Status Pasien2 Urtikaria-1
-
Upload
caesar-bornie-agustio -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
description
Transcript of Status Pasien2 Urtikaria-1
-
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien : Nn. M
2. Umur : 16 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Siswa SMA
6. Tanggal pemeriksaan : 14 Maret 2015
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Timbul bentol-bentol kemerahan di tangan, kaki dan punggung
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk dengan keluhan timbul bentol-bentol kemarahan di
tangan, kaki, dan punggung yang muncul mendadak 1 hari sebelum
pemeriksaan. Sebelumnya pasien sedang mendapatkan pengobatan
untuk penyakit scabies yang muncul sejak 4 minggu yang lalu.
Pasien juga mendapatkan perawatan selama 1 minggu di RS
Anutapura untuk penyakit scabies. Setelah 1 hari keluar dari rumah
sakit pasien mengaku saat malam tiba-tiba muncul bentol- bentol
kemerahan di hampir seluruh tubuh yang terasa panas seperti terbakar.
Menurut pasien sebelum muncul gejala, pasien mengkonsumsi ayam
potong (Mas Joko) dan beberapa jam setelah mengkonsumsi makanan
tersebut pasien merasa badannya panas seperti terbakar dan muncul
bentol-bentol kemerahan. Pada saat pertama kali muncul, pasien
mengaku meminum air kelapa dan mengoleskan lotion vitamin E ke
kulit yang terkena namun tidak ada perubahan yang terjadi.
-
3. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan keluhan yang sama
dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis :
Kondisi umum : Sakit ringan
Status gizi : Baik
Kesadaran : Komposmentis
2. Tanda vital :
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37C
Tekanan darah : 110/70 mmHg
3. Hygiene : buruk
4. Status dermatologis:
Kepala : tidak ada ujud kelainan kulit
Leher : tidak ada ujud kelainan kulit
Dada : tidak ada ujud kelainan kulit
Perut : tidak ada ujud kelainan kulit
Punggung : terdapat urtika dalam berbagai ukuran
(miliar, lentikular dan plakat) bentuk
polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran
generalisata, berwarna merah (eritema)
Ekstremitas atas : terdapat urtika dalam berbagai ukuran
(miliar, lentikular dan plakat) bentuk
polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran
generalisata, berwarna merah (eritema)
ketika di tekan eritema menghilang
(lengan atas dan
bawah)
-
Ekstremitas bawah : terdapat urtika dalam berbagai ukuran
(miliar, lentikular dan plakat) bentuk
polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran
generalisata, berwarna merah (eritema)
Kel. limfe : tidak ada ujud kelainan kulit
IV. GAMBAR
Gambar 1. Urtika di punggung
(kaki atas dan
bawah)
-
Gambar 2. Urtika di ekstremitas atas
-
V. RESUME
Seorang wanita, usia 16 tahun masuk dengan keluhan timbul urtika
di tangan, kaki, dan punggung yang muncul mendadak 1 hari sebelum
pemeriksaan. Urtika yang muncul hampir di seluruh tubuh yang terasa panas
seperti terbakar. Menurut pasien sebelumnnya pasien mengkonsumsi ayam
potong. Pada saat pertama kali muncul, pasien mengaku meminum air kelapa
dan mengoleskan lotion vitamin E ke kulit yang terkena namun tidak ada
perubahan yang terjadi.
Pasien masuk dengan kondisi umum sakit ringan, status gizi baik,
kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital; nadi 80x/menit, respirasi
20x/menit, suhu : 37C, tekanan darah 110/70 mmHg. Hygiene buruk.
Status dermatologis : terdapat urtika dalam berbagai ukuran (miliar, lentikular
dan plakat) bentuk polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran generalisata,
berwarna merah (eritema) ketika di tekan eritema menghilang di daerah
punggung, ekstremitas atas (lengan atas dan bawah) dan ekstremitas bawah
(kaki atas dan bawah)
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Urtikaria akut
2. Ptiriasis rosea
3. Purpura anafilaktoid
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan kadar IgE
Tes kulit, uji tusuk (prick test)
Tes eliminasi makanan
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Urtikaria akut
-
IX. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Menghindari kontak dengan agen pencetus, misalnya makanan yang
dicurigai
2. Medikamentosa
Metilprednisolon 4 mg 2x1
Hidroksizin 25 mg 2x1
X. PROGNOSIS
1. Qua ed vitam : ed bonam
2. Qua ed fungsionam : ed bonam
3. Qua ed cosmeticam : ed bonam
4. Qua ed sanationam : ed bonam
-
PEMBAHASAN
Seorang wanita, usia 16 tahun masuk dengan keluhan timbul urtika
di tangan, kaki, dan punggung yang muncul mendadak 1 hari sebelum
pemeriksaan. Urtika yang muncul hampir di seluruh tubuh yang terasa panas
seperti terbakar. Menurut pasien sebelumnnya pasien mengkonsumsi ayam
potong. Pada saat pertama kali muncul, pasien mengaku meminum air kelapa
dan mengoleskan lotion vitamin E ke kulit yang terkena namun tidak ada
perubahan yang terjadi.
Pasien masuk dengan kondisi umum sakit ringan, status gizi baik,
kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital; nadi 80x/menit, respirasi
20x/menit, suhu : 37C, tekanan darah 110/70 mmHg. Hygiene buruk.
Status dermatologis : terdapat urtika dalam berbagai ukuran (miliar, lentikular
dan plakat) bentuk polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran generalisata,
berwarna merah (eritema) ketika di tekan eritema menghilang di daerah
punggung, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Dari hasil anamnesis dan
status dermatologis, pasien didiagnosis urticaria akut.
Urtikaria ialah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam
sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di
permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Disebut akut bila serangan
berlangsung kurang dari 6 minggu atau berlangsung selama 4 minggu tetapi
timbul setiap hari; bila melebihi waktu tersebut digolongkan sebagai urtikaria
kronik. 1
Pasien merupakan wanita berusia 16 tahun, dimana menurut data
epidemiologi urtikaria berdasarkan usia menunjukkan bahwa urtikaria akut
paling sering terjadi pada anak dan dewasa muda.2
-
Keluhan subyektif umumnya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Pada
pemeriksaan klinis tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas,
kadang-kadang bagian tengah tampak pucat. Bentuknya dapat papular
besarnya dapat lentikular, numular sampai plakat. 1
Pada pemeriksaan pasien
ditemukan urtika dalam berbagai ukuran (miliar, lentikular dan plakat) bentuk
polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran generalisata, berwarna merah
(eritema) ketika di tekan eritema menghilang di daerah punggung, ekstremitas
atas dan ekstremitas bawah.
Penyebab urtikaria hampir 80% tidak diketahui. Diduga penyebab
urtikaria bermacam-macam, diantaranya : obat, makanan, gigitan serangga,
inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi parasit, psikis, genetik dan penyakit
sistemik. Pada kasus tidak ditemukan kemungkinan faktor penyebab pada
pasien kecuali dari makanan, yaitu adanya riwayat mengkonsumsi ayam
potong sebelum timbulnya urtikaria. Sesuai dengan teori bahwa peran
makanan sangat penting pada urtikaria akut, yang umumnya akibat reaksi
immunologik oleh makanan berupa protein atau bahan lain yang dicampurkan
dalam makanan seperti zat warna, penyedap rasa atau bahan pengawet. 1
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler
yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan
pengumpulan cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema setempat
disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat
terjadi akibat pelepasan mediator-mediator misalnya histamine, kinin,
serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin
oleh sel mast dan atau basofil. 1
Baik faktor imunologik, maupun nonimunologik mampu
merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut
(gambar 10). Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP
(adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan
-
mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivat amidin,
obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotik
berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik misalnya asetilkolin, dilepaskan
oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui langsung
dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik
misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan dapat
langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan misalnya demam, panas,
emosi, dan alcohol dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler
sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. 1
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut
daripada yang kronik; biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau
sel basofil karena adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan
dengan IgE maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan
mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya
alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi
komplemen secara klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan
anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu merangsang sel mast dan basofil,
misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri. 1
Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi
sitotoksik dan kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat
anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga terjadi misalnya setelah
pemakaian bahan penangkis serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin.
Kekurangan C1 esterase inhibitor secara genetik menyebabkan edema
angioneurotik yang herediter. 1
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah pemeriksaan kadar
IgE, tes kulit, uji tusuk (prick test), serta tes eliminasi makanan. Pemeriksaan
kadar IgE spesifik di ukur secara in vitro dengan teknik RAST (Radio Allergo
Sorbent Test) dengan interpretasi positif jika rasio ikatan dan tidak terikat IgE
2. Pada pemeriksaan uji tusuk (prick test) dilakukan dengan cara
-
meletakkan setetes ekstrak alergen dalam gliserol 50% ke permukaan kulit,
kemudian lapisan superficial kulit di tusuk dan dicungkil ke atas
menggunakan jarum, reaksi dikatakan positif bila dalam 15 menit terdapat
rasa gatal dan eritema yang dikonfirmasi dengan adanya perubahan kulit
yang khas dan dapat diraba. Sedangkan tes eliminasi makanan dilakukan
dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa
waktu, lalu mencobanya satu persatu.1,2
Pengobatan yang paling ideal adalah mengobati penyebab atau bila
mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Untuk pengobatan secara
medikamentosa pengobatan urtikaria terbagi menjadi 3 lini, dimana first line
teraphy menggunakan antihistamin, second line teraphy menggunakan
kortikosteroid, dan third line teraphy menggunakan agen imunomodulator.3
Pengobatan dengan antihistamin pada urtikaria sangat bermanfaat.
Cara kerja antihistamin telah diketahui dengan jelas yaitu menghambat
histamin pada reseptor-reseptornya. Secara klinis dasar pengobatan pada
urtikaria dan angioedema dipercayakan pada efek antagonis terhadap
histamin pada reseptor H1 namun efektifitas tersebut acapkali berkaitan
dengan efek samping farmakologik yaitu sedasi. Dalam perkembangannya
terdapat antihistamin yang baru yang berkhasiat yang berkhasiat terhadap
reseptor H1 tetapi nonsedasi golongan ini disebut sebagai antihistamin
nonklasik. Antihistamin golongan AH1 yang nonklasik contohnya adalah
terfenadin, aztemizol, cetirizine, loratadin, dan mequitazin. Keunggulan lain
AH1 non klasik adalah tidak mempunyai efek sedasi karena tidak dapat
menembus sawar darah otak.
Hidroksizin merupakan antihistamin yang
efektif dalam mengobati dan mencegah urtikaria. 1
Dalam beberapa kasus urtikaria akut atau kronik, antihistamin
mungkin gagal, bahkan pada dosis tinggi, atau mungkin efek samping
bermasalah. Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria seharusnya respon
dengan menggunakan kortikosteroid. Methylprednisolone dapat membalikkan
-
peningkatan permeabilitas kapiler, diberikan dengan dosis dewasa 4-48
mg/hari PO dan dosis anak-anak 0.16-0.8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
dan 4 dosis. 3
Konseling dan edukasi keluarga pasien bahwa penyebaran dalam
keluarga sangat jarang terjadi. Dengan demikian, anggota keluarga tidak perlu
terlalu khawatir terhadap anak/individu dengan penyakit ini. 4
Prognosis pada umumnya bonam karena penyebabnya cepat dapat
diatasi. 1
-
REFERENSI
1. Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Sheikh, J., Najib, U. 20014. Urticaria. Emedicine. Artikel. Diakses 15 April 2015 2009, dari http://emedicine.medscape.com/article/137362-print
3. Poonawalla, T., Kelly, B. 2009. Urticaria a review. Am J Clin Dermatol; 10(1): 9-21.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. 2014
-
REFLEKSI KASUS
Urtikaria akut
Nama : Lestari Irawan Hadi
No. Stambuk : N 111 14 013
Pembimbing : dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015