Status Pasien2 Urtikaria-1

13
STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU I. IDENTITAS PASIEN 1. Nama pasien : Nn. M 2. Umur : 16 tahun 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Pekerjaan : Siswa SMA 6. Tanggal pemeriksaan : 14 Maret 2015 II. ANAMNESIS 1. Keluhan utama : Timbul bentol-bentol kemerahan di tangan, kaki dan punggung 2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk dengan keluhan timbul bentol-bentol kemarahan di tangan, kaki, dan punggung yang muncul mendadak 1 hari sebelum pemeriksaan. Sebelumnya pasien sedang mendapatkan pengobatan untuk penyakit scabies yang muncul sejak ± 4 minggu yang lalu. Pasien juga mendapatkan perawatan selama ± 1 minggu di RS Anutapura untuk penyakit scabies. Setelah 1 hari keluar dari rumah sakit pasien mengaku saat malam tiba-tiba muncul bentol- bentol kemerahan di hampir seluruh tubuh yang terasa panas seperti terbakar. Menurut pasien sebelum muncul gejala, pasien mengkonsumsi ayam potong (Mas Joko) dan beberapa jam setelah mengkonsumsi makanan tersebut pasien merasa badannya panas seperti terbakar dan muncul bentol-bentol kemerahan. Pada saat pertama kali muncul, pasien mengaku meminum air kelapa dan mengoleskan lotion vitamin E ke kulit yang terkena namun tidak ada perubahan yang terjadi.

description

9ttl999l

Transcript of Status Pasien2 Urtikaria-1

  • STATUS PASIEN

    BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

    RSUD UNDATA PALU

    I. IDENTITAS PASIEN

    1. Nama pasien : Nn. M

    2. Umur : 16 tahun

    3. Jenis kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Pekerjaan : Siswa SMA

    6. Tanggal pemeriksaan : 14 Maret 2015

    II. ANAMNESIS

    1. Keluhan utama :

    Timbul bentol-bentol kemerahan di tangan, kaki dan punggung

    2. Riwayat penyakit sekarang :

    Pasien masuk dengan keluhan timbul bentol-bentol kemarahan di

    tangan, kaki, dan punggung yang muncul mendadak 1 hari sebelum

    pemeriksaan. Sebelumnya pasien sedang mendapatkan pengobatan

    untuk penyakit scabies yang muncul sejak 4 minggu yang lalu.

    Pasien juga mendapatkan perawatan selama 1 minggu di RS

    Anutapura untuk penyakit scabies. Setelah 1 hari keluar dari rumah

    sakit pasien mengaku saat malam tiba-tiba muncul bentol- bentol

    kemerahan di hampir seluruh tubuh yang terasa panas seperti terbakar.

    Menurut pasien sebelum muncul gejala, pasien mengkonsumsi ayam

    potong (Mas Joko) dan beberapa jam setelah mengkonsumsi makanan

    tersebut pasien merasa badannya panas seperti terbakar dan muncul

    bentol-bentol kemerahan. Pada saat pertama kali muncul, pasien

    mengaku meminum air kelapa dan mengoleskan lotion vitamin E ke

    kulit yang terkena namun tidak ada perubahan yang terjadi.

  • 3. Riwayat penyakit dahulu :

    Pasien tidak pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya

    4. Riwayat penyakit keluarga :

    Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan keluhan yang sama

    dengan pasien.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    1. Status generalis :

    Kondisi umum : Sakit ringan

    Status gizi : Baik

    Kesadaran : Komposmentis

    2. Tanda vital :

    Nadi : 80 x/menit

    Respirasi : 20 x/menit

    Suhu : 37C

    Tekanan darah : 110/70 mmHg

    3. Hygiene : buruk

    4. Status dermatologis:

    Kepala : tidak ada ujud kelainan kulit

    Leher : tidak ada ujud kelainan kulit

    Dada : tidak ada ujud kelainan kulit

    Perut : tidak ada ujud kelainan kulit

    Punggung : terdapat urtika dalam berbagai ukuran

    (miliar, lentikular dan plakat) bentuk

    polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran

    generalisata, berwarna merah (eritema)

    Ekstremitas atas : terdapat urtika dalam berbagai ukuran

    (miliar, lentikular dan plakat) bentuk

    polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran

    generalisata, berwarna merah (eritema)

    ketika di tekan eritema menghilang

    (lengan atas dan

    bawah)

  • Ekstremitas bawah : terdapat urtika dalam berbagai ukuran

    (miliar, lentikular dan plakat) bentuk

    polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran

    generalisata, berwarna merah (eritema)

    Kel. limfe : tidak ada ujud kelainan kulit

    IV. GAMBAR

    Gambar 1. Urtika di punggung

    (kaki atas dan

    bawah)

  • Gambar 2. Urtika di ekstremitas atas

  • V. RESUME

    Seorang wanita, usia 16 tahun masuk dengan keluhan timbul urtika

    di tangan, kaki, dan punggung yang muncul mendadak 1 hari sebelum

    pemeriksaan. Urtika yang muncul hampir di seluruh tubuh yang terasa panas

    seperti terbakar. Menurut pasien sebelumnnya pasien mengkonsumsi ayam

    potong. Pada saat pertama kali muncul, pasien mengaku meminum air kelapa

    dan mengoleskan lotion vitamin E ke kulit yang terkena namun tidak ada

    perubahan yang terjadi.

    Pasien masuk dengan kondisi umum sakit ringan, status gizi baik,

    kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital; nadi 80x/menit, respirasi

    20x/menit, suhu : 37C, tekanan darah 110/70 mmHg. Hygiene buruk.

    Status dermatologis : terdapat urtika dalam berbagai ukuran (miliar, lentikular

    dan plakat) bentuk polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran generalisata,

    berwarna merah (eritema) ketika di tekan eritema menghilang di daerah

    punggung, ekstremitas atas (lengan atas dan bawah) dan ekstremitas bawah

    (kaki atas dan bawah)

    VI. DIAGNOSIS BANDING

    1. Urtikaria akut

    2. Ptiriasis rosea

    3. Purpura anafilaktoid

    VII. ANJURAN PEMERIKSAAN

    Pemeriksaan kadar IgE

    Tes kulit, uji tusuk (prick test)

    Tes eliminasi makanan

    VIII. DIAGNOSIS KERJA

    Urtikaria akut

  • IX. PENATALAKSANAAN

    1. Non medikamentosa

    Menghindari kontak dengan agen pencetus, misalnya makanan yang

    dicurigai

    2. Medikamentosa

    Metilprednisolon 4 mg 2x1

    Hidroksizin 25 mg 2x1

    X. PROGNOSIS

    1. Qua ed vitam : ed bonam

    2. Qua ed fungsionam : ed bonam

    3. Qua ed cosmeticam : ed bonam

    4. Qua ed sanationam : ed bonam

  • PEMBAHASAN

    Seorang wanita, usia 16 tahun masuk dengan keluhan timbul urtika

    di tangan, kaki, dan punggung yang muncul mendadak 1 hari sebelum

    pemeriksaan. Urtika yang muncul hampir di seluruh tubuh yang terasa panas

    seperti terbakar. Menurut pasien sebelumnnya pasien mengkonsumsi ayam

    potong. Pada saat pertama kali muncul, pasien mengaku meminum air kelapa

    dan mengoleskan lotion vitamin E ke kulit yang terkena namun tidak ada

    perubahan yang terjadi.

    Pasien masuk dengan kondisi umum sakit ringan, status gizi baik,

    kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital; nadi 80x/menit, respirasi

    20x/menit, suhu : 37C, tekanan darah 110/70 mmHg. Hygiene buruk.

    Status dermatologis : terdapat urtika dalam berbagai ukuran (miliar, lentikular

    dan plakat) bentuk polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran generalisata,

    berwarna merah (eritema) ketika di tekan eritema menghilang di daerah

    punggung, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Dari hasil anamnesis dan

    status dermatologis, pasien didiagnosis urticaria akut.

    Urtikaria ialah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam

    sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan

    menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di

    permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Disebut akut bila serangan

    berlangsung kurang dari 6 minggu atau berlangsung selama 4 minggu tetapi

    timbul setiap hari; bila melebihi waktu tersebut digolongkan sebagai urtikaria

    kronik. 1

    Pasien merupakan wanita berusia 16 tahun, dimana menurut data

    epidemiologi urtikaria berdasarkan usia menunjukkan bahwa urtikaria akut

    paling sering terjadi pada anak dan dewasa muda.2

  • Keluhan subyektif umumnya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Pada

    pemeriksaan klinis tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas,

    kadang-kadang bagian tengah tampak pucat. Bentuknya dapat papular

    besarnya dapat lentikular, numular sampai plakat. 1

    Pada pemeriksaan pasien

    ditemukan urtika dalam berbagai ukuran (miliar, lentikular dan plakat) bentuk

    polisiklik dan sirsinar anular, penyebaran generalisata, berwarna merah

    (eritema) ketika di tekan eritema menghilang di daerah punggung, ekstremitas

    atas dan ekstremitas bawah.

    Penyebab urtikaria hampir 80% tidak diketahui. Diduga penyebab

    urtikaria bermacam-macam, diantaranya : obat, makanan, gigitan serangga,

    inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi parasit, psikis, genetik dan penyakit

    sistemik. Pada kasus tidak ditemukan kemungkinan faktor penyebab pada

    pasien kecuali dari makanan, yaitu adanya riwayat mengkonsumsi ayam

    potong sebelum timbulnya urtikaria. Sesuai dengan teori bahwa peran

    makanan sangat penting pada urtikaria akut, yang umumnya akibat reaksi

    immunologik oleh makanan berupa protein atau bahan lain yang dicampurkan

    dalam makanan seperti zat warna, penyedap rasa atau bahan pengawet. 1

    Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler

    yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan

    pengumpulan cairan setempat. Sehingga secara klinis tampak edema setempat

    disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat

    terjadi akibat pelepasan mediator-mediator misalnya histamine, kinin,

    serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin

    oleh sel mast dan atau basofil. 1

    Baik faktor imunologik, maupun nonimunologik mampu

    merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan mediator tersebut

    (gambar 10). Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP

    (adenosin mono phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan

  • mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amin dan derivat amidin,

    obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotik

    berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik misalnya asetilkolin, dilepaskan

    oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui langsung

    dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik

    misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan dapat

    langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan misalnya demam, panas,

    emosi, dan alcohol dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler

    sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. 1

    Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut

    daripada yang kronik; biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau

    sel basofil karena adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan

    dengan IgE maka terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan

    mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya

    alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi

    komplemen secara klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan

    anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu merangsang sel mast dan basofil,

    misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri. 1

    Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi

    sitotoksik dan kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat

    anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga terjadi misalnya setelah

    pemakaian bahan penangkis serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin.

    Kekurangan C1 esterase inhibitor secara genetik menyebabkan edema

    angioneurotik yang herediter. 1

    Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah pemeriksaan kadar

    IgE, tes kulit, uji tusuk (prick test), serta tes eliminasi makanan. Pemeriksaan

    kadar IgE spesifik di ukur secara in vitro dengan teknik RAST (Radio Allergo

    Sorbent Test) dengan interpretasi positif jika rasio ikatan dan tidak terikat IgE

    2. Pada pemeriksaan uji tusuk (prick test) dilakukan dengan cara

  • meletakkan setetes ekstrak alergen dalam gliserol 50% ke permukaan kulit,

    kemudian lapisan superficial kulit di tusuk dan dicungkil ke atas

    menggunakan jarum, reaksi dikatakan positif bila dalam 15 menit terdapat

    rasa gatal dan eritema yang dikonfirmasi dengan adanya perubahan kulit

    yang khas dan dapat diraba. Sedangkan tes eliminasi makanan dilakukan

    dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa

    waktu, lalu mencobanya satu persatu.1,2

    Pengobatan yang paling ideal adalah mengobati penyebab atau bila

    mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Untuk pengobatan secara

    medikamentosa pengobatan urtikaria terbagi menjadi 3 lini, dimana first line

    teraphy menggunakan antihistamin, second line teraphy menggunakan

    kortikosteroid, dan third line teraphy menggunakan agen imunomodulator.3

    Pengobatan dengan antihistamin pada urtikaria sangat bermanfaat.

    Cara kerja antihistamin telah diketahui dengan jelas yaitu menghambat

    histamin pada reseptor-reseptornya. Secara klinis dasar pengobatan pada

    urtikaria dan angioedema dipercayakan pada efek antagonis terhadap

    histamin pada reseptor H1 namun efektifitas tersebut acapkali berkaitan

    dengan efek samping farmakologik yaitu sedasi. Dalam perkembangannya

    terdapat antihistamin yang baru yang berkhasiat yang berkhasiat terhadap

    reseptor H1 tetapi nonsedasi golongan ini disebut sebagai antihistamin

    nonklasik. Antihistamin golongan AH1 yang nonklasik contohnya adalah

    terfenadin, aztemizol, cetirizine, loratadin, dan mequitazin. Keunggulan lain

    AH1 non klasik adalah tidak mempunyai efek sedasi karena tidak dapat

    menembus sawar darah otak.

    Hidroksizin merupakan antihistamin yang

    efektif dalam mengobati dan mencegah urtikaria. 1

    Dalam beberapa kasus urtikaria akut atau kronik, antihistamin

    mungkin gagal, bahkan pada dosis tinggi, atau mungkin efek samping

    bermasalah. Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria seharusnya respon

    dengan menggunakan kortikosteroid. Methylprednisolone dapat membalikkan

  • peningkatan permeabilitas kapiler, diberikan dengan dosis dewasa 4-48

    mg/hari PO dan dosis anak-anak 0.16-0.8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

    dan 4 dosis. 3

    Konseling dan edukasi keluarga pasien bahwa penyebaran dalam

    keluarga sangat jarang terjadi. Dengan demikian, anggota keluarga tidak perlu

    terlalu khawatir terhadap anak/individu dengan penyakit ini. 4

    Prognosis pada umumnya bonam karena penyebabnya cepat dapat

    diatasi. 1

  • REFERENSI

    1. Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    2. Sheikh, J., Najib, U. 20014. Urticaria. Emedicine. Artikel. Diakses 15 April 2015 2009, dari http://emedicine.medscape.com/article/137362-print

    3. Poonawalla, T., Kelly, B. 2009. Urticaria a review. Am J Clin Dermatol; 10(1): 9-21.

    4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Menteri Kesehatan

    Republik Indonesia. 2014

  • REFLEKSI KASUS

    Urtikaria akut

    Nama : Lestari Irawan Hadi

    No. Stambuk : N 111 14 013

    Pembimbing : dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK

    DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS TADULAKO

    PALU

    2015