STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al...

15
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 47 STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN (Studi pada Madrasah Salafiyah Pesantren As-Salafiyah Mlangi, Sleman dan Pesantren Al-Munawwir Krapyak Bantul DIY) A.M Wibowo, Yusriati Peneliti adalah Peneliti pada Balai Litbang Kementerian Agama Abstrak Pesantren yang memiliki kajian terhadap kitab-kitab tertentu, secara otomatis memiliki standar kitab kuning yang menjadi rujukan pesantren tersebut, dan sangat mungkin sekali berbeda antara pesantren satu dengan pesantren yang lain. Standar kitab kuning inilah menjadi sangat penting, baik untuk lingkungan pondok pesantren itu sendiri maupun untuk lintas pondok pesantren. Bahkan kesamaan maupun perbedaan kajian kitab kuning yang menjadi standar oleh beberapa pesantren menjadi varian tersendiri yang akan memperkaya khasanah keilmuan santri sekaligus menjadi sebuah alternatif ketika santri akan memperdalam kajian kitab kuning. Selain stantardisasi kajian kitab kuning yang menjadi ciri khas pondok pesantren, juga penguasaan kitab kuning sebagai kajian yang khas, memunculkan standarisasi bagi tingkat dalam proses pembelajaran pada pondok pesantren, seperti tingkatan ula, wustho, maupun ulya, atau bahkan pada tingkat Ma’had ‘Ali. Tingkatan kitab kuning yang dipelajari, untuk menetukan tingkatan kelas atau tingkatan madrasah. Meskipun demikian pengkajian kitab kuning tetap saja bergantung pada kyai dan ustadz yang mengajarnya (Masyhuri, 1989), sehingga standarisasi kitab kuning memerlukan kajian yang lebih mendalam Penelitian ini terfokus pada 5 hal yaitu (1) mendeskripsikan kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan, atau yang dipelajari di pondok pesantren, (2) mengetahui standar apa yang dipakai oleh pondok pesantren dalam menentukan kitab kuning yang dipelajari, (3) mengetahui bagaimana pondok pesantren menentukan standar kitab kuning pada setiap jenjang kelas, (4) melihat orientasi pondok pesantren dalam pembelajaran kitab kuning, dan (5) mengetahui Bagaimana standar penguasaan kitab kuning yang diberlakukan oleh pondok pesantren. Kata Kunci: Standarisasi, Kitab Kuning, Pondok Pesantren A. Pendahuluan Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional yang tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan, melalui suatu proses sosial yang unik. Pesantren dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan masyarakat pedesaan, bahkan pengaruh pesantren seringkali jauh melebihi wilayah administratif desa-desa sekitarnya, tidak jarang suatu pesantren mempunyai santri relatif besar, pengaruhnya melintasi kabupaten dimana pesantren berada. 76 Dinamika pengembangan pondok pesantren tampak dari model pengembangan yang tetap mempertahankan prinsip awal pendiriannya, yaitu pengkajian dan pengembangan kitab kuning. Ketetapan pada kitab kuning ini menjadikan pondok 76 Saefudin Zuhri, Sejarah kebangkitan Islam dan perkembangannya di Indonesia, (Bandung: Al Ma’arif,1979), hal. 185

Transcript of STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al...

Page 1: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Nama Penulis tiap Artikel

Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 47

STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI

PONDOK PESANTREN

(Studi pada Madrasah Salafiyah Pesantren As-Salafiyah Mlangi,

Sleman dan Pesantren Al-Munawwir Krapyak Bantul DIY)

A.M Wibowo, Yusriati

Peneliti adalah Peneliti pada Balai Litbang Kementerian Agama

Abstrak

Pesantren yang memiliki kajian terhadap kitab-kitab tertentu, secara otomatis

memiliki standar kitab kuning yang menjadi rujukan pesantren tersebut, dan sangat

mungkin sekali berbeda antara pesantren satu dengan pesantren yang lain. Standar

kitab kuning inilah menjadi sangat penting, baik untuk lingkungan pondok pesantren

itu sendiri maupun untuk lintas pondok pesantren. Bahkan kesamaan maupun

perbedaan kajian kitab kuning yang menjadi standar oleh beberapa pesantren menjadi

varian tersendiri yang akan memperkaya khasanah keilmuan santri sekaligus menjadi

sebuah alternatif ketika santri akan memperdalam kajian kitab kuning.

Selain stantardisasi kajian kitab kuning yang menjadi ciri khas pondok pesantren, juga

penguasaan kitab kuning sebagai kajian yang khas, memunculkan standarisasi bagi

tingkat dalam proses pembelajaran pada pondok pesantren, seperti tingkatan ula,

wustho, maupun ulya, atau bahkan pada tingkat Ma’had ‘Ali. Tingkatan kitab kuning

yang dipelajari, untuk menetukan tingkatan kelas atau tingkatan madrasah. Meskipun

demikian pengkajian kitab kuning tetap saja bergantung pada kyai dan ustadz yang

mengajarnya (Masyhuri, 1989), sehingga standarisasi kitab kuning memerlukan kajian

yang lebih mendalam

Penelitian ini terfokus pada 5 hal yaitu (1) mendeskripsikan kitab-kitab kuning yang

menjadi rujukan, atau yang dipelajari di pondok pesantren, (2) mengetahui standar apa

yang dipakai oleh pondok pesantren dalam menentukan kitab kuning yang dipelajari,

(3) mengetahui bagaimana pondok pesantren menentukan standar kitab kuning pada

setiap jenjang kelas, (4) melihat orientasi pondok pesantren dalam pembelajaran kitab

kuning, dan (5) mengetahui Bagaimana standar penguasaan kitab kuning yang

diberlakukan oleh pondok pesantren.

Kata Kunci: Standarisasi, Kitab Kuning, Pondok Pesantren

A. Pendahuluan

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional yang tumbuh dan

berkembang di masyarakat pedesaan, melalui suatu proses sosial yang unik. Pesantren

dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan masyarakat pedesaan, bahkan pengaruh

pesantren seringkali jauh melebihi wilayah administratif desa-desa sekitarnya, tidak jarang

suatu pesantren mempunyai santri relatif besar, pengaruhnya melintasi kabupaten dimana

pesantren berada.76

Dinamika pengembangan pondok pesantren tampak dari model

pengembangan yang tetap mempertahankan prinsip awal pendiriannya, yaitu pengkajian

dan pengembangan kitab kuning. Ketetapan pada kitab kuning ini menjadikan pondok

76 Saefudin Zuhri, Sejarah kebangkitan Islam dan perkembangannya di Indonesia, (Bandung: Al

Ma’arif,1979), hal. 185

Page 2: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……

48 | ISSN: 2356-2447-XIII

pesantren memiliki kekhasan tersendiri, ditambah penekanan kitab kuning yang dipelajari

oleh pesantren, seperti pesantren khusus kajian fiqih, aqidah, tafsir, dan kajian tasawuf.

Saat ini dikalangan pondok pesantren sedang mengalami dilema. Disatu sisi mereka

ingin diakui dan disamakan eksistensi dengan pendidikan formal, namun disisi lain hal

tersebut sulit dilakukan oleh pemerintah melihat kurikulum yang belum standar antara

pondok pesantren satu dengan yang lain berbeda di seluruh wilayah Indonesia.

Pengakuan kesetaraan terhadap lulusan pondok pesantren dan pendidikan diniyah

diringi dengan ketetapan standar dalam berbagai aspek yang harus dipenuhi. Standar yang

ditetapkan untuk menentukan tingkatan kelulusan, baik tingkat dasar, menengah pertama

maupun tingkat menengah atas sangat tergantung pada standar kitab kuning yang telah

dikuasai pada tingkatan tersebut, meskipun jangka waktu selama belajar di pondok

pesantren menjadi persaratan yang juga menjadi ketetapan.

Pesantren yang memiliki kajian-kajian khusus terhadap kitab-kitab tertentu, secara

otomatis memiliki standar kitab kuning yang menjadi rujukan pesantren tersebut, dan

sangat mungkin sekali berbeda antara pesantren satu dengan pesantren yang lain. Standar

kitab kuning inilah menjadi sangat penting, baik untuk lingkungan pondok pesantren itu

sendiri maupun untuk lintas pondok pesantren. Bahkan kesamaan maupun perbedaan kajian

kitab kuning yang menjadi standar oleh beberapa pesantren menjadi varian tersendiri yang

akan memperkaya khasanah keilmuan santri sekaligus menjadi sebuah alternatif ketika

santri akan memperdalam kajian kitab kuning.

Selain standarisasi kajian kitab kuning yang menjadi ciri khas pondok pesantren,

terdapat penguasaan kitab kuning yang memunculkan standarisasi bagi tingkat proses

pembelajaran pada pondok pesantren itu sendiri. Tingkatan kitab kuning yang dipelajari,

untuk menentukan tingkatan kelas atau tingkatan Madrasah yang tetap saja bergantung pada

Kyai dan Ustadz, sehingga standarisasi kitab kuning memerlukan kajian yang lebih

mendalam. Berangkat dari latarbelakang masalah, dipandang perlu adanya kajian yang

lebih fokus dan mendalam tentang bagaimana sebenarnya standar kitab kuning yang

dipakai oleh pondok pesantren salaf.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini terfokus pada 5 hal: (1) mendeskripsikan kitab-kitab kuning yang

menjadi rujukan, atau yang dipelajari di pondok pesantren, (2) mengetahui standar apa yang

dipakai pondok pesantren dalam menentukan kitab kuning yang dipelajari, (3) mengetahui

bagaimana pondok pesantren menentukan standar kitab kuning pada setiap jenjang kelas,

(4) melihat orientasi pondok pesantren dalam pembelajaran kitab kuning, (5) mengetahui

bagaimana standar penguasaan kitab kuning yang diberlakukan oleh pondok pesantren.

C. Metode Penelitian

Penelitian tentang penguasaan kitab kuning di pesantren Studi Standarisasi Kitab

Kuning di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Bantul dan PonPes As-Salafiyah

Mlangi Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode studi kasus.

Sasaran penelitian ini adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan

salaf murni, maksudnya pondok pesantren yang murni melaksanakan pengajaran kitab

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 3: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Nama Penulis tiap Artikel

Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 49

kuning tanpa ada penambahan kurikulum yang di rekomendasikan oleh pemerintah.

Adapun yang menjadi subyek penelitian tentang penguasaan kitab kuning di pondok

pesantren adalah madrasah salafiyah yang berada dibawah naungan pondok pesantren.

Penguasaan kitab kuning tersebut meliputi kitab kuning yang menjadi rujukan di pondok

pesantren, kurikulum madrasah, dan standarisasi pondok berdasarkan level kelas dilihat

dari pendidikan formal pemerintah. Teknik pengumpulan dilakukan dengan wawancara,

telaah dokumen, dan pengamatan. Sedang analisis yang digunakan adalah model analisis

data interaksi, yaitu menghubungkan antara kategori dengan sub kategori untuk kemudian

dicari pola-polanya. Adapun langkah langkah yang digunakan dalam analisis ini adalah

reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.77

D. Kerangka Teori

Kata pondok berasal dari bahasa arab funduk, yang berarti rumah, penginapan atau

hotel. Pesantren berasal dari kata santri mendapat imbuhan pe-. Asal kata kata santri sendiri

terdapat dua pendapat yang berbeda, Pertama, menyebutkan kata santri berasal dari bahasa

Tamil yang berarti guru mengaji. Kedua, menyebutkan santri berasal dari bahasa India

yaitu Shastri yang artinya buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu

pengetahuan.78 Poerwadarminta mengartikan pesantren sebagai asrama dan tempat murid-

murid belajar mengaji.79 Muzayin Arifin mendefinisikan pesantren sebagai suatu lembaga

pendidikan agama yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama

(kampus), dimana santri-santri menerima pedidikan agama melalui sistem pengajian atau

madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan leadership seorang atau beberapa

Kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.80

Kafrawi memberikan garis pembeda antara istilah pesantren dan pondok pesantren

dari segi ada tidaknya "pondok" di lingkungan pesantren. Menurutnya, pesantren adalah

lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada dasarnya sama dengan pondok

pesantren tetapi para santrinya tidak disediakan pondok di kompleks pesantren, namun

tinggal tersebar di seluruh penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (santri kalong),

dimana cara dan metode pendidikan dan penga-jaran agama Islam diberikan dengan sistem

weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada waktu-waktu tertetu (umpama tiap

hari Jumat, Minggu, Selasa dan sebagainya).81 Sedangkan pondok pesantren merupakan

lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan

pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun wetonan, dan para

santri disediakan pondokan dimana Kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab

77 Sugiyono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & d, (Bandung:

Alfabet, 2007), hal. 92

78 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. (Jakarta: LP3ES, 1982), hal.1982

79 Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hal. 764

80 Muzayin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, (Semarang: Toha Putra. tt), hal. 104 81 Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren, cet I, (Jakarta: Cemara Indah, 1978), hal.

139

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 4: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……

50 | ISSN: 2356-2447-XIII

yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang

para santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.82

Menurut Manfred Ziemek, biasanya pesantren didirikan oleh para pemrakarsa

kelompok belajar, yang mengadakan perhitungan dan memperkirakan kemungkinan

kehidupan bersama bagi para santri dan ustadz. Maka berdirilah sebuah pondok, tempat

untuk hidup bersama bagi masyarakat belajar. Dengan kata "pondok" orang membayangkan

"gubuk" atau "saung bambu", suatu lambang yang baik tentang kesederhanaan sebagai

dasar perkiraan kelompok. Di sini guru dan murid tiap hari bertemu dan berkumpul, dan

dalam waktu yang lama bersama-sama menempuh kehidupan di pondok ini.83 Lebih lanjut

Ziemek menilai pesantren sebagai lembaga "wiraswasta" dalam sektor pendidikan

keagamaan, karena ciri-cirinya yang dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi para pendiri

dan pimpinanannya dan cenderung mengikuti suatu pola tertentu.84 Karena pesantren

didirikan atas prakarsa perorangan atau kelompok yang mendukungnya, seringkali usianya

tidak lebih lama dari usia pendirinya ataupun sebelum pendirinya meninggal. Artinya,

secara tidak langsung, pesantren mengikuti siklus hidup Kyai pengasuhnya. Meski

demikian, sebuah usaha pribadi pendirinya, pondok pesantren tidak bergantung pada izin

pemerintah, pengawasan dan pengendaliannya. Karena, desentralisasi telah dimulai

pesantren sejak awal didirikannya.

Berbicara mengenai pesantren, maka tidak bisa terlepas dari komponen-komponen

sebagai pendukungnya. Komponen yang ada pada pesantren merupakan ciri khas yang

tidak dimiliki lembaga pendidikan lain. Komponen pesantren yang dimaksud adalah: (1)

Kyai, 85 (2) Santri, 86 (3) Masjid, 4) pondokan, dan 5) kitab kuning.87 Sedangkan terkait

model penyelenggaraan pesantren, Masykuri Abdillah mengungkapkan tiga model, yaitu:

82 Kafrawi, Pembaharuan Sistem, hal. 139.

83 Manfred Ziemek, Pesantren, hal. 18

84 Manfred Ziemek, Pesantren, hal.97 85 Kyai, dalam sebuah pesantren kyai adalah figur agama (religious figure) yang paling disegani. Dia adalah

orang yang mempunyai otoritas tertinggi, orang yang memprakarsai berdirinya pesantren, orang yang

mengendalikan kehidupan pesantren dan sekaligus pengajar di pesantren. Seba-gai orang yang mempunyai otoritas tertinggi, seoranq kyai harus ditaati semua perintahnya. Para santri selalu mengharap dan berfikir bahwa kyai yang

dianutnya merupakan orang yang percaya penuh pada dirinya sendiri (self confident) baik dalam soal-soal

pengetahuan Islam maupun dalam bidang kekuasaan dan manajemen pesantren. Lihat, Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, hal. 56

86 Santri, santri merupakan orang yang menimba ilmu di pesantren. Dalam penarimaan santri baru,

pesantren tidak mempunyai kriteria tertentu kecuali kesanggupan seorang calon santri untuk belajar di pesantren. Karena itu seorang calon santri dapat menjadi santri sebuah pesantren tanpa dibatasi oleh latar belakang keluarga,

intelektual, ekonomi, sosial, politik, usia, waktu belajar, dan sebagainya. Dhofier menjelaskan, bahwa seorang

santri pergi dan menetap di pesantren karena berbagai alasan, yaitu: pertama, Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kyai yang memimpin pesantren tersebut.

Kedua, Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik alam bidang pengajaran, keorganisasian

maupun hubungan dengan pesantren-pesantren yang terkenal. Dan ketiga, Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya, Lihat Zamakhsyari Dhofier, Tradisi

Pesantren, hal. 52

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 5: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Nama Penulis tiap Artikel

Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 51

1) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan

kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs,

MA, dan PT Agama Islam) maupun yang juga memiliki sekolah umum (SD,

SMP, SMU, dan PT Umum), seperti Pesantren Tebuireng Jombang dan Pesantren

Syafi'iyyah Jakarta;

2) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah

dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional,

seperti Pesantren Gontor Ponorogo dan Daarul Rahman Jakarta;

3) Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah

diniyah, seperti Pesantren Lirboyo Kediri dan Pesantren Tegalrejo Magelang; dan

(4) pesantren yang hanya sekadar menjadi tempat pengajian.88

E. Pembahasan

1. Program Pendidikan di Pesantren As-Salafiyah dan Pesantren Al Munawwir

Syarat menjadi santri pada Pondok Pesantren As-Salafiyah adalah pertama usia

minimal 10 tahun dan harus menempuh sekolah persiapan selama 1 tahun pada marhalah

i’dadiyah. Sedangkan pada Pondok Pesantren Al-Munawwir syarat utama menjadi santri

adalah mengikuti placement test untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan calon santri

dalam bidang bahasa, maupun pengetahuan tentang kitab kuning. Jika belum memenuhi

persyaratan pada jenjang pertama maka santri akan ditempatkan pada kelas persiapan yang

disebut halqoh i’dadiyah.

a. Pondok Pesantren As-Salafiyah

Program pendidikan pada Pondok Pesantren As-Salafiyah menggunakan istilah

Marhalah untuk menunjukan jenjang pendidikan. Ada 3 jenjang marhalah di Pondok

Pesantren As-Salafiyah yaitu Marhalah Ula, wustho, dan Ulya. Masing-masing marhalah

memiliki waktu tempuh sebagai berikut.

1) Marhalah ula membutuhkan waktu tiga tahun yaitu sannah ula, ula sanah

tsaniyah, ula sanah tsalisa, masing-masing tingkatan terbagi dalam dua semester.

2) Marhalah wustho terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu wustho sanah ula, sanah

tsaniyah, dan tsanah tsalisa, setiap tingkatan terbagi menjadi dua semester.

3) Marhalah ulya, merupakan tingkatan spesialisasi atau takhasus. Pada marhalah ini

santri diberikan pilihan memilih spesialisasi yang diminati antara lain takhassus

ilmu alat, ilmu al-Quran atau takhassus fiqh. Masing-masing takhassus memiliki

jangka tempuh belajar selama satu tahun yang terbagi dalam dua semester.

87 Kitab salaf atau kitab kuning, sesuatu yang tidak pernah lepas dari pesantren adalah pembelajaran kitab

yang lazim disebut kitab kuning. Pengertian itu sendiri menurut Martin Bruinnessen dalam bukunya "kitab kuning, pesantren dan tarekat" adalah buku-buku berhuruf Arab yang dipakai di lingkungan pesantren. Kitab tersebut

biasanya beraliran Syafi'iyyah, yang kesemuanya berbahasa Arab. Pembelajaran kitab kuning tersebut sebagai

suatu unsur dari beberapa unsur mutlak di pesantren yang demikian pentingnya dalam proses pembentukan kecerdasan intelektual dan moralitas kesholehan pada diri santri (sholih linafsihi mushlih lighoirihi), Lihat,

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, hal.44. Lihat pula, Bruinessen, Martin Van, Kitab Kuning, Books in

arabic script used in the pesantren milieu, jurnal KITLV, (Leiden, Netherland 1990), hal. 131-132 88 Masykuri Abdillah, Status Pendidikan Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional, Kompas, edisi 8

Juni 2001

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 6: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……

52 | ISSN: 2356-2447-XIII

b. Pondok Pesantren Al Munawwir

Di atas telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan pada madrasah salafiyah,

sementara untuk Pondok Pesantren Al-Munawwir disebut dengan istilah Halqoh. Ada

empat halqoh yang ada di Pondok Pesantren Al Munawwir yaitu, halqoh I’dadiyah, halqoh

Ula, halqoh tsaniyah, dan halqoh tsalisah.

1) Halqoh I’dadiyah, merupakan sekolah persiapan sebelum menempuh pendidikan

yang sebenarnya. Calon santri yang masuk pada madrasah salafiyah Pondok

Pesantren Al-Munawwir harus mengikuti placement test untuk menyaring santri-

santri yang langsung bisa menempuh pendidikan pada halqoh ula atau harus

dipersiapkan dahulu pada halqoh i’dadiyah. Waktu tempuh belajar pada halqoh

ibti’daiyah adalah satu tahun atau dua semester,

2) Halqoh ula merupakan jenjang pendidikan tingkat pertama. Jarak tempuh belajar

pada halqoh ini adalah satu tahun yang terdiri dari dua semester.

3) Halqoh tsaniyah merupakan jenjang pendidikan tingkat dua setelah halqoh ula.

Waktu tempuh belajar pada halqoh ini adalah satu tahun terdiri atas dua semester.,

4) Halqoh tsalisah merupakan jenjang pendidikan ketiga setelah halqoh ula dan

tsaniyah. Waktu belajar pada halqoh ini satu tahun yang terbagi dalam dua semester.

2. Kitab Kuning Rujukan

Jika dilihat pada tingkatan dan lama waktu tempuh belajar antara Pondok Pesantren

As-Salafiyah dan Pondok Pesantren Al-Munawwir terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan

pertama adalah pada marhalah ula (Pondok Pesantren As-Salafiyah) menurut penafsiran

institussi (lembaga pondok pesantren As-Salafiyah) adalah termasuk pada tingkatan atau

kategori madrasah ibtidaiyah. Sedangkan marhalah wustho dan ulya masuk dalam kategori

level Tsanawiyah dan aliyah. Pada pondok pesantren Al-Munawwir Krapyak tidak

melaksanakan pendidikan pada tingkat ibtidaiyah melainkan langsung pada tingkat

tsanawiyah yaitu pada halqoh Ula, tsaniyah dan tsalisa. Sedangkan halqoh i’dadiyah

adalah tingkat persiapan yang dikhususkan pada santri yang belum memenuhi syarat

menempuh pendidikan pada halqoh ula.

Berikut ini akan disajikan kitab kuning yang menjadi rujukan pada dua buah pondok

pesantren tersebut sebagai gambaran mengenai kurikulum kitab yang diajarkan pada

pondok pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta.

a. Sekolah Persiapan (Idadiyah)

Sebelum memasuki jenjang pendidikan yang sesungguhnya, dua buah pesantren yang

di teliti terdapat jenjang pra sekolah atau dalam istilah pesantren disebut dengan tingkat

i’dadiyah. Pada Pondok Pesantren As-Salafiyah tigkat persiapan disebut dengan marhalah

i’dadiyah dan pada Pondok Pesantren Al-Munawwir disebut dengan Halqoh I’dadiyah.

Marhalah i’dadiyah yang berlaku di Pondok Pesantren As-Salafiyah untuk

mempersiapakan para santri agar mudah mengikuti mata pengajian (pelajaran) pada tingkat

marhalah ula. Marhalah ula pada Pondok Pesantren As-salafiyah dimasukan pada level

pendidikan tingkat ibtidaiyah, dan halqoh i’dadiyah pada Pondok Pesantren Al-Munawwir

dipersiapkan untuk para santri agar mudah mengikuti pelajaran pada halqoh –halqoh yang

terdapa di Pondok Pesantren tersebut. Halqoh-halqoh yang ada di Pondok Pesantren Al-

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 7: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Nama Penulis tiap Artikel

Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 53

Munawwir oleh institusi pesantren tersebut dimasukan dalam kategori level tsanawiyah.

Pada tabel berikut ini akan disjikan kitab kuning yang menjadi rujukan yang berlaku di dua

buah pesantren.

Tabel 1.

Kitab rujukan marhalah i’dadiyah Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi

Bidang

pengajian

Marhalah I’daddiyah Pondok Pesantren

As-Salafiyah (Ibtida’)

Halqoh i’dadiyah (Tsanawi)

Al Quran --tidak diajarkan-- Membaca Juz 30 tartil

Fiqh Pesholatan dan Safinah Taqrib

Nahwu Mukhtashor ‘Awamil + M.Jurumiyah Diktat

Sorof Amtsilati At-Tasrif al-Isytiqoqy

Ahlaq Alala Taisir al-Kholaq

Tajwid Tuhfatul athfal Hidayah as-Shibyan

Kitabah (baca

Arab Pegon)

Catatan Tidak diajarkan

Muhafadhoh Nadhom ‘Awamil Lafdhon wa Ma’nan Tidak diajarkan

Tauhid Aqidatul ‘awam Durus al-Aqo’id ad-Diniyyah

Qiroah (bacaan

salat)

Masuk pada materi idhofi Masuk pada materi inti

Idhofi Pesholatan lengkap, At-Ta’rifat fin-Nahwi Safinatunnajah

Tarikh Tidak diajarkan Khulashoh Nur al-Yaqin

Mafudlot Tidak diajarkan Al-Muntakhobat fi al-Mahfudlot

Khot/imla Tidak diajarkan Qowa’id al-Khoth al-Araby

Lughoh Tidak diajarkan Al-Lughoh at-Takhotub al-

Mushowwaroh

Hadits Tidak diajarkan Matan al-Muqtathofat

Tafsir Tidak diajarkan Tafsir al Wajiz

Jika dilihat materi-materi pada tingkat i’dad dan dibandingkan dengan Surat Edaran

Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Nomor : Dj. 11. 11/V/PP. 007/AZ/28/04,

tanggal 9 Januari, 2004, yang diperbarui dengan SE Dirjen Pendis No 940 Tahun 2008

terlihat beberapa materi i’dad PonPes As-Salafiyah ada yang levelnya lebih tinggi seperti

materi tajwid dengan kitab Tuhfatul athfal yang seharusnya untuk tingkat tsanawiyah.

Pada halqoh ula Pondok Pesantren Al-Munawwir sebagian besar materi-materi yang

ada di tingkat ini hampir sama dengan tingkatan sebagaimana disebut dalam Surat edaran

dirjen pendis No 940 tahun 2008.

b. Tingkat ibtida’

Berikut ini akan disajikan tabel tentang kitab yang dijadikan rujukan pada tingkat

ibtidaiyah yaitu marhala ula pada Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi. Sedangkan pada

Pondok Pesantren Al-Munawwir tidak menyelenggarakan pendidikan pada tingkat

ibtidaiyah.

Tabel 3.

Kitab rujukan pada Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi pada tingkat

Marhalah Ula (Ibtida’)

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 8: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……

54 | ISSN: 2356-2447-XIII

No Al Fanun Kitab

1

Fiqih Duror Bahiyah, Taqrib, matan Taqrib, Durusul Fiqiyah juz 1-4, Mabadil

Fiqiyah juz 1-4, Tahdhib Syarh Abi Suja’, Inarotud Duja, Riyadul Badiah,

Risalatul Mahidi, Muqoddimah Hadhromiyyah, fiqh manhaji, Matan Zubad.

2 Ushul Fiqih Waroqot, Mabadi Awaliyah, Assulam, Ushulul fiqih Abdul Wahab

3 Nahwu Nadhom awamil, Jurumiyah (lafadz, ma’na), Tashilu nailil Amaniy, Abin

Naja, ‘Asmawi, Muhtashor jidan, AlMakudi, Kafrowi, Muttamimmah

Jurumiyah, Fathu Robbil Bariyyah, Milkhatul I’rob,Tasywiqul Khollan,

Kifayatul Ash-hab, Mughni Labib Pinggir, Tamrinut Tullab Pinggir,

Risalah Salafiyyah finNahwi,

4 Shorof Amtsilah T, Amarity, Alfiyah, Nadzom Jazariyyah, Matnul Binak wal Asas,

As-Syafiyah, ‘Unwanudh-dzuruf, Hallul Ma’qud, Al-Mathlub, Talkhishul

Asas, Tarshif

5 Tauhid Jawahirul Kalamiyah, Syarh Nadzom ‘Aqidatul ‘Awam Syeih Mhmmd,

Sullamud diyanah, Qothrul Ghoits, Durusul ‘Aqoid Juz 1- 4, As-Syaibaniy,

Ummul Barohin, Tijan Durori, Nurudh-dholam, Ibnu Baijuri, Al Hud Hud

6 Tarikh Tarikhul Hawadits, Al Bayan wat Ta’rif, Durusut Tarikh 1-4, Khulashoh

Nurul Yaqin Juz 1-3

16 Tajwid Qowaidut Tajwid, Syarah Nadzom Jazariyah Imam Zakariya

17 Akhlak Washoya, At-Tarbiyah, Taisirul Kholaq, Akhlaqul Banin wa Banat, Adabul

‘Alim wal Muta’alim Syaikh Hasyim Asy’ari, ‘Idzotun Nasyi-in

19 Ilmu Tafsir Ilmu Tafsir Asyty, Faidul Khobir Zamzami

20 Ilmu Hadits Minkhatul Mughits, Al Qowa’idul Asasiyah, Syarah Baiquniyah

21 Hadits Jawami’ul Kalim, Miatu Hadits, Arbain Nawawi, Lubabul Hadits, Duror Al

Muntatsiroh,Tarhib wa targhib

Kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan di Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi,

pada tingkat marhalah ula diatas jika dibandingkan dengan dengan kitab-kitab rujukan

dalam Surat Edaran Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Nomor : Dj. 11.

11/V/PP. 007/AZ/28/04, tanggal 9 Januari, 2004, yang diperbarui dengan SE Dirjen Pendis

No 940 Tahun 2008 maka hampir sama dengan tingkat Ibtidaiyah hanya saja memiliki

variasi kitab yang diajarkan lebih banyak.

c. Tingkat Tsanawiyah

Berikut akan disajikan tabel mengenai kitab-kitab rujukan Pondok Pesantren As-

Salafiyah dan Pondok Pesantren Al Munawwir yang menyelenggrakan pendidikan pada

tingkat tsanawiyah. Pondok Pesantren As-Salafiyah diwakili oleh marhala wustho

sedangkan Pondok Pesantren Al-Munawwir diwakili oleh halqoh Ula, Tsaniya, dan Tsalisa

Tabel 4.

Kitab Kuning Rujukan pada Marhalah wustho Pondok Pesantren As-Salafiyah

dan halqoh Pondok Pesantren Al Munawwir (tingkat Tsanawiyah)

Al Fanun

Kitab-Kitab Yang Menjadi Rujukan

Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi Pondok Pesantren Al Munawwir

Krapyak

Al Quran tidak diajarkan Juz 1-30

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 9: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Nama Penulis tiap Artikel

Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 55

Fiqih Matan Zubad, F Manhajiy, Minhajul,

Qowim, Syarah Tahrir, Kifayatul Ahyar,

Nihayatuz Zain, Minhajut Tholibin,

Tausyeh, Fathul Wahhab

At-Taqrib, At-Tadzhib,

Riyadussholihin, Safinatunnajah

Ahlak Tidak diajarkan Washoya, Wadho’if al-Muta’allim,

Risa-lah al-Mu’awwanah, ta’laim

mutaalim

Ushul Fiqih Al wajiz, Al Bayan, Al Wadhih, Lathoiful

Isyarot, Lubbul Ushul, Annafakhot, Al

Luma’

Al-Luma’

Qowidul

Fiqih

M. Asybah, Qowaidul Fiqhiyah ,Faroidlul

Bahiyyah, Mukhtasor Al-Asybah W,

Risalah Shorf Cak Mat

At Taqrib, ATTahdzib

Nahwu Amarity, Taqirot Alfiyah, J Ma’nun, al

Arrobiyah linnasyiin, Ibnu ‘Aqil, Dahlan,

Makudiy

Nahwu al wadlih, Qowa’id al-Lughoh

al-Arobiyah

Shorof As-Sa’diy, Marohil Arwah At-Tashrif al-Isytiqoqy, at-Tashrif

ma’a ad-Dloma’ir, Qowa’id al-I’lal,

Balaghoh Arrobiyah baina yadaik, Husnus

Siyaghoh,Balaghotul Wadikhah,

Makhluf, Al Idhoh, Jawahirul Balaghoh

Qowa’id al-Lughoh al-Arobiyah

Diktat

Lughoh Arobiyyah Baina Yadaik, Takrirot J.

Maknun, Arobiyyah Lin Nasyiin,

Al-Arobiyah li an-Nasyi’in, diktat,

Al-Lughoh at-Takhotub Al-

Mushowwaroh

Arudh M. Syafiy, Al-‘Arudl wal Qowafiy Tidak diajarkan

Tauhid Kifayatul Awam, Fatkhul Majid, Al

Arba’in fi Ushulid din, Jauharut Tauhid,

Husunul, Khamidiyyah, Al Iqtishod fil

I’tiqod

Kitab at-Tauhid min Tanwir al-

Qulub, Durus al-Aqo’id ad-Diniyyah,

Tarikh Nurul Yaqin, Tarikhul Khulafa’

Adabud dunya wad-Din, Minhajul Yaqin

Khulashoh Nur al-Yaqin, Tarikh al-

Tasyri’ li Hudlori Bik, Tarikh al-

Hadloroh

Tasawuf Az- Zawajir, Is’adur Rofiq, Bidayatul

hidayah, Sullam Taufiq, Ayyuhal Walad ,

M.Muminin, Nashoih Diniyah, Kifayatul

Atqiya’

Tidak diajarkan

Ilmu Tafsir Qowaidul Asasiyah fi Ulumil Qur’an,

Zubdatul Itqon, At Takhbir

Tidak diajarkan

Tafsir Tafsir Jalalainn, Tanwirul Miqbas Al wajiz, Jalalain

Ilmu Hadits Taisirul Mustholah, Manhalul Latif,

Rof’ul Astar

Taisir al-Mushtholah al-Hadits

Hadits Bulughul Marom, Jawahirul Bukhori

Riyadus solikhin *,Tajridus Shorih *

Sarah muqtathofat,

Falaq Fatkhur Roifil Mannan, Badi’atul Mitsal,

Durusul Falakiyah

Ringkasan dari Kitab-kitab Falak,

Fathu ar-Ro’uf al-Manan

Mantiq Al-Baijuri, Idhokhul Mubham, Sullam

Malawiy, Al Qowa’idul Mantiqiyah

Tidak diajarkan

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 10: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……

56 | ISSN: 2356-2447-XIII

Faroid Mafaza , Sy. Rohbiyyah, Al Mawarits,

Ahkamul Mawarits

Matan ar-Rohbiyah

Qiroatul

Qutub

Rohabiyah, Sullam, Fatkhul Mu’in,

matan tahrir

Tidak diajarkan

Muhafadhoh Faroidhul Bahiyah, Nadhom Jauhar

Maknun,

Tidak diajarkan

Tajwid Tidak diajarkan Tuhfah al-Athfal, Hidayah al-

Mustafid,

Mufrodat Tidak diajarkan Al-Barzanji Wa ad-Diba’i

Insya Tidak diajarkan Kiatab al insya, Nawu wadlih

(tamrin)

Furuq Tidak diajarkan Kitab al-Furuq min al-Asybah wa an-

Nadho’ir

Jika dibandingkan pada tingkatan yang sama (tingkat tsanawi) maka dapat dilihat

sangat bervariasinya kitab yang diajarkan pada dua buah pondok pesantren tersebut pada

bidang pengajian yang sama. Disatu sisi pada fanun (mata pelajaran) diajarkan di pondok

pesantren tersebut tetapi disisi lain fanun tersebut tidak diajarkan di pondok pesantren

lainnya. Contoh dalam fan ilmu mantiq yang diajarkan di Pondok Pesantren As-Salafiyah

tetapi tidak diajarkan di Pondok Pesantren Al Munawwir, begitu juga halnya ilmu tajwid

yang diajarkan di Pondok Pesantren Al Munawwir tetapi bukan menjadi fan pada marhalah

wustho di Pondok Pesantren As-Salafiyah.

Namun demikian ada kesamaan kitab yang menjadi rujukan pada pengajaran di kedua

pesantren tersebut pada bidang yang sama. Contohnya pada fan faroid kitab yang dijadikan

rujukan menunjukan kesamaan yaitu kitab Ar Rohbiyah. Kitab falaq yaitu fathur rouf

manan, kitab ilmu hadits yaitu mustholhul hadits dan masih banyak lagi yang menunjukan

kesamaan diantra dua pesantren tersebut.

Jika dihubungkan dengan standarisasi dalam hal ini muadalah yang dilihat dari Surat

Edaran Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Nomor: Dj. 11. 11/V/PP.

007/AZ/28/04, tanggal 9 Januari, 2004, yang diperbarui dengan SE Dirjen Pendis No 940

Tahun 2008 maka dua pesantren ini pada tingkatan marhalah ula pada Pondok Pesantren

As-Salafiyah dan halqoh halqoh di madrasah salafiyah Pondok Pesantren Al-Munawwir

dapat dimasukan dalam kategori tingkat sekolah menengah pertama (Tsanawiyah).

d. Tingkatan Ulya (aliyah)

Pada dua buah pesantren tersebut di atas (Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi dan

Pondok Pesantren Al Munawwir) hanya Pondok Pesantren As-Salafiyah saja yang

menyelenggrakan pendidikan pada tingkat Ulya. Marhalah ulya pada Pondok Pesantren

As-Salafiyah adalah tahasus. Tahasus yang dimaksud adalah penjurusan atau spesialisasi.

Ada tiga penjurusan dalam marhalah ulya yaitu ilmu alat, ilmu AlQuran, dan ilmu Fiqh.

Berikut ini akan disajikan tabel kitab kuning yang dijadikan rujukan pada marhalah

ulya Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi.

Tabel 5.

Kitab Rujukan pada Tingkat Marhalah ulya (Tahasus) Pondok Pesantren As-Salafiyah

Mlangi

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 11: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Nama Penulis tiap Artikel

Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 57

Tahasus ilmu alat Tahasus ilmu Fiqh Tahasus Al Quran

Khudhori F. Wahab Al Qur’an

L. Mashun U. Ar-Roziy Sirojul Qori’

Furuq fil Lughot Al-Asybah At Tibyan

Ilmu ‘Arudl Tasyri’Khudloriy Qurthubiy

Al Muzhir Hikmah Tasyri’ Ikhya’

Ihyak Rowai’ul Bayan

Ar Roddu Ibanatul Ahkam

Qowaidul imla Itqon,Manahil Irfan

Ihya’

Mahalliy, Muhadz-dzab

U. Sarohsiy, U. Jash-shosh

Sy.Q. Fiqh 1, Sy.Q. Fiqh 2

Syari’atullohi Al-Kholidah

Al-Kayyal Harrosiy,

Ahkamul Quran

Bukhoriy,

Subulussalam, K. ‘Allam

Indal Muhaditsin

Manahijul Mufasirin

Fiqh: Makhali, Muhadzdzab, Nihayatul Muhtaj. Ushul Fiqh: Al Ibhaj fil Intihaj Ushulul

Fiqhi, Wahbah Azzh, Ushulul Fiqhi Arroziy, Sullamur Rokhamut, Arrisalah,Al Ihkam lil

‘Amidi. (Qowaidul fiqh): Syr Qowaidul Fiqhiyah ,Al Asybah Ibnu Nujaim, Al Asybah

Assuyuti. (Nahwu): Khudhoriy, Ibnu Khamdun, Ash Shuban,Al Asybah Wan Nadzoir

Asyt. (Balaghoh): Syarh ‘Uqudul Juman, Mursyidi. (Tauhid): Ad Dasuqi, Durrul Farid, Al

Milal wan Nukhal. (Tarikh): Tarikh Tsaqofah, Fiqhus siroh. (Tajwid): Al Maq-sod,

Nihayatul Qoulil Mufid. (Tasawuf): Ihya Ulumiddin. (ilmu Tafsir): Mabakhits fi Ulumil

Qur’an, Manna’ Qoththon, Al Itqon, Manahilul ‘Irfan. (Tafsir Ahkam): Rowa-I’ul Bayan,

Al Kayyal Harosi, Ahkamul Quran (Syafi’iy), Ahkamul Quran (Al Jashshosh). (Ilmu

Hadits): Dlowabith Jarh wat Ta’ dil, Qowa’idut Tahdits, Asnal Matholib. (Hadits):

Bukhori. (Hadits Ahkam): Ibanatul Ahkam, Subulus Salam, Kifayatul ‘Allam, Al-

Muwattho’,Nailul Author

Dari tabel di atas dapat terlihat bahawa betapa banyaknya variasi kitab-kitab kuning

yang dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran pada marhalah ulya. Namun demikian

jika dihubungkan dengan standarisasi dalam hal ini dimuadalahkan sebagaimana dilihat

dari Surat Edaran Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Nomor : Dj. 11. 11/V/PP.

007/AZ/28/04, tanggal 9 Januari, 2004, yang diperbarui dengan SE Dirjen Pendis No 940

Tahun 2008 maka dua pesantren ini pada tingkatan marhalah ulyaa pada Pondok Pesantren

As-Salafiyah dapat dimasukan dalam kategori tingkat sekolah menengah Atas (Aliyah)

dikarenakan sebagian kitab-kitab yang diajarkan pada pondok pesantren assalafiyah pada

marhalah ulya terdapat dalam surat edaran tersebut.

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 12: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……

58 | ISSN: 2356-2447-XIII

3. Teknik Menentukan Standar Kitab Kuning

Dalam menentukan kitab kuning yang menjadi acuan, ada kesamaan antara dua buah

pesantren tersebut bahkan mungkin diseluruh pondok pesantren salaf di Indonesia. Otoritas

Kyai dalam hal ini pengasuh utama pondok pesantren menentukan kitab apa sajakah yang

akan diajarkan di pesantren masing-masing. Biasanya pengasuh utama dalam menentukan

standar kitab kuning yang mejadi rujukan di pesantrennnya mengikuti pondok pesantren

tempat pengasuh tersebut menimba ilmu. Sebagai contoh pada Pondok Pesantren As-

Salafiyah Mlangi dimana Kyai Maksudi sebagai pengasuh utamanya. Beliau menyusun

kitab rujukan mengikuti pesantren tempat dimana ia pernah nyantri yaitu Pondok Pesantren

Tegalrejo Magelang baik jenis kitab sampai dengan urutan kitab yang dipelajari. Begitu

juga yang terjadi pada Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak.

Namun demikian pengasuh pondok pesantren bukanlah sosok yang tidak peka

perubahan. Dengan kondisi input santri dengan beragam kemampuan menjadikan

kurikulum di pesantren ikut berubah. Perubahan kurikulum tersebut didasarkan atas

masukan assatidz (dewan guru) melihat kenyataan kondisi yang ada yang mentut perubahan

harus terjadi. Sebagai contoh pada Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak dengan

madrasah salafiyahnya pernah mengalami perubahan kurikulum karena melihat input santri

yang dianggap belum sesuai dengan kualifikasi pondok. Para assatidz melihat jika tidak

dilakukan perubahan kurikulum maka akan mengakibatkan proses pendidikan di pesantren

terancam tidak berhasil. Maka atas masukan para assatidz dan pertimbangan Kyai maka

perubahan kurikulm perlu dilakukan.

Perubahan kurikulum yang dimaksud adalah dibukanya kelas persiapan (halqoh

i’dadiyah) sebelum memasuki jenjang pendidikan utama. Pada awal berdiri madrasah

salafiyah Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak hanya terdiri darri 3 halqoh saja yaitu

ula, tsaniyah dan tsalisa. Akan tetapi seiring berjalannya waktu kualitas intpu santri yang

menuntut ilmu di ponpes tersebut mengalami penurunan. Para santri tidak bisa mengikuti

pelajaran pada halqoh tingkat dasar atau ula. Para assatidz yang menangani langsung proses

pendidikan kemudian melakukan rapat dan masukan kepada pengasuh pesantren dan atas

pertimbangan dan persetujuan pengasuh maka dibukalah kelas persiapan (i’dadiyah).

Begitu juga Pondok Pesantren As-Salafiyah yang sebelumnya tidak menggunakan

tingkat, jenjang atau level pendidikan yang disebut marhalah. Sejak tahun 1985, dilakukan

perubahan dengan menggunakan tingkatan yang disebut dengan markhalah. Penetapan ini

dilakukan oleh para pengasuh dengan persetujuan Kyai, dengan pertimbangan agar

distribusi mata pelajaran bisa tertata, sehingga santri lebih disiplin, setiap tahapan bisa

terkontrol perkembangannya. Namun demekian kitab kuning yang menjadi rujukan masih

tetap. Demikian juga dengan penetapan kitab kuning yang menjadi rujukan setiap

tingkatan, tetap mengacu pada kitab kuning yang dipakai rujukan pada waktu sebelumnya.

4. Standar Penguasaan Kitab Kuning

Bentuk-bentuk penguasaaan kitab kuning di pesantren salaf dapat dilihat dari indikator

keberhasilan pembelajaran. Indikator pembelajaran yang dimaksud adalah kurikulum,

metode pembelajaran dan evaluasi. Kurikulum sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa

pondok pesantren telah menyusun secara tertib materi-materi pelajaran yang akan diberikan

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 13: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Nama Penulis tiap Artikel

Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 59

berdasarkan tingkatan-tingkatan kitab yang disesuaikan dengan jenjang, halqoh, marhalah

dari yang paling mudah kearah yang sulit. Dengan tertibnya penyusunan kurikulum kitab

maka akan mempermudah mentransfer pengetahuan kepada santri pondok pesantren.

Indikator penguasaan kitab kuning berikutnya adalah metode pembelajaran. Metode

pembelajaran yang dilakukan pada Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi dan Pondok

Pesantren Al-Munawwir Krapyak hampir sama yaitu Sorogan dan Bandongan, sedangkan

pada Pondok Pesantren Al-Munawwir ditambah sebuah metode lagi yaitu Musyafahah

untuk materi pengkajian Al-Quran. Ketiga metode tersebut dapat dilakukan baik secara

klasikal maupun non klasikal.

Indikator keberhasilan penguasaan kitab kuning berikutnya adalah evaluasi

pembelajaran. Evaluasi pembelajaran pada Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi dan

Pondok Pesantren Al- Munawwir Krapyak dilakukan dalam beberapa tahap seperti ujian

lisan (Munaqosah), tertulis (kitabah) dan ujian Praktik. Selain hal tersebut pada Pondok

Pesantren As-Salafiyah juga menerapkan sistem ujian berupa hafalan (muhafadhoh).

Adapun pelaksanaannya, bisa dilakukan harian, mingguan, bulanan, semester, dan akhir

tahun, serta akhir. Sistem evaluasi terdiri dari evaluasi pokok dan pelengkap. Evaluasi

Pokok ialah ujian Semester dan ujian mid smester. Sedangkan evaluasi pelengkap meliputi

Tamrin harian, Tamrin akhir fasal, bab dan kitab, serta Penugasan.

Bentuk bentuk ujian yang dipakai sebagaimana telah disebutkan diatas, merupakan

bentuk ujian yang dipakai mayoritas pondok pesantren. Adapun penerapannya adalah:

a. Muhafadhoh/Hafalan (Pondok Pesantren As-Salafiyah Mlangi)

Tes dalam bentuk muhafadzoh digunakan untuk mata pengajian Muhafadzoh dan Juz

‘Amma. Sistem Ujian /tes dengan cara materi dihapalkan semua secara urut dari awal

hingga selesai Peserta diberi nilai sesuai dengan prosentase perolehan bait yang disetorkan,

bila disetorkan dengan lancar. Penilaian diserahkan pada kebijaksanaan penguji, berdasar

ketepatan, kecepatan, kefasihan dan lain-lain. Santri dianggap lancar apabila dalam

menyetorkan hafalannya tidak melakukan kesalahan.

b. Munaqosah

Tes dalam bentuk munaqosah untuk mata pengajian Qiroatul kutub dan karya tulis di

setiap akhir markhalah atau halqoh. Tes ini dilakukan dengan cara peserta diuji oleh

penguji secara bersamaan dalam waktu yang telah ditentukan. Intyi penilaiannya adalah

Bacaan, Makna, Murod, Tatbiq dan Analisa. Tes dalam bentuk lisan juga digunakan pada

waktu tes harian dan mingguan.

c. Kitabah

Tes dalam bentuk kitabah dipakai untuk semua mata pengajian selain Qiroatul kutub

dan muhafadzoh. Materi pelajaran yang diteskan adalah materi pelajaran yang telah

disampaikan Jumlah soal telah ditentukan oleh masing-masing penyusun soal ujian. Naskah

ujian menggunakan bahasa Araba (untuk Pondok Pesantren As-Salafiyah soal ujian dapat

menggunakan bahasa Indonesia) dan berbentuk essay.

f. Praktek Ujian dalam bentuk praktek, mata pengajian yang diujikan hanya khusus Al-Qur’an.

Santri dianggap sudah menguasai kitab. Dengan ujian praktik maka seorang ustadz dapat

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 14: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……

60 | ISSN: 2356-2447-XIII

melihat apakah santri telah dapat menguasi kitab atau belum. Jika ujian praktik berhasil

maka hal tersebut sebagai indikator santri dapat membaca kitab kuning lainnya meskipun

belum pernah diajarkan sebelumnya.

5. Sistem Penilaian dan Kelulusan

Sistem penilaian merupakan bentuk kualitas penguasaan kitab kuning oleh para santri

di pondok pesantren. Sistem penilaian yang dilakukan pada pondok pesantren assalafiyah

dan al munawwir liporkan dalam bentuk raport santri. Namun demikian dalam menilai

kualitas hasil belajar santri dua buah pondok pesantren tersebut menerapkan sistem penilian

yang berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan kebijaksanaan pada masing-masing

pengasuh pondok.

Sistem penilaian yang dilakukan pada Pondok Pesantren Al-Munawwir memerlukan

syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh santri. Syarat tersbut adalah santri harus mengikuti

seluruh kurikulum mata pengajian selama satu tahun dengan presensi minimal 80 persen

kehadiran. Jika syarat tersebut telah dilakukan, santri boleh mengikuti ujian. Adapun nilai

yang diberikan kepada santri diberikan penguji dalam rentang nilai 1- 10 yang kemudian di

kuatkan dengan kualitas huruf A-E. Adapun sitem kenaikan tingkat dan kelulusan syarat

mutlak adalah tidak ada nilai mati dalam mata pelajaran ulumuddin dan bahasa Arab.

Sistem penilaian yang diterapkan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyah didasarkan

pada nilai rata-rata pada setiap bentuk ujian yang diberikan. Bentuk penilaian tersebut

adalah muhafadzoh, kitabah dan munaqosah. Sistem penilaian pada muhafadzoh misalnya,

peserta diberi nilai sesuai dengan prosentase perolehan bait yang disetorkan, bila disetorkan

dengan lancar. Misal dapat 85 % maka nilainya 85. Bila tidak lancar, maka nilainya

dikurangi 5 %. Nilai yang ada di antara prosentase yang terlampir, diserahkan pada

kebijaksanaan penguji, berdasar ketepatan, kecepatan, kefasihan dan lain-lain. Santri

dianggap lancar apabila dalam menyetorkan hafalan tidak melakukan kesalahan tidak lebih

dari 15 kali (untuk hafalan nadhom) atau tidak lebih dari 12 kali (untuk hafalan jurumiyah).

Santri dianggap tidak lancar apabila dalam menyetorkan hafalannya telah melakukan

kesalahan lebih dari 15 kali (untuk hafalan nadhom) atau lebih dari 12 kali (untuk hafalan

jurumiyah). Tes dalam bentuk munaqosah untuk mata pengajian Qiroatul kutub dan karya

tulis di setiap akhir markhalah. Tes ini dilakukan dengan cara peserta diuji oleh dua penguji

secara bersamaan selama minimal 30 menit Kompetensi yang dinilai : Bacaan, Makna,

Murod, Tatbiq dan Analisa. Tes dalam bentuk lesan juga digunakan pada waktu tes harian

dan mingguan. Tes dalam bentuk kitabah dipakai untuk semua mata pengajian selain

Qiroatul kutub dan mukhafadzoh. Materi pelajaran yang diteskan adalah materi pelajaran

yang telah disampaikan Jumlah soal sebanyak 100 butir (50 Teori, 30 Praktek dan 20

Analisa), berbentuk essay dengan menggunakan bahasa Indonesia atau arab. Ujian bersifat

Close Book untuk semua mata pengajian, kecuali : Ilmu Falak dan Tafsir.

F. Kesimpulan

Deskripsi temuan penelitian di atas melahirkan fakta betapa bervariasinya kurikulum,

model penentuan kitab rujukan, orientasi, serta sistem penilaian standarisasi penguasaaan

kitab kuning pada dua buah pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun demikian

dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Page 15: STANDARISASI PENGUASAAN KITAB KUNING DI PONDOK …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Al Qalam/Desember 2014/3.pdf · pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun

Nama Penulis tiap Artikel

Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 61

1. Terkait dengan Kitab kuning yang menjadi rujukan di Pesantren As-Salafiyyah,

jika dilihat dari surat Dirjen Kelembagaan Agama Islam, maka tingkatannya bisa

dikatakan sama, hanya saja kitab kuning yang dipelajari lebih bervariasi

2. Dalam menetapkan standar kitab kuning yang menjadi rujukan, masing-masing

pondok ditentukan pengasuh sebagai tokoh sentral atas masukan assatidz. Kyai

sebagai tokoh sentral merujuk pondok pesantren di mana kyai dulu menuntut ilmu.

3. Orientasi Pondok Pesantren As-salafiyyah dan Pondok Pesantren Al-Munawwir,

jika dilihat dari kitab kuning yang jadi rujukan, maka pondok pesantren ini

berorientasi pada ilmu fiqih, Quran. Pada Pondok Pesantren As-Salafiyah juga

merupakan pondok pesantren yang mempelajarai kajian tasawuf dengan imam

Ghazali sebagai panutannya.

4. Santri dinyatakan sudah menguasai kitab jika telah memenuhi sayarat syarat yang

telah ditentukan saperti syarat ilmu alat, dan menempuh evaluasi hasil belajar

dalam rangka mengetahui kualitas penguasaan kitab para santri.

Daftar Pustaka

Abdillah, Masykuri, Status Pendidikan Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional,

Kompas, edisi 8 Juni 2001

Bruinessen, Martin Van, Kitab Kuning, Books in arabic script used in the pesantren milieu,

jurnal KITLV, Leiden, Netherland 1990

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. LP3ES.

Jakarta. 1982

Hasan, Muhammad Tholhah, Metode Pengajian Kitab di Pesantren: Tinjauan Ulang dalam

Pemahaman Kitab Kuning secara Kontekstual. Jurnal Pesantren No. 1 Vol. VI.

P3M. Jakarta. 1989

Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren, cet I, Jakarta:Cemara Indah,

1978

Ma'lûf, Louis, Kamus Munjid, Beirut: Dâr al-Mishria, 1986

Masyhuri, Abdul Aziz, Mempermodern Kitab Lama dalam Pemahaman Kitab Kuning

secara Kontekstual. Jurnal Pesantren No. 1 Vol. VI. P3M. Jakarta. 1989

Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982

Qomar, Mujamil, Pesantren; dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, Jakarta: Erlangga, tt ,

Muzayin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, Semarang: Toha Putra. tt,

Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986

Zuhri, Saifuddin, Berangkat dari Pesantren, Jakarta: Gunung Agung, 1987.

A.M Wibowo, Yusriati, Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning Di Pondok Pesantren