PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Transcript of PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)TAHUN 2017
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Kelurahan i
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI | i
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN | ii
A. MAKSUD DAN TUJUAN | 3
B. SASARAN | 3
C. RUANG LINGKUP | 3
D. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR | 3
E. JENIS-JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR | 6
F. PERAN PELAKU | 8
G. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS | 11
1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis | 12
2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis | 14
H. TAHAP PELAKSANAAN FISIK | 36
1. Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi | 37
2. Tahap Pelaksanaan Konstruksi | 44
I. TAHAP KEBERLANJUTAN | 59
J. LAMPIRAN OUTLINE PROPOSAL | 65
v
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BDI : Bantuan Dana Investasi, dulu disebut dengan Bantuan Langsung Masyarakat
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
BOP : Biaya Operasional Pelaksanaan
DED : Detailed Engineering Design
FHO : Final Hand Over/ Penyerahan Akhir Pekerjaan, setelah masa pemeliharaan
Berakhir
KK : Kepala Keluarga
KME : Konsultan Manajemen Evaluasi
KMP : Konsultan Manajemen Pusat
KMW : Konsultan Manajemen Wilayah
KPP : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
LPJ : Laporan Pertanggungjawaban
LSM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
M&E : Monitoring and Evaluation
O&P : Operasional dan Pemeliharaan
OJT : On Job Training
PHO : Provisional Hand Over / Serah Terima Pertama Pekerjaan
PJM : Perencanaan Jangka Menengah
PKP : Perumahan dan Kawasan Permukiman
PKP2B : Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan
PLPBK : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Pokja PKP : Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PS : Pemetaan Swadaya
PT : Perguruan Tinggi
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
vi Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
RAB : Rencana Anggaran Biaya
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RDTRK : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
RKP-KP : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
RKTL : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut
RP2KP-KP :Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
RPD : Rencana Penggunaan Dana
RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan prioritas Permukiman
RPLP : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
RPK : Refleksi Perkara Kritis
RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga
RTH : Ruang Terbuka Hijau
RTPLP : Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
Satker : Satuan kerja
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SK : Surat Keputusan
SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan
SPK : Surat Perintah Kerja
SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja
SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
SPPDL : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan
STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif
ToT : Training of Trainer
TAPP : Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif
TPA : Tempat Pembuangan Akhir (Sampah)
TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif
TPPI : Tim Perencana dan Pelaksana Infrastruktur
TPS : Tempat Penampungan Sementara (Sampah)
ULP : Unit Layanan Pengadaan
UP : Unit Pengelola
UPK : Unit Pengelola Keuangan
UPL : Unit Pengelola Lingkungan
UPP : Urban Poverty Program
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 1
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 3
A. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari buku ini adalah untuk dijadikan pegangan dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan
permukiman guna memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan infrastruktur skala
lingkungan.
Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan permukiman guna
memenuhi ketentuan teknis dan administrasi kegiatan sesuai dengan persyaratan kegiatan
infrastruktur skala lingkungan yang telah ditetapkan program.
B. SASARAN
Sasaran disusunnya panduan penyelenggaraan infrastruktur lingkungan ini, antara lain :
1. Tersedianya landasan konsepsi penyelenggaraan infrastrukrur lingkungan
2. Tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan infrastruktur lingkungan
3. Tercapainya standar baku mutu dari produk penyelenggaraan infrastruktur lingkungan
yang dihasilkan
C. RUANG LINGKUP
Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan
infrastruktur, tahapan perencanaan teknis kegiatan infrastruktur, tahapan pelaksanaan
konstruksi/fisik dan pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur sebagai upaya
pencegahan maupun peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh skala lingkungan.
D. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR
1. Umum
a) Kegiatan pembangunan infrastruktur KOTAKU secara substansi bermakna sebagai
media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses
bekerja dan belajar masyarakat dalam pembangunan kawasan permukiman yang
lebih baik, khususnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan sarana
prasarana dan utilitas umum (fisik). Sehingga hasil dari pembangunan ini akan
mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi,
teratur, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal;
b) Setiap kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun harus benar-benar
menjadi prioritas utama bagi penataan kawasan permukiman yang langsung
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat;
4 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
c) Implementasi pembangunan infrastruktur skala lingkungan harus difokuskan pada
lokasi kawasan kumuh prioritas sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat
tuntas;
d) Setiap kegiatan infrastruktur harus direncanakan dan dilaksanakan dengan umur
konstruksi sekurang-kurangnya selama 5 tahun;
e) Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala Kelompok, maka calon pemanfaat dapat
mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan
fisik. Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala publik/umum, maka BKM/LKM
dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang
bertanggungjawab langsung kepada BKM/LKM dan dalam melaksanakan lingkup
kerjanya, KSM/Panitia akan dikelola oleh unit pengelola kegiatan lingkungan (UPL);
f) Setiap kegiatan sarana dan prasarana yang direncanakan dan dibangun harus
memenuhi persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan, peraturan yang
berlaku, memberikan manfaat bagi semua (universal accsess) dan merupakan
prioritas hasil perencanaan masyarakat/pemda yang tertuang dalam dokumen
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas kawasan Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KP-KP) dan atau Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)
Kelurahan/Desa;
g) Setiap kegiatan infrastruktur yang akan direncanakan dan dibangun harus
memenuhi penyaringan kelayakan lingkungan. Untuk usulan kegiatan infrastruktur
yang memerlukan UKL/UPL maka hanya dapat dibangun setelah dokumen UKL/UPL
selesai dan telah mendapat persetujuan pihak-pihak terkait sesuai peraturan yang
berlaku. Penyusunan UKL/UPL merupakan tanggungjawab pemerintah kab/kota.
Untuk kegiatan yang tidak memerlukan UKL/UPL maka wajib memenuhi kriteria
seleksi yang ditetapkan dalam ketentuan pengamanan dampak lingkungan dan
sosial yang ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dampak
Lingkungan dan Sosial program KOTAKU dalam bentuk SPPL/SOP;
2. Kriteria Umum Prioritas Pemilihan Kegiatan Infrastruktur
a) Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang
dibangun;
b) Jenis kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun adalah infrastruktur
yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak
huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan indikator kumuh;
c) Untuk jenis infrastruktur yang terintegrasi dengan infrastruktur skala kota seperti
jaringan Jalan, Drainase, Sanitasi/Air Limbah, Persampahan, Air Bersih Perpipaan
maka harus direncanakan dan dibangun dengan memperhatikan keterpaduan
fungsi dan pelayanan bangunan sesuai dengan rencana infrastruktur skala kota;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 5
d) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas
utama bagi penataan kawasan permukiman, memberikan dampak nyata terhadap
perbaikan lingkungan permukiman yang ditata dan langsung dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat setempat;
e) Penyediaan tanah untuk lokasi pembangunan infrastruktur telah disediakan oleh
masyarakat atau pemerintah kab/kota;
f) Tidak bertentangan dengan kegiatan yang dilarang oleh program, tidak
menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial;
g) Tidak mempunyai masalah teknis yang berat dan dapat dilaksanakan oleh
masyarakat dalam kurun waktu ditetetapkan sesuai ketentuan program;
h) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah, pemerintah daerah,
swasta atau program lain;
i) Untuk menjamin keterpaduan pembangunan kegiatan infrastruktur, maka bagi
kegiatan yang memerlukan dukungan (prasarana/sarana atau tenaga bantuan
teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau dioperasikan
maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti antara
masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan tersebut;
j) Secara khusus, kriteria infrastruktur skala kelurahan sebagaimana tabel berikut:
Tabel D.2.J : Kriteria Infrastruktur Skala Kelurahan
No Kriteria SKALA LINGKUNGAN 1 Otoritas Kota Tidak termasuk dalam inventarisasi
SKPD/Kota
2 Sistem Jaringan Jaringan tersier atau non jaringan
3 Cakupan Lokasi Dalam kawasan
4 Status Lahan Jelas & Sesuai Peruntukan RTRW
Ya
5 Teknologi Pelaksanaan Sederhana
6 Nilai Investasi Kecil
7 Dapat Dikerjakan Dalam 1 Tahun Anggaran
Ya
8 Efektivitas Pengurangan Luasan Kumuh Besar
9 Dampak Lingkungan & Sosial Ditangani
6 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
3. Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur
a) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan
teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan
sendiri oleh masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan dari luar
wilayah setempat;
b) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat
sesuai kualifikasi yang diperlukan;
c) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar
teknis/spesifikasi teknis;
d) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana
harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (tanggap bencana);
e) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang (tidak terlampau mahal atau dibawah
perkiraan biaya wajar);
f) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi
teknis terkait, seperti Pekerjaan Umum sehingga bangunan dapat menjamin
Keselamatan (Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat
berfungsi optimal serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
masyarakat (sosial);
g) Dalam penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan diperlukan inovasi dan
kreatifitas yang dapat memberikan nilai tambah estetika sesuai dengan kondisi
lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;
E. JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR
Jenis kegiatan infrastruktur yang dibangun melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
adalah infrastruktur yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman
yang layak huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan 7+1 indikator kumuh.
Implementasi penyelenggaraan infrastruktur sakala lingkungan harus terintegrasi dengan
infrastruktur skala kota/jaringan infra kota dan difokuskan pada lokasi permukiman kumuh
prioritas, sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas.
Sebagai wujud tanggungjawab bersama, pemerintah pusat melalui program KOTAKU
mengalokasi sebagian kecil dari kebutuhan dana investasi upaya pencegahan maupun
peningkatan kualitas permukiman kumuh. Untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan dana
investasi diharapkan dapat disediakan oleh pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat
dan pemangku kepentingan lainnya.
Pembangunan infrastruktur skala lingkungan umunya memerlukan perencanaan yang lebih
sederhana, biaya yang tidak terlalu besar, teknologi sederhana, resiko kecil dan biaya
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 7
pemeliharaan yang kecil sehingga memungkinkan untuk laksanakan secara partisipatif dan
swakelola oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh Fasilitator kelurahan/desa.
Pembangunan/rehabilitasi infrastruktur skala lingkungan perlu memperhatikan
pembangunan infrastruktur skala kota, sehingga terjadi koneksitas antara kegiatan skala
lingkungan dengan sistem kotanya.
Tabel E.1.: Jenis Sarana Prasarana
NO INDIKATOR JENIS SARANA PRASARANA
1 Kondisi Bangunan Hunian Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) *)
2 Jalan Lingkungan Jalan Aspal/Hotmix (min.lebar perkerasan 1,5m) Jalan Paving Blok (min.lebar perkerasan 1,5m) Jalan Beton (min.lebar perkerasan 1,5m) Jembatan (min.lebar perkerasan 1,5m) Pedestrian Bangunan Pelengkap jalan seperti Gorong-gorong,
Penahan Longsor, sal. samping jalan, dll
3 Saluran Air Hujan (Drainase Lingkungan)
Saluran terbuka Saluran tertutup Sumur Resapan/Biopori Pompa Air/Pintu Air/Pengendali Banjir Normalisasi Saluran
4 Pembuangan Air Limbah Jamban Komunal MCK Septictank Komunal Saluran Pembuangan Air Limbah R.Tangga System Pengolahan Air Limbah Setempat/Terpusat
5 Penyediaan Air Minum Sumur Gali/Pompa/Bor Hidran/Kran Umum Penampung Air Hujan Jaringan Air Bersih Perpipaan Penangkap Mata Air Instalasi Pengolahan Air Sederhana
6 Pengelolaan Persampahan Bangunan Pengelolaan Daur Ulang Sampah (Bank
Sampah) Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST)
pada skala lingkungan Tempat Penampungan Sampah (TPS) 3R Gerobak/Motor Sampah
7 Pengamanan Bahaya Kebakaran
Penyediaan Pasokan Air (Bak/Kolam penampungan air, Sumur Dalam/Hidran)
Motor pemadam kebakaran Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
8 Ruang Terbuka Publik Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) seperti prasarana
olahraga, sarana bermain, dll
Keterangan : *) Didanai dari sumber dana kemitraan (non KOTAKU)
8 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Seluruh usulan kegiatan harus merupakan kegiatan prioritas berdasarkan hasil perencanaan
masyarakat yang tertuang dalam dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
(RPLP) Kelurahan/Desa.
F. PERAN PELAKU
Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman perlu didukung
oleh berbagai pihak seperti BKM, UPL, serta masyarakat penerima manfaat langsung yaitu
warga MBR dan warga sekitar. Sedangkan KSM/Panitia sebagai pelaksana pembangunanpun
akan didukung peran sertanya oleh Fasilitator Kelurahan. Berikut ini penjelasan peran-peran
pelaku pembangunan;
1. Peran BKM
a). Menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) pelaksanaan kegiatan dengan
PPK;
b). Melakukan seleksi guna menyediakan Tenaga Ahli Penyunanan DED;
c). Membentuk TIPP yang akan mendukung tugas-tugas UPL dalam kegiatan
perencanaan;
d). Membentuk/menetapkan KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur;
e). Membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) dengan
KSM/Panitia pelaksana kegiatan Lingkungan;
f). Melaksanakan pencairan dana kepada Tenaga Ahli Penyusunan DED dan
KSM/Panitia Pelaksana Fisik;
g). Melakukan serahterima hasil pekerjaan baik produk perencanaan teknis maupun
fisik hasil kegiatan BKM kepada PPK;
h). Memfasilitasi Serahterima Pengelolaan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur
yang telah dibangunnya dari Pemda/Pemerintah Desa/Kel kepada KPP dan
i). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan,
termasuk memberikan sanksi/peringatan kepada KSM/Panitia atas pelanggaran
pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPD-L.
2. Peran UPL
a). Mengkoordinir TIPP dalam proses penyusunan perencanaan teknis;
b). Memastikan seluruh produk perencanaan teknis sesuai persyaratan yang
ditetapkan dan selesai tepat waktu;
c). Memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), termasuk
Rencana Kerjanya;
d). Menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi
semua KSM/Panitia;
e). Bersama Faskel/Askot Infra memfasilitasi kegiatan Coaching atau On The Job
Training (OJT) kepada TIPP dan KSM/Panitia;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 9
f). Memfasilitasi dan memverifikasi administrasi pencairan dana kepada KSM/Panitia
pelaksana fisik (RPD, LPD, BA Pembayaran);
g). Merekomendasi dan memfasilitasi pencairan dana kepada KSM/Panitia;
h). Memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan
KSM/Panitia termasuk memberikan penguatan teknik konstruksi maupun
administrasi kegiatan;
i). Menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/Panitia untuk
mengevaluasi kemajuan kegiatan infrastruktur dan mendorong upaya-upaya
percepatan penyelesaiaan kegiatan lapangan;
j). Bersama Faskel Teknik dan KSM/Panitia melakukan Opname pekerjaan dilapangan;
k). Memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan Kegiatan KSM/Panitia
(Harian, Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk photo2 dokumentasi);
l). Memfasilitasi dan merekomendasikan perubahan (amandemen) SPPD-L akibat
adanya perubahan pekerjaan dilapangan (bila ada)
m). Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan kemajuan pekerjaan
Infrastruktur kepada BKM;
n). Memastikan semua infrastruktur memenuhi persyaratan teknis (tepat mutu), dapat
diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi;
o). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur melakukan Verifikasi Kelayakan
proposal KSM/Panitia (termasuk membuat Berita Acara Verifikasi);
p). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur, pihak proyek (Tim PPK) dan pihak
KSM/Panitia melakukan Sertifikasi Kegiatan (termasuk membuat BAP2-nya);
q). Memfasilitasi terealisasinya swadaya masyarakat dan
r). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat
kelurahan, termasuk merekomendasikan sanksi/peringatan atas pelanggaran
pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPDL.
3. Peran TIPP
Peran utama TIPP adalah membantu UPL dalam pelaksanaan perencanaan teknis,
sehingga tugas-tugas TIPP adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:
a). Bersama UPL Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan
sesuai dengan kriteria prioritas yang telah ditetapkan;
b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan
pembangunan yang diperlukan;
c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan melakukan konsultasi
untuk verifikasi kelayakannya pada Pokaj/SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah
setempat;
d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan dengan berbagai pihak terkait;
e). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P (termasuk penyusunan
Rencana Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);
10 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
f). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan
infrastruktur;
g). Memfasilitasi Coaching penyusunan proposal dan pengorganisasian
pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan
h). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia.
4. Peran KSM/PANITIA
a). Mengelola kegiatan infrastruktur yang menjadi tanggunjawabnya secara transparan
dan dapat dipertanggung jawabkan;
b). Mengikuti coaching/OJT yang dilaksanakan UPL/faskel baik terkait teknis
infrastruktur, administrasi maupun pembukuan keuangan KSM/Panitia;
c). Menyusun Proposal Kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh BKM;
d). Menyampaikan Jadwal Kerja, Rencana Pengadaan Bahan/Alat, Rencana Tenaga
Kerja, Tim Pelaksana Kegiatan yang lebih rinci kepada UPL sebelum dilaksanakan
MP2K;
e). Membuat Papan Nama/Informasi Proyek sehingga dapat diketahui oleh masyarakat
umum;
f). Membangun prasarana dengan kualitas baik, tepat waktu, tepat biaya dan tertib
administrasi sesuai ketentuan dalam dokumen SPPDL;
g). Menyediakan Tenaga Pelaksana Lapangan yang memahami pekerjaan fisik (minimal
kualifikasi Mandor) dilokasi pekerjaan selama proses pembangunan;
h). Membuat seluruh administrasi proyek yang dipersyaratkan, termasuk photo-photo,
laporan kemajuan dan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan
mengarsipkannya;
i). Menyediakan tenaga kerja, bahan, alat sesuai kualitas yang dipersyaratkan,
melakukan penggantian atau perbaikan bagian prasarana yang diperintahkan oleh
konsultan/UPL;
j). Memenuhi seluruh swadaya yang diusulakan dalam proposal kegiatan dengan tetap
menjamin kualitas sesuai persyaratan yang ditetapkan;
k). Mendorong pelibatan masyarakat sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan
kegiatan dan
l). Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul akibat
pelaksanaan kegiatannya.
5. Peran KPP
Pengelola O&P/KPP bertindak selaku penggerak utama kegiatan atau penanggungjawab
O&P. Secara umum perannya adalah :
a). Terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik infrastruktur melalui
KSM/Panitia atau bersama Kader Teknis membantu UPL dalam Pengendalian
Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh KSM/Panitia;
b). Membangun peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan
pemeliharaan prasarana secara bersama sama;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 11
c). Menyusun rencana pemanfaatan prasarana
d). Menyusun rencana pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan pembangunan
prasarana;
e). Mengorganisasikan kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan, perbaikan dan
peningkatan pembangunan prasarana;
f). Melaksanakan Rencana Kerja O dan P;
g). Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana dan Prasarana
yang menjadi tanggungjawabnya dan
h). Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah desa/kelurahan, Dinas/Instansi
terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan peroleh pembiayaan
pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana.
6. Peran Relawan/Kader Teknis
Kader Teknis adalah relawan yang mempunyai pemahaman dan keterampilan teknis
terkait pelaksanaan infrastruktur, seperti mandor/tukang bangunan, STM Bangunan, dll.
Peran utama Kader Teknis adalah membantu UPL dalam pelaksanaan pengelolaan
pelaksanaan fisik yang dibangun oleh KSM/Panitia, sehingga tugas-tugas Kader Teknis
adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:
a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai dengan
kriteria prioritas yang telah ditetapkan;
b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan
pembangunan yang diperlukan;
c). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan pelaksanaan kegiatan dengan berbagai
pihak terkait;
d). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P/KPP (termasuk
penyusunan Rencana Kerja dan Kesepakatan Bersama);
e). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan
infrastruktur;
f). Membantu UPL memfasilitasi penyusunan proposal dan pengorganisasian
pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan
g). Membantu UPL dalam pengawasan/pengendalian kualitas, waktu, biaya, kemajuan
dan tertib administrasi pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia.
G. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS
Kegiatan perencanaan teknis secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran
untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat
dalam merencanakan pembangunan lingkungan permukiman diwilayahnya, khususnya
dalam pengelolaan kegiatan perencanaan kawasan permukiman. Sehingga hasil dari
pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal.
12 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Pelaksanaan perencanaan teknis dalam mekanisme kegiatan skala lingkungan KOTAKU
merupakan kegiatan lanjutan dari tahapan perecanaan penyusunan Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP). Perencanaan Teknis adalah penyusunan DED dari prioritas
rencana tahunan RPLP itu sendiri.
Secara umum mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan yaitu Persiapan
Perencanaan Teknis dan Pelaksanaan Perencanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis tersebut dijelaskan seperti
pada gambar gambar 1. Diagram alir Perencanaan Teknis kegiatan Infrastruktur. Secara rinci
pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis
Sebagai dasar pelaksanaan DED adalah adanya Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara
BKM dengaan PPK, dan tersusunnya dokumen RPLP, khususnya Program Prioritas Tahunan.
Dari Program Prioritas Tahunan tersebut diperoleh data/informasi kegiatan infrastruktur
yang akan disusun DEDnya.
a) Seleksi Tenaga Ahli Perencana (Penyusun DED)
BKM dengan difasilitasi oleh konsultan pendamping melakukan seleksi penyediaan
tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan perencanaan teknis. Jumlah personil
dan kualifikasi serta-tugas-tugasnya sebagaimana ditetapkan dalam dokumen seleksi.
Hasil seleksi ini kemuadian BKM membuat perjanjian kerjasama dengan tenaga ahli
terpilih.
b) Coaching/Penguatan TIPP
UPL bersama Tenaga ahli perencanaan teknis dan fasilitator memfasilitasi dan
menyelenggarakan coaching/penguatan bagi anggota TIPP, terutama terkait
pengorganisasian dan peningkatan pemahaman/keterampilan dalam melaksanakan
tugas-tugas perencanaan teknis yang menjadi tanggungjawabnya.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 13
14 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis
a) Penyediaan Lahan
Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan lahan/tanah
(termasuk bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi
pembangunannya. Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat yang terbatas dan
keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada pihak manapun yang diperkenankan
membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti kepemilikan diakui secara sah dalam
hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya)
maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum yang
berlaku.
Oleh karena itu, program KOTAKU menempatkan kegiatan penyediaan lahan untuk lokasi
pembangunan infrastruktur sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses
pembangunan infrastruktur tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak awal
penyiapan kegiatan pembangunan infrastruktur.
Keluaran Kegiatan yang diharapkan, antara lain adalah :
(1) Tersedia lahan yang sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan mendukung
tercapainya mutu/manfaat bangunan);
(2) Pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli
disekitarnya, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami
sepenuhnya konsekuensi/akibat-akibat penyediaan lahan tersebut bagi dirinya;
(3) Kepuasan pemilik/warga yang terkena dampak atas terselesaikannya persyaratan-
persyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila
ada);
(4) Adanya bukti-bukti administratif yang benar dan lengkap, mencakup 1). proses
musyawarah (Daftar Hadir, Notulen, BA) dan 2). Hasil Kesepakatan persetujuan lahan
dari pemilik. sesuai cara penyediaan lahannya, seperti Surat Pernyataan Kontribusi
lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat Permohonan Pelepasan Hak Milik,
Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada),
Beberapa prinsip dalam proses penyediaan lahan adalah :
(1) Menghindarkan atau meminimalkan adanya dampak sosial bagi masyarakat, termasuk
bagi penduduk asli setempat;
(2) Transparan, semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dapat
mengetahui dan memahami semua informasi yang ada termasuk konsekuensi atau
akibat-akibatnya,
(3) Partisipatif, melibatkan semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya)
dalam proses/forum pengambilan keputusannya;
15
(4) Akuntabel/dapat dipertanggungjawabkan, bahwa semua proses dilakukan secara benar
sesuai ketentuan yang berlaku, proses didokumentasikan dan hasil-hasil
kesepakatan/keputusan dibuat secara tertulis dan dihadapan saksi-saksi.
Cara kontribusi Lahan, dapat dilakukan melalui :
(1) Hibah, kontribusi secara sukarela yang disertai dengan pelepasan hak milik dari
pemiliknya kepada pihak lain tanpa ada batas waktu tertentu (selamanya);
(2) Ijin pakai, kontribusi secara sukarela tanpa disertai pelepasan hak milik dari pemiliknya
kepada pihak lain dan hanya dalam kurun waktu tertentu;
(3) Ijin dilalui, pada prinsipnya sama dengan ijin pakai, hanya disini bahwa pemilik masih
tetap diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut sepanjang tidak merusak
kepentingan pihak yang diberi ijin. Contoh sederhana adalah ijin pemasangan pipa air
bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga, dimana pemilik masih
diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut (bagian atas/permukaannya) sebagai
tempat lalulintas orang atau ternaknya, dll.
Dalam penyediaan lahan ini, bentuk kontribusi warga dapat berupa tanah, tanaman
produktif atau aset lain didalamnya dan tidak harus melalui satu cara yang digunakan, tetapi
dapat merupakan kombinasi dari kesemua cara dan pola tersebut diatas. Khusus untuk
proyek yang bersifat rehabilitasi/peningkatan bangunan lama dimana tidak memerlukan
lahan baru atau diatas tanah desa/kelurahan maka Surat Kontribusi Tanah cukup dibuat
Surat Pernyataan Penggunaan Lahan dari Pemerintah Kelurahan/Desa setempat;
Proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara partisipatif. Khusus untuk penyediaan
lahan yang melibatkan proses pengurusan Surat Pemisahan Hak dari Pejabat Pembuat Akta
Tanah/Instansi lain yang berwenang setempat yang memerlukan waktu yang cukup panjang
maka administrasi ini boleh tidak tidak menjadi persyaratan memulai pelaksanaan
pembangunan fisik tetapi tetap harus disediakan dan diharapkan dapat rampung sebelum
pemanfaatan prasarana.
Contoh bentuk Pernyataan penyediaan Lahan mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Lingkungan dan dampak Sosial KOTAKU (lampiran 6,7 dan 8).
b) Survey dan Investigasi
(1) Survey Teknis
Sebelum dilakukan penyusunan desain bangunan maka terlebih dahulu harus dilakukan
Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data-data/informasi
kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis
data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur yang akan dibangun,
seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), kondisi tanah (keras/lunak),
keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian penggunaan lahan, perkerasan,
penghijauan, dll.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
16 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan
desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.
Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh
karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat perlu
dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :
(a). Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan diperoleh;
(b). Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan
digunakan;
(c). Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti :
patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll;
Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya TIPP/relawan
dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat berlangsung lebih efektif.
Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus
dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan pihak
Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan rintangan. Selain
itu beberapa hal yang harus disurvey adalah:
(2) Lokasi Titik Awal dan Akhir
Pada kegiatan survey teknis ini, selain memastikan lokasi kegiatan juga menentukan titik
awal kegiatan dan titik akhir kegiatan, sekaligus membuat dokumentasi/photo awal (0%)
pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang
didokumentasikan/dipotret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur
yang akan dibangun, misalnya untuk jalan/drainase/saluran irigasi/air bersih perpipaan
dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau tempat lain
yang dianggap penting), sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan, air bersih
non perpipaan, rehab perumahan/pendidikan/kesehatan, dll, cukup diambil dari sisi yang
berbeda yaitu sisi depan, samping atau belakang. Penting untuk diperhatikan bahwa titik
lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi dasar
pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi kondisi 50% dan 100%.
(3) Kondisi Lahan (Struktur Tanah)
Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-parikel primer tanah (pasir, debu,
liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain berbeda
dalam ukuran dan bentuknya, Jenis tanah dan kondisi tanah yang terdapat pada suatu
wilayah memengaruhi perencanaan infrastruktur. Setiap wilayah memiliki jenis dan
kondisi tanah yang berbeda. Perbedaan ini turut memengaruhi pergerakan serta
Perlu menjadi perhatian agar pemilihan lokasi kegiatan harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatan infrastruktur bagi semua pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).
17
stabilitas tanah. Sebab, semakin padat tanah, maka semakin tahan pula bangunan
diatasnya. Sebaliknya bila jenis tanahnya memiliki sifat rapuh, maka tanah akan mudah
bergerak.
Dengan mengetahui kondisi struktur lahan yang ada, maka perencanaan infrastruktur
akan menyesuaikan kondisi struktur lahan yang ada.
(4) Kondisi eksisting Infrastruktur yang ada
Dalam melaksanakan survey teknis ini, juga dilakukan survey kondisi infrastruktur yang
ada, apakah kondisi rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat, bisa juga dari
fungsinya, apakah masih berfungsi dengan baik, kurang berfungsi atau bahkan sudah
tidak berfungsi, atau bahkan kondisi yang ada masih alami, seperti jalan tanah, sehingga
akan mempengaruhi perencanaan yang dibuat.
Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga
kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang
akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal yang
berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat/tenaga kerja
setempat.
(5) Harga Satuan Upah/Bahan/Alat
Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana kegiatan maka
harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan harus merupakan hasil
survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat. Hasil survey
tersebut selanjutnya dipilih harga terendah dan disepakati bersama melalui rembug
warga.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan dari hasil survey
Harga satuan Bahan/Alat, antara lain :
(a). Ukuran satuan, Harga Bahan dari pemasok harus dinyatakan sesuai dengan satuan
pengukuran bahan/alat untuk RAB. Apabila dijumpai bahan yang harganya belum
sesuai maka perlu dilakukan penyesuaian. Misalnya pasir, yang dijual oleh pemasok
per mobil angkutannya maka diperhitungkan dengan cara : Harga 1 m3 pasir sama
dengan harga 1 mobil tersebut dibagi dengan volume/isi bak mobil (panjang (m) x
lebar (m) x tinggi (m)). Ukuran bak mobil penuh (sesuai harga pemasok) harus
ditanyakan/dicek langsung pada toko pemasok tersebut. Perlu diperhatikan bahwa
setiap toko/pemasok menggunakan mobil yang ukuran baknya berbeda-beda dan
harganya juga mungkin berbeda.
(b). Harga satuan bahan/alat harus merupakan harga sampai dilokasi proyek, apabila
dijumpai harga yang dinyatakan oleh toko tidak termasuk transport sampai dilokasi
proyek maka harga satuan tersebut harus disesuaikan. Hal ini dapat dihitung
dengan menjumlahkan harga satuan (yang dinyatakan oleh toko tanpa diantar)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
18 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
ditambah biaya/ongkos tarnsportasi material tersebut sampai dilokasi pekerjaan.
Secara sederhana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut:
Adapun data/informasi yang perlu ditanyakan pada saat survey harga adalah harga
satuan dasar, biaya transportasi sampai dilokasi proyek. Selain itu perlu juga diketahui
jumlah stok material yang ada, tatacara pembayaran, termasuk nama yang ditemui.
Seluruh informasi tersebut dicatat pada formulir survey harga. Khusus upah, selain
informasi dari calon tenaga kerja setempat juga dapat menggunakan sumber informasi
yang ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait atau Upah Minimum Regional
(UMR)/setempat. Seluruh informasi hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk
dilaporkan/disampaikan pada rembug kesepakatan harga nantinya.
(6) Rembug ”Kesepakatan Harga” Hasil Survey
Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah dilaksanakan sebelumnya, harus
disepakati bersama oleh warga melalui Rembug atau Musyawarah warga.
Sasaran kegiatan adalah untuk menyepakati besarnya nilai harga satuan tiap jenis
tenaga kerja, bahan/alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.
Adapun Indikator keluarannya adalah Kesepakatan harga upah/bahan/alat dibuat dalam
Berita Acara Kesepakatan dan ada Daftar Hadir Peserta Rembug;
Beberapa Ketentuan Penetapan Harga Satuan yang harus diperhatikan :
(a). Harga Upah Tenaga Kerja, paling tinggi sama dengan upah standar yang ditetapkan
oleh Instansi Pemerintah Setempat atau UMR yang berlaku untuk wilayah
bersangkutan.
(b). Bahan/Alat, pada prinsipnya dipilih bahan yang berkualitas baik sesuai spesifikasi
teknis, dengan harga yang termurah/terendah diantara minimal 3 Toko/Pemasok
setempat yang di Survey;
(c). Harga Satuan Dasar Bahan/Alat yang dipilih harus sudah merupakan harga sampai
dilokasi proyek (termasuk ongkos angkut bila ada);
(d). Sebagai pembanding Harga Satuan hasil survey, maka digunakan Harga satuan
Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Instansi pemerintah setempat. Apabila
terdapat Harga Satuan Bahan/Alat Terpilih lebih besar dari Harga Satuan
Kabupaten/Kota maka Harga Satuan Terpilih tersebut harus di Justifikasi/ada
perincian alasannya yang realistis.
(e). Apabila dalam 1 (satu) kelurahan/desa terdapat lebih dari 1 (satu)
kegiatan/prasarana maka harga satuan dasar (bahan/upah/alat) yang digunakan
HARGA SATUAN BAHAN/ALAT
(Rp) =
Biaya Satuan Transportasi
Bahan/Alat sampai
dilokasi
Harga Satuan Bahan/Alat yang dinyatakan oleh Toko/pemasok
tanpa diantar (Harga Satuan Dasar) +
19
haruslah satu/tidak berbeda-beda. Dalam hal berbeda karena tingkat kesulitan
akses kelokasi kegiatan maka harus dibuat justifikasi yang disepakati bersama.
c) Pembuatan Desain, Gambar-Gambar Dan Spesifikasi Teknis
Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya mutu/manfaat
bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu siapapun yang
menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan seperti apa yang
diinginkannya dari bangunan tersebut.
Membuat Desain, Spesifikasi dan Gambar-gambar perencanaan teknik, secara sederhana
dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan yang diinginkan
agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk
kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya.
Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan tentang
mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya diawali dari
proses Desain/perancangan, Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknis, kemudian diuraikan
juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan volumenya), RAB (jenis
pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Pekerjaan seperti SPPD-L. Kemudian pada tahap pelaksanaan pembangunannya, semua
dokumen tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai pedoman
mewujudkan mutu bangunan.
Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih merupakan
sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka dokumen-dokumen
tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir proyek, sebagai media
komunikasi yang sangat penting bagi semua orang yang berkepentingan, khususnya bagi
semua orang yang membutuhkan bangunan tersebut dan yang akan melaksanakan
pembangunanannya sehingga memperoleh pemahaman yang sama tentang wujud tujuan
itu (tidak hanya ada dalam bayangan sang perencana/orang-perorangan yang mengusulkan
saja).
Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan
persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah :
(1). Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang
menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan
kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya);
(2). Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis bangunan
tersebut;
(3). Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu), termasuk
bila kondisi tanah dasar jelek;
(4). Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat sesuai
kebutuhan;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
20 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(5). Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti tebal
plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai jembatan, tebal
plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan ½ bata/Batako, dll, sesuai
persyaratan teknis bangunan;
(6). Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman,
lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan
(bila ada);
(7). Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan
belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;
(8). Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran campuran 1
semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton campuran 1 semen : 2
pasir : 3 kerili, pasangan bata/Batako camp 1sm : 5psr dll, sesuai persyaratan teknis
bangunan;
(9). Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai kayu kelas
II, atap seng/genteng beton, dll.
(a). Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan dibuat
dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih
alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan
desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan
yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan yang
dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat
perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu konstruksi guna
menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian dituangkan dalam
Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan.
Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu
pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat atau instansi teknis terkait lainnya.
Perlu menjadi perhatian agar pemilihan rancangan konstruksi:
Harus memastikan terpenuhinya seluruh persyaratan kelengkapan komponen bangunan untuk menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya, termasuk akses jalan keluar/masuk bangunan. Khusus konstruksi Jalan Beton minimal menggunakan campuran 1sm :2ps :3kr atau diupayakan menggunakan paving blok/sejenisnya dengan kualitas memenuhi persyaratan teknis.
Harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatannya bagi semua pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).
21
(b). Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai
persyaratan-persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan
pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis merupakan
dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis besarnya berisi :
uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan), komposisi campuran,
persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti,
Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).
(c). Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi teknis
ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar-gambar
tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan mutu prasarana
tersebut.
Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu:
Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan
dibangun;
Gambar Site Plan, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir
pekerjaan dan menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat.
Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok
(panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada).
Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana yang
terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.
Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah
(memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran
tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga
dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan campuran
yang digunakan, jenis bahan yang digunakan (misalnya kayu kelas II, atap genteng
beton), dll. Untuk lebih memahami hubungan bagian-bagian struktur yang
dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih detail dari gambar
potongan, seperti Detail Sambungan Kuda-kuda, detail sambungan balok/kolom,
detail Pondasi, detail Kusen Pintu/Jendela, dll.
Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau
sebahagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype.
Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus
diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui
oleh Tim Teknis dari SKPD terkait dan PPK. Hasil Verifikasi ini sekurang-kurangnya
harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga
untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 7+1 indikator kumuh,
rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal,
menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna,
tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat
serta mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
22 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(d). Penyusunan Panduan Operasi dan Pemeliharaan (O dan P), Penyusunan panduan
teknis Operasi dan Pemeliharaan prasarana dimaksudkan untuk memberikan
panduan atau pegangan bagi masyarakat atau Pengelola O dan P/KPP yang dibentuk
untuk melaksanakan pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana yang dibangun.
Panduan ini sekurang-kurangnya berisi tatacara pemanfaatan/penggunaan
prasarana secara benar dan tatacara pemeliharaan prasarana.
Untuk penyusunan tatacara pemanfaatan/penggunaan dan tatacara pemeliharaan
setiap jenis prasarana dapat mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
pedoman teknis lainnya sebagaimana diuraikan diatas.
d) Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan Dan Sosial (Safeguard)
Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang
menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya
perlindungan/pelestarian terhadap lingkungan.
Sebagai acuan penyusunan rencana teknis rinci dapat mengacu kepada standar teknis yang digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya, yang antara lain meliputi: Rencana Induk Kawasan, standar teknis bidang ini antara lain: SNI 02-2406-1991
dan Pt T-15-2002-C untuk kawasan yang pertumbuhannya normal dan satuan luas daerah tidak terlampau luas (<200 ha).
Studi Kelayakan Kawasan, Standar teknis bidang ini antara lain: sesuai AB-K/RESK/TC/001/98
Standar teknis penanganan jalan kawasan, SNI 03-2853-1995, SNI 03-2446-1991, SNI 03.6967-2003, Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan, Puslitbang PU Tahun 1996, SK SNI T-04-1990-F;
Standar teknis penyediaan prasarana drainase, SNI 06-2409-2002 dan SNI 03-24532002.
Standar teknis bidang sarana air minum: AB-K/RE-RT/TC/026/98 dan ABK/OP/ST/004/98, SNI.03-3981-1992
Standar teknis bidang pengelolaan Air Limbah, SNI 03-2398-2002, SNI 03-2399-1991, SNI. 03-3982-1992, PTT-19-2000-C dan PTS -09-2000-C
Standar teknis bidang Pengelolaan sampah kawasan, SNI 19-3964-1994 dan SNI 033242-1994 dan SNI 19-3983-1995 sesuai PTS 06-2000-C dan PTS 07-2000-C
Standar teknis bidang RTH, 009/T/BT/1995 Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan Puslitbang PU Tahun 1995 Permen PU No.11/MRTP/M/2013 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan
Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum. Permen PU No.14/PRT/M/2013 tentang perubahan Permen PU No.
7/PRT/M/2011 tentang Standard dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi untuk penyusunan RKS/Spesifikasi Teknis.
23
Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :
(1) Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya
yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;
(2) Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana
Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk
mengembangkan kawasan lindung; dan
(3) Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan
suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak
negatifnya.
Setiap proposal kegiatan infrastruktur akan diperiksa dengan prosedur/kriteria pemeriksaan
lingkungan Pemerintah untuk memastikan tidak ada kegiatan yang membutuhkan
pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi,
sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi
untuk menentukan kegiatan tersebut layak atau tidak, sesuai kriteria pemeriksaan berikut :
(1) Usulan kegiatan yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL
(Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi
kegiatan hanya akan didanai bilamana telah disetujui hasil study UKL/UPLnya sesuai
kriteria yang ditetapkan Menteri PU dan Menneg LH. Diharapkan tidak ada proposal
yang masuk kategori ini.
(2) Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard
operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan
lingkungan. Diharapkan sebagian proposal akan masuk kategori ini.
Pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan yang tidak
memerlukan study UKL/UPL, akan dilakukan melalui :
(1) Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria desain/standar teknis
pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis seperti Departemen
Pekerjaan Umum; dan
(2) Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan kegiatan skala kecil/sederhana melalui
prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS untuk setiap kegiatan infrastruktur
yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan dan Daftar
Periksa Kegiatan Terlarang.
(a). Daftar Periksa Kegiatan Terlarang (Negatif List) : Formulir ini telah menyediakan
identifikasi semua masalah/kegiatan yang dilarang untuk dibiayai melalui dana
bantuan (APBN) Program. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan
kegiatannya terhadap butir-butir kegiatan yang dilarang, apakah ada yang sama atau
termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang sebagaimana telah tercantum
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
24 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
dalam formulir tersebut. Caranya dengan mengisi ceklist pada kolom yang
disediakan.
Apabila terdapat kegiatan yang dilarang maka usulan kegiatan ditolak atau tidak
dapat didanai.
(b). Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan : Formulir ini merupakan daftar
identifikasi awal berupa, Potensi sumber dampak, usulan alternatif tindakan
penanganannya dan rencana pemantauannya. Pengerjaannya dengan melakukan
pemeriksaan desain/usulan kegiatan dengan mengidentifikasi potensi sumber
dampak lalu membuat jenis tindakan pengamanan/mitigasinya yang sesuai. Hasil
identifikasi potensi dan tindakan pengamanan selanjutnya dituangkan dalam
formulir tersebut.
Untuk memudahkan kegiatan ini maka telah disedikan referensi Daftar Periksa
Dampak Lingkungan sebagai panduan. Sesuai dengan jenis infrastruktur yang akan
dibangun, pemeriksaan potensi sumber dampak lingkungan mengacu pada potensi
sumber dampak lingkungan seperti butir-butir potensi yang telah dicantumkan
dalam Daftar (tersedia pada kolom potensi sumber dampak). Apabila Ada, maka pilih
tindakan penanganannya/mitigasi yang sesuai (tersedia pada kolom alternatif
penanganan dampak).
Bersama dengan Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang telah dibuat,
Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial ini juga harus diverifikasi
kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis dari
SKPD/Dinas PU setempat.
Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada penjelasan Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial program KOTAKU dalam bentuk
SPPL/SOP.
e) Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi
Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi
yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu
sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan
tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode Pelaksanaan dan Urutan
pelaksanaannya.
(1) Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi
Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan
infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan infrastruktur, minimal
gambar denah dan potongan dari infrastruktur yang akan dibangun tersebut, termasuk
spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan
apa saja yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.
25
Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis pekerjaan,
satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti komposisi campurannya,
dimensi, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti
dalam pelaksanaannya.
Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh untuk
Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :
No Item Pekerjaan Satuan
1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan M2
2. Penimbunan Badan Jalan M3
3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu) M3
4. Galian Tanah Parit M3
5. Pekerjaan Beton M2
6. Pekerjaan Ps. Batu Kali M3
Catatan :
(a). Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar dalam
penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan lingkup aktivitas
didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan
kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian Tanah, Pekerjaan
Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi pekerjaan, memasang
patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan kerja, melaksanakan
penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada gambar, membuang tanah bekas
galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh tersebut maka dalam daftar Hasil
Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan tersendiri untuk
pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan pada
pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak akan terjadi tumpang tindih pembiayaan).
(b). Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat dalam KOTAKU, banyak
dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam daftar
kuantitas pekerjaan pada hal kondisi lapangan diperlukan, oleh karena itu pada tahap
identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara
lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan
pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotong-
royong.
(c). Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor
proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan pelaksanaan
pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan kantor/direksi
keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara
khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan
sumberdaya dimasyarakat setempat).
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
26 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(2) Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan
Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan yang
harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang diperlukan
adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana (untuk mengetahui
dimensi/ukuran pekerjaan).
Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :
(a). Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata lain
bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda mempunyai cara
perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya:
Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan meterpersegi
(m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang harus disiapkan;
Berbeda dengan
Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m3) =
panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.
(b). Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang direncanakan
(sesuai ukuran pada gambar).
Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta dapat
dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :
(a). Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui ukuran-
ukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);
(b). Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka
sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan pada
daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan perhitungan dapat
dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut:
Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada perhitungan biaya
dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus cukup teliti,
sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.
No Uraian Pekerjaan Satuan Sketsa dan Perhitungan Volume
1.
Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu)
M3
Vol. = P x L x T = 200 x 2,5 x 0,2 = 100
100
Dst.
L= 2,5m
T= 20cm
P (panjang)= 200m
Tabel I.5.b : Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan
27
(3) Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan.
Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung volumenya (langkah
2 diatas), buuatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel yang
menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan
kegiatan (proyek). Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat dibuat seperti tabel /
formulir berikut.
Cara Pengerjaan Formulir :
No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan;
Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan
Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan
Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan
(4) Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan
Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara bagaimana
setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan teknologi apa yang
akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan menggunakan tenaga
kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi dari keduanya. Hasil
kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang ketersediaan
tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi lokasi pekerjaan,
seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan cara manual atau
mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya dari dan kelokasi
pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan berat/besar. Selain itu juga
harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume pekerjaan yang harus dibuat dengan
metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang tersedia sehingga pemilihan metode kerja
ini betul-betul dapat mendorong upaya pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat
diselesaikan dalam waktu yang tersedia.
Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana masyarakat
memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan, karena didalam
penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang dibutuhkan untuk
melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau peralatan. Sehingga hal ini
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
28 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
diharapkan akan membantu masyarakat dalam menghitung volume kebutuhan tiap
pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena dengan telah dipilihnya metode kerja tiap
pekerjaan maka tentunya akan memudahkan dalam menentukan jenis analisa harga satuan
setiap pekerjaan (sebagai referensi ”koefisien” perhitungan volume kebutuhan tiap
pekerjaan). Misalnya bila harus menggunakan peralatan berat (seperti mesin gilas) maka
harus mengacu pada analisa untuk pekerjaan Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila
menggunakan tenaga kerja maka cukup dengan analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan
untuk pekerjaan bangunan seperti SNI atau BOW.
Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program ini maka diprioritaskan
pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat sesuai
kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian kualitas pekerjaan yang
baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko yang meskipun dapat dilakukan secara
manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin kualitas yang baik maka pekerjaan tersebut
harus menggunakan peralatan atau tenaga terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan
perkerasan jalan, pengelasan gelagar besi jembatan, dll.
(5) Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi
Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur. Urutan atau
susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat berdasarkan
urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah selain pada urutan
logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja yang dipergunakan
(khususnya bila ada penggunaan peralatan berat). Sebagai alat bantu sederhana untuk
mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan
dapat dibuat pertanyaan :
Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ?
Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?
Berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak terurut (salah) dan terurut
(benar) pada Pembuatan Saluran Drainase berikut :
Kegiatan Tidak Terurut Kegiatan Terurut 1) Pembersihan Lapangan 1) Pembersihan Lapangan
2) Pemasangan Bouwplank 2) Pemasangan Bouwplank
3) Urugan Pasir dasar saluran 3) Galian Tanah
4) Galian Tanah 4) Urugan Pasir dasar saluran
5) Urugan kembali bekas galian 5) Pasangan Batu Kali
6) Pasangan Batu Kali 6) Urugan kembali bekas galian
7) Meratakan dan pemadatan urugan 7) Meratakan dan pemadatan urugan
8) Plesteran dan acian 8) Plesteran dan acian
29
Contoh: Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan Pasangan
Batu Kali dilaksanakan setelah selesai “Kegiatan Memasang Pasir Urug didasar saluran” dan
selanjutnya diikuti oleh “Kegiatan Urugan/Timbunan kembali tanah bekas galian”, dst.
f) Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang menggambarkan
rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
pembangunan suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya memberikan
gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan pelaksanaan dari semua jenis kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur.
Rencana jadwal pelaksanaan ini perlu dibuat, karena :
(1) Waktu pemanfaatan atau pencairan dana telah ditetapkan batas waktunya;
(2) Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana seperti dana, tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan;
(3) Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan prasarana
dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya bangunan/prasarana
yang akan dibuat;
(4) Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan pembangunan prasarana yang diajukan
dalam proposal pelaksanaan kegiatan;
Adapun Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berisi :
(1) Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
(2) Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;
(3) Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi);
(4) Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis
kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan prosen
(%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu kegiatan maka
makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa berupa nilai biaya
atau waktunya;
Bentuk Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat digunakan bentuk jadwal yang sangat sederhana
dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart). Prinsipnya kegiatan yang
akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala waktu.
Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
(1) Tentukan/Identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
(2) Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut.
(3) Tentukan Volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya);
(4) Tentukan/perkirakan ”lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa disebut juga durasi)”.
Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst;
(5) Tentukan Bobot masing-masing jenis kegiatan
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
30 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(6) Gambarkan ”waktu pelaksanaan” dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk bagan balok
pada skala waktu.
g) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (Rab)
(1) Perhitungan Reancana Anggaran Biaya
RAB yang disusun pada saat perencanaan teknis ini pada dasarnya merupakan perkiraan
berdasarkan perhitungan teknik (Engineering Estimate/EE) yang akan menjadi acuan bagi
BKM untuk mengalokasikan sumber dana yang diperoleh dan sebagai pedoman pada
saat pelaksanaan verifikasi usulan biaya pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh
KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur.
Hasil penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada tahap ini adalah:
(a). Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek/sub-proyek;
(b). Untuk mengetahui jumlah kuantitas/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat
yang diperlukan;
Secara umum komponen biaya yang diperhitungkan dalam RAB disini adalah kompenen
Tenaga Kerja, Bahan, Alat dan Administrasi yang diperlukan termasuk komponen pajak
(PPN) dan tidak boleh ada biaya overhead/Keuntungan. Komponen PPN ditanggung
pemerintah atau tidak dipungut.
Untuk menyusun RAB maka harus diketahui data/informasi hasil identifikasi keseluruhan
jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan dan Volume/Kuantitasnya, Metode/Cara
Pelaksanaan pekerjaaan, besarnya harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan
dipergunakan. Metode kerja disini lebih kepada apakah pekerjaan dilakukan secara padat
karya (menggunakan tenaga manusia) atau dengan menggunakan peralatan (mesin).
Tabel I.6.f : Contoh Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
31
Kemudian sesuai metodekerja yang dipilih dilakukan perhitungan Analisa Harga satuan
pekerjaan untuk setiap item pekerjaan.
Metode perhitungan biaya pekerjaan dilakukan dengan cara: Menghitung/menganalisa
Harga Satuan setiap jenis pekerjaan kemudian dikalikan dengan Volume pekerjaannya.
Dasar perhitungan RAB pekerjaan, secara sederhana dapat digunakan rumus berikut:
Selanjutnya jumlah biaya keseluruhan pekerjaan diperoleh dengan cara menjumlahkan
keseluruhan biaya setiap item pekerjaan yang tercakup dalam lingkup proyek/sub proyek.
Acuan penyusunan RAB adalah Permen PU No.11/MRTP/M/2013 tentang Pedoman
Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum.
Catatan:
(a). Perbedaannya dengan RAB pelaksanaan yang dibuat oleh KSM/Panitia terletak pada
kontribusi swadaya masyarakat dimana pada RAB yang dibuat oleh UPL/TIPP pada
tahap ini belum mengintegrasikan atau mengalokasikan kontribusi swadaya
masyarakat. Kontribusi swadaya masyarakat nantinya baru diperhitungkan pada
proposal pelaksanaan KSM/Panitia sesuai dengan kesepakatannya.
(b). Komponen kegiatan administrasi untuk menyelesaikan seluruh kegiatan proyek/sub
proyek, disini hanya mencakup kegiatan administrasi minimal yang harus
dibuat/dilakukan oleh KSM/Panitia selama pelaksanaan konstruksi, yaitu mencakup
komponen :
(1) Pembuatan Papan Nama Proyek;
(2) Pembuatan administrasi Harian Mingguan, Backupdata opname pekerjaan
KSM/Panitia, As-built drawing (gambar jadi pekerjaan);
(3) Pembuatan Laporan Kegiatan KSM/Panitia (Kemajuan Dwi-Mingguan, Bulanan
dan Pertanggungjawaban/Akhir);
(4) Photo copy (seperti dokumen proposal, laporan, administrasi, dll);
(5) Pengadaan ATK yang diperlukan;
(6) Dokumentasi/photo-photo kegiatan (0%, 50%, 100%);
(7) Materai secukupnya;
(8) Pengujian Kualitas yang dipersyartkan dalam pekerjaan, seperti Beton, Air
Minum, dll. Khusus Air Minum (1 sampel/contoh benda uji), hanya untuk
infrastruktur Air Minum yang sumber airnya bukan berasal dari air hujan, PDAM
atau perusahaan air minum lainnya.
(c). Besarnya volume kebutuhan untuk tiap komponen administrasi tersebut pada
dasarnya dihitung sesuai kebutuhan lapangan. Dalam hal volume setiap komponen
tidak dapat diperkirakan dengan pasti maka dapat digunakan volume 1 (satu)
dengan satuan ”Lumpsum” (Ls), kecuali untuk pengujian kualitas air minum, yaitu 1
RAB = VOLUME HARGA SATUAN x
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
32 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(satu) sampel/contoh benda uji. Sedangkan besarnya harga satuan setiap komponen
disesuaikan dengan hasil survey setempat;
(d). Biaya administrasi kegiatan KSM/Panitia, sangat didorong untuk dipenuhi dari dana
swadaya masyarakat. Namun demikian dimungkinkan dapat menggunakan sumber
dana program. Stimulan dana administrasi kegiatan bagi setiap KSM/Panitia dengan
batasan, sebagai berikut :
Pagu maksimum Rp. 500.000 untuk total Nilai Pekerjaan sampai dengan Rp.
100 Juta;
Pagu maksimum Rp. 750.000 untuk total Nilai Pekerjaan diatas Rp. 100 Juta;
Pagu tersebut tidak termasuk harga satuan untuk Pengujian Kualitas,
(Pengujian Kualitas diperhitungkan sesuai harga setempat).
(2) Perhitungan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat Pekerjaan/Proyek
Sebagai dasar perhitungan Volume Kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan peralatan yang
akan digunakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pembangunan infrastruktur
adalah Kuantitas/Volume tiap item Pekerjaan dan Analisa Harga satuan Pekerjaan yang
digunakan. Adapun prosesnya dapat dilakukan sebagai berikut:
(a). Perhitungan kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan. Cara
pelaksanaannya adalah :
Berdasarkan data Analisa Harga satuan Pekerjaan yang digunakan, maka setiap
item pekerjaan perlu diidentifikasi semua jenis/macam dari :
Tenaga Kerja yang diperlukan, misalnya Mandor/ketua kelompok, Tukang,
Pekerja;
Material/bahan yang dibutuhkan, misalnya pasir, semen, besi, dll;
Peralatan Kerja yang dibutuhkan, misalnya beton molen, mesin gilas, dll.
Untuk alat seperti cangkul, linggis, ember dapat dikelompokan menjadi satu
set alat dan biasa disebut alat bantu;
Kemudian dari Analisa Harga satuan Pekerjaan harus diketahui besarnya
kebutuhan dasar untuk menyelesaikan satu satuan pengukuran pekerjaan
tersebut atau biasa disebut koefisien dari setiap jenis/macam Tenaga Kerja,
Material/bahan, Peralatan Kerja.
Berdasarkan Data Analisa Harga Satuan dan Volume setiap item pekerjaan yang
ada, lakukan perhitungan kebutuhan setiap macam komponen Tenaga Kerja,
setiap macam Bahan dan setiap macam peralatan yang digunakan untuk semua
jenis/item kegiatan selesai.
Prinsip dasar perhitungan Volume kebutuhan ini adalah : koefisien tiap jenis kebutuhan
dikali volume tiap jenis pekerjaan. Dengan demikian maka kebutuhan untuk masing-
masing jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan, Alat, dapat dihitung dengan rumus umum
berikut :
33
(b). Buat Rekapitulasi Kebutuhan total untuk setiap macam dari komponen Tenaga kerja,
bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek.
Prinsip perhitungannya adalah Jumlah total masing-masing kebutuhan tiap
jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan dan Alat yang dibutuhkan pada tiap jenis
pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh jenis pekerjaan yang ada. Untuk memudahkan
proses perhitungan maka dapat dibuat tabel bantu seperti berikut :
Cara Pengerjaan Formulir :
No : Diisi Nomor urut pekerjaan;
Uraian Pekerjaan : Diisi nama tiap jenis pekerjaan;
Kolom Volume Kebutuhan Tenaga Kerja (Mandor/Ka. Tukang, Tukang,Pekerja)
diisi nilai volume/jumlah masing-masing sesuai jenis pekerjaannya;
Kolom Volume Kebutuhan Bahan dan Volume Kebutuhan Alat, prinsip
pengisiannya sama dengan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja
Baris Total pada setiap kolom kebutuhan : Diisi hasil penjumlahan Volume
Kebutuhan dari kegiatan pertama (baris teratas) sampai kegiatan terakhir (baris
terbawah);
Hasil perhitungan kebutuhan tersebut akan menjadi acuan dalam verifikasi
kelayakan usulan biaya kegiatan KSM/Panitia.
Volume TK = Koefisien TK x Volume Pekerjaan
Volume Bahan = Koefisien Bahan x Volume Pekerjaan
Volume Alat = Koefisien Alat x Volume Pekerjaan
Vol. Kebutuhan T. Kerja
Man
do
r
Ka.
Tu
kan
g
Tu
kan
g
Pekerj
a
Sem
en
Pasir
Keri
kil
Bt.
Kali
Bt
Bata
Dst…
.
Beto
n
Mo
len
Mesin
Gil
as
Ala
t
Ban
tu
Dst…
.
(HOK) (HOK) (HOK) (HOK) (Zak) (M3) (M3) (M3) (Buah) (…..) (Jam) (Jam) (Set) (….)
1
2
dst
Total
Vol. Kebutuhan AlatVolume Kebutuhan Bahan
No Uraian Pekerjaan
Tabel I.7.b : Perhitungan Rekapitulasi Kebutuhan Bahan, Alat/Tenaga Kerja
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
34 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
h) Penyusunan Dokumen Contoh Bentuk Proposal Pelaksanaan Kegiatan Ksm/Panitia
Contoh Bentuk Proposal disini merupakan dokumen yang berisi contoh blanko/formulir
proposal pelaksanaan kegiatan yang akan diisi/dibuat oleh KSM/Panitia untuk menjadi
pelaksana kegiatan infrastruktur.
UPL/TIPP menyusun Contoh Bentuk Proposal dan menjadi acuan yang akan diikuti oleh
KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan.
Contoh bentuk proposal tersebut agar dibuat sesederhana mungkin sehingga
KSM/Panitia mudah memahami dan membuat. Selain itu juga harus disusun sedemikian
rupa sehingga memberikan kerangka penyusunan/pelaksanaan yang sistematis. Adapun
cakupan substansi muatan proposal pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia, sekurang-
kurangnya mencakup :
(1) Uraian Singkat Usulan Kegiatan,
(2) Daftar Calon Tenaga Kerja yang telah disurvey;
(3) Hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat;
(4) Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah disurvey;
(5) Daftar Kuantitas Pekerjaan sesuai yang telah disusun dalam perencanaan teknis;
(6) Perhitungan RAB Pelaksanaan, mengacu pada Daftar Kebutuhan Tenaga
Kerja/Bahan/Alat sesuai RAB Pelaksanaan yang telah disusun dalam perencanaan
teknis;
(7) Jadwal Pelaksanaan;
(8) Rencana Pengadaan;
(9) Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksana Lapangan.
Pada dokumen ini juga dicantumkan tatacara pengisian dan tatacara verifikasi
kelayakannya.
Sebagai referensi untuk penyusunan Contoh bentuk proposal ini dapat mengacu pada
contoh outline proposal kegiatan sebagaimana terlampir.
i) Verifikasi Kelayakan Dokumen Perencanaan Teknis
Setelah dokumen perencanaan teknis selesai maka dilakukan verifikasi/pemeriksaan
kelayakannya. Verifikasi ini dilakukan sekurang-kurangnya untuk:
(1) Menjamin hasil perencanaan teknis kegiatan infrastruktur telah memenuhi
persyaratan standar teknis/kriteria desain yang ditetapkan oleh PU dan memberikan
jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga untuk
meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 8 indikator kumuh, rencana
teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin
keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak
menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta
mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).
35
(2) Memastikan bahwa biaya pekerjaan optimum dan tidak kekurangan atau kelebihan;
(3) Memastikan bahwa rancangan kegiatan infrastruktur dapat dibangun oleh
masyarakat dan jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dalam kurun 1
tahun anggaran;
Pendekatan pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat
berasal dari UPL/TIPP, Tim Teknis Pemda (bila ada) dan Konsultan Pendamping (bidang
Teknik). Kegiatan ini agar dapat dikoordinasikan dengan PPK sehingga proses verifikasi ini
diharapkan dapat sekaligus melibatkan Tim PPK sebagai bagian dari proses pemeriksaan
hasil pekerjaan sebelum dilakukan serah terima hasil kepada PPK.
j) Produk Hasil Perencanaan Teknis
Hasil kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan oleh UPL/TIPP, sekurang-kurangnya
berupa produk :
(1) Dokumen Penyediaan Lahan lokasi kegiatan infrastruktur, termasuk perijinan terkait
pelaksanaan pembangunan yang diperlukan (bila ada);
(2) Dokumen Desain/Gambar (Detail Engineering Desain), Spesifikasi Teknik dan
Panduan Teknis Operasi dan Pemeliharaan Prasarana;
(3) Dokumen Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards);
(4) Daftar Kuantitas Pekerjaan;
(5) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(6) RAB Pekerjaan dan Daftar Kebutuhan Tenaga kerja, Bahan dan Alat yang diperlukan
berikut Kesepakatan Harga Satuan (Upag/Bahn/Alat) Hasil Survey sekurang-kurang
dari 3 toko/pemasok setempat;
(7) Dokumen Contoh Bentuk Proposal bagi KSM/Panitia, termasuk contoh bentuk Surat
Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia;
k) Pemaketan Pekerjaan
Pemaketan pekerjaan disini merupakan penentuan/pengelompokan pekerjaan-pekerjaan
yang akan dilaksanakan melalui KSM/Panitia Pelaksana Pembangunan. Ketentuan
Pemaketan pekerjaan yang perlu diikuti :
(1) Tetap mengutamakan prinsip efisiensi, kesatuan sistem infrastruktur, kualitas dan
kemampuan teknis kelompok masyarakat;
(2) Memaksimalkan penggunaan material dan tenaga kerja lokal yang berkualitas dan
perluasan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat;
(3) Dilarang menggabungkan/menyatukan beberapa pekerjaan yang menurut sifat
pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh kelompok masyarakat
menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa selain
masyarakat;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
36 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(4) Setiap Paket Pekerjaan harus dapat diselesaikan sesuai target waktu yang telah
ditetapkan.
(5) Pemaketan pekerjaan ini harus disepakati bersama oleh warga.
Hasil dari pemaketan pekerjaan adalah ditetapkan paket-paket pekerjaan untuk setiap
KSM/Panitai mencakup nama kegiatan, lokasi, besarnya Volume dan Biaya.
l) Pembentukan/Pengembangan Ksm/Panitia
Setelah ditetapkan paket-paket pekerjaan kemudian dilakukan
pembentukn/pengembangan KSM/Panitia selaku pelaksana kegiatan fisik/konstruksi.
Untuk pelaksanaan kegiatan yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat dapat
mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Dan
untuk kegiatan yang berskala publik, maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih
Panitia selaku pelaksana kegiatan.
KSM/Panitia ini dapat merupakan kelompok swadaya yang sudah tumbuh sejak lama atau
baru dibentuk atau dikembangkan/revitalisasi karena adanya kesamaan kepentingan dan
kebutuhan dalam kelompok tersebut. Dan bukanlah organisasi yang dibentuk karena
mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan kegiatan/proyek KOTAKU.
Proses pembentukan/pengembangan KSM/Panitia dilakukan melalui serangkaian rembug
KSM/Panitia dengan difasilitasi oleh UPL/TIPP. Hal-hal yang perlu ditetapkan adalah
Nama KSM/Panitia, Alamat Sekretariat, Nama Ketua, Susunan Pengurus (Nama dan
Jabatan) dan anggota-anggotanya serta aturan main yang akan digunakan bersama.
m) Serah Terima Dokumen Produk Perencanaan
Setelah seluruh produk perencanaan teknis selesai maka BKM melakukan serah terima
hasil pekerjaan kepada PPK Satker Provinsi selaku pemberi pekerjaan. Dokumen yang
diserahterimakan mencakup dokumen RTPLP dan hasil Perencanaan Teknis (DED). Khusus
dokumen hasil perencanaan teknis dapat dijilid permasing-masing paket pekerjaan yang
telah disepakati dan dibuat masing-masing beberapa rangkap sesuai kesepakatan dalam
SPK BKM dengan PPK.
H. TAHAP PELAKSANAAN FISIK
Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk dan
memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan.
Sasaran Pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan sesuai
dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan) dalam kurun
waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat bermanfaat secara
berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :
37
1. Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan yang
berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu menjamin
keselamatan (keamanan/kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang menggunakannya)
dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial masyarakat dan pelestarian
lingkungan (Tepat Mutu);
2. Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang
ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu);
3. Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan (Tepat
Biaya) dan
4. Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib Administrasi
dan Keuangan proyek).
Kegiatan tahapan pelaksanaan fisik ini pada garis besarnya dibagi atas 2 tahapan yaitu (a). tahap
persiapan pelaksanaan konstruksi dan (b). tahap pelaksanaan konstruksi itu sendiri.
Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan seperti pada gambar gambar 2.
Diagram alir Pelaksanaan Fisik. Dan secara rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
(1) Penandatanganan SPK BKM dengan PPK
BKM melakukan penandatanganan Surat Perjanjian Kerja (SPK) dengan PPK Satker PIP
Kabupaten/Kota selaku penanggungjawab pelaksana kegiatan pembangunan
infrastruktur skala lingkungan.
(2) Penyiapan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)
Hampir semua sarana prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami kerusakan
karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak tersedianya dana
rehabilitasi dari sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya masyarakat untuk
pemeliharaan dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana
tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat dari adanya pembangunan
prasarana tersebut tidak optimal dan belum berkelanjutan. Atau walaupun dapat
dinikmati akan tetapi jangka waktu pemanfaatannya menjadi terbatas (kurang dari
umur yang direncanakan). Selain itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi kurang
terjamin dan harapan diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai.
Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program KOTAKU dengan
entry poin pemberdaayan masyarakat, mengupayakan langkah antisipasi melalui
pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan,
yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi,
mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis
pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan dibangun. Selanjutnya pada
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
38 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan
pembangunan prasarananya.
Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan prasarana (tahap
perencanaan)” dan “rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan
muncul “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara sarana dan prasarana
yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan
dan lestari.
Selain itu, waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pengelola ini dilakukan sejak
awal persiapan pelaksanaan kegiatan. Jadi tidak dibentuk setelah pekerjaan fisik selesai.
Pendekatan ini diharapkan dapat memunculkan “kesadaran dan rasa tanggungjawab”
bagi masyarakat untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya
sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Selain itu
juga diharapkan agar Tim Pengelola yang dipilih sejak awal dapat terlibat langsung
dalam pelaksanaan pembangunan fisik/konstruksi sehingga setelah pekerjaan selesai
masyarakat/tim pengelola sudah siap melaksanakan pemeliharaan.
Penyiapan KPP sebagai organisasi Pengelola Pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana
disini mencakup kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola termasuk penentuan
orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan
Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan.
Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu ditanamkan kesadaran kepada masyarakat
bahwa pemeliharaan prasarana dan sarana harus dilakukan oleh semua warga
pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan pemeliharaan.
39
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
40 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Bentuk Organisasi KPP dapat disesuaikan dengan kebutuhan prasarana, kemampuan
warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender). Meski
demikian, sebagai referensi dari beberapa bentuk yang pernah diterapkan, setidaknya
terdapat pendekatan 2 bentuk yang umum dilakukan, yaitu : satu pengelola untuk
semua jenis prasarana dalam satu wilayah permukiman atau satu pengelola untuk
setiap jenis prasarana.
Bentuk Pengelolaan mana yang dipilih, apakah pengelola perjenis prasarana atau satu
pengelola untuk lebih dari satu jenis prasarana, hendaknya mempertimbangkan
kemampuan SDM pengelola dan potensi sumber pembiayaan pemeliharaannya.
Kemampuan SDM dimaksud adalah dapat berupa kemampuan manajemen pengelolaan
dan ketersediaan orang yang sesuai dengan kebutuhan didalam Organisasi. Sedangkan
kemungkinan untuk memperoleh sumber pembiayaan O dan P adalah berkenaan
dengan potensi dari setiap prasarana untuk dapat menghasilkan/memperoleh dana dari
warga pemafaat guna membiayai sendiri pemeliharaannya.
Proses pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan melalui Rembug Warga yang sebelumnya
telah dilakukan sosialisasi awal dan identifikasi kelembagaan masyarakat yang telah
ada. Penanggungjawab kegiatan adalah BKM (UPL/TIPP) bersama dengan pemerintah
Desa/Kelurahan.
Secara lebih detail penjelasan pelaksanaan dari tahapan kegiatan (1). pembentukan
Organisasi Pengelola termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab
pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan
pemeliharaan ini dapat dilihat pada Buku POS Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana KOTAKU.
(3) Coaching/Penguatan KSM/Panitia
KSM/Panitia yang akan menjadi Pelaksana Kegiatan Pembangunan Infrastruktur
selanjutnya di coaching oleh UPL/TIPP dengan difasilitasi oleh Konsultan Pendamping
dan Tim Teknis Pemda.
Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi
tanggungjawabnya.
Pada forum ini juga dilakukan dialog penjelasan terhadap data-data paket pekerjan
yang akan dilaksanakan oleh KSM/Panitia;
(4) Penyusunan Proposal Pelaksanaan Kegiatan KSM/PANITIA
Setelah KSM/Panitia memperoleh coaching/penjelasan tentang substansi dan cara
penyusunan proposal kegiatan maka selanjutnya dapat menyusun proposal
pelaksanaan kegiatannya sesuai dokumen contoh bentuk proposal yang disiapkan BKM.
Sebagai acuan dalam penyusunan Proposal ini adalah dokumen DED hasil kegiatan
perencanaan teknis yang telah disusun oleh BKM sebelumnya. Beberapa dari dokumen
41
tersebut disediakan copy satu set oleh BKM untuk diberikan kepada KSM/Panitia yang
akan melaksanakan pekerjaan tersebut, yaitu :
(a). Dokumen Desain/Gambar-gambar perencanaan teknis dan Spesifikasi Teknis;
(b).Dokumen Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)
(c). Daftar Kuantitas Pekerjaan dan perhitungannya;
(d).Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
(e). Hasil Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) sebagai acuan/referensi;
(f). Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat untuk keseluruhan pekerjaan tersebut dan
Referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang digunakan sebagai acuan/referensi;
(g). Contoh Bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia
(h).Contoh Bentuk Proposal KSM/Panitia
Sangat penting bagi KSM/Panitia untuk mempelajari dan memahami dokumen-
dokumen tersebut karena merupakan acuan yang akan diikuti. Meskipun demikian
KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan agar hasil perencanaan teknis pekerjaan
tersebut dapat dilaksanakan dilapangan, terutama beberapa produk berikut:
KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan gambar teknis terutama untuk dicocokan
dengan situasi lapangan dilokasi pekerjaan, apakah sesuai atau ada perbedaan,
termasuk apakah telah mempertimbangkan kesesuaiannya dengan kondisi sosial-
budaya warga penggunanya.
Spesifikasi teknis, khususnya spesifikasi bahan/Alat, apakah jenis bahan/alat yang
dipersyaratkan mudah diperoleh/didatangkan kelokasi pekerjaan. Terbuka peluang
bagi KSM/Panitia untuk menawarkan alternatif teknologi/bahan konstruksi yang
kualitasnya setara namun lebih murah/mudah didapatkan/didatangkan kelokasi
pekerjaan.
Daftar Kegiatan terlarang pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus dihindari oleh KSM/Panitia karena ketentuan-ketentuan tersebut memiliki
dampak negatif atas lingkungan dan sosial masyarakat. Sedangkan hasil Study
Dampak Lingkungan (bila ada) atau Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan pada
dasarnya mencakup upaya-upaya yang diperlukan/akan dilakukan untuk
mengantisipasi potensi/sumber dampak Lingkungan (dan Sosial) yang dapat terjadi
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan dan dioperasikannya bangunan tersebut.
Butir-butir ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam Daftar Kegiatan Terlarang
dan Hasil Uji Identifikasi Dampak tersebut harus benar-benar dipahami dan menjadi
patokan untuk dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan oleh KSM/Panitia.
Terutama upaya-upaya penanganan dampak/mitigasi yang telah ditetapkan,
KSM/Panitia harus mengeceknya dengan teliti, bilamana terdapat kegiatan
penanganan yang sifatnya bangunan fisik (seperti gorong-gorong, drainase, penahan
longsor, dll) apakah telah diperhitungkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, karena
pelaksanaan hal ini juga akan memerlukan pembiayaan.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
42 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan Lingkup pekerjaan dan perhitungan
kuantitas pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, apakah
telah sesuai dengan kondisi lapangan dan gambar teknis yang ada atau ada
perbedaan.
Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditetapkan mungkin masih bersifat
garis besar kegiatan saja dan belum rinci. Dari Jadwal Induk ini, KSM/Panitia
menyusun jadwal pelaksanaan kegiatannya yang lebih rinci berdasarkan
ketersediaan sumber daya yang dimilki, dan dapat dicapai dilapangan.
Contoh Bentuk Proposal merupakan acuan dokumen proposal pelaksanaan kegiatan
yang disusun oleh KSM/Panitia. KSM/Panitia tinggal mengisi atau membuat seperti
formulir tersebut. Oleh karena menjadi acuan, maka KSM/Panitia harus benar-benar
memahami substansinya dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk menyusun dokumen proposal pelaksanaan kegiatannya.
Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat berikut Data Hasil Kesepakatan Harga
Satuan Upah/Bahan/Alat dan Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang
dipergunakan. Data tersebut sifatnya merupakan referensi bagi KSM/Panitia untuk
menyusun RAB pelaksanaan pekerjaannya.
Bila ada perbedaan hasil pengecekan KSM/Panitia dengan hasil perencanaan teknis
maka hal ini harus dikonsultasikan kepada BKM/UPL karena akan berpengaruh pada
kuantitas/kualitas pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
Setelah Proposal KSM/Panitia selesai disusun selanjutnya disampaikan kepada BKM
untuk dilakukan verifikasi kelayakannya.
(5) Verifikasi Kelayakan Proposal KSM/Panitia
Setelah proposal pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh KSM/Panitia kepada BKM
maka selanjutnya dilakukan verifikasi. Verifikasi ini merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk memeriksa dan menilai kebenaran/kelayakan dari dokumen proposal
pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat oleh KSM/Panitia. Pendekatan pelaksanaannya
adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat berasal dari UPL, TIPP, Tim
Teknis Pemda (bila diperlukan) dan Konsultan Pendamping.
Tatacara verifikasi mengacu pada tatacara yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Contoh Proposal yang telah disusun pada tahap perencanaan teknis sebelumnya.
(6) Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)
SPPD-L merupakan bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara BKM dengan
KSM/Panitia dalam rangka pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sesuai
ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.
43
Bentuk SPPD-L ini mengacu pada “Contoh Bentuk SPPD-L” yang ditetapkan oleh UPL/
TIPP sesuai hasil kegiatan perencanaan teknis.
Dokumen-dokumen Desain/Gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis pengamanan
dampak lingkungan dan sosial dan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (yang telah terisi
KSM/Panitia) merupakan lampiran yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama
Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L).
Dengan adanya perjanjian beserta lampirannya tersebut maka semua pihak baik
BKM/UPL maupun KSM/Panitia harus mentaatinya.
(7) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)
MP2K/RPPK merupakan Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka Persiapan
Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini
diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan sebelum
dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara kegiatan MP2K ini
adalah UPL/TIPP dan dihadiri oleh seluruh pihak KSM/Panitia yang akan melaksanakan
kegiatan pembangunan infrastruktur diwilayahnya.
Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapan-
persiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasan-
penjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun administrasi
dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada forum ini juga pihak
KSM/Panitia dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang belum dipahami baik
teknis maupun administrasi kegiatan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah :
Adanya Rencana dan Jadwal Pengadaan Bahan/Alat bagi KSM/Panitia yang siap
dilaksanakan;
Adanya Calon Tenaga Kerja yang siap dimobilisasi;
Adanya struktur oraganisasi berikut Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia yang siap
melaksanakan tugas-tugas/tanggungjawabnya;
Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
Meningkatnya pemahaman KSM/Panitia untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan
secara tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak
bertentangan dengan ketentuan Program;
(8) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia
Bimbingan/coaching bagi KSM/Panitia diberikan oleh UPL dan Tim Fasilitator tentang
teknik-teknik pelaksanaan konstruksi prasarana dan administrasi pencatatan atau
pelaporan kegiatan pembangunan prasarana yang akan dilakukan KSM/Panitia selama
pelaksanaan konstruksi.
Kegiatan ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan konstruksi guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
44 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
sehingga tidak menemui kesulitan dalam melaksanakan kegiatan konstruksi secara
benar, sesuai persyarata teknis yang ditentukan.
Proses pembelajaran KSM/Panitia ini diharapkan akan berlanjut pada kegiatan “Praktek
Kerja dilapangan/On the Job Trainning (OJT)” pada pelaksanaan kegiatan konstruksi
dilapangan.
(9) Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Kegiatan
Sebelum kegiatan fisik dimulai, KSM/Panitia harus membuat dan memasang papan
nama kegiatan/proyek pada tempat strategis dilokasi kegiatan. Papan nama ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi dan transparansi kegiatan serta wajib
terpasang selama kegiatan pembangunan prasarana berlangsung.
Informasi yang perlu tercantum dalam Papan Nama Proyek ini sekurang-kurangnya
mencakup : Wilayah administratif kegiatan (kelurahan, kecamatan dan kabupaten);
Nama BKM kelurahan sasaran; Jenis/Nama Kegiatan; Volume Kegiatan; Biaya Kegiatan
(APBN, Swadaya dan Total); Waktu pelaksanaan; Lokasi kegiatan; Nama KSM/Panitia
Pelaksana Pekerjaan.
b) Tahap Pelaksanaan Konstruksi
(1) Pencairan Dana
Pencairan dana kegiatan infrastruktur dari BKM kepada KSM/Panitia dilakukan melalui
rekening KSM/Panitia secara tiga tahap/termin, yaitu :
(a). Pencairan tahap/termin pertama
Setelah ditandatanganinya SPPD-L, KSM/Panitia dapat mengajukan pembayaran uang
muka kepada BKM sebagai pembayaran tahap pertama sebesar 60% dari nilai SPPD-L.
Persyaratan untuk penarikan uang muka, yaitu :
SPPD-L
Rekening Buku Tabungan KSM/Panitia (untuk kegiatan yang nilai BLM lebih besar
Rp. 30 juta)
Berita Acara Penarikan Tahap Pertama;
Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap Pertama
(b). Pencairan Tahap/termin Kedua
KSM/PANITIA dapat mengajukan pembayaran tahap kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-
L setelah pekerjaan fisik mencapai kemajuan fisik sekurang-kurangnya sebesar 50 %
dan pemanfaatan dana tahap pertama sekurang-kurangnya telah dimanfaatkan 90%.
Persyaratan untuk pengajuan tahap kedua adalah :
Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;
Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Pertama;
Berita Acara Pembayaran Termin Kedua;
45
Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Kedua.
(c). Pencairan tahap/termin ketiga
Angsuran tahap ketiga sebesar 10 % dari SPPD-L diajukan setelah prestasi fisik
pekerjaan mencapai minimal 85 % dan pemanfaatan dana tahap kedua sekurang-
kurangnya telah dimanfaatkan 90%.
Persyaratan untuk pengajuan tahap ketiga, yaitu :
Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;
Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Kedua;
Berita Acara Pembayaran Termin Ketiga;
Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Ketiga.
Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Seluruh Kegiatan Fisik.
(2) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat
KSM/Panitia segera melakukan mobilisasi tenaga kerja/bahan/alat ke lokasi pekerjaan
sesuai jadwal yang telah disepakati dalam MP2K.
Berkaitan dengan mobilisasi ini, proyek telah menetapkan tatacara pengadaan
barang/jasa yang harus diikuti. Tatacara pengadaan ini lebih jauh diuraikan secara rinci
pada buku Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Pelaksana Pekerjaan.
(3) Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan (bila ada)
Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa adalah forum musyawarah pengadaan
terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran, untuk menetapkan siapa pihak ketiga
yang akan menjadi mitra kerja KSM/Panitia dalam rangka Pengadaan Barang/Jasa yang
dibutuhkan. Jadi Forum ini hanya dilakukan pada setiap ada kegiatan Pengadaan
terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran.
Penyelenggaraan Forum Musyawarah Pengadaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
adanya transparanasi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan, khususnya dalam
pemanfaatan dana pada kegiatan pengadaan bahan/alat, bagi KSM/Panitia pelaksana
kegiatan.
Mekanisme pelaksanaan forum ini pada dasarnya merupakan mekanisme pelaksanaan
secara sekaligus dari rangkaian acara : Pemasukan, Pembukaan, Evaluasi Penawaran
dan Penetapan Pemenang pada proses pengadaan terbatas/ pemilihan langsung
dengan penawaran. Sedangkan peserta yang diundang adalah calon pemasok/toko dan
anggota KSM/PANITIA terkait, wakil BKM, wakil UPL/TIPP, Kepala Desa/Lurah, Tomas
setempat dan Tim Konsultan.
(4) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan
OJT/Trial, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil
meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
46 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
betul dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi persyaratan teknis, karena contoh
akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti oleh masyarakat.
Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM/Panitia, difasilitasi/dibimbing oleh
fasilitator teknik dan anggota TIPP/Tim Teknis Pemda yang memahami bidang Teknik
konstruksi atau pihak ketiga mitra masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan
konstruksi tersebut. Fokus utamanya lebih kepada memberikan keterampilan bagi
tenaga kerja bagaimana cara pengerjaan yang benar/ketelitian dari suatu pekerjaan,
misalnya bagaimana cara melaksanakan membuat campuran beton, bagaimana cara
pengangkutan atau pemasangannya, bagaimana cara pemadatan, bagaimana cara
penyambungan besi/beton, dll.
Pendekatan pelaksanaannya adalah :
(a). Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan dilapangan. Artinya
OJT ini mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan dilapangan sehingga tidak
memerlukan biaya khusus untuk pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang
diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan tenaga kerja atau bahan yang
sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut.
(b).Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan
pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT tadi, dapat
langsung diikuti oleh masyarakat untuk menyelesaikan seluruh volume pekerjaan
tersebut. Setelah OJT ini, hasil pekerjaan harus dinilai kembali apakah sudah
benar/memenuhi persyaratan teknis atau belum. Jika belum maka OJT ini harus
diulangi hingga benar-benar menghasilkan pekerjaan yang memenuhi standar
teknis yang dipersyaratkan.
(c). Dilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT ini tidak perlu
dilakukan untuk semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada pekerjaan
tertentu yang dianggap paling menentukan kualitas dan atau kurang dipahami oleh
pelaksana lapangan/tenaga kerja.
On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi yang kurang dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama pelaksanaan
kegiatan konstruksi.
Sistem trial terdiri dari tiga langkah :
Contoh dibuat bersama konsultan pendamping/Dinas terkait. Orang yang ikut
membuat contoh adalah mandor, Ketua Regu Kerja, Kader Teknis/UPL, Pelaksana
Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain. Konsultan ikut bekerja dan
memberi instruksi kepada mereka.
Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan contoh
diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter), kualitas dinilai oleh
47
Konsultan pendamping. Jika kualitas masih kurang baik maka harus dilatih lagi dan
diperiksa lagi.
Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.
Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan. Misalnya
trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial jalan didaerah
sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk bagian yang sangat
kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan.
Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan MCK
maka MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.
Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling
menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan
praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran beton, pengangkutan dan
pemadatan beton dilapangan, dll.
(5) Pelaksanaan Fisik/Konstruksi
Pelaksanaan Konstruksi adalah serangkaian pelaksanaan pekerjaan pembangunan/fisik
untuk mewujudkan bangunan yang direncanakan. Termasuk juga kegiatan-kegiatan
penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi yang bersifat konstruksi yang telah
direncanakan.
Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai:
(a). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volume dan kualitas yang
dipersyaratkan/ telah direncanakan;
(b).Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai waktu pelaksanaan yang
dipersyaratkan/ telah direncanakan;
(c). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai biaya pelaksanaan yang
dipersyaratkan/ telah direncanakan;
Ukuran dan Standar Keluaran kegiatan:
(a). Jumlah dari jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan jenis-
jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
(b).Volume dari setiap jenis pekerjaan konstruksi yang dihasilkan sesuai dengan volume
setiap jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;
(c). Jumlah waktu penyelesaiaan pekerjaan/proyek sesuai jadwal pelaksanaan yang telah
direncanakan;
(d).Jumlah Biaya/dana yang termanfaatkan pada keseluruhan pelaksanaan pekerjaan,
minimal sesuai biaya pelaksanaan yang telah direncanakan;
(e). Bahan-bahan bangunan yang dipergunakan memenuhi persyaratan bahan dari
setiap pekerjaan yang telah direncanakan;
(f). Cara pelaksanaan setiap pekerjaan dilapangan memenuhi persyaratan cara kerja
yang telah direncanakan;
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
48 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(g). Penggunaan tenaga kerja/peralatan berat dalam pelaksanaan pekerjaan yang
memenuhi persyaratan kualitas pekerjaan;
(h).Progres pekerjaan telah mencapai 100% (selesai) sesuai jadwal pelaksanaan yang
telah direncanakan;
Langkah-langkah pelaksanaan :
Berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan konstruksi yang telah disusun pada tahap
perencanaan teknis sebelumnya (Proposal Pelaksanaan) yang telah menetapkan :
Lingkup Kegiatan Konstruksi (jenis-jenis pekerjaan, dan batasan-batasannya seperti
volume, persyaratan teknisnya), Urut-urutan pelaksanaannya, Rencana Biaya pekerjaan
dan Jadwal Pelaksanaannya, kemudian telah pula ditetapkan struktur organisasi
pelaksana, orang-orang yang akan bertanggungjawab didalam organisasi telah dipilih
dan dilatih/dibimbing sehingga memahami tugas dan tanggunjawabnya masing-masing,
maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan konstruksi dari
bangunan yang ingin diwujudkan (Gambar).
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara sistematis/berurutan sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dari bangunan tersebut sebagaimana telah ditetapkan.
Dari urut-urutan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan, maka
setelah mendatangkan tenaga kerja/bahan/alat (sesuai dengan kualitas yang
dipersyaratkan) dilokasi pekerjaan, selanjutnya dapat dilakukan pelaksanaan teknis dari
setiap jenis pekerjaan konstruksi, yang garis besarnya meliputi :
Menyiapkan lokasi pekerjaan (penyiapan lapangan), seperti pembersihan,
penentuan elevasi/patok ukur, bouwplak, dll;
Melaksanakan tindakan pengamanan, keselamatan tenaga kerja dan masyarakat
disekitar lokasi pekerjaan;
Melaksanakan semua aktivitas-aktivitas dari lingkup pekerjaan sesuai kualitas yang
dipersyaratkan (spesifikasi/persyaratan teknisnya) sampai keseluruhan volume
pekerjaan yang direncanakan terpenuhi. Persyaratan kualitas dari setiap jenis
pekerjaan konstruksi mengacu pada Gambar-gambar teknis, spesifikasi teknis atau
petunjuk-petunjuk teknis pembangunan sarana dan prasarana.
Pelaksanaan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari setiap pekerjaan tersebut dilakukan
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Pelaksanaan pada hakekatnya adalah kegiatan menggerakkan, memotivasi dan
mengkoordinasikan orang-orang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat (Mampu
dan Mau) melakukan tugas menurut aturan, efisiensi, produktif serta terkendali
sehingga tujuan (terwujudnya bangunan sesuai standar mutunya) dapat dicapai sebaik-
baiknya. Dalam hal ini maka peranan manajemen yang dilakukan adalah
Memimpin/Mendampingi mereka dalam melaksanakan Apa Yang diInginkan
49
(Tugas/kegiatan yang mereka lakukan). Yang pada dasarnya melaksanakan fungsi/tugas-
tugas:
Mengkomunikasikan, sampaikanlah kebutuhan informasi penting yang diperlukan
terkait dengan tugas-tugas atau informasi organisasi yang ingin dilakukan/dicapai
berkaitan dengan pekerjaan, agar mereka bekerja lebih efektif dan dengan kepuasan
kerja yang tinggi, jadikan ada saling percaya dan pengertian atas
tugas/tanggungjawab diantara kita dan mereka, kemaslah informasi dalam bahasa
yang mudah dimengerti mereka, dengarkan keluhan mereka;
Mempengaruhi/Menggerakkan/Memotivasi (Mendorong, Mengajak, Melibatkan,
Mendukung) agar mereka terus mau belajar melaksanakan tugas-tugasnya sehingga
meningkatkan kemampuaannya;
Koordinasikan kegiatan-kegiatan mereka agar berjalan secara terpadu (integrasi) dan
selaras (sinkronisasi) sehingga terbangun kerjasama tim menjadi satu tim organisasi
yang tangguh dan kompak;
Membantu, Mengerjakan bersama secara langsung sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai persyaratannya sekaligus terjadi transfer pengetahuan, keahlian,
dan sikap kepada setiap individu dalam meningkatkan kemampuannya;
(6) Supervisi kegiatan Konstruksi
Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk
menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Dengan demikian maka Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup
kegiatan/tindakan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai standar
konstruksi/rencana yang telah ditetapkan, kemudian mengadakan
pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar pengukuran kegiatan tersebut dan
membandingkan antara hasil pelaksanaan yang dicapai dengan standar/rencananya
untuk mengetahui apakah ada penyimpangan (evaluasi).
Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau
spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas, dimensi/ukuran, kualitas,
cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya seperti biaya
atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan disini
dapat merupakan hasil yang sesuai atau lebih baik (hal ini merupakan suatu prestasi)
dan penyimpangan yang negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah
ditetapkan (merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan).
Sasaran pengawasan pekerjaan konstruksi adalah untuk melihat apakah terjadi
penyimpangan negatif dari standar teknis atau rencana yang telah ditetapkan, seperti
apakah kualitas bahan yang dipergunakan kurang, apakah volume atau ukuran/dimensi
pekerjaan kurang atau apakah cara pengerjaan salah, atau apakah waktu pelaksanaan
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan
50 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
pekerjaan terlambat, dll, yang bisa berakibat pada kualitas dan kuantitas bangunan yang
hendak dibangun tidak terpenuhi sesuai standar teknis/rencana awalnya.
Sedangkan tujuannya adalah agar dilakukan tindakan perbaikan atau penyelesaiaan
(pengendalian) bilamana ditemukan adanya kesalahan atau kukurangan dari pekerjaan
yang sedang dilaksanakan sehingga tujuan untuk mewujudkan bangunan/infrastruktur
yang berkualitas baik (kuat) dan dapat berfungsi/dimanfaatkan lebih lama dapat
tercapai dengan baik.
Pengawasan secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk menghindari hasil
yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti bentuk/ukuran
konstruksi yang dibuat dilapangan tidak sesuai dengan desain/gambar kerja,
ketrampilan kerja yang kurang, perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang tidak
sesuai atau tidak memadai, kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang
merugikan/menghambat kelancaran pekerjaan di lapangan.
Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap
semua aspek kegiatan, namun demikian dalam proses pengawasan ini dapat difokuskan
pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan berikut :
(a). Volume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu disupervisi
antara lain, adalah :
Jenis dan volume tiap pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi yang
tercantum dalam daftar kuantitas dan gambar rencana, apakah sesuai dengan
kondisi pada saat supervisi;
Kondisi lokasi, apakah sesuai dengan perencanaan/gambar atau ada perubahan;
Apakah secara keseluruhan bangunan dapat berfungsi/bermanfaat;
Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak
lingkungan sudah dilaksanakan;
(b). Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
Apakah sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang dipergunakan
pada sestiap jenis pekerjaan sesuai rencana;
Apakah kualitas hasil pekerjaan sudah sesuai/baik;
Apakah kelengkapan bangunan sudah cukup atau kurang untuk keamanan dan
atau kenyamanan pemakai;
Apakah metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar;
Apakah telah dilakukan koordinasi pelaksanaan dengan pihak/instansi/dinas
terkait setempat, seperti :
Sumur dalam/Bor harus koordinasi dengan dinas pertambangan atau
perindustrian dan geologi setempat,
Prasarana Pendidikan harus berkoordinasi dengan dinas Pendidikan
setempat;
Prasarana kesehatan harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat;
51
Prasarana persampahan dengan dinas kebersihan kota/terkait.
Khusus air bersih yang sumber airnya bukan dari Air PDAM/Sejenis, Air Hujan,
apakah telah dilakukan pengujian kualitas Air bersih;
(c). Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :
Apakah Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadual yang
telah direncanakan.
Apabila terjadi keterlambatan dan/atau percepatan waktu pelaksanaan
pekerjaan maka harus diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut
terhadap jadual kerja sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam SPPD-L
atau perubahannya (bila ada)
Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai jadual,
maka konsultan memberikan justifikasi/pertimbangan teknis kepada UPL/BKM
untuk : memperpanjang jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan
pekerjaan/pemutusan kontrak (bila perlu).
(d).Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah:
Apakah tidak terjadi pembelanjaan atau penggunaan dana yang berlebihan
pada suatu kegiatan sehingga dapat mengakibatkan pekerjaan tidak dapat
diselesaikan secara keseluruhan;
Apakah tidak terjadi penyelewengan dana;
Apakah proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis;
Apakah dilaksanakan pembukuan Keuangan dengan baik;
Apakah aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.
(e). Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :
Apakah semua administrasi yang diperlukan dibuat lengkap, benar dan sesuai
kondisi lapangan/yang sebenarnya;
Apakah semua administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik,
Tanggungjawab Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan
kegiatan konstruksi oleh pihak UPL bersama Konsultan (pihak diluar KSM/Panitia)
dan tentunya juga oleh KSM/Tim Pelaksana Lapangan secara internal sebagai fungsi
yang melekat pada tugas/tanggungjawabnya. Termasuk hasil monitoring partisipatif
yang dilakukan oleh warga masyarakat sebagai masukan dalam proses pengawasan.
(7) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%
Pengamanan dampak lingkungan adalah pelaksanaan seluruh kegiatan penanganan
dampak lingkungan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Untuk jenis kegiatan
pengamanan yang bersifat/terkait teknis konstruksi pada dasarnya dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi (menjadi bagian dari pekerjaan konstruksi
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
52 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
bangunan, misalnya gorong-gorong) sedangkan kegiatan yang bersifat non teknis
seperti O dan P MCK dilakukan sejak awal tahap pelaksanaan konstruksi.
Pemantauan Dampak Lingkungan disini adalah merupakan pengawasan atas hasil
pelaksanaan rencana tindakan penanganan dampak/mitigasi. Apakah telah selesai
dikerjakan sesuai rencana atau belum selesai. Oleh karena itu kegiatan pemantauan ini
juga pada dasarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanaan
Supervisi/Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi.
Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Dampak ini dilakukan pada tahap pelaksanaan
Konstruksi/pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan instrumen
pemantauan berupa Ceklist/Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan yang telah
dibuat sebelumnya, yaitu :
(a). Kira-kira pada pertengahan proses konstruksi (kondisi kemajuan 50%), disaat
peluang untuk memperbaiki masih ada maka dilakukan pemantauan
kelapangan dimana daftar yang sama (checklist tadi) di cocokkan lagi, apakah
semua tindakan yang telah direncanakan telah dilakukan sesuai rencana atau
belum. Dan terakhir,
(b). Di akhir konstruksi (kondisi kemajuan selesai 100%), daftar yang sama (checklist
tadi) dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya guna memastikan
bahwa semua tindakan pengamanan yang telah direncanakan telah
dilaksanakan.
Keseluruhan kegiatan pemantauan diatas dilakukan baik oleh Pelaksana sendiri
maupun oleh Tim Konsultan dan UPL dilapangan.
(8) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan
Rapat evaluasi ini pada prinsipnya merupakan bagian dari proses
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan untuk
periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan sewaktu-waktu (mendesak).
Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dapat dilakukan sendiri (internal)
KSM/Panitia atau dilaksanakan bagi semua KSM/Panitia oleh UPL sebagai upaya
koordinasi dan evaluasi untuk mengevaluasi sejauhmana kemajuan pelaksanaan
kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah yang muncul.
Rapat Evaluasi ini sangat penting dilakukan karena selain untuk membagi/memberikan
informasi hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai juga untuk melaksanakan evaluasi
(menilai laporan atau hasil temuan dalam pengawasan) dan merumuskan tindakan-
tindakan yang perlu diambil apabila hasil pengawasan menunjukan adanya
penyimpangan yang berarti dari rencana semula atau terdapat permasalahan-
permasalahan yang mengganggu kelancaran kegiatan. Sehingga dengan adanya rapat-
rapat rutin ini maka diharapkan semua permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan
secara bersama-sama, terjadi koordinasi kerja yang baik antar semua unsur pelaksana
53
yang pada gilirannya akan membawa kelancaran pelaksanaan kegiatan dilapangan
sesuai dengan yang diharapkan/direncanakan.
Sasaran evaluasi ini adalah untuk mendeteksi apakah hasil kerja sesuai dengan rencana
yang telah dibuat, dan untuk menggali masalah-masalah yang menjadi penghambat
dalam pelaksanaan kerja dan mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Sebagai ukuran
keluran kegiatan dapat dilihat dari adanya catatan/notulen hasil rapat dan daftar
peserta yang hadir.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain :
(a). Apakah Volume pekerjaan (kemajuan progres pelaksanaan) yang telah dicapai
sesuai dengan yang direncanakan?
(b). Apakah Kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan/direncanakan;
(c). Apakah Waktu pelaksanaan masih sesuai dengan rencana;
(d). Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini
sesuai atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba bandingkan total Volume dari
hasil pengadaan Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Volume yang masih
harus dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai;
(e). Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai
dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai
dengan yang direncanakan? Coba Bandingkan total biaya dari hasil pembayaran
Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Biaya yang masih harus
dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total dana yang Belum
dicairkan).
(f). Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya?
(g). Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan?
(h). Apakah masalah-masalah yang timbul dilapangan, termasuk dampak
lingkungan/sosial sudah diselesaikan?, dll.
Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat
memberikan/menyepakati apa bentuk penyelesaian, siapa yang bertanggung jawab
untuk pelaksanaannya, bagaimana cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan akan
dilakukan tindakan tersebut.
Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada Notulen/Catatan Hasil Rapat
Mingguan dan diarsipkan dengan baik.
(9) Membuat Administrasi dan Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan
Administrasi adalah proses pencatatan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak
Pelaksana Pekerjaan. Pencatatan dilakukan pada formulir – formulir yang telah
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
54 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
disediakan dan tinggal mengisikan hal-hal yang terjadi, dilaksanakan, dan diperlukan
dalam formulir tersebut.
Pencatatan yang dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan adalah untuk mendokumentasikan
atau merekam seluruh kegiatan pelaksana dilapangan.
Pencatatan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan atau segera dilakukan
setelah suatu pekerjaan selesai. Jadi tidak perlu menunggu sampai beberapa lama
untuk mencatat suatu kejadian kegiatan, sebab kalau pencatatan ditunda-tunda, maka
kemungkinan besar akan terjadi kesalahan-kesalalahan yang timbul karena lupa.
Dengan pencatatan yang tertib dan kemudian menghimpun atau mengarsipkannya
maka akan dapat digambarkan kembali proses-proses yang telah dilalui dan dilakukan
oleh pihak pelaksana pekerjaan, sehingga apabila pada suatu saat dibutuhkan dapat
dibuka kembali.
Sasaran dilaksanakannya administrasi ini adalah untuk :
(a). Keterbukaan; dengan adanya pencatatan atas setiap kegiatan, dan hasil
pencatatan tersebut dapat diketahui oleh semua pihak, maka akan sangat kecil
sekali kemungkinan untuk menyembunyikan sesuatu, sebab semua kejadian sudah
tercatat dalam formulir administrasi.
(b). Menghindari pertentangan; konflik dalam suatu organisasi biasanya terjadi
karena adanya kesalahpahaman, sedangkan salah paham terjadi karena adanya
perbedaan informasi di antara pihak-pihak yang berselisih tersebut. Perbedaan
informasi tersebut dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan adanya
pencatatan/administrasi yang benar dan lengkap.
(c). Alat monitoring; dokumen administrasi Pelaksana adalah dokumen yang terbuka
dalam arti siapapun pihak yang terlibat dalam kegiatan yang sedang berjalan,
berhak untuk mengetahui setiap kejadian ataupun kesepakatan yang telah dibuat
bersama.
(d). Bahan penyusunan laporan; selama pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik,
Pelaksana harus menyusun beberapa laporan secara bertahap sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat serta berdasarkan perkembangan pelaksanaan
pekerjaan. Apabila pencatatan administrasi Pelaksana dilakukan secara disiplin dan
tertib, maka hasilnya dapat digunakan sebagai bahan penyusunan laporan. Sebagai
data – data yang mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan di lapangan,
termasuk mutu pekerjaan.
Ukuran keluaran yang ingin dihasilkan :
Diketahuinya Personil dari Pelaksana Pekerjaan yang melaksanakan
pengandministrasian pelaksanaan kegiatan/keuangan.
Tempat Penyimpanan/pengarsipan administrasi yang dibuat, memudahkan bagi
setiap orang untuk memperoleh/mengetahuinya;
55
Jumlah administrasi setiap kegiatan yang dibuat secara benar dan lengkap
sesuai bentuk-bentuk administrasi/formulir yang telah direncanakan;
Ketepatan waktu pembuatan administrasi kegiatan sesuai dengan waktu
pelaksanaan setiap kegiatan dilapangan;
Bentuk-bentuk formulir administrasi dan pelaporan untuk tahap
konstruksi/pembangunan sarana dan prasarana yang dibuat oleh KSM/Panitia,
sekurang-kurangnya mencakup :
1). Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
a. Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja, merupakan formulir harian (dibuat
setiap hari) untuk mencatat kehadiran Tenaga Kerja yang ikut
melaksanakan pekerjaan konstruksi (Mandor, Tukang, Pekerja)
dilapangan
b. Daftar Harian Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir untuk
mencatat penerimaan bahan/alat yang diperoleh melalui swadaya
masyarakat dan yang diperoleh dari pemasok/toko.
c. Nota Penerimaan Bahan/Alat;
2). Daftar Mingguan Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :
Administrasi Mingguan ini dapat dibuat untuk periode pelaksanaan kegiatan
per minggu atau sesuai periode mingguan yang ditetapkan, yang mencakup :
a. Daftar Hadir Mingguan Tenaga Kerja dari Swadaya, merupakan Formulir
Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja dari Swadaya
(Mandor, Tukang, Pekerja) yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
konstruksi. Sumber datanya adalah dari data-data Formulir Daftar Hadir
Harian TK Swadaya dan BLM yang telah dibuat sebelumnya.
b. Daftar Hadir Mingguan dan Pembayaran Upah Tenaga Kerja Dana Investasi,
merupakan Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja
untuk pekerjaan konstruksi dan Perhitungan Pembayaran Upah yang
diperoleh/dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja. Sumber
datanya dari data-data Formulir Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja yang
telah dibuat. Formulir ini juga sangat diperlukan untuk memastikan
besarnya pembayaran upah yang harus diterima oleh setiap tenaga kerja
dari dalam satu kurun waktu atau periode mingguan. Data ini selanjutnya
dipergunakan sebagai surat bukti untuk proses pembukuan Ongkos
tenaga kerja.
c. Daftar Mingguan Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir
Rekapitulasi pencatatan Penerimaan Harian bahan/alat yang diberikan
melalui swadaya masyarakat dan yang dari pemasok/toko.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
56 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
d. Daftar Mingguan/Dwi-Mingguan Opname Pekerjaan, merupakan Formulir
pencatatan hasil pengukuran/perhitungan dari Volume tiap jenis kegiatan
yang dihasilkan selama periode satu minggu. Formulir ini dibuat oleh
Pelaksana pada setiap akhir minggu
3). Laporan Kegiatan yang mencakup :
a. Laporan Kemajuan Kegiatan
Laporan Kemajuan merupakan formulir laporan tentang kemajuan kegiatan
yang telah dicapai/dihasilkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk jangka waktu
tertentu dalam masa pelaksanaan pekerjaan (periode pelaporan sesuai
dengan yang telah ditetapkan).
Formulir ini pada dasarnya merupakan rekapitulasi dari formulir Daftar
Harian/Mingguan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian maka
sumber data utama untuk pengisian formulir ini adalah data-data dari
rekapitulasi daftar harian/mingguan sebelumnya.
b. Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Kegiatan
Laporan Akhir atau Pertanggungjawaban Kegiatan Pelaksana Pekerjaan
merupakan laporan yang dibuat KSM/Panitia setelah pekerjaan selesai
(setelah dibuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan/BAP2, termasuk telah
dilakukan perbaikan pekerjaan bila ada). Laporan ini sekaligus menjadi laporan
kemajuan terakhir pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya Laporan Akhir
KSM/Panitia ini disampaikan kepada BKM (UPL).
Tatacara pembuatan, berikut contoh formulir administrasi KSM/Panitia ini
sebagaimana terlampir
4). Dokumentasi (photo-photo) Kegiatan
Untuk dokumentasi (Photo-photo) pelaksanaan kegiatan, pada tahap ini
KSM/Panitia cukup membuat photo kondisi : 50%, 100%.
Photo kondisi 50%, yaitu potret kondisi atau keadaan pertengahan
pelaksanaan pekerjaan (kira-kira pada progres mencapai 50%) dan photo
kondisi 100% adalah potret kondisi keadaan akhir setelah pekerjaan selesai
100% pada lokasi dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang
diambil/potret minimal sama dengan titik lokasi pengambilan potret kondisi
nol (0%) sebelumnya. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah
pengambilan gambar kondisi 50% dan 100% ini harus sama dengan titik dan
arah pengambilan gambar kondisi awal (0%) sebelumnya.
Bersama dengan photo kondisi nol/awal kegiatan, dokumentasi 50%, 100% ini
menjadi bahan laporan akhir KSM/Panitia kepada BKM/LKM.
57
(10) Pemeriksaan/Sertifikasi Pekerjaan
Sertifikasi atau pemeriksaan/penilaian kelayakan hasil kegiatan yang dimaksudkan disini
adalah pemeriksaan akhir hasil pekerjaan dilapangan.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu upaya yang diperlukan untuk memenuhi
terwujudnya pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas memenuhi seluruh
persyaratan yang ditetapkan dalam Kontrak. baik maka pada tahap pelaksanaan
pembangunan fisik perlu dilakukan sertifikasi. Selain itu, pemeriksaan ini juga dilakukan
sebagai bagian dari proses serah terima hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK.
Sasaran/keluaran yang diharapkan dari sertifikasi adalah agar kualitas hasil pelaksanaan
pembangunan infrastruktur dapat tercapai sesuai dengan ketentuan/standar yang di
persyaratkan/direncanakan sehingga dapat diterima oleh pihak pemberi pekerjaan
(PPK).
Ukuran pencapaian keluaran:
(a). Terbentuknya Tim Sertifikasi Pekerjaan yang melibatkan unsur PPK, BKM, Tim
Teknis Pemda dan Konsultan (Askot Infra/Fasilitator Teknik)
(b). Kemajuan kegiatan sertifikasi telah mencapai 100% (selesai);
(c). Diketahuinya rekomendasi atas kelayakan (kualitas dan manfaat) dari kegiatan
infrastruktur yang telah dibangun sesuai hasil pemeriksaan lapangan;
(d). Dibuat/adanya Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2) sesuai Rekomendasi
hasil pemeriksaan dilapangan;
Sertifikasi infrastruktur, antara lain mencakup aspek :
(a). Capaian Kualitas Proses dan Pemanfaatan, dengan indikatornya, antaralain:
Kelengkapan komponen/bagian-bagian infrastruktur yang dibangun dapat
memberikan keamanan/keselamatan bagi pemanfaat?
Infrastruktur yang dibangun aman dan mudah diakses oleh pemanfaat?
Infrastruktur yang dibangun dapat menjamin kesehatan bagi pemanfaat?
Upaya penanganan dampak (lingkungan dan sosial) telah dilaksanakan dengan
baik/terpenuhi (tidak menimbulkan dampak signifikan atas lingkungan/sosial)?
Infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi/dimanfaatkan oleh warga?
(b). Capaian kesesuaian volume dan kualitas pekerjaan, dengan indikatornya berupa
kesesuaian realisasi volume dan kualitas setiap jenis pekerjaan dengan volume
yang direncanakan dan spesifikasi teknisnya. Bila ditemukan ada cacat atau
kekurangan maka harus dicatat untuk diberikan solusinya.
(c). Capaian pemanfaatan dana, dengan indikatornya berupa kesesuaian realisasi
pemanfaatan swadaya masyarakat dan dana APBN dengan rencana pembiayaan
yang telah ditetapkan. Apakah telah sesuai rencana atau tidak.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
58 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Proses sertifikasi dilakukan langsung di lapangan oleh Tim Sertifikasi, dimana Tim
Sertifikasi ini dibentuk terlebih dahulu oleh pihak PPK bersama BKM/UPL.
Adapun mekanismenya secara diagram dapat dilihat pada gambar 1. yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Alir Mekanisme Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur
(a). Berdasarkan laporan kemajuan pekerjaan dari Pelaksana Kegiatan yang menunjukan
bahwa pekerjaan telah mencapai 100%, maka Pelaksana Kegiatan wajib mengajukan
surat permohonan untuk dilakukan Sertifikasi hasil pekerjaan kepada BKM/UPL.
Berdasarkan hal tersebut BKM mengajukan permohonan kepada PPK, ditembuskan
kepada Konsultan Pendamping;
(b). Tim Sertifikasi melakukan pemeriksaan dan penilaian atas semua aspek sertifikasi.
Hasil Penilaian masing-masing aspek sertifikasi disepakati bersama-sama oleh Tim
Sertifikasi;
(c). Setelah seluruh pemeriksaan aspek selesai, maka dilanjutkan dengan membuat
kesimpulan dan rekomendasi. Adapun alternatif bentuk kesimpulan dan
rekomendasi, yaitu :
Pekerjaan dinyatakan Layak/Selesai (berkualitas baik dan bermanfaat);
Apabila pekerjaan dinyatakan layak/selesai maka dilanjutkan dengan Serahterima
hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK selaku pemberi pekerjaan dan dituangkan
dalam Berita Acara Serah Terima.
Pekerjaan dinyatakan Belum Selesai/Layak dengan Penyempurnaan;
Permintaan Sertifikasi ke PPK (Oleh BKM)
Hasil Pembangunan dan Administrasi
Selesai
Serahterima Pekerjaan
kepada PPK (BA Serah
terima) Layak
Layak dgn Penyempurnaan Belum Selesai/
Penyusunan B A P 2
Pemeriksaan Oleh
TIM SERTIFIKASI
LPJ BKM
59
Apabila pekerjaan dinyatakan belum selesai maka tindaklanjutnya adalah Pelaksana
Kegiatan harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sebagaimana
catatan/rekomendasi pemeriksaan. Hasil pemeriksaan harus dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2). Tim Sertifikasi juga menyepakati batas
waktu penyempurnaan yang akan dilakukan KSM/Panitia. Penyempurnaan ini harus
dievaluasi kembali oleh Tim Sertifikasi, dan setelah hasil perbaikan/penyempurnaan
dinyatakan diterima baru dapat dilanjutkan dengan Serahterima hasil pekerjaan
kepada PPK selaku pemberi pekerjaan.
Pekerjaan dinyatakan Tidak Layak
Apabila pekerjaan telah selesai dan disertifikasi, tetapi bangunan tidak dapat
dioperasikan/dimanfaatkan (tidak cukup hanya sekedar penyempurnaan), maka
dinyatakan Tidak Layak. Dalam hal demikian maka tindaklanjutnya perlu dilakukan
kesepakatan bersama masyarakat dan melibatkan pihak-pihak terkait, seperti BKM,
pemerintah kelurahan/desa dan Pemda untuk mencari solusi agar bangunan dapat
dioperasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
(d). Seluruh hasil Sertifikasi ini diarsipkan oleh PPK, BKM/UPL dan Konsultan
Pendamping.
Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2).
BAP2 dibuat bersama-sama antara Tim Sertifikasi dengan Pelaksana Pekerjaan
setelah melakukan pemeriksaan/Sertifikasi pekerjaan dilapangan. Jadi syarat BAP2
dibuat adalah apabila telah dilakukan pemeriksaan pekerjaan bersama-sama.
(11) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola O dan P (KPP)
Setelah serahterima hasil pekerjaan BKM kepada PPK selesai maka dilanjutkan dengan
serahterima hasil pekerjaan infrastruktur kepada KPP untuk mengelola kegiatan
pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur.
Proses penyerahan tersebut agar melibatkan pemerintah kab/kota pemerintah
Kelurahan/Desa setempat bersama BKM/LKM.
Dengan proses serah terima ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen bagi warga
untuk melaksanakan pemeliharaan dan bagi pemerintah daerah untuk secara terus-
menerus memberikan dukungan dan pembinaan secara berkesinambungan sehingga
prasarana dapat bermanfaat secara terus-menerus bagi masyarakat;
I. TAHAP KEBERLANJUTAN
Tahap keberlanjutan pembangunan infrastruktur atau pasca konstruksi adalah merupakan
tahap pelaksanaan operasi/pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana yang telah
dibangun, termasuk pengembangan yang diperlukan.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
60 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Pemanfaatan/Operasi dan Pemeliharaan (O dan P) adalah serangkaian kegiatan terencana dan
sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar prasarana yang
telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana.
1. Kegiatan Operasional Dan Pemeliharaan
Dalam rangka pelestarian dan keberlanjutan hasil-hasil pembangunan infrastruktur yang
telah dilaksanakan maka perlu adanya pemanfaatan dan pemeliharaan yang optimal oleh
masyarakat.
Pembangunan melalui program KOTAKU dengan entry poin pemberdaayan masyarakat
mengupayakan pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap
perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka
hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis
pelaksanaan dan memutuskan sendiri infrastruktur yang akan dibangun. Selanjutnya pada
tahap pelaksanaan, masyarakat dan melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan
pembangunannya.
Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan infrastruktur (tahap
perencanaan)” dan “rasa memiliki infrastruktur (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan muncul
“kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara infrastruktur yang telah
dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari.
Dengan pertimbangan bahwa Konsultan Pendamping tidak dapat secara terus menerus
memberingan pendampingan secara teknis selama tahap pemanfaatan dan pemeliharaan ini
maka pemerintah kab/kota selaku pembina masyarakat perlu secara intensif memfasilitasi
kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan.
Kegiatan pada tahap ini mencakup:
a) Pengorganisasian
Kegiatan pengeorganisasian ini mencakup:
(1) Pembentukan organisasi
Pembentukan organisasi pengelola pemanfaatan dan pemeliharaan dilakukan oleh KPP.
Kelompok ini dapat dibentuk dengan menggunakan organisasi kemasyarakatan yang
sudah ada atau dengan membentuk organisasi baru dilengkapi dengan susunan
kepengurusan.
(2) Penyusunan Program Kerja
Untuk melaksanakan kegiatan maka organisasi KPP perlu menyusun program kerja
pemanfaatan dan pemeliharaan. Program kerja ini meliputi Aturan organisasi dan
rencana kerja yang disepakati bersama oleh masyarakat.
61
b) Operasional dan pemeliharaan
Kegiatan pemanfaatan dan Pemeliharaan ini pada dasarnya mengandung 2 (dua) unsur
kegiatan utama yaitu:
Pemanfaatan/pengoperasian yang berarti penggunaan prasarana harus sesuai dengan
fungsi utama prasarananya;
Pemeliharaan yang berarti kegiatan yang dilakukan baik rutin maupun berkala harus tetap
menjaga prasarana yang telah dibangun dapat berfungsi dengan baik.
Kedua hal tersebut saling terkait, dimana pengoperasian secara benar akan mencegah
terjadinya kerusakan dini dan agar fungsi/manfaat prasarana dapat berkelanjutan maka
pemanfaatan prasarana harus dibarengi dengan pemeliharaannya.
Uraian selengkapnya tentang Operasi dan Pemeliharaan dapat dilihat pada Buku POS
Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur.
c) Pengembangan Infrastruktur
Kegiatan pengembangan infrastruktur merupakan lanjutan dari kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan. Dari hasil pemanfaatan dan pemeliharaan dapat dilakukan pengembangan
infrastruktur yang telah ada baik dari segi kualitas maupun kuantitatsnya guna memberikan
pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat.
2. Pemanfaatan Dana Dukungan Operasional Dan Pemeliharaan
Sesuai dengan kerangka implementasi KOTAKU maka pada tahap keberlanjutan ini
dialokasikan dana dukungan dari program sebagai stimulan kegiatan operasional dan
pemeliharaan infrastruktur. Dana tersebut akan dicairkan melalui LKM/BKM dan selanjutnya
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan melalui KPP.
Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan yang dapat didanai dari sumber dana program
adalah kegiatan penguatan kapasitas Pengelola KPP dan kegiatan pemeliharaan berkala
untuk mengembalikan fungsi pelayanan infrastruktur tetap optimal/sesuai rencana, seperti
perbaikan/penggantian komponen bangunan yang telah mengalami kerusakan.
Langkah-langkah kegiatan meliputi:
a) Penyusunan usulan kegiatan KPP (teknis dan biaya);
b) Penyampaian Proposal dan Verifikasi Kelayakan oleh BKM
c) Penyusunan Rencana Kerja LKM/BKM (teknis dan biaya)
d) SPK BKM dengan PPK;
e) Pencairan Dana;
f) Pelaksanaan Kegiatan;
g) Pengendalian pelaksanaan kegiatan;
h) Administrasi dan Pelaporan Kegiatan
Masing-masing langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
62 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
(1) Penyusunan usulan kegiatan KPP
KPP difasilitasi oleh UPL, Tim fasilitator dan pemerintah Desa/Kelurahan menyusun proposal
usulan kegiatan yang perlu mendapat perbaikan/penggantian komponen yang mengalami
kerusakan. Proposal tersebut mencakup nama kegiatan, lokasi kegiatan, volume kegiatan,
Daftar Kuantitas Pekerjaan, Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat, RAB, Jadwal
Pelaksanaan, termasuk Gambar dan Spesifikasi (bila ada). Selain kegiatan yang berupa fisik,
KPP juga dapat mengajukan kegiatan penguatan kapsitas/pelatihan.
(2) Penyampaian Proposal dan Verifikasi Kelayakan oleh BKM
Proposal kegiatan O dan P yang disusun oleh KPP disampaikan kepada BKM untuk
diverifikasi kelayakannya. Kegiatan verfikasi ini dilakukan secara tim dengan anggotanya
meliputi UPL/TIPP, Tim Fasilitator, Tim Pokja Kab/Kota (bila diperlukan). Tatacara verifikasi
kelayakan proposal mengacu pada tatacara verifikasi kelayakan proposal KSM/Panitia
sebagaimana diuraikan pada bab 4.
(3) Penyusunan Rencana Kerja LKM/BKM (teknis dan biaya)
Seluruh proposal kegiatan fisik maupun penguatan kapasitas pengelolaan O dan P yang
disampaikan oleh KPP selanjutnya dikompilasi oleh UPL dibantu TIPP menjadi rencana kerja
BKM yang akan diajukan kepada PPK dalam rangka pemanfaatan dana kegiatan Opersional
dan Pemeliharaan.
(4) SPK BKM dengan PPK
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dana dukungan operasional dan
pemeliharaan yang dialokasikan oleh KOTAKU maka BKM melakukan Perjanjian Kerja Sama
(SPK) dengan PPK.
(5) Pencairan Dana
Setelah SPK dibuat, BKM dapat segera mengajukan pencairan dana kepada PPK. Tatacara
pencairan dana mengacu pada ketentuan pencairan dana sebagaimana ditetapkan pada
Petunjuk Teknis Bantuan Dana Investasi KOTAKU.
(6) Pelaksanaan Kegiatan
Untuk kegiatan berupa penguatan kapasitas maka BKM dapat membentuk Panitia Pelaksana
kegiatan sedangkan untuk kegiatan berupa kegiatan pemeliharaan fisik maka
pelaksanaannya diserahkan kepada KPP. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan sebagaimana
diusulkan dalam proposal kegiatan. Untuk kegiatan berupa pelaksanaan fisik maka cakupan
kegiatan sebagaimana pada tahapan pelaksanaan fisik yang diuraikan pada Bab.4
sebelumnya.
(7) Pengendalian Pelaksanaan
UPL bersama Tim Fasilitator melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan
kegiatan pemanfaatan dana yang dilakukan oleh Panitia Penguatan Kapasitas maupun KPP
selaku pelaksana kegiatan pemeliharaan fisik. Untuk kegiatan berupa pelaksanaan fisik maka
63
cakupan kegiatan sebagaimana pada tahapan pelaksanaan fisik yang diuraikan pada Bab.4
sebelumnya.
(8) Administrasi dan Pelaporan
Selama pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dana dukungan keberlanjutan ini, BKM maupun
Panitia/KPP harus menyusun administrasi dan pelaporan kegiatannya. Jenis administrasi dan
pelaporan yang dipergunakan pada tahap ini mengacu pada jenis administrasi kegiatan
KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur sebagaimana diuraikan pada Bab 4
sebelumnya.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Kelurahan 65
LAMPIRAN
67
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TAHUN ANGGARAN 2017
UJI IDENTIFIKASI DAMPAK
DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
JADWAL PELAKSANAAN
DAFTAR RENCANA PENGADAAN
TIM PELAKSANA
PERNYATAAN KESANGGUPAN
OPERASI & PEMELIHARAAN (O&P)
USULAN KEGIATAN
PERNYATAAN KONTRIBUSI LAHAN
DAFTAR CALON TENAGA KERJA
KESEPAKATAN SWADAYA
KESEPAKATAN HARGA
GAMBAR
PHOTO
LIST NEGATIF
CAKUPAN ISI :
F-4
F-3
TK-1
F-2
F-1
F-Gbr
F-Photo
RAB-1
F-9
F-8
F-7
F-6
RAB-2
F-5
RAB-4
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
68 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
DATA USULAN KEGIATAN
Kota/Kabupaten :
Kecamatan :
Kelurahan/Desa :
Nama BKM :
KSM/Panitia :
Nama KSM/Panitia Jumlah Anggota KSM/Panitia
(Org)
L P MBR Jumlah
Paket Kegiatan : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Lingkungan
Jenis Kegiatan :
Volume Kegiatan :
Alasan Pembangunan Prasarana
:
Lokasi Pekerjaan : Dusun/RT/RW : ……………................................
Kelurahan/Desa : ……………................................
Luas Kumuh (Ha) :
Total Luas Delineasi Kumuh
(Ha)*)
Luas Penanganan Kumuh (Ha)
2017**)
....................... Ha ....................... Ha
Penerima Manfaat :
Jumlah : ............ KK ........... Jiwa ........... MBR
........ Jiwa (L)
........ MBR (L) ......... Jiwa (P) ......... MBR (P)
Metode Konstruksi :
Gotong Royong
Semi Gotong Royong
Kerjasama Pihak Ketiga
FORM - 1
69
Status Tanah/Lokasi Kegiatan
:
Keterangan : Tanda : *) Diisi Luas Total Kumuh Delineasi dalam satu Kelurahan Tanda : **) Diisi Luas pengurangan Kumuh akibat penanganan BDI 2017
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
70 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
PERNYATAAN HIBAH / IJIN PAKAI / IJIN DILALUI / GANTI RUGI*)
Yang bertanda tangan dibawah ini , Saya:
Nama : .................................................
No. KTP : ........................................................
Pekerjaan : ...................................................
Alamat : Jl. ...................................................... RT/RW/Dusun ....................................
Kel /Desa .......................................................................................... , Kab./Kota ...........................................
Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah, Nomor: .............................
Tanggal ...................................dari Notaris/PPAT/Instansi lain yang Sah. Dengan ini menyatakan
bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk : Hibah/Ijin Pakai/Dilewati selama..............tahun
Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan : ................................................., untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : ................................... di Lokasi
...........................oleh KSM :....................................................
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
........................................................201..... Mengetahui :
Bentuk Kontribusi
Volume & Satuan
Asset
Alamat
Asset Sketsa Peta Lokasi
1. Tanah/Lahan Cantumkan :
1. Batas dan status kepemilikan kanan,
kiri, depan dan belakang tanah warga
2. Bagian atau seluruh lahan milik warga disertai
ukuran luas
3. Jalan sekitar lahan untuk identifikasi lokasi
4. Batas bagian tanah yang akan diberikan
2. Tanaman Produktif
3. Asset lainnya (sebutkan)
Syarat/Bentuk Kontribusi Yang disepakat dengan Pemilik :
Yang Menerima Lurah/Ka Desa
Yang Memberikan (Pemilik Lahan)
Meterai Rp.6000
(................................) (................................)
No Nama Jabatan Tandatangan
1 BKM/LKM
2 Ketua KSM
3 Ketua RT/RW
FORM - 2
71
BERITA ACARA
HASIL KESEPAKATAN SWADAYA MASYARAKAT
Pada hari ini...................., .tanggal..........., bulan....................., tahun ...... bertempat di ...................................., Kelurahan/Desa .............................. , telah dilaksanakan Rembug Kesepakatan Swadaya Masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan :...................................... .............................................................................., oleh KSM : .................................................. Atas nama warga masyarakat penerima manfaat kegiatan, disepakati bahwa jika usulan kegiatan KSM tersebut, disetujui oleh Badan Keswadayaan Masyarakat, kami sepakat dan sanggup untuk memberikan kontribusi swadaya sebagai berikut:
No Jenis Swadaya Volume Sat. No Jenis Swadaya Volume Sat.
1 Tenaga Kerja 3 Peralatan
a. Mandor HOK
a. Truk/Mobil Pengangkut
b. Kepala Tukang HOK b. Mesin Gilas
c. Tukang HOK 4 Administrasi
d. Pekerja HOK 5 Dana/Uang Tunai Rp.
Juml. Laki-laki (L) Org 6 Tanah/ Tanaman :
Juml. Perempuan (P) Org a. Tanah : M2
2 Bahan Tanaman Btg
a. Batu Kali M3 b. Produktif
b. Semen Zak c. Asset Lainnya
c. Kerikil M3 7 Konsumsi
d. Pasir M3
d. Benang/Ember/ Linggis/Cangkul,dll Dst
Daftar Rincian Nama-nama dan bentuk Swadaya terlampir.
Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. .....................,.....................20.... Mengetahui, Dibuat,
BKM/UPL, Lurah/Ka. Desa Ketua KSM/Panitia
(...................................) (.....................................) (...................................)
Atas nama warga masyarakat ,
No Nama Jabatan Alamat Tanda Tangan
1. Ketua RT
2. Ketua RW
FORM - 3
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
72 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
RAB - 1
73
TK - 1
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
74 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
ETIKET GAMBAR RENCANA BERISI :
1. Gambar site plan 2. Gambar Tampak 3. Gambar Potongan Memanjang dan Melintang 4. Gambar Detail
KABUPATEN :
KECAMATAN :
KELURAHAN :
KSM :
NAMA PEKERJAAN :
DIGAMBAR OLEH : KSM
DIPERIKSA OLEH : FASKEL TEKNIK/ASKOT
INFRA
DISETUJUI OLEH : SATKER/PPK
FORM - GAMBAR
75
DOKUMENTASI KEGIATAN INFRASTRUKTUR
FORM - PHOTO
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
76 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG (NEGATIF LIST) Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untuk dibiayai oleh dana BDI KOTAKU ?
No BUTIR / ITEM YA TIDAK
1 Pembangunan atau Rahabilitasi gedung Kantor Pemerintah atau kantor BKM
2 Pembangunan atau Rahabilitasi Rumah Ibadah, termasuk infrastruktur lainnya yang secara langsung berada didalam lokasi rumah ibadah;
3 Pembebasan Lahan;
4 Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, sumbangan politik, dll);
5 Kegiatan Militer atau semi-militer (pembelian/perdagangan senjata dan sejenisnya);
6. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti :
Membangun didalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang dilindungi seperti : Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, Kawasan pantai berhutan bakau (Mangrove), Kawasan Resapan Air,
Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan Wisata, Daerah Pengungsian
Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan, Lokasi Situs Purbakala, lokasi peninggalan sejarah;
Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes; .
Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau effluent cair dan gas kecuali kegiatan dalam skala kecil dan kegiatan-
kegiatn yang telah direview dan diberikan sertifikat oleh Bappedalda berdasarkan standar kontrol polusi air dan udara.
Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan-bahan limbah berbahaya, termasuk pestisida dan herbisida, dan produk terkait lainnya;
Memproduksi, memproses, pengolahan, penyimpanan atau penjualan produk tembakau atau produk yang mengandung tembakau.
Memproduksi atau menggunakan bahan yang membahayakan ozon;
Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi yang berbahaya (termasuk kategori limbah berbahaya- B3);
Kegiatan yang terkait dengan pengelolaan, pengadaan kayu dan peralatan perkayuan. Pengadaan Kayu diatas 3M3 per kegiatan harus
memiliki SKSHH/FAKO
Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa Septictank dan resapan;
Bangunan/fasilitas Persampahan yang belum terintegrasi dengan sistem
persampahan kota yang sudah ada;
Drainase yang belum terintegarasi dengan sistem drainase kota yang
telah ada atau drainase tanpa pembuangan akhir;.
Jaringan Listrik (termasuk lampu penerangan) yang pengelolaan O&Pnya bukan oleh masyarakat;
Berdampak negatif terhadap penduduk asli;
Berdampak negatif terhadap kelestarian budaya lokal;
7 Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga Bank;
FORM - 4
77
No BUTIR / ITEM YA TIDAK
8 Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan atau pihak ketiga lainnya;
9 Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan Visi, Misi, Tujuan dan nilai-nilai PNPM Mandiri Perkotaan
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh : Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM
(..............................) (...............................) (...........................)
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
78 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN
Hasil uji identifikasi dampak negatif terhadap lingkungan yang mencakup uraian jenis potensi dampak dan Rencana Tindakan penanganan/mitigasinya sebagaimana diuraikan pada tabel berikut. Kemudian kami akan melakukan pemantauan atas pelaksanaan pengamanan tersebut, pada saat perkembangan kegiatan kira-kira mencapai kemajuan 50% dan 100% guna memastikan bahwa seluruh pengamanan dampak telah kami lakukan.
NO POTENSI SUMBER DAMPAK
NEGATIF UPAYA PENANGGULANGAN /
POTENSI
PEMANTAUAN PENYELESAIAN 50% 100%
...........................,..............201...
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM
(.................................) (..................................) (...................................)
(Lihat Referensi Daftar Uji Dampak Lingkungan-Lampiran 4)
FORM - 5
79
DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN Kabupaten : ............................ Jenis Kegiatan : ..............................
Kecamatan : ............................ Volume : ..............................
Kel/Desa : ............................. Lokasi : ..............................
KSM/Panitia : .............................
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME
...........................,..............201...
Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :
Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM
(.................................) (..................................) (...................................)
RAB - 2
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
80 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
RAB - 3
81
FORM - 6
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
82 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
FORM - 8
FORM - 7
83
STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAKSANA
SUSUNAN TIM PELAKSANA KSM :
No NAMA POSISI
1 Ketua/Penanggungjawab
2 Sekretaris
3 Bendahara
4 Pelaksana Lapangan
5 Logistik/Pengadaan
6 Ketua Regu Kerja (Mandor)
7 Ketua Regu Kerja (Mandor)
Dst.
Susunan Tim Pelaksana Lapangan dapat disesuaikan dengan kondisi Lapangan/SDM KSM Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh : Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM
(............................) (............................) (..........................)
Ketua KSM
Sekreta
ris
Bendahara Pelaksana
Lapangan
Logistik
Ketua Regu Kerja/
( Mandor)
Ketua Regu Kerja/
(Mandor)
MASYARAKAT
FORM - 8
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
84 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGOPERASIAN & PEMELIHARAAN PRASARANA
Yang bertanda tangan dibawah ini, kami :
Nama : .................................................................. Jabatan : Ketua KSM ......................................... Kel./Desa........................................... Kecamatan ....................................... Kab./Kota ......................................... Alamat : Jl. ............................... Dusun/RT/RW ...............................
Menyatakan kesanggupan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana & prasarana yang kami bangun, yaitu :
No Jenis Sarana & Prasarana Lokasi (Jl/Dusun/RT/RW)
1.
2.
3.
dst
Struktur Organisasi & Pengurus Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana tersebut akan
kami sampaikan setelah kami ditetapkan sebagai pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana & prasarana tersebut.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
...........................,..................... 20.........
Yang Menyatakan , Ketua KSM................................................
Materai Rp.6.000,-
(.................................)
Mengetahui :
No Nama Jabatan Tandatangan
1 BKM/Mewakili
2 UPL
3 Ketua RW/Mewakili
4 Ketua RT/Mewakili
FORM -9
85
No POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF ALTERNATIF UPAYA
PENANGGULANGAN/MITIGASI
PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU
1 Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing
Pemindahan jalur jalan atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai
2 Jembatan mengganggu lalu lintas perahu Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
3 Jembatan/T.Perahu merubah arah/aliran sungai
Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai
4 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
5 Meningkatnya erosi pada saluran pinggir/samping
Dasar saluran diperlandai
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub drainase)
Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar saluran, seperti beton, aspal, dll.
6 Jalan tanah meningkatkan debu Permukaan jalan dipadatkan
Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan berbutir kasar (kerikil/sirtu)
7 Jalan menutup/memotong aliran air alamiah/drainase
Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase
8 Saluran samping/drainase terjadi pendangkalan/ sedimentasi
Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau beton
Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau saluran kota yang ada (terintegrasi)
9 Jalan baru akan menebang banyak pohon-pohon
Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih aman
10 Tidak ada pembuangan akhir /ada genangan air dari drainase/Gorong-gorong
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;
11 Bangunan tidak nyaman/aman Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang tajam
Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau badan jalan
FORM -10 REFERENSI DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
86 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
No POTENSI/SUMBER DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA
PENANGGULANGAN/MITIGASI
Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)
Dibuat tembok pengaman pada gorong-gorong (kiri+kanan)
12 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan pemeliharaan
PRASARANA AIR BERSIH
1 Galian Sumur (sumur dangkal) longsor Dibuat turap penahan tanah
Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton
2 Galian sumur dalam/bor bisa memunculkan bahan2 tambang yang bisa berbahaya, seperti minyak,gas
Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/ instansi terkait sebelum kegiatan dimulai;
3 Kualitas air sumur bercampur mineral/bahan2 berbahaya bagi kesehatan Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum dimanfaatkan
4 Sumur Gali (sumur dangkal) longsor Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton
5 Sumur terlalu dekat dengan MCK/WC
Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11 meter
6 Air Sumur tercampur air permukaan/Air Rembesan
Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi
Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir
7 Mata Air tercampur air permukaan Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah air masuk
Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau
8 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
87
No POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF ALTERNATIF UPAYA
PENANGGULANGAN/MITIGASI
PRASARANA MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA
1 Tidak ada saluran pembungan limbah cair domestik (MCK,Jamban,Air Cucian Dapur,dsb)
Dibuat saluran pembuangan sampai ketempat pembuangan atau drainase yang ada
Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban
2 Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan thd sinar matahari, terinjak, dan kenakalan manusia
Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank
Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk septicktank
3 Bangunan MCK, Jamban, Drainase air limbah, tidak sesuai standar teknis Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan
ketentuan standar teknis bangunan
4 Septicktank/Resapan MCK/WC terlalu dekat dengan Sumur.
Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur minimal 11 meter
5 Jenis bangunan Septicktank tidak sesuai jenis tanah
Jenis bangunan Septicktank disesuaikan dengan daya resap tanah
6 Tidak ada pembuangan akhir dari saluran MCK, WC, Saluran Limbah Rumah Tangga/ada genangan air
Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;
7 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan pemeliharaan
PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN
1. Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing
Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
2 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3 Saluran terjadi pendangkalan/sedimentasi akibat erosi dari dinding sal. Tanah/Tebing
Dasar saluran diperlandai
Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat
pembuangan
4 Tidak ada pembuangan akhir drainase/ada genangan air
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
88 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
Drainase kota;
5 Bangunan Drainase Tiidak sesuai standar teknis
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan
6 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
PRASARANA PERSAMPAHAN
1 Bangunan Sampah Tiidak sesuai standar teknis
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan
2 Tidak ada Pembuangan Sampah dari TPS
TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan kota;
3 Belum terjamin O&P kegiatan Persampahan
Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
89
LEMBAR VERIFIKASI KELAYAKAN PROPOSAL USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN
No ASPEK YANG DIVERIFIKASI
PENILAIAN KELAYAKAN CATATAN
(PENYEMPURNAAN) YA TIDAK
A ASPEK ORGANISASI
1 Adakah pengurus, anggota, serta aturan organisasi yang jelas ?
2 Apakah jumlah anggota organisasi KSM dari perempuan, minimal 30% ?
3 Apakah KSM telah Mendaftar pada BKM/LKM dan dinyatakan layak ?
4 Apakah Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Sarana & Prasarana?
5 Adakah kontribusi Swadaya masyarakat ?
B ASPEK MANAJEMEN, TEKNIS KEGIATAN
1 Apakah Kegiatan Infrastruktur yang diusulkan sesuai prioritas dalam dokumen RPLP ?
2 Apakah rencana lahan lokasi Bangunan telah dibebaskan (tidak akan ada dampak sosial)?
3 Adakah calon tenaga kerja yang akan terlibat ?
4 Adakah BA Kesepakatan Harga Hasil Survey (minimal 3 toko setempat) ?
5 Adakah Gambar Rencana (DED) Infrastruktur ? ,
6 Adakah dokumentasi/photo kondisi awal (0%) ?
7 Apakah rencana Bangunan tidak bertentangan dengan Daftar Kegiatan Terlarang ?
8 Apakah rencana Bangunan tidak berpotensi menimbulkan Dampak Negatif (merusak) Lingkungan?
9 Adakah Daftar Kuantitas Pekerjaan?
10 Adakah Perhitungan RAB (Swadaya & BDI) ?
11 Adakah Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ?
12 Adakah Rencana Pengadaan Kegiatan ?
13 Adakah Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksanaan Kegiatan ?
14 Apakah rencana Bangunan layak secara teknis? (Kesesuaian spesifikasi dengan standar teknis, Kualitas Bahan Utama, Pencapaian Manfaat, dan Keamanan /kenyamanan Pemakai).
1. Apakah Lokasi Yang Dipilih sesuai dengan Jenis Infrastruktur yang direncanakan ?
FORM – V.1
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
90 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
3. Apakah bangunan utama dan pelengkapdari prasarana sudah direncanakan (minimal untuk menjamin keamanan bagi pemakai atau agar usia pemakaian prasarana lebih lama) ?
4. Apakah desain sudah memperhatikan kebiasaan lokal?
5. Apakah KSM Mampu mengerjakan sendiri Prasarana tersebut? (Untuk pekerjaan pemadatan perkerasan (Kerikil/Sirtu, Telfor, Makadam) agar diupayakan menggunakan mesin gilas/pemadat);
6. Apakah desain sudah mempertimbangkan pencapaian manfaat dari prasarana (setelah bangunan selesai dapat langsung
bermanfaat), khususnya prasarana seperti Air Bersih, Drainase, dll;
7. Dan lain2 persyaratan/standar teknis yang dianggap prinsip pada bangunan (lihat Pedoman
Teknis perjenis prasarana);
JUSTIFIKASI KELAYAKAN
No Nama Yang Memverifikasi Rekomendasi Hasil Verifikasi
*) Tandatangan
1 BKM/LKM
(.....................................)
1. LAYAK
2. LAYAK DENGAN PENYEMPURNAAN /
3. TIDAK LAYAK
2 Fasilitator Teknik
(....................................)
3 Askot/TA Infrastruktur OSP
(.......................................)
4 Wakil Satker PIP Kab/Kota
(......................................)
2. Apakah Desain/Spesifikasi & kualitas bahan utama yang direncanakan baik/kuat (sesuai persyaratan stándar teknis bangunan) ?
91
BERITA ACARA
HASIL VERIFIKASI KELAYAKAN USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN
Pada hari ini, tanggal .............................bulan ............................. tahun ................... telah dilaksanakan verifikasi kelayakan proposal usulan kegiatan KSM Lingkungan sebagaimana yang telah ditetapkan berdasarkan skala prioritas, Berdasarkan kesepakatan hasil verifikasi maka dinyatakan bahwa kegiatan berikut :
No Uraian Kegiatan Rekomendasi
Kelayakan
1. Nama pekerjaan
LAYAK untuk dilaksanakan sesuai ketentuan Program
KOTAKU
2. Lokasi
3. Volume
4. Nilai Kegiatan
a. BDI : Rp ...................................................................
b. Swadaya
c. TOTAL (a+b)
: Rp ..................................................................
: Rp ..................................................................
5. Nama KSM/Panitia
Secara lengkap hasil verifikasi terlampir (Formulir Verifikasi Form V.1). Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
......................,Tgl. . ................... 20....... Tim Verifikasi : Pengusul : Faskel Teknik U P L, Ketua KSM (.................................) (..................................) (.................................)
Askot Infra
(......................................)
Mengetahui/Saksi-saksi :
No Nama Jabatan Tandatangan
1 Lurah/Kades 1
2 Ketua RW 2 2
3 Ketua RT 3
4 Tokoh Masy/Mewakili 4
FORM – V.2
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
92 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
SURAT PERJANJIAN PEMANFAATAN DANA LINGKUNGAN (SPPD-L)
NATIONAL SLUM UPGRADING PROGRAM (NSUP)
Proyek : NSUP Tahun Anggaran 201...1)
Paket Perjanjian Kerja : Nama Pekerjaan/Kegiatan …………………………………………………….. 2)
Nomor SPPD-L :……………………………………………………………………………………………….. 3)
Berdasarkan :
Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara BKM/LKM dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker
PIP Kota ................................... 4), Nomor :....................................... tanggal 5)........................................
Kami yang bertandatangan dibawah ini :
I. Nama :........................................................................................................... 6)
Jabatan : Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ...................... 7)
Desa/Kelurahan:........................................................,8)Kecamatan,.............................
Kab/Kota :..............................................Provinsi.................................................
Alamat : ........................................................................................................... 9)
Berdasarkan Hasil Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dan disyahkan/dicatatkan di
Notaris............................................................., tanggal.................................................... 10)
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
II. Nama : .............................................................................................................. 11)
Jabatan : Ketua KSM*) ............................................................................. 12), Alamat : ..................................................................... ............................ 13) Desa/Kelurahan : ............... ………………….., Kecamatan...…………………………….,…….. Kabupaten/Kota ....................................... ……………………………. Provinsi ………………………………………………………………………..… 14)
Berdasarkan Hasil Musyawarah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan disyahkan/dicatatkan pada buku register BKM tentang KSM dengan No. Induk............... 15), Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Maka dengan ini disetujui oleh dan diantara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tersebut, hal-hal sebagai berikut :
93
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KEDUA harus melaksanakan, menyelesaikan, memperbaiki Pekerjaan,yaitu :
Nama Paket/Jenis Pekerjaan : ....................................................................................................... 16)
Lokasi :……………………………………………………………………………………………………………………………….…….17)
PASAL 2
DOKUMEN PERJANJIAN KERJA
Dokumen Perjanjian Kerja sebagaimana ditentukan dibawah ini harus dibaca serta merupakan bagian
dari Perjanjian Kerja ini, yaitu :
(1) Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)
(2) Persyaratan Umum Perjanjian sebagaimana terlampir
(3) Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana
(4) Dokumen Usulan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (termasuk catatan/perubahan hasil
verifikasinya) :
(i) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
(ii) Struktur Organisasi dan Usulan Tim Pelaksana Kegiatan KSM
(iii) Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan & Kuantitas Pekerjaan
(iv) Daftar Usulan Tenaga Kerja
(v) Gambar Rencana
(vi) Adendum, bila ada
PASAL 3
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Sesuai dengan SPPD-L dan lampirannya ini, jangka waktu penyelesaian pekerjaan dihitung
sejak Tanggal Mulai Kerja, adalah ........................18) (............................19) hari kalender kerja).
3.2. Perjanjian Kerja tersebut berlaku sejak tanggal penanda-tanganan oleh kedua belah pihak yang
bersangkutan.Surat Perjanjian ini juga sekaligus sebagai Surat Perintah Mulai Kerja.
PASAL 4
JUMLAH NILAI PERJANJIAN KERJA
Jumlah Nilai Perjanjian Kerja untuk pekerjaan yang tertuang didalam Pasal (1) SPPD-L ini,
sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Anggaran Biaya pada dokumen Usulan Proposal
Pelaksanaan Kegiatan PIHAK KEDUA bersangkutan, sebesar :
Rp.........................(...........................Rupiah)20) tanpa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN
5.1. PIHAK KEDUA menerima dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 1, berdasarkan uraian pekerjaan, persyaratan serta gambar-gambar
kerja dan ketentuan lain yang terdapat dalam SPPD-L ini.
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
94 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
5.2. PIHAK KEDUA berkewajiban :
(1). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki pekerjaan dengan penuh ketelitian
dan kesungguhan, serta menyediakan tenaga teknis pelaksana lapangan (atau
mandor), tenaga kerja, bahan-bahan bangunan, peralatan kerja, pengangkutan ke
atau dari lapangan dan di dalam atau disekitar pekerjaan, serta melaksanakan segala
sesuatu baik yang bersifat permanen maupun bersifat sementara yang diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan, penyelesaian, dan perbaikan pekerjaan.
(2). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki seluruh pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam perjanjian ini sampai diterima baik oleh
Konsultan Manajemen Wilayah, kecuali apabila menurut hukum ataupun secara fisik tidak
mungkin dilakukan.
(3). Menyediakan dan memenuhi seluruh kontribusi swadaya berupa uang dan natura atau
lainnya, dalam jumlah dan waktu sesuai yang tercantum pada usulan proposal kegiatan
KSM sebelumnya;
(4). Melakukan pembongkaran dan atau perbaikan atas kekurangan pekerjaan yang telah
dilaksanakan atas biaya sendiri/swadaya sesuai rekomendasi hasil sertifikasi atau sesuai
perintah yang disampaikan oleh KMW.
(5). Membuat papan nama pekerjaan dilokasi pekerjaan;
(6). Membuat administrasi dan laporan kemajuan pekerjaan secara berkala maupun laporan
akhir pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan keuangan dengan dilampiri photo-
photo kegiatan.
(7). Dalam hal terdapat kelebihan sisa dana nilai perjanjian dan PIHAK KEDUAtidak bersedia
ataupun secara fisik tidak mungkin melakukan pekerjaan tambah untuk memanfaatkan
kembali sisa dana tersebut maka PIHAK KEDUA wajib mengembalikannya kepada PIHAK
PERTAMA.
5.3. PIHAK PERTAMA berkewajiban :
(1). Membayar kepada PIHAK KEDUA atas pelaksanaan, penyelesaian, perbaikan pekerjaan
pada waktu dan dengan cara yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini.
(2). Memantau dan memberikan bimbingan keterampilan kepada PIHAK KEDUA agar mutu
konstruksi dan administrasi hasil pekerjaan dapat tercapai. Pelaksanaan hal ini selanjutnya
secara harian akan dijalankan oleh Unit Pengelola Lingkungan (UPL).
5.4 Tanggungjawab kedua belah pihak dijelasakan secara lebih rinci pada persyaratan
umum perjanjian ini dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini.
PASAL 6
TAHAP PENCAIRAN
6.1. Pelaksanaan pencairan pekerjaan tersebut dalam pasal (1) Surat Perjanjian ini akan
dilaksanakandalam 3 (tiga) tahap melalui Bank PIHAK KEDUA oleh PIHAK PERTAMA;
6.2. Tahap Pertama sebesar 60 % dari nilai SPPD-L diberikan sebagai uang muka setelah
penandatanganan dokumen SPPD-L tanpa harus ada jaminan/Bank Garansi. PIHAK PERTAMA
mengajukan surat permintaan pembayaran dengan melampirkan Rekening Buku Tabungan
95
KSM (untuk nilai SPPD-L diatas Rp. 30 juta); Rencana Kerja dan Rencana Penggunaan Dana
(RPD);
6.3. Tahap Kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi pekerjaan telah
mencapai minimum sebesar 50 % dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana (LPD)
dan Laporan Mingguan/Bulanan terakhir.
6.4. Tahap Ketiga sebesar 10 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi pekerjaan
telah mencapai minimum sebesar 85% dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana
(LPD), Laporan Mingguan/Bulanan terakhir dan Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan
Seluruh Kegiatan Fisik.
PASAL 7
SANKSI
7.1. Berdasarkan hasil penilaian Konsultan Manajemen Wilayah dan atau PJOK, apabila PIHAK
KEDUAterbukti melakukan penyimpangan terhadap ketentuan teknis atau ditemukan adanya
penyalahgunaan dana maka PIHAK PERTAMA dapat memberikan sanksi kepada PIHAK KEDUA
berupa penghentian sementara pencairan dana dan atau pemutusan perjanjian dan atau
pengembalian dana dan atau sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
7.2. Bentuk-bentuk sanksi tersebut sebagaimana diuraikan secara rinci pada Persyaratan
Umum Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan.
PASAL 8
PENYELESAIAN PEKERJAAN
8.1. Setelah pekerjaan selesai 100% atau minimal 97%, PIHAK KEDUA berhak
mengajukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dan Konsultan untuk
melakukan Sertifikasi Pekerjaan.
8.2. Hasil Sertifikasi Pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama -sama oleh kedua
belah pihak dan KMW ini dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
(BAP2).
PASAL 9
PEMELIHARAAN HASIL PEKERJAAN
PIHAK KEDUA sepakat dan berjanji untuk memelihara hasil pekerjaan atau sarana dan
prasarana yang telah dibangun melalui swadaya masyarakat dengan sebaik -baiknya.
PASAL 10
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEUR)
10.1 Selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari dari hari terjadinya keadaan memaksa, Para
Pihakharus saling berkonsultasi untuk memperoleh kesepakatan mengenai tindakan tepat apa
yang harus dilakukan dalam keadaan itu.
10.2 Yang dimaksud “Keadaan Memaksa” (“Force Majeure”) adalah sebagai suatu kejadian
yangtidakdapat dihindari dan diluar kemampuan salah satu pihak, yang menyebabkan salah
satu pihak tersebut tidak mungkin melaksanakan tanggungjawabnya, atau tidak dapat
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
96 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
melaksanakan tugasnya; Keadaan seperti itu termasuk, tapi tidak terbatas pada, perang,
huru-hara, epidemi, gempa bumi, badai, banjir atau akibat dari kondisi alam lainnya,
pemogokan masal (kecuali apabila dalam hal pemogokan, larangan bekerja atau gangguan
industri tersebut, Kedua belah pihak atau salah satu pihak memiliki kemampuan untuk
mencegah terjadinya Keadaan Memaksa), penyitaan atau tindakan lain oleh pemerintah.
10.3 Keadaan memaksa tidak termasuk (i) kejadian yang disebabkan oleh kelalaian atau
tindakandisengaja dari salah satu pihak. (ii) kejadian dimana salah satu pihak dapat
menduga hal-hal sebagai berikut: (A) Pada saat itu sudah bisa mempertimbangkan
konsekuensi dari adanya SPPD-L, (B) menghindari atau mengatasi kendala dalam
pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam proyek.
10.4 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya
keadaanmemaksa tidak dapat dikenai sanksi.
PASAL 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
11.1 Para Pihak yang akan mencari jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan setiap perselisihan
yang timbul, atau perselisihan yang berhubungan dengan pasal-pasal dalam SPPD-L ini atau
perselisihan yang timbul karena penafsiran atas SPPD-L ini.
11.2 Jika ada perselisihan yang timbul diantara para pihak dalam SPPD-L ini yang tidak dapat
diselesaikan secara musyawarah, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak dapat
menyelesaikan melalui ketentuan hukum yang berlaku.
PASAL 12
PENUTUP
Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Sosial (SPPD-L) ini dianggap sah setelah ditandatangani oleh
kedua belah pihak pada tanggal, bulan, dan tahun tersebut dibawah, dan dibuat dalam rangkap 3
(tiga), terdiri dari 2 (dua) lembar asli dan bermaterai secukupnya dan 1 (satu) lembar asli tanpa
materai, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.
.....................................,..................201.....21)
PIHAK PERTAMA,
KOORDINATOR BKM/LKM...................22)
(.........................................23)
PIHAK KEDUA
KETUA KSM..........................24)
Materai
6000
(......................................25)
97
MENGETAHUI
KORKOT/ASKOT MANDIRI
(...............................................26)
KETERANGAN :
1) = Tahun Anggaran Pelaksanaan Paket Pekerjaan
2) = Nama Pekerjaan/Paket Pekerjaan yang akan dilaksanakan
3) = Nomor Perjanjian Kerja
4) = Nama Kab/Kota Lokasi Kegiatan
5) = Nomor dan Tanggal SPK
6) = Nama Koordinator BKM bersangkutan
7) = Nama BKM bersangkutan
8) = Nama Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kab/Kota dan Provinsi Lokasi Kegiatan
9) = Alamat BKM/LKM
10) = Nomor dan Tanggal Pengesahan Notaris dari BKM
11) = Nama Ketua KSM
12) = Nama KSM
13) = Alamat Sekretariat KSM
14) = Lokasi Kegiatan/Prasarana Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten/Kota
15) = Nomor Induk/Registari KSM yang tercatat dibuku Registrasi BKM
16) = Nama Paket Pekerjaan/Kegiatan KSM
17) = Lokasi Kegiatan/Prasarana RT/RW/Dusun
18) = Tanggal Mulai Kerja yang sama dengan tanggal penandatangan perjanjian ini
19) = Jumlah hari kalender pelaksanaan pekerjaan
20) = Jumlah Nilai BDI dalam angka dan huruf
21) = Tempat dan Tanggal Perjanjian dibuat
22) = Nama BKM/LKM
23) = Nama Koordinator BKM/LKM
24) = Nama KSM
25) = Nama Ketua KSM
26) = Nama Yang Mewakili KMW
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
98 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
SERTIFIKASI INFRASTRUKTUR
Nama KSM Jenis Kegiatan Volume Progres Fisik
:....................... :....................... :....................... :....................... %
Desa/Kelurahan Kecamatan Kota/Kabupaten KMW/Provinsi
: .......................... : .......................... : .......................... :...........................
Berilahtanda (V) padaKolom ”Ya/Tidak” yang sesuai
B. CAPAIAN KESESUAIAN VOLUME & KUALITAS PEKERJAAN
No URAIAN KEGIATAN
KESESUAIAN VOLUME
CACAT & KEKURANGAN
REKOMENDASI PERBAIKAN
1 2 3 4 5 6
Dst
No BUTIR SERTIFIKASI PENILAIAN
CATATAN YA TIDAK
A. CAPAIAN KUALITAS PROSES &PEMANFAATAN
1 Apakah KSM/Panitia sudah memperoleh pelatihan /coaching mengenai cara perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan?
2 Apakah kelayakan Teknik KegiatanKSM/Panitia telah diverifikasi dan disetujui oleh Tim KMW ?
3 Apakah KSM/Panitia melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian bahan yang diterima dengan spesifikasi teknik/contoh yang disetujui konsultan?
4
Apakah pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga kerja/ tukang yang memahami cara melakukan pekerjaan?
5
Apakah kelengkapan Bangunan yang dibuat dapat memberikan keamanan/kenyamanan bagi pemakai?
6 Apakah bangunan dapat berfungsi dengan baik dan bermanfaat?
7 Apakah prosedur penanganan dampak telah dilaksanakan denganbaik /terpenuhi? (Jawaban pertanyaan ini berdasarkan hasil ceklist pengamanan dampak/Form 5,Proposal)
8 Apakah ada Surat Pernyataan Kesanggupan Pemanfaatan & Pemeliharaan Prasarana dari Panitia?
9 Apakah Panitia telah membentuk dan menyepakati Organisasi /Kelompok Pemanfaatan & Pemeliharaan (KPP)?
10 Apakah KSM/Panitia telah membuat dan menyepakati Rencana Kerja Pemeliharaan?
99
C. PEMANFAATAN DANA BDI &CAPAIAN SWADAYA MASYARAKAT
a. Ni la i BDI SPPD -L s .d perubahan terakhi r (b i la ada) :Rp ...........................
b. Jumlah dana SPPD-L yang telah terserap dari BKM/LKM : Rp...........................
c. S isa dana SPPD-L (a-b) : Rp. ..........................
d. Jumlah Nilai Target Swadaya : Rp. ..........................
e. Jumlah Nilai Realisasi Swadaya : Rp. .........................
f. Prosen Raealisasi Swadaya terhadap total nilai Kegiatan (dx100/e) : ... %
Kesimpulan & Rekomendasi :
Demikian hasil Sertifikasi ini dibuat dalam keadaan yang sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan ada ketidak sesuaian maka bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi sesuai ketentuan yang ada.
, ............................................................. 201....
Catatan : Lampirkan Copy Ceklist Daftar Uji Identifikasi Lingkungan yang telah terisi
Tim Seritifikasi:
No Nama Jabatan/Posisi Tanda Tangan
1 Unsur Satker PIP
2 Unsur Konsultan
3 Unsur BKM/LKM
4 Unsur KSM
5 Unsur Pemerintah Desa/Kel
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
100 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
SURAT PERNYATAAN PENYELESAIKAN PEKERJAAN (SP3) BDI Kelurahan/Desa : .............................................................. Kecamatan :................................................................. Kotamadya/Kabupaten :.................................................
KMW Provinsi :................................................................
Yang bertandatangan di bawah ini, Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat dan Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) *) di Kelurahan sebagaimana dimaksud di atas, dengan ini secara bersama-sama menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan oleh KSM tersebut, telah mencapai kemajuan 100% sebagaimana dalam Proposal yang disetujui.
Dengan selesainya pelaksanaan kegiatan tersebut maka selanjutnya tanggungjawab “pengoperasian dan pemeliharaan prasarana berada di tangan Tim Pemelihara (masyarakat) dibawah pendampingan UPL” .
Yang MembuatPernyataan,
KSM ............... BKM/LKM............
(___________________________) (____________________) Ketua KSM Koordinator,
Diketahu/Disetujui
( ______________________ )
Askot Infra/ Fastek
(* Coret yang tidakperlu)
101
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
102 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
103
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
104 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KSM
DATA REALISASI KEGIATAN
Kota/Kabupaten :
Kecamatan :
Kelurahan/Desa :
Nama BKM :
KSM/Panitia :
Nama KSM/Panitia Jumlah Anggota KSM/Panitia (Org)
L P MBR Jumlah
Paket Kegiatan : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Lingkungan
Jenis Kegiatan :
Volume Kegiatan :
Alasan Pembangunan Prasarana
:
Lokasi Pekerjaan : Dusun/RT/RW : ……………................................
Kelurahan/Desa : ……………................................
Luas Kumuh (Ha) :
Total Luas Delineasi Kumuh (Ha)*) Luas Penanganan Kumuh (Ha)
2017**)
....................... Ha ....................... Ha
Penerima Manfaat : Jumlah :............ KK ........... Jiwa ........... MBR
........ Jiwa (L) ........ MBR (L)
......... Jiwa (P) ......... MBR (P)
Metode Konstruksi : Gotong
Royong Semi Gotong Royong
Kerjasama Pihak Ketiga
105
Status Tanah/Lokasi Kegiatan
:
Keterangan : Tanda : *) Diisi Luas Total Kumuh Delineasi dalam satu Kelurahan Tanda : **) Diisi Luas pengurangan Kumuh akibat penanganan BDI 2017
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
106 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU
DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA
Halaman berikutnya diisi dengan Laporan Pembukuan Keuangan dan Bukti/Kuitansi Belanja KSM (Asli)
107
GAMBAR PURNA LAKSANA/AS BUILD DRAWING
KABUPATEN :
KECAMATAN :
KELURAHAN :
KSM :
NAMA PEKERJAAN :
DIGAMBAR OLEH : TIPP/KSM
DIPERIKSA OLEH : FASKEL TEKNIK/ASKOT
INFRA
DISETUJUI OLEH : PPK/SATKER PIP
Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12110 | www.kotaku.pu.go.id