standarisasi mengkuduu

46
Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat – alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, neraca analitis, pH meter, penangas air, termometer, lempeng logam berdiameter 2,1 cm, jangka sorong, mortir dan stamfer, gunting, pisau cukur, sudip, spatula, dan pot plastik. 3.2 Bahan – bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), Na- CMC (Brataco Chemical), air suling, gliserin, dan gel Bioplacenton ® . 3.3 Hewan Percobaan Hewan yang digunakan adalah kelinci putih jantan dengan berat 1,5 - 2 kg. 3.4 Identifikasi Tumbuhan Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Herbarium Medanense, Departemen Biologi, Fakultas

description

STANDARISASI MENGKUDU

Transcript of standarisasi mengkuduu

Page 1: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat – alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas

laboratorium, neraca analitis, pH meter, penangas air, termometer, lempeng

logam berdiameter 2,1 cm, jangka sorong, mortir dan stamfer, gunting, pisau

cukur, sudip, spatula, dan pot plastik.

3.2 Bahan – bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak buah

mengkudu (Morinda citrifolia L.), Na-CMC (Brataco Chemical), air suling,

gliserin, dan gel Bioplacenton®.

3.3 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan adalah kelinci putih jantan dengan berat 1,5 - 2

kg.

3.4 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Herbarium

Medanense, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Page 2: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

3.5 Pembuatan Simplisia

3.5.1 Pengambilan dan pengolahan sampel

Pengambilan dan pengolahan sampel akan dilakukan secara purposive

tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama di daerah lain. Sampel

diambil dari pohon yang tumbuh di sekitar lingkungan perumahan di Jl. Jermal,

Kelurahan Denai, Kecamatan Medan Denai, Medan, Sumatera Utara.

3.5.2 Pengolahan simplisia

Simplisia yang diperoleh dicuci lalu ditiriskan. Setelah kering, simplisia

ditimbang dan dicatat sebagai berat basah simplisia, kemudian dirajang.

Dimasukkan ke dalam lemari pengering. Setelah kering, ditimbang, dan

dihitung susut pengeringan simplisia.

3.6 Standardisasi Simplisia

Standardisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik,

pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air dengan metode azeotropi

(WHO, 1998), penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut

dalam etanol (Ditjen POM, 1979), penetapan kadar abu total, dan penetapan

kadar abu tidak larut asam (Ditjen POM, 2008).

3.6.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati sifat morfologi

luar simplisia berupa irisan buah, berwarna cokelat, berbau khas, rasa sedikit

pahit, dengan ketebalan ± 1 cm, diameter 3-5 cm, dengan tonjolan-tonjolan biji

(Ditjen POM, 2008).

Page 3: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

3.6.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisa buah

mengkudu. Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi

dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian

diamati di bawah mikroskop. Fragmen pengenal adalah testa, serabut, epikarp,

dan endokarp (Ditjen POM, 2008).

Serbuk: Berwarna hitam kecoklatan.

3.6.3 Penetapan kadar air simplisia

Dimasukkan 5 gram simplisia yang telah ditimbang dengan seksama ke

dalam labu alas bulat yang berisi 200 ml toluen dan 2 ml air, lalu dipanaskan

hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2

tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian

kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes setiap detik. Setelah semua air

terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi

dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin

pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca

dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan

kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung

dalam persen (Ditjen POM, 1979).

3.6.4 Penetapan kadar sari larut air

Ditimbang seksama 5 g serbuk simplisia, dimasukkan ke dalam labu

bersumbat, ditambahkan dengan 100 ml air jenuh kloroform, dikocok berkali-

berkali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam. Disaring, diuapkan 20

Page 4: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

ml filtrat hingga kering di dalam cawan berdasar rata yang telah dipanaskan

105oC dan ditara. Dipanaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap.

Dihitung kadar dalam % sari larut air (Ditjen POM, 2008).

3.6.5 Penetapan kadar sari larut etanol

Ditimbang seksama 5 g serbuk simplisia, dimasukkan ke dalam labu

bersumbat, ditambahkan 100 ml etanol (95% P), dikocok berkali-kali selama 6

jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring, diuapkan 20 ml

filtrat hingga kering dalam cawan berdasar rata yang telah dipanaskan 105oC

dan ditara. Dipanaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Dihitung

kadar dalam % sari larut etanol (Ditjen POM, 2008).

3.6.6 Penetapan kadar abu total

Ditimbang seksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah dihaluskan dan

dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, dipijarkan

perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang.

Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air

panas, diaduk, disaring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan kertas

saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat ke

dalam krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total

dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (Ditjen POM,

2008).

3.6.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Dididihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dengan

25 ml asam klorida encer LP selama 5 menit. Dikumpulkan bagian yang tidak

Page 5: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

larut dalam asam, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air

panas, dipijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut

dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (Ditjen

POM, 2008).

3.7 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia mengkudu dilakukan terutama pemeriksaan

senyawa saponin dengan mengocok ekstrak alkohol-air dari tumbuhan dengan

air dalam tabung reaksi dan diperhatikan pembentukan busa tahan lama pada

permukaan cairan (Harborne, 1987).

3.7.1 Skrining fitokimia golongan alkaloida

Ditimbang 500 mg serbuk simplisia, ditambahkan 1 ml asam klorida 2

N dan 9 ml air, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan,

dan disaring. Filtrat dipindahkan masing-masing 3 tetes ke dalam 3 spot plate

atau tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes larutan pereaksi Meyer, Bouchardat

dan Dragendorf. Jika terdapat alkaloid maka akan terbentuk endapan

menggumpal putih atau kuning dengan LP Meyer, endapan coklat sampai

hitam dengan LP Bouchardat, dan endapan kuning jingga dengan LP

Dragendorf. Simplisia dikatakan mengandung alkaloid apabila 2 dari 3 reaksi

memberikan reaksi positif.

Dilanjutkan percobaan dengan mengocok sisa filtrat dengan 3 ml

amonia pekat dan 10 ml campuran eter-kloroform (3:1), diambil fase organik

dan ditambahakn natrium sulfat anhidrat, disaring. Diuapkan filtrat di atas

penangas air, dilarutkan sisa dalam sedikit asam klorida 2 N. Dilakukan

Page 6: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

percobaan dengan menambah ketiga larutan pereaksi. Simplisia dikatakan

mengandung alkaloid apabila 2 dari 3 reaksi memberikan reaksi positif (Ditjen

POMb, 1995).

3.7.2 Skrining fitokimia golongan glikosida

Ditimbang 3 g serbuk simplisia dan dimasukkan ke dalam labu,

ditambahkan 30 ml campuran etanol 95% - air (7:3), ditambahkan asam sulfat

hingga diperoleh pH larutan 2, kemudian direfluks dengan menggunkan

pendingin bola selama 10 menit, dinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat

ditambahkan 25 ml air dan 25 ml larutan timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok,

didiamkan selama 5 menit, disaring. Diekstrasi filtrat sebanyak 3 kali, tiap kali

dengan 20 ml campuran pelarut kloroform – isopropanol (3:2) kemudian

diperoleh dua lapisan cairan. Dikumpulkan masing-masing sari yang terdiri

dari sari air dan sari pelarut organik. Pada kumpulan sari pelarut organik

ditambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring, diupkan pada suhu tidak lebih

dari 50o C. Dilarutkan sisa dengan 2 ml etanol.

Uji terhadap senyawa gula:

Dimasukkan sari air ke dalam tabung reaksi, diuapkan di atas penangas air.

Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes LP Molisch. Ditambahkan 2 ml

asam sulfat pekat, terbentuk seperti cincin berwarna ungu pada batas cairan

menunjukkan adanya ikatan gula.

Uji terhadap senyawa non gula:

Page 7: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

Diuapkan sari pelarut organik di atas penangas air, dilarutkan sisa dalam 5 tetes

asam cuka anhidrat. Ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat, terbentuk larutan

berwarna biru, hijau, merah ungu atau ungu (Ditjen POMb, 1995).

3.7.3 Skrining fitokimia golongan glikosida sianogenik

Ditimbang 10 g simplisia, dihaluskan dalam lumpang dan dilembabkan

dengan sedikit air dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kertas saring yang

telah dibasahi dengan larutan asam pikrat diselipkan dengan bantuan gabus

pada mulut erlenmeyer. Dibiarkan terkena sinar matahari. Timbulnya warna

merah pada kertas saring menunjukkan adanya glikosida sianogenik (Ditjen

POMb, 1995).

3.7.4 Skrining fitokimia golongan glikosida antrakuinon

Dicampurkan 200 mg serbuk simplisia dengan 5 ml asam sulfat 2 N,

dipanaskan sebentar, didinginkan. Ditambahkan 10 ml benzena P, dikocok,

didiamkan. Dipisahkan lapisan benzena, disaring; filtrat berwarna kuning,

menunjukkan adanya antrakinon. Dikocok lapisan benzena dengan 1 ml sampai

2 ml natrium hidroksida 2 N, didiamkan; lapisan air berwarna merah intensif

dan lapisan benzena tidak berwarna (Ditjen POMb, 1995).

3.7.5 Skrining fitokimia golongan saponin

Dimasukkan 0,5 g serbuk simplisia yang diperiksa ke dalam tabung

reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat

selama 10 detik; terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit

setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih

tidak hilang (Ditjen POMb, 1995).

Page 8: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

3.7.6 Skrining fitokimia golongan tanin

Ditimbang 0,5 g serbuk simplisia, dimaserasi dengan aquades 10 ml

selama 15 menit. Disaring, filtrat diencerkan dengan akuades sampai hampir

tidak berwarna. Diambil 2 ml filtrat, ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 10%.

Diperhatikan warna yang terjadi; biru atau hijau menunjukkan adanya tanin.

3.7.7 Skrining fitokimia golongan flavonoida

Disari 0,5 g serbuk simplisia yang diperiksa, ditambahkan 10 ml

metanol P menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit. Disaring panas

melalui kertas saring berlipat, diencerkan filtrat dengan 10 ml air. Setelah

dingin, ditambahkan 5 ml eter minyak tanah P, dikocok hati-hati, didiamkan.

Diambil lapisan metanol, diuapkan pada suhu 40o C di bawah tekanan. Sisa

dilarutkan dalam 5 ml etil asetat P, disaring.

1. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan , sisa dilarutkan dalam 1

ml sampai 2 ml etanol (95%) P, ditambahkan 0,5 g serbuk seng P dan 2 ml

asam klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10 tetes asam

klorida pekat P, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah

intensif menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol).

2. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, dilarutkan sisa dalam 1

ml etanol (95%) P, ditambahkan 0,1 g serbuk magenesium P dan 10 tetes

asam klorida pekat P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu

menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga

menunjukkan adanya flavon, kalkon, dan auron.

Page 9: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

3. Diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, dibasahkan sisa dengan

aseton P, ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus

asam oksalat P, dipanaskan hati-hati di atas penangas air dan dihindari

pemanasan yang berlebihan. Dicampur sisa yang diperoleh dengan 10 ml

eter P. Diamati dengan sinar ultraviolet 366 nm; larutan berflurosensi

kuning intensif, menunjukkan adanya flavonoid (Ditjen POMb, 1995).

3.7.8 Skrining fitokimia golongan triterpen/steroid

Ditimbang 1 g serbuk simplisia, ditambahkan eter lalu didiamkan

selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisanya

ditambahkan asam asetat anhidrida kemudian diteteskan dengan asam sulfat

pekat. Timbulnya warna ungu dan merah kemudian berubah menjadi hijau biru

menunjukkan adanya triterpen/steroida.

3.8 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak dilakukan menggunakan metode perkolasi dengan

etanol 70%. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dipilih yang matang,

disortasi basah, dicuci bersih, ditiriskan, diiris dengan ketebalan 3-5 mm, lalu

dikeringkan di oven pada suhu 40-60°C. Simplisia kering diserbuk dengan

menggunakan mesin penyerbuk (Pratiwi, dkk., 2011). Ditimbang simplisia

dan dimaserasi dengan etanol 70%, didiamkan 3 jam. Massa kemudian

dipindahkan ke dalam perkolator, kemudian ditambahkan pelarut etanol 70%

sampai simplisia benar-benar terendam. Ditutup perkolator dan didiamkan

selama 24 jam. Dibuka keran perkolator sehingga perkolat menetes, sementara

cairan penyari ditambahkan berulang-ulang secukupnya. Perkolasi dihentikan

setelah

Page 10: standarisasi mengkuduu

R/ Ekstrak buah mengkudu 0,5 gNa-CMC 0,2 gMetil paraben 0,018 gAir suling 4 mlGliserin ad 10 g

Universitas Sumatera Utara

cairan yang keluar telah jernih atau setelah 500 mg perkolat diuapkan tidak

meninggalkan sisa. Perkolat yang ditampung kemudian disatukan dan diuapkan

dengan rotari evaporator pada suhu tidak lebih dari 50oC hingga diperoleh

ekstrak kental.

3.9 Pembuatan Sediaan Gel

Sediaan gel diorientasi menggunakan tiga jenis formula basis untuk

memperoleh sediaan gel yang baik.

- Formula I (Agoes, 2008)R/ Carbomer 941 0,5%

Gliserin 10,0%TEA 0,5%Air 89,0%Metil paraben 0,18%

- Formula II (Maryawati, 2006)R/ HPMC 3%

Propilenglikol 15%Metil paraben 0,18%Air suling ad 100

- Formula III (Susanti, 2009)R/ Na-CMC 2%

Metil paraben 0,18%Air suling 2%Gliserin ad 100

Dari ketiga jenis formula basis, konsistensi gel yang diamati secara

visual paling baik adalah formula basis gel ketiga.

Pembuatan sediaan gel dilakukan dengan komposisi yang sesuai dengan

orientasi yang dilakukan sebelumnya.

Page 11: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1 Formula gel dengan variasi konsentrasi ekstrak buah mengkudu

BahanFormula gel (g)

A B C D E F G H IEkstrak

buah mengkudu

- 0,1 0,3 0,5 0,7 0,9 1,1 1,3 1,5

Na-CMC 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2Metil

paraben0,018 0,018 0,018 0,018 0,018 0,018 0,018 0,018 0,018

Air suling 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Gliserin ad 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Keterangan: A = dasar gel tanpa ekstrak buah mengkuduB = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 1% C = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 3% D = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 5% E = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 7% F = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 9%G = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 11% H = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 13% I = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 15%

Sediaan gel dibuat dengan komposisi berdasarkan hasil orientasi yaitu

sediaan gel yang memberikan efek penyembuhan terbaik yaitu menggunakan

gel yang mengandung ekstrak buah mengkudu 5% yang diperoleh dalam 13

hari.

3.10 Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan organoleptik, homogenitas, dan

pemerikssan pH selama 28 hari, yaitu pada hari ke 1, 3, 5, 7, 14, 21, dan 28

hari (Herdiana, 2007).

3.10.1 Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau yang diamati

secara visual (Maryawati, 2006).

Page 12: standarisasi mengkuduu

Universitas Sumatera Utara

3.10.2 Uji homogenitas

Uji homogenitas akan dilakukan dengan menggunakan objek gelas.

Sejumlah tertentu sediaan jika diletakkan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang

homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.10.3 Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. pH

meter dikalibrasi dengan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu gram sediaan yang

akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 ml. Elektroda pH meter

dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, dibiarkan jarum pH meter

bergerak sampai menunjukkan posisi yang tetap. pH yang ditunjukkan jarum

dicatat (Maryawati, 2006).

3.11 Pengujian Sediaan Gel terhadap Penyembuhan Luka Bakar

Kelinci dicukur bulu bagian punggungnya. Luka bakar pada kelinci

dilakukan dengan menempelkan lempeng besi berdiameter 2,1 cm yang telah

dipanaskan dalam penangas air dengan suhu 80oC selama 15 menit pada

punggung kelinci selama 10 detik. Pada kulit yang mengalami luka bakar

tersebut dioleskan sediaan secara merata pada permukaan luka. Pengamatan

dilakukan secara visual dengan memperhatikan perubahan diameter luka. Luka

dinyatakan sembuh jika diameter luka sudah nol (sudah tertutup). Luka bakar

yang terbentuk adalah luka bakar derajat I.

Page 13: standarisasi mengkuduu

t:

d

Universitas Sumatera Utara

3.12 Perhitungan Diameter Luka Bakar

Luka bakar yang terbentuk diukur menggunakan jangka sorong,

kemudian dihitung diameter luka bakar dihitung dengan rumus (Suratman,

dkk., 1996) sebagai berikut:

dx d 1 d 2 d 3 d 4

4Dimana: dx = diameter luka hari ke-x

d1 = diameter 1d2 = diameter 2d3 = diameter 3d4 = diameter 4

Cara mengukur diameter luka bakar menurut Suratman, dkk (1996) dapat

dilihat pada gambar beriku

d2 d3

4

d1

Gambar 3.1 Cara mengukur diameter luka bakar

3.13 Analisis Data

Data hasil pengujian efek sediaan gel ekstrak buah mengkudu terhadap

perubahan diameter rata-rata luka bakar dianalisis secara statistik

menggunakan Uji T dengan program Statistical Product Services Solution

(SPSS) dengan taraf kepercayaan 95%.

Page 14: standarisasi mengkuduu

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium Herbarium

Medanense, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Sumatera Utara adalah tumbuhan mengkudu (Morinda

citrifolia L.) famili Rubiaceae.

Berat basah simplisia yang diperoleh adalah 5 kg. Setelah simplisia

mengering, berat yang diperoleh adalah 800 g.

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia diperoleh sifat morfologi luar

simplisia yaitu berwarna cokelat, berbau khas, rasa sedikit pahit, diameter 3-5

cm dan terdapat tonjolan-tonjolan biji. Hasil pemeriksaan mikroskopik ditandai

dengan adanya fragmen pengenal yaitu testa, serabut, epikarp dan endokarp

(Ditjen POM, 2008).

Penetapan kadar air simplisia yang telah dilakukan menunjukkan kadar

air simplisia yang diperoleh adalah 9,32%. Kadar air simplisia ini memenuhi

persyaratan untuk kadar air buah yaitu tidak lebih dari 10%. Kadar sari larut

air yang diperoleh adalah 39,79% dan telah memenuhi persyaratan kadar sari

larut air untuk simplisia buah mengkudu yaitu tidak kurang dari 37,0%. Hasil

penetapan kadar sari larut etanol adalah 16,66%. Hasil ini sesuai persyaratan

kadar sari larut etanol untuk simplisia buah mengkudu yaitu tidak kurang dari

16,0% (Ditjen POM, 2008).

Hasil penetapan kadar abu total simplisia buah mengkudu diperoleh

6,89%. Hasil ini memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 7,0%. Kadar abu

Page 15: standarisasi mengkuduu

tidak larut asam simplisia buah mengkudu yang diperoleh adalah 0,99%. Hasil

ini memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 2,0% (Ditjen POM, 2008).

Skrining fitokimia simplisia dilakukan untuk mengetahui secara

kualitatif senyawa-senyawa yang terkandung dalam suatu simplisia. Hasil

skrining fitokimia dari simplisia buah mengkudu diperoleh yaitu simplisia

mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, glikosida antrakinon, saponin, dan

triterpenoid. Saponin yang terkandung dalam mengkudu merupakan salah satu

senyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang

berperan dalam proses penyembuhan luka (Suratman, dkk., 1996). Saponin

juga mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk

penyembuh luka terbuka (luka bakar) (Robinson, 1995).

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode perkolasi menggunakan

etanol 70%. Sebanyak 350 g serbuk simplisia diekstrak dan dihasilkan ekstrak

kental dengan berat 18,0005 g.

Sediaan gel menggunakan Na-CMC sebagai bahan dasar gel. Na-CMC

digunakan terutama untuk meningkatkan viskositas sediaan. Larutan cair kental

digunakan untuk meningkatkan kelarutan serbuk pada aplikasi topikal

(Anonim, 2008).

Hasil evaluasi sediaan gel ekstrak buah mengkudu secara organoleptis

selama waktu penyimpanan 28 hari pada suhu kamar menunjukkan tidak

terjadinya perubahan bentuk, warna, dan bau, seperti terlihat pada Tabel 4.1

berikut ini.

Page 16: standarisasi mengkuduu

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan organoleptis sediaan gel ekstrak buah mengkudu selama 28 hari pada suhu kamar.

Pengamatan HariGel

A B C D E F G H I

Bentuk

1 - - - - - - - - -3 - - - - - - - - -5 - - - - - - - - -7 - - - - - - - - -

14 - - - - - - - - -21 - - - - - - - - -28 - - - - - - - - -

Warna

1 - - - - - - - - -3 - - - - - - - - -5 - - - - - - - - -7 - - - - - - - - -

14 - - - - - - - - -21 - - - - - - - - -28 - - - - - - - - -

Bau

1 - - - - - - - - -3 - - - - - - - - -5 - - - - - - - - -7 - - - - - - - - -

14 - - - - - - - - -21 - - - - - - - - -28 - - - - - - - - -

Keterangan: + = terjadi perubahan- = tidak terjadi perubahanA = dasar gel tanpa ekstrak buah mengkuduB = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 1% C = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 3% D = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 5% E = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 7% F = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 9%G = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 11% H = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 13% I = gel dengan kadar ekstrak buah mengkudu 15%

Hasil uji homogenitas yang dilakukan pada gel ekstrak buah mengkudu

selama waktu penyimpanan 28 hari pada suhu kamar menunjukkan bahwa

sediaan tetap homogen.

Page 17: standarisasi mengkuduu

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan gel ekstrak buah mengkudu selama 28 hari pada suhu kamar

Homogenitas Hari 1 Hari 3 Hari 5 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28

Dasar gel - - - - - - -

Gel 1% - - - - - - -

Gel 3% - - - - - - -

Gel 5% - - - - - - -

Gel 7% - - - - - - -

Gel 9% - - - - - - -

Gel 11% - - - - - - -

Gel 13% - - - - - - -

Gel 15% - - - - - - -

Keterangan: + = terjadi perubahan- = tidak terjadi perubahan

Hasil pemeriksaan pH pada sediaan gel buah mengkudu selama 28 hari

pada suhu kamar menunjukkan adanya perubahan pH selama penyimpanan.

Hal ini disebabkan terjadinya hidrolisis senyawa yang bersifat asam pada

ekstrak buah mengkudu selama penyimpanan. Namun, harga pH ini masih

sesuai dengan persyaratan pH yang aman untuk kulit yaitu antara pH 4,5

hingga 6,5 (Anief, 2007).

Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan pH sediaan gel ekstrak buah mengkudu selama 28 hari pada suhu kamar

Pengamatan pH Hari 1 Hari 3 Hari 5 Hari 7 Hari 21 Hari 28Dasar gel 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8Gel 1% 5,2 5,2 5,2 5,2 5,1 5,1Gel 3% 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,1Gel 5% 5,5 5,5 5,5 5,5 5,3 5,3

Gel 7% 5,5 5,5 5,3 5,3 5,1 5,1

Gel 9% 5,5 5,5 5,3 5,3 5,2 5,2

Gel 11% 5,5 5,5 5,2 5,2 5,2 5,2

Gel 13% 5,5 5,5 5,3 5,2 5,2 5,2

Page 18: standarisasi mengkuduu

Gel 15% 5,5 5,5 5,3 5,1 5,1 5,1

Hasil pengujian sediaan gel ekstrak buah mengkudu terhadap luka

bakar pada hewan percobaan (kelinci) yaitu luka bakar yang dibuat adalah luka

bakar derajat I ditunjukkan dengan adanya kerusakan terbatas pada bagian

superfasial epidermis yang disebabkan oleh panas dengan ciri-ciri kulit kering,

hiperemik, memberikan eflorosensi berupa eritema (kulit kemerahan), tidak

dijumpai bula, dan nyeri karena ujung-ujung saraf sensori teriritasi. Tempat

aplikasi sediaan dilakukan pada bagian punggung kelinci. Perubahan diameter

luka bakar diukur sampai luka dinyatakan sembuh (diameter luka = 0) untuk

masing-masing perlakuan. Dari data perubahan diameter luka bakar dengan

interval waktu pengukuran 1 hari, kemudian dilakukan analisis data

menggunakan Uji T untuk melihat ada tidaknya perbedaan efek penyembuhan

luka bakar dari sediaan gel ekstrak buah mengkudu dengan sediaan gel yang

ada di pasaran.

Dari data hasil orientasi perubahan luka bakar dari kontrol negatif,

kontrol negatif yang diberi dasar gel, dan gel ekstrak buah mengkudu dapat

dibuat grafik sebagai berikut:

Page 19: standarisasi mengkuduu

Har

i

353025

2015

1050

Perlakuan

Gambar 4.1 Grafik lama waktu penyembuhan pada masing-masing perlakuanDari grafik dapat dilihat bahwa gel yang memberi waktu penyembuhan

paling cepat adalah gel dengan kadar ekstrak 5%. Pada pemberian gel ekstrak

buah mengkudu 5% luka bakar sembuh (diameter = 0) pada hari ke-13. Pada

pemberian gel ekstrak buah mengkudu 1, 3, 7, 9, 11, 13 dan 15% masing-

masing sembuh pada hari ke-19, 18, 15, 15, 15, 15 dan 17. Waktu

penyembuhan ini lebih baik dibandingkan kontrol negatif yang hanya diberi

basis gel, yaitu luka sembuh pada hari ke-26 dan kontrol negatif yang tidak

diberi basis gel yaitu pada hari ke-31.

Berdasarkan hasil orientasi tersebut kemudian dibandingkan sediaan gel

dari ekstrak buah mengkudu yang memberikan efek penyembuhan terbaik (gel

ekstrak buah mengkudu 5%) dan kemudian dibandingkan dengan sediaan gel

yang ada di pasaran (Bioplacenton®).

Page 20: standarisasi mengkuduu

Dia

met

er (c

m) 8

6

4

2

0

2‐

4‐

6‐0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Hari

Gel Ekstrak Buah Mengkudu 5% Bioplacenton®

Gambar 4.2 Grafik perbedaan waktu penyembuhan luka bakar dari sediaan gel ekstrak buah mengkudu 5% dengan sediaan gel di pasaran (Bioplacenton®)

Dari grafik terlihat bahwa secara visual dari ketiga sediaan gel yang

mengandung ekstrak buah mengkudu 5% memperlihatkan kesembuhan yang

paling cepat pada hari ke-13 dan yang diberikan gel yang ada di pasaran

(Bioplacenton®) memperlihatkan kesembuhan pada hari ke-10.

Pada penelitian ini, AUC diperoleh dari kurva diameter (cm) vs waktu

(hari) dan digunakan untuk analisis data. Adanya efek dari senyawa aktif

ditunjukkan oleh penyembuhan luka bakar yang ditandai dengan pengecilan

diameter luka setiap harinya sampai luka sembuh. Nilai AUC dari gel ekstrak

buah mengkudu 5% dan Bioplacenton® dapat dilihat dalam Tabel 4.4 berikut

ini.

Page 21: standarisasi mengkuduu

Tabel 4.4 Nilai AUC gel ekstrak buah mengkudu 5% dan Bioplacenton®

NAUC0-t (cm.hari)

Gel ekstrak buah mengkudu 5% Bioplacenton®

1 14.019 12,1362 22.197 12,9853 23.508 14,334

Mean ± SD 19,908 ± 5,142 13,371 ± 1,468

Keterangan: N = jumlah dataMean = nilai rata-rataSD = standard deviasi

Penggunaan AUC dapat menyederhanakan analisis statistikal dengan

mengubah data multivariat menjadi univariat, khususnya untuk beberapa

pengukuran berulang yang banyak dan jika penyimpulan informasi diperlukan.

Pendekatan ini juga mengurangi jumlah perbandingan statistik di antara

kelompok, meminimalkan kebutuhan penyesuaian dari tingkat signifikansi.

Dengan AUC, jumlah perbandingan statistik hanya bergantung pada jumlah

kelompok yang dibandingkan, yang bertentangan dengan data berulang asli.

Selain itu, ketika interval waktu antara pengukuran berulang tidak identik,

penggunaan AUC membuktikan suatu alternatif dari variansi analisa

pengukuran berulang, menggunakan data asli, tidak memiliki metode yang

telah terbukti untuk disesuaikan untuk perbedaan-perbedaan ini (Fekedulegn, et

al, 2007).

Hasil analisis data menggunakan Uji T menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan signifikan terhadap efek penyembuhan luka bakar antara

sediaan gel ekstrak buah mengkudu 5% dengan sediaan gel yang ada di pasaran

(Bioplacenton®) yang ditunjukkan oleh nilai t hitung < t tabel (t hitung = 2,117

dan t tabel = 2,1318). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan gel ekstrak buah

Page 22: standarisasi mengkuduu

mengkudu 5% dengan sediaan gel Bioplacenton® mempunyai efek yang sama

dalam menyembuhkan luka bakar.

Proses penyembuhan luka bakar terdiri dari 3 fase yaitu fase inflamasi,

fase proliferasi, dan fase penyudahan (terminasi). Fase inflamasi ditandai

dengan adanya pembengkakan dan kemerahan, fase proliferasi ditandai dengan

adanya pembentukan eksudat dan fibroblast yang terlihat seperti kerak pada

bagian permukaan luka, dan fase penyudahan yang ditandai dengan

terbentuknya jaringan baru yang berarti luka mengecil ataupun sembuh

(Sjamsuhidajat dan Wim, 1997).

Proses penyembuhan luka bakar pada pemberian gel yang mengandung

ekstrak buah mengkudu 5% mengalami fase inflamasi pada hari ke-2 sampai

ke-4, fase proliferasi pada hari ke-5 sampai ke-7, dan fase penyudahan pada

hari ke-8 sampai ke-13. Sedangkan pada pemberian gel yang ada di pasaran

(Bioplacenton®), fase inflamasi terjadi pada hari ke-1 sampai ke-2, fase

proliferasi pada hari ke-3 sampai ke-9, dan fase penyudahan pada hari ke-10.

Proses penyembuhan luka bakar dari kedua sediaan dapat dilihat dalam Tabel

4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Proses penyembuhan luka bakar dari gel ekstrak buah mengkudu 5%dan sediaan gel di pasaran (Bioplacenton®)

HariGel ekstrak buah mengkudu 5% Bioplacenton®

Fase FaseInflamasi Proliferasi Penyudahan Inflamasi Proliferasi Penyudahan

0 - - - - - -1 - - - + - -2 + - - + - -3 + - - - + -4 + - - - + -5 - + - - + -

Page 23: standarisasi mengkuduu

6 - + - - + -7 - + - - + -8 - - + - + -9 - - + - + -

10 - - + - - +11 - - +12 - - +13 - - +

Keterangan: + = terjadi perubahan fase- = tidak terjadi perubahan fase

Page 24: standarisasi mengkuduu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak buah mengkudu dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel

yang baik yaitu gel ekstrak buah mengkudu 5%.

2. Tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap efek penyembuhan luka

bakar antara sediaan gel ekstrak buah mengkudu 5% dengan sediaan gel

di pasaran (Bioplacenton®) secara statistika yang ditunjukkan dari nilai

t hitung < t tabel (t hitung = 2,117 dan t tabel = 2,1318).

5.2 Saran

1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh tempat

pengolesan dari sediaan terhadap absorpsi obat.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan

sediaan lain dari ekstrak buah mengkudu 5% dan membandingkan efek

dari masing-masing bentuk sediaan.