State Building

18
State Building Merupakan istilah yang digunakan dalam teori Negara. Ini menggambarkan tersusunnya sebuah Negara.Konsep ini pertama kali digunakan berkaitan dengan terbentuknya Negara-negara di Eropa barat dan fokus pada penegakan kekuasaan Negara dalam masyarakat (Tilly 1975). Uraian keuntungan kebangkitan negara di Eropa adalah sebagai berikut: "state building” terjadi jika terbentuknya personel khusus, pengendalian atas wilayah, loyalitas, dan keberlangsungan pemerintahan, lembaga tetap pada sebuah negara yang tersentralisasi dan otonom menangani kerusuhan pada masyarakat tertentu." Daftar Isi 1. Definisi 2. Membedakan "Nation Building", Intervensi Militer, Perubahan Rezim 3. Peace Building VS State Building 4. Struktur Negara Dalam Konsep State Building 5. Pendekatan State Building 5.1. Good governance 5.2. New Public Management

Transcript of State Building

Page 1: State Building

State Building

Merupakan istilah yang digunakan dalam teori Negara. Ini menggambarkan

tersusunnya sebuah Negara.Konsep ini pertama kali digunakan berkaitan dengan

terbentuknya Negara-negara di Eropa barat dan fokus pada penegakan kekuasaan

Negara dalam masyarakat (Tilly 1975). Uraian keuntungan kebangkitan negara di

Eropa adalah sebagai berikut:

"state building” terjadi jika terbentuknya personel khusus, pengendalian atas wilayah,

loyalitas, dan keberlangsungan pemerintahan, lembaga tetap pada sebuah negara yang

tersentralisasi dan otonom menangani kerusuhan pada masyarakat tertentu."

Daftar Isi

1. Definisi

2. Membedakan "Nation Building", Intervensi Militer, Perubahan Rezim

3. Peace Building VS State Building

4. Struktur Negara Dalam Konsep State Building

5. Pendekatan State Building

5.1. Good governance

5.2. New Public Management

5.3. Desentralisasi

6. Contoh State Building

7. literatur

8. Referensi

Definisi

Terdapat dua teori pendekatan utama untuk mendefinisikan state building. Pertama,

state building dilihat dari aktivitas yang dilakukan aktor-aktor eksternal (negara

Page 2: State Building

asing) yang berusaha untuk membangun, atau membangun kembali, institusi yang

melemah pasca konfilk atau Negara yang mengalami kegagalan. Ini dilihat dari luar

sudut pandang pendidikan state building sebagai kegiatan satu negara dalam

kaitannya dengan anot98990-0plopher, biasanya mengikuti beberapa bentuk

intervensi (seperti suatu operasi penjaga perdamaian PBB). Sebuah pendapat yang

muncul dimedia mengenai Irak dan Afghanistan dan telah mempengaruhi dokumen-

dokumen seperti laporan PBB: “Sebuah dunia yang lebih aman: tanggung jawab kita

bersama” laporan konferensi tingkat tinggi mengenai ancaman, Tantangan dan

Perubahan A/59/565, atau dalam RAND panduan mudah menuju Nation Building

(lihat diskusi tentang nation building vs state building).

Rangkaian kedua teori dan definisi ini mendapatkan momentum setelah

penandatanganan suatu perjanjian internasional pada tahun 2007 di antara negara-

negara donor pada aktivitas mereka di negara-negara yang terkena dampak konflik

dan labil. Perjanjian tersebut dilakukan negara kaya untuk mempertimbangkan

mendukung "state building" sebagai “tujuan utama” di negara-negara yang terkena

konflik. Hasilnya adalah adanya pendekatan dari komisi kerja baru oleh negara-

negara donor terkait dengan definisi, pengetahuan dan praktek dalam State-Building,

banyak hal yang dikoordinasikan oleh tim dari Organisasi Kerjasama Ekonomi dan

Pembangunan.Tugas ini cenderung menitik beratkan pada ilmu politik. Dia telah

menghasilkan definisi dalam memandang State-Building sebagai pemahaman

pribumi, Proses nasional digerakkan oleh hubungan State-society. Masyarakat

pribumi melihat kemungkinan Negara tersebut tidak bisa menuju state-building diluar

batasannya masing-masing, mereka hanya bisa dipengaruhi, didukung atau dihambat

prosesnya. Ilustrasi ini merupakan pemikiran singkat OCED dan study penelitian

yang dihasilkan oleh institute pembangunan luar negeri.

Pada 2008 lembaga pemerintahan Inggris untuk pembangunan Internasional

mengeluarkan makalah terkait State building yang membantu memberikan pemikiran

baru dalam bidang ini dan menjadikannya identik dengan pandangan masyarakat

Page 3: State Building

pribumi. Ini lebih menarik dibandingkan pengetahuan yang lalu, dan juga dalam

sudut pandang konferensi para ahli akademik. Makalah ini membawa perdebatan

yang lebih maju dengan menawarkan model tentang bagaimana indigenous state-

building dinamis mungkin berfungsi dalam kenyataan (the whaites model). Makalah

ini berpandangan bahwa state-building lebih mengutamakan proses politik dan bukan

semata-mata tentang bertambahnya kemampuan teknis. State-building dipandang

melibatkan tiga pandangan yang berkembang yaitu :transaksi politik (biasanya oleh

kalangan elite), prioritas dari kebijakan pemerintah pusat dan kemauan untuk

memenuhi tuntutan masyarakat.( lihat juga kesepakatan politik)

Perselisihan dua teori yang umum dan menuliskan terdapat consensus yang lebih luas

yang dipelajari tentang bagaimana mendukung proses State-Building yang belum

dipahami sepenuhnya. Beberapa mempercayai dukungan terhadap State-Building

diperlukan bertambahnya legitimasi dan kelanjutan dari institusi Negara, namun

banyak yang setuju bahwa cara untuk mencapai hal itu belum sepenuhnya

dikembangkan. Sedikitnya dorongan pasca konflik menuju State-Building yang

selama ini dijalankan masih jauh dari keberhasilan. Dari sudut pandang exogenous

bisa dikatakan bahwa inti selanjutnya dalam mendukung State-Building cenderung

terjadi di Negara yang memiliki karakteristik masyarakat sipil yang brutal,

kehancuran ekonomi, lembaga, infrastruktur, lingkungan, mudahnya masyarakat

mendapatkan senjata, besarnya jumlah tentara yang tidak puas yang kemudian

bergabung dan dimobilisasi, atau etnis dan pemeluk agama yang dipecah belah.

Rintangannya terbentuk oleh sulitnya memasukkan dasar demokrasi dan nilai-nilai

hak asasi manusia kedalam Negara-negara yang memiliki perbedaan politik, budaya,

dan agama keturunan.

Keduanya aliran pemikiran ini menghasilkan kritik dan pelajaran guna menguji

proporsi yang dibuat. Endogenous model, dengan penekanan pada proses

pembentukan State-Building, akan memiliki implikasi yang besar terhadap program

donor, diplomasi dan menjaga perdamaian. Dilaporkan bahwa OECD telah menjadi

Page 4: State Building

sponsor dalam pengujian beberapa pemikiran yang terkait dan DFID mengikuti

makalah asli dengan mengeluarkan daftar panduan bagi program yang dijalankannya.

Kritikan penting di kembangkan oleh NGO’s seperti Conciliation resources dan the

asia Foundation, dengan fokus utama pada whites proposisi sebuah persetujuan

politik mendorong State-Building. Juga terdapat upaya untuk menguji tesis dengan

melihat wilayah indivudi yang di sediakan oleh Negara, terutama dibidang kesehatan.

Sedangkan pendekatan dengan whaithe model (DFID) telah mencoba berargumen

State-Building itu terjadi disemua Negara dan banyak yang bisa di pelajari dari State-

Building yang berhasil disana terdapat kecenderungan untuk mengalihkan diskusi

menuju pada konteks utama permasalahan. Hasilnya banyak literature terkait state-

building sibuk dengan isu-isu pasca konflik. Misalnya: (Dahrendorf, 2003), (The

Commision on post Conflict Reconstruction, 2003), (Collier, 2003), (Fukuyama,

2004), (Paris, 2004), (Samuels, 2005). Kebanyaka kritikan pada kedua teori terkait

dengan strategi yang kurang memadai dan kurangnya koordinasi, lemahnya staf, dan

dana yang kurang memadai atau waktu yang tidak tepat. Selain itu, semakin diakui

bahwa target yang ingin dicapai sebenarnya sangat kompleks dan hanya terdapat

sedikit keterangan tentang cara yang terbaik untuk menjalankannya. Sebagai contoh,

sangat sulit menciptakan lingkungan yang aman diwilayah konflik, atau melucuti

senjata yang ada, tentara berhasil disatukan dan dimobilisasi. Hampir tidak mungkin

untuk mengatasi pengangguran dinegara yang perekonomiannya hancur dan

tingginya angka buta huruf, atau memperkuat aturan hukum dimasyarakat yang

sebelumntya aturan ini telah runtuh. Selain itu, tidak diinginkannya konsekuensi

negative dari bantuan internasional yakni lagi dan lagi. Ini berkisar pada distorsi

ekonomi untuk memperbaiki hubungan akuntability oleh elit politik lebih condong ke

pihak internasional dibandingkan dengan penduduk dalam negeri.

Pendekatan pertama pendekatan dari luar terhadap state-building, (aktivitas yang

dilakukan oleh actor-aktor eksternal/ Negara), mungkin yang paling controversial dari

dua aliran pemikiran. Itu terlihat seperti memiliki konotasi dengan imperialism dan

Page 5: State Building

kolonialisme, dimana masyarakat sekitar melihat bahwa kekuatan asing merupakan

penjajah yang mencoba memaksakan budaya dan system dari luar. Dalam hal ini

muncul pernyataan berupa kritik yang menyatakan bahwa perangpun bisa

diperpanjang guna menimbulkan kerusakan tambahan terkait infrastruktur musuh.

Dalam hal ini, pengkritisi menyatakan, kepentingan ekonomi muncul. Contoh

kejadian yang diutarakan oleh para pendukung teori ini meliputi rekonstruksi Jerman

setelah perang dunia II melalui marshall plan, dan rekonstruksi jepang setelah di

bombardier amerika melalui operasi militer, dan masih banyak lagi, yang

menggunakan perusahaan pribadi.

Bagian kedua dari pemikiran pribumi (sebuah proses adat dari hubungan state

society) memiliki nuansa kurang menekan dan membuat jelas bahwa kepemimpinan

nasional dan visi pusat penting. Memang, bagaimanapun, berpotensi meninggalkan

kesenjangan dalam hal strategi bagi masyarakat internasional untuk mendukung

positif state building di Negara-negara miskin, paska konflik dan Negara yang labil.

pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk mengubah ide dan model dari kedua aliran

pemikiran yang terkait kebijakan yang bersih untuk membantu negara-negara yang

terkena dampak konflik.

Membedakan “Nation Building, Intervensi Militer, Perubahan Rezim

Dalam konteks amerika, beberapa komentator menggunakan konsep “nation

Building” dan “State Building” secara bergantian ( contoh dalam laporan RAND

tentang peran amerika dalam Nation Building). Namun di kedua teori utama yang

biasa dipakai tetap menggunakan state sebagai pemikiran utama dibandingkan Nation

( Nation konvensional mengacu pada penduduk , yang dipersatukan oleh kesamaan

identitas, sejarah, budaya dan bahasa). Isu yang diperdebatkan berkaitan dengan

struktur Negara (dan hubungannya dengan masyarakat) dan hasil dari State Building

itu menghasilkan istilah yang bisa lebih diterima. Dalam ilmu politik “nation

Building” memiliki arti yang berbeda, yang didefinisikan sebagai proses yang

Page 6: State Building

mendorong rasa memiliki kesamaan identitas dalam suatu kelompok tertentu, definisi

ini lebih cenderung mengarah pada sosialisasi masyarakat dibandingkan kapasitas

Negara.

Demikian pula, State building (nation building) pada waktu yang lalu bercampur

dengan intervensi militer dan perubahan rezim (sering terjadi di Amerika). Sebagian

berasal dari aksi militer di German dan Jepang di perang dunia II dan Negara-negara

yang dihasilkannya, dan menjadi biasa terutama setelah intervensi militer di

Afganistan (oktober 2001) dan Irak (maret 2003). Bagaimanapun, penggabungan

kedua konsep ini sangat controversial, dan telah digunakan oleh kelompok oposisi

dan kekuatan politik sebagai sebuah pembenaran, atau penolakan terhadap

pendudukan militer yang illegal, atas tindakan di Iraq dan Afganistan. Oleh karena

itu, perubahan rezim dan tekanan dari luar harus dibedakan dari state building.

Peace Building Vs State Building

State building mungkin tidak secara otomatis menciptakan peace building dank arena

menuju state building secara inherent lebih bersifat politis, itu mungkin sesbenarnya

merupakan bagian dari konflik selanjutnya. Upaya-upaya yang dilakukan untuk

memuaskan atau ‘buy off’ kelompok kepentingan tertentu untuk kepentingan

perdamaian kemungkinan akann melemahkan state building, yang kemudian berujung

pada pembagian kekuasaan melalui mekanisme kesepakatan politis, namun lembaga

Negara menjadi tidak efektif. Turunnya peace building terkadang merupakan strategi

Negara dalam menciptakan pendamaian dan pembangunan dalam waktu yang lebih

cepat, misalnya, banyak NGO’s di Republik Demokratik Kongo sedang membangun

sekolah tanpa keterlibatan negara. Negara juga bisa mendapatkan masalah ketika ia

terlalu bergantung dengan actor internasional yang bisa memperburuk keadaan

disuatu Negara.

Page 7: State Building

Struktur Negara Dalam Konsep State Building

Istilah Negara bisa digunakan untuk memaknai entitas geografis politik yang

berdaulat dengan penduduk, sebuah wilayah, pemerintahan, dan kapasitas dalam

hubungan antar negara, seperti yang didefinisikan oleh hukum internasional

(konvensi Montevideo tentang hak dan kewajiban negara, 26 Desember 1933, pasal

1), dalam satu set institusi sosial memonopoli penggunaan kekuatan yang sah

didaerah tertentu (Max weber, 1919).

Tujuan dari State-Building dilingkungan yang tidak stabil, sub-struktur Negara bisa

didefinisikan sebagai sebuah rezim politik (atau system pemerintahan), tata

pengelolaan pemerintahan (Konstitusi), dan perangkat institusi Negara (atau

organisasi) contohnya angkatan bersenjata, parlemen dan system peradilan. Kapasitas

Negara mengacu pada ketangguhan dan kemampuan lembaga negar. Secara

konvensional, bangsa mengacu pada penduduk itu sendiri, yang disatukan oleh

kesamaan identitas, sejarah, budaya dan bahasa.

Pendekatan terhadap State building

Meskipun terdapan banyak cara khusus yang menjadi strategi agar state building

berhasil terbentuk, terdapat tiga pendekatan khusus yang berhasil di identifikasi oleh

laporan UNRIST pada 2010 yang lalu. Ketiga pendekatan itu secara keseluruhan ada

dibawah teori yang berkaitan dengan peran internal, yaitu : Pemerintahan yang baik,

manajemen public yang baru, dan desentralisasi.

Good Governance (Tata pemerintahan yang baik)

Good governance merupakan istilah yang sangat sering digunakan untuk

menggambarkan seberapa sukses pemerintah menyediakan lembaga public yang

melindungi hak-hak masyarakat. Telah ada pergeseran tujuan dari terciptanya tata

pemerintahan yang baik sebagaimana yang dinyatakan oleh Kahn “ paradigma yang

dominan berkembang lebih pada mengidentifikasikan kemampuan tata keola

pemerintahan agar terlihgat sebagai Negara yang lebih ramah terhadap pasar.

Page 8: State Building

Termasuk didalamnya kemampuan untuk tetap melindungi hak atas kepemilikan

property, penegakan supremasi hukum, penerapan kebijakan anti korupsi yang lebih

efektif, dan memastikan akuntabilitas pemerintah”. Good governance ini merupakan

sebuah prose peningkatan pasar yang muncul pada tahun 1990-an. Pendekatan ini

berkaitan dengan penegakan aturan hukum, menciptakan perlindungan kepemilikan,

dan mengurangi korupsi. Dengan memfokuskan pada 3 hal ini, sebuah Negara

mampu meningkatkan efisiensi pasar. Terdapat teori siklus kegagalan pasar yang

menjelaskan bagaiman tidak ada jaminan terhadap kepemilikan dan gencarnya

korupsi, selain masalah yang lain menyebabkan kegagalan pasar.

1. Siklus dimulai dengan perekonomian yang stagnan, yang dapat meningkatkan

dan menyebabkan ketidak efisienan dari pemerintahan yang labil dan aturan

hukum yang tidak mampu menanggapi masalah dengan efektif.

2. Karena pemerintah yang tidak akuntabel atau lemah, menyebabkan kelompok-

kelompok kepentingan dalam skala kecil bisa menyalahgunakan pemerintah,

sehingga menimbulkan rentenir dan munculnya korupsi.

3. Korupsi dan rentenir dari kelompok kepentingan akan menghasilkan

lemahnya hak atas kepemilikan dan tidak adanya jaminan keamanan dalam

hukum Negara terhadap warga Negara dan pengusaha kecil. Selain itu korupsi

juga mempengaruhi berkurangnya kesejahteraan.

4. Lemahnya jaminan kepemilikan dan rendahnya tingkat kesejahteraan

mempengaruhi tingginya biaya transaksi pasar.

5. Tingginya biaya transaksi pasar mengarahkan kepada perekonomian yang

stagnan.

Bisa dipahami bahwa meningkatkan supremasi hukum dan menekan korupsi

merupakan metode penting untuk menaikkan stabilitas dan legitimasi pemerintah,

tidak ada yang bisa memastikan apakah metode ini merupakan dasar yang baik

menuju state building. Peneliti menemukan bahwa hal yang berkaitan dengan

Page 9: State Building

kepemilikan, kualitas peraturan, korupsi, saran dan akuntabilitas, ternyata memiliki

hubungan dengan peningkatan pendapatan perkapita.

New Public Management (Manajemen public baru)

Pendekatan ini pertama kali muncul di selandia baru dan Inggris pada 1980-an. New

public manajemen menggunakan pasar selayaknya reformasi dalam pelayanan public

yang memberikan kekuatan kepada pemerintah untuk menjalankan rencan

pembangunan ekonomi yang dijalankan dengan dasar system pasar yang kompetitif

untuk merubah sector produksi masyarakat. Pada pendekatan ini pemerintah

memberikan kontrak yang berbasiskan kinerja kepada koorporasi swasta untuk

beroperasi dibidang industri. Hal ini meningkatkan terciptanya industri yang berdaya

saing namun tetap berada dibawah pengawasan pemerintah, sehingga bisa

mengefektifkan industri dan pengeluaran pemerintah. Salah satu kelemahan dari

pemerintaha yang labil. Jika perusahaan pribadi yang besar mengambil alih

kepentingan industri, pertumbuhan industri bisa terancam ditangan kepentingan

perusahaan swasta. Untuk melihat contoh dari State Building, singapura adalah

contohnya.

Desentralisasi

Referensi yang menyatakan kedekatan dengan state building itu menguntungkan

karena “ ia berusaha untuk mengurangi kebiasaan meminjam dan alokasi sumber

daya yang tidak efisien terkait terpusatnya kekuasaan dengan membagi kekuasaan

hing tingkatan pemerintahan yang paling bawah, dimana masyarakat kelas bawah

cenderung bisa terpengaruh dan banyak actor yang terlibat didalam penyediaan

layanan.

Masalah yang berpotensi muncul dengan berlakunya desentralisasi secara berlebihan

adalah tidak efisiennya sumber pendistribusian karena ketidakmampuan untuk

Page 10: State Building

mengkoordinasikan pemerintah daerah. Jika sector pelayanan masyarakat juga terlalu

besar cenderung akan menurunkan kualitas dan mengabaikan kapasitas pemerintah.

Contoh State-Building

1. Haiti 1995

2010- menyusul gempa bumi 2010, Haiti menjadi sebab kepopuleran pilantropi.

Negara anggota PBB menjanjikan dana 5,3 milyar dollar dalam jangka 18 bulan

menyusul terjadinya gempa bumi. Terdapat lebih dari 3000 NGO beroperasi di

Haiti. Ini bermanfaat untuk pemulihan jangka pendek, namun banyak

kekhawatiran terkait penolakan media yang juga menolak bantuan filantropi

kepada Negara yang diantaranya disebut “Republik NGO’s”. pemerintah bekerja

untuk mengorganisir bantuan yang datang kenegara menjadi rencana jangka

panjang yang dijalankan oleh pemerintah. Sebuah studi yang baru diserahkan oleh

RAND corporation memperlihatkan temuan para peneliti yang membahas tentang

apa yang dibutuhkan untuk investasi jangka panjang. Para peneliti mengutip

beberapa inisiatif penting yang perlu diambil dalam proses rebuilding: 1.

Menciptakan stabilitas melalui system peradilan yang tegas dan melindungi hak-

hak warga Negara, dan kepolisian yang kuat untuk menegakkan hukum. 2.

Administrasi yang transparant. Hal ini dapat berjalan dengan mencari prosedur

yang bersih bagi pegawai administrasi, memberikan insentif terkait kinerja, dan

memberikan pekerjaan yang jelas fungsinya. Ini akan menghapus setiap posisi

pemerintah yang tidak jelas dan menempatkan orang yang tanggung jawab

terhadap Negara, meningkatkan efisiensi kerja dalam pemerintahan. 3.

Membuang reruntuhan dari tengah-tengah port-au-prince untuk mengembalikan

kebanggaan nasional Negara ini. 4. Memudahkan pendaftaran untuk bisnis dan

property guna mempromosikan tatanan bisnis dan system kepemilikan property

yang stabil. 5. Di sector pendidikan dan kesehatan, pemerintah mengeluarkan

perjanjian terhadap banyak NGO’s yang beraktifitas di Haiti. Hal ini bukan hanya

Page 11: State Building

terkait pemanfaatan sumber daya NGO’s, namun juga memberikan ijin kepada

pemerintah untuk mengontrol setiap tindakan, menciptakan tindakan yang

terkoordinir dalam pembangunan.

Korea selatan telah melaksanakan reformasi dengan cara membuka akses

perekonomiannya kepada investor asing dan berusaha menjadikan eksport sebagai

orientasi ekonominya. Saat ini mereka memimpin dalam otomotif jauh

dibandingkan sebelumnya, industri teknologi maju. Korea selatan mencapai

pertumbuhan ekonomi ini dengan memberikan izin untuk meliberalkan

perekonomian mereka, sekaligus menjaga control dari bank sentralnya. Hal ini

memungkinkan mereka mengatur industri dan perusahaan mendapatkan pinjaman

lunak. Aturan ini telah memberikan kekuasaan kepada pemerintah Korea Selatan

untuk menetukan arah kebijakan perekonomiannya, selain itu juga

memungkinkan mereka untuk berkembang dibawah kebijakan ekonomi liberal.

Korea Selatan bukan merupakan Negara yang kaya mineral, juga tidak memiliki

sumber daya alam yang signifikan yang dapat digunakan untuk membangun

perekonomiannya.selain itu, Korea Selatan, saat ini menggunakan pasar yang

lebih bebas, terus mengembangkan rencana terpadu untuk pertumbuhan bangsa

dan terus mengontrol bank sentral untuk membantu memandu rencana tersebut.

2. Singapore 1989- sekarang

Sejak 1989, singapura telah menjalankan reformasi manajerial yang dikenal

dengan pelayanan public menuju abad ke-21 menggunakan system administrasi

public, dikenal dengan meritocracy, level atas dan etika professional, untuk

menciptakan system manajemen public. Sebagian besar pelayanan public

dijalankan oleh lembaga eksekutif