Standarisasi Na2S2O3 penting

download Standarisasi Na2S2O3 penting

of 9

Transcript of Standarisasi Na2S2O3 penting

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    1/9

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

    A. HASIL PENGAMATAN

    1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 0.1 N

    Kelompok Vol. K2Cr2O7 Vol. Na2S2O3

    7 10 ml 11 ml

    8 10 ml 12.7 ml

    9 10 ml 11.6 ml

    10 10 ml 11 ml

    11 10 ml 12.1 ml

    12 10 ml 10.7 ml

    2. Standarisasi kadar Cu dalam terusi

    Kelompok Vol. Terusi Vol. Na2C2O3

    7 10 ml 6.2 ml

    8 10 ml 5 ml

    9 10 ml 5.2 ml

    10 10 ml 6.3 ml

    11 10 ml 9.8 ml

    12 10 ml 4.8 ml

    B. PERHITUNGAN

    1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 0.1 N

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    2/9

    2. Standarisasi kadar Cu dalam terusi

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    3/9

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Dalam praktikum ini membahas mengenai titrasi tidak langsung yaitu

    iodometri. Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk

    zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan

    mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk

    akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .

    Oksidator + KI I2 + 2e

    I2 + Na2 S2O3 NaI + Na2S4O6

    1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 0.1 N

    Titrasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai normalitas dari

    larutan Na2S2O3. Pertama, siapkan 10 mL K2Cr2O7, lalu ditambahkan dengan

    10 mL H2SO4 dan 8 mL KI 20%. Penambahan KI seharusnya ditambahkan

    sebelum Penambahan H2SO4, tetapi hal ini untuk menghindari terjadinya

    penguapan KI oleh sinar matahari yang akan menyebabkan tidak terjadinyareaksi dan KI sendiri berfungsi untuk pembentukan iodium. Larutan yang

    sudah dicampurkan dengan ketiga larutan tersebut kemudian dititrasi dengan

    Na2S2O3 sampai warna menjadi kuning kehijauan. Lalu tambahkan 0,5 mL

    indikator amilum 1 %. Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini

    adalah indikator amilum 1%. Penambahan amilum yang dilakukan saat

    mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod

    karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa

    semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan

    sifat I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang

    bereaksi dengan titran sehingga warna kuning kehijauan mendadak hilang dan

    perubahannya sangat jelas. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas

    perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas

    warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum

    memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    4/9

    titik akhir titrasi. Warna hijau muda pada hasil titrasi kedua menandakan Cr2+

    sudah benar-benar terbentuk Persamaan Reaksi yang terjadi adalah sebagai

    berikut :

    Cr2O72+ + 14H+ + 6e- 2Cr3+ + 7H2O (x1)

    2I-

    I2 + 2e-

    (x3)

    Cr2O72+

    + 14H+

    + 6I-

    2Cr3+

    + 7H2O + 3I2

    I2 + 2 e-

    2 I-

    S2O32-

    + H2O S2O42-

    + 2H+

    + 2 e-

    I2 + S2O32-

    + H2O 2 I-+ S2O4

    2-+ 2H

    +

    Pada perhitungan, dapat dicari N Na2S2O3 melalui perhitungan dengan

    rumus Grek asam = Grek Basa. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

    Volume Na2S2O3 yang terpakai adalah 11.5167 mL. Normalitas yang

    didapat yaitu 0,0868 N.

    2. Standarisasi kadar Cu dalam terusi

    Titrasi yang selanjutnya yaitu penentuan kada cu dalam terusi (CuSO4).

    Pada penentuan kadar Cu, 10 ml larutan terusi ditambahkan dengan 10mL

    H2SO4dan 8 mL KI 20%. Sama halnya dengan percobaan sebelumnya

    penambahan KI seharusnya ditambahkan sebelum Penambahan H2SO4, tetapi

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    5/9

    hal ini untuk menghindari terjadinya penguapan KI oleh sinar matahari yang

    akan menyebabkan tidak terjadinya reaksi dan KI sendiri berfungsi untuk

    pembentukan iodium. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan Na2S2O3

    hingga warnanya kuning jerami. Warna kuning jerami pada hasil titrasi

    tersebut menandakan bahwa I2 masih ada. Kemudian ditambahkan indikator

    amilum 1%. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir

    titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan

    menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses

    titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang

    mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi

    dengan titran sehingga warna kuning jerami mendadak hilang dan

    perubahannya sangat jelas. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas

    perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas

    warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum

    memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada

    titik akhir titrasi. Pada saat ditambahkan amilum, I2 pada hasil titrasi pertama

    bereaksi dengan amilum. Terbentuknya warna putih susu pada akhir titrasi

    yang menandakan adanya reaksi antara Cu dengan I2. Reaksi yang terjadi padaproses ini adalah sebagai berikut :

    Cu2+

    + e-

    Cu+

    (x2)

    2 I-

    I2 + 2 e-

    (x1)

    2 Cu2+

    + 2 I-

    2 Cu+

    + I2

    Pada perhitungan, dapat dicari kadar Cu melalui perhitungan sebagai

    berikut :

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    6/9

    Volume Na2C2O3 yang terpakai adalah 6.22 mL. Kadar Cu yang didapat

    dari perhitungan tersebut adalah 1.4 %.

    3. Sumber-sumber Kesalahan pada Titrasi Iodometri

    Penguapan I2

    Oksidasi udara

    Adsorpsi I2 oleh endapan

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    7/9

    BAB VI

    KESIMPULAN

    Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat

    yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan

    mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.

    Hasil akhir titrasi dapat terpengaruh oleh ketidaktepatan pengukuran volume

    zat-zat yang digunakan.

    Titrasi akan berakhir pada titik akhir titrasi yaitu pada saat terjadi perubahan

    warna larutan.

    Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi

    dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan

    amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula.

    Normalitas dari Na2S2O3 adalah 0,0868 N.

    Kadar Cu adalah 1.4 %.

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    8/9

    DAFTAR PUSTAKA

    Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.

    Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

    Day , R . A .Jr . dan Underwood , A . I . 1992 .Analisis Kimia Kuantitatif( Edisi

    Kelima). Jakarta . Penerbit Erlangga.

    Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama.

    Jakarta .

    Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.

    Jakarta.

    Rivai, Harrizul. 1995.Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI. Jakarta.

  • 7/24/2019 Standarisasi Na2S2O3 penting

    9/9

    GAMBAR HASIL TITRASI IODOMETRI

    Gambar 1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 0.1 N

    Gambar 2. Penentuan Kadar Cu dalam CuSO4