Tugas Dr Sudung Dapus(1) (Repaired)
-
Upload
aster-widodo -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
Transcript of Tugas Dr Sudung Dapus(1) (Repaired)
PENANGANAN KASUS HERPES ZOSTER DALAM PERSPEKTIF KEDOKTERAN
KELUARGA DI PUSKESMAS
DISUSUN OLEH :
ASTERIA SEPTYARINI
09610500009
Pembimbing :
Dr. Sudung Nainggolan , MA
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
PERIODE 15 DESEMBER 2014 – 24 JANUARI 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Herpes zoster merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi virus, yaitu
reaktivasi virus varisela zoster. Meskipun herpes zoster bukan penyakit yang life-threatening,
namun dapat menggangu pasien sebab dapat timbul rasa nyeri. Lebih lanjut lagi nyeri yang
dialami saat timbul lesi kulit dapat bertahan lama, hingga berbulan-bulan lamanya sehingga
dapat menggangu kualitas hidup pasien – suatu keadaan yang disebut dengan postherpetic
neuralgia. Prevalensi herpes zoster di Indonesia diprediksi kecil, yakni hanya mencakup 1%.
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan
antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia dan jarang
mengenai anak-anak. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari
2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.
Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang diterbitkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2012, tercantum bahwa herpes zoster merupakan
daftar masalah dermatologi yang ahrus bisa ditangani oleh dokter umum, di mana dokter
umum dapat mengenali tanda klinis, mendiagnosis, menatalaksana hingga tuntas kecuali pada
perjalanannya timbul komplikasi.
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus
varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf
sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion
sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak
bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius.
Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela
yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang
berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk
pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen. Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-
15% kasus, komplikasi yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa
nyeri yang persisten setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40
tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion
yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster
generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena efek imunologi karena keganasan atau
pengobatan imunosupresi. Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan
utama yaitu: mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus
herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Herpes Zoster adalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel-vesikel
yang tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai dermatom.
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer.
Herpes zoster merupakan sebuah manifestasi oleh reaktivasi virus Varisela-zoster
laten dari saraf pusat dorsal atau kranial. Virus varicella zoster bertanggung jawab untuk dua
infeksi klinis utama pada manusia yaitu varisela atau chickenpox (cacar air) dan Herpes
zoster. Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada individu yang
berkontak dengan virus varicella zoster. Virus varisela zoster dapat mengalami reaktivasi,
menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama Herpes zoster atau Shingles.
II. ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varisela-Zoster, kelompok virus herpes termasuk
virus berukuran 140-200m dan berinti DNA. Biasanya terjadi pada usia dewasa, meski
kadang juga pada anak- anak. Dimana insidennya sama banyaknya pada pria dan wanita dan
tidak tergantung musim. Virus ini Mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi
virus spesifik DNA polymerase dan virus spesifik deoxyperidine (thymidine) kinase yang
disintesa di dalam sel yang terinfeksi.
III. PATOGENESIS
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam
ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa ke tepi ganglion spinal atau
ganglion trigeminal, kemudian menjadi laten. Varicella zoster merupakan virus rantai ganda
DNA, anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau neurodermatotropik.
Reaktivasi virus varicella zoster dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti pembedahan,
penyinaran, lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi malnutrisi, seseorang yang
sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang, atau menderita penyakit sistemik.
Jika virus ini menyerang ganglion anterior, maka menimbulkan gejala gangguan motorik.
Gambar – Patogenesis infeksi herpes zoster (Sumber:medscape.com)
IV. GAMBARAN KLINIK
Lesi herpes zoster dapat mengenai seluruh kulit tubuh maupun membran mukosa.
Herpes zoster biasanya diawali dengan gejala-gejala prodromal selama 2-4 hari, yaitu
sistemik (demam, pusing, malaise), dan lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Setelah itu
akan timbul eritema yang berubah menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang
edema dan eritematosa. Vesikel tersebut berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat
menjadi pustul dan krusta. Jika mengandung darah disebut sebagai herpes zoster hemoragik.
Jika disertai dengan ulkus dengan sikatriks, menandakan infeksi sekunder 4.
Masa tunas dari virus ini sekitar 7-12 hari, masa aktif berupa lesi baru yang tetap
timbul, berlangsung seminggu, dan masa resolusi berlangsung 1-2 minggu. Selain gejala
kulit, kelenjar getah bening regional juga dapat membesar. Penyakit ini lokalisasinya
unilateral dan dermatomal sesuai persarafan. Saraf yang paling sering terkena adalah nervus
trigeminal, fasialis, otikus, C3, T3, T5, L1, dan L2. Jika terkena saraf tepi jarang timbul
kelainan motorik, sedangkan pada saraf pusat sering dapat timbul gangguan motorik akibat
struktur anatomisnya. Gejala khas lainnya adalah hipestesi pada daerah yang terkena.
Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis. Masing
masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang dipersarafinya ke otak. Dermatom
pada dada dan perut seperti tumpukan cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal yang
berbeda, sedangkan sepanjang lengan dan kaki, dermatom berjalan secara longitudinal
sepanjang anggota badan.
V. GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Tampak vesikula bersifat unilokular, biasanya pada stratum granulosum, kadang-
kadang subepidermal. Temuan “sel balon” yaitu sel stratum spinosum yang mengalami
degenerasi dan membesar, juga badan inklusi (lipschutz) yang tersebar dalam inti sel
epidermis, dalam jaringan ikat dan endotel pembuluh darah. Pada dermis terdapat dilatasi
pembuluh darah dan sebukan limfosit.
VI. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dapat digunaan Tes Tzanck, pada tes ini ditemukan sel
datia berinti banyak. Pemeriksaan biopsi cairan vesikula dengan mikroskop
elektron.
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia
beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit. Disertai gejala
prodromal seperti demam, pusing dan malaise. Kelainan kulit dimulai berupa eritema
kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan
menyatu membentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh
dan dapat pula bercampur darah.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Herpes simpleks
2. Dermatitis Kontak
3. Varicela zoster
IX. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat
2. Untuk mengurangi neuralgia dapat diberikan analgetik
3. Usahakan supaya vesikel tidak pecah untuk menghindari infeksi sekunder, yaitu
dengan bedak salicyl 2%
Apabila terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik lokal misal, salep
kloramfenikol 2%
4. Obat antiviral
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dengan dosis anjuran 5 x 800mg sehari
diberikan selama 7hari
5. Imunostimulator : Isoprinosine
X. KOMPLIKASI
Postherpetic neuralgia merupakan komplikasi herpes zoster yang paling sering
terjadi. Postherpetic neuralgia terjadi sekitar 10-15 % pasien herpes zoster dan merusak saraf
trigeminal. Resiko komplikasi meningkat sejalan dengan usia. Postherpetic neuralgia
didefenisikan sebagai gejala sensoris, biasanya sakit dan mati rasa. Rasa nyeri akan menetap
setelah penyakit tersebut sembuh dan dapat terjadi sebagai akibat penyembuhan yang tidak
baik pada penderita usia lanjut. Nyeri ini merupakan nyeri neuropatik yang dapat berlangsung
lama bahkan menetap setelah erupsi akut herpes zoster menghilang.
Gambar :
Jaras sensorik nyeri
(Sumber: Fitzpatrick)
Postherpetic neuralgia merupakan suatu bentuk nyeri neuropatik yang muncul oleh
karena penyakit atau luka pada sistem saraf pusat atau tepi, nyeri menetap dialami lebih dari
3 bulan setelah penyembuhan herpes zoster. Penyebab paling umum timbulnya peningkatan
virus ialah penurunan sel imunitas yang terkait dengan pertambahan umur. Berkurangnya
imunitas di kaitkan dengan beberapa penyakit berbahaya seperti limfoma, kemoterapi atau
radioterapi, infeksi HIV, dan penggunaan obat immunesuppressan setelah operasi
transplantasi organ atau untuk manajemen penyakit (seperti kortikoteroid) juga menjadi
faktor risiko.
Postherpetic neuralgia dapat diklasifikasikan menjadi neuralgia herpetik akut (30
hari setelah timbulnya ruam pada kulit), neuralgia herpetik subakut (30-120 hari setelah
timbulnya ruam pada kulit), dan postherpetic neuralgia (di defenisikan sebagai rasa sakit
yang terjadi setidaknya 120 hari setelah timbulnya ruam pada kulit).
Postherpetic neuralgia memiliki patofisiologi yang berbeda dengan nyeri herpes
zoster akut, dapat berhubungan dengan erupsi akut herpes zoster yang disebabkan oleh
replikasi jumlah virus varicella zoster yang besar dalam ganglia yang ditemukan selama masa
laten. Oleh karena itu, mengakibatkan inflamasi atau kerusakan pada serabut syaraf sensoris
yang berkelanjutan, hilang dan rusaknya serabut-serabut syaraf atau impuls abnormal, serabut
saraf berdiameter besar yang berfungsi sebagai inhibitor hilang atau rusak dan mengalami
kerusakan terparah. Akibatnya, impuls nyeri ke medulla spinalis meningkat sehingga pasien
merasa nyeri yang hebat.
XI. PENCEGAHAN
Pada anak dengan imunokompeten yang pernah menderita varisela tidak diperlukan
tindakan pencegahan, akan tetapi pencegahan ini ditujukan kepada kelompok yang beresiko
tinggi untuk menderita Varisela seperti neonatus, pubertas ataupun orang dewasa. Tujuan
pencegahan ataupun mengurangi gejala infeksi virus varisela zoster adalah :
1. Imunisasi Pasif
Menggunakan VZIG (Varicella Zozter Imunoglobulin) dengan pemberian kurang dari
3hari setelah terpajan virus varicella zoster. Pada anak-anak imunokompromais
pemberian VZIG dapat meringankan gejala varisela
2. Imunisasi Aktif
Menggunakan vaksin varisela virus (okastrain), kekebalan yang didapat bertahan selam
10tahun dengan daya proteksi 70-100%. Vaksin ini efektif untuk anak berusia <1tahun.
XII. PROGNOSIS
Untuk herpes zoster umumnya baik bila terjadi pada orang muda ataupun anak-anak
dan bergantung pada tindakan perawatan secara dini dan tidak terjadi komplikasi
BAB III
PERUMUSAN MASALAH, RENCANA PENATALAKSANAAN, DAN INTERVENSI
Identitas Pasien
Pasien berjenis kelamin laki-laki usia 34 tahun, belum menikah, bertempat tinggal di Jakarta, beragama Islam, dengan pendidikan terakhir SMK, bekerja sebagai Karyawan Swasta, suku Jawa.
Anamnesis (dilakukan secara autoanamnesis)
A. Alasan Kedatangan/ Keluhan Utama
Pasien mengeluh Timbul bintik-bintik yang terasa nyeri dan Panas
B. Keluhan Lain/ Tambahan
Demam
C. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dengan keluhan
timbul bintik – bintik melenting di daerah dada sampai bahu bagian kanan sejak ± 10
hari yang lalu. Awalnya timbul kemerahan di bagian dada kanan dekat ketiak kemudian
timbul bintik-bintik yang berkelompok membentuk lingkaran yang terletak segaris pada
dada sampai bahu kanan namun tidak melewati garis tengah tubuh. Bintik-bintik tersebut
awalnya kecil kemudian bertambah banyak dan menyebar. Dibagian yang terdapat
bintik-bintik tersebut terasa nyeri dan panas sehingga pasien merasa tidak nyaman bila
melakukan aktifitas sehari-hari yang menggunakan tangan kanan. Dan bila pasien
berkeringat akan terasa perih dan gatal. Bintik-bintik tersebut makin terasa nyeri apabila
pasien menyentuhnya ataupun tersentuh pakaian. untuk mengurangi gatal pasien
menggunakan bedak cair. Selain timbul kemerahan dan bintik-bintik yang terasa nyeri
dan panas pasien mengalami demam yang hilang timbul. Pasien mandi 2kali dalam
sehari, yaitu pagi sebelum brangkat kerja dan sore sesudah pulang kerja. Pasien tidak
saling bertukar pakaian pakaian dengan orang lain. Alat mandi seperti sabun, shampoo
dan handuk juga tidak dipakai bersama-sama orang lain dirumah. Tidak ada mual, tidak
ada muntah. Tidak ada batuk, tidak ada sesak, dan tidak ada nyeri dada. Buang air besar
dan buang air kecil tidak ada keluhan
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Di dalam keluarga pasien, tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang
sama seperti pasien. Pasien merupakan anak ke 8 dari 8 bersaudara.
GENOGRAM
: laki-laki : Meninggal
: perempuan : menderita herpes zoster
: tinggal serumah
E. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini 2 tahun lalu, namun letak keluhan di
pinggang kanan pasien. Waktu kelas 5 SD pasien pernah mengalami cacar air. Pasien
pernah dirawat di RS karena appedicitis dan appendiktomi pada tahun 2013. Pasien tidak
pernah mengalami kecelakaan
F. Riwayat Perilaku dan Kebiasaan Pribadi
Pasien memiliki kebiasaan mandi 2x sehari, pasien sering mengabaikan
mengganti pakaian jika berkeringat, pasien menggunakan handuk, alat mandi, namun
tidak bertukar pakaian dengan keluarga yang serumah.
.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien belum menikah dan tinggal berdua bersama keponakan pasien. Pasien
tinggal dirumah kontrakan dengan luas bangunan 3 x 6 meter persegi, bangunan 2 lantai
dengan 1 kamar tidur, pencahayaan sinar matahari kurang, ventilasi udara terdapat di
ruang tamu. Lantai rumah pasien terbuat dari keramik, atap rumah terbuat dari genteng,
langit-langit dalam rumah pasien tampak cukup terawat. Ruang tidur pasien memiliki
satu, didalam setiap kamar terdapat kasur dan lemari pakaian. Ruang tamu dan kamar
tidur terpisah oleh sekat, ruang makan, digabung dengan ruang tamu dan terdapat 1
kamar mandi. Pasien biasanya menjemur pakaian di teras depan rumah pasien atau di
atas . Sumber air yang digunakan adalah jet pump. Jarak dengan sumber air dari septic
tank kurang lebih 10 meter.
Pasien memiliki 1 buah motor, sumber pendapatan keluarga berasal dari pasien
yang bekerja sebagai pegawai swasta dan usaha jualan pulsa. Penghasilan berkisar Rp.
2.000.000 perbulan. Dengan jumlah pengeluaran berkisar Rp.1.500.000 perbulan.
Pengeluaran pasien berasal dari biaya kontrakan, biaya listrik dan biaya makan sehari-
hari. Hubungan sosial dengan keluarga besar harmonis begitu juga dengan tetangga
sekitar kontrakan, pasien aktif dengan perkumpulan kemasyarakatan. Pasien mengatakan
kehidupan ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kehidupan sehar-hari.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital termasuk status gizi
B. Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tinggi badan : 172 cm
Berat badan : 78 kg
Status gizi : lebih
Tanda vital : Tekanan darah 120/80
Frekuensi nadi 96x/menit
Frekuensi nafas 20x/menit
Suhu 36,8oC
Sianosis : tidak ada
Edema Umum : tidak ada
Mobilitas : Aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : 35 tahun
C. Status Generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi
merata.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya langsung
+/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, ukuran pupil 3 mm/3 mm,
isokor
Telinga : Liang telinga lapang/ lapang, tidak ada serumen, sekret -/-.
Hidung : Tidak ada deformitas, liang hidung lapang/ tidak lapang, sekret -/-.
Tenggorokan : Uvula ditengah, arkus faring simetris, arkus faring tidak hiperemis,
tonsil tidak hiperemis dan tidak membesar.
Gigi dan mulut: lidah tidak kotor, gigi karies tidak ada. Kesan = Oral higienis cukup.
Leher : Tidak Diperiksa
KGB : Suprasternal : Kanan dan kiri tidak teraba membesar
Colli anterior : Kanan dan kiri tidak teraba membesar
Colli posterior : Kanan dan kiri tidak teraba membesar
Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris
Perkusi : Paru kiri dan kanan sonor
Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri, Rh -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V kiri
Perkusi : Batas Paru hati: ICS 6 garis mid klavikula dextra
Batas Paru Lambung: ICS 5 garis axilaris anterior sinistra
Batas Jantung kanan: ICS 5 garis parasternal dextra
Batas Jantung kiri: ICS 6 garisaxilaris anterior sinistra
Kesan : Tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : Normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Inspeksi rata, caput medusa tidakada
Auskultasi : Bising usus (+), normal 8x/menit
Palpasi : Hepar dan limpa tidak teraba membesar, nyeri tekan (-),
defence muscular (-)
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, cappilarry refill < 2 detik.
Bawah : Akral hangat, cappilarry refill < 2 detik
Status Neurologis:
Biseps : ++/++
Triseps : ++/++
Hoffman-Tronmer : -/-
KPR : ++/++
APR : ++/++
Sensibilitas :
Atas : Suhu +/+, nyeri +/+, raba +/+
Bawah : Suhu +/+, nyeri +/+, raba +/+
Motorik :
Atas : normotonus, 5555/5555
Bawah : normotonus, 5555/5555
D. Status Dermatologi :
Lokasi : Regio axilaris dextra mengarah ke mammae dan scapula dextra
Lesi Primer : multi vesikel
Ukuran : milier sampai lentikuler
Dasar : eritem
Susunan : herpetiform
Permukaan : kasar
Tepi : tidak aktif
Batas : tegas
Letak : membentuk garis lurus yang melingkar namun tidak melewati garis
tengah tubuh
Palpasi : teraba kasar dipermukaan eritem, lembab dan ada nyeri tekan
E. Pemeriksaan Penunjang
Pasien tidak di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan tambahan.
PERUMUSAN MASALAH KESEHATAN PASIEN
DIAGNOSTIK HOLISTIK
A. ASPEK PERSONAL
Keluhan utama : timbul bintil-bintil kecil pada ketiak kanan
Kekhawatiran : pasien khawatir karena semakin hari bintik bertambah dan
menimbulkan rasa nyeri dan panas
Harapan : pasien berharap agar keluhan segera sembuh dan tidak kambuh
kembali.
B. ASPEK KLINIS
Diagnosa kerja : Herpes Zoster
Diagnosa gizi : Gizi lebih
C. ASPEK RESIKO INTERNAL
Pasien usia 34 tahun.
Pasien berkerja sebagai karyawan swasta
D. ASPEK PSIKOSOSIAL KELUARGA DAN LINGKUNGAN
Pasien tidak ada masalah psikososial, keluarga dan lingkungan.
Pasien hidup rukun bersama keluarga, keponakan dan tetangga.
E. DERAJAT FUNGSIONAL
Derajat satu : pasien tidak memiliki keterbatasan beraktifitas dan masih dapat
melakukan pekerjaan sendiri.
RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN
No Kegiatan Rencana intervensi Sasaran WaktuSasaran yang
diharapkan
1 Aspek Personal Evaluasi :
-Keluhan, kekhawatiran
serta harapan pasien.
Edukasi :
-Memberikan informasi
mengenai penyakit
yang dialami pasien,
penyebab, gejala klinis,
prognosis, serta
pencegahannya.
Pasien
dan
Keluarga
Pasien
yang
serumah
25
menit
- Keluhan pasien
dan keluarga
pasien dapat
berkurang.
- Kekhawatiran
pasien dan
keluarga pasien
dapat
berkurang.
- Pasien dan
keluarga dapat
mengerti
tentang
penyakit,
pencegahan dan
pengobatan atas
penyakit yang
dialami pasien.
2 Aspek Klinis
Herpes Zoster
Evaluasi :
Melakukan
pemeriksaan tanda vital
, pemeriksaan fisik
umum, dan
pemeriksaan
dermatologi.
Edukasi:
- Memberitahu kepada
pasien bahwa
penyakitnya bisa
Pasien 1 hari - Pasien
menjalankan
terapinya
dengan baik
- Keluhan
berkurang,
- Pasien dapat
menjaga kondisi
tubuhnya agar
kambuh bila kondisi
tubuh menurun
-Menyarankan kepada
pasien untuk Konsumsi
buah- buahan yang
mengandung vitamin C
seperti jeruk, jambu
biji, sirsak pepaya dan
tomat merah yang
meningkatkan
kekebalan tubuh dan
kelembaban kulit yang
dapat mempercepat
penyembuhan.
- Istirahat yang teratur
Terapi :
Acyclovir 4 x 400mg
Antalgin 2 x 500mg
CTM 1 x 1tab (malam)
multivitamin 1 x 1 tab
Acyclovir krim
Salicyl talk
(pengobatan untuk 5
hari)
Edukasi :
Menginformasikan cara
minum obat, pemakaian
salep dan
menginformasikan
untuk menjaga
kebersihan pribadi dan
keluarga yang tinggal
tetap sehat
- dapat sudah
memakan buah-
buahan dan
menjaga
kekebalan tubuh
dan kelembaban
kulitnya.
bersama.
3 Aspek Risiko Internal
Pasien jarang berolahraga
Pasien jarang
mengkonsumsi
makanan sehat
Edukasi :
Menjelaskan bahwa dengan berolahraga bisa meningkatkan kesegaran jasmani bagi pasien dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Selain itu juga dapat membantu pasien sedikit merelaksasikan pikiran dari berbagai kegiatan pasien sehari-hariMenjelaskan kepada
pasien untuk
mengkonsumsi
makanan yang
memenuhi kecukupan
gizi dan perbayak
makan buah dan sayur
Pasien
dan
keluarga
1hari - Pasien mau
menyediakan
waku untuk
berolahraga
Pasien dapat
mencoba
mengkonsumsi
makanan yang sehat
4 Aspek
psikososial,
Keluarga dan
Lingkungan
- Pencahayaan rumah pasien kurang
- Pasien tidak
ada masalah
psikososial,
keluarga dan
lingkungan.
Edukasi:
- Menyarankan
kepada pasien
untuk lebih
memperhatikan tata
pencahyaan rumah
pasien, agar bisa
memungkinkan
lebih banyak
cahaya matahari
yang masuk ke
rumah
- Tetap menjalin
hubungan baik
dengan anggota
Pasien
dan
keluarga
pasien
2 hari
- Pasien dapat
mengatur rumah
pasien seefisien
mungkin
sehingga
banyak cahaya
matahari yang
masuk ke
rumah.
- Hubungan
pasien dengan
keluarga dan
lingkungan
tetap terjalin
keluarga. baik dan
harmonis.
HOME VISIT
TINDAK LANJUT DAN HASIL INTERVENSI
TANGGAL INTERVENSI, DIAGNOSTIK HOLISTIK, DAN RENCANA
SELANJUTNYA
Pertemuan
Pertama
16 Januari 2015
Pertemuan
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu
1. Memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga pasien.
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
dengan inform consent.
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-
sosio-ekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
5. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
mempersiapkan alat yang akan dipergunakan.
6. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
7. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
8. Membuat diagnostik holistik pada pasien.
9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis.
Intervensi yang akan diberikan:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik kepada pasien dan keluarga dengan
memantau bintik kemerahan pada ketiak kana yang mengarah ke
dada dan bahu pasien serta pengobatannya.
2. Menganjurkan pemeriksaan lebih lanjut apabila keluhan belum
berkurang.
3. Menginformasikan penyebab yang dapat menyebabkan keluhan
tersebut.
Melakukan anamnesis untuk mengevaluasi penyakit pasien.
Kedua
19 Januari 2015
Melakukan pemeriksaan fisik dan dermatologi untuk mengevaluasi
penyakit pasien.
Mengevaluasi pengobatan yang telah diberikan.
Mengingatkan untuk melakukan pengobatan dengan teratur.
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga yang serumah,
untuk menjaga kebersihan pribadi seperti mandi 2 kali dalam satu
hari, ganti pakaian bila berkeringat, menggunakan alat mandi
masing-masing, tidak saling bertukar pakaian, istirahat cukup dan
makan makanan cukup gizi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Herpes zoster merupakan akibat dari reaktivasi virus zoster yang laten dari bradiks
dorsal ganglion. Virus Varisela Zoster dapat menimbulkan dua kesatuan klinis yaitu varisela
dan herpes zoster. Namun Mekanisme reaktivasi virus varisela zoster masih belum diketahui.
Herpes zoster dapat menyerang siapa saja dengan sistem imun imunokompromais.
Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jika
diperlukan pemeriksaan laboratorium yaitu tes Tzanck dengan temuan sel datia berinti
banyak. Herpes zoster umumnya baik bila terjadi pada orang muda ataupun anak-anak dan
bergantung pada tindakan perawatan secara dini dan tidak terjadi komplikasi. Semakin tinggi
usia terkena infeksi herpes semakin tinggi frekuensi komplikasinya.
Pentingnya edukasi kepada pasien tentang herpes zoster dimana akan timbul
kekambuhan bila terjadi penurunan imunitas, sehingga pasien dapat tetap menjaga kesehatan
dengan mengkonsumsi makan-makanan cukup gizi. Pasien menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya. Pengobatan herpes zoster memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga
pasien diharapkan untuk teliti dalam masa penyembuhan dan kembali kontrol ke dokter.
‘
DAFTAR PUSTAKA
1. Lubis Ramona.Varicela dan Herpes zoster (repository.usu.ac.id/1/08E00895) diakses
tanggal 16 januari 2015
2. Wicaksono Dwi. Herpes Zoster
(http://xa.yimg.com/kq/group/86529852/1660844164/name/preskas_HerpesZoster_Dwi_
Evan_Hanifa.pdf) diakses tanggal 15 januari 2015
3. Konsil Kedokteran Indonesia.,2012 Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
Jakarta; 2012
4. Handoko R. Penyakit virus. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S., 2005. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
5. Siregar., 2003. Atlas Berwarna Saripati Kulit : edisi II,. Jakarta : ECG
AktivitasMetode : observasi dan wawancaraInstrument : check list dan kuisioner
1. Bagaimana hubungan antara anggota keluarga?
Baik
Kurang
Buruk Lain-lain:...
2. Apakah keluarga bapak/ibu makan secara teratur 3 kali dalam sehari?
Ya Tidak Lain-lain:…
3. Apakah setiap kali makan, kebutuhan karbohidrat (nasi,kentang,umbi2an), lauk (daging,tahu,tempe), sayur dan buah terpenuhi?
Ya Tidak Lain-lain:…
4. Apakah bapak/ibu selalu mencuci baju sendiri?
Ya Tidak Lain-lain:…
5. Apakah sehabis mandi selalu berganti pakaian?
Ya Tidak Lain-lain:…
6. Berapa luas bangunan rumah bapak/ibu? ….± 30m2
7. Lantai rumah terbuat dari …
Keramik Ubin Lain-lain: …
8. Atap rumah terbuat dari …
Seng
Genteng
Lain-lain: …
9. Ventilasi …
Ada
Tidak
Terbuka Tertutup
10. Pencahayaan …
Baik Cukup Kurang
11. Kamar mandi
Ada
Tidak, keterangan: …
Lantai Ubin
Keramik
Lain-lain: …Kran
Ada
Tidak, keterangan: …Bakmandi
Ada
Tidak, keterangan: Ember
Air Pam
Sumur
Ventilasi
Ada
Tidak Terbuka tertutup
WC
Jongkok
Duduk Lain-lain: ...
Jarak septic tank dari sumber air
<10 m
>10m
Dapur …
Ada
Tidak, keterangan: Umum
Kompor
Gas Minyaktanah Lain-lain: …
Pencahayaan
Baik Cukup Kurang
Ventilasi
Ada
Tidak Terbuka Tertutup
12. Pengelolaan sampah …
Dibuang setiap hari Dibuang>1 hari
13. Pengelolaan sampah …
Tong sampah pribadi Tong sampah umum
Lain-lain: …
14. Kamar tidur, jumlah 1Kondisi kamar …Di dalam kamar terdapat 1 tempat tidur dan lemari pakaian
Kasur
Kapuk Busa Lain-lain
Pencahayaan
Baik Cukup Kurang
Ventilasi
Ada
Tidak Terbuka Tertutup
15. Ruangtamu
Ada Tidak, keterangan: …
16. Teras
Ada Tidak, keterangan: …
17. Halaman
Ada Tidak, keterang: …
18. Penghasilan per bulan …
< 1 juta …..
>1 juta …..
Tidakbekerja
Lain-lain: …
KebutuhanMetode: wawancara dan observasiInstrumen: kuisioner dan check list
1. Apakah keluarga ibu / bapak memiliki pakaian yang cukup?
Ya Tidak Dll
2. Apakah keluarga ibu/bapak makan 3x sehari?
Ya Tidak Dll
3. Apakah ibu/bapak merasa nyaman tinggal di tempat tinggal yang sekarang?
Ya Tidak Dll
4. Apakah keluarga ibu/bapak rajin beribadah
Ya Kadang – kadang Tidak
5. Apakah keluarga bapak/ibu saling menyayangi satu sama lain?
Ya Tidak
6. Apakah dalam keluarga pernah melakukan kekerasan?
Ya Tidak
7. Bagaimana hubungan dengan tetangga sekitar? Pasien sering berkomunikasi dengan tetangga sekitar.dan rutin mengikuti kegiatan warga
8. Apakah Ibu atau bapak aktif dalam kegiatan di lingkungan rumah?
Ya
Kadang – kadang
Tidak
SumberMetode :wawancara dan observasiInstrument :kuisioner dan check list
1. Dalam seminggu, berapa kali bapak/ibu berkunjung dengan anggota keluarga? Kalau tidak ada acara biasanya satu minggu satu kali kerumah kakak saya
2. Apakah cukup penghasilan yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ?
Ya
Tidak Dll
3. Keterampilan apa yang dimiliki anggota keluarga? Ayah : Memasak untuk warung dan keluarga (almarhum) Ibu : Tukang Pijet
4. Bagaimana sifat anggota keluarga? Ayah : Ramah, Pekerja keras (almarhum) Ibu : Penyabar
5. Apakah keluarga bapak/ibu meluangkan waktu untuk berekreasi?
Ya
Tidak
Dll