Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

26
MODUL III PENENTUAN KUANTITAS FLUIDA PADA BATUAN RESERVOIR DENGAN METODE SOLVENT EXTRACTION LAPORAN PRAKTIKUM NAMA : Rizky Primayudha NIM : 12212049 SHIFT : Jumat - 1 TANGGAL PRAKTIKUM : 7 Maret 2014 TANGGAL PENYERAHAN : 14 Maret 2014 DOSEN : Prof. Ir. Pudji Permadi M.Sc., Ph.D Dr. Ir. Taufan Marhaendr ajana ASISTEN : 1. Hamid Alkadrie (12210009) 2. Aditya Prasetyo (12210021)

description

laporan

Transcript of Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

Page 1: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

MODUL III

PENENTUAN KUANTITAS FLUIDA PADA BATUAN RESERVOIR DENGAN METODE SOLVENT EXTRACTION

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA : Rizky Primayudha

NIM : 12212049

SHIFT : Jumat - 1

TANGGAL PRAKTIKUM : 7 Maret 2014

TANGGAL PENYERAHAN : 14 Maret 2014

DOSEN : Prof. Ir. Pudji Permadi M.Sc., Ph.D

Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana

ASISTEN : 1. Hamid Alkadrie (12210009)

2. Aditya Prasetyo (12210021)

LABORATORIUM PETROFISIKA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2014

Page 2: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

A. Tujuan Percobaan

1. Menentukan saturasi fluida (minyak dan air) yang terkandung dalam suatu

sampel core dengan metode Solvent Extraction

2. Menentukan porositas suatu sampel core secara tidak langsung

3. Memahami Prinsip dan Cara Kerja alat solvent extraction

4. Mengetahui hubungan saturasi dengan sifat batuan lainnya

B. Prinsip Percobaan

Pada Praktikum modul ketiga kali ini, prinsip percobaan yang dipakai yaitu

menentukan saturasi minyak dan air dalam sample core batuan dengan metode solvent

Extraction, dengan terlebih dahulu menjenuhkan core dengan air lalu melakukan

pendesakan core jenuh dengan menggunakan minyak.

C. Data Percobaan

Kondisi Awal Sampel Core Kering

No.Core AL Core KAD

massa (gram)

tinggi (cm)

diameter (cm)

massa (gram)

tinggi (cm)

diameter (cm)

1 31.6 3.615 2.26 32.7 3.82 2.222 31.6 3.615 2.26 32.7 3.82 2.223 31.6 3.615 2.26 32.7 3.82 2.22

Kondisi Sampel Core Setelah Penjenuhan

No.Core AL Core KAD

massa (gram)

tinggi (cm)

diameter (cm)

massa (gram)

tinggi (cm)

diameter (cm)

1 36.6 3.615 2.26 38.4 3.82 2.222 36.6 - - 38.4 - -3 36.6 - - 38.4 - -

Page 3: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

Kondisi Sampel Core Setelah Pendesakan

No.Core AL Core KAD

massa (gram)

tinggi (cm)

diameter (cm)

massa (gram)

tinggi (cm)

diameter (cm)

1 36.3 3.615 2.26 38 3.82 2.222 36.3 - - 38 - -3 36.3 - - 38 - -

Data Picnometer

No.massa picno kosong

(gram)massa picno+air

(gram)massa picno+paraffin

(gram)1 18.0 44.8 40.52 18.0 44.8 40.53 18.0 44.8 40.5

Graduated Tube

Core Sample AL : 0.8 mL

Page 4: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

D. Pengolahan Data

- Picnometer

Wair = Wpicno+air - Wpicno

= 44.8 - 18= 26.8 gram

Vair = W airρ air

= 26.8 gram

1(gram /ml) /

= 26.8 ml

- Pengukuran Densitas Fluida

Wparaffin = Wpicno+paraffin - Wpicno

= 40.5 - 18= 22.5 gram

ρ paraffin = W paraffin

V picno

= 22.5 gram

26.8 ml= 0.8395 gram/ml

- Massa fluida dalam core jenuh

Core AL

Wfluida = Wcore jenuh – Wcore kering

= 36.3 – 31.6

= 4.7 gram Wair = Vair dalamgraduated tube x ρair

= 0.8 ml x 1 gr/ml

= 0.8 gram

Wparaffin = Wfluida - Wair

= 4.7 – 0.8= 3.9 gram

Page 5: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

Core KAD

Wfluida = Wcore jenuh – Wcore kering

= 38 – 32.7= 5.3 gram

Wair = Vair dalamgraduated tube x ρair

Karena core KAD hancur ketika dilakukan pendesakan dengan

paraffin, maka core KAD tidak dimasukkan ke dalam solvent

extraction untuk dihitung Vair dalam graduated tubenya.

Wparaffin = Wfluida - Wair

- Volume Bulk

Core AL

Vbulk = ¼ пd2t

= ¼ п (2.26)2 x 3.615

= 14.5016 cc

Core KAD

Vbulk = ¼ пd2t= ¼ п (2.22)2 x 3.82= 14.7863 cc

- Volume Fluida dan Pori

Core AL

Vparaffin = W paraffin

ρparaffin

= 3.9 gram

0.8395 gram /ml = 4.6456 ml

Vpori = Vparaffin + Vair dalamgraduated tube

= 4.6456 + 0.8 = 5.4456 ml

Page 6: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

- Saturasi Fluida

Core AL

Sair = V air dalamgraduated tube

V pori

= 0.8 ml

5.4456 ml= 0.1469

Sparaffin = 1 - Sair

= 1- 0.1469

= 0.8531

- Porositas Batuan

Core AL

∅ core = V pori

V bulk

= 5.4456 ml

14.5016 ml

= 0.3755 = 37.55 %

Page 7: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

E. Analisis dan Pembahasan

Pada Percobaan kali ini yaitu mengukur saturasi fluida dengan menggunakan metode Solvent Extraction. Sebelum melakukan metode tersebut, terlebih dahulu dilakukan penjenuhan oleh fluida air dalam alat vakum. Pada penjenuhan oleh air ini, diasumsikan bahwa di dalam core tersebut sepenuhnya terisi air. Tidak ada lagi gas yang terkandung dalam core, sehingga core hanya berisi air saja.

Selanjutnya dilakukan pendesakan oleh paraffine oleh alat Hassler Permeameter. Hal ini dimaksudkan agar kondisi core yang ingin kita teliti, sesuai dengan keadaan reservoir, sehingga kita dapat menentukan nilai Sw dan So yang akurat. Pada alat ini, terdapat dua tekanan yang bekerja yaitu tekanan Overburden dan tekanan yang diberikan oleh kompresor untuk menginjeksikan paraffin ke dalam core. Ketika sudah dilakukan pendesakan dengan Hassler Permeameter, maka core yang telah berisi dua fluida (air dan paraffine) kemudian ditimbang. Namun ketika ditimbang, Sample core AL dan KAD ternyata malah mengalami peningkatan massa. Seharusnya setelah dilakukan pendesakan, massa sample core akan turun dikarenakan core sudah jenuh oleh 2 fluida yaitu air dan paraffine (paraffine memiliki densitas lebih kecil dari air). Ternyata setelah ditunggu selama beberapa menit, massa sample core lama-lama mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena setelah mengalami pendesakan dengan Hassler permeameter, core sample masih basah sehingga mempengaruhi perhitungan massa. Pengurangan massa core baik core sample AL maupun core sample KAD tidak begitu signifikan, hanya sekitar 0.4 gram. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan selain akurasi timbangan yang kurang teliti, tetapi juga ketika melakukan pendesakan terhadap core, paraffine-nya tidak sepenuhnya bisa masuk ke dalam core. Sebagian paraffine mengalir bukan ke dalam core, melainkan ke sela-sela antara dinding core dengan karet tempat core tersebut diletakkan. Selain itu, sample core yang digunakan memang memiliki permeabilitas yang cukup rendah. Namun semua itu diasumsikan bahwa core setelah dilakukan pendesakan kondisinya sesuai dengan keadaan reservoir.

Setelah dilakukan pendesakan paraffin, sample core yang bisa dimasukkan ke dalam peralatan Solvent Extraction hanya sample core AL, sample core KAD tidak digunakan lagi, karena mengalami kerusakan setelah pendesakan paraffin. Hal ini diakibatkan terlalu besarnya overburden / confining pressure yang mengakibatkan kompresi yang diberikan matriks batuan dari segala arah semakin besar. Overburden / confining pressure juga

Page 8: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

mempengaruhi kompaksi batuan, terlalu besarnya overburden dapat mengakibatkan hancurnya core sample.

Selanjutnya sample core dimasukkan ke dalam peralatan Solvent Extraction. Toluena yang dipakai sebagai Solvent tersebut dikarenakan titik didih dari toluena yang sebesar 110oC (berada di antara titik didih minyak dan air). Ketika suhu di dalam alat solvent extraction sudah mencapai 110oC, Toluena akan menguap dan air sudah pasti akan menguap karena teruapkan oleh toluena. Sedangkan minyak (paraffine) tidak akan teruapkan dikarenakan titik didihnya jauh diatas toluena. Namun ada saja minyak yang terbawa oleh toluena. Hal itu hanya dikarenakan sifat minyak dan toluena yang sama-sama bersifat non-polar, dimana zat non-polar dapat mengikat zat non-polar lainnya. Selanjutnya ketika sudah tidak ada lagi air yang menguap, maka uap air tersebut akan mengalami kondensasi, dan air akan tertampung dalam graduated tube. Volume air dalam graduated tube ini lah yang dipakai untuk mencari nilai dari Sw. Lalu dari Sw itu bisa didapat nilai So karena So + Sw = 1 (core telah di vakum sehingga tidak ada lagi gas dalam core).

F. Kesimpulan

- Penentuan Saturasi Fluida :

Saturasi air dalam sample core AL = 0.1469

Saturasi minyak dalam sample core AL = 0.8531

- Penentuan porositas suatu sample core

Porositas dari sample core AL = 0.3755 = 37.55%

- Prinsip kerja dari percobaan ini sebenarnya adalah displacement air yang

terkandung dalam sample core oleh zat pelarut (toluena) dikarenakan nilai titik

didih toluena yang diatas air dan di bawah minyak, sehingga kita dapatkan

volume air yang terkandung di dalam sample core.

G. Daftar Pustaka

Page 9: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

Amyx, James W. 1960. Petrloeum Reservoir Engineering “physical properties”.

Texas : Mcgraw-Hill, Inc

Tiab, Djebbar. 2004. Petrophysics 2nd ed. Oxford : Elsevier, Inc.

H. Jawaban Pertanyaan

1. Paper “Reservoir Water Saturation Measured on Cores, Case Histories and

Recommendation”! (Min 1 hal)

Dalam penentuan nilai Swc, cara yang biasa digunakan yaitu metode oil-base mud (OBM), namun pada praktiknya terdapat berbagai masalah diantaranya :

a) air yang berasal dari mud menginvasi core lebih dulu daripada bit, sehingga semburannya hilang

b) invasi mud berlancut di core barrel, hal ini merupakan static invasion

c) fluida yang bersifat mobile di dalam core terdisplacement karena penurunan tekanan selama proses pengangkatan core ke permukaan

d) akan terjadi redistribusi dan penguapan fluida dalam core selama proses penelitian.

Ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi tingkat invasi mud ke dalam formasi reservoir, diantaranya adalah:

a) Drilling parameter : Drill bit, ROP,RPM,overbalance, pump rate

b) Karakteristik mud : Filter cake capability, stabilitas, additif

c) Properti dari minyak/gas : viskositas, GOR

d) Properti Formasi : semburan yang hilang, invasi mud

Solusi yang dapat diterapkan untuk menambah akurasi dari pengukuran Swc dan meminimalisasi invasi mud adalah dengan penggunaan model bit baru, desain mud, dan parameter coring yang harus benar-benar direncanakan untuk setiap reservoir yang akan diteliti. Pada saat sampling dan analisis core juga harus diperhatikan langkah-langkah berikut:

a) lapisi fasa air dari mud di dalam rig dengan menggunakan tracer seperti Tritium dan deuterium. Ambil sampel mud setiap 3-5 meter dari interval core.

b) Gunakan core dengan invasi mud yang rendah (low overbalance, low pump rate, high ROP)

Page 10: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

c) Perhitungkan untuk mengurangi kecepatan pengeboran setelah mendekati formasi reservoir untuk membatasi expansi gas

d) Menghitung kandungan air pada sample core denga Dean Stark Extraction

e) Pengukuran properti sample core lebih lanjut dengan Soxhlet extractor

f) Pengukuran konsentrasi tracer pada air yang terekstraksi dan pada air yang terkandung di mud

Pada poin a) disebutkan mengenai tracer untuk melapisi fasa air yang ada di dalam mud. Jenis-jenis tracer yang biasa digunakan antara lain adalah:

Deuterium Oksida, D2O; Deuterium bersifat non radioaktif, fluida non-toksik. Konsentrasi yang digunakan ketika digunakan sebagai tracer kurang lebih 300ppm. Pada Dean-Stark Extraction, deuterium akan terakumulasi. Untuk menganalisa kandunagn dari deuterium digunakan mass spectrometer. Biaya yang digunakan untuk pemakaian deuterium lebih mahal dari jenis tracer yang lain

Tritium; merupakan tracer yang bersifat radioaktif, dan merupakan partikel Beta emitter, dan memerlukan perhatian khusus untuk keselamatan pemakai. Untuk digunakan sebagai tracer hanya din\butuhkan sedikit tritium, sekitar 10 ml setiap sumur. Pada Dean-Stark Extraction, tritium akan terakumulasi.

Tracer kimiawi, garam; dibutuhkan garam dalam jumlah yang besar untuk ditambahkan pada fasa air mud. Tetapi permasalahannya Dean Stark Extraction tidak dapat mengakumulasikan tracer ini sehingga jumlahnya dalam mud dan sample core tidak dapat terkuantitasi.

Selain fasa liquid, tracer juga dapat digunakan pada fasa nonliquid, contohnya adalah Olefins atau Deuterated Hydrocarbon Compound).

Untuk metode WBM, dalam beberapa penelitian pada beberpa sumur, terjadi invasi air yang signifikan. Dari Dean-Stark extraction didapatkan variasi jumlah air yang berasal dari mud, tergantung parameter dan properti dari formasi. Jadi dalam pengunaan WBM perlu diperhatikan jumlah air yang akan menginvasi core.

Untuk metode OBM, biasanya tetap digunakan air sekitar 15-35% sebagai emulsi. Jadi air ini harus tetap dikuantitasi pada saat penghitungan saturasi. Pada beberapa sumur pengeboran, pelapisan air dengan tritium atau deuterium tetap digunakan.

Pengukuran pada zona transisi reservoir juga sangat penting untuk memperkirakan produksi hidrokarbon reservoir itu. Pada xona transisi, connate water bisa bersifat mobile dan dapat terdisplacement oleh invasi mud. Dari hasil percobaan, daerah transisi dengan nilai Sw yang kecil memiliki kecenderungn invasi yang besar.

Page 11: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

Oleh karena itu, Sw hasil pengukuran dengan metode saturasi kurang merepresentasikan nilai yang sebenarnnya.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian-uraian di atas adalah :

a) pengukuran Sw adalah hal yang sangat penting dilakukan pada penilaian suatu formasi reservoir

b) merencanakan metoda coring dan sampleing adalah hal yang penting, karena akan berpengaruh besar terhadap keakuratan data saturasi

c) Pada metode WBM, tracer harus ditambahkan, dan tritium adalah tracer yang dianjurkan, dan sample core harus diambil di dalam sumur

d) Tracer tidak begitu diperlukan pada metode OBM, dan pengambilan sample core bisa dilakukan di laboratorium.

2. Jelaskan yang dimaksud pendular dan funicular! Gambarkan!

Pundular : suatu komposisi pada batuan reservoir yang terisi fluida multi fasa (wetting

dan non wetting phase) dimana saturasi fluida fasa wetting (misalnya : air) sedikit.

Akibatnya pore body akan banyak terisi oleh fluida fasa nonwetting (misal: minyak)

dan air akan terakumulasi di pore throat (ruang antar pori) dengan membentuk pola

seperti cincin

Funicular : suatu kondisi yang berlawanan dengan pendular ring distribution, dimana

saturasi minyak lebih sedikit dibandingkan saturasi air. Minyak berada di dalam pore

body dalam jumlah kecil dan dikelilingi oleh air. Air terhubung antar suatu pori

dengan pori lainnya.

Page 12: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

3. Suatu lapangan Zakky AlHani, mempunyai data-data reservoir dan histori

sebagai berikut.

* Luas area : 500 acre

* Zona produktif : 1225 – 1500 ft

* Bo : 1,3 bbl/stb; visc oil : 0,33 cp; GOR : 1200 scf/stb; API : 35

* Berat core jenuh (water + oil) : 28 gram

* Volume air dalam graduated tube : 0,5 cc

* Water density : 0,99 gr/cc

* Diameter core : 2,5 cm; panjang core : 3 cm

* Berat core kering : 22,5 gram

* Recovery factor : 40 %

Page 13: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

Wfluida = Wcore jenuh – Wcore kering

= 28 – 22.5 = 5.5 gram

Wair = Vair dalamgraduated tube x ρair

= 0.5 cc x 0.99 gr/cc = 0.495

Woil = Wfluida - Wair

= 5.5 – 0.495 = 5.005

Vbulk = ¼ пd2t = ¼ п (2.5)2 x 3 = 14.726 cc

SG= 141.5o API+131.5

= 141.535+131.5

=0.8498

SG=ρoil

ρair

ρoil=ρair x SG=0.99 x0.8498 = 0.8413

Voil = W oil

ρoil =

5.005 gram0.8413 gram /ml

= 5.9491 ml

a. Volume Pori = Voil + Vwater = 5.9491 + 0.5 = 6.4491 mL

b. Jenis Reservoir = Reservoir Minyak

c. Porositas Core

Page 14: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

∅ core = V pori

V bulk =

5.9491 ml14.726 ml

= 0.4039 = 40.39 %

d. Water and oil saturation

Sair = V air dalamgraduated tube

V pori =

0.5 ml6.4491 ml

= 0.0775

Soil = 1 - Sair = 1- 0.0775 = 0.9225

e. IOIP

IOIP=cA xh x∅ x (1−SW )

BO

=1,667,661,545 stb

f. Reserve

Reserve=Rec . factor x IOIP=¿667,064,618 stb

4. Jelaskan Proses Pengembangan Lapangan yang kalian tahu!

- Executive Summary

Ringkasan dari Rencana Pengembangan Lapangan meliputi teknis, ekonomis, dan

HSE

- Geological Findings

Menjelaskan penemuan geologi migas hingga data geologi terakhir berdasarkan log

dan analisa cutting yang digunakan untuk merevisi peta geologi.

- Exploration Insentive

Pemberian insentif untuk memotivasi kontraktor tetap melakukan kegiatan eksplorasi.

Prosedur pemberian insentif sesuai “guidance” yang telah ditetapkan oleh Divisi

Eksplorasi.

Perbedaan harga Old Oil dan New Oil dimaksudkan agar KPS tetap melaksanakan

kegiatan eksplorasi selama masa insentif 60 bulan diberikan.

Insentif : DMO Fee New Oil & Investment credit

- Reservoir Description

a. Reservoir Condition

b. Hydrocarbon In Place

c. Hydrocarbon Reserves

Cadangan dilengkapi dengan peta subsurface struktur dan Isopach.

Page 15: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

OOIP

OGIP

Recoverable Reserve

Proved, Probable, Possible

Remaining Reserves

Khusus untuk pengembangan lapangan gas dibutuhkan informasi tentang pasar

(rencana pemasaran), HOA, GSA dan sertifikasi oleh instansi independent.

d. Production Forecast/Incremental Production

Perkiraan produksi hidrokarbon dimasa datang dengan menggunakan

metode/asumsi yang dipakai dalam perhitungan, antara lain :

- analisis decline

- simulasi reservoir

- Secrec/EOR Insentif

Secondary Recovery

Peningkatan perolehan hidrokarbon dengan penambahan energi natural melalui

injeksi fluida (water flooding dan gas flooding)

E O R

Semua metoda yang menggunakan sumber energi eksternal untuk perolehan minyak

yang sudah tidak dapat diproduksi secara konvensional (primary dan secondary

recovery), antara lain: steam flood, chemical flood

Insentif

Kegiatan Secrec dan EOR akan memperoleh insentif berupa: investment credit dan

DMO

- Field Development Scenarios

Menjelaskan mengenai skenario pengembangan lapangan yang meliputi:

• Phasing Development

• Full Development

• Development Strategy

• Production Optimization

Page 16: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

• Local Content : penggunaan material barang dan jasa yang dipergunakan secara

langsung terhadap pembangunan struktur dan infrastruktur pengembangan suatu

lapangan yang berasal dari dalam negeri

- Drilling

Meliputi :

a. Platform/cluster/well location

onshore, offshore

b. Well design :

vertical, deviated, horizontal, radial, slim hole

c. Drilling Schedule

d. Drilling report

e. Completion

- Field Development Facilities

a. Primary Recovery Facilities

1. Offshore Production Facilities

- Offshore Platform Facilities

Jacket, Deck, Processing Facilities, etc.

- Other Offshore Facilities

Sub marine pipeline production junction facilities, Disposal Facilities, Storage etc.

- Additional Facilities

Civil construction, Office, Living Quarter, etc.

2. Onshore Production Facilities

Meliputi : Processing facilities, Flow-line and storage facilities, Disposal facilities.

3. Artificial Lift Equipment

b. Enhanced Oil Recovery Facilities

- Project Schedule

Menggambarkan rangkaian penyelesaian berbagai pekerjaan pengembangan lapangan

seperti :

• Planning :

- Screening study

Page 17: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

- Feasibility study

- Conceptual Engineering

• Execution :

- Detail Engineering

- Procurement

- Fabrication

- Installation

- Commissioning

• Operation

- Production Result

Menggambarkan kegiatan untuk mengangkat hidrokarbon dan meningkatkan produksi

(bila ada) dengan tindakan :

1. Stimulasi

2. Gas Lift

3. Pumping

4. Sec.Rec.

5. Enhanced Oil Recovery

- HSE & Community Development

Kajian menyeluruh terhadap dampak suatu pengembangan lapangan terhadap

kesehatan, keselamatan dan lingkungan disekitar lapangan yang akan dikembangkan,

pada tahap:

• Pra-konstruksi,

• konstruksi,

• operasi,

• pasca operasi

- Abandonment & Site Restoration

Page 18: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

Menjelaskan mengenai kajian teknis maupun biaya terhadap mekanisme penutupan

suatu lapangan, baik di onshore maupun offshore apabila lapangan tersebut sudah

tidak ekonomis lagi untuk diproduksikan dan akan ditinggalkan seterusnya.

- Project Economics

Analisa Perhitungan keekonomian berdasarkan data terakhir:

– Certified Reserves

– Production forecast

– Development cost:

Investasi : Well cost, production facilities cost, pipeline cost, compressor, platform.

Operating cost : Direct production cost, work over/stimulation, maintenance, G&A

Insentif

- Conclusion

Merupakan Kesimpulan dari Pengembangan Lapangan untuk pemilihan alternatif

yang terbaik, ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis.

5. Bagaimana pendapat kalian tentang pasar bebas ASEAN terhadap harga

minyak dan BBM?

Kelahiran ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi jelas akan membikin

kawasan ini lebih dinamis dan berdaya saing. Sebab, MEA menyepakati pembebasan

arus barang, jasa, tenaga kerja, investasi, dan modal. Yang tak kalah penting:

penghapusan tarif perdagangan antarnegara ASEAN.

MEA mendorong aliran investasi dan perdagangan menjadi lebih bebas. Harapannya,

seluruh rintangan dalam investasi dan perdagangan akan berkurang. Hilangnya

hambatan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja tentu akan menguntungkan

tiap negara di ASEAN.

Dengan demikian, para investor yang ingin berinvestasi di industri migas tidak akan

mendapatkan hambatan yang berarti. Kemudian laju ekspor dan impor minyak akan

lebih mudah karena hambatan arus barang akan hilang.

2 poin diatas, yaitu kemudahan investor dalam berinvestasi dan laju ekspor dan

import minyak mempengaruhi harga minyak. Ketika import menjadi semakin mudah,

Page 19: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut

maka bisa jadi import minyak dari singapura akan terus meningkat. Dan seperti yang

kita tahu, konsumsi kita meningkat akan tetapi lifting minyak tidak meningkat.

Sehingga harga minyak akan terus meningkat seiring dengan import minyak dari

singapura yang terus membesar.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan ini saya buat atas jerih parah dan tetesan

keringat saya sendiri. Apabila terbukti terdapat kecurangan dalam pembuatan laporan

ini, saya bersedia menerima hukuman.

Bandung, 12 Maret 2014

Rizky Primayudha

Page 20: Laporan Modul 3 Si Ganteng Maut