Standar Operasional Prosedur

5
PEMASANGAN CARDIO PULMONARY RESUCITION (CPR) No Dokumen: No Revisi: ................ ................ ...... Halaman: ............. ............. ....... Standar operasinal Prosedur Keparawatan Gawat Darurat (Gadar) Tanggal terbit: february 2012 Ditetapkan RSU. Full Bethesda (dr. Antonius Simangunsog,Sp.A,.MHA, PhD) Pengertian RJP (cardio pulmonary resucition, CPR) adalah tindakan pertolongan pertama untuk menghindari ancaman kematian yang dilakukan pada pasien henti nafas (apnea) dan henti jantung (gawat jantung). Indikasi Pasien pingsan dengan henti nafas, henti jantung, karena trauma, tenggelam,tersengat listrik,tersamabar petir, asfiksia, ventrikel fibrilasi (VF), ventrikel takikardi (VT),dll. Kontra indikasi Praktur iga (castae) yang membahanyakan paru-paru waspada pada trauma kepala atau ada jejas di leher Tujuan Memepertahankan aliran oksigen ke otak dan perfusi ke jaringan serta mengembalikan fungsi jantung dan paru-paru seperti semula. Pelaksanaan Mahasiswa yang telah mendapatkan konsep penangannan henti jantung dan paru-paru. Pengkajian 1. Pastikan lingkungan di sekitar penolong dalam kondisi aman. 2. Pindahkan korban jika benar-benar diperlukan. 3. Memastikan kesadaran dari korban atau pasien.

description

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Transcript of Standar Operasional Prosedur

Page 1: Standar Operasional Prosedur

PEMASANGAN CARDIO PULMONARY RESUCITION (CPR)No Dokumen: No Revisi:

......................................Halaman:.................................

Standar operasinal Prosedur

Keparawatan Gawat Darurat (Gadar)

Tanggal terbit: february 2012

Ditetapkan RSU. Full Bethesda

(dr. Antonius Simangunsog,Sp.A,.MHA, PhD)

Pengertian RJP (cardio pulmonary resucition, CPR) adalah tindakan pertolongan pertama untuk menghindari ancaman kematian yang dilakukan pada pasien henti nafas (apnea) dan henti jantung (gawat jantung).

Indikasi Pasien pingsan dengan henti nafas, henti jantung, karena trauma, tenggelam,tersengat listrik,tersamabar petir, asfiksia, ventrikel fibrilasi (VF), ventrikel takikardi (VT),dll.

Kontra indikasi Praktur iga (castae) yang membahanyakan paru-paru waspada pada trauma kepala atau ada jejas di leher

Tujuan Memepertahankan aliran oksigen ke otak dan perfusi ke jaringan serta mengembalikan fungsi jantung dan paru-paru seperti semula.

Pelaksanaan Mahasiswa yang telah mendapatkan konsep penangannan henti jantung dan paru-paru.

Pengkajian 1. Pastikan lingkungan di sekitar penolong dalam kondisi aman.2. Pindahkan korban jika benar-benar diperlukan.3. Memastikan kesadaran dari korban atau pasien.

Persiapan Pasien 1. Korban dalam posisi terlentang di atas alas yang keras, seperti papan punggung, atau lantai.

2. Posisi penolong berlutut di sisi korban setinggi thorax.

Persiapan alat 1. Papan punggung.2. Pelindung wajah/lembaran silicon atau sungkup wajah3. AED (jika ada).

Prosedur Lakukan penilaian awal ; sadar atau tidak sadar dengan cara tepuk atau

Page 2: Standar Operasional Prosedur

goyangkan korban, dan atau berikan rangsangan nyeri. Bila tidak sadar, segera mintak pertolongan dengan mengaktifkan sistem

gawat darurat. Memperbaki posisi korban atau pasien. Mengatur posisi penolong.

(posisi penolong yang benar)

A.(AIRWAY) Jalan napas1. Buka jalan napas dengan head tilt-chin lift maneuver dan periksa

pernapasan.2. Bila ada sumbatan lakukan pembebasan jalan napas dengan teknik

cross finger dan finger sweep. Cross fingers : penyilangan ibu jari dan telunjuk untuk

membuka mulut pasien. Fingers sweep : sucsiont (bila di RS) sapuan pembersihan

jalan napas.

Page 3: Standar Operasional Prosedur

B. (BREATHING) Bantuan Napas1. Periksa pernapasan dengan LLF (look, listen, feel) maksimal selama

10 detik. Look : gerakan dinding dada Listin : dengarkan bunyi napas Feel : rasakan hembusan

2. Bila tidak bernapas, berikan napas buatan 2 kali, pastikan dada korban mengembang.

3. Berikan napas bantuan (vebtilasi) 2 kali : tutup hidung, mulut menutupi mulut, beri 2 kali hembusan.

Page 4: Standar Operasional Prosedur

C. (CIRCULATION) bantuan sirkulasi1. Memastikan ada tidaknya denyutan jantung dan arteri karotis dan vena

jugularis.2. Bila tidak ada napas, raba nadi karotis, teraba atau tidak.

3. Bila tidak teraba nadi, lakukan pijat jantung (komprensi dada).4. Letakan telapak tangan penolong saling bertumpuk dan pararel di

setengah bawah tulang sternum di tengah dada diantara kedua puting.5. Tekan tulang sternum sedalam 1,5-2 inci (4-5 cm) dan membiarkan

dada kembali ke posisi semula. Lakukan tekanan dengan kecepatan 100 kali/per menit dengan frekuensi 30 kali.

Page 5: Standar Operasional Prosedur

6. Lakukan 30 kali pijatan (komprensi) dan 2 kali napas buatan (ventilasi), ulangi hingga 5 sirkulasi (30:2)

7. Periksa nadi (sirkulasi) setelah 1 menit8. RJP dihentikan bila korban sadar dan bernapas spontan, RJP telah 30

menit, pupil dilatasi, peolong kelelahan, atau penolong yang lebih kompenten telah datang ke lokasi.

Referensi PJNHK. 2009 .Materi Pelatihan ACLS. Jakarta PPGD Basic. 2010. RSHS. Bandung