Status Usaha Perikanan Tangkap Di Calon Zona Rehabilitasi Terumbu Karang Pulau Rakit Dan Pulau...

12
1 STATUS USAHA PERIKANAN TANGKAP DI CALON ZONA REHABILITASI TERUMBU KARANG PULAU RAKIT DAN PULAU GANTENG DI TELUK SALEH KABUPATEN SUMBAWA BESAR, NTB Mujiyanto ABSTRAK Kawasan konservasi laut merupakan areal laut yamg sangat luas yang dikelola dengan sistem zonasi, adapun zonasi tersebut antara lain zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari, zona pemanfaatan komersial terbatas, zona perlindungan ketat habitat dan zona pengembangan kepariwisataan. Tujuan dari makalah ini adalah mengidentifikasi status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi habitat terumbu karang yang merupakan bagian dari zona pemanfaatan zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari di Pulau Rakit dan Pulau Ganteng, Teluk Saleh Kabupaten Subawa Besar. Dengan menggunakan pendekatan survei sosial. Rensponden diambil dari secara purposive sampling dengan jumlah 10 % n+1 dari data total populasi. Alat analisis yang digunakan meliputi alat analisis keuntungan, perimbangan manfaat dan biaya (revenue cost ratio), dan produktifitas kerja. Nilai CPUE masing-masing alat tangkap dominan adalah pancing (650 kg/unit/trip), bubu (1,24 kg/unit/trip), jaring tarik (75 kg/unit/trip), bagan perahu (650 kg/unit/trip), dan rawai (10 kg/unit/trip). Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan di lokasi penelitian cukup menguntungkan, dimana alat tangkap rawai dasar memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi. Sedangkan alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap yang memiliki produktifitas kerja paling tinggi. Kata kunci : usaha, zona, rehabilitasi, teluk saleh, sumbawa besar I. PENDAHULUAN Teluk Saleh terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat merupakan perairan semi tertutup dan berhubungan langsung dengan Laut Flores. Banyaknya pulau-pulau kecil yang menyusun toponomi kawasan, menjadikan perairan ini subur sebagai habitat yang beragam biota laut, sehingga tidak heran jika perairan ini menjadi daerah tangkapan ikan (fishing ground) bagi sebagian besar nelayan tradisional terutama yang bermukim di wilayah pesisir pulau maupun nelayan di daratan Sumbawa besar . Tingginya intensitas pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya aktifitas penangkapan secara dedukstrif, telah mengakibatkan kerusakan sumberdaya perairan khususnya sumberdaya ekosistem karang.

description

Kawasan konservasi laut merupakan areal laut yamg sangat luas yang dikelola dengan sistem zonasi, adapun zonasi tersebut antara lain zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari, zona pemanfaatan komersial terbatas, zona perlindungan ketat habitat dan zona pengembangan kepariwisataan. Tujuan dari makalah ini adalah mengidentifikasi status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi habitat terumbu karang yang merupakan bagian dari zona pemanfaatan zona pemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari di Pulau Rakit dan Pulau Ganteng, Teluk Saleh Kabupaten Subawa Besar. Dengan menggunakan pendekatan survei sosial. Rensponden diambil dari secara purposive sampling dengan jumlah 10 % n+1 dari data total populasi. Alat analisis yang digunakan meliputi alat analisis keuntungan, perimbangan manfaat dan biaya (revenue cost ratio), dan produktifitas kerja. Nilai CPUE masing-masing alat tangkap dominan adalah pancing (650 kg/unit/trip), bubu (1,24 kg/unit/trip), jaring tarik (75 kg/unit/trip), bagan perahu (650 kg/unit/trip), dan rawai (10 kg/unit/trip). Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan di lokasi penelitian cukup menguntungkan, dimana alat tangkap rawai dasar memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi. Sedangkan alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkap yang memiliki produktifitas kerja paling tinggi.

Transcript of Status Usaha Perikanan Tangkap Di Calon Zona Rehabilitasi Terumbu Karang Pulau Rakit Dan Pulau...

  • 1STATUS USAHA PERIKANAN TANGKAP DI CALON ZONA REHABILITASITERUMBU KARANG PULAU RAKIT DAN PULAU GANTENG

    DI TELUK SALEH KABUPATEN SUMBAWA BESAR, NTB

    Mujiyanto

    ABSTRAKKawasan konservasi laut merupakan areal laut yamg sangat luas yang

    dikelola dengan sistem zonasi, adapun zonasi tersebut antara lain zonapemanfaatan tradisional sumberdaya alam hayati secara lestari, zona pemanfaatankomersial terbatas, zona perlindungan ketat habitat dan zona pengembangankepariwisataan. Tujuan dari makalah ini adalah mengidentifikasi status usahaperikanan tangkap di calon zona rehabilitasi habitat terumbu karang yangmerupakan bagian dari zona pemanfaatan zona pemanfaatan tradisionalsumberdaya alam hayati secara lestari di Pulau Rakit dan Pulau Ganteng, TelukSaleh Kabupaten Subawa Besar. Dengan menggunakan pendekatan survei sosial.Rensponden diambil dari secara purposive sampling dengan jumlah 10 % n+1 daridata total populasi. Alat analisis yang digunakan meliputi alat analisiskeuntungan, perimbangan manfaat dan biaya (revenue cost ratio), danproduktifitas kerja. Nilai CPUE masing-masing alat tangkap dominan adalahpancing (650 kg/unit/trip), bubu (1,24 kg/unit/trip), jaring tarik (75 kg/unit/trip),bagan perahu (650 kg/unit/trip), dan rawai (10 kg/unit/trip). Hasil analisis usahamenunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan di lokasi penelitian cukupmenguntungkan, dimana alat tangkap rawai dasar memiliki tingkat keuntunganyang paling tinggi. Sedangkan alat tangkap bagan perahu merupakan alat tangkapyang memiliki produktifitas kerja paling tinggi.

    Kata kunci : usaha, zona, rehabilitasi, teluk saleh, sumbawa besar

    I. PENDAHULUAN

    Teluk Saleh terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Baratmerupakan perairan semi tertutup dan berhubungan langsung dengan Laut Flores.Banyaknya pulau-pulau kecil yang menyusun toponomi kawasan, menjadikanperairan ini subur sebagai habitat yang beragam biota laut, sehingga tidak heranjika perairan ini menjadi daerah tangkapan ikan (fishing ground) bagi sebagianbesar nelayan tradisional terutama yang bermukim di wilayah pesisir pulaumaupun nelayan di daratan Sumbawa besar . Tingginya intensitas pemanfaatansumberdaya perikanan, khususnya aktifitas penangkapan secara dedukstrif, telahmengakibatkan kerusakan sumberdaya perairan khususnya sumberdaya ekosistemkarang.

  • 2Dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam di pulau-pulau kecil, faktor daya dukung lahan/lingkungan merupakan faktor yang harusdipertimbangkan. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa sumberdaya alamdapat dimanfaatkan secara berkelanjutan apabila dikelola dengan tetapmemperhatikan daya dukung lahan dan lingkungannya. Daya dukung dapatdinaikkan kemampuannya oleh manusia dengan memasukkan dan menambahkanilmu dan teknologi ke dalam suatu lingkungan. Namun demikian, peningkatandaya dukung lingkungan memiliki batas-batas dimana pada keadaan tertentucenderung sulit atau tidak ekonomis lagi bahkan tidak mampu lagi dinaikkankemampuannya karena akan terjadi kerusakan pada sumberdaya atau ekosistem.Penggunaan IPTEK yang tidak bijaksana justru akan menghancurkan dayadukung lingkungan.

    Berdasarkan uraian tersebut, makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasistatus usaha perikanan tangkap yaitu tingkat produksi (skala usaha) yangmemberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secaraekonomi, dengan menggunakan paremeter-parameter kelayakan usaha secaraekonomi di calon zona rehabilitasi terumbu karang Pulau Rakit dan PulauGanteng, Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa Besar sebagai base line data dalampengukuran tingkat keberhasilan program rehabilitasi ekosistem terumbu karangdi lokasi penelitian.

    II. METODE PENELITIAN2.1. Lokasi Penelitian

    Survei ini dilakukan guna mendapatkan data primer yang diarahkan padapengumpulan data terkini mengenai profil nelayan, kegiatan penangkapan, prosesproduksi dan investasi, serta profil kelembagaan di Pulau Rakit dan PulauGanteng, Teluk Saleh Kabuaten Subawa Besar (Gambar 1).

    2.2. Metode Pengumpulan DataMetode penelitian yang digunakan adalah metode survey, yaitu metode

    penelitian yang menggali data dan informasi yang diperlukan dari respondencontoh yang berkepentingan dengan permasalahan untuk dapat mewakili populasiyang ada, serta pengumpulan data sekunder dan berbagai literature terkait. Unit

  • 3analisis adalah masyarakat nelayan, khususnya nelayan yang melakukan kegiatanusaha rehabilitasi ekosistem terumbu karang. Sedangkan responden contohdiambil secara purposive sampling dengan jumlah sample sebanyak 10%n+1 daritotal populasi (Slovin dalam Singarimbun, 1988).

    Gambar 1. Lokasi penelitian di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat

    2.3. Metode Analisis DataData hasil survei yang diperoleh akan di analisis baik secara deskriptif

    kualitatif, maupun kuantitatif. Beberapa analisis data yang akan dilakukan adalahanalisis hasil tangkapan per upaya tangkap (Catch per Unit Effort), analisisperimbangan manfaat dan biaya (Revenue-Cost Ratio), pendapatan dankesejahteraan serta analisis produktifitas kerja (Soekartiwi, 1986).

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1. Karakteristik Wilayah Pesisir Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa Besar

    Teluk Saleh terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Baratpada posisi geografis 117o-118o BT dan 8,1o-8,8o LS. Teluk ini merupakanperairan semi tertutup dan berhubungan langsung dengan Laut Flores. Secaraadministrasi, Kabupaten Sumbawa Besar terdiri dari 9 kecamatan, dimana 4kecamatan diantaranya merupakan kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Plampang,Kecamatan Empang, Kecamatan Lape Lapok dan Kecamatan Moyo Hilir. Disepanjang pesisir Teluk Saleh yang termasuk dalam 4 wilayan kecamatan pesisirtersebut, terdapat sembilan sentra pemukiman nelayan (kampung nelayan) yakniLabuan Sumbawa, Ai Bari, Labuan Ijuk, Labuan Teratak, Labuan Sangoro dan

    115 o BT10o LS

    5o LS

    120 o BT

  • 4Labuan Jambu (berada di daratan pesisir Sumbawa), serta kampung BugisMedang dan Bajo Medang (keduanya berada di Pulau Medang sebelah barat PulauMoyo). Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa baik secara langsungmaupun tidak langsung, masyarakat pesisirnya jelas mempunyai peran yangcukup besar terhadap kondisi sumberdaya pesisir baik dalam pemanfaatan, danpengelolaannya.

    3.2. Kondisi Ekosistem PesisirSecara umum, wilayah pesisir Teluk Saleh tersusun atas gugus pulau-

    pulau kecil dengan tutupan terumbu karang yang luas. Berdasarkan hasilpenelitian Hartati et.all (2004), diperoleh data bahwa penutupan karang hidup dibeberapa wilayah perairan pantai barat Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa Besarberkisar 10-52%. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa perairan ini adalahperairan yang subur sebagai habitat bagi beragam biota laut. Namun adanyakegiatan penangkapan yang bersifat dedukstrip dan tidak diiringi dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan telah mengakibatkan rusaknya ekosistem pesisirkhususnya terumbu karang.

    Hasil pemantauan terumbu karang di sekitar perairan Pulau Rakit danPulau Ganteng menunjukkan bahwa kondisinya dalam kategori rusak sedang.Berdasarkan substrat dasar perairan dan tipe rataan karang (reef flat), makaperairan Tanjung Bila Pulau Rakit dan Perairan Pulau Ganteng cukup sesuaisebagai lokasi calon rehabilitasi terumbu (Anonim, 2005).

    3.3. Kondisi Sumberdaya IkanBerdasarkan hasil transek dengan menggunakan metode visual di perairan

    sekita Pulau Rakit dan Pulau Ganteng yang dilakukan oleh Hartati et al., (2004),telah teridentifikasi jenis ikan karang sebanyak 106 jenis yang berasal dari 25famili. Jenis-jenis tersebut dibedakan atas dua golongan yaitu ikan hias dan ikankonsumsi. Namun fluktuasi kelimpahan sumberdaya ikan dalam kurun waktu2002-2004 tidak terlihat nyata, yaitu berkisar antara 112-130 kg/hari/pengumpul.Sebaran hasil tangkapan ikan karang ekonomis konsumsi penting didominasi olehikan-ikan berukuran kecil-sedang (0.3-1.3 kg). Kondisi ini mengindikasikan adakecenderungan adanya over fishing (Anonim, 2004).

  • 53.4. Status Usaha Perikanan dan Pengalaman BerusahaBerdasarkan status usaha responden dikelompokkan menjadi dua yaitu

    nelayan tetap dan nelayan sambilan. Responden memiliki mata pencahariansebagai nelayan tetap sebanyak 77%, sedang sisanya yaitu sebanyak 33%merupakan nelayan sambilan (Tabel 1). Sebagian besar responden menggelutipekerjaan sebagai nelayan antara 10-20 tahun (Tabel 2). Keadaan tersebutmenggambarkan tingginya pengalaman dan ketergantungan masyarakat terhadapsumberdaya perairan di wilayahnya.Tabel 1. Karakteristik Nelayan berdasarkan Mata Pencaharian

    No. Pengalaman (Tahun) Jumlah (%)1.2.

    Pekerjaan UtamaPekerjaan Sambilan

    77.0033.00

    Total 100.00

    Tabel 2. Karakteristik Nelayan berdasarkan Pengalaman BerusahaNo. Pengalaman (Tahun) Jumlah (%)1.2.3.4.

    1 - 56 - 1011 - 20> 20

    11.1122.2211.1155.56

    Total 100.00Sumber : Data Hasil Wawancara, diolah

    3.5. Karakteristik Usaha Perikanan Tangkap3.5.1. Jenis, Komposisi Jenis dan Karakteristik Alat tangkap

    Jenis alat tangkap yang umumnya digunakan nelayan cukup beragam,antara lain: purse seine, pukat pantai, payang, jaring insang hanyut, jaring klitik,jaring tarik, pancing rawai, pancing tonda, pancing ukur, bagan perahu, alat selam,sero dan bubu. Dari beragam alat tangkap tersebut, yang umum digunakan olehnelayan lokal adalah bagan perahu, bubu, pancing, rawai dan jaring tarik (trawlmini).

    Pancing (Hand and Line)Pancing merupakan alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata

    pancing. Umumnya pada mata pancingnya dipasang umpan, baik umpan asli atauumpan buatan yang berguna untuk menarik perhatian ikan. Di lokasi penelitian,nelayan rata-rata memiliki 5 unit pancing, dengan ukuran mata pancing yang

  • 6digunakan antara 7-12. Jenis ikan yang tertangkap merupakan ikan karang sepertikerapu (Ephinephelus spp) dan kakap (Lutjanus spp).

    Bubu (box trap)Bubu merupakan alat penangkapan yang berupa jebakan, sifatnya pasif

    dan biasanya terbuat dari anyaman bambu, rotan ataupun kawat. Alat tangkapbubu yang dioperasikan nelayan di lokasi penelitian adalah bubu dasar yangdipasang di perairan karang atau diantara karang dan bebatuan. Banyaknya bubuyang dimiliki nelayan rata-rata 10 unit. Hasil tangkapan bubu merupakan jenisikan karang diantaranya adalah kerapu dan kakap.

    Rawai (Long Line)Rawai merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan

    demersal yang menyebar di dasar perairan yang bertopografi dasar tidak rata,perairan karang, batu, dimana alat tangkap lain tidak efektif digunakan. Di lokasipenelitian, jumlah mata pancing dalam 1 unit rawai yang umum digunakansebanyak 200 buah, dengan nomor mata pancing 7. Sedangkan jenis ikan yangtertangkap sebagian besar merupakan ikan karang seperti kerapu dan kakapdengan ukuran berat antara 0.4-1.5 kg/ekor.

    Jaring Tarik (Trawl mini)Jaring tarik merupakan pukat kantong yang dalam pengoperasian

    penangkapannya dilakukan dengan menarik pukat kantong ini ke pantai. Biasanyapenarikan ini oleh beberapa orang pada masing-masing sayapnya tetapi dapat puladilakukan oleh seorang saja apabila ukurannya kecil. Dilokasi penelitian, jenis-jenis ikan yang tertangkap adalah kapeca dan ciko-ciko.

    Bagan Perahu

    Bagan perahu merupakan jaring angkat yang dipasang atau dibangun diatas satu atau lebih perahu baik memakai jangkat atau tidak pada waktu operasi.Biasanya dalam operasi penangkapan digunakan lampu sebagai daya tarik agarikan-ikan berkumpul di atas jaring. Hasil tangkapan dari bagan perahu adalahjenis-jenis ikan layang (Decapterus macrosoma dan D. Macarellus), tongkol(Auxis thazard), tenggiri (Scomberomus commersonii), kakap (Lutjanus spp) dansebagainya.

  • 7Komposisi jenis alat tangkap dominan di lokasi penelitian, sepertidisajikan pada gambari 2.

    11%

    11%

    22%

    45%

    11%

    Rawai Dasar Jaring Tarik Bagan Perahu Bubu Pancing

    Gambar 2. Komposisi Jenis Alat Tangkap Dominan di Lokasi Penelitian

    3.5.2. Jumlah dan Jenis Ikan Hasil TangkapanBesar kecilnya hasil tangkapan nelayan berbeda-beda, tergantung dari

    jumlah dan jenis alt tangkap yang digunakan. Hal ini ditunjukkan dari hasilwawancara dengan responden, yakni untuk nelayan dengan alat tangkap bubu,hasil tangkapannya berkisar antara 5-20 kg/nelayan/trip, atau rata-rata 12.5kg/nelayan/trip. Untuk nelayan pancing, berkisar antra 3-5 kg/nelayan/trip ataurata-rata 4.0 kg/nelayan/trip. Untuk nelayan bagan perahu, berkisar antara 400-1.000 kg/nelayan/trip atau rata-rata 650 kg/nelayan/trip. Sedangkan untuk nelayanjaring tarik (trawl mini) rata-rata sebesar 75 kg/nelayan/trip.

    3.6. Nilai Ekonomi Beberapa Jenis Ikan Hasil TangkapanDiantara berbagai jenis ikan tangkapan tersebut, ikan kerapu, kakap

    merah, tenggiri, dan kapeca merupakan ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Haltersebut dapat dilihat dari tingkat harga keempat jenis ikan tersebut yangcenderung lebih tinggi disbanding jenis ikan yang lain. Untuk ikan kerapu jenissunu, harganya mencapai Rp. 18.000/kg, kapeca (Rp. 15.000/kg) dan tenggirimencapai Rp. 28.000/kg di tingkat konsumen.

    3.6.1. Hasil Tangkapan per upaya Tangkap (Catch per Unit Effort)Hasil analisis terhadap nilai tangkapan ikan per upaya tangkap (catch per

    unit effort) pada masing-masing jenis alat tangkap dominan menunjukkan bahwa

  • 8alat tangkap tangkul memiliki nilai CPUE paling tinggi yakni sebesar 3.5kg/unit/hari (Tabel 3).

    Tabel 3. Nilai CPUE pada masing-masing alat tangkap Dominan di Teluk SalehNo. Alat Tangkap CPUE (kg/unit/trip)1.2.3.4.5.

    Bagan PerahuJaring TarikPancing TondaBubuRawai Dasar

    650750.81.2410

    3.6.2. Imbangan penerimaan dan BiayaHasil analisis keuntungan usa berdasarkan masing-masing jenis alat

    tangkap yang digunakan adalah sebagai berikut : alat tangkap bagan perahumemberikan sebesar Rp. 22.594.000,- /bagan/bulan, jaring tarik Rp. 7.587.500,-/set/bulan, rawai dasar Rp. 8.255.833,33 /set/bulan, buba Rp. 3.258.720,- /10unit/bulan dan pancing tonda Rp. 1.156.000,- unit/bulan (Tabel 4).Tabel 4. Cash Flow Hasil Analisis Usaha Penangkapan Ikan Berdasarkan

    Keragaman Jenis Alat Tangkap di Lokasi Penelitian (dalam SatuanRp./unit usaha/bulan)*)

    No. UraianJenis Alat Tangkap

    BaganPerahu

    Jaring Tarik(Trawl mini)

    Rawai(Long Line)

    Bubu (Boxtrap)

    Pancing (Handand Line)

    A. BIAYA OPERASIONALBiaya Tetap (Fixed cost)- Penyusutan Alat tangkap 137.500 625.000 41.666,67 5.000 4.166,65- Penyusutan Kapal/Perahu 100.000 62.500 62.500 62.500 25.000- Penyusutan Peralatan 68.500 - 8.333,33- PendukungBiaya Variabel (Variable cost)- Pemeliharaan Alat 1.000.000 100.000 50.000 25.000 10.000- Bahan Bakar 3.000.000 1.000.000 500.000 750.000 48.000- Logistik 2.000.000 600.000 400.000 200.000 200.000- Biaya lainnya - - - - -Total Biaya Operasional 7.306.000 2.387.500 1.054.166,67 1.042,500 288.000

    B. PRODUKSINilai Produksi 68.250,00 10.500,00 9.800.000 5.507,60 1.520.000Pajak Penghasilan (5%NP) 0 0 490.000 0 76.000Penerimaan Bersih setelah 3.412.500 525.000 9.310.000 275.380 1.444.000Pajak 64.837.500 9.975.000 - 5.232.220 -Penerimaan Bersih Pemilik 32.418.750 - -bagan (50%*PB)

    C. KEUNTUNGAN 25.122.750 7.587.500 8.255.833,3 4.189.720 1.156.000D. R/C Ratio 3,44 3,18 7,83 4,02 4,01E. Pay Back Period 1,09 2,23 1,88 3,71 2,71

    Ket : *) 1 bulan = 20 trip (nelayan pancing, jaring tarik, dan rawai)1 bulan = 15 trip (nelayan bagan dan bubu)

  • 93.6.3. Pendapatan dan Kesejahteraan

    Pendapatan kotor melayan rata-rata mencapai Rp. 1.500.000,- sampaidengan Rp. 56.000.000,- per bulan. Sedangkan pendapatan bersih setelahdikurangi biaya operasional dan gaji ABK (untuk nelayan bagan), rata-ratamencapai Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 22.500.000,- dimana bagianpendapatan ABK terkecil diterima oleh buruh (Tabel 5).Tabel 5. Keragaman Pendapatan Nelayan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap

    No. Jenis AlatTangkap

    Rata-rataJumlah Produksi

    (Kg/trip)

    PendapatanKotor per hari

    (Rp/trip)

    Pendapatan Kotorper bulan*)(Rp/bulan)

    PendapatanBersih

    (Rp/bulan)1.2.3.4.

    5.

    PancingBubuJaring TarikBagan Perahu- Pemilik bagan- ABKRawai

    48.34

    75

    700-

    10

    76.000226.380525.000

    2.800.000-

    490.000

    1.520.0004.527.600

    10.500.000

    56.000.000-

    9.800.000

    1.156.0003.260.0007.587.500

    22.594.0002.660.0008.255.000

    Ket : *) dengan asumsi kegiatan penangkapan dilakukan pada musim timur, dimana nelayanmelaut sebanyak 15-20 hari dalam 1 bulan selama 6,8 bulan

    Sumber : Data hasil kuesioner, diolah

    Dari kisaran pendapatan tersebut, jika dibandingkan dengan UpahMinimum Propinsi (UMP) sebesar Rp. 375.000/bulan, maka pendapatan nelayandi lokasi penelitian tergolong tinggi. Terutama jika dibandingkan denganpendapatan rata-rata masyarakat petani di lokasi yang sama yaitu hanya sebesarRp. 450.000-Rp.800.000/bulan. Namun karena kegaitan melaut tidak dapatdilakukan sepanjang tahun, menjadi kendala untuk mewujudkan kondisi tarafhidup yang layak.

    3.6.4. Produktifitas Kerja NelayanProduktifitas kerja nelayan di ukur berdasarkan indikator jumlah jam kerja

    efektif/trip, serta pengalaman nelayan. Selanjutnya produktifitas kerja di hitungmelalui besarnya hasil tangkapan/jam kerja efektif. Jumlah jam kerja efektifnelayan berbeda-beda tergantung dari jenis alat tangkap yang digunakan,demikian juga jumlah tenaga kerja (Tabel 6).

    Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa alat tangkap bagan perahu danjaring tarik menggunakan jumlah tenaga dan waktu kerja lebih panjang daristandar waktu kerja efektif yakni 8 jam/hari. Dimana jumlah tenaga kerja yang

  • 10

    dibutuhkan untuk mengoperasikan satu unit bagan rata-rata sebesar 4-10 orang,serta waktu kerja kurang lebih 12 jam/hari. Sedangkan untuk alat tangkap lainnyaumumnya menggunakan waktu kerja antara 4-8 jam/hari. Penggunaan waktu kerjanelayan tersebut jika diperhitungkan dengan jumlah produksi ikan tangkapan yangdihasilkan, dapat diketahui bahwa usaha penangkapan dengan jaring tarikmemiliki nilai produktifitas paling tinggi (Tabel 7).Tabel 6. Penggunaan waktu kerja efektif nelayan berdasarkan jenis alat tangkap

    No. KeragamanAlat TangkapWaktu Kerja

    (jam/trip)Waktu Kerja

    Efektif (jam/trip)Jumlah tenaga

    kerja (orang/unit)1.2.3.4.5.

    Bagan PerahuJaring TarikRawai DasarBubuPancing

    1212121810

    1212468

    102111

    Tabel 7. Produktifitas Kerja Nelayan

    No. KeragamanAlat TangkapWaktu Kerja Efektif

    (jam/trip)Rata-rata produksi

    (kg/trip)Produktifitas

    kerja (kg/jam)1.2.3.4.5.

    Bagan PerahuJaring TarikRawai DasarBubuPancing

    1212468

    6507510

    8.344

    4.333.122.51.390.5

    Sumber : data hasil lapang, di olah

    3.7. Pemasaran Hasil

    Pemasaran hasil tangkapan hampir seluruhnya di pasarkan langsung dalamkeadaan segar, baik hidup maupun mati. Para pembeli (pedagang pengumpul),maupun para bandar, sehingga para nelayan umumnya tidak menanggung biayamarjinal (marginal cost). Para pembeli (pedagang pengumpul), maupun parabandar biasanya telah menunggu hasil tangkapan nelayan di tempat pendaratanikan di Labuhan Jambu (Kecamatan Empang). Hanya sebagian kecil saja yangdipasarkan dalam bentuk olahan berupa ikan asih, yang biasanya hanya dilakukanuntuk ikan-ikan yang tidak laku. Secara rinci, kegiatan pemasaran ikan hasiltangkapan nelayan di Sumbawa Besar dapat dilihat pada Gambar 3.

  • 11

    Gambar 3. Bagan Alur Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Teluk SalehKabupaten Sumbawa Besar

    Sebagian nelayan, terutama nelayan bagan perahu, pada umumnyamemiliki keterikatan terhadap para bandar sebagai pemberi modal kerja dalamkegiatan melautnya. Ketergantungan para bandar, menyebabkan nelayan tidakmemilki posisi tawar yang baik terhadap ikan yang dihasilkan dari kegiatanpenangkapannya. Hal tersebut berpengaruh terhadap nilai jual ikan hasiltangkapan, yang pada akhirnya juga sangat mempengaruhi pendapatan dankesejahteraan nelayan.

    IV. KESIMPULANProfil nelayan di lokasi penelitian diketahui 70% responden menjadikan

    kegiatan penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama, sebagian besar nelayanberusia produktif dengan tingkat pendidikan rata-rata hanya lulus sekolah dasar,memiliki tingkat pengalaman berusaha antara 10-20 tahun dengan rata-rata jumlahtanggungan keluarga 5-6 orang.

    Jenis alat tangkap yang digunakan antara lain adalah purse seine, pukatpantai, payang, jaring insang hanyut, jaring klitik, jaring tarik, pancing rawai,pancing tonda, pancing ukur, bagan perahu, alat selam, sero dan bubu. NilaiCPUE pada beberapa jenis alat tangkap dominan masing-masing adalah pancingtonda (0,8 kg/unit/trip), bubu (1,24 kg/unit/trip), bagan (650 kg/unit/trip) danrawai dasar (10 kg/unit/trip).

    Hasil analisis keuntungan usaha penangkapan pada masing-masing jenisalat tangkap dominan yang digunakan adalah : alat tangkap bagan perahumemberikan keuntungan sebear Rp. 25.112.750/bagan/bulan, jaring tarik Rp.

    Nelayan

    Pengumpul

    Bandar

    Pengecer

    Eksportir

    Konsumen

  • 12

    7.587.500/set/bulan, rawai dasar Rp. 8.255.833,30/set/bulan, bubu Rp. 4.189.720,-/10 unit/bulan, dan pancing Rp. 1.156.000,-/5 unit/bulan, dimana alat tangkaprawai memiliki tingkat kelayakan paling tinggi. Sedangkan alat tangkap baganperahu memiliki nilai produktifitas kerja paling tinggi.

    DAFTAR PUSTAKADinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa Besar, 2003. Laporan

    Tahunan.

    Hartati, S.T, Awaludin, Siti, N. 2004. Identifikasi habitat dan pemacuansumberdaya perairan karang di Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat.Laporan Akhir Kegiatan Penelitian . Pusat Riset Perikanan Tangkap.

    Marasabessy, M.D dan Abdul, H. 2001. Kondisi karang di perairan Teluk Saleh,Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat. Pusat Penelitian danPengembangan Oseanografi, LIPI. Yakarta.

    Lalamentik, L.Th. X., Dj.W.Emor, AB. Randonuwu, U.N.W/J, Rembet. 1999.Rancangan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Pulau BunakenSulawesi Utara. Prosiding Loka Karya Pengelolaan dan IPTEK TerumbuKarang Indonesia. Jakarta 22-23 November 1999.

    Singarimbun, M.S Effendi. 1988. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

    Soekartawi, 1986. Ilmu Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Hartati, S.T dan I. N. Edrus. 2005. Komunitas Ikan Karang di Perairan PantaiPulau Rakiti dan Pulau Taikabo, Teluk Saleh, NTB. Jurnal PenelitianPerikanan Indonesia. Edisi Sumberdaya dan Penangkapan. Vo. 11 No. 2p. 83-39.

    King, M.G. 1986. The Fisheries Resources of Pacific Island Countries. Part 1Deep Water Shrimps. Fisheries Technical paper 272.1.FAO. Rome. 45 p.

    King, M. 1995. Fisheries Biology Assesment dan Management. Fishing NewsBook. Oxford London 341p.

    oooOooo