilayah di sekitarnya juga menerapkan sistem tersebut, maka dampak genangan akibat banjir pasang air laut akan sangat dapat diminimalisir.

Hal tersebut akan sangat berbeda jika terlihat dari upaya penanganan yang dilakukan di wilayah pemukiman kampong. Berdasarkan hasil wawancara, mereka lebih dominan menunggu bantuan dari pemerintah, inisiatif warga

Page 61: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 51

baru sekedar modal sosial berupa gotong royong membersihkan saluran dan sejenisnya. Pembangunan atau perbaikan bangunan juga menunggu bantuan dari pemerintah, karena merka didominasi oleh warga dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.

B. Saran

Saran yang diberikan sebagai kontribusi penelitian ini terhadap warga di lokasi penelitian, pemerintah, maupun penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Upaya migitas dan pengurangan banjir pasang air laut harus dilakukan secara komprehensif, Sehingga tidak menimbulkan masalah baru. Seperti contohnya pembanguan polder di kawasan perumahan justru semakin memicu banjir di wilayah luar kawasan perumahan jika tidak diikuti dengan pambangunan polder serupa di wilayah luar kawasan tersebut.

2. Pemerintah harus pro-aktif tidak menunggu bencana datang terlebih dahulu baru disikapi.

3. Masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam penanggulangan banjir pasang air laut. Baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan hingga evaluasi terhadap upaya penanggulangan tersebut.

4. Upaya mitigasi dan penanggulangan bencana harus dilakukan secara berkesinambungan

Page 62: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah
Page 63: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 53

Batasan Istilah

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (PP No. 26 tahun 2008)

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografi s beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/ atau aspek fungsional (PP No. 26 tahun 2008)

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (PP No. 26 tahun 2008)

Masyarakat adalah perseorangan, kelompok orang dan/ atau badan hukum (PP No. 21 tahun 2008)

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (PP No. 21 tahun 2008)

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,

Page 64: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

54 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat(PP No. 21 tahun 2008)

Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh fakor-faktor atau proses-proses fi sik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang bisa meningkatkan rawannya sebuah komunitas terhadap dampak bahaya (UN/ISDR, Geneva 2004)

Bahaya adalah suatu peristiwa, fenomena atau aktivitas manusia secara fi sik yang mempunyai potensi merusak yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa atau luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan. Bahaya dapat mencakup kondisi laten yang bisa mewakili ancaman masa depan dan dapat mempunyai berbagai sebab: alam (geologis, hidrometeorologis dan biologis) atau disebabkan oleh proses-proses manusia (kerusakan lingkungan dan bahaya teknologi) (UN/ISDR, Geneva 2004)

Page 65: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan • 55

Daftar Pustaka

Alland, A. Jr. (1975). “Adaptation”, Annual Review of Anthropology, 4:59-73.Baru, M.T.F. (2011). “Persepsi dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah

Pesisir Ende dalam Menghadapi Bencana Akibat Gelombang Pasang”, Master Thesis, UGM, Yogyakarta.

Carter, N., (1992), “Disaster management: A Disaster Manager Handbook; Published by Asian Development Bank, Manila, Philippines

Dewi, Anggraini. (2007). “Community Based Analysis of Coping with Urban Flooding: a Case Study in Semarang, Indonesia”, Master Thesis, ITC, The Netherlands.

Hardesty, D. L. (1977). Ecological Anthropology, New York: McGraw-Hill.Harris, Marvin. (1968). The Rise of Anthropological Theory, New York:

Thomas Y. Crowell.Johnson, C., Tunstall, S., dan Rowsell, E.P.. (2004). “Crises as Catalysts For

Adaptation: Human Response To Major Floods”, ESRC Environment and Human Behaviour New Opportunities Programme, Flood Hazard Research Centre.

Marfai, M.A., King, L., Sartohadi, J., Sudrajat, S., Budiani, S.R., and Yulianto, F. (2008). “The Impact of Tidal Flooding on a Coastal Community in Semarang, Indonesia”, Environmentalist, 28: 237-248.

Marfai, M.A. & King, L. (2008). “Coastal Flood Management in Semarang, Indonesia”, Environmental Geology, 55: 1507-1518.

Mileti, D.S. & Gottschlich, L.P. (2001). “Hazards and Sustainable Development in the United States”, Risk Management, Vol. 3, No. 1, pp. 61-70.

Page 66: STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANAmppdas.geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/strategi.pdf · A. Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah

56 • Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan

Messner, F. & Meyer, V. (2005). “Flood Damage, Vulnerability, and Risk Perception: Challenge for Flood Damage Research”, UFZ Discussion Paper, Leipzig-Halle.

Moran, E.F. (1982). Human Adaptability An Introduction to Ecological Anthropology, Boulder, Colorado: Westview Press, Inc.

Sahlins, M.D. (1968). “Culture and Environment: The Study of Cultural Ecology”, dalam Manners, R.A. and Kaplan, D. (eds.), Theory in Anthropology: A Source Book, hal 367-73. Chicago: Aldine.

Smit, B., Burton, I., Klein, R.J.T., dan Street, R. (1999). “The Science Of Adaptation: A Framework For Assessment”, Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change 4: 199–213.

Smit, B. dan Wandel, J. (2006). “Adaptation, Adaptive Capacity and Vulnerability”, Global Environmental Change, 16: 282–292.

Sunil, Santha. (2011). “Community-based adaptation to coastal hazards: A scoping study among traditional fi shing communities in Kerala, India”, Disaster, Risk and Vulnerablity Conference 2011, Mahatma Gandhi University, India.

Suryanti, E.D., Rahayu, L., dan Retnowati, A. (2010). “Motivasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Multirisiko Bencana di Kawasan Kepesisiran Parangtritis” dalam Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis, Yogyakarta, PSBA UGM.

Twigg, John., 2004, Disaster Risk reduction (Mitigation and Preparedness in Development and Emergency Programming), Good Practice Review, No. 9 March 2004 Overseas Development Institute, London.

Zein, M. (2010). “A Community Based Approach to Flood Hazard and Vulnerability Assessment in Flood Prone Area: A Case Study in Kelurahan Sewu, Surakarta City, Indonesia”, Thesis, ITC, The Netherland.

Yodmani, S. (2001). “Disaster Risk Management and Vulerability Reduction”, The Asia and Pacifi c Forum on Poverty: Reforming Policies and Institutions for Poverty Reduction, ADB, Manila.

_____. (2005). Hyogo Framework for Action 2005-2015: Building the Resilience of Nations and Communities to Disasters, I S D R International Strategy for Disaster Reduction, Kobe.

www.kompas.com, 2008