STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

59

Transcript of STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

Page 1: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURPENANGANAN PENGADUAN

Page 2: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karunia-NYA

penyusunan SOP Penanganan Pengaduan National Affordable Housing Program

(NAHP) sebagai bagian dari pengendalian Project Management Committee (PMC)

National Affordable Housing Program (NAHP) dalam hal pemantauan dan

penyelesaian pengaduan oleh masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan National

Affordable Housing Program (NAHP) telah kami selesaikan.

Tujuan dari penyusunan dari SOP ini secara khusus agar dapat dipergunakan

sebagai panduan bagi seluruh pihak yang terkait dalam pengelolaan pengaduan

pelaksanaan kegiatan Komponen 1: BP2BT dan kegiatan Komponen 2: BSPS.

Dalam SOP Penanganan Pengaduan National Affordable Housing Program (NAHP)

ini akan dijelaskan tentang tata cara penyampaian pengaduan dari masyarakat

kepada Project Management Consultant (PMC) baik berupa pertanyaan atau

pengaduan tentang kegiatan Komponen 1: BP2BT maupun kegiatan Komponen 2:

BSPS yang dilaporkan melalui WA, Email Pengaduan dan Situs resmi PUPR.

Pertanyaan dan Pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat selanjutnya akan

ditindaklanjuti sesuai dengan derajat penanangan pengaduan oleh pihak terkait

sesuai dengan prosedur yang diatur dalam SOP ini.Hasil dari proses penanganan

yang telah dilakukan wajib dilaporkan secara periodik dan berjenjang oleh pihak unit-

unit yang terkait dalam penanganan kepada Project Implementation Unit (PIU)

National Affordable Housing Program (NAHP) sebagai bahan pelaporan kepada

Project Management Committte (PMC) National Affordable Housing Program.

Harapan kami semoga SOP Penanganan Pengaduan National Affordable Housing

Program (NAHP) ini dapat bermanfaat dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Jakarta, November 2020

Direktur Jenderal Perumahan

Selaku Kepala PMC NAHP

Dr. Khalawi A.H

NIP. 196312221990031004

Page 3: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…….……………………………………………………........... i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… ii

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………… 1

B. MAKSUD DAN TUJUAN…………………..…………………………………..... 2

C. DASAR HUKUM………………………………………………………………….. 3

D. RUANG LINGKUP PENGELOLAAN…………………………………………. 4

E. PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGELOLAAN……………………………….. 6

F. SUMBER INFORMASI PENGADUAN…………………………………………. 7

G. ALAMAT PENYAMPAIAN PENGADUAN……………………………………… 8

H. PENGELOLAAN PENGADUAN………………………………………………… 9

I. DERAJAT PENANGANAN PENGADUAN…………………………………… 13

J. PROSEDUR PENGELOLAAN PENGADUAN………………………………… 15

K. ALUR PENANGANAN PENGADUAN………………………………………… 18

L. UMPAN BALIK PENGADUAN…………………………………………………. 29

M. PELAPORAN…………………………………………………………………….. 30

N. STANDAR PELAPORAN……………………………………………………….. 31

O PENGUNGKAPAN KEPADA PUBLIK…………………………………………. 32

Lampiran I: Bagan Alir Penanganan Pengaduan…………………………………. 33

Lampiran II: Formulir Pengaduan…………………………………………………… 34

Lampiran III: Form Registrasi Pengaduan…………………………………………. 35

Lampiran IV: Pengaturan Derajat Penanganan Pengaduan dan

Pengambilalihan Penangananan……………………………………………………..

36

Lampiran V: Pengaduan Dinyatakan Selesai………………………………………. 41

Lampiran VI: Publikasi Pengaduan………………………………………………….. 43

Lampiran VII A: Rekapitulasi Daftar Pertanyaan Teregistrasi Program

BP2BT…………………………………………………………………………………...

44

Lampiran VII B: Rekapitulasi Daftar Pengaduan Teregistrasi Program

BP2BT.…………………………………………………………………………………..

45

Lampiran VIII A: Rekapitulasi Daftar Pertanyaan Teregistrasi Program

BSPS…………………………………………………………………………………….

46

Page 4: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

iii

Lampiran VIII B: Rekapitulasi Daftar Pengaduan Teregistrasi Program

BSPS…………………………………………………………………………………….

47

Lampiran IX A: Rekapitulasi Kategori Pertanyaan Program BP2BT

Berdasarkan Sumber Informasi Pengaduan………………………………………...

48

Lampiran IX B: Rekapitulasi Kategori Pengaduan Program BP2BT

Berdasarkan Sumber Informasi Pengaduan………………………………………...

49

Lampiran X A: Rekapitulasi Kategori Pertanyaan Program BSPS Berdasarkan

Sumber Informasi Pengaduan………………………………………………………..

50

Lampiran X B: Rekapitulasi Kategori Pengaduan Program BSPS Berdasarkan

Sumber Informasi Pengaduan………………………………………………………..

51

Lampiran XI A: Laporan Rekap Derajat Penanganan BP2BT……………………. 52

Lampiran XI B: Laporan Rekap Derajat Penanganan BSPS..……………………. 53

Lampiran XII: Laporan Tindak Lanjut Temuan Hasil Audit BPK………………….. 54

Page 5: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN
Page 6: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

1

A. LATAR BELAKANG

Dalam National Affordable Housing Program (NAHP) telah dimandatkan bahwa

penyampaian pengaduan atas pelaksanaan program Bantuan Penyediaan

Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) dan Bantuan Stimulan Perumahan

Swadaya (BSPS) merupakan bagian yang wajib dipersiapkan sebagai dukungan

teknis National Affordable Housing Program (NAHP).

Tujuan dari sistem ini adalah untuk mempercepat penanganan keluhan yang

sifatnya teknis dan permintaan informasi spesifik mengenai program, serta

menjadi bahan evaluasi program kedepannya melalui pengarsipan yang baik

dimana mekanisme ini juga akan terintegrasi dengan sistem pengelolaan informasi

masing-masing program.

Selain itu pelaksanaan seluruh komponen National Affordable Housing Program

(NAHP) juga memerhatikan kaidah tata kelola program yang baik serta prinsip-

prinsip Anti-Korupsi yang dipedomani dalam peraturan-peraturan Pemerintah

Indonesia serta Bank Dunia. Sebagaimana juga tercatat dalam klausul perjanjian

kerjasama National Affordable Housing Program (NAHP) antara Bank Dunia dan

Pemerintah Indonesia, kaidah serta prinsip-prinsip yang berlaku dipedomani

dalam kelompok tugas pengelolaan diantaranya pengelolaan keuangan,

pengadaan, pelaporan, serta monitoring dan evaluasi.

Beberapa prinsip umum yang dimaksud diatas dapat dikelompokkan ke dalam 4

(empat) area yang mencakup:

1. keterbukaan informasi;

2. pencegahan resiko kolusi, fraud dan nepotisme;

3. peran serta stakeholder eksternal; dan

4. sanksi dan tindak perbaikan.

Ke empat prinsip umum tersebut secara jelas telah diatur dalam Project

Operational Manual (POM): O yang telah dijadikan acuan dalam pelaksanaan

kegiatan National Affordable Housing Program (NAHP) yaitu; Bantuan Penyediaan

Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) dan Bantuan Stimulan Perumahan

Swadaya (BSPS). Namun guna mendukung ketercukupan dukungan teknis untuk

mempercepat penanganan yang bersifat teknis dan informasi yang spesifik

tentang program Bantuan Penyediaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT)

dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) maka sistem pengelolaan

Page 7: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

2

pengaduan masyarakat sangat dibutuhkan sebagai bentuk transparansi

(keterbukaan) dan keterlibatan partisipasi masyarakat.

Bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengawasan program dapat dinilai melalui

adanya pengaduan-pengaduan terhadap proses perencanaan dan pelaksanaan

yang diajukan secara lisan maupun tertulis kepada pengelola program National

Affordable Housing Program (NAHP) baik yang terkait dengan kegiatan Bantuan

Penyediaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) di tingkat Kabupaten,

Provinsi, dan Pusat maupun terkait kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan

Swadaya (BSPS) di tingkat Desa, Kabupaten, Provinsi dan tingkat Pusat.

Filosofi dasar dari Sistem Pengelolaan Pengaduan ini diharapkan dapat

dipergunakan sebagai acuan bagi para konsultan National Affordable Housing

Program (NAHP) yang mendampingi pelaksanaan kegiatan Bantuan Penyediaan

Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) dan Bantuan Stimulan Perumahan

Swadaya (BSPS) di semua jenjang yang ada. Selain sebagai bahan acuan,

diharapkan juga dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap; apa yang telah

dilakukan, ketersesuaian pelaksanaan dengan prinsip dan tujuan program

Bantuan Penyediaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) dan Bantuan

Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS); serta dapat meningkatkan kualitas

pelaksanaan kegiatan sehingga akan lebih memberikan manfaat luas bagi

masyarakat.

Dilihat dari sisi substansi aduan masyarakat setidaknya akan memberikan

gambaran permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan, yang berkorelasi

terhadap model dan tata cara atau prosedur acuan penanganan pengaduan

tersebut.

Penanganan pengaduan masyarakat, tidak harus selalu dilakukan di tingkat Pusat,

namun harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan ruang lingkup dan

cakupan masalah yang muncul. Demikian menjadi penting kiranya mandatory

berupa kewenangan daerah untuk melakukan tindak turun tangan sesuai dengan

kewenangan yang melekat pada tugas dan tanggung jawabnya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Sistim Pengelolaan Dan Penyampaian Pengaduan oleh Masyarakat dalam

National Affordable Housing Program (NAHP) ini diharapkan dapat menjadi

panduan bagi Kepala Project Implementation Unit (PIU) National Affordable

Page 8: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

3

Housing Program, Wakil Kepala Pelaksana Bidang Project Implementation Unit

(PIU) National Affordable Housing Program (NAHP) dan Asisten Bidang Keuangan

dan Umum Project Implementation Unit (PIU) National Affordable Housing

Program beserta jajaran konsultan National Affordable Housing Program (NAHP)

dalam melakukan penanganan pengaduan baik berupa pertanyaan dan

pengaduan terkait pelaksanaan program agar tercapai tujuan-tujuan, sebagai

berikut:

1. Transparansi dan partisipatif merupakan salah satu prinsip yang harus

diterapkan dalam pelaksanaan National Affordable Housing Program (NAHP)

sehingga semua proses kegiatan program mulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan pelestarian wajib untuk dilaksanakan secara terbuka

dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Salah satu indikator partisipasi

masyarakat adalah adanya pengawasan dari masyarakat.

2. Pengawasan masyarakat diwujudkan dalam bentuk pengaduan-pengaduan

terhadap masalah yang timbul pada saat proses berlangsung maupun

setelah kegiatan berakhir. Pengaduan dapat berbentuk lisan maupun tulisan,

yang disebabkan adanya ketimpangan pelaksanaan program disemua

tingkatan yang ada, mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi

maupun di tingkat pusat.

3. Partisipasi masyarakat dalam bentuk pengawasan ini harus disikapi dengan

tindakan yang efektif, tepat waktu dan tepat sasaran. Untuk itu, diperlukan

prosedur operasional standar tentang tatacara penanganan pengaduan dan

masalah sebagai acuan bagi para pihak yang terlibat dalam proses

penanganan pengaduan.

4. Prosedur ini merupakan panduan bagi seluruh pihak yang terkait dalam

penanganan terhadap pertanyaan dan pengaduan berkenaan pelaksanaan

program.

C. DASAR HUKUM

Standard Operasional Prosedur Penanganan Penyampaian Pengaduan National

Affordable Housing Program (NAHP) merujuk pada beberapa peraturan

perundang-undangan yang terkait, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN);

Page 9: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

4

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa;

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(KIP);

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik;

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 323/PRT/M/2005 tentang Tata

Cara Penanganan Masukan dari Masyarakat di Lingkungan Departemen

Pekerjaan Umum;

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor

25/PRT/M/2017 tentang Pedoman Umum Pengawasan Intern di Kementerian

Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;

10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor

1394/KPTS/M/2020 tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 918/KPTS/M/2017 tentang

Pembentukan Komite Pengelola Proyek (Project Management Committee) dan

Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit) Program Perumahan

Terjangkau (National Affordable Housing Program); dan

11. Rancangan Keputusan Direktur Jenderal Perumahan Selaku Kepala Komite

Pengelola Proyek (Project Management Committee) Program Perumahan

Terjangkau (National Affordable Housing Program) Tentang Pembentukan dan

Penunjukan Personil Keanggotaan Project Implementation Unit (PIU) National

Affordable Housing Program (NAHP).

D. RUANG LINGKUP PENGELOLAAN

Ruang lingkup dari Standard Operasional Prosedur Pengelolaan Penyampaian

Pengaduan National Affordable Housing Program (NAHP) adalah “pertanyaan

dan pengaduan” dalam pelaksanaan kegiatan National Affordable Housing

Program (NAHP) dengan kriteria sebagai berikut:

Page 10: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

5

1. Masyarakat adalah semua pihak, baik yang terlibat maupun tidak terlibat dalam

National Affordable Housing Program (NAHP), mencakup warga masyarakat,

Penerima manfaat langsung, pejabat pemerintah, jajaran konsultan National

Affordable Housing Program (NAHP), yang akan dilakukan melalui sosialisasi

dalam bentuk infografis, papan informasi dan peningkatan kapasitas pelaku

program.

2. Pertanyaaan adalah kebutuhan informasi yang disampaikan oleh masyarakat

sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan National Affordable Housing

Program (NAHP).

3. Pengaduan adalah ungkapan rasa tidak puas atau bentuk

perhatian/pengawasan oleh masyarakat akibat terjadinya kesenjangan dalam

pelaksanaan National Affordable Housing Program (NAHP).

Pelaksanaan prosedur pengelolaan pengaduan National Affordable Housing

Program (NAHP) akan dilakukan oleh Asisten Bidang Keuangan dan Umum

National Affordable Housing Program (NAHP) sebagai mana dijelaskan dalam

Diktum KEENAM angka 2.6: “Asisten Bidang Keuangan dan Umum membantu

kepala PIU NAHP dalam memfasilitasi penyelesaian penanganan pengaduan dan

hasil audit”.

Dalam melaksanakan fasilitasi penyelesaian penangananan pengaduan Asisten

Bidang Keuangan dan Umum National Affordable Housing Program akan dibantu

oleh Konsultan Advisory NAHP untuk melakukan pengelolaan pengaduan, dengan

tata cara:

1. Pengelolaan Pertanyaan oleh Konsultan Advisory NAHP

Penanganan atas Pertanyaan adalah adalah proses yang meliputi menerima

pertanyaan, baik berupa lisan maupun tulisan, yang bersifat langsung dari

masyarakat maupun yang tidak langsung, menuangkan secara tertulis dalam

Formulir, mencatat dalam Buku Register Pengaduan. Tahapan lebih lanjut

dalam pengelolaan pertanyaan adalah melakukan klasifikasi permintaan

informasi, laporan, kritik, saran, berita, maupun pertanyaan dari semua pihak

yang ditujukan kepada pengelola program terkait pelaksanaan NAHP.

2. Penanganan Pengaduan oleh Konsultan Advisory NAHP

Penanganan masalah merupakan keluhan dan/atau tahapan lanjutan dari

pertanyaan apabila ditemukan indikasi adanya ketidakberesan/pelanggaran

Page 11: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

6

yang menyangkut implementasi program dan masalah manajerial dalam

program.

Setiap pertanyaan dan pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat wajib

ditindaklanjuti oleh konsultan-konsultan terkait dalam pelaksanaan kegiatan

NAHP sesuai dengan derajat penanganan pengaduan.

Hasil tindak lanjut dari pertanyaan dan pengaduan dinyatakan selesai apabila

Konsultan Advisory NAHP telah menetapkan Surat Pernyataan Tindak Lanjut

Telah Selesai. Surat dimaksud dikirimkan kepada Asisten Bidang Keuangan

dan Umum NAHP untuk dilakukan validasi bahwa pengaduan telah selesai dan

selanjutnya dirangkum dalam suatu laporan yang disampaikan kepada pelapor

dengan surat langsung ataupun penanyangan laporan hasil tindak turun tangan

oleh jajaran konsultan melalui media web site complaint handling system

National Affordable Housing Program (NAHP) yang akan dikembangkan.

E. PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGELOLAAN

Prinsip-prinsip penanganan pengaduan adalah sebagai berikut:

1. Rahasia, yaitu merahasiakan identitas pelapor agar pelapor agar merasa aman

dan nyaman berkaitan dengan masalah yang telah dilaporkan kecuali apabila

pelapor menghendaki sebaliknya;

2. Berjenjang, semua pengaduan yang diterima harus ditangani pertama kali oleh

tenaga konsultan/fasilitator National Affordable Housing Program (NAHP) pada

derajat pengaduan tersebut muncul. Apabila pelaku di tempat tidak berhasil

menangani pengaduan, maka pelaku di derajat atasnya memberi rekomendasi

penyelesaian serta turut memfasilitasi proses penyelesaiannya. Demikian

seterusnya, secara berjenjang sampai pada jenjang yang paling tinggi di level

nasional untuk ditentukan solusi penyelesaiannya;

3. Transparansi dan partisipatif, artinya sejauh mungkin masyarakat harus

diberitahu dan dilibatkan dalam proses penanganan masalah tersebut dengan

difasilitasi oleh fasilitator/konsultan setempat;

4. Proporsional, artinya penanganan harus sesuai dengan cakupan

permasalahan yang diadukan. Apabila permasalahan yang diadukan hanya

berkaitan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan program, maka

penanganannya pun harus pada tingkatan prosedur saja. Jika permasalahan

Page 12: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

7

yang diadukan berkaitan dengan pengaduan khusus, maka yang ditangani

harus melalui prosedur penyelesaian pengaduan khusus;

5. Akuntabel, proses pengelolaan pertanyaan dan pengaduan serta

tindaklanjutnya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku;

6. Objektif, sedapat mungkin dalam penanganan pengaduan masalah ditangani

secara objektif, tidak memihak, dan melakukan uji silang guna mencari

kebenaran;

7. Kemudahan, setiap anggota masyarakat harus mudah untuk dalam

mengajukan pertanyaan/pengaduan, penanya/pengadu dapat menyampaikan

pengaduan ke jenjang yang paling mudah dijangkau dengan menggunakan

media/saluran pengaduan yang telah dipersiapkan oleh National Affordable

Housing Program (NAHP) dan bagi penanya/pengadu yang tidak dilengkapi

dengan identitas resmi namun dilengkapi dengan bukti awal yang cukup wajib

ditindaklanjuti;

8. Cepat dan akurat, setiap pertanyaan dan pengaduan perlu ditangani/ditanggapi

secara cepat dengan menggunakan informasi yang akurat. Untuk itu

penanganan dan penyelesaian pengaduan akan diselesaikan pada tingkat

yang terdekat dengan lokasi munculnya pengaduan; dan

9. Terdokumentasi, semua pertanyaan dan pengaduan wajib didokumentasikan

dan dapat ditelusuri penanganannya.

F. SUMBER INFORMASI PENGADUAN

Pengaduan dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain warga masyarakat,

tokoh masyarakat, kelompok masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

Organisasi Masyarakat (Ormas), Organisasi Sosial Politik (Orsospol), Organisasi

Pemerintah Daerah (OPD), Konsultan, Wartawan dan lain-lain dalam bentuk:

1) Surat, kunjungan langsung, email, WA, SMS dan telepon kepada unit

pengelola pengaduan NAHP sebagaimana tertera dalam alamat pengaduan;

2) Laporan hasil pemantauan lapangan dari Pemangku Kepentingan Program

National Affordable Housing Program;

3) Laporan masyarakat;

4) Pemantauan dan audit Internal oleh Konsultan/Fasilitator;

Page 13: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

8

5) Audit Eksternal (oleh Badan Pemeriksa Keuangan, Inspektorat Jendral

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Inspektorat Jendral

Kementerian Dalam Negeri, Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi, Inspektorat

Provinsi/Kabupaten, atau Auditor Independen lainnya yang ditunjuk).

G. ALAMAT PENYAMPAIAN PENGADUAN

Sebagai upaya mempermudah penyampaian pengaduan oleh masyarakat, maka

pada semua jenjang pelaksanaan National Affordable Housing Program (NAHP)

dilakukan melalui infografis yang memuat informasi:

1. Siapa pihak yang menerima pengaduan;

2. Nomor telpon;

3. Alamat tujuan surat pengaduan;

4. Alamat email; dan

5. Nomor WA Pengaduan mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah dengan

bentuk informasi sebagai berikut:

Gambar 1:

Alamat penyampaian pengaduan

Page 14: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

9

H. PENGELOLAAN PENGADUAN

Pengaduan dikelompokkan sebagai “Pertanyaan” apabila hal yang diadukan

adalah terkait kebutuhan informasi tentang program, kritik dan saran terhadap

pelaksanaan program.

Sedangkan akan dikelompokkan sebagai “Pengaduan” apabila hal yang

diadukan sesuai hasil telaah Konsultan Advisory National Affordable Housing

Program (NAHP) diperoleh simpulan bahwa ada indikasi dan bukti yang cukup

telah terjadi kesenjangan/gap antara peraturan program yang seharusnya

dilakukan dengan kenyataan atau hal-hal yang dapat merugikan atau

menghambat program sebagaimana dijelaskan pada bagan alir penanganan

pengaduan pada lampiran I.

Penggolongan pengaduan dimaksudkan untuk memudahkan dalam setiap

pengelolaan maupun dalam tindak turun tangannya. Adapun penggolongan

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengaduan Perencanaan Program

Masalah perencanaan program adalah masalah yang terjadi disebabkan oleh

adanya dugaan pelanggaran prinsip dan prosedur dalam perencanaan

program.

Agar mempermudah pencatatan dan penanganannya, maka masalah

perencanaan program dikelompokkan menjadi 2 (dua) Kategori yaitu:

a. Kategori kegiatan komponen 1: BP2BT

Pengaduan yang berkaitan dengan ketidaktaatan terhadap prinsip dan

prosedur perencanaan dalam program BP2BT.

Contoh, antara lain:

1) Persyaratan pemohon BP2BT tidak lengkap;

2) Pemohon bantuan BP2BT sudah memiliki rumah;

3) Pemohon BP2BT sudah pernah mendapat subsidi bantuan

perumahan dari pemerintah;

4) Pemohon BP2BT tidak dapat menunjukkan bukti legalitas kepemilikan

hak atas tanah; dan

5) Tanah yang akan dibangun sedang dalam sengketa.

b. Kategori kegiatan komponen 2: BSPS

Pengaduan yang berkaitan dengan ketidaktaatan terhadap prinsip dan

prosedur perencanaan dalam program BSPS.

Page 15: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

10

Contoh, antara lain:

1) Nama penerima manfaat tidak sesuai dengan SK Penetapan Daftar

Calon Penerima Manfaat.

2) Alamat penerima manfaat tidak sesuai dengan SK Penetapan Daftar

Calon Penerima Manfaat.

3) Surat keterangan hak milik atas tanah tidak sesuai dengan SK

Penetapan Daftar Calon Penerima Manfaat.

2. Pengaduan Pelaksanaan Program

Pengaduan pelaksanaan program adalah pengaduan yang disebabkan oleh

adanya dugaan pelanggaran prinsip dan prosedur dalam pelaksanaan

program.

Agar mempermudah pencatatan dan penanganannya, maka masalah

pelaksanaan program dikelompokkan menjadi 2 (dua) Kategori yaitu:

a. Kategori kegiatan komponen 1: BP2BT

Masalah yang berkaitan dengan ketidaktaatan terhadap prinsip dan

prosedur pelaksanan program BP2BT

Contoh, antara lain:

1) Penerima Manfaat tidak menghuni Rumah Tapak atau Sarusun sejak

serah terima atau tidak menghuni Rumah Swadaya setelah selesai

pembangunan secara terus menerus dalam waktu 1 (satu) tahun;

2) Penerima Manfaat tidak segera menghuni Rumah Tapak atau Sarusun

sejak serah terima dari Pelaku Pembangunan atau menghuni Rumah

Swadaya setelah selesai pembangunan; dan

3) Properti yang diperoleh disewakan atau dialihkan kepemilikannya

sebelum jangka waktunya.

b. Kategori kegiatan komponen 2: BSPS

Masalah yang berkaitan dengan ketidaktaatan terhadap prinsip dan

prosedur pelaksanaan program BSPS.

Contoh, antara lain:

1) Penyaluran Dana Bantuan terhambat karena nama rekening penerima

bantuan tidak sama;

2) Perubahan RAB;

3) Daftar belanja barang belum diterima oleh toko material; dan

4) Material belum diterima oleh PB.

Page 16: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

11

3. Pengaduan Manajerial

Pengaduan manajerial adalah pengaduan yang muncul akibat pelaksanaan

sistem manajerial berkaitan dengan pembinaan dan pendampingan serta

dukungan yang dilakukan oleh konsultan program BP2BT dan BSPS yang tidak

optimal, dengan contoh antara lain:

a. Konsultan jarang berkunjung ke lokasi tugas;

b. Kinerja konsultan rendah;

c. Laporan konsultan terlambat sehingga berpengaruh terhadap progres

pelaporan secara keseluruhan; dan

d. Partisipasi swadaya dari penerima bantuan rendah.

Penanganan pengaduan manajerial dilakukan oleh pihak yang

bertanggungjawab dalam pembinaan dan pendampingan yang ditangani

secara manajerial, oleh Kepala Project Implementation Unit (PIU) National

Affordable Housing Program (NAHP), Kepala Pelaksana Bidang National

Affordable Housing Program (NAHP), Asisten Bidang Keuangan dan Umum

National Affordable Housing Program (NAHP) maupun oleh konsultan

supervisor National Affordable Housing Program (NAHP) secara berjenjang.

4. Pengaduan Khusus

Adalah semua pengaduan yang tidak termasuk dalam pengaduan

perencanaan, pengaduan pelaksanaan maupun pengaduan manajerial yang

berpotensi menimbulkan kerugian dan berdampak kepada tidak

terselesaikannya pekerjaan.

Contoh, antara lain:

a. Masalah yang berkaitan dengan adanya kejadian yang mengarah pada

kondisi force majeure/kahar (suatu keadaan yang terjadi diluar kemampuan

manusia) dalam pelaksanaan program BP2BT maupun BSPS, dengan

contoh antara lain: material yang terkirim terkena banjir, bangunan yang

terbangun terkena banjir, dan Penerima bantuan meninggal dunia

b. Pengkondisian pemenang supplier material untuk program BSPS

c. Kualitas bahan bangunan tidak memenuhi standard terkait program BSPS.

d. Kualitas pekerjaan tidak memenuhi standard terkait program BP2BT

maupun BSPS.

e. Terjadi kekurangan volume pekerjaan namun dana sudah habis

Page 17: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

12

Setiap pengaduan wajib dilakukan pendataan, pengadministrasian, dan

monitoring penyelesaian sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing

konsultan, yaitu:

a. Konsultan Advisory NAHP melakukan pendataan, pengadministrasian, dan

monitoring serta penyelesaian pengaduan NAHP baik BP2BT maupun

BSPS, dan selanjutnya menyampaikan laporan kepada Asisten Bidang

Keuangan dan Umum NAHP;

b. Non Consultant Service NAHP melakukan pendataan, pengadministrasian,

dan monitoring serta penyelesaian pengaduan program BP2BT hasil

laporan dari Tenaga Pendamping Penyaluran (TPP) tingkat Provinsi, dan

selanjutnya NCS menyampaikan laporan kepada Konsultan Advisory

NAHP;

c. Konsultan Manajemen Pusat BSPS melakukan pendataan,

pengadministrasian, dan monitoring serta penyelesaian pengaduan

program BSPS hasil laporan dari Konsultan Manajemen Provinsi (KMP)

BSPS ditingkat Provinsi, selanjutnya KMP BSPS menyampaikan laporan

kepada Konsultan Advisory NAHP;

d. Tenaga Pendamping Penyaluran (TPP) BP2BT tingkat Provinsi melakukan

pendataan, pengadministrasian, dan monitoring serta penyelesaian

pengaduan program BP2BT hasil laporan dari Tenaga Pendamping

Penyaluran (TPP) BP2BT tingkat Kabupaten, selanjutnya menyampaikan

laporan kepada Non Consultant Service NAHP;

e. Konsultan Manajemen Provinsi (KMP) BSPS melakukan pendataan,

pengadministrasian, dan monitoring serta penyelesaian pengaduan

program BSPS hasil laporan dari Kordinator Fasilitator (Korfas) BSPS

ditingkat Kabupaten, dan selanjutnya menyampaikan laporan kepada

Konsultan Manajemen Pusat (KMP) BSPS;

f. Tenaga Pendamping Penyaluran (TPP) BP2BT tingkat Kabupaten

melakukan pendataan, pengadministrasian, dan monitoring serta

penyelesaian pengaduan program BP2BT di wilayah dampingan dan

menyampaikan laporan kepada Tenaga Pendamping Penyaluran (TPP)

BP2BT tingkat Provinsi

g. Koordinator Fasilitator (Korfas) BSPS melakukan pendataan,

pengadministrasian, dan monitoring serta penyelesaian pengaduan tingkat

Page 18: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

13

Kabupaten hasil laporan dari Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) BSPS di

wilayah damping dan selanjutnya menyampaikan laporan kepada

Konsultan Manajemen Provinsi (KMP) BSPS; dan

h. Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) BSPS melakukan pendataan,

pengadministrasian, dan monitoring serta penyelesaian pengaduan di

wilayah dampingan dan menyampaikan laporan kepada Koordinator

Fasilitator (Korfas) BSPS.

I. DERAJAT PENANGANAN PENGADUAN

Sejalan dengan prinsip berjenjang yang dianut dalam standar penanganan

pengaduan masyarakat, maka setiap pengaduan yang muncul ditetapkan derajat

penanganan pengaduan.

Derajat Penanganan Pengaduan (DPP) digunakan untuk menentukan pada

tingkat mana suatu pengaduan harus mendapat dukungan yang optimal dalam

rangka mendorong percepatan penyelesaian pengaduan. Penentuan derajat

penanganan pengaduan dilakukan oleh masyarakat, pelaku program, konsultan

tingkat kabupaten, provinsi/wilayah dan konsultan nasional National Affordable

Housing Program (NAHP) melalui forum musyawarah secara berjenjang dan

dievaluasi setiap bulan atau sewaktu-waktu disesuaikan dengan progres, dampak

dan tingkat kesulitan penanganan.

Penentuan penanganan pengaduan bukan berarti pengalihan/pelimpahan

kewenangan penanganan pengaduan kepada jenjang di atasnya. Artinya jenjang

dimana masalah terjadi tetap harus menjadi pelaku utama dalam proses

penanganan pengaduan sedangkan jenjang di atasnya memberikan dukungan

penanganan sesuai kebutuhan.

Derajat penanganan pengaduan diatur sebagai berikut:

1. Derajat Desa

Derajat desa merupakan upaya penanganan masalah pada tingkat desa yaitu

Tim Fasilitator Lapangan (TFL) BSPS yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab untuk mendorong percepatan penanganan dan penyelesaian

pengaduan.

2. Derajat Kabupaten

a. Apabila penanganan pengaduan program BSPS di tingkat Desa

memerlukan dukungan penanganan yang optimal oleh konsultan BSPS di

Page 19: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

14

tingkat kabupaten baik dari Koordinator Fasilitator (KorFas) BSPS maupun

pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian

pengaduan.

b. Derajat kabupaten merupakan upaya penanganan pengaduan program

BP2BT di tingkat Kabupaten yaitu Tenaga Pendamping Penyaluran (TPP)

BP2BT Kabupaten yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk

mendorong percepatan penanganan dan penyelesaian pengaduan.

3. Derajat Provinsi

a. Apabila penanganan pengaduan program BSPS di tingkat Desa,

Kabupaten memerlukan dukungan penanganan yang optimal dari tingkat

Provinsi baik dari pihak konsultan BSPS Provinsi maupun pihak terkait

lainnya dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian pengaduan.

b. Apabila penanganan pengaduan program BP2BT di tingkat Kabupaten

memerlukan dukungan penanganan yang optimal oleh Tenaga

Pendamping Penyaluran (TPP) BP2BT di tingkat Provinsi maupun pihak

terkait lainnya dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian

pengaduan.

4. Derajat Nasional

a. Apabila dalam lokasi program belum ditempatkan TFL/KORFAS dan atau

masa tugas TFL dan KORFAS telah berakhir maka terhadap pengaduan

yang belum tuntas akan diambilalih penanganannya menjadi derajat

Nasional.

b. Apabila progres penanganan pengaduan pada tingkat

desa/kabupaten/provinsi memerlukan dukungan penanganan yang optimal

oleh Konsultan Manajemen Pusat BSPS dan/atau Konsultan Advisory

NAHP serta pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong percepatan

penyelesaian pengaduan.

c. Apabila penanganan pengaduan program BP2BT di tingkat

kabupaten/provinsi memerlukan dukungan penanganan yang optimal oleh

Non Consultant Service NAHP dan/atau Konsultan Advisory NAHP serta

pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian

pengaduan.

Selanjutnya tentang Derajat Penanganan Pengaduan dan pengambilaliahan

penanganan pengaduan akan diatur secara tersendiri dalam lampiran IV SOP ini.

Page 20: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

15

J. PROSEDUR PENGELOLAAN PENGADUAN

Pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat dapat dilakukan melalui:

1. Aplikasi WA Pengaduan NAHP di nomer 0813 5000 5328

2. Email Pengaduan NAHP: [email protected]

3. Portal satu pintu Kementerian Pekerjaan Umum di Situs

http://pu.go.id/saran/input-saran

Selanjutnya pengaduan yang masuk melalui ketiga media diatas akan dilakukan

langkah-langkah penanganan sebagai berikut:

1. Registrasi

Setiap pengaduan dicatat dalam formulir pengaduan kemudian dicatat dalam

buku register pengaduan pada hari diterimanya pengaduan pada setiap jenjang

konsultan/fasilitator yang berisi informasi tentang:

a. Nomor

b. Tanggal penerimaan pengaduan

c. Nama Pelapor

d. Nama Orang/lnstansi yang dilaporkan

e. Program/Kegiatan yang diadukan

f. Lokasi kejadian

g. Waktu Kejadian

h. Sumber laporan (Laporan langsung dari masyarakat, SMS, Telepon, Surat

Kabar, Laporan Supervisi, Laporan Audit, dsb)

i. Hal yang dilaporkan/diadukan

Untuk mempermudah fasilitator/konsultan dalam melakukan proses registrasi

dan pencatatan terhadap semua pengaduan yang diterima secara manual

akan TFL wajib mencatat dalam formulir pengaduan dan Form registrasi

pengaduan (lampiran II dan III SOP ini) sebelum akan diintegrasikan dalam

laporan Program Aplikasi Pengelolaan Pengaduan NAHP.

2. Verifikasi dan Validasi data

Paling lambat 3 hari setelah diterima, terhadap setiap pengaduan dilakukan

penelaahan mencakup:

a. Relevansi isi aduan

b. Pemilahan isi aduan

c. Kecukupan informasi

Page 21: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

16

Pada prinsipnya pengaduan harus lengkap, berisi nama orang atau jabatan

yang diadukan, materi tentang hal yang diadukan, lokasi yang diadukan,

waktu terjadinya masalah, dan bagaimana masalah yang diadukan terjadi.

Untuk dapat ditindaklanjuti, suatu pengaduan minimal berisikan materi yang

diadukan dan lokasi kejadian.

d. Pengelompokan dan Distribusi

Pengaduan yang telah dicatat atau diregistrasi dan didokumentasikan,

selanjutnya dikelompokkan berdasarkan:

1) Isu/materi yang diadukan sebagai dasar menentukan kategori

pengaduan dan tingkat/jenjang penanganan.

2) Pengaduan, termasuk pengaduan lama, pengaduan lanjutan, dampak

dari pengaduam yang telah ada, ataukah informasi tambahan tentang

pengaduan yang sudah ditangani sebelumnya

3) Tahapan berikutnya adalah pendistribusian ke unit terkait.

3. Tindak Turun Tangan Pengaduan

Bentuk tindak turun tangan pengaduan yang diterima adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan informasi: untuk pertanyaan yang bersifat meminta informasi

kepada pelaku program, maka Konsultan Advisory NAHP akan

meneruskan permintaan informasi tersebut kepada pihak terkait dan

meneruskan kepada pengadu. Paling lama satu minggu setelah

pengaduan diterima.

b. Menjawab Pertanyaan: untuk pengaduan yang masuk kategori pertanyaan

maka ditindaklanjuti dengan menjawab langsung kepada pengadu dengan

merujuk pada pilihan-pilihan jawaban atas pertanyaan yang umum. Paling

lama satu minggu sejak pengaduan diterima.

c. Kritik/Saran: untuk pengaduan yang masuk kategori kritik/saran maka

ditindaklanjuti dengan meneruskan ke pihak-pihak terkait. Paling lama satu

minggu setelah pengaduan diterima.

4. Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan tujuan agar semua kesepakatan yang muncul

dalam tindak turun tangan ataupun rekomendasi yang telah dikeluarkan dapat

dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Bila dalam pemantauan ditemukan langkah yang kurang efektif, maka dapat

dilakukan analisis ulang sehingga muncul alternatif lain bagi penanganan

Page 22: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

17

masalah tersebut. Penentuan langkah-langkah alternatif penanganan

dilakukan harus mengacu kepada syarat pengambilalihan penanganan

sebagaimana diatur dalam lampiran IV SOP ini.

Jika penyelesaian pengaduan khusus menemui hambatan, maka konsultan

perlu melakukan koordinasi dengan Project Implementation Unit (PIU) NAHP

melalui konsultan Advisory NAHP untuk mendorong progres penanganannya

agar permasalahan dapat terselesaikan tepat waktu.

Pada tiap tahapan proses penanganan, progres harus selalu dilaporkan dalam

bentuk matriks penanganan.

5. Diseminasi

Proses Diseminasi dilakukan melalui Musyawarah. Hal ini diadakan setelah

proses tindak turun tangan terhadap pengaduan telah dilakukan dan sesuai

dengan prinsip dan prosedur penanganan pengaduan.

Keputusan dari musyawarah ini adalah:

a. Pengaduan dinyatakan selesai, ataukah;

b. Pengaduan dinyatakan belum selesai, dengan rekomendasi:

1) Dilakukan proses penanganan ulang;

2) Alternatif solusi yang lain;

3) Pengananan pengaduan diproses menjadi pengaduan bersifat

khusus.

Hasil musyawarah harus dituangkan dalam Berita Acara dan disosialisasikan

kepada masyarakat melalui papan informasi/media lain dan kegiatan

masyarakat baik formal maupun informal. Mengenai prosedur pengelolaan

pengaduan akan dijelaskan dalam bagan alur dibawah ini.

Page 23: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

18

Gambar 2:

Prosedur Pengelolaan Pengaduan

K. ALUR PENANGANAN PENGADUAN

Dalam menindaklanjuti pengaduan hal yang pertama harus dilakukan adalah

memilah pengaduan berdasarkan kategorial program, apakah masuk Komponen

program Bantuan Penyediaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) ataukah

Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Terdapat dua jenis penanganan

pengaduan, yaitu:

Page 24: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

19

1. Penanganan Pengaduan Berbasis Kearifan Lokal; dan

2. Penanganan Pengaduan oleh Project Implementation Unit (PIU) Housing

Program (NAHP)

Pada prinsipnya penanganan masalah mengutamakan pola penanganan berbasis

masyarakat namun melihat cakupan wilayah kegiatan tidak kesemuanya dapat

diterapkan dalam masing-masing komponen kegiatan. Sehingga Penanganan

Pengaduan Berbasis Kearifan lokal lebih tepat dipergunakan untuk

menindaklanjuti pengaduan dalam progam Bantuan Stimulan Perumahan

Swadaya (BSPS) dengan melibatkan peran serta Pemerintah Desa.

Namun demikian, apabila dengan pola tersebut masih belum diperoleh hasil

optimal, maka dapat dilakukan dengan pola yang kedua dengan prasayarat

penanganan sudah dilakukan dan dilaksanakan secara berjenjang tetapi terjadi

stagnasi dalam penanganannya dan telah memperoleh rekomendasi

pengambilahan untuk tindaklanjut penyelesaiannya oleh Project Implementation

Unit (PIU) NAHP.

1. Penanganan Pengaduan Berbasis Kearifan Lokal

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya

pemerintahan negara Indonesia. Desa yang memiliki hak asal usul dan hak

tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilindungi dan diberdayakan agar

menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kukuh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan

menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Penanganan Pengaduan yang melibatkan Pemerintah Desa sebagai wujud

peran masyarakat dilakukan dengan alur sebagai berikut:

a. Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL), Koordinator Fasilitator (KORFAS),

Konsultan Manajemen Provinsi (KMP) BSPS, Konsultan Manajemen Pusat

(KMP) BSPS atau Konsultan Advisory NAHP menyampaikan kepada

Pemerintah Desa simpulan hasil analisis pengaduan yang harus

diselesaikan di tingkat masyarakat.

Page 25: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

20

b. Pemerintah Desa bersama Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) melakukan

uji silang atau melakukan klarifikasi ke lapangan dengan cara

mengumpulkan data pendukung berupa keterangan saksi dan bukti surat

serta bukti-bukti awal lainnya untuk memastikan kebenaran dari pengaduan

tersebut.

c. Jika hasil klarifikasi lapangan menyimpulkan tidak ada indikasi atau terjadi

gap maka Pemerintah Desa melalui Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL),

Koordinator Fasilitator) (KORFAS), Konsultan Manajemen Provinsi (KMP)

BSPS, Konsultan Manajemen Pusat (KMP) BSPS atau Konsultan Advisory

segera mensosialisasikan pengaduan dan hasil klarifikasi kepada

masyarakat dalam sebuah Forum Rembug Desa.

Apabila hasil klarifikasi menyimpulkan telah terjadi kesenjangan, maka

Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL), Koordinator Fasilitator) (KORFAS),

Konsultan Manajemen Provinsi (KMP) BSPS, Konsultan Manajemen Pusat

(KMP) BSPS atau Konsultan Advisory NAHP segera melakukan tindak

lanjut.

d. Jika hasil klarifikasi oleh Pemerintah Desa, Tenaga Fasilitator Lapangan

(TFL), Koordinator Fasilitator) (KORFAS), Konsultan Manajemen Provinsi

(KMP) BSPS, Konsultan Manajemen Pusat (KMP) BSPS atau Konsultan

Advisory PMC (sebagaimana yang dilakukan pada point 2 di atas)

berkesimpulan telah terjadi kesenjangan, maka langkah selanjutnya adalah:

1) Melakukan Investigasi pengaduan untuk mengetahui penyebab dari

kesenjangan di lapangan pada saat pelaksanaan kegiatan. Kegiatan

yang dilakukan antara lain:

a) Mengidentifikasi pelaku agar memperoleh kepastian tentang pihak-

pihak yang terlibat sehingga terjadi kesenjangan;

b) Menyusun kronologis pengaduan berdasarkan urutan waktu

kejadian; dan

c) Mengumpulkan bukti pendukung, yaitu semua data yang membuat

terang terjadinya kesenjangan.

Contoh: bukti hasil audit internal dari Fasilitator/Konsultan, Laporan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, kesaksian dari

pihak lain dan keterangan lainnya.

Page 26: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

21

2) Melakukan analisis pengaduan, dengan urutan berpikir sebagai berikut:

a) Menentukan kategori dan derajat pengaduan, dengan demikian

dapat menjadi dasar target penyelesaian kasus dan rencana

tindakan;

b) Menentukan kecenderungan pengaduan, yaitu memastikan apakah

pengaduan yang disampaikan memiliki dampak luas atau berpotensi

terjadi dilokasi lain;

c) Sumber kesenjangan, yaitu apa yang menyebabkan terjadinya

pengaduan, apakah masyarakat tidak mematuhi petunjuk konsultan

dan apakah kelalaian dari pihak konsultan. Apabila penerima

manfaat/masyarakat menjadi penyebabnya, maka perlu diberikan

sosialisasi atau pemahaman tentang teknis pelaksanaan kegiatan

kepada penerima manfaat/masyarakat atau bila akbiat kelalaian

konsultan, maka perlu diberikan surat teguran sebagai bahan

evaluasi kinerja terhadap Fasilitator/konsultan; dan

d) Prilaku penerima manfaat/masyarakat dan pelaku, yakni

menganalisis kecenderungan sikap dan prilaku penerima

manfaat/masyarakat dan pelaku dalam menghadapi aduan tersebut.

Apakah penerima manfaat/masyarakat masa bodoh dengan aduan

tersebut atau pelaku mau bersikap bekerja sama atau bersikap

sebaliknya, yaitu berusaha menghindar dari persoalan.

3) Analisis terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian

pengaduan.

a) Menganalisis pihak-pihak yang dapat mendukung penyelesaian

pengaduan;

b) Menganalisis para pihak yang menghambat penyelesaian

pengaduan; dan

c) Menganalisis para pihak yang dijadikan kelompok penekan untuk

mendorong percepatan penyelesaian pengaduan.

e. Setelah melakukan investigasi dan menganalisis kasus yang terjadi, serta

mengindentifikasi pihak-pihak yang akan mendukung, pihak tidak

mendukung dan kelompok penekan, maka langkah terakhir yang dilakukan

Pemerintah Desa dan Tenaga Fasilitator Lapangan adalah menentukan

Page 27: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

22

pilihan alternatif pola penanganan dan menyusun rencana tindakan

penanganan.

Pilihan alternatif pola penanganan yaitu menentukan tentang jenis

pengaduan: yaitu apakah pengaduan terkait perencanaan, pelaksanaan,

manajerial atau pengaduan yang bersifat khusus.

1) Apabila pengaduan terkait perencanaan maka dapat dilakukan dengan

meluruskan kembali proses perencanaan,

2) Apabila terkait pelaksanaan maka dapat dilakukan dengan merevisi

pekerjaan dan disertai penyelesaian kelengkapan adminstrasi,

3) Apabila terkait manajerial maka dapat dilakukan dengan pemberian

surat teguran atau penyelesaian adminstratif,

4) Apabila terkait pengaduan khusus maka dapat dilakukan dengan

penyelesaian pengembalian dana atau menyelesaikan kekurangan

pekerjaan.

Penyelesaian pengaduan yang bersifat khusus dapat dilakukan dengan

Non Litigasi, seperti Konsiliasi, Negosiasi, Mediasi, Penilaian Ahli dan

Konsultasi (Alternative Dispute Resolution) sebagaimana diatur dalam

Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa atau dimungkinkan juga langkah penyelesaian

masalah dengan kearifan lokal.

f. Hasil identifikasi pilihan alternatif pola penanganan masalah berikut

Rencana Tindakan disampaikan dalam forum Rembug Warga oleh

Pemerintah Desa untuk dibahas dan ditetapkan sebagai pilihan

penanganan dan tertuang dalam Berita Acara Kegiatan.

g. Selama melaksanakan rencana tindakan, Pemerintah Desa bersama

Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) melakukan pemantauan terhadap

proses penanganan dan mengevaluasi serta melaporkan hasil

pemantauannya kepada Korfas untuk dilaporkan secara berjenjang

untuk selanjutnya dianalisis dan disusun rancangan oleh Konsultan

Advisory NAHP setelah berkoordinasi dengan Project Implementation

Unit (PIU) National Affordable Housing Program (NAHP).

Page 28: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

23

h. Hasil penanganan pengaduan yang dinyatakan selesai segera

disampaikan kepada seluruh masyarakat melalui forum Rembug Warga

yang dihadiri oleh pemerintah desa, penerima manfaat dan masyarakat

lain.

Selanjutnya tentang mekanisme penanganan berbasis kerarifan lokal dapat

diperhatikan dalam diagram alir berikut.

PENGADUAN

PEMERINTAH DESA

KLARIFIKASI

PERTANYAAN PENGADUAN

INVESTIGASI

ANALISA KASUS ANALISA KEPENTINGAN

PENANGANAN

DISEMENASI PENYELESAIAN

KETERANGAN:

GARIS ALUR PENANGANAN

Gambar 3:

Mekanisme Penanganan Pengaduan Berbasis Kearifan Lokal

2. Penanganan Pengaduan Oleh Project Implementation Unit (PIU) NAHP

Opsi penanganan pengaduan oleh Project Implementation Unit (PUI) NAHP

adalah proses penanganan yang secara khusus diperuntukkan:

Page 29: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

24

a. untuk penanganan kegiatan komponen kegiatan 1: BP2BT;

b. kegiatan pengelolaan pengaduan kegiatan Komponen 2: BSPS yang

penanganannya oleh konsultan terkait tidak menunjukkan perkembangan

yang sginifikan sesuai dengan derajat penanganan oleh masing-masing

konsultan komponen 2 BSPS;

c. terkait penanganan pengaduan yang belum terselesaikan setelah kontrak

tenaga fasilitator lapangan dan Korfas selesai.

Asisten Bidang Keuangan dan Umum National Affordable Housing Program

(NAHP) sebagai Bidang yang menangani Pengaduan NAHP akan dibantu oleh

Konsultan Advisory NAHP akan melakukan klarifikasi atas materi pengaduan

yang dianggap sebagai penyebab kesenjangan melalui proses sebagai berikut:

a. Analisis

Analisis merupakan kegiatan menelaah informasi/data dan dokumen terkait

sebelum menentukan perlu tidaknya turun menurunkan tim investigasi ke

lapangan. Ada dua jenis analisis yang dilakukan yaitu analisis kasus dan

analisis pihak-pihak yang berkepentingan.

1) Analisis kasus dilakukan dengan urutan:

a) Menentukan kategori pengaduan apakah terkait program Bantuan

Penyediaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) ataukah

program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dengan

mekanisme sebagai berikut:

(1) apabila pengaduan terkait program Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya (BSPS) maka tindak lanjut

penanganannya diutamakan melalui mekanisme Penanganan

Pengaduan Berbasis Kearifan Lokal; dan

(2) apabila pengaduan terkait program Bantuan Penyediaan

Perumahan Berbasis Tabungan maka tindak lanjut

penanganannya melalui mekanisme Penanganan Pengaduan

Oleh Project Implementation Unit (PIU) NAHP.

b) Menentukan Derajat Penanganan Pengaduan yaitu:

(1) apabila pengaduan terkait program Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya (BSPS) apakah masuk dalam Derajat

Desa, Kabupaten, Provinsi/Wilayah atau Nasional yang akan

Page 30: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

25

dipergunakan sebagai dasar target penyelesaian dan rencana

penanganan; dan

(2) apabila pengaduan terkait program Bantuan Penyediaan

Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) dalam Derajat

Kabupaten, Provinsi/Wilayah atau Nasional yang akan

dipergunakan sebagai dasar target penyelesaian dan rencana

penanganan.

c) Menentukan kecenderungan aduan, yaitu memastikan apakah

pengaduan yang disampaikan akan berdampak atau memicu

pengaduan baru di lokasi lain jika tidak segera ditangani.

d) Sumber kesenjangan, yaitu apa yang menyebabkan terjadinya

pengaduan, apakah masyarakat tidak mematuhi petunjuk konsultan

dan apakah kelalaian dari pihak konsultan. Apabila penerima

manfaat/masyarakat menjadi penyebabnya, maka perlu diberikan

sosialisasi atau pemahaman tentang teknis pelaksanaan kegiatan

kepada penerima manfaat/masyarakat atau bila akbiat kelalaian

konsultan, maka perlu diberikan surat teguran sebagai bahan

evaluasi kinerja terhadap Fasilitator/konsultan.

e) Prilaku penerima manfaat/masyarakat dan pelaku, yakni

menganalisis kecenderungan sikap dan prilaku penerima

manfaat/rnemasyarakat dan pelaku dalam menghadapi aduan

tersebut. Apakah penerima manfaat/masyarakat masa bodoh

dengan aduan tersebut atau pelaku mau bersikap bekerja sama atau

bersikap sebaliknya, yaitu berusaha menghindar dari persoalan.

2) Analisis Pemangku Kepentingan atau analisis untuk menentukan:

a) Pihak pendukung; adalah pihak-pihak yang dapat mendukung

penanganan masalah;

b) Pihak penghambat; adalah pihak yang tidak mendukung atau

menjadi kendala/penghambat dalam proses penyelesaian; dan

c) Kelompok penekan; adalah kelompok yang memiliki kapasitas atau

pengaruh untuk mendorong penyelesaian.

3) Hasil analisis kedua aspek tersebut selanjutnya dirumuskan menjadi

sebuah dokumen yang menjelaskan:

Page 31: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

26

a) Pengaduan masuk Komponen program Bantuan Penyediaan

Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT);

b) Pengaduan masuk Komponen program Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya (BSPS); dan

c) Rekomendasi alternatif rekomendasi alernatif penanganan

4) Apabila hasil analisa awal menyimpulkan:

a) Pengaduan Komponen Program Bantuan Stimulan Perumahan

Swadaya maka penanganan lebih diutamakan dengan jalur

Penanganan Pengaduan Berbasis Kearifan Lokal, namun jika

penyelesaian pengaduan mengalami stagnasi berdasarkan

pemantauan dari Asisten Bidang Keuangan dan Umum National

Affordable Housing Program (NAHP) sebagai Bidang yang

menangani Pengaduan NAHP maka penanganan pengaduan

dapat dilakukan dengan menggunakan jalur penanganan

pengaduan oleh Project Implementation Unit (PIU) NAHP.

b) Pengaduan kategori program Bantuan Penyediaan Perumahan

Berbasis Tabungan (BP2BT) maka secara langsung upaya

penanganan dilakukan dengan jalur penanganan pengaduan oleh

Project Implementation Unit (PIU) NAHP.

b. Investigasi

Investigasi adalah proses pencarian kebenaran untuk membuktikan apakah

yang diadukan benar terjadi atau tidak, dan menentukan pihak yang

dirugikan dan yang merugikan. Pada tahap ini yang dilakukan adalah:

1) Pengumpulan data pendukung, yaitu mengumpulkan data dan dokumen

pendukung baik langsung maupun tidak langsung yang terkait dengan

masalah yang ditangani.

2) Penyusunan kronologis masalah dengan menyusun kejadian yang

terjadi secara runut berdasarkan waktu.

3) Melakukan identifikasi pihak yang terlibat dalam proses kegiatan yang

diadukan pada periode atau waktu masalah yang diadukan (saksi-saksi,

korban, pelaku).

Dari hasil investigasi ini diharapkan memudahkan menentukan pilihan

penangannnya.

Page 32: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

27

c. Tindak Turun Tangan

Tindak turun tangan merupakan tindak lanjut atas rekomendasi pilihan

alternatif penanganan masalah yang dihasilkan setelah proses investigasi.

Tata cara fasilitasi dapat dilakukan dengan cara:

1) Kategori pengaduan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)

fasilitasi pola penanganan setelah ada kesepakatan antara Fasilitator

atau Konsultan sesuai jenjang masalah dengan Pemerintah Desa

2) Kategori pengaduan program Bantuan Penyediaan Perumahan

Berbasis Tabungan (BP2BT) fasilitasi pola penanganan dilakukan oleh

Project Implementation Unit (PIU) NAHP melalui fasilitasi Tim

Pendamping Penyaluran (TPP) sesuai derajat penanganan pengaduan.

Hasil tindak turun tangan dapat berupa kesepakatan tentang pemberian

sanksi/teguran, pengembalian kepada prinsip dan prosedur, kesepakatan

penyelesaian pengaduan dan kesepakatan lainnya.

d. Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan tujuan agar semua kesepakatan yang

muncul dalam tindak turun tangan ataupun rekomendasi yang telah

dikeluarkan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Bila dalam

pemantauan ditemukan langkah yang kurang efektif, maka dapat dilakukan

analisis ulang sehingga muncul alternatif lain bagi penanganannya.

Penentuan langkah-langkah alternatif penanganan dilakukan harus

mengacu kepada syarat pengambilalihan penanganan sebagaimana diatur

dalam lampiran IV SOP ini.

e. Pengaduan dinyatakan selesai

Pengaduan dinyatakan selesai apabila masyarakat dalam Forum

Musyawarah yang menyatakan demikian dengan mengacu pada panduan

yang ada. Dalam hal masalah dinyatakan selesai maka harus dilengkapi

dengan bukti pendukung dan berita acara (BA) penyelesaian dengan

kriteria sebagai berikut:

1) apabila pengaduan terkait perencanaan maka dapat dilakukan dengan

meluruskan kembali proses perencanaan;

2) apabila terkait pelaksaanaan maka dapat dilakukan dengan merevisi

pekerjaan dan disertai penyelesaian kelengkapan adminstrasi;

Page 33: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

28

3) apabila terkait manajerial maka dapat dilakukan dengan pemberian

surat teguran atau penyelesaian administrative; dan

4) apabila terkait pengaduan khusus maka dapat dilakukan dengan

penyelesaian pengembalian dana atau menyelesaikan kekurangan

pekerjaan.

Selanjutnya ke empat tersebut juga dijelaskan dalam lampiran V dari SOP

ini.

Penyelesaian pengaduan yang bersifat khusus dapat dilakukan dengan

Non Litigasi, seperti Konsiliasi, Negosiasi, Mediasi, Penilaian Ahli dan

Konsultasi (Alternative Dispute Resolution) sebagaimana diatur dalam

Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa atau dimungkinkan juga langkah penyelesaian

masalah dengan kearifan lokal. Selanjutnya tentang mekanisme

penanganan melalui jalur Konsultan PMC dapat diperhatikan dalam

diagram alir berikut.

Page 34: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

29

SUMBER PENGADUAN

BANTUAN PENYEDIAAN PERUMAHAN BERBASIS TABUNGAN BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA

PERTANYAAN PENGADUAN PENGADUAN PERTANYAAN

KLARIFIKASI

ANALISA KASUS ANALISA KEPENTINGAN

TINDAK TURUN TANGAN

PENANGANAN

PENGADUAN KASUS PENGADUAN UMUM

PEMANTAUAN

ESKALASI DERAJAT PENANGANAN

SELESAI

DISEMINASI/SOSIALISASI MELALUI WEB PENGADUAN

BELUM SELESAI

SELESAI

KETERANGAN:

GARIS ALUR PENANGANAN

Gambar 4:

Mekanisme Penanganan Pengaduan

Oleh Project Implementation Unit (PIU) NAHP

L. UMPAN BALIK PENGADUAN

Merupakan tanggapan kembali kepada masyarakat melalui Forum Musyawarah

terhadap pengaduan yang dinyatakan selesai. Ini berkaitan erat dengan tahap

pengaduan yang bersifat khusus yang telah dinyatakan selesai.

Dimana masyarakat memiliki hak menerima atau menolak atas penyelesaian

pengaduan tersebut. Jika umpan balik kepada masyarakat diterima, maka

pengaduan ditutup.

Page 35: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

30

Namun jika masyarakat menginginkan adanya upaya lain dan menyatakan belum

selesai, maka dapat dilakukan peninjauan kembali, dalam hal ini perlu dibuat

kesepakatan (dalam Berita Acara) peninjauan kembali.

Tindaklanjut yang disampaikan kembali kepada Konsultan Advisory NAHP untuk

selanjutnya dikoordinasikan dengan Asisten Bidang Keuangan dan Umum NAHP

untuk mendapatkan validasi apakah penyelesaian pengaduan sudah bisa

dianggap selesai atau belum.

Jika pengaduan telah dianggap selesai, maka dicatat dalam register sebagai

pengaduan sudah selesai dan kemudian disampaikan melalui Web Aplikasi

National Affordable Housing Program (NAHP). Namun apabila masalah dianggap

belum selesai, maka dikembalikan lagi kepada konsultan terkait untuk diselesaikan

dengan beberapa rekomendasi penanganan yang dianggap belum selesai,

demikian seterusnya.

M. PELAPORAN

Kompilasi tentang pertanyaan dan pengaduan yang muncul dan tindak lanjut

penanganannya dilaporkan secara berjenjang dua mingguan untuk setiap jenjang

mulai dari:

1. Derajat Desa, Kabupaten, Provinsi sampai dengan Pusat untuk pengaduan

program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) di setiap akhir

bulan digunakan sebagai bagian dari laporan bulanan; dan

2. Derajat Kabupaten, Provinsi sampai dengan Pusat untuk pengaduan

program Bantuan Penyediaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) di

setiap akhir bulan digunakan sebagai bagian dari laporan bulanan.

Status penanganan pengaduan yang sudah dinyatakan selesai dan telah divalidasi

oleh Asisten Bidang Keuangan dan Umum NAHP National Affordable Housing

Program (NAHP) dan telah disetujui oleh Kepala Project Implementation Unit (PIU)

dapat dipublikasikan melalui WEB National Affordable Housing Program (NAHP).

Page 36: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

31

N. STANDAR PELAPORAN

1) Pelaporan internal

Jenis dan jadwal pelaporan:

a) Laporan Pertanyaan

Berisikan seluruh pertanyaan yang diterima di jejang pelaku yang

bersangkutan dan tindak lanjut yang dilakukan.

Laporan pertanyaan disampaikan secara berjenjang sebagai bagian dari

laporan bulanan Team Leader Konsultan Advisory NAHP dalam bentuk

hard copy maupun berupa soft copy dalam format standar sesuai dengan

format Lampiran VII A, VIII A, IX A dan X A sebagaimana terlampir dalam

SOP ini untuk selanjutnya diserahkan kepada Kepala Project

Implementation Unit (PIU) National Affordable Housing Program (NAHP)

melalui Asisten Umum Bidang Keuangan dan Umum NAHP.

b) Laporan Pengaduan

Berisikan seluruh pengaduan yang diterima di jejang pelaku yang

bersangkutan dan tindak lanjut yang dilakukan. Laporan pengaduan

disampaikan secara berjenjang sebagai bagian dari laporan bulanan Team

Leader Konsultan Advisory NAHP dalam bentuk hard copy maupun berupa

soft copy dalam format Lampiran VII B, VIII B, IX B dan X B untuk

selanjutnya diserahkan kepada Kepala Project Implementation Unit (PIU)

National Affordable Housing Program (NAHP) melalui Asisten Umum

Bidang Keuangan dan Umum NAHP National Affordable Housing Program

(NAHP).

c) Laporan terkait temuan BPK

Berisi seluruh pengaduan yang dibuat dalam bentuk matriks sebagai bagian

dari laporan bulanan Team Leader Konsultan Advisory NAHP disampaikan

dalam bentuk hard copy maupun berupa soft copy dalam format Lampiran

XI untuk selanjutnya diserahkan kepada dalam bentuk hard copy maupun

berupa soft copy dalam format standar untuk selanjutnya diserahkan

kepada Kepala Project Implementation Unit (PIU) National Affordable

Housing Program (NAHP) melalui Asisten Umum Bidang Keuangan dan

Umum NAHP National Affordable Housing Program (NAHP).

Page 37: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

32

d) Pengaduan manajerial akan dilaporkan tersendiri yang berisi detail

kronologi dan dilaporkan kepada konsultan manajemen pada jenjang di

atasnya segera setelah muncul pengaduan tersebut.

2) Pelaporan Eksternal

Konsultan Advisory NAHP wajib menyusun laporan eksternal secara bulanan

untuk disampaikan kepada Kepala Project Implementation Unit (PIU) National

Affordable Housing Program (NAHP) yang selanjutnya akan dilaporkan

kepada:

a) Komite Pengarah National Affordable Housing Program (NAHP);

b) Project Management Committee (PMC) National Affordable Housing

Program (NAHP);

c) Bank Dunia; dan

d) Pihak Lain yang berkepentingan.

Semua bentuk publikasi melalui website dan media masa yang dikelola Project

Implementation Unit (PIU) harus sepengetahuan dan persetujuan dari Kepala

Project Implementation Unit (PIU) National Affordable Housing Program

(NAHP). Seperti dijelaskan dalam Lampiran VI

O. PENGUNGKAPAN KEPADA PUBLIK (DISCLOSURE)

Jika sudah menggunakan complaint handling berbasis web, maka informasi

tentang pengaduan yang diterima, kategori, jenis, status penyelesaian,

waktu/tanggal pengaduan sudah real time ditampilkan. Sehingga tidak diperlukan

pelaporan khusus tetapi perlu memberikan catatan khusus terhadap pengaduan

yang mempunyai resiko kurang baik terhadap keberlangsungan pelaksanaan

National Affordable Housing Program (NAHP).

Page 38: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

33

LAMPIRAN I:

BAGAN ALUR PENANGANAN

Page 39: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

34

LAMPIRAN II:

FORMULIR PENGADUAN

NOMOR :

TANGGAL DITERIMA :

SUMBER : SMS/E-MAIL/SURAT/FAX/TELEPON/LAPORAN HASIL KUNJUNGAN/LAINNYA: ..........................

IDENTITAS PENGADU

NAMA :

ALAMAT :

DESA/KOTA/PROVINSI :

NOMOR TELEPON /HP :

EMAIL/FAX :

HAL YANG DIADUKAN

LOKASI KEJADIAN :

PROGRAM/KEGIATAN :

TERADU :

PERKIRAAN WAKTU KEJADIAN

:

URAIAN PENGADUAN:

KETERANGAN : PENGADUAN BARU / RELEVAN DENGAN PENGADUAN NOMOR...............................

NAMA DAN TANDA TANGAN PENERIMA PENGADUAN

:

Page 40: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

35

LAMPIRAN III:

FORM REGISTRASI PENGADUAN

NO TANGGAL MASUK

MEDIA PENGADUAN

IDENTITAS PENGADU NAMA PROGRAM

LOKASI PENGADUAN URAIAN PENGADUAN NAMA ALAMAT NO

KTP/HP JABATAN DESA KAB PROV

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

Page 41: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

36

LAMPIRAN IV:

PENGATURAN DERAJAT

PENGADUAN DAN PENGAMBILALIHAN PENANGANAN

Sejalan dengan prinsip berjenjang yang dianut dalam penanganan pengaduan

masyarakat, maka setiap pengaduan yang muncul ditetapkan derajat penanganan

pengaduan. Derajat Penanganan Pengaduan (DPP) digunakan untuk menentukan

pada tingkat mana suatu pengaduan mendapat dukungan dari pemangku

kepentingan untuk mendorong akselerasi penanganan.

Penentuan derajat penanganan pengaduan dilakukan oleh masyarakat, pelaku

program, konsultan tingkat kabupaten, provinsi/wilayah dan konsultan tingkat

nasional NAHP melalui forum musyawarah secara berjenjang dan dievaluasi setiap

bulan atau sewaktu-waktu disesuaikan dengan progres, dampak dan tingkat kesulitan

penanganan. Penentuan penanganan pengaduan bukan berarti

pengalihan/pelimpahan kewenangan penanganan pengaduan kepada jenjang di

atasnya.

Artinya jenjang dimana masalah terjadi tetap harus menjadi pelaku utama dalam

proses penanganan pengaduan sedangkan jenjang di atasnya memberikan

dukungan penanganan sesuai kebutuhan.

Derajat penanganan pengaduan diatur sebagai berikut:

1. Derajat Desa

Derajat desa merupakan upaya penanganan masalah pada tingkat desa yaitu

Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) BSPS yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab untuk mendorong percepatan penanganan dan penyelesaian pengaduan.

2. Derajat Kabupaten

a. Apabila penanganan pengaduan program BSPS di tingkat desa memerlukan

dukungan penanganan yang optimal oleh konsultan BSPS di tingkat kabupaten

baik dari Koordinator Fasilitator (KorFas) BSPS maupun pihak terkait lainnya

dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian pengaduan.

b. Derajat kabupaten merupakan upaya penanganan pengaduan program

BP2BT di tingkat kabupaten yaitu Tenaga Pendamping Penyaluran (TPP)

BP2BT kabupaten yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk

mendorong percepatan penanganan dan penyelesaian pengaduan.

Page 42: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

37

3. Derajat Provinsi

• Apabila penanganan pengaduan program BSPS di tingkat desa/kabupaten

memerlukan dukungan penanganan yang optimal oleh konsultan BSPS di

tingkat provinsi maupun pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong

percepatan penyelesaian pengaduan.

• Apabila penanganan pengaduan program BP2BT di tingkat kabupaten

memerlukan dukungan penanganan yang optimal oleh Tenaga Pendamping

Penyaluran (TPP) BP2BT di tingkat provinsi baik maupun pihak terkait lainnya

dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian pengaduan.

4. Derajat Nasional

Apabila dalam lokasi program belum ditempatkan TFL/KORFAS dan atau

masa tugas TFL dan KORFAS telah berakhir maka terhadap pengaduan yang

belum tuntas akan diambilalih penanganannya menjadi derajat Nasional.

Apabila progres penanganan pengaduan pada tingkat

desa/kabupaten/provinsi memerlukan dukungan penanganan yang optimal

oleh Konsultan Manajemen Pusat (KMP) BSPS dan/atau Konsultan Advisory

NAHP serta pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong percepatan

penyelesaian pengaduan dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian

pengaduan.

Apabila penanganan pengaduan program BP2BT di tingkat kabupaten/provinsi

memerlukan dukungan penanganan yang optimal oleh Non Consultant Service

(NCS) BP2BT di tingkat Nasional dan/atau Konsultan Advisory NAHP serta

pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian

pengaduan.

Proses ambil alih penanganan pengaduan adalah upaya penyelesaian pengaduan

pada tingkat lebih tinggi dari tingkat terjadinya pengaduan.

Kriteria untuk menentukan proses pengambilalihan penanganan suatu pengaduan,

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 43: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

38

PROSES AMBIL ALIH PENANGANAN

DERAJAT PENANGANAN PIHAK YANG

MENANGANI

KRITERIA PENGADUAN DAN SYARAT

PENGAMBILALIHAN

Derajat Desa o TFL BSPS o Pengaduan terjadi di lingkup desa untuk program BSPS

o Pengaduan bisa ditangani oleh pelaku BSPS di level desa

o Pengaduan terkait perencanaan dan pelaksanaan progam BSPS

Derajat Kabupaten o Tenaga Pendamping Penyaluran BP2BT Kabupaten

o Pengaduan terjadi di lingkup kabupaten untuk program BP2BT

o Pengaduan bisa ditangani oleh pelaku BP2BT di level kabupaten

o Pengaduan terkait perencanaan dan pelaksanaan progam BP2BT

o KORFAS BSPS

o Pengaduan manajerial dengan lingkup pengaduan konsultan tingkat desa terkait program BSPS

o Pengaduan manajerial dengan lingkup pengaduan konsultan tingkat desa terkait program BSPS

o Pengaduan terkait perencanaan dan pelaksanaan

progam BSPS dan sudah dilakukan penanganan di

lingkup desa selama 2 minggu namun belum

terselesaikan

o Pengaduan khusus dan sudah dilakukan penanganan di lingkup desa selama 3 minggu namun belum terselesaikan dibuktikan dengan 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 1 bulan di tingkat desa.

o Status pengaduan bersifat khusus yang terindikasi muncul Nilai kerugian ataupun pekerjaan tidak terselesaikan yang disebabkan oleh pihak supplier atau penerima bantuan yang sudah dilakukan penanganan di lingkup desa selama 3 minggu namun belum terselesaikan dibuktikan dengan 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 1 bulan di tingkat desa.

Derajat Provinsi

o Tenaga Pendamping Penyaluran BP2BT Provinsi

o Pengaduan manajerial dengan lingkup pengaduan konsultan BP2BT tingkat kabupaten

o Pengaduan terkait perencanaan dan pelaksanaan progam BP2BT dan sudah dilakukan penanganan di lingkup kabupaten selama 3 minggu namun belum terselesaikan dibuktikan dengan 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 1 bulan di tingkat kabupaten.

o Pengaduan khusus BP2BT yang terindikasi muncul Nilai kerugian ataupun pekerjaan tidak terselesaikan yang disebabkan oleh [ihak pengembang atau penerima bantuan yang sudah dilakukan penanganan di lingkup kabupaten selama 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 3 minggu di tingkat kabupaten.

o Konsultan Manajemen Provinsi BSPS

o Pengaduan manajerial dengan lingkup pengaduan konsultan BSPS tingkat kabupaten

o Pengaduan terkait perencanaan dan pelaksanaan progam BSPS dan sudah dilakukan penanganan di lingkup kabupaten selama 3 minggu namun belum terselesaikan dibuktikan dengan 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 1 bulan di tingkat kabupaten.

Page 44: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

39

DERAJAT PENANGANAN PIHAK YANG

MENANGANI

KRITERIA PENGADUAN DAN SYARAT

PENGAMBILALIHAN

o Pengaduan manajerial program BSPS sudah dilakukan penanganan di lingkup kabupaten selama 3 minggu namun belum terselesaikan dibuktikan dengan 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 1 bulan di tingkat kabupaten.

o Pengaduan khusus BSPS yang terindikasi muncul

Nilai kerugian ataupun pekerjaan tidak

terselesaikan yang disebabkan oleh pihak supplier

atau penerima bantuan yang sudah dilakukan

penanganan di lingkup kabupaten selama 3 kali

Rencana Tindakan atau paling lama 1 bulan di

tingkat kabupaten.

Derajat Nasional o NCS o Konsultan

Manajemen Pusat (KMP) BSPS

o Pengaduan khusus untuk program Bp2BT dan/atau BSPS dalam semua tingkatan

o Pengaduan manajerial dengan lingkup pengaduan konsultan BP2BT di tingkat kabupaten yang sudah dilakukan penanganan di lingkup provinsi selama 3 minggu namun belum terselesaikan dibuktikan dengan 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 1 bulan di tingkat provinsi.

o Pengaduan manajerial dengan lingkup pengaduan konsultan BP2BT di tingkat provinsi.

o Pengaduan manajerial dengan lingkup pengaduan konsultan BSPS di tingkat kabupaten yang sudah dilakukan penanganan di lingkup provinsi selama 3 minggu bulan namun belum terselesaikan dibuktikan dengan 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 1 bulan di tingkat provinsi.

o Pengaduan khusus yang terindikasi muncul Nilai kerugian ataupun pekerjaan tidak terselesaikan yang terindikasi ada keterlibatan konsultan di tingkat desa dan sudah dilakukan penanganan sesuai dengan target/sudah dilakukan dengan 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 3 minggu di tingkat propinsi tetapi masih tetap belum terselesaikan.

o Pengaduan khusus yang terindikasi muncul Nilai kerugian, pekerjaan tidak terselesaikan dan rendahnya kualitas bangunan yang disebabkan oleh pihak pengembang, supplier, atau penerima bantuan yang sudah dilakukan penanganan di lingkup provinsi selama 3 kali Rencana Tindakan atau paling lama 3 minggu di tingkat provinsi.

Pengambilalihan proses penanganan dilakukan oleh Konsultan satu tingkat di atas

derajat penanganan (supervisor) setelah adanya hasil evaluasi terhadap penanganan

yang sudah dilakukan dimasing-masing derajat penanganan.

Kepala Project Implementation Unit (PIU) NAHP melalui Asisten Bidang Keuangan

dan Umum (PIU) NAHP dapat memerintahkan kepada Konsultan Advisory NAHP

PMC untuk melakukan investigasi terhadap pengaduan program apabila

penyelesaian secara berjenjang mulai dari tingkat desa, kabupaten dan provinsi tidak

memberikan hasil sesuai dengan penderajatan penanganan pengaduan. Sedangkan

untuk kasus-kasus khusus, setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Project

Page 45: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

40

Implementation Unit (PIU) NAHP, Konsultan Advisory NAHP dapat mengabaikan

derajat penanganan masalah yang berjenjang dan dapat melakukan investigasi

langsung ke lapangan.

Page 46: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

41

LAMPIRAN V:

PENGADUAN DINYATAKAN SELESAI

Pernyataan dan Pengaduan dinyatakan selesai apabila telah dilakukan langkah-

langkah nyata dan memadai sesuai dengan jenis masalahnya dan pelapor tidak

memberikan respon lanjutan atas penyelesaian yang telah dilakukan. Kriteria

pengaduan dan masalah dinyatakan selesai sebagai berikut:

1. PERNYATAAN

Pertanyaan terkait program BP2BT atau BSPS telah ditindaklanjuti semestinya,

dan sudah terinformasikan kepada pelapor dan pelapor sudah memahami.

2. PENGADUAN

Pengaduan dinyatakan selesai apabila masyarakat dalam Forum Musyawarah

yang menyatakan demikian dengan mengacu pada panduan yang ada. Dalam hal

masalah dinyatakan selesai maka harus dilengkapi dengan bukti pendukung dan

berita acara (BA) penyelesaian dengan kriteria sebagai berikut:

a. Apabila pengaduan terkait perencanaan maka dapat dilakukan dengan

meluruskan kembali proses perencanaan proses telah dikembalikan sesuai

dengan aturan atau prinsip yang diatur di POM, Petunjuk Teknis Kegiatan, dan

Prosedur Operasional Standar Penanganan Pengaduan.

b. Apabila terkait pelaksaanaan maka dapat dilakukan dengan merevisi

pekerjaan dan disertai penyelesaian kelengkapan adminstrasi setelah

dilakukan dalam musyawarah khusus yang agendanya melakukan penegasan

atas kekeliruan yang telah terjadi dan tidak akan diulangi yang dituangkan

dalam Berita Acara.

c. Apabila terkait manajerial maka dapat dilakukan dengan pemberian surat

teguran atau penyelesaian adminstratif,

d. Pengaduan yang terjadi karena “Force majeur”, dinyatakan selesai jika ada

laporan lengkap dari dari konsultan yang dibuktikan dengan dokumentasi

pendukung berupa: pernyataan dari dnas terkait tentang kondisi Force Majeur,

foto kerusakan dan informasi tentang status pengaduan tsb. diketahui oleh

masyarakat secara utuh dan lengkap beserta solusi atau rencana tindakan

untuk penyelesaian.

Page 47: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

42

e. Apabila terkait pengaduan khusus maka dapat dilakukan dengan penyelesaian

pengembalian dana atau menyelesaikan kekurangan pekerjaan.

f. Apabila terjadi penerima manfaat atau pertanggungjawaban terhadap

pengaduan khusus telah meninggal dunia maka harus dinyatakan dengan

surat bukti kematian dari instansi yang berwenang sebagai bukti dari

penyelesaian penanganan.

Page 48: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

43

LAMPIRAN VI:

PUBLIKASI PENGADUAN

1. Latar Belakang

Dalam proses penanganan pengaduan, disadari bahwa pelaku-pelaku program

masih memiliki beberapa kendala. Sehingga agar memperoleh dukungan dari

berbagai pihak dalam proses penyelesaian pengaduan salah satunya dapat

dilakukan dengan membangun jaringan dengan pihak-pihak lain untuk

mendukung penyelesaian pengaduan. Dengan adanya publikasi pengaduan

diharapkan muncul dukungan publik sekaligus sebagai bagian dari proses

advokasi masyarakat dalam penanganan pengaduan. Ekspos dilaksanakan

berdasarkan derajat pengaduan. Pada level nasional dibuat simpulan hasil

publikasi yang ditayangkan kepada publik melalu media resmi yang dikelola oleh

Project Implementation Unit (PIU) National Affordable Housing Program (NAHP).

2. Tujuan

a. Melaporkan pertanyaan dan pengaduan kepada publik;

b. Memperoleh dukungan masyarakat; dan

c. Menciptakan tekanan sosial bagi pihak-pihak yang belum bekerja secara

efektif

3. Pengaduan yang dapat dipublikasi

Pengaduan yang dapat dipublikasikan kepada masyarakat adalah seluruh

pertanyaan dan pengaduan yang masuk melalui media WEB PPM National

Affordable Housing Program (NAHP) setelah mendapatkan persetujuan dari

Project Implementation Unit (PIU).

Page 49: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

44

LAMPIRAN VII A:

REKAPITULASI DAFTAR PERTANYAAN TEREGRISTASI PROGRAM BP2BT

PROVINSI ……………….BULAN……….TAHUN 20..

NO KABUPATEN KATEGORI PERTANYAAN SUB TOTAL TOTAL

INFORMASI KRITIK SARAN BERITA/LAPORAN

B P S JML B P S JML B P S JML B P S JML B P S

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

KETERANGAN:

B: BARU (Jumlah yang baru ditangani dibulan berjalan) P: PROSES (Jumlah sisa yang diproses di bulan berjalan) S: SELESAI (Jumlah yang selesai ditangani dibulan berjalan)

Page 50: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

45

LAMPIRAN VIIB:

REKAPITULASI DAFTAR PENGADUAN TEREGISTRASI PROGRAM BP2BT

PROVINSI ………………BULAN……..……….TAHUN 20..

NO KABUPATEN KATEGORI PENGADUAN SUB TOTAL TOTAL

PERENCANAAN PELAKSANAAN MANAJERIAL PENGADUAN KHUSUS

B P S JML B P S JML B P S JML B P S JML B P S

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

KETERANGAN:

B: BARU (Jumlah yang baru ditangani dibulan berjalan) P: PROSES (Jumlah sisa yang diproses di bulan berjalan) S: SELESAI (Jumlah yang selesai ditangani dibulan berjalan)

Page 51: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

46

LAMPIRAN VIIIA:

REKAPITULASI DAFTAR PERTANYAAN TEREGRISTASI PROGRAM BSPS

PROVINSI ………………BULAN………TAHUN 20..

NO LOKASI KATEGORI PERTANYAAN SUB TOTAL TOTAL

INFORMASI KRITIK SARAN BERITA/LAPORAN

DESA KABUPATEN B P S JML B P S JML B P S JML B P S JML B P S

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

KETERANGAN: B: BARU (Jumlah yang baru ditangani dibulan berjalan) P: PROSES (Jumlah sisa yang diproses di bulan berjalan) S: SELESAI ( Jumlah yang selesai ditangani dibulan berjalan)

Page 52: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

47

LAMPIRAN VIIIB:

REKAPITULASI DAFTAR PENGADUAN TEREGRISTASI PROGRAM BSPS

PROVINSI ……………….BULAN……….TAHUN 20…

NO LOKASI KATEGORI PENGADUAN SUB TOTAL TOTAL

PERENCANAAN PELAKSANAAN MANAJERIAL PENGADUAN KHUSUS

DESA KABUPATEN B P S JML B P S JML B P S JML B P S JML B P S

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

KETERANGAN:

1. B: BARU (Jumlah yang baru ditangani dibulan berjalan)

2. P: PROSES (Jumlah sisa yang diproses di bulan berjalan)

3. S: SELESAI ( Jumlah yang selesai ditangani dibulan berjalan)

Page 53: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

48

LAMPIRAN IXA:

REKAPITULASI KATEGORI PERTANYAAN PROGRAM BP2BT

BERDASARKAN SUMBER INFORMASI PENGADUAN

PROVINSI…………………TAHUN ANGGARAN 20..

SUMBER INFORMASI PENGADUAN BULAN TOTAL

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

LAPORAN KONSULTAN

LAPORAN LANGSUNG MASYARAKAT (WEB PENGADUAN, TELPON, WA, EMAIL, FAX, TATAP MUKA)

ORGANISASI KEMASYARAKATAN

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN TIM TEKNIS/SATKER

AUDIT INSPEKTORAT

MISI BANK DUNA

AUDIT BPK

TOTAL

Page 54: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

49

LAMPIRAN IXB:

REKAPITULASI KATEGORI PENGADUAN PROGRAM BP2BT

BERDASARKAN SUMBER INFORMASI PENGADUAN

PROVINSI………………TAHUN ANGGARAN 20..

SUMBER INFORMASI PENGADUAN BULAN TOTAL

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

LAPORAN KONSULTAN

LAPORAN LANGSUNG MASYARAKAT (WEB PENGADUAN, TELPON, WA, EMAIL, FAX, TATAP MUKA)

ORGANISASI KEMASYARAKATAN

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN TIM TEKNIS/SATKER

AUDIT INSPEKTORAT

MISI BANK DUNA

AUDIT BPK

TOTAL

Page 55: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

50

LAMPIRAN XA:

REKAPITULASI KATEGORI PERTANYAAN PROGRAM BSPS

BERDASARKAN SUMBER INFORMASI PENGADUAN

PROVINSI…………………TAHUN ANGGARAN 20..

SUMBER INFORMASI PENGADUAN BULAN TOTAL

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

LAPORAN KONSULTAN

LAPORAN LANGSUNG MASYARAKAT (WEB PENGADUAN, TELPON, WA, EMAIL, FAX, TATAP MUKA)

ORGANISASI KEMASYARAKATAN

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN TIM TEKNIS/SATKER

AUDIT INSPEKTORAT

MISI BANK DUNA

AUDIT BPK

TOTAL

Page 56: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

51

LAMPIRAN XB:

REKAPITULASI KATEGORI PENGADUAN PROGRAM BSPS BERDASARKAN SUMBER INFORMASI PENGADUAN

PROVINSI…………………TAHUN ANGGARAN 20..

SUMBER INFORMASI PENGADUAN BULAN TOTAL

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

LAPORAN KONSULTAN

LAPORAN LANGSUNG MASYARAKAT (WEB PENGADUAN, TELPON, WA, EMAIL, FAX, TATAP MUKA)

ORGANISASI KEMASYARAKATAN

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN TIM TEKNIS/SATKER

AUDIT INSPEKTORAT

MISI BANK DUNA

AUDIT BPK

TOTAL

Page 57: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

52

LAMPIRAN XI A:

LAPORAN REKAP DERAJAT PENGADUAN BP2BT

PROVINSI………………TAHUN ANGGARAN 20…

BULAN

SUBTOTAL

TOTAL

DERAJAT DESA DERAJAT KABUPATEN DERAJAT PROVINSI DERAJAT NASIONAL

JANUARI

FEBRUARI

MARET

APRIL

MEI

JUNI

JULI

AGUSTUS

SEPTEMBER

OKTOBER

NOVEMBER

DESEMBER

SUB TOTAL

TOTAL

Page 58: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

53

LAMPIRAN XI B:

LAPORAN REKAP DERAJAT PENGADUAN BSPS

PROVINSI………………TAHUN ANGGARAN 20…

BULAN

SUBTOTAL

TOTAL

DERAJAT DESA DERAJAT KABUPATEN DERAJAT PROVINSI DERAJAT NASIONAL

JANUARI

FEBRUARI

MARET

APRIL

MEI

JUNI

JULI

AGUSTUS

SEPTEMBER

OKTOBER

NOVEMBER

DESEMBER

SUB TOTAL

TOTAL

Page 59: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

54

LAMPIRAN XII:

LAPORAN TINDAK LANJUT TEMUAN HASIL AUDIT BPK

PROVINSI………………… TAHUN ANGGARAN …….

DESA KABUPATEN PROGRAM KEGIATAN

JUMLAH TEMUAN

STATUS TINDAK LANJUT KET

BELUM PROSES SELESAI

1 2 3 4 5 6 7 8

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

Keterangan:

1. Nama Desa

2. Nama Kabupaten

3. Nama Program Kegiatan (BP2BT/BSPS)

4. Jumlah Temuan

5. Belum ditindaklanjuti

6. Sudah ditindaklanjuti namun belum dinyatakan tuntas, ada rekomendasi yang belum terselesaikan, penanganan belum selesai atau sudah ditindaklanjuti namun belum ada umpan

balik dari BPK.

7. Sudah ditindaklanjuti dan dinyatakan dalam status selesai oleh BPK