Status Ujian Ikm Frincia Pak Sudung Final2
-
Upload
ana-di-jaya -
Category
Documents
-
view
101 -
download
1
description
Transcript of Status Ujian Ikm Frincia Pak Sudung Final2
1
STATUS UJIAN
DEPARTMENT KEDOKTERAN KOMUNITAS
PERIODE 3 Desember 2012 – 2 Febuari 2013
Mata Ujian : Kedokteran Komunitas
Hari/ Tanggal Pengambilan Data : Rabu, 19 Desember 2012
Hari / Tanggal Intervensi : Sabtu, 24 Januari 2013
Masalah kesehatan : ISPA
Wilayah masalah : RT /RW Puskesmas Kelurahan Cipayung, Kecamatan
Cipayung
Hari / Tanggal ujian : / 2013
Tempat ujian : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Nama : Frincia Bunga Rante Allo
NIM : 0861050052
Tanda tangan :
1
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) . Menurut depkes RI, ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi saluran
pernapasan akut. Dengan infeksi adalah masuknya mikroorganisme atau kuman ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Yang dimaksud
akut disini adalah sebelum 14 hari(1). Jadi yang dimaksud dengan ISPA adalah infeksi saluran
pernapasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala
akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernapasan. Yang dimaksud dengan
saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-
organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara
berkembang maupun di negara maju dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena
penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-
anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. (2) Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun anak dapat menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian
yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Sekitar
40%-60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Berdasarkan laporan WHO
tahun 2003 didapatkan bahwa dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5
tahun terdapat 4 juta (26,67%) kematian yang diakibatkan oleh penyakit ISPA setiap tahunnya.
Sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khusus bayi muda). Berdasarkan hasil
laporan RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi
terjadi pada baduta (>35%). ISPA terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan
tingkat rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat kejadian ISPA sebesar 24,73% dan untuk
Jawa Tengah sebesar 29,08%.(3)
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Kematian akibat pneumonia di Indonesia atau Cause Spesific Mortality Rate (CSMR)
pada akhir tahun 2000 terdapat sebanyak 5 di antara 1.000 balita. Berarti, setiap tahun
sebanyak 150.000 balita meninggal atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus sehari atau 17
anak per jam atau seorang balita tiap lima menit. Hasil penelitian Djaja, dkk (2001) didapatkan
bahwa angka prevalensi penderita ISPA (pneumonia) di Indonesia sebesar 9,4%.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering
disertai penyulit-penyulit serta kurang gizi. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah
dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun
kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung
maupun tidak langsung. Faktor resiko yang menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio-
ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orangtua), status gizi, tingkat pengetahuan ibu
dan faktor lingkungan (kualitas udara)(3). Sedangkan menurut Depkes di tahun 2002
menyebutkan bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah BBLR, status gizi buruk,
imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan
musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
higiene. Sedangkan pada orang dewasa, ISPA yang tidak sembuh dalam 2 minggu dapat
dicurigai TB.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan / memilih masalah, yaitu:
1. Mendatangi Puskesmas Kecamatan Cipayung
2. Memilih salah satu Puskesmas Kelurahan yang nantinya menjadi tempat dilakukan
penelitian (saya memilih Puskesmas Kelurahan Cipayung)
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
3. Mendatangi Puskesmas Kelurahan Cipayung untuk meminta ijin melakukan
kegiatan penelitian dan meminta data sekunder.
4. Data sekunder yang kami peroleh dari Puskesmas Kelurahan Cipayung yaitu
berupa data demografi dan geografi serta data 10 penyakit terbanyak yang terdapat
di kelurahan tersebut 1 tahun terakhir.
5. Pemilihan masalah dipilih secara acak dari 3 penyakit terbanyak yang ada (saya
mendapat masalah “ISPA”.
6. Mengumpulkan data sekunder berupa status pasien dengan diagnosis “ISPA ” yang
terdapat di Puskesmas Kelurahan Cipayung dalam 6 bulan terakhir. Saya
mendapatkan data tersebut di ruang Medical Record.
7. Lalu saya mengolah data sekunder tersebut hingga didapatkan data mengenai angka
kejadian ISPA terbanyak di Puskesmas Kelurahan Cipayung.
8. Pemilihan lokasi tempat dan sasaran penelitian dipilih berdasarkan angka kejadian
ISPA yang tertinggi. (angka kejadian ISPA tertinggi terdapat di RT 06 / RW 01)
9. Persiapan pengambilan data primer berupa pembuatan pertanyaan untuk kuesioner
dan lembar observasi lingkungan tempat tinggal menurut pendekatan Hendrick L
Blumm.
10. Mendatangi Ketua RT untuk meminta daftar Kepala Keluarga (KK) di wilayahnya.
11. Dengan teknik random sampling tentukan jumlah sample, misalnya 10 KK.
12. Melakukan metode wawancara dengan instrumen kuesioner dan melakukan metode
observasi dengan instrumen check list, melalui pendekatan Hendrick L. Blumm.
Menurut Hendrick L. Blum terjadinya ISPA dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu(4) :
1. Lingkungan
a. Fisik
1) Kondisi Tempat Tinggal
Luas bangunan tempat tinggal
Menurut Kepmenkes RI (1999) luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak
dianjurkan lebih dari 2 orang. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan
jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya oksigen dalam
ruangan sehingga daya tahan tubuh penghuninya menurun, kemudian cepat
timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti ISPA. Ruangan yang sempit akan
membuat nafas sesak dan mudah tertular penyakit oleh anggota keluarga yang
lain. Kepadatan hunian rumah akan meningkatkan suhu ruangan yang
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan kelembaban
akibat uap air dari pernapasan tersebut. Dengan demikian, semakin banyak
jumlah penghuni rumah maka semakin cepat udara ruangan mengalami
pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen
dalam ruangan menurun dan diikuti oleh peningkatan CO2 ruangan dan dampak
dari peningkatan CO2 ruangan adalah penurunan kualitas udara dalam rumah.
Syarat rumah sehat adalah:
a) Bahan bangunan. Lantai ubin atau semen adalah baik namun tidak
baik untuk ekonomi pedesaan. Syarat yang penting disini adalah
tidak basah pada musim hujan dan tidak berdebu pada musim
kemarau.
b) Dinding. Rumah di daerah tropis lebih baik dinding atau papan,
sebab meskipun jendela tidak cukup maka lubang-lubang pada
ventilasi dinding atau papan tersebut dapat menjadi penambahan
penerangan alamiah.
c) Atap atau genteng cocok untuk daerah tropis juga terjangkau oleh
masyarakat.
d) Ventilasi
Ada dua macam ventilasi, yaitu:
(1).Ventilasi alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan
tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela pintu lubang
angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak
lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena
merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke
dalam runah.
(2).Ventilasi buatan, yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus
dengan mengalirkan udara, misalnya kipas angin dan
penghisap udara. Ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan
menyebabkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung
dengan baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok
dapat terkumpul dalam rumah, bayi dan anak yang
sering menghisap asap tersebut di dalam rumah lebih mudah
terserang ISPA
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
e) Cahaya.
Dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
(1).Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah,
misalnya baksil TBC. Oleh karena itu rumah yang sehat harus
memiliki jalan cahaya yan cukup, sekurang-kurangnya 15-20%
dari luas lantai pada ruangan dalam rumah. Sinar matahari dapat
masuk langsung ke dalam ruangan tanpa terhalang dengan
bangunan lain. Fungsi jendela disini selain untuk ventilasi juga
untuk jalan masuk cahaya.
(2).Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.
b. Biologis
ISPA dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus (influenza dan
adenovirus), bakteri (Streptococcus haemoliticus, Pneumococcus, staphylococcus. ISPA
sendiri merupakan penyakit menular yang dalam pengertiannya penyakit menular adalah
penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik
secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya
agen atau penyakit yang dapat hidup dan berpindah. Suatu penyakit dapat menular dari
orang yang satu ke yang lain karena 3 faktor:
1) Agen
2) Host
3) Route of transmission
Agen-agen infeksi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok:
1) Golongan virus misalnya, influenza, trachoma,cacar dan sebagainya
2) Golongan riketsia, misaslnya tifus
3) Golongan bakteri,misalnya disentri
4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria dsb
5) Golongan jamur, bermacam-macam panu dan kurap
6) Golongan cacing, misalnya bermacam-macam cacing perut seperti
asccaris, cacing kermi, cacing pita
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Agar agen penular ini dapat hidup maka perlu persyaratan sebagai berikut:
1) Berkembang baik
2) Bergerak atau berpindah dari induk semang
3) Mencapai induk semang baru
4) Menginfeksi induk semang baru
c. Sosial dan ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan faktor-faktor lain
seperti gizi, lingkungan dan penerimaan layanan kesehatan. Status ekonomi yang rendah
berkaitan dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan gizi guna meciptakan daya
tahan tubuh yang optimal. Selain itu seseorang dengan status ekonomi yang rendah
seringkali dikaitkan dengan kondisi rumah yang tidak memenuhi standar rumah sehat.
Menurut Soerjono (1981, dikutip dari Ihsan 2003), pendidikan memberikan nilai-nilai
tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan
juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Tingkat pendidikan sangat berhubungan
dengan kemampuan baca tulis seseorang, sehingga seseorang yang punya kemampuan baca
tulis akan berpeluang menerima informasi dan pengetahuan lebih. Selain itu tingkat
pendidikan seseorang juga berpengaruh pada sperubahan sikap dan perilaku hidup sehat.
2. Perilaku
a. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu
aktivitas dari manusia itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang
dikerjakan oleh organism tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung atau
tidak langsung. Skinner (1983) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang, tanggapan dan respons.
b. Respon atau reaksi manusia baik bersifat pasif (persepsi dan sikap) maupun bersifat
aktif (tindakan nyata atau praktis) sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari
4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit dan sistem pelayanan kesehatan, dengan
perincian:
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit. Bagaimana manusia berespon
baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit dan rasa
sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif yang dilakukan
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut). Perilaku terhadap penyakit
dan sakit ini sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit, yakni
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,
misalnya makan bergizi dan berolahraga.
b) Perilaku pencegahan penyakit, adalah suatu respon untuk melakukan
pencegahan penyakit. Misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah
gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan dalam kasus ISPA sendiri
menutup mulut ketika bersin dan batuk.
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan, yaitu perilaku untuk
melakukan atau mencari pengobatan, misalnya berusaha mengobati
sendiri penyakitnya atau berusaha mencari pengobatan ke fasilitas-
fasilitas pengobatan modern maupun tradisional.
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan, yaitu perilaku yang
berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh
dari penyakit, misalnya melakukan diet, mamatuhi anjuran dokter dalam
pemulihan kesehatan.
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini menyangkut
terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas keseahatan, dan obat-
obatan yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan
fasilitas, petugas dan obat-obatan.
3) Perilaku terhadap makanan, yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai
kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi,
sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya, sehubungan kebutuhan tubuh kita.
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang terhadap
lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini antara lain
mencakup:
a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya
komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan
kesehatan
b) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut
segi-segi higien, pemeliharaan teknik dan penggunaannya.
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah
cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah,
serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik.
d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya
e) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang nyamuk (vektor) dan
sebaginya. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi
pencegahan penyakit ISPA. Perilaku hidup bersih dan sehat sangat dipen
garuhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin me
ningkatnyatingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan b
erpengaruh positif terhadappemahaman masyarakat dalam menjaga
kesehatan balita agar tidak terkena penyakit ISPA, yaitu melalui upaya
memperhatikan rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat
3. Pelayanan kesehatan
Secara umum tujuan utama dari pelayanan kesehatan masyarakat adalah preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak
melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan).
4. Herediter
ISPA bukanlah suatu penyakit keturunan. Sehingga tidak ada kaitannya dengan herediter
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS KELURAHAN CIPAYUNG
A. DATA GEOGRAFI DAN DATA DEMOGRAFI(5)
1. Keadaan Geografis Kelurahan Cipayung
Kelurahan Cipayung merupakan salah satu dari 8 kelurahan yang terletak di Kecamatan
Cipayung Kota Administrasi Jakarta Timur. Kelurahan Cipayung memiliki batas-batas
wilayah sebagai berikut:
a. Batas Utara : Jl. Samin Dempel, Jl. Mandor Hasan, Jl. Bambu Ampel/Bambu
Kuning
b. Batas timur : Jl. Cipayung Setu, Saluran Kubangan
c. Batas Selatan : Saluran Air (Kelurahan Munjul)
d. Batas Barat : Jalan Tol Jagorawi
Wilayah Kelurahan Cipayung mempunyai luas 308, 50 Ha.
2. Keadaan Demografi Kelurahan Cipayung
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Tabel 1DATA PENDUDUK KELURAHAN RAMBUTAN MENURUT KELOMPOK UMUR
DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012No Kelompok
Umur
WNI WNA Jml
Lk Pr Jml Lk Pr Jml
1 0-4 1.827 1.679 3.506 - - - 3.506
2 5-9 2.429 2.254 4.663 - 1 1 4.664
3 10-14 2.317 2.084 4.401 - - - 4.401
4 15-19 2.192 2.052 4.244 - - - 4.224
5 20-24 2.263 2.062 4.325 - - - 4.325
6 25-29 2.662 2.502 5.164 - 1 1 5.165
7 30-34 2.702 2.507 5.209 - - - 5.209
8 35-39 2.324 2.056 4.380 - 1 1 4.381
9 40-44 2.153 1.885 4.038 - - - 4.083
10 45-49 1.745 1.679 3.424 - - - 3.424
11 50-54 1.289 1.198 2.487 - - - 2.487
12 55-59 919 847 1.766 - - - 1.766
13 60-64 565 513 1.078 - - - 1.078
14 65-69 392 313 705 - - - 705
15 70-74 226 190 416 - - - 416
16 >75 142 182 324 - - - 324
Jumlah 14365 22531 36.896 - 3 3 36.896
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 2012
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Tabel 2
Data RT dan RW Kelurahan Rambutan
Rukun Warga (RW) Rukun Tetangga (RT)
01 11
02 8
03 10
04 10
05 3
06 9
07 3
08 5
8 RW / 59 RT
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 2012
Tabel 3
DATA JUMLAH KK DAN PENDUDUK SETIAP RW KELURAHAN CIPAYUNG
No. RW KK JENIS KELAMIN JUMLAH
PENDUDUKJUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN
1
2
3
4
5
6
7
8
01
02
03
04
05
06
07
08
1028
1382
1462
1138
348
1465
285
794
2202
2141
2526
2195
553
2560
557
1536
2145
1226
2325
2225
473
1900
522
1552
4347
3367
4851
4420
998
4460
1029
3088
7418 14365 22531 36896
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 2012
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
3. Sosial Ekonomi
Untuk mengetahui secara lebih rinci tingkat sosial ekonomi penduduk di wilayah
kelurahan Cipayung, dapat dilihat pada data-data berikut:
Tabel 4
Sarana Pendidikan beserta Jumlah Siswa dan Pendidik di Wilayah Kelurahan Cipayung
Tahun 2012
NO Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru
1 TK 6 202 20
2 SD 14 4134 84
3 SMP 3 1400 44
4 SMA/SMK 5 1704 165
28 7449 313
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 2012
Tabel 5
Data Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Tani 450
2 Pedagang 580
3 Buruh 908
4 Pengusaha 825
5 PNS/TNI 2395
6 Pensiun 930
7 Lain-lain 4987
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 2012
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Diagram 1
Data Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian
Tabel 6
Data Hasil Tahapan Keluarga Sejahtera
No Pemegang Kartu Gakin Jumlah KK JIWA
1. Gakin 257 922
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 2012
4. Sarana dan Prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan di wilayah Kelurahan Cipayung diarahkan untuk
menciptakan kondisi dimana masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau. Pelayanan kesehatan
dilakukan terhadap semua golongan akan tetapi lebih diperhatikan lagi golongan masyarakat
yang berpenghasilan rendah dan lingkungan kumuh perkotaan. Adapun sarana dan prasarana
yang tersedia adalah sebagai berikut:
a. Puskesmas : 1
b. Praktek Dokter Umum : 7
c. Praktek Dokter Gigi : 4
d. Praktek Dokter Spesialis : 1
e. Bidan : 5
f. BKIA : 3
g. RB : 2
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
h. Apotek : 2
i. Klinik 24 Jam : 5
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan:
a. Posyandu Madya : 5
b. Posyandu Mandiri : 14
c. Kader : 121
d. Kader yang telah terlatih : 80
e. Dokter kecil : 131
f. PMR : 156
g. Pendidikan
1) TK : 6
2) SD : 14
3) SLTP : 3
4) SLTA : 5
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 2012
5. Sumber Daya Puskesmas
a. Dokter Umum (2) : dr. Ratna Budiani, dr. Rahmawati Meilani
b. Dokterv Gigi (1) : drg. Herawati Aan Diana
c. Bidan (3) : Bd. Masnur Tambunan, Bd. Rosmani Simamora, Bd. Bernada
d. Perawat (3) : Zr. Sri Eti, Zr. Magdalena Barus, Zr. Dewi Sembiring
e. Staff (3) : Hadi Saputra, Mat Ali, Nimah
B. DATA PENYAKIT
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Tabel 7
10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Kelurahan Cipayung periode Januari-Desember 2012
No Nama Penyakit Jumlah
1 Infeksi akut pada saluran pernapasan 5449
2 Penyakit lain pada saluran pernapasan 2191
3 Hipertensi 1991
4 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat 1487
5 Penyakit Kulit infeksi 1214
6 Gastritis 1208
7 Gingivitis dan penyakit periodontal 1015
8 Penyakit kulit alergi 633
9 Diare 608
10 Bronkhitis 322
JUMLAH 16.118
Diagram 2
10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Kelurahan Cipayung periode Januari-Desember 2012
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Tabel 8
Jumlah Penderita ISPA di Kelurahan Cipayung
RW Jumlah Penderita ISPA
01 1003
02 708
03 674
04 864
05 653
06 369
07 704
08 474
Jumlah 5449
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 201
Diagram 3
Distribusi Kejadian ISPA Berdasarkan Waktu di Wilayah Puskesmas Kelurahan Cipayung
Bulan Juni - November 2012
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Diagram 4
Distribusi Kejadian ISPA Berdasarkan Wilayah di Puskesmas Kelurahan Cipayung
Bulan Juni - November 2012
Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Cipayung 2012
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
III
DIAGNOSIS, PERUMUSAN& PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH
A. Topik Penelitian
Masalah Kesehatan : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Wilayah RT yang dipilih : Kelurahan Cipayung RT 06/ RW 01 Kecamatan Cipayung
Sasaran : Warga RT 07 RW 01 Kelurahan Cipayung
Jumlah KK : 35 Kepala Keluarga
Jumlah Sasaran : 275 orang
Jumlah Sampel :22 responden
Melakukan wawancara mencakup:
Pengetahuan warga RT 06/ RW 01 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung yang
berhubungan dengan ISPA
1. Hasil Wawancara
Tabel 9
Pengetahuan secara umum sebelum intervensi
No Pengetahuan N %
1. Kepanjangan ISPA 9 40,9
2. Pengertian ISPA 5 22,7
3. Penyebab terbanyak ISPA 10 45,4
4. Cara penularan ISPA 6 27,2
5. Gejala ISPA 6 27,2
6. Faktor yang mempengaruhi ISPA 17 77,2
7. Akibat lanjut dari ISPA yang tidak diobati 14 63,6
8. Tanda bahaya dari anak yang terkena ISPA 13 59,09
9. Perawatan bagi pasien ISPA di rumah 4 18,1
10. Pencegahan yang tepat untuk ISPA 15 68,1
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Adapun hasil wawancara dapat disajikan sebagai berikut::
1. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 9 dari 22 responden (40,9 %) yang
mengetahui kepanjangan dari ISPA.
2. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 5 dari 22 responden (22,7 %) yang
mengetahui pengertian ISPA.
3. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 10 dari 22 responden (45,4%) yang
mengetahui penyebab terbanyak ISPA.
4. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 6 dari 22 responden (27,2 %) yang
mengetahui tentang cara penularan ISPA.
5. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 6 dari 22 responden (27,2 %) yang
mengetahui gejala ISPA.
6. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 17 dari 22 responden (77,2 %) yang
mengetahui faktor yang mempengaruhi ISPA.
7. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 14 dari 22 responden (63,6 %) yang
mengetahui akibat lanjut dari ISPA yang tidak diobati
8. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 13 dari 22 responden (59,09 %) yang
mengetahui tanda bahaya dari anak yang terkena ISPA
9. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 4 dari 22 responden (18,1 %) yang
mengetahui perawatan bagi pasien ISPA di rumah
10. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa 15 dari 22 responden (68,1 %) yang
mengetahuipecegahan yang tepat bagi ISPA
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Tabel 10.
Hasil Pre Test
No.Pre test
Nilai
1. 50
2. 60
3. 60
4. 50
5. 50
6. 50
7. 60
8. 60
9. 60
10. 70
11. 60
12. 50
13. 70
14. 50
15. 50
16. 50
17. 70
18. 70
19 80
20. 50
21. 50
22. 70
Rata-rata 47,7
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Tabel 11.
Kriteria Nilai
Keterangan: Pengetahuan Warga RT 06 RW 01 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung tentang ISPA masih kurang.
B. Perumusan Masalah
Pada keluaran dari hasil pretest rata-rata skor yang didapat dari 22 responden adalah
47.7. Pengetahuan Warga RT 06 RW 01 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung tentang
ISPA masih kurang. Namun diharapkan hasil postest, yang akan dijadikan sebagai tolak ukur
dari keberhasilan penyuluhan, akan lebih baik daripada pretest setelah dilakukan penyuluhan
mengenai ISPA.
C. Perencanaan Perumusan Masalah
1. Masalah yang diintervensi : ISPA
2. Rencana Intervensi : penyuluhan tentang ISPA.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan Cipayung ,
Jakarta Timur terhadap penyakit ISPA.
b. Tujuan Khusus:
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan
Cipayung , Jakarta Timur tentang pengertian dari ISPA.
2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan
Cipayung , Jakarta Timur tentang keadaan lingkungan sekitar dapat
mempengaruhi terjadinya ISPA.
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
NO Nilai Kriteria
1 < 60 Kurang
2 60-80 Sedang
3 > 80 Baik
1
3) Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan
Cipayung , Jakarta Timur tentang perilaku hidup bersih dan sehat
sebagai pencegahan terhadap ISPA.
4) Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan
Cipayung , Jakarta Timur tentang gejala ISPA.
5) Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan
Cipayung , Jakarta Timur tentang ISPA yang berkelanjutan pada anak
dan dewasa.
4. Sasaran : masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan Cipayung
5. Target sasaran : 20 KK
6. Rencana Kegiatan
a. Hari / Tanggal : Jumat, 11 Januari 2012.
b. Waktu : 11.00 – 12.00 WIB.
c. Tempat : Ruang Tunggu Puskesmas Kelurahan Cipayung
7. SDM
a. Dokter muda : 1 orang.
b. Petugas Kesehatan : 1 orang.
c. Biaya Operasional :
Photocopy pretest- postest Rp. 125,- X 25 = Rp. 3.125,-
Photocopy leaflet Rp. 250,- X 25 = Rp. 6.250,-
Pulpen Rp. 10.000 X 2 = Rp. 20.000,-
Snack Rp. 5.000,- X 25 = Rp. 125.000,-
Aqua gelas Rp. 15.000 X 1 = Rp. 15.000,-
TOTAL = Rp,169.375,-
8. Evaluasi : membandingkan nilai pretest dan postest setelah penyuluhan
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
IV
HASILDAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pelaksanaan Pemecahan Masalah
a. Pelaksanaan Intervensi
1) Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Januari 2013.
2) Waktu : 11.00-12.00 WIB
3) Tempat : Ruang Tunggu Puskesmas Kelurahan Cipayung
b. Peserta yang Hadir : 22 orang
c. Materi
1) Pengertian tentang penyakit ISPA
2) Pengaruh keadaan lingkungan sekitar dengan terjadinya ISPA
3) Pengaruh pola hidup sebagai pencegahan ISPA
4) Cara peenularan ISPA
5) Gejala ISPA
6) ISPA yang berkelanjutan
d. Sumber Daya Manusia
1) Dokter Muda : 1 orang
2) Petugas Kesehatan : 1 orang
3) Biaya operasional :
Photocopy pretest- postest Rp. 125,- X 25 = Rp. 3.125,-
Photocopy leaflet Rp. 250,- X 25 = Rp. 6.250,-
Pulpen Rp. 10.000 X 2 = Rp. 20.000,-
Snack Rp. 5.000,- X 25 = Rp. 125.000,-
Aqua gelas Rp. 15.000 X 1 = Rp. 15.000,-
TOTAL = Rp,169.375,-
e. Evaluasi : Postest setelah penyuluhan
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
B. Pembahasan
1. Evaluasi
a. Input
1) SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter muda Frincia Bunga Rante
Allo, S.Ked sebagai narasumber dan dibantu 1 orang petugas kesehatan
sebagai pengawas,sesuai dengan perencanaan
2) Semua anggaran dana berasal dari uang pribadi dan tidak terdapat kekurangan
atau kelebihan,sesuai dengan perencanaan
3) Penyuluhan diberikan dengan menggunakan Laptop dan LCD, serta
pembagian leaflet sesuai dengan perencanaan
4) Telah dilakukan penyuluhan tentang pengertian, penularan, pencegahan ISPA,
hubugan antara pola hidup yang sehat dan keadaan lingkungan yang bersih
dengan ISPA dan ISPA yang berkelanjutan
b. Proses
1) Kegiatan penyuluhan yang dijalankan sudah sesuai dengan perencanaan dan
berlangsung sekitar 30 menit.
2) Jumlah peserta melebihi dari target yang direncanakan. Setiap peserta
penyuluhan diberikan snack setelah post test dilaksanakan.
3) Pelaksanaan kegiatan berupa penyuluhan mengenai ISPA dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab dan diakhiri dengan post-test untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai dengan perencanaan.
4) Masalah yang terjadi adalah ruangan sempit, peserta ada yang mendengarkan
sambil berdiri. Sehingga Dokter muda dan petugas kesehatan meminta peserta
untuk lebih tenang sehingga penyuluhan dapat berlangsung dengan baik.
5) Jumlah peserta sesuai dengan target yang direncanakan. Setiap peserta
penyuluhan diberikan konsumsi yang dibagikan setelah post test dilaksanakan
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
c. Output
Tabel 12
Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test
No. Pre test Post testNilai Nilai
1. 50 80
2. 60 80
3. 60 80
4. 50 80
5. 50 70
6. 50 70
7. 60 80
8. 60 80
9. 60 90
10. 70 90
11. 60 80
12. 50 80
13. 70 80
14. 50 70
15. 50 50
16. 50 80
17. 70 100
18. 70 100
19. 80 100
20. 50 90
21. 50 90
22. 70 90
Rata-rata 47,7 82,2
Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai ISPA hasil pretest rata - rata dari 22
responden adalah 47,7. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post test rata - rata dari
22 responden adalah 82,2. Hal ini berarti, telah terjadi peningkatan pengetahuan responden
sebesar 34,5. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai ISPA yang diberikan telah berhasil
menambah pengetahuan responden. Jadi selisih nilai pretest dan post test warga RT 06 RW 01
Kelurahan Cipayung , Jakarta Timur adalah :
(Post test–Pretest ) / pretest } x 100% = {(82,2-47,7)/47,7}x100= 72,3 %
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
Tabel 13
Peningkatan Pengetahuan Dilihat Dari Jawaban Tiap Soal
No
.Pertanyaan
Pretest Posttest Kenaikan
N % N % N %
1. Kepanjangan ISPA 9 40,9 20 90,9 11 50
2. Pengertian ISPA 5 22,7 19 86,3 14 63,6
3. Golongan usia yang paling sering menderita ISPA
10 45,4 22 100 12 54,6
4. Penularan ISPA 6 27.7 22 100 7 31,9
5. Hubungan antara jumlah penghuni rumah dengan ISPA
6 27,2 18 81,8 12 54,6
6. Hubungan antara keadaan rumah dengan ISPA
17 77,2 22 100 5 22,8
7. Hubungan antara daya tahan tubuh dengan terkena ISPA
14 63,6 18 81,8 4 18,2
8. Pencegahan ISPA 13 59,09 20 90,9 7 31,81
9. ISPA bekerlanjutan pada anak 4 18,1 18 81,8 14 63,7
10. ISPA berkelanjutan pada orang dewasa
15 68,1 20 90,9 5 22,8
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Angka kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cipayung masih tinggi
sebagai peringkat pertama dari sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah kasus
sebanyak 1003 kasus dari seluruh penyakit yang ada selama tahun 2012 dari bulan
January sampai November 2012.
2. Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan
Cipayung , Jakarta Timur mengenai ISPA masuk dalam kategori kurang 47,7.
sedangkan setelah dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat meningkat menjadi
kategori baik 8 2,2. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai ISPA yang diberikan
telah berhasil menambah pengetahuan responden.
B. Saran
1. Kepada Masyarakat RT 06 RW 01, Kelurahan Cipayung , Jakarta Timur:
a. Agar dapat menyebarkan informasi yang telah didapat kepada warga lain ataupun
kepada anggota keluarga tentang ISPA yang sudah didapat, terutama pada mereka
yang beresiko terkena ISPA
b. Agar masyarakat mengikuti pola hidup yang sehat dan bersih juga menjaga
kebersihan lingkungan sekitar untuk mencegah terjadinya ISP
2. Kepada Petugas Kesehatan :
a. Agar dapat meningkatkan kegiatan promosi kesehatan yang berkaitan dengan
Infeksi Saluran Pernafasan akut
b. Meninjau secara langsung keadaan masyarakat sekitar tentang resiko penularan
ISPA sehingga dapat terhindar dari penyakit ISPA.
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
DAFTAR PUSTAKA
1. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-mansyurhid-5396-2-babii.pdf
(judul: ISPA, tahun:
2. Sarwono Waspadji, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FK UI, 1993
3. http://www.docstoc.com/docs/32527898/KESEHATAN-LINGKUNGAN
4. Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.2007:Rineka Cipta
5. Profil Puskesmas Kelurahan Cipayung , Kecamatan Cipayung
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
LAMPIRAN 1
No Kuisoner:
I. Identitas Responden
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Alamat :
PRETEST-POST TEST ISPA
1. Apakah kepanjangan dari ISPA?
a. Infeksi Saluran Pencernaan Atas
b. Infeksi Saluran Pernafasan Atas
c. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
d. Infeksi Saluran Pendarahan Akut
2. Apa pengertian dari ISPA?
a. Masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pernafasan dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit dan
berlangsung sampai 14 hari
b. Masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia ke dalam
peredaran darah dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit dan
berlangsung sampai dengan 14 hari
c. Masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernafasan dan berkembang biak sehingga menimbulkan
gejala penyakit dan berlangsung sampai dengan 7 hari
d. Masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pencernaan dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit dan
berlangsung sampai dengan 14 hari
3. Apakah penyebab terbanyak dari ISPA?
a. Bakteri, virus
b. Jamur
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
c. Cacing
d. Parasit
4. Bagaimana cara penularan ISPA?
a. Keringat
b. Darah
c. Hubungan seksual
d. Percikan dahak
5. Apa saja gejala ISPA?
a. Batuk
b. Pilek
c. A dan B benar
d. Muntah
6. Berikut ini bukan faktor yang mempengaruhi ISPA:
a. Usia
b. ASI eksklusif
c. Ventilasi
d. Stress
7. Akibat lanjut dari ISPA yang tidak diobati, kecuali:
a. Pendengaran berkurang
b. Nafsu makan bertambah
c. Infeksi menyebar
d. Sakit kepala di daerah hidung
8. Berikut merupakan tanda bahaya dari anak yang terkena ISPA, kecuali:
a. Tidur nyenyak
b. Kejang
c. Anak tidak dapat minum
d. Berat badan menurun
9. Perawatan bagi pasien ISPA di rumah adalah:
a. Banyak beraktivitas
b. Makanan bergizi dan istirahat cukup
c. Merokok dan minum alkohol
d. Minum air dingin
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
10. Menurut Anda pencegahan apa yang tepat untuk ISPA?
a. Biasakan cuci tangan setelah kontak dengan penderita ISPA
b. Imunisasi lengkap
c. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat atau tidur yang cukup
d. a, b dan c benar
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
1
LAMPIRAN 2
STATUS UJIAN ISPA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT