Status Gizi Pada Lansia

13
Status Gizi Pada Lansia Di Panti Werdha

Transcript of Status Gizi Pada Lansia

Page 1: Status Gizi Pada Lansia

Status Gizi Pada Lansia Di Panti Werdha

Page 2: Status Gizi Pada Lansia

Open Mind

• Indonesia menempati peringkat keempat dunia dengan penduduk orang berusia lanjut terbanyak di Dunia dibawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan data dari BPS penduduk orang lanjut usia (60 tahun keatas) cenderung meningkat.

• Jumlah penduduk orang lanjut usia di Indonesia tahun 2000 adalah 17.767.709 orang atau 7.97 % dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2010 Diprediksikan jumlah orang lanjut usia meningkat menjadi 9,58 % dan pada tahun 2020 sebesar 11,20 %.

Page 3: Status Gizi Pada Lansia

Saat ini angka kesakitan akibat penyakit degeneratif meningkat jumlahnya di samping masih ada kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi lebih kurang dari 74% usia lanjut menderita penyakit kronis. Adapun lima utama penyakit yang banyak diderita adalah anemia (50%), ISPA (12,2%), kanker (12,2%), tbc (11,5%) dan penyakit jantung pembuluh darah (29%). Masalah gizi yang sering diderita di usia lanjut adalah kurang gizi, kondisi kurang gizi tanpa disadari karena gejala yang muncul hampir tak terlihat sampai usia lanjut tersebut telah jatuh dalam kondisi gizi buruk (Depkes,2003).

Page 4: Status Gizi Pada Lansia

Usia senja merupakan fase kehidupan yang dilalui oleh setiap individu. Kondisi kesehatan pada tahap ini sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas asupan gizi. Gizi yang baik akan berperan dalam upaya penurunan prosentase timbulnya penyakit dan angka kematian di usia lanjut.

Di lain pihak kemunduran biologis, adaptasi mental yang menyertai proses penuaan seringkali menjadi hambatan bagi para usia lanjut. Masalah fisiologis seperti terjadi gangguan pencernaan penurunan sensitivitas indera perasa dan penciuman, malabsorpsi nutrisi serta beberapa kemunduran fisik lainya dapat menyebabkan rendahnya asupan zat gizi (Emma Wirakusumah, 2002).

Page 5: Status Gizi Pada Lansia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup yang sama agar hidup sejahtera. Kebutuhan hidup lansia antara lain makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan – kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lansia agar dapat mandiri.

Page 6: Status Gizi Pada Lansia

Kebutuhan Hidup Lansia Menurut Pendapat Maslow dalam Henniwati 2008

1. Kebutuhan Fisik (physiological needs)kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

2. Kebutuhan ketentraman (safety needs)kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya.

3. Kebutuhan sosial (social needs)kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya.

4. Kebutuhan harga diri (esteem needs)kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)kebutuhan untuk mengunggkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasarkan pengalaman masing-masing

Page 7: Status Gizi Pada Lansia

• Bertambahnya usia bukan menjadi penghalang untuk mendapatkan asupan zat gizi yang cukup dan berkualitas. Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan baik secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan mempengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis, fisiologis dan sosial ekonomi sebagian besar kebutuhan zat gizi para lansia mengalami penurunan. Adapun wujud perhatian tersebut adalah dengan pendirian Panti Wreda.

Page 8: Status Gizi Pada Lansia

Panti Werdha• Untuk mengatasi salah satu dari berbagai persoalan orang lanjut usia,

pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial mengupayakan suatu wadah atau sarana untuk menampung orang lanjut usia dalam satu institusi yang disebut Panti Werdha.

• Di dalam keputusan menteri sosial RI Nomor 50/HUK/2005 tentang standarisasi panti sosial, ditegaskan bahwa salah satu jenis pelayanan yang diberikan oleh panti sosial adalah pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Khusus untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan makan klien, diharapkan pihak panti sosial melakukan konsultasi dengan ahli gizi dari instansi kesehatan setempat , guna memperoleh daftar menu makan yang memenuhi standar gizi dan kesehatan. Bagi para lansia diharapkan akan mencegah atau mengendalikan gangguan fisik dan menjaga kebugaran

Page 9: Status Gizi Pada Lansia

Keuntungan Panti werdha• Panti Werdha bisa menjadi pilihan yang baik untuk menikmati hari tua. Akan tetapi sebagian

masyarakat Indonesia memandangnya sebagai suatu yang negative. Pandangan masyarakat tentang Panti Jompo dan orang tua yang dititipkan di sana agaknya perlu diluruskan. Orang tua yang dititipkan di Panti Werdha tidak berarti mereka terbuang, mereka tetap memiliki keluarga yang merupakan bagian penting dari keberadaannya.

• Di Panti Werdha mereka menemukan teman yang relative seusia dengannya dimana mereka dapat berbagi cerita. Karena kebereadaan lansia di Panti dengan berbagai karakter serta memiliki berbagai ragam problematika maka dipandang perlu untuk memberikan suatu penanganan khusus sesuai kelebihan serta kekurangan yang mereka miliki.

• Di Panti Werdha selain mendapatkan pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan dasar juga diberikan fungsi positif lainnya yaitu program-program pelayanan sosial yang bisa memberikan kesibukan buat mereka sebagai pengisian waktu luang diantaranya pemberian Bimbingan Sosial, Bimbingan Mental Spiritual serta Rekreasi, penyaluran bakat dan hoby, terapi kelompok, senam dan banyak kegiatan lainnya.

• Di Panti mereka mendapatkan fasilitas serta kemudahan– kemudahan/aksesibilitas lainnya. selain bersama teman seusianya, mereka juga mendapatkan pelayanan maksimal dari para Pekerja Sosial dimana mereka menemukan hari-harinya dengan ceria.

Page 10: Status Gizi Pada Lansia

Penilaian Status Gizi lansia

• Pemeriksaan gizi 1-6

Page 11: Status Gizi Pada Lansia

Status Gizi lansia di Panti WerdhaPenelitian yang dilakukan oleh Fatmah yang dimuat pada majalah Makara Kesehatan mengatakan bahwa tinggi badan adalah salah satu indikator klinik utama dalam menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam menentukan status gizi individu/populasi. Namun, pengukuran tinggi badan manusia usia lanjut (manula) cukup sulit dilakukan dan reliabilitasnya diragukan. Persamaan estimasi tinggi badan dari pengukuran tinggi lutut untuk memprediksi tinggi badan manula yaitu persamaan Chumlea telah dikembangkan beberapa tahun lalu, tetapi belum ada studi yang dilakukan di Indonesia untuk mengembangkan suatu persamaan bagi pengukuran tinggi badan populasi usia lanjut menurut bermacam-macam kelompok etnis.

Oleh karena itu, suatu cross sectional studi untuk mengembangkan persamaan tinggi badan manula berdasarkan pengukuran dua parameter yaitu tinggi lutut dan panjang depa (knee height dan arm span) telah dilakukan pada bulan Desember 2005 lalu. Total 217 manula (usia 60 - 92 tahun) dari 3 kelompok etnik yaitu: Jawa (56,7%), Cina (31,3%), dan lain-lain (12,0%) berpartisipasi dalam studi ini. Pengukuran antropometri termasuk berat badan, tinggi badan, panjang depa, dan tinggi lutut dilakukan oleh ahli gizi terlatih.1

Page 12: Status Gizi Pada Lansia

Dalam Tesisnya Tatick Sukesi mengatakan penelitiannya bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Pengumpulan data-data dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan data primer. Pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, status kawin, status pekerjaan, lama tinggal, ketuhan, status kesehatan. Dari semua variabel yang diteliti, ternyata yang berperan besar terhadap status gizi adalah jenis kelamin laki-laki mempunyai kecenderungan 6 kali (OR = 6.649) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan perempuan pada umur lebih dari 60 tahun, Status kawin mempunyai kecenderungan 4 kali (OR = 4.021) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan yang lansia yang tidak kawin. Status kerja mempunyai kecenderungan 13 kali (OR = 13.001) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan lansia yang tidak bekerja pada umur lebih dan 60 tahun setelah dikontrol dengan variabel lainnya.

Dengan demikian ketiga variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi. Memperhatikan hasil penelitian tersebut bahwa status pekerjaan lanjut usia di Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan berperan besar terhadap status gizi maka diperlukan penelitian lebih lanjut baik dilakukan di Sasana Trisna Werdha tingkat swasta rnaupun pemerintah sebagai uji banding lebih lanjut. 2

Page 13: Status Gizi Pada Lansia

Dari hasil pengujian hipotesis, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan makna hidup yang sangat signifikan antara lansia yang tinggal di panti werdha dengan lansia yang tinggal bersama keluarga, dimana makna hidup lansia yang tinggal bersama keluarga lebih tinggi daripada lansia yang tinggal di panti werdha. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t = 6,552 (p= 0,000), p<0,01.

Menurut Haditono (1988) berbagai kedaan yang dapat membuat para lanjut usia bahagia yaitu anak berhasil semua, keluarga harmonis, melakukan aktivitas sosial, dapat mandiri, ekonomi cukup, sehat dan usia panjang, masih aktif, anak masih menghormati orang tua, dan ketentraman batin. Pada lansia yang tinggal di panti werdha cenderung sebaliknya. Yaitu kurang bebas menentukan pilihan dalam hidupnya, mereka lebih senang tinggal di panti werdha karena ada yang mengurusnya walaupun mereka merasa terkekang, dan mereka merasa tidak dapat bertindak sesuai nilai-nilai yang diyakininya.3