STANDAR PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT...
Transcript of STANDAR PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT...
28
6. Siswa DO
a. SD/MI L
P
b. SMP/MTs L
P
c. SMA/MA/SMK L
P
…………………… Penyelenggara, ……………………..
* (Coret salah satu)
STANDAR PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT
(PKBM)
DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
27
G. Format Data Penduduk Menurut Usia Sekolah, Lembaga Pendidikan Formal dan Nonformal
Provinsi : ………………………………………….. Kabupaten/Kota* : ………………………………………….. Kecamatan : ………………………………………….. Kelurahan/Desa* : …………………………………………..
No Indikator Komponen Indikator Jumlah Keterangan a. Usia : 0 - 3 Tahun L
P b. Usia : 4 - 6 Tahun L
P c. Usia : 7 - 14 Tahun L
P d. Usia : 15 - Tahun
ke atas L P
2. Jumlah buta aksara L P
3. Jumlah Lembaga Pendidikan Formal
TK L… ; P …. SD L…. ; P …. SMP/Sederajat L…. ; P …. SMA/Sederajat L… ; P ….
4. Program pendidikan kesetaraan
Paket A …. klp Jumlah … Paket B …. klp Jumlah … Paket C ….klp Jumlah …
5. Program pendidikan keaksaraan
Keaksaraan fungsional ….klp Jumlah ……
26
F. Format Data Jenis Usaha Provinsi : ………………………………………….. Kabupaten/Kota* : ………………………………………….. Kecamatan : ………………………………………….. Kelurahan/Desa* : ………………………………………….. PKBM : …………………………………………..
No. Jenis Usaha
Tahun Mulai Berjalan
Target Pemasaran
Volume penjualanseTahun
(rata2), Rp
Status (Aktif/Tdk) Ket.
…………………… Penyelenggara, ……………………..
* (Coret salah satu)
i
KATA PENGANTAR
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal PAUDNI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam tugas dan fungsinya, melaksanakan pembinaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal.
PKBM yang dirintis sejak Tahun 1998 dalam perkembangannya telah menunjukkan kemajuan-kemajuan, meskipun diakui masih terdapat beberapa keterbatasan yang harus terus menerus dibenahi. Kemajuan PKBM terlihat dari peningkatan jumlahnya, yang pada awal rintisan hanya terdapat 50 PKBM, dewasa ini telah berkembang menjadi sekitar 9000 PKBM (2013). Keberadaan PKBM makin kuat ketika diterbitkannya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal. Keberadaan PKBM dalam konstitusi diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak mungkin dapat terpenuhi melalui satuan-satuan pendidikan lainnya.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat berupaya meningkatkan peran PKBM melalui penerbitan buku NSPK Standar PKBM. Buku ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pembina, pengelola, dan pihak lainnya yang berkepentingan bagi pembinaan dan pengembangan PKBM di seluruh tanah air.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan perannya dalam penyusunan buku ini. Semoga Tuhan YME memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Jakarta, April 2014 Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Dr. Wartanto. NIP 196310091989031001
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................. i Daftar isi ...................................................................................................... ii Bab IPendahuluan ........................................................................................ 1
a. Latar Belakang ................................................................................. 1 b. Dasar Hukum ................................................................................... 4 c. Maksud dan Tujuan .......................................................................... 4
Bab II Konsep Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ....................................... 6 a. Pengertian PKBM ............................................................................ 6 b. Prinsip PKBM .................................................................................. 7 c. Pemangku Kepentingan PKBM ...................................................... 11 d. Komunitas Layanan ........................................................................ 13
Bab III Standar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat .................................... 14
Bab III Penutup ........................................................................................ 18 lampiran .................................................................................................... 19
25
E. Format Data Narasumber Teknis Provinsi : ………………………………………….. Kabupaten/Kota* : ………………………………………….. Kecamatan : ………………………………………….. Kelurahan/Desa* : ………………………………………….. PKBM : ………………………………………….. Tutor : Keaksaraan/Paket A/Paket B/Paket C
No. Nama L/P Pendidikan Terakhir
Status Kepegawaian Jabatan Domisili Sertifikat&P
enghargaan
…………………… Penyelenggara, ……………………..
* (Coret salah satu)
24
D. Format Data Tutor Provinsi : ………………………………………….. Kabupaten/Kota* : ………………………………………….. Kecamatan : ………………………………………….. Kelurahan/Desa* : ………………………………………….. PKBM : ………………………………………….. Tutor : Keaksaraan/Paket A/Paket B/Paket C
No. Nama L/P Pendidikan Terakhir
Status Kepegawaian Jabatan Domisili Sertifikat&P
enghargaan
…………………… Penyelenggara, ……………………..
* (Coret salah satu)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pendidikan Nonformal (PNF) pada hakikatnya merupakan pendidikan
yang diselenggarakan di luar jalur sekolah (pendidikan formal), baik yang
berjenjang maupun tidak berjenjang, dilembagakan ataupun belum
dilembagakan, berkesinambungan ataupun tidak berkesinambungan yang
berlangsung sepanjang hayat.
Salah satu ciri yang membedakan dengan pendidikan formal adalah
fleksibilitas dalam hal usia peserta didik, kualifikasi pendidik, waktu belajar
dan tempat pembelajaran. PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan
nonformal awalnya dirancang sebagai pusat, tempat dan/atau ajang belajar
masyarakat sehingga terbentuk masyarakat pembelajar (learning society).
Oleh karena itu agar PKBM benar-benar dapat menumbuhkembangkan
masyarakat pembelajar, sangat diperlukan adanya penguatan kelembagaan,
peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, peningkatan
kelayakan sarana dan prasarana, penyelenggaraan keuangan yang transparan
dan akuntabel. Buku NSPK penyelenggaraan PKBM ini dimaksudkan
sebagai acuan bagi peningkatan kinerja PKBM.
PKBM yang baik akan lebih responsif dan berdaya dalam melaksanakan
fungsinya secara optimal, fleksibel, dan netral. Fleksibel dalam arti memberi
peluang bagi masyarakat untuk belajar apa saja sesuai dengan kebutuhan
mereka; sedangkan yang dimaksud netral adalah memberikan kesempatan
bagi semua warga masyarakat tanpa membedakan strata sosial, agama,
budaya, gender, dan lainnya untuk memperoleh layanan pendidikan di
PKBM. Untuk mengakomodir berbagai keragaman yang ada, serta
2
meningkatkan kualitas layanan pendidikan pada masyarakat, PKBM harus
dapat merancang standar kebutuhan belajar yang diinginkan secara
demokratis, efektif, efisien, dan bermutu. Hal ini perlu dilakukan PKBM
karena tuntutan perubahan pendidikan masa depan mengarah pada konsep
pembelajaran berbasis kebutuhan masyarakat. Sejatinya PKBM saat ini tidak
hanya sebagai tempat pembelajaran tetapi juga sebagai pusat informasi dan
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Dalam peraturan dan perundangan yang berlaku terkait dengan
pelaksanaan otonomi daerah, kewenangan pemerintah pusat (urusan
pendidikan) pada penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
monitoring dan evaluasi; supervisi; fasilitasi; dan urusan-urusan
pemerintahan yang berhubungan dengan eksternalitas nasional.
Pengembangan NSPK PKBM ini disusun dengan mempertimbangkan
berbagai peraturan dan perundang-undangan yang terkait dan telah
dikeluarkan oleh pemerintah dan terkait dengan penyelenggaraan PKBM.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang diperbaharui melalui PP Nomor 32 Tahun 2013 telah
mengatur delapan standar nasional pendidikan, yang terdiri dari: standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar penyelenggaraan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Menurut PP No. 19 tersebut,
yang dimaksud Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Fungsi Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai
dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. SNP bertujuan
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
23
C. Contoh Format Data Peserta Didik Provinsi : ………………………………………….. Kabupaten/Kota : ………………………………………….. Kecamatan : ………………………………………….. Kelurahan/Desa : ………………………………………….. PKBM : ………………………………………….. Program : Keaksaraan/Kesetaraan Jenjang : Paket A/Paket B/Paket C
No. Nama L/P SatusPekerjaan
(BelajaratauBekerja*) Tempat/tgl. lahir
1. 2. 3. 4. 5. *) Bila bekerja sebutkan jenisnya, misalnya bekerja sebagai petani, pedagang, buruh, TKI Luar Negeri, Asisten Rumah Tangga, dsb
…………………… Penyelenggara, ……………………..
22
Penjelasan 1. Jadwal pembelajaran terkait dengan program/kegiatan di PKBM
wajib dibuat oleh pengelola PKBM. 2. Papan jadwal pembelajaran diletakkan didepan kantor atau tempat
strategis yang mudah diketahui masyarakat.
3
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Ketentuan tentang masing-masing standard selanjutnya ditetapkan dengan
Peraturan Menteri. Satuan pendidikan nonformal, termasuk PKBM
diperlukan suatu standar PKBM yang diatur dalam Peraturan Menteri.
NPSK yang disusun dalam buku ini merujuk kepada
Permendiknas/Permendikbud yang sudah ada dilengkapi dengan pengaturan
beberapa aspek atau sumberdaya pendidikan lainnya yang belum diatur
dengan peraturan Menteri, yang dibuat fleksibel dengan memperhatikan
karaktersitik dan kondisi yang ada di lingkungan pendidikan nonformal.
NSPK menjadi acuan dalam memberikan layanan pendidikan nonformal yang
bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 9 ayat 1 dijelaskan pengertian NSPK: (a) Norma
adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk
penyelenggaraan pemerintah daerah; (b) Standar adalah acuan yang dipakai
sebagai patokan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah; (c) Prosedur
adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan pemerintah daerah; dan
(d) Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah. Adapun komponen yang menjadi acuan
standarisasu PKBM mencakup sembilan komponen, yaitu : legalitas, status
kelembagaan, pengurus kelembagaan, fasilitas kelembagaan, program
minimal yang dilaksanakan, dokumen dan kelengakapan kelembagaan,
pendanaan, jaringan/mitra kerja kelembagaan, dan pengendalian mutu.
Rincian lebih lanjut dari kesembilan aspek tersebut di paparkan pada Bab III.
4
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Standar Nasional Pendidikan;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2007
tentang Standar Penyelenggaraan Pendidikan oleh Satuan
Pendidikan Nonformal;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun
2012 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Buku ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi pembina dan
pengelola dalam penyelenggaraan PKBM. Adapun tujuan pedoman ini
adalah untuk:
1. Menjelaskan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK)
pembinaan dan penyelenggaran PKBM;
21
B. Contoh Papan Nama PKBM Penjelasan 1. Logo sebelah kanan logo Dikbud tanpa ada tulisan Dinas Pendidikan
Kab/Kota 2. Sebelah kiri logo PKBM 3. Nama ditulis dengan huruf kapital besar secara proporsional 4. Pada papan nama dicantumkan akta pendirian, izin operasional dan
NILEM 5. Pada bagian bawah dicantumkan alamat PKBM 6. Apabila PKBM bermitra dengan lembaga/instansi lain maka logo
instansi/lembaga mitra dapat dicantumkan di bagian bawah 7. Luas papan nama PKBM 120 cm x 90 cm 8. Pemasangan papan nama diletakkan ditempat strategis yang mudah
dilihat oleh masyarakat. 9. Apabila kantor PKBM berada di jalan yang agak masuk maka dari
jalan raya dibuat papan penunjuk ke arah kantor PKBM
20
FORMAT ADMINISTRASI ORGANISASI DAN KEGIATAN
A. Contoh Format Struktur Organisasi PKBM Ketua
BendaharaSekretaris
Bidang Pendidikan
Bidang Wirausaha & Pemasaran
Bidang Kemitraan
Satuan Program Yang Diselenggarakan
Koordinator
PAUDKoordinatorPendidikan Keaksaraan
KoordinatorPendidikan Kesetaraan
KoordinatorPendidikan
Keterampilan
PESERTA DIDIK / WARGA BELAJAR SASARAN PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT
Lembaga Mitra
Perusahaan /DUDI
5
2. Memberikan panduan dalam melaksanakan koordinasi dan
konsolidasi bagi para pembina dan pengelola PKBM dalam rangka
peningkatan mutu satuan dan program;
3. Memberikan panduan dalam melakukan evaluasi satuan dan
program PKBM;
4. Memberikan panduan dalam menidaklanjuti hasil evaluasi dan
penjaminan mutu PKBM.
6
BAB II KONSEP PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT
A. PENGERTIAN PKBM
PKBM sebagai akronim dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat,
yang mempunyai makna yang strategis. Berbagai simbolis makna dari
akronim PKBM dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pusat, yang berarti bahwa penyelenggaraan PKBM haruslah terpusat
dalam penyelenggaraannya dan terlembagakan dengan baik. Hal ini
sangat penting untuk efektivitas pencapaian tujuan, pengendalian
mutu penyelenggaraan program-program, efisiensi pemanfaatan
sumber-sumber, sinergitas antar berbagai program dan keberlanjutan
keberadaan PKBM itu sendiri. Hal ini juga berkaitan dengan
kemudahan untuk dikenali dan diakses oleh seluruh anggota
masyarakat untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerjasama
dengan berbagai pihak baik yang berada di wilayah keberadaan
PKBM tersebut, maupun dengan berbagai pihak di luar wilayah
tersebut misalnya pemerintah, lembaga swasta, lembaga mitra dan
pihak-pihak terkait lainnya.
2. Kegiatan, berarti bahwa di PKBM diselenggarakan berbagai
kegiatan pembelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat
setempat, yang selalu dinamis, kreatif dan produktif dengan
mencermati sumber-sumber daya dan kearifan lokal.
3. Belajar, berarti bahwa berbagai kegiatan yang diselenggarakan di
PKBM harus merupakan kegiatan yang mampu memberikan dan
menciptakan proses transformasi peningkatan kapasitas peserta didik,
19
LAMPIRAN - LAMPIRAN
18
BAB IV PENUTUP
PKBM merupakan salah satu satuan pendidikan nonformal yang
menjadi wadah kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat
dengan prinsip penyelenggaraan dari, oleh dan untuk masyarakat.
Keberadaan PKBM dewasa ini demikian masif, dan hampir
merata diseluruh Indonesia. Dalam rangka pembinaan PKBM diperlukan
adanya regulasi yang mengatur keberadaan PKBM agar lebih tertib,
berdaya saing, dan bertanggungjawab. Sehubungan dengan hal tersebut
maka diperlukan adanya buku acuan standar PKBM.
Buku standar PKBM ini diharapkan menjadi acuan bagi
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Dinas Pendidikan Provinsi,
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UPT P2-PNFI, BP-PNFI, UPTD
BPKB, SKB, dan semua pihak yang terkait dalam melakukan monitoring,
supervisi, dan penilaian penyelenggaraan PKBM.
Selain buku ini, ada beberapa buku acuan PKBM lainnya untuk di
telaah dan diimplementasikan dalam penyelenggaraan PKBM. Semoga
dengan adanya acuan-acuan ini keberadaan PKBM makin terbina lebih
baik.
7
baik pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih positif,
konstruktif dan berdaya guna. Belajar dapat dilakukan oleh setiap
orang sepanjang hayatnya di setiap kesempatan yang dapat dilakukan
dalam berbagai dimensi kehidupan. Belajar dapat dilakukan dalam
lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok belajar, kursus, dan
PKBM. Dengan demikian, PKBM merupakan suatu institusi yang
berada di tengah-tengah masyarakat yang mengelola kegiatan belajar
sepanjang hayat menuju terwujudnya masyarakat pembelajar
(learning society).
4. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah usaha bersama masyarakat
untuk memberdayakan dirinya sendiri (self help). Peranan pemerintah
dan lembaga lain sifatnya pendukung keberadaan PKBM, tetapi
inisiatif untuk maju harus tumbuh dari dalam masyarakat,
B. PRINSIP PKBM
Dalam penyelenggaraan PKBM perlu memperhatikan prinsip-prinsip
dalam penyelenggaraan PKBM, yaitu: berbasis masyarakat: dari, oleh, dan
untuk masyarakat; pembelajaran sepanjang hayat; partisipatif; kearifan lokal;
pemberdayaan masyarakat; keluwesan; pemecahan masalah;
kebersamaan/gotong royong; dan otpimalisasi sumberdaya. Penjelasan
masing-masing prinsip PKBM adalah sebagai berikut ini.
1. Berbasis Masyarakat: dari, oleh, dan untuk masyarakat
Prinsip ini menegaskan bahwa keberadaan PKBM tumbuh dan didirikan
atas inisiatif dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk memenuhi
kebutuhan belajar masyarakat. Peran pemerintah dan pihak luar hanya
bersifat pendukungan. Makin kuat dukungan dari masyarakat terhadap
8
PKBM, maka PKBM tersebut makin mandiri dan berdaya. Ini berarti
bahwa keberadaan PKBM juga bukan berbasis keluarga dan
kekerabatan, yang memiliki kepentingan tertentu terhadap
perkembangan PKBM. Hal ini hendaknya dihindari, supayaa tidak
timbul prasangka yang kurang baik, dan ini akan berdampak
berkurangnya kepedulian dan keterlibatan anggota masyarakat lainnya.
2. Pembelajaran sepanjang hayat
Sepanjang kehidupan manusia akan selalu menghadapi tantangan,
masalah dan kebutuhannya agar meningkat kualitas kehidupannya.
Untuk mencapai kualitas kehidupannya yang lebih baik, manusia
dituntut untuk belajar sepanjang hayatnya, melalui berbagai upaya agar
meningkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sesuai dengan
tuntutan dunia kerja, maupun untuk menjadi pribadi yang lebih baik,
atau insan kamil.
3. Partisipatif
Prinsip ini mengandung makna bahwa dalam penyelenggaraan PKBM
harus melibatkan secara aktif unsur kepengurusan, adanya pembagian
tugas yang jelas, peran yang setara antar pengurus, dan pengambilan
keputusan yang partisipatif (tidak otoriter). Masa kerja kepengurusan
PKBM hendaknya disepakati, sebaiknya masa kerja pengurus tidak
lebih dari tiga tahun, tetapi doronglah pengurus lain untuk tampil. Hal
ini menjadi salah satu indikator keberhasilan partisipasi antar pengurus.
Di pihak lain keberadaan PKBM perlu memberi ruang bagi partisipasi
pihak luar yang mendukung perkembangan PKBM. Jangan sampai
terkesan keberadaan PKBM tertutup bagi keterlibatan pihak luar untuk
mengembangkan PKBM.
17
8 JARINGAN /
MITRA
KERJA
LEMBAGA
8.1. Memiliki kerjasama dengan
mitra kerja
8.2. Memiliki kejelasan posisi dan
bentuk kerjasama di lembaga
Kerjasama minimal dengan 3
mitra kerja (pemerintah,
organisasi profesi mitra
PAUDNI, Dunia
Usaha/Industri)
Adanya MoU atau dokumen
tertulis lainnya
9. PENGENDAL
IAN MUTU
10.1. Memiliki tim khusus
pengendali mutu
10.2. Tim melakukan monitoring,
evaluasi, dan melakukan
supervise pelaksanaan
program
Memiliki pengawas internal
Laporan seupervisi dibuat
minimal setiap 3 bulan
Memiliki buku catatan
supervise dan tindak lanjutnya
10. PRESTASI
LEMBAGA
(KALAU
ADA)
Apabila ada akan memiliki nilai
plus:
Hasil lomba kelembagaan
Penghargaan dari pihak
terkait kelembagaan
Prestasi lembaga dari pihak
yang merasakan manfaat dari
PKBM
Melaksanakan program sosial
atau CSR
16
5 PROGRAM
MINIMAL
YANG
DILAKSANA
KAN
5.1. Menyelenggarakan minimal 2
program utama PAUD dan
PNFI secara regular
5.2. Menyelenggarakan minimal 1
program pendukung
5.3. Memiliki minimal satu desa/
komunitas binaan khusus
yang disetujui oleh kepala
desa yang bersangkutan
Pilihan program utama yaitu:
pendidikan keaksaraan,
pendidikan kesetaraan, Kursus-
kursus, dan PAUD.
Pilihan program pendukung
misalnya usaha produktif,
TBM, PUG dan program
lainnya sesuai kebutuhan
masyarakat
6 DOKUMEN
DAN
KELENGKAP
AN
KELEMBAGA
AN
6.1. Memiliki Rencana Strategis
lembaga
6.2. Memiliki rencana kerja
Tahunan
6.3. Menyampaikan laporan
pelaksanaan program kepada
dinas terkait minimal 3 bulan
sekali
6.4. Memiliki buku administrasi
kelembagaan
6.5 Papan nama lembaga jelas dan
permanen
6.6. Papan petunjuk ruangan dan
program
6.7. Bahan/alat sosialisasi
(brosur/poster/spanduk,)
6.8. Data, grafik, foto kegiatan.
6.9. Rekening Bank lembaga
6.10. NPWP atas nama lembaga
Rencana strategis minimal
memiliki Visi, Misi, strategi
dan nilai, serta sasaran dan
target.
Rencana kerja Tahunan dibuat
untuk setiap program
Buku administrasi minimal:
buku induk pendidik dan
pengelola program, buku
kegiatan, buku inventaris, buku
keuangan, buku tamu, buku
kehadiran pendidik/pengurus,
buku nilai, buku rapat
(notulensi).
7 PENDANAAN 7.1. Memiliki sumber pendanaan
mandiri lembaga
7.2. Memiliki buku bukti
penyelenggaraan sumber dan
penggunaan dana
Tersedia buku kas umum
(BKU)
9
4. Kearifan lokal
Makna kearifan lokal adalah bahwa dalam pengembangan PKBM perlu
mencermati kearifan-kearifan lokal yang hidup dan berkembang di
masyarakat. Beberapa bentuk kearifan lokal tersebut antara lain kearifan
terhadap adat istiadat, seni, budaya, bahasa, artefak-artefak, sistem
pengambilan keputusan, kekerabatan, agama dan kepercayaan,
perayaan, maupun bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya. Pentingnya
mencermati kearifan lokal agar dalam pengembangan PKBM tidak
tercerabut dari akarnya dimana PKBM itu berada, yaitu komunitas
masyarakat yang dilayani. Dapat dipastikan bahwa PKBM yang kurang
mencermati kearifan lokal akan di tinggalkan masyarakat setempat,
5. Pemberdayaan masyarakat
Tujuan akhir dari semua layanan program pendidikan non formal di
PKBM tiada lain adalah agar masyarakat menjadi berdaya. Makna
masyarakat yang berdaya adalah memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan kehidupannya, berupaya meningkatkan kualitas
hidup dan kehidupannya, serta dorongan untuk membantu sesama untuk
saling memberdayakan. Jadi layanan utama PKBM adalah
pemberdayaan masyarakat, bukan untuk pemberdayaan sekelompok
orang, apalagi pemberdayaan pengurus.
6. Keluwesan
Makna keluwesan sebagai prinsip dalam penyelenggaraan PKBM lebih
menekankan pada keluwesan pada layanan program-program yang
selalu mengikuti perkembangan dan tuntutan kebutuhan belajar
masyarakat, atau tidak kaku. PKBM hendaknya peka terhadap
10
perkembangan keilmuan dan teknologi, yang kemudian untuk
disesuaikan dengan program yang diayani.
7. Pemecahan masalah
Makna prinsip pemecahan masalah adalah bahwa layanan program-
program yang diselenggarakan PKBM selayaknya memberikan
kontribusi atau solusi bagi pemecahan masalah yang dihadapi peserta
didik dan masyarakat. Misalnya bagaimana PKBM menangani
pengangguran dengan membuka program kursus keterampilan,
mengatasi warga masyarakat yang drop out SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/MA dengan menyelenggarakan program Paket A, Paket B dan
Paket C, dan mengatasi anak-anak usia dini yang belum terlayani
pendidikan dengan menyelenggarakan Kelompok Bermain, Taman
Pengasuhan Anak atau Paud sejenis, dan program-program lainnya.
8. Kebersamaan/gotong royong
Makna prinsip kebersamaan/gotong royong adalah bahwa dalam
penyelenggaraan PKBM menuntut adanya kebersamaan/gotong royong
dalam semua aspek dan tahapan penyelenggaraan. Yaitu kebersamaan
antara penyelenggara, pengurus, pendidik, tenaga kependidikan, peserta
didik, mitra kerja dan masyarakat. Sebagai inisiator dapat muncul dari
mana saja, tetapi tidak perlu mendominasi dalam penyelenggaraan
PKBM, karena tujuan akhirnya adalah mewujudkan
kebersamaan/gotong royong dalam penyelenggaraan PKBM.
15
milik publik/masyakat, bukan
milik pribadi.
yang tertuang dalam akta
notaris bahwa PKBM adalah
milik publik/masyarakat
3 PENGURUS
KELEMBAGA
AN
3.1. Memiliki personil
kepengurusan yang tertuang
dalam akta notaris
3.2. Memiliki struktur pengurus
PKBM terdiri dari minimal
(ketua, sekretaris, bendahara
dan 3 orang seksi program)
yang diterbitkan oleh pendiri
dan disahkan oleh dinas
terkait.
3.3. Para pengelola paham akan
tugasnya dan dapat
melaksanakan tugas
3.4. Memiliki tenaga khusus yang
bekerja harian di kantor
Personil pengurus PKBM tidak
boleh memiliki ikatan keluarga
inti.
4 FASILITAS
KELEMBAGA
AN
4.1.Memiliki ruang kantor lengkap
dengan meubeler, jaringan
komunikasi, dan peralatan
kantor
4.2. Memiliki minimal 3 ruang
belajar dengan ukuran
minimal 4 x 5 m2 lengkap
dengan meubeler dan sarana
pembelajaran.
4.3. Alat komunikasi: web, email,
telp, faksimili
4.4. Status sarana dan prasarana
minimal memiliki jaminan
penggunaan selama 5 tahun
Ruang kantor dengan
meubeler, komputer kerja,
penerangan, jaringan
komunikasi, dan peralatan
kantor
Ruang belajar dengan ukuran
minimal 4x 5 m2 lengkap
dengan meubeler dan sarana
pembelajaran
14
BAB III STANDAR PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT
Standar PKBM pada hakikatnya merupakan acuan yang dipakai
sebagai patokan dalam penyelenggaraan PKBM sebagai satuan pendidikan
nonformal. Berikut ini uraian standar yang dimaksud:
Tabel 1
STANDAR PKBM SEBAGAI SATUAN PNF
NO KOMPONEN DESKRIPSI KETERANGAN
1 LEGALITAS 1.1. Memiliki dokumen pendirian
lembaga yang sah (Akta
Notaris/ Surat Keputusan/
dokumen sesuai dengan
hukum yang belaku)
1.2. Memiliki izin pendirian
lembaga di dinasterkait
1.3. Memiliki Nomor induk
lembaga (NILEM) dari Dinas
Provinsi/ Ditbindikmas
Akta Notaris untuk PKBM
yang berbentuk yayasan wajib
melampirkan SK dari
Kemenkumham
Akta notaris untuk PKBM yang
berbentuk Badan Hukum
Perkumpulan wajib
melampirkan surat keterangan
telah terdaftar di pengadilan
negeri setempat
Untuk PKBM yang didirikan
oleh pemerintah setempat wajib
melampirkan SK pembentukan
PKBM dari Pejabat yang
berwenang
2 STATUS
KELEMBAGA
AN
2.1. Status sebagai PKBM (tidak
sebagai lembaga lain/ tidak
memiliki status ganda)
2.2. PKBM merupakan lembaga
Satuan PKBM tidak merangkap
sebagai satuan PNF lain di satu
lokasi yang sama.
Adanya pernyataan tertulis
11
9. Optimalisasi sumberdaya.
Optimalisasi sumberdaya mengandung makna bahwa dalam
penyelenggaraan PKBM perlu mengoptimalisasi sumber-sumber daya
yang dapat diraih dan didayagunakan yang ada di masyarakat,
pemerintah maupun swasta untuk perkembangan PKBM. Bentuk-bentuk
sumberdaya tersebut antara lain sumber daya dana, fasilitas, peralatan,
gedung, tanah, tanaga ahli, tenaga sukarela, jaringan, alam, letak
geografis, dan akses sumber-sumber daya. Dalam kaitan ini, maka
penyelenggara dan pengelola atau pengurus dituntut kemampuannya
untuk meraih dan mendayagunakan sumber-sumber daya yang ada
tersebut, tetapi tetap mengindahkan etika, tata cara dan regulasi yang
benar dan sesuai dengan aturan, terutama dalam mengakses dana
bantuan sosial.
C. PEMANGKU KEPENTINGAN PKBM
Pemangku kepentingan dalam pengertian ini adalah pihak-pihak yang
terlibat dan berperanserta dalam penyelenggaraan PKBM, yang mencakup:
komunitas masyarakat, peserta didik, pendidik, pengelola dan mitra.
1. Komunitas masyarakat
Setiap PKBM memiliki komunitas masyarakat yang menjadi tujuan
atau sasaran pembelajaran. Komunitas mencakup: letak geografis,
adat istiadat, budaya, sosial ekonomi, keagamaan, dan komunitas
khusus (misalnya: anak jalanan, TKI, daerah konflik, daerah
terpencil/terdalam/terluar dan lembaga pemasyarakatan/rumah
tahanan)
12
2. Peserta Didik/Warga Belajar
Peserta didik/warga belajar adalah bagian dari komunitas
masyarakat yang berkeinginan meningkatkan kemampuannya
dengan mengikuti program pembelajaran yang diselenggarakan
PKBM.
3. Pendidik
Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah sebagian dari
warga komunitas masyarakat yang memiliki tugas memfasilitasi
proses pembelajaran atau pemberdayaan masyarakat di PKBM.
4. Pengelola/ Tenaga Kependidikan
Pengelola PKBM adalah sebagian dari warga komunitas yang
memiliki tugas melakukan penyelenggaraan (perencanaan,
pelaksanaan, penilaian dan pengembangan) program di PKBM
serta bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan program dan
harta kekayaan lembaga.
5. Mitra (pemerintah, dunia industri, lembaga swadaya masyarakat,
dan pihak terkait lainnya)
Mitra PKBM adalah pihak-pihak dari luar komunitas masyarakat,
apakah berupa lembaga atau individu yang dengan kesadaran dan
kerelaan turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan
dan pengembangan PKBM. Jika digambarkan konsep PKBM adalah
sebagai berikut.
13
Gambar Sinergi Masyarakat dengan PKBM
D. KOMUNITAS LAYANAN
Komunitas layanan PKBM adalah komunitas masyarakat yang
menjadi sasaran pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat.
Komunitas layanan dapat dilihat dari letak geografis (desa-kota, daerah
terluar, terdalam, terasing), adat istiadat, sosial budaya, mata
pencaharian dan latar belakang pekerjaan, keagamaan dan kepercayaan,
situasi kedaruratan (bencana), dan komunitas khusus (anak jalanan, TKI,
daerah konflik).