PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

120
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TAHUN 2017 PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

Transcript of PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Page 1: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)TAHUN 2017

PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

Page 2: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 3: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Kelurahan i

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

Page 4: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 5: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI | i

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN | ii

A. MAKSUD DAN TUJUAN | 3

B. SASARAN | 3

C. RUANG LINGKUP | 3

D. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR | 3

E. JENIS-JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR | 6

F. PERAN PELAKU | 8

G. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS | 11

1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis | 12

2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis | 14

H. TAHAP PELAKSANAAN FISIK | 36

1. Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi | 37

2. Tahap Pelaksanaan Konstruksi | 44

I. TAHAP KEBERLANJUTAN | 59

J. LAMPIRAN OUTLINE PROPOSAL | 65

Page 6: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 7: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

v

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BDI : Bantuan Dana Investasi, dulu disebut dengan Bantuan Langsung Masyarakat

BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat

BOP : Biaya Operasional Pelaksanaan

DED : Detailed Engineering Design

FHO : Final Hand Over/ Penyerahan Akhir Pekerjaan, setelah masa pemeliharaan

Berakhir

KK : Kepala Keluarga

KME : Konsultan Manajemen Evaluasi

KMP : Konsultan Manajemen Pusat

KMW : Konsultan Manajemen Wilayah

KPP : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara

KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat

KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh

LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat

LPJ : Laporan Pertanggungjawaban

LSM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat

M&E : Monitoring and Evaluation

O&P : Operasional dan Pemeliharaan

OJT : On Job Training

PHO : Provisional Hand Over / Serah Terima Pertama Pekerjaan

PJM : Perencanaan Jangka Menengah

PKP : Perumahan dan Kawasan Permukiman

PKP2B : Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan

PLPBK : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Pokja PKP : Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman

PPK : Pejabat Pembuat Komitmen

PS : Pemetaan Swadaya

PT : Perguruan Tinggi

PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 8: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

vi Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

RAB : Rencana Anggaran Biaya

RDTR : Rencana Detail Tata Ruang

RDTRK : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan

RKP-KP : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

RKTL : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut

RP2KP-KP :Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

RPD : Rencana Penggunaan Dana

RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan prioritas Permukiman

RPLP : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

RPK : Refleksi Perkara Kritis

RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga

RTH : Ruang Terbuka Hijau

RTPLP : Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

Satker : Satuan kerja

SIM : Sistem Informasi Manajemen

SK : Surat Keputusan

SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan

SPK : Surat Perintah Kerja

SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja

SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan

SPPDL : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan

STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif

ToT : Training of Trainer

TAPP : Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif

TPA : Tempat Pembuangan Akhir (Sampah)

TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif

TPPI : Tim Perencana dan Pelaksana Infrastruktur

TPS : Tempat Penampungan Sementara (Sampah)

ULP : Unit Layanan Pengadaan

UP : Unit Pengelola

UPK : Unit Pengelola Keuangan

UPL : Unit Pengelola Lingkungan

UPP : Urban Poverty Program

Page 9: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 10: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 11: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 1

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

Page 12: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 13: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 3

A. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari buku ini adalah untuk dijadikan pegangan dalam perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan

permukiman guna memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan infrastruktur skala

lingkungan.

Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan permukiman guna

memenuhi ketentuan teknis dan administrasi kegiatan sesuai dengan persyaratan kegiatan

infrastruktur skala lingkungan yang telah ditetapkan program.

B. SASARAN

Sasaran disusunnya panduan penyelenggaraan infrastruktur lingkungan ini, antara lain :

1. Tersedianya landasan konsepsi penyelenggaraan infrastrukrur lingkungan

2. Tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan infrastruktur lingkungan

3. Tercapainya standar baku mutu dari produk penyelenggaraan infrastruktur lingkungan

yang dihasilkan

C. RUANG LINGKUP

Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan

infrastruktur, tahapan perencanaan teknis kegiatan infrastruktur, tahapan pelaksanaan

konstruksi/fisik dan pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur sebagai upaya

pencegahan maupun peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh skala lingkungan.

D. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR

1. Umum

a) Kegiatan pembangunan infrastruktur KOTAKU secara substansi bermakna sebagai

media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses

bekerja dan belajar masyarakat dalam pembangunan kawasan permukiman yang

lebih baik, khususnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan sarana

prasarana dan utilitas umum (fisik). Sehingga hasil dari pembangunan ini akan

mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi,

teratur, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal;

b) Setiap kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun harus benar-benar

menjadi prioritas utama bagi penataan kawasan permukiman yang langsung

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat;

Page 14: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

4 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

c) Implementasi pembangunan infrastruktur skala lingkungan harus difokuskan pada

lokasi kawasan kumuh prioritas sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat

tuntas;

d) Setiap kegiatan infrastruktur harus direncanakan dan dilaksanakan dengan umur

konstruksi sekurang-kurangnya selama 5 tahun;

e) Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala Kelompok, maka calon pemanfaat dapat

mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan

fisik. Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala publik/umum, maka BKM/LKM

dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang

bertanggungjawab langsung kepada BKM/LKM dan dalam melaksanakan lingkup

kerjanya, KSM/Panitia akan dikelola oleh unit pengelola kegiatan lingkungan (UPL);

f) Setiap kegiatan sarana dan prasarana yang direncanakan dan dibangun harus

memenuhi persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan, peraturan yang

berlaku, memberikan manfaat bagi semua (universal accsess) dan merupakan

prioritas hasil perencanaan masyarakat/pemda yang tertuang dalam dokumen

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas kawasan Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KP-KP) dan atau Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)

Kelurahan/Desa;

g) Setiap kegiatan infrastruktur yang akan direncanakan dan dibangun harus

memenuhi penyaringan kelayakan lingkungan. Untuk usulan kegiatan infrastruktur

yang memerlukan UKL/UPL maka hanya dapat dibangun setelah dokumen UKL/UPL

selesai dan telah mendapat persetujuan pihak-pihak terkait sesuai peraturan yang

berlaku. Penyusunan UKL/UPL merupakan tanggungjawab pemerintah kab/kota.

Untuk kegiatan yang tidak memerlukan UKL/UPL maka wajib memenuhi kriteria

seleksi yang ditetapkan dalam ketentuan pengamanan dampak lingkungan dan

sosial yang ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dampak

Lingkungan dan Sosial program KOTAKU dalam bentuk SPPL/SOP;

2. Kriteria Umum Prioritas Pemilihan Kegiatan Infrastruktur

a) Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang

dibangun;

b) Jenis kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun adalah infrastruktur

yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak

huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan indikator kumuh;

c) Untuk jenis infrastruktur yang terintegrasi dengan infrastruktur skala kota seperti

jaringan Jalan, Drainase, Sanitasi/Air Limbah, Persampahan, Air Bersih Perpipaan

maka harus direncanakan dan dibangun dengan memperhatikan keterpaduan

fungsi dan pelayanan bangunan sesuai dengan rencana infrastruktur skala kota;

Page 15: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 5

d) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas

utama bagi penataan kawasan permukiman, memberikan dampak nyata terhadap

perbaikan lingkungan permukiman yang ditata dan langsung dirasakan manfaatnya

oleh masyarakat setempat;

e) Penyediaan tanah untuk lokasi pembangunan infrastruktur telah disediakan oleh

masyarakat atau pemerintah kab/kota;

f) Tidak bertentangan dengan kegiatan yang dilarang oleh program, tidak

menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial;

g) Tidak mempunyai masalah teknis yang berat dan dapat dilaksanakan oleh

masyarakat dalam kurun waktu ditetetapkan sesuai ketentuan program;

h) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah, pemerintah daerah,

swasta atau program lain;

i) Untuk menjamin keterpaduan pembangunan kegiatan infrastruktur, maka bagi

kegiatan yang memerlukan dukungan (prasarana/sarana atau tenaga bantuan

teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau dioperasikan

maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti antara

masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan tersebut;

j) Secara khusus, kriteria infrastruktur skala kelurahan sebagaimana tabel berikut:

Tabel D.2.J : Kriteria Infrastruktur Skala Kelurahan

No Kriteria SKALA LINGKUNGAN 1 Otoritas Kota Tidak termasuk dalam inventarisasi

SKPD/Kota

2 Sistem Jaringan Jaringan tersier atau non jaringan

3 Cakupan Lokasi Dalam kawasan

4 Status Lahan Jelas & Sesuai Peruntukan RTRW

Ya

5 Teknologi Pelaksanaan Sederhana

6 Nilai Investasi Kecil

7 Dapat Dikerjakan Dalam 1 Tahun Anggaran

Ya

8 Efektivitas Pengurangan Luasan Kumuh Besar

9 Dampak Lingkungan & Sosial Ditangani

Page 16: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

6 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

3. Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur

a) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan

teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan

sendiri oleh masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan dari luar

wilayah setempat;

b) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat

sesuai kualifikasi yang diperlukan;

c) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar

teknis/spesifikasi teknis;

d) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana

harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan

serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (tanggap bencana);

e) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang (tidak terlampau mahal atau dibawah

perkiraan biaya wajar);

f) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi

teknis terkait, seperti Pekerjaan Umum sehingga bangunan dapat menjamin

Keselamatan (Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat

berfungsi optimal serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan

masyarakat (sosial);

g) Dalam penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan diperlukan inovasi dan

kreatifitas yang dapat memberikan nilai tambah estetika sesuai dengan kondisi

lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;

E. JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR

Jenis kegiatan infrastruktur yang dibangun melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

adalah infrastruktur yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman

yang layak huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan 7+1 indikator kumuh.

Implementasi penyelenggaraan infrastruktur sakala lingkungan harus terintegrasi dengan

infrastruktur skala kota/jaringan infra kota dan difokuskan pada lokasi permukiman kumuh

prioritas, sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas.

Sebagai wujud tanggungjawab bersama, pemerintah pusat melalui program KOTAKU

mengalokasi sebagian kecil dari kebutuhan dana investasi upaya pencegahan maupun

peningkatan kualitas permukiman kumuh. Untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan dana

investasi diharapkan dapat disediakan oleh pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat

dan pemangku kepentingan lainnya.

Pembangunan infrastruktur skala lingkungan umunya memerlukan perencanaan yang lebih

sederhana, biaya yang tidak terlalu besar, teknologi sederhana, resiko kecil dan biaya

Page 17: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 7

pemeliharaan yang kecil sehingga memungkinkan untuk laksanakan secara partisipatif dan

swakelola oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh Fasilitator kelurahan/desa.

Pembangunan/rehabilitasi infrastruktur skala lingkungan perlu memperhatikan

pembangunan infrastruktur skala kota, sehingga terjadi koneksitas antara kegiatan skala

lingkungan dengan sistem kotanya.

Tabel E.1.: Jenis Sarana Prasarana

NO INDIKATOR JENIS SARANA PRASARANA

1 Kondisi Bangunan Hunian Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) *)

2 Jalan Lingkungan Jalan Aspal/Hotmix (min.lebar perkerasan 1,5m) Jalan Paving Blok (min.lebar perkerasan 1,5m) Jalan Beton (min.lebar perkerasan 1,5m) Jembatan (min.lebar perkerasan 1,5m) Pedestrian Bangunan Pelengkap jalan seperti Gorong-gorong,

Penahan Longsor, sal. samping jalan, dll

3 Saluran Air Hujan (Drainase Lingkungan)

Saluran terbuka Saluran tertutup Sumur Resapan/Biopori Pompa Air/Pintu Air/Pengendali Banjir Normalisasi Saluran

4 Pembuangan Air Limbah Jamban Komunal MCK Septictank Komunal Saluran Pembuangan Air Limbah R.Tangga System Pengolahan Air Limbah Setempat/Terpusat

5 Penyediaan Air Minum Sumur Gali/Pompa/Bor Hidran/Kran Umum Penampung Air Hujan Jaringan Air Bersih Perpipaan Penangkap Mata Air Instalasi Pengolahan Air Sederhana

6 Pengelolaan Persampahan Bangunan Pengelolaan Daur Ulang Sampah (Bank

Sampah) Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST)

pada skala lingkungan Tempat Penampungan Sampah (TPS) 3R Gerobak/Motor Sampah

7 Pengamanan Bahaya Kebakaran

Penyediaan Pasokan Air (Bak/Kolam penampungan air, Sumur Dalam/Hidran)

Motor pemadam kebakaran Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

8 Ruang Terbuka Publik Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) seperti prasarana

olahraga, sarana bermain, dll

Keterangan : *) Didanai dari sumber dana kemitraan (non KOTAKU)

Page 18: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

8 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Seluruh usulan kegiatan harus merupakan kegiatan prioritas berdasarkan hasil perencanaan

masyarakat yang tertuang dalam dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

(RPLP) Kelurahan/Desa.

F. PERAN PELAKU

Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman perlu didukung

oleh berbagai pihak seperti BKM, UPL, serta masyarakat penerima manfaat langsung yaitu

warga MBR dan warga sekitar. Sedangkan KSM/Panitia sebagai pelaksana pembangunanpun

akan didukung peran sertanya oleh Fasilitator Kelurahan. Berikut ini penjelasan peran-peran

pelaku pembangunan;

1. Peran BKM

a). Menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) pelaksanaan kegiatan dengan

PPK;

b). Melakukan seleksi guna menyediakan Tenaga Ahli Penyunanan DED;

c). Membentuk TIPP yang akan mendukung tugas-tugas UPL dalam kegiatan

perencanaan;

d). Membentuk/menetapkan KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur;

e). Membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) dengan

KSM/Panitia pelaksana kegiatan Lingkungan;

f). Melaksanakan pencairan dana kepada Tenaga Ahli Penyusunan DED dan

KSM/Panitia Pelaksana Fisik;

g). Melakukan serahterima hasil pekerjaan baik produk perencanaan teknis maupun

fisik hasil kegiatan BKM kepada PPK;

h). Memfasilitasi Serahterima Pengelolaan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur

yang telah dibangunnya dari Pemda/Pemerintah Desa/Kel kepada KPP dan

i). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan,

termasuk memberikan sanksi/peringatan kepada KSM/Panitia atas pelanggaran

pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPD-L.

2. Peran UPL

a). Mengkoordinir TIPP dalam proses penyusunan perencanaan teknis;

b). Memastikan seluruh produk perencanaan teknis sesuai persyaratan yang

ditetapkan dan selesai tepat waktu;

c). Memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), termasuk

Rencana Kerjanya;

d). Menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi

semua KSM/Panitia;

e). Bersama Faskel/Askot Infra memfasilitasi kegiatan Coaching atau On The Job

Training (OJT) kepada TIPP dan KSM/Panitia;

Page 19: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 9

f). Memfasilitasi dan memverifikasi administrasi pencairan dana kepada KSM/Panitia

pelaksana fisik (RPD, LPD, BA Pembayaran);

g). Merekomendasi dan memfasilitasi pencairan dana kepada KSM/Panitia;

h). Memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan

KSM/Panitia termasuk memberikan penguatan teknik konstruksi maupun

administrasi kegiatan;

i). Menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/Panitia untuk

mengevaluasi kemajuan kegiatan infrastruktur dan mendorong upaya-upaya

percepatan penyelesaiaan kegiatan lapangan;

j). Bersama Faskel Teknik dan KSM/Panitia melakukan Opname pekerjaan dilapangan;

k). Memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan Kegiatan KSM/Panitia

(Harian, Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk photo2 dokumentasi);

l). Memfasilitasi dan merekomendasikan perubahan (amandemen) SPPD-L akibat

adanya perubahan pekerjaan dilapangan (bila ada)

m). Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan kemajuan pekerjaan

Infrastruktur kepada BKM;

n). Memastikan semua infrastruktur memenuhi persyaratan teknis (tepat mutu), dapat

diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi;

o). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur melakukan Verifikasi Kelayakan

proposal KSM/Panitia (termasuk membuat Berita Acara Verifikasi);

p). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur, pihak proyek (Tim PPK) dan pihak

KSM/Panitia melakukan Sertifikasi Kegiatan (termasuk membuat BAP2-nya);

q). Memfasilitasi terealisasinya swadaya masyarakat dan

r). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat

kelurahan, termasuk merekomendasikan sanksi/peringatan atas pelanggaran

pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPDL.

3. Peran TIPP

Peran utama TIPP adalah membantu UPL dalam pelaksanaan perencanaan teknis,

sehingga tugas-tugas TIPP adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:

a). Bersama UPL Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan

sesuai dengan kriteria prioritas yang telah ditetapkan;

b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan

pembangunan yang diperlukan;

c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan melakukan konsultasi

untuk verifikasi kelayakannya pada Pokaj/SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah

setempat;

d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan dengan berbagai pihak terkait;

e). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P (termasuk penyusunan

Rencana Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);

Page 20: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

10 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

f). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan

infrastruktur;

g). Memfasilitasi Coaching penyusunan proposal dan pengorganisasian

pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan

h). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia.

4. Peran KSM/PANITIA

a). Mengelola kegiatan infrastruktur yang menjadi tanggunjawabnya secara transparan

dan dapat dipertanggung jawabkan;

b). Mengikuti coaching/OJT yang dilaksanakan UPL/faskel baik terkait teknis

infrastruktur, administrasi maupun pembukuan keuangan KSM/Panitia;

c). Menyusun Proposal Kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh BKM;

d). Menyampaikan Jadwal Kerja, Rencana Pengadaan Bahan/Alat, Rencana Tenaga

Kerja, Tim Pelaksana Kegiatan yang lebih rinci kepada UPL sebelum dilaksanakan

MP2K;

e). Membuat Papan Nama/Informasi Proyek sehingga dapat diketahui oleh masyarakat

umum;

f). Membangun prasarana dengan kualitas baik, tepat waktu, tepat biaya dan tertib

administrasi sesuai ketentuan dalam dokumen SPPDL;

g). Menyediakan Tenaga Pelaksana Lapangan yang memahami pekerjaan fisik (minimal

kualifikasi Mandor) dilokasi pekerjaan selama proses pembangunan;

h). Membuat seluruh administrasi proyek yang dipersyaratkan, termasuk photo-photo,

laporan kemajuan dan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan

mengarsipkannya;

i). Menyediakan tenaga kerja, bahan, alat sesuai kualitas yang dipersyaratkan,

melakukan penggantian atau perbaikan bagian prasarana yang diperintahkan oleh

konsultan/UPL;

j). Memenuhi seluruh swadaya yang diusulakan dalam proposal kegiatan dengan tetap

menjamin kualitas sesuai persyaratan yang ditetapkan;

k). Mendorong pelibatan masyarakat sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan

kegiatan dan

l). Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul akibat

pelaksanaan kegiatannya.

5. Peran KPP

Pengelola O&P/KPP bertindak selaku penggerak utama kegiatan atau penanggungjawab

O&P. Secara umum perannya adalah :

a). Terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik infrastruktur melalui

KSM/Panitia atau bersama Kader Teknis membantu UPL dalam Pengendalian

Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh KSM/Panitia;

b). Membangun peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan

pemeliharaan prasarana secara bersama sama;

Page 21: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 11

c). Menyusun rencana pemanfaatan prasarana

d). Menyusun rencana pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan pembangunan

prasarana;

e). Mengorganisasikan kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan, perbaikan dan

peningkatan pembangunan prasarana;

f). Melaksanakan Rencana Kerja O dan P;

g). Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana dan Prasarana

yang menjadi tanggungjawabnya dan

h). Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah desa/kelurahan, Dinas/Instansi

terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan peroleh pembiayaan

pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana.

6. Peran Relawan/Kader Teknis

Kader Teknis adalah relawan yang mempunyai pemahaman dan keterampilan teknis

terkait pelaksanaan infrastruktur, seperti mandor/tukang bangunan, STM Bangunan, dll.

Peran utama Kader Teknis adalah membantu UPL dalam pelaksanaan pengelolaan

pelaksanaan fisik yang dibangun oleh KSM/Panitia, sehingga tugas-tugas Kader Teknis

adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:

a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai dengan

kriteria prioritas yang telah ditetapkan;

b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan

pembangunan yang diperlukan;

c). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan pelaksanaan kegiatan dengan berbagai

pihak terkait;

d). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P/KPP (termasuk

penyusunan Rencana Kerja dan Kesepakatan Bersama);

e). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan

infrastruktur;

f). Membantu UPL memfasilitasi penyusunan proposal dan pengorganisasian

pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan

g). Membantu UPL dalam pengawasan/pengendalian kualitas, waktu, biaya, kemajuan

dan tertib administrasi pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia.

G. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS

Kegiatan perencanaan teknis secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran

untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat

dalam merencanakan pembangunan lingkungan permukiman diwilayahnya, khususnya

dalam pengelolaan kegiatan perencanaan kawasan permukiman. Sehingga hasil dari

pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal.

Page 22: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

12 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Pelaksanaan perencanaan teknis dalam mekanisme kegiatan skala lingkungan KOTAKU

merupakan kegiatan lanjutan dari tahapan perecanaan penyusunan Rencana Penataan

Lingkungan Permukiman (RPLP). Perencanaan Teknis adalah penyusunan DED dari prioritas

rencana tahunan RPLP itu sendiri.

Secara umum mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan yaitu Persiapan

Perencanaan Teknis dan Pelaksanaan Perencanaan

Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis tersebut dijelaskan seperti

pada gambar gambar 1. Diagram alir Perencanaan Teknis kegiatan Infrastruktur. Secara rinci

pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis

Sebagai dasar pelaksanaan DED adalah adanya Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara

BKM dengaan PPK, dan tersusunnya dokumen RPLP, khususnya Program Prioritas Tahunan.

Dari Program Prioritas Tahunan tersebut diperoleh data/informasi kegiatan infrastruktur

yang akan disusun DEDnya.

a) Seleksi Tenaga Ahli Perencana (Penyusun DED)

BKM dengan difasilitasi oleh konsultan pendamping melakukan seleksi penyediaan

tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan perencanaan teknis. Jumlah personil

dan kualifikasi serta-tugas-tugasnya sebagaimana ditetapkan dalam dokumen seleksi.

Hasil seleksi ini kemuadian BKM membuat perjanjian kerjasama dengan tenaga ahli

terpilih.

b) Coaching/Penguatan TIPP

UPL bersama Tenaga ahli perencanaan teknis dan fasilitator memfasilitasi dan

menyelenggarakan coaching/penguatan bagi anggota TIPP, terutama terkait

pengorganisasian dan peningkatan pemahaman/keterampilan dalam melaksanakan

tugas-tugas perencanaan teknis yang menjadi tanggungjawabnya.

Page 23: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan 13

Page 24: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

14 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis

a) Penyediaan Lahan

Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan lahan/tanah

(termasuk bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi

pembangunannya. Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat yang terbatas dan

keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada pihak manapun yang diperkenankan

membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti kepemilikan diakui secara sah dalam

hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya)

maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum yang

berlaku.

Oleh karena itu, program KOTAKU menempatkan kegiatan penyediaan lahan untuk lokasi

pembangunan infrastruktur sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses

pembangunan infrastruktur tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak awal

penyiapan kegiatan pembangunan infrastruktur.

Keluaran Kegiatan yang diharapkan, antara lain adalah :

(1) Tersedia lahan yang sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan mendukung

tercapainya mutu/manfaat bangunan);

(2) Pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli

disekitarnya, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami

sepenuhnya konsekuensi/akibat-akibat penyediaan lahan tersebut bagi dirinya;

(3) Kepuasan pemilik/warga yang terkena dampak atas terselesaikannya persyaratan-

persyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila

ada);

(4) Adanya bukti-bukti administratif yang benar dan lengkap, mencakup 1). proses

musyawarah (Daftar Hadir, Notulen, BA) dan 2). Hasil Kesepakatan persetujuan lahan

dari pemilik. sesuai cara penyediaan lahannya, seperti Surat Pernyataan Kontribusi

lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat Permohonan Pelepasan Hak Milik,

Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada),

Beberapa prinsip dalam proses penyediaan lahan adalah :

(1) Menghindarkan atau meminimalkan adanya dampak sosial bagi masyarakat, termasuk

bagi penduduk asli setempat;

(2) Transparan, semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dapat

mengetahui dan memahami semua informasi yang ada termasuk konsekuensi atau

akibat-akibatnya,

(3) Partisipatif, melibatkan semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya)

dalam proses/forum pengambilan keputusannya;

Page 25: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

15

(4) Akuntabel/dapat dipertanggungjawabkan, bahwa semua proses dilakukan secara benar

sesuai ketentuan yang berlaku, proses didokumentasikan dan hasil-hasil

kesepakatan/keputusan dibuat secara tertulis dan dihadapan saksi-saksi.

Cara kontribusi Lahan, dapat dilakukan melalui :

(1) Hibah, kontribusi secara sukarela yang disertai dengan pelepasan hak milik dari

pemiliknya kepada pihak lain tanpa ada batas waktu tertentu (selamanya);

(2) Ijin pakai, kontribusi secara sukarela tanpa disertai pelepasan hak milik dari pemiliknya

kepada pihak lain dan hanya dalam kurun waktu tertentu;

(3) Ijin dilalui, pada prinsipnya sama dengan ijin pakai, hanya disini bahwa pemilik masih

tetap diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut sepanjang tidak merusak

kepentingan pihak yang diberi ijin. Contoh sederhana adalah ijin pemasangan pipa air

bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga, dimana pemilik masih

diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut (bagian atas/permukaannya) sebagai

tempat lalulintas orang atau ternaknya, dll.

Dalam penyediaan lahan ini, bentuk kontribusi warga dapat berupa tanah, tanaman

produktif atau aset lain didalamnya dan tidak harus melalui satu cara yang digunakan, tetapi

dapat merupakan kombinasi dari kesemua cara dan pola tersebut diatas. Khusus untuk

proyek yang bersifat rehabilitasi/peningkatan bangunan lama dimana tidak memerlukan

lahan baru atau diatas tanah desa/kelurahan maka Surat Kontribusi Tanah cukup dibuat

Surat Pernyataan Penggunaan Lahan dari Pemerintah Kelurahan/Desa setempat;

Proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara partisipatif. Khusus untuk penyediaan

lahan yang melibatkan proses pengurusan Surat Pemisahan Hak dari Pejabat Pembuat Akta

Tanah/Instansi lain yang berwenang setempat yang memerlukan waktu yang cukup panjang

maka administrasi ini boleh tidak tidak menjadi persyaratan memulai pelaksanaan

pembangunan fisik tetapi tetap harus disediakan dan diharapkan dapat rampung sebelum

pemanfaatan prasarana.

Contoh bentuk Pernyataan penyediaan Lahan mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan

Pengelolaan Lingkungan dan dampak Sosial KOTAKU (lampiran 6,7 dan 8).

b) Survey dan Investigasi

(1) Survey Teknis

Sebelum dilakukan penyusunan desain bangunan maka terlebih dahulu harus dilakukan

Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data-data/informasi

kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis

data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur yang akan dibangun,

seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), kondisi tanah (keras/lunak),

keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian penggunaan lahan, perkerasan,

penghijauan, dll.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 26: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

16 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan

desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.

Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh

karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat perlu

dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :

(a). Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan diperoleh;

(b). Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan

digunakan;

(c). Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti :

patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll;

Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya TIPP/relawan

dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat berlangsung lebih efektif.

Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus

dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan pihak

Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan rintangan. Selain

itu beberapa hal yang harus disurvey adalah:

(2) Lokasi Titik Awal dan Akhir

Pada kegiatan survey teknis ini, selain memastikan lokasi kegiatan juga menentukan titik

awal kegiatan dan titik akhir kegiatan, sekaligus membuat dokumentasi/photo awal (0%)

pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang

didokumentasikan/dipotret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur

yang akan dibangun, misalnya untuk jalan/drainase/saluran irigasi/air bersih perpipaan

dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau tempat lain

yang dianggap penting), sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan, air bersih

non perpipaan, rehab perumahan/pendidikan/kesehatan, dll, cukup diambil dari sisi yang

berbeda yaitu sisi depan, samping atau belakang. Penting untuk diperhatikan bahwa titik

lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi dasar

pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi kondisi 50% dan 100%.

(3) Kondisi Lahan (Struktur Tanah)

Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-parikel primer tanah (pasir, debu,

liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain berbeda

dalam ukuran dan bentuknya, Jenis tanah dan kondisi tanah yang terdapat pada suatu

wilayah memengaruhi perencanaan infrastruktur. Setiap wilayah memiliki jenis dan

kondisi tanah yang berbeda. Perbedaan ini turut memengaruhi pergerakan serta

Perlu menjadi perhatian agar pemilihan lokasi kegiatan harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatan infrastruktur bagi semua pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).

Page 27: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

17

stabilitas tanah. Sebab, semakin padat tanah, maka semakin tahan pula bangunan

diatasnya. Sebaliknya bila jenis tanahnya memiliki sifat rapuh, maka tanah akan mudah

bergerak.

Dengan mengetahui kondisi struktur lahan yang ada, maka perencanaan infrastruktur

akan menyesuaikan kondisi struktur lahan yang ada.

(4) Kondisi eksisting Infrastruktur yang ada

Dalam melaksanakan survey teknis ini, juga dilakukan survey kondisi infrastruktur yang

ada, apakah kondisi rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat, bisa juga dari

fungsinya, apakah masih berfungsi dengan baik, kurang berfungsi atau bahkan sudah

tidak berfungsi, atau bahkan kondisi yang ada masih alami, seperti jalan tanah, sehingga

akan mempengaruhi perencanaan yang dibuat.

Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga

kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang

akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal yang

berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat/tenaga kerja

setempat.

(5) Harga Satuan Upah/Bahan/Alat

Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana kegiatan maka

harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan harus merupakan hasil

survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat. Hasil survey

tersebut selanjutnya dipilih harga terendah dan disepakati bersama melalui rembug

warga.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan dari hasil survey

Harga satuan Bahan/Alat, antara lain :

(a). Ukuran satuan, Harga Bahan dari pemasok harus dinyatakan sesuai dengan satuan

pengukuran bahan/alat untuk RAB. Apabila dijumpai bahan yang harganya belum

sesuai maka perlu dilakukan penyesuaian. Misalnya pasir, yang dijual oleh pemasok

per mobil angkutannya maka diperhitungkan dengan cara : Harga 1 m3 pasir sama

dengan harga 1 mobil tersebut dibagi dengan volume/isi bak mobil (panjang (m) x

lebar (m) x tinggi (m)). Ukuran bak mobil penuh (sesuai harga pemasok) harus

ditanyakan/dicek langsung pada toko pemasok tersebut. Perlu diperhatikan bahwa

setiap toko/pemasok menggunakan mobil yang ukuran baknya berbeda-beda dan

harganya juga mungkin berbeda.

(b). Harga satuan bahan/alat harus merupakan harga sampai dilokasi proyek, apabila

dijumpai harga yang dinyatakan oleh toko tidak termasuk transport sampai dilokasi

proyek maka harga satuan tersebut harus disesuaikan. Hal ini dapat dihitung

dengan menjumlahkan harga satuan (yang dinyatakan oleh toko tanpa diantar)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 28: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

18 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

ditambah biaya/ongkos tarnsportasi material tersebut sampai dilokasi pekerjaan.

Secara sederhana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut:

Adapun data/informasi yang perlu ditanyakan pada saat survey harga adalah harga

satuan dasar, biaya transportasi sampai dilokasi proyek. Selain itu perlu juga diketahui

jumlah stok material yang ada, tatacara pembayaran, termasuk nama yang ditemui.

Seluruh informasi tersebut dicatat pada formulir survey harga. Khusus upah, selain

informasi dari calon tenaga kerja setempat juga dapat menggunakan sumber informasi

yang ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait atau Upah Minimum Regional

(UMR)/setempat. Seluruh informasi hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk

dilaporkan/disampaikan pada rembug kesepakatan harga nantinya.

(6) Rembug ”Kesepakatan Harga” Hasil Survey

Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah dilaksanakan sebelumnya, harus

disepakati bersama oleh warga melalui Rembug atau Musyawarah warga.

Sasaran kegiatan adalah untuk menyepakati besarnya nilai harga satuan tiap jenis

tenaga kerja, bahan/alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

Adapun Indikator keluarannya adalah Kesepakatan harga upah/bahan/alat dibuat dalam

Berita Acara Kesepakatan dan ada Daftar Hadir Peserta Rembug;

Beberapa Ketentuan Penetapan Harga Satuan yang harus diperhatikan :

(a). Harga Upah Tenaga Kerja, paling tinggi sama dengan upah standar yang ditetapkan

oleh Instansi Pemerintah Setempat atau UMR yang berlaku untuk wilayah

bersangkutan.

(b). Bahan/Alat, pada prinsipnya dipilih bahan yang berkualitas baik sesuai spesifikasi

teknis, dengan harga yang termurah/terendah diantara minimal 3 Toko/Pemasok

setempat yang di Survey;

(c). Harga Satuan Dasar Bahan/Alat yang dipilih harus sudah merupakan harga sampai

dilokasi proyek (termasuk ongkos angkut bila ada);

(d). Sebagai pembanding Harga Satuan hasil survey, maka digunakan Harga satuan

Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Instansi pemerintah setempat. Apabila

terdapat Harga Satuan Bahan/Alat Terpilih lebih besar dari Harga Satuan

Kabupaten/Kota maka Harga Satuan Terpilih tersebut harus di Justifikasi/ada

perincian alasannya yang realistis.

(e). Apabila dalam 1 (satu) kelurahan/desa terdapat lebih dari 1 (satu)

kegiatan/prasarana maka harga satuan dasar (bahan/upah/alat) yang digunakan

HARGA SATUAN BAHAN/ALAT

(Rp) =

Biaya Satuan Transportasi

Bahan/Alat sampai

dilokasi

Harga Satuan Bahan/Alat yang dinyatakan oleh Toko/pemasok

tanpa diantar (Harga Satuan Dasar) +

Page 29: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

19

haruslah satu/tidak berbeda-beda. Dalam hal berbeda karena tingkat kesulitan

akses kelokasi kegiatan maka harus dibuat justifikasi yang disepakati bersama.

c) Pembuatan Desain, Gambar-Gambar Dan Spesifikasi Teknis

Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya mutu/manfaat

bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu siapapun yang

menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan seperti apa yang

diinginkannya dari bangunan tersebut.

Membuat Desain, Spesifikasi dan Gambar-gambar perencanaan teknik, secara sederhana

dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan yang diinginkan

agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk

kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya.

Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan tentang

mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya diawali dari

proses Desain/perancangan, Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknis, kemudian diuraikan

juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan volumenya), RAB (jenis

pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Pekerjaan seperti SPPD-L. Kemudian pada tahap pelaksanaan pembangunannya, semua

dokumen tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai pedoman

mewujudkan mutu bangunan.

Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih merupakan

sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka dokumen-dokumen

tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir proyek, sebagai media

komunikasi yang sangat penting bagi semua orang yang berkepentingan, khususnya bagi

semua orang yang membutuhkan bangunan tersebut dan yang akan melaksanakan

pembangunanannya sehingga memperoleh pemahaman yang sama tentang wujud tujuan

itu (tidak hanya ada dalam bayangan sang perencana/orang-perorangan yang mengusulkan

saja).

Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan

persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah :

(1). Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang

menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan

kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya);

(2). Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis bangunan

tersebut;

(3). Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu), termasuk

bila kondisi tanah dasar jelek;

(4). Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat sesuai

kebutuhan;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 30: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

20 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(5). Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti tebal

plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai jembatan, tebal

plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan ½ bata/Batako, dll, sesuai

persyaratan teknis bangunan;

(6). Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman,

lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan

(bila ada);

(7). Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan

belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;

(8). Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran campuran 1

semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton campuran 1 semen : 2

pasir : 3 kerili, pasangan bata/Batako camp 1sm : 5psr dll, sesuai persyaratan teknis

bangunan;

(9). Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai kayu kelas

II, atap seng/genteng beton, dll.

(a). Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan dibuat

dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih

alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan

desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan

yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan yang

dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat

perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu konstruksi guna

menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian dituangkan dalam

Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan.

Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu

pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat atau instansi teknis terkait lainnya.

Perlu menjadi perhatian agar pemilihan rancangan konstruksi:

Harus memastikan terpenuhinya seluruh persyaratan kelengkapan komponen bangunan untuk menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya, termasuk akses jalan keluar/masuk bangunan. Khusus konstruksi Jalan Beton minimal menggunakan campuran 1sm :2ps :3kr atau diupayakan menggunakan paving blok/sejenisnya dengan kualitas memenuhi persyaratan teknis.

Harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatannya bagi semua pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).

Page 31: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

21

(b). Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai

persyaratan-persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan

pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis merupakan

dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis besarnya berisi :

uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan), komposisi campuran,

persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti,

Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).

(c). Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi teknis

ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar-gambar

tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan mutu prasarana

tersebut.

Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu:

Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan

dibangun;

Gambar Site Plan, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir

pekerjaan dan menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat.

Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok

(panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada).

Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana yang

terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.

Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah

(memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran

tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga

dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan campuran

yang digunakan, jenis bahan yang digunakan (misalnya kayu kelas II, atap genteng

beton), dll. Untuk lebih memahami hubungan bagian-bagian struktur yang

dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih detail dari gambar

potongan, seperti Detail Sambungan Kuda-kuda, detail sambungan balok/kolom,

detail Pondasi, detail Kusen Pintu/Jendela, dll.

Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau

sebahagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype.

Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus

diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui

oleh Tim Teknis dari SKPD terkait dan PPK. Hasil Verifikasi ini sekurang-kurangnya

harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga

untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 7+1 indikator kumuh,

rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal,

menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna,

tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat

serta mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 32: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

22 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(d). Penyusunan Panduan Operasi dan Pemeliharaan (O dan P), Penyusunan panduan

teknis Operasi dan Pemeliharaan prasarana dimaksudkan untuk memberikan

panduan atau pegangan bagi masyarakat atau Pengelola O dan P/KPP yang dibentuk

untuk melaksanakan pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana yang dibangun.

Panduan ini sekurang-kurangnya berisi tatacara pemanfaatan/penggunaan

prasarana secara benar dan tatacara pemeliharaan prasarana.

Untuk penyusunan tatacara pemanfaatan/penggunaan dan tatacara pemeliharaan

setiap jenis prasarana dapat mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan

pedoman teknis lainnya sebagaimana diuraikan diatas.

d) Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan Dan Sosial (Safeguard)

Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang

menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya

perlindungan/pelestarian terhadap lingkungan.

Sebagai acuan penyusunan rencana teknis rinci dapat mengacu kepada standar teknis yang digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya, yang antara lain meliputi: Rencana Induk Kawasan, standar teknis bidang ini antara lain: SNI 02-2406-1991

dan Pt T-15-2002-C untuk kawasan yang pertumbuhannya normal dan satuan luas daerah tidak terlampau luas (<200 ha).

Studi Kelayakan Kawasan, Standar teknis bidang ini antara lain: sesuai AB-K/RESK/TC/001/98

Standar teknis penanganan jalan kawasan, SNI 03-2853-1995, SNI 03-2446-1991, SNI 03.6967-2003, Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan, Puslitbang PU Tahun 1996, SK SNI T-04-1990-F;

Standar teknis penyediaan prasarana drainase, SNI 06-2409-2002 dan SNI 03-24532002.

Standar teknis bidang sarana air minum: AB-K/RE-RT/TC/026/98 dan ABK/OP/ST/004/98, SNI.03-3981-1992

Standar teknis bidang pengelolaan Air Limbah, SNI 03-2398-2002, SNI 03-2399-1991, SNI. 03-3982-1992, PTT-19-2000-C dan PTS -09-2000-C

Standar teknis bidang Pengelolaan sampah kawasan, SNI 19-3964-1994 dan SNI 033242-1994 dan SNI 19-3983-1995 sesuai PTS 06-2000-C dan PTS 07-2000-C

Standar teknis bidang RTH, 009/T/BT/1995 Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan Puslitbang PU Tahun 1995 Permen PU No.11/MRTP/M/2013 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan

Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum. Permen PU No.14/PRT/M/2013 tentang perubahan Permen PU No.

7/PRT/M/2011 tentang Standard dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi untuk penyusunan RKS/Spesifikasi Teknis.

Page 33: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

23

Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :

(1) Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif

terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya

yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;

(2) Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana

Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh

Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk

mengembangkan kawasan lindung; dan

(3) Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan

suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak

negatifnya.

Setiap proposal kegiatan infrastruktur akan diperiksa dengan prosedur/kriteria pemeriksaan

lingkungan Pemerintah untuk memastikan tidak ada kegiatan yang membutuhkan

pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi,

sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi

untuk menentukan kegiatan tersebut layak atau tidak, sesuai kriteria pemeriksaan berikut :

(1) Usulan kegiatan yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL

(Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi

kegiatan hanya akan didanai bilamana telah disetujui hasil study UKL/UPLnya sesuai

kriteria yang ditetapkan Menteri PU dan Menneg LH. Diharapkan tidak ada proposal

yang masuk kategori ini.

(2) Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard

operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan

lingkungan. Diharapkan sebagian proposal akan masuk kategori ini.

Pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan yang tidak

memerlukan study UKL/UPL, akan dilakukan melalui :

(1) Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria desain/standar teknis

pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis seperti Departemen

Pekerjaan Umum; dan

(2) Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan kegiatan skala kecil/sederhana melalui

prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS untuk setiap kegiatan infrastruktur

yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan dan Daftar

Periksa Kegiatan Terlarang.

(a). Daftar Periksa Kegiatan Terlarang (Negatif List) : Formulir ini telah menyediakan

identifikasi semua masalah/kegiatan yang dilarang untuk dibiayai melalui dana

bantuan (APBN) Program. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan

kegiatannya terhadap butir-butir kegiatan yang dilarang, apakah ada yang sama atau

termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang sebagaimana telah tercantum

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 34: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

24 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

dalam formulir tersebut. Caranya dengan mengisi ceklist pada kolom yang

disediakan.

Apabila terdapat kegiatan yang dilarang maka usulan kegiatan ditolak atau tidak

dapat didanai.

(b). Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan : Formulir ini merupakan daftar

identifikasi awal berupa, Potensi sumber dampak, usulan alternatif tindakan

penanganannya dan rencana pemantauannya. Pengerjaannya dengan melakukan

pemeriksaan desain/usulan kegiatan dengan mengidentifikasi potensi sumber

dampak lalu membuat jenis tindakan pengamanan/mitigasinya yang sesuai. Hasil

identifikasi potensi dan tindakan pengamanan selanjutnya dituangkan dalam

formulir tersebut.

Untuk memudahkan kegiatan ini maka telah disedikan referensi Daftar Periksa

Dampak Lingkungan sebagai panduan. Sesuai dengan jenis infrastruktur yang akan

dibangun, pemeriksaan potensi sumber dampak lingkungan mengacu pada potensi

sumber dampak lingkungan seperti butir-butir potensi yang telah dicantumkan

dalam Daftar (tersedia pada kolom potensi sumber dampak). Apabila Ada, maka pilih

tindakan penanganannya/mitigasi yang sesuai (tersedia pada kolom alternatif

penanganan dampak).

Bersama dengan Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang telah dibuat,

Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial ini juga harus diverifikasi

kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis dari

SKPD/Dinas PU setempat.

Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada penjelasan Petunjuk

Pelaksanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial program KOTAKU dalam bentuk

SPPL/SOP.

e) Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi

Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi

yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu

sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan

tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode Pelaksanaan dan Urutan

pelaksanaannya.

(1) Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi

Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan

infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan infrastruktur, minimal

gambar denah dan potongan dari infrastruktur yang akan dibangun tersebut, termasuk

spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan

apa saja yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.

Page 35: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

25

Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis pekerjaan,

satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti komposisi campurannya,

dimensi, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti

dalam pelaksanaannya.

Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh untuk

Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :

No Item Pekerjaan Satuan

1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan M2

2. Penimbunan Badan Jalan M3

3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu) M3

4. Galian Tanah Parit M3

5. Pekerjaan Beton M2

6. Pekerjaan Ps. Batu Kali M3

Catatan :

(a). Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar dalam

penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan lingkup aktivitas

didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan

kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian Tanah, Pekerjaan

Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi pekerjaan, memasang

patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan kerja, melaksanakan

penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada gambar, membuang tanah bekas

galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh tersebut maka dalam daftar Hasil

Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan tersendiri untuk

pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan pada

pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak akan terjadi tumpang tindih pembiayaan).

(b). Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat dalam KOTAKU, banyak

dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam daftar

kuantitas pekerjaan pada hal kondisi lapangan diperlukan, oleh karena itu pada tahap

identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara

lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan

pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotong-

royong.

(c). Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor

proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan pelaksanaan

pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan kantor/direksi

keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara

khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan

sumberdaya dimasyarakat setempat).

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 36: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

26 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(2) Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan

Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan yang

harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang diperlukan

adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana (untuk mengetahui

dimensi/ukuran pekerjaan).

Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :

(a). Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata lain

bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda mempunyai cara

perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya:

Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan meterpersegi

(m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang harus disiapkan;

Berbeda dengan

Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m3) =

panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.

(b). Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang direncanakan

(sesuai ukuran pada gambar).

Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta dapat

dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :

(a). Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui ukuran-

ukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);

(b). Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka

sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan pada

daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan perhitungan dapat

dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut:

Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada perhitungan biaya

dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus cukup teliti,

sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.

No Uraian Pekerjaan Satuan Sketsa dan Perhitungan Volume

1.

Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu)

M3

Vol. = P x L x T = 200 x 2,5 x 0,2 = 100

100

Dst.

L= 2,5m

T= 20cm

P (panjang)= 200m

Tabel I.5.b : Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan

Page 37: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

27

(3) Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan.

Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung volumenya (langkah

2 diatas), buuatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel yang

menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan

kegiatan (proyek). Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat dibuat seperti tabel /

formulir berikut.

Cara Pengerjaan Formulir :

No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan;

Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan

Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan

Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan

(4) Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan

Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara bagaimana

setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan teknologi apa yang

akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan menggunakan tenaga

kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi dari keduanya. Hasil

kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap jenis pekerjaan yang akan

dilaksanakan.

Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang ketersediaan

tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi lokasi pekerjaan,

seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan cara manual atau

mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya dari dan kelokasi

pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan berat/besar. Selain itu juga

harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume pekerjaan yang harus dibuat dengan

metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang tersedia sehingga pemilihan metode kerja

ini betul-betul dapat mendorong upaya pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat

diselesaikan dalam waktu yang tersedia.

Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana masyarakat

memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan, karena didalam

penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang dibutuhkan untuk

melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau peralatan. Sehingga hal ini

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 38: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

28 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

diharapkan akan membantu masyarakat dalam menghitung volume kebutuhan tiap

pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena dengan telah dipilihnya metode kerja tiap

pekerjaan maka tentunya akan memudahkan dalam menentukan jenis analisa harga satuan

setiap pekerjaan (sebagai referensi ”koefisien” perhitungan volume kebutuhan tiap

pekerjaan). Misalnya bila harus menggunakan peralatan berat (seperti mesin gilas) maka

harus mengacu pada analisa untuk pekerjaan Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila

menggunakan tenaga kerja maka cukup dengan analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan

untuk pekerjaan bangunan seperti SNI atau BOW.

Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program ini maka diprioritaskan

pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat sesuai

kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian kualitas pekerjaan yang

baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari untuk pekerjaan-pekerjaan

tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko yang meskipun dapat dilakukan secara

manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin kualitas yang baik maka pekerjaan tersebut

harus menggunakan peralatan atau tenaga terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan

perkerasan jalan, pengelasan gelagar besi jembatan, dll.

(5) Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi

Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan secara

sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur. Urutan atau

susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat berdasarkan

urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah selain pada urutan

logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja yang dipergunakan

(khususnya bila ada penggunaan peralatan berat). Sebagai alat bantu sederhana untuk

mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan

dapat dibuat pertanyaan :

Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ?

Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?

Berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak terurut (salah) dan terurut

(benar) pada Pembuatan Saluran Drainase berikut :

Kegiatan Tidak Terurut Kegiatan Terurut 1) Pembersihan Lapangan 1) Pembersihan Lapangan

2) Pemasangan Bouwplank 2) Pemasangan Bouwplank

3) Urugan Pasir dasar saluran 3) Galian Tanah

4) Galian Tanah 4) Urugan Pasir dasar saluran

5) Urugan kembali bekas galian 5) Pasangan Batu Kali

6) Pasangan Batu Kali 6) Urugan kembali bekas galian

7) Meratakan dan pemadatan urugan 7) Meratakan dan pemadatan urugan

8) Plesteran dan acian 8) Plesteran dan acian

Page 39: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

29

Contoh: Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan Pasangan

Batu Kali dilaksanakan setelah selesai “Kegiatan Memasang Pasir Urug didasar saluran” dan

selanjutnya diikuti oleh “Kegiatan Urugan/Timbunan kembali tanah bekas galian”, dst.

f) Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang menggambarkan

rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam

pembangunan suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya memberikan

gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan pelaksanaan dari semua jenis kegiatan

yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur.

Rencana jadwal pelaksanaan ini perlu dibuat, karena :

(1) Waktu pemanfaatan atau pencairan dana telah ditetapkan batas waktunya;

(2) Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan digunakan

dalam pelaksanaan pembangunan prasarana seperti dana, tenaga kerja, bahan-bahan,

peralatan;

(3) Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan prasarana

dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya bangunan/prasarana

yang akan dibuat;

(4) Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan pembangunan prasarana yang diajukan

dalam proposal pelaksanaan kegiatan;

Adapun Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berisi :

(1) Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;

(2) Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;

(3) Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi);

(4) Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis

kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan prosen

(%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu kegiatan maka

makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa berupa nilai biaya

atau waktunya;

Bentuk Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat digunakan bentuk jadwal yang sangat sederhana

dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart). Prinsipnya kegiatan yang

akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala waktu.

Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :

(1) Tentukan/Identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;

(2) Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut.

(3) Tentukan Volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya);

(4) Tentukan/perkirakan ”lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa disebut juga durasi)”.

Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst;

(5) Tentukan Bobot masing-masing jenis kegiatan

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 40: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

30 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(6) Gambarkan ”waktu pelaksanaan” dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk bagan balok

pada skala waktu.

g) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (Rab)

(1) Perhitungan Reancana Anggaran Biaya

RAB yang disusun pada saat perencanaan teknis ini pada dasarnya merupakan perkiraan

berdasarkan perhitungan teknik (Engineering Estimate/EE) yang akan menjadi acuan bagi

BKM untuk mengalokasikan sumber dana yang diperoleh dan sebagai pedoman pada

saat pelaksanaan verifikasi usulan biaya pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh

KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur.

Hasil penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada tahap ini adalah:

(a). Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk

menyelesaikan proyek/sub-proyek;

(b). Untuk mengetahui jumlah kuantitas/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat

yang diperlukan;

Secara umum komponen biaya yang diperhitungkan dalam RAB disini adalah kompenen

Tenaga Kerja, Bahan, Alat dan Administrasi yang diperlukan termasuk komponen pajak

(PPN) dan tidak boleh ada biaya overhead/Keuntungan. Komponen PPN ditanggung

pemerintah atau tidak dipungut.

Untuk menyusun RAB maka harus diketahui data/informasi hasil identifikasi keseluruhan

jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan dan Volume/Kuantitasnya, Metode/Cara

Pelaksanaan pekerjaaan, besarnya harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan

dipergunakan. Metode kerja disini lebih kepada apakah pekerjaan dilakukan secara padat

karya (menggunakan tenaga manusia) atau dengan menggunakan peralatan (mesin).

Tabel I.6.f : Contoh Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Page 41: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

31

Kemudian sesuai metodekerja yang dipilih dilakukan perhitungan Analisa Harga satuan

pekerjaan untuk setiap item pekerjaan.

Metode perhitungan biaya pekerjaan dilakukan dengan cara: Menghitung/menganalisa

Harga Satuan setiap jenis pekerjaan kemudian dikalikan dengan Volume pekerjaannya.

Dasar perhitungan RAB pekerjaan, secara sederhana dapat digunakan rumus berikut:

Selanjutnya jumlah biaya keseluruhan pekerjaan diperoleh dengan cara menjumlahkan

keseluruhan biaya setiap item pekerjaan yang tercakup dalam lingkup proyek/sub proyek.

Acuan penyusunan RAB adalah Permen PU No.11/MRTP/M/2013 tentang Pedoman

Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum.

Catatan:

(a). Perbedaannya dengan RAB pelaksanaan yang dibuat oleh KSM/Panitia terletak pada

kontribusi swadaya masyarakat dimana pada RAB yang dibuat oleh UPL/TIPP pada

tahap ini belum mengintegrasikan atau mengalokasikan kontribusi swadaya

masyarakat. Kontribusi swadaya masyarakat nantinya baru diperhitungkan pada

proposal pelaksanaan KSM/Panitia sesuai dengan kesepakatannya.

(b). Komponen kegiatan administrasi untuk menyelesaikan seluruh kegiatan proyek/sub

proyek, disini hanya mencakup kegiatan administrasi minimal yang harus

dibuat/dilakukan oleh KSM/Panitia selama pelaksanaan konstruksi, yaitu mencakup

komponen :

(1) Pembuatan Papan Nama Proyek;

(2) Pembuatan administrasi Harian Mingguan, Backupdata opname pekerjaan

KSM/Panitia, As-built drawing (gambar jadi pekerjaan);

(3) Pembuatan Laporan Kegiatan KSM/Panitia (Kemajuan Dwi-Mingguan, Bulanan

dan Pertanggungjawaban/Akhir);

(4) Photo copy (seperti dokumen proposal, laporan, administrasi, dll);

(5) Pengadaan ATK yang diperlukan;

(6) Dokumentasi/photo-photo kegiatan (0%, 50%, 100%);

(7) Materai secukupnya;

(8) Pengujian Kualitas yang dipersyartkan dalam pekerjaan, seperti Beton, Air

Minum, dll. Khusus Air Minum (1 sampel/contoh benda uji), hanya untuk

infrastruktur Air Minum yang sumber airnya bukan berasal dari air hujan, PDAM

atau perusahaan air minum lainnya.

(c). Besarnya volume kebutuhan untuk tiap komponen administrasi tersebut pada

dasarnya dihitung sesuai kebutuhan lapangan. Dalam hal volume setiap komponen

tidak dapat diperkirakan dengan pasti maka dapat digunakan volume 1 (satu)

dengan satuan ”Lumpsum” (Ls), kecuali untuk pengujian kualitas air minum, yaitu 1

RAB = VOLUME HARGA SATUAN x

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 42: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

32 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(satu) sampel/contoh benda uji. Sedangkan besarnya harga satuan setiap komponen

disesuaikan dengan hasil survey setempat;

(d). Biaya administrasi kegiatan KSM/Panitia, sangat didorong untuk dipenuhi dari dana

swadaya masyarakat. Namun demikian dimungkinkan dapat menggunakan sumber

dana program. Stimulan dana administrasi kegiatan bagi setiap KSM/Panitia dengan

batasan, sebagai berikut :

Pagu maksimum Rp. 500.000 untuk total Nilai Pekerjaan sampai dengan Rp.

100 Juta;

Pagu maksimum Rp. 750.000 untuk total Nilai Pekerjaan diatas Rp. 100 Juta;

Pagu tersebut tidak termasuk harga satuan untuk Pengujian Kualitas,

(Pengujian Kualitas diperhitungkan sesuai harga setempat).

(2) Perhitungan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat Pekerjaan/Proyek

Sebagai dasar perhitungan Volume Kebutuhan Bahan, Tenaga kerja dan peralatan yang

akan digunakan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pembangunan infrastruktur

adalah Kuantitas/Volume tiap item Pekerjaan dan Analisa Harga satuan Pekerjaan yang

digunakan. Adapun prosesnya dapat dilakukan sebagai berikut:

(a). Perhitungan kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan. Cara

pelaksanaannya adalah :

Berdasarkan data Analisa Harga satuan Pekerjaan yang digunakan, maka setiap

item pekerjaan perlu diidentifikasi semua jenis/macam dari :

Tenaga Kerja yang diperlukan, misalnya Mandor/ketua kelompok, Tukang,

Pekerja;

Material/bahan yang dibutuhkan, misalnya pasir, semen, besi, dll;

Peralatan Kerja yang dibutuhkan, misalnya beton molen, mesin gilas, dll.

Untuk alat seperti cangkul, linggis, ember dapat dikelompokan menjadi satu

set alat dan biasa disebut alat bantu;

Kemudian dari Analisa Harga satuan Pekerjaan harus diketahui besarnya

kebutuhan dasar untuk menyelesaikan satu satuan pengukuran pekerjaan

tersebut atau biasa disebut koefisien dari setiap jenis/macam Tenaga Kerja,

Material/bahan, Peralatan Kerja.

Berdasarkan Data Analisa Harga Satuan dan Volume setiap item pekerjaan yang

ada, lakukan perhitungan kebutuhan setiap macam komponen Tenaga Kerja,

setiap macam Bahan dan setiap macam peralatan yang digunakan untuk semua

jenis/item kegiatan selesai.

Prinsip dasar perhitungan Volume kebutuhan ini adalah : koefisien tiap jenis kebutuhan

dikali volume tiap jenis pekerjaan. Dengan demikian maka kebutuhan untuk masing-

masing jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan, Alat, dapat dihitung dengan rumus umum

berikut :

Page 43: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

33

(b). Buat Rekapitulasi Kebutuhan total untuk setiap macam dari komponen Tenaga kerja,

bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek.

Prinsip perhitungannya adalah Jumlah total masing-masing kebutuhan tiap

jenis/macam dari Tenaga Kerja, Bahan dan Alat yang dibutuhkan pada tiap jenis

pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh jenis pekerjaan yang ada. Untuk memudahkan

proses perhitungan maka dapat dibuat tabel bantu seperti berikut :

Cara Pengerjaan Formulir :

No : Diisi Nomor urut pekerjaan;

Uraian Pekerjaan : Diisi nama tiap jenis pekerjaan;

Kolom Volume Kebutuhan Tenaga Kerja (Mandor/Ka. Tukang, Tukang,Pekerja)

diisi nilai volume/jumlah masing-masing sesuai jenis pekerjaannya;

Kolom Volume Kebutuhan Bahan dan Volume Kebutuhan Alat, prinsip

pengisiannya sama dengan Volume Kebutuhan Tenaga Kerja

Baris Total pada setiap kolom kebutuhan : Diisi hasil penjumlahan Volume

Kebutuhan dari kegiatan pertama (baris teratas) sampai kegiatan terakhir (baris

terbawah);

Hasil perhitungan kebutuhan tersebut akan menjadi acuan dalam verifikasi

kelayakan usulan biaya kegiatan KSM/Panitia.

Volume TK = Koefisien TK x Volume Pekerjaan

Volume Bahan = Koefisien Bahan x Volume Pekerjaan

Volume Alat = Koefisien Alat x Volume Pekerjaan

Vol. Kebutuhan T. Kerja

Man

do

r

Ka.

Tu

kan

g

Tu

kan

g

Pekerj

a

Sem

en

Pasir

Keri

kil

Bt.

Kali

Bt

Bata

Dst…

.

Beto

n

Mo

len

Mesin

Gil

as

Ala

t

Ban

tu

Dst…

.

(HOK) (HOK) (HOK) (HOK) (Zak) (M3) (M3) (M3) (Buah) (…..) (Jam) (Jam) (Set) (….)

1

2

dst

Total

Vol. Kebutuhan AlatVolume Kebutuhan Bahan

No Uraian Pekerjaan

Tabel I.7.b : Perhitungan Rekapitulasi Kebutuhan Bahan, Alat/Tenaga Kerja

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 44: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

34 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

h) Penyusunan Dokumen Contoh Bentuk Proposal Pelaksanaan Kegiatan Ksm/Panitia

Contoh Bentuk Proposal disini merupakan dokumen yang berisi contoh blanko/formulir

proposal pelaksanaan kegiatan yang akan diisi/dibuat oleh KSM/Panitia untuk menjadi

pelaksana kegiatan infrastruktur.

UPL/TIPP menyusun Contoh Bentuk Proposal dan menjadi acuan yang akan diikuti oleh

KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan.

Contoh bentuk proposal tersebut agar dibuat sesederhana mungkin sehingga

KSM/Panitia mudah memahami dan membuat. Selain itu juga harus disusun sedemikian

rupa sehingga memberikan kerangka penyusunan/pelaksanaan yang sistematis. Adapun

cakupan substansi muatan proposal pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia, sekurang-

kurangnya mencakup :

(1) Uraian Singkat Usulan Kegiatan,

(2) Daftar Calon Tenaga Kerja yang telah disurvey;

(3) Hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat;

(4) Hasil Kesepakatan Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah disurvey;

(5) Daftar Kuantitas Pekerjaan sesuai yang telah disusun dalam perencanaan teknis;

(6) Perhitungan RAB Pelaksanaan, mengacu pada Daftar Kebutuhan Tenaga

Kerja/Bahan/Alat sesuai RAB Pelaksanaan yang telah disusun dalam perencanaan

teknis;

(7) Jadwal Pelaksanaan;

(8) Rencana Pengadaan;

(9) Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksana Lapangan.

Pada dokumen ini juga dicantumkan tatacara pengisian dan tatacara verifikasi

kelayakannya.

Sebagai referensi untuk penyusunan Contoh bentuk proposal ini dapat mengacu pada

contoh outline proposal kegiatan sebagaimana terlampir.

i) Verifikasi Kelayakan Dokumen Perencanaan Teknis

Setelah dokumen perencanaan teknis selesai maka dilakukan verifikasi/pemeriksaan

kelayakannya. Verifikasi ini dilakukan sekurang-kurangnya untuk:

(1) Menjamin hasil perencanaan teknis kegiatan infrastruktur telah memenuhi

persyaratan standar teknis/kriteria desain yang ditetapkan oleh PU dan memberikan

jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga untuk

meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 8 indikator kumuh, rencana

teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin

keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak

menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta

mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).

Page 45: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

35

(2) Memastikan bahwa biaya pekerjaan optimum dan tidak kekurangan atau kelebihan;

(3) Memastikan bahwa rancangan kegiatan infrastruktur dapat dibangun oleh

masyarakat dan jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dalam kurun 1

tahun anggaran;

Pendekatan pelaksanaannya adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat

berasal dari UPL/TIPP, Tim Teknis Pemda (bila ada) dan Konsultan Pendamping (bidang

Teknik). Kegiatan ini agar dapat dikoordinasikan dengan PPK sehingga proses verifikasi ini

diharapkan dapat sekaligus melibatkan Tim PPK sebagai bagian dari proses pemeriksaan

hasil pekerjaan sebelum dilakukan serah terima hasil kepada PPK.

j) Produk Hasil Perencanaan Teknis

Hasil kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan oleh UPL/TIPP, sekurang-kurangnya

berupa produk :

(1) Dokumen Penyediaan Lahan lokasi kegiatan infrastruktur, termasuk perijinan terkait

pelaksanaan pembangunan yang diperlukan (bila ada);

(2) Dokumen Desain/Gambar (Detail Engineering Desain), Spesifikasi Teknik dan

Panduan Teknis Operasi dan Pemeliharaan Prasarana;

(3) Dokumen Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards);

(4) Daftar Kuantitas Pekerjaan;

(5) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;

(6) RAB Pekerjaan dan Daftar Kebutuhan Tenaga kerja, Bahan dan Alat yang diperlukan

berikut Kesepakatan Harga Satuan (Upag/Bahn/Alat) Hasil Survey sekurang-kurang

dari 3 toko/pemasok setempat;

(7) Dokumen Contoh Bentuk Proposal bagi KSM/Panitia, termasuk contoh bentuk Surat

Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia;

k) Pemaketan Pekerjaan

Pemaketan pekerjaan disini merupakan penentuan/pengelompokan pekerjaan-pekerjaan

yang akan dilaksanakan melalui KSM/Panitia Pelaksana Pembangunan. Ketentuan

Pemaketan pekerjaan yang perlu diikuti :

(1) Tetap mengutamakan prinsip efisiensi, kesatuan sistem infrastruktur, kualitas dan

kemampuan teknis kelompok masyarakat;

(2) Memaksimalkan penggunaan material dan tenaga kerja lokal yang berkualitas dan

perluasan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat;

(3) Dilarang menggabungkan/menyatukan beberapa pekerjaan yang menurut sifat

pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh kelompok masyarakat

menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa selain

masyarakat;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 46: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

36 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(4) Setiap Paket Pekerjaan harus dapat diselesaikan sesuai target waktu yang telah

ditetapkan.

(5) Pemaketan pekerjaan ini harus disepakati bersama oleh warga.

Hasil dari pemaketan pekerjaan adalah ditetapkan paket-paket pekerjaan untuk setiap

KSM/Panitai mencakup nama kegiatan, lokasi, besarnya Volume dan Biaya.

l) Pembentukan/Pengembangan Ksm/Panitia

Setelah ditetapkan paket-paket pekerjaan kemudian dilakukan

pembentukn/pengembangan KSM/Panitia selaku pelaksana kegiatan fisik/konstruksi.

Untuk pelaksanaan kegiatan yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat dapat

mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Dan

untuk kegiatan yang berskala publik, maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih

Panitia selaku pelaksana kegiatan.

KSM/Panitia ini dapat merupakan kelompok swadaya yang sudah tumbuh sejak lama atau

baru dibentuk atau dikembangkan/revitalisasi karena adanya kesamaan kepentingan dan

kebutuhan dalam kelompok tersebut. Dan bukanlah organisasi yang dibentuk karena

mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan kegiatan/proyek KOTAKU.

Proses pembentukan/pengembangan KSM/Panitia dilakukan melalui serangkaian rembug

KSM/Panitia dengan difasilitasi oleh UPL/TIPP. Hal-hal yang perlu ditetapkan adalah

Nama KSM/Panitia, Alamat Sekretariat, Nama Ketua, Susunan Pengurus (Nama dan

Jabatan) dan anggota-anggotanya serta aturan main yang akan digunakan bersama.

m) Serah Terima Dokumen Produk Perencanaan

Setelah seluruh produk perencanaan teknis selesai maka BKM melakukan serah terima

hasil pekerjaan kepada PPK Satker Provinsi selaku pemberi pekerjaan. Dokumen yang

diserahterimakan mencakup dokumen RTPLP dan hasil Perencanaan Teknis (DED). Khusus

dokumen hasil perencanaan teknis dapat dijilid permasing-masing paket pekerjaan yang

telah disepakati dan dibuat masing-masing beberapa rangkap sesuai kesepakatan dalam

SPK BKM dengan PPK.

H. TAHAP PELAKSANAAN FISIK

Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk dan

memahami tugas dan tanggungjawabnya, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan.

Sasaran Pembangunan Infrastruktur adalah mewujudkan infrastruktur yang diinginkan sesuai

dengan ketentuan, kriteria/standar teknis bangunan (mutu yang dipersyaratkan) dalam kurun

waktu tertentu dan biaya yang telah ditetapkan (direncanakan) serta dapat bermanfaat secara

berkelanjutan. Secara rinci sasaran ini meliputi :

Page 47: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

37

1. Terwujudnya bangunan yang memenuhi atau sesuai dengan ketentuan/peraturan yang

berlaku, standar/persyaratan teknis bangunan yang sudah ditetapkan, yaitu menjamin

keselamatan (keamanan/kenyamanan dan kesehatan masyarakat yang menggunakannya)

dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sosial masyarakat dan pelestarian

lingkungan (Tepat Mutu);

2. Terwujudnya bangunan dalam kurun waktu yang sesuai dengan jadwal yang

ditentukan/direncanakan (Tepat Waktu);

3. Terwujudnya bangunan sesuai dengan biaya yang telah ditentukan/direncanakan (Tepat

Biaya) dan

4. Terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan pembangunan (Tertib Administrasi

dan Keuangan proyek).

Kegiatan tahapan pelaksanaan fisik ini pada garis besarnya dibagi atas 2 tahapan yaitu (a). tahap

persiapan pelaksanaan konstruksi dan (b). tahap pelaksanaan konstruksi itu sendiri.

Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan seperti pada gambar gambar 2.

Diagram alir Pelaksanaan Fisik. Dan secara rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan

sebagai berikut:

a) Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi

(1) Penandatanganan SPK BKM dengan PPK

BKM melakukan penandatanganan Surat Perjanjian Kerja (SPK) dengan PPK Satker PIP

Kabupaten/Kota selaku penanggungjawab pelaksana kegiatan pembangunan

infrastruktur skala lingkungan.

(2) Penyiapan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)

Hampir semua sarana prasarana yang selesai dibangun ternyata mengalami kerusakan

karena tidak terpelihara. Hal ini kemungkinan disebabkan tidak tersedianya dana

rehabilitasi dari sektor/instansi terkait, tidak ada swadaya masyarakat untuk

pemeliharaan dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana

tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat dari adanya pembangunan

prasarana tersebut tidak optimal dan belum berkelanjutan. Atau walaupun dapat

dinikmati akan tetapi jangka waktu pemanfaatannya menjadi terbatas (kurang dari

umur yang direncanakan). Selain itu, kualitas prasarana yang dibangun menjadi kurang

terjamin dan harapan diperolehnya manfaat yang berkelanjutan tidak dapat tercapai.

Kesadaran akan kondisi tersebut, maka pembangunan melalui program KOTAKU dengan

entry poin pemberdaayan masyarakat, mengupayakan langkah antisipasi melalui

pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap perencanaan,

yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka hadapi,

mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis

pelaksanaan dan memutuskan sendiri prasarana yang akan dibangun. Selanjutnya pada

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 48: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

38 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

tahap pelaksanaan, masyarakat melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan

pembangunan prasarananya.

Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan prasarana (tahap

perencanaan)” dan “rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan

muncul “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara sarana dan prasarana

yang telah dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan

dan lestari.

Selain itu, waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pengelola ini dilakukan sejak

awal persiapan pelaksanaan kegiatan. Jadi tidak dibentuk setelah pekerjaan fisik selesai.

Pendekatan ini diharapkan dapat memunculkan “kesadaran dan rasa tanggungjawab”

bagi masyarakat untuk memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangunnya

sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari. Selain itu

juga diharapkan agar Tim Pengelola yang dipilih sejak awal dapat terlibat langsung

dalam pelaksanaan pembangunan fisik/konstruksi sehingga setelah pekerjaan selesai

masyarakat/tim pengelola sudah siap melaksanakan pemeliharaan.

Penyiapan KPP sebagai organisasi Pengelola Pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana

disini mencakup kegiatan (1). pembentukan Organisasi Pengelola termasuk penentuan

orang-orang yang akan bertanggungjawab pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan

Rencana Kerja Pemanfaatan dan pemeliharaan.

Untuk melaksanakan pemeliharaan perlu ditanamkan kesadaran kepada masyarakat

bahwa pemeliharaan prasarana dan sarana harus dilakukan oleh semua warga

pemakai, baik dari segi pembiayaan maupun pelaksanaan pemeliharaan.

Page 49: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

39

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 50: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

40 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Bentuk Organisasi KPP dapat disesuaikan dengan kebutuhan prasarana, kemampuan

warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender). Meski

demikian, sebagai referensi dari beberapa bentuk yang pernah diterapkan, setidaknya

terdapat pendekatan 2 bentuk yang umum dilakukan, yaitu : satu pengelola untuk

semua jenis prasarana dalam satu wilayah permukiman atau satu pengelola untuk

setiap jenis prasarana.

Bentuk Pengelolaan mana yang dipilih, apakah pengelola perjenis prasarana atau satu

pengelola untuk lebih dari satu jenis prasarana, hendaknya mempertimbangkan

kemampuan SDM pengelola dan potensi sumber pembiayaan pemeliharaannya.

Kemampuan SDM dimaksud adalah dapat berupa kemampuan manajemen pengelolaan

dan ketersediaan orang yang sesuai dengan kebutuhan didalam Organisasi. Sedangkan

kemungkinan untuk memperoleh sumber pembiayaan O dan P adalah berkenaan

dengan potensi dari setiap prasarana untuk dapat menghasilkan/memperoleh dana dari

warga pemafaat guna membiayai sendiri pemeliharaannya.

Proses pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan melalui Rembug Warga yang sebelumnya

telah dilakukan sosialisasi awal dan identifikasi kelembagaan masyarakat yang telah

ada. Penanggungjawab kegiatan adalah BKM (UPL/TIPP) bersama dengan pemerintah

Desa/Kelurahan.

Secara lebih detail penjelasan pelaksanaan dari tahapan kegiatan (1). pembentukan

Organisasi Pengelola termasuk penentuan orang-orang yang akan bertanggungjawab

pada setiap unit kerja, dan (2). Penyusunan Rencana Kerja Pemanfaatan dan

pemeliharaan ini dapat dilihat pada Buku POS Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana

dan Prasarana KOTAKU.

(3) Coaching/Penguatan KSM/Panitia

KSM/Panitia yang akan menjadi Pelaksana Kegiatan Pembangunan Infrastruktur

selanjutnya di coaching oleh UPL/TIPP dengan difasilitasi oleh Konsultan Pendamping

dan Tim Teknis Pemda.

Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan

KSM/Panitia dalam menyusun proposal pelaksanaan kegiatan yang akan menjadi

tanggungjawabnya.

Pada forum ini juga dilakukan dialog penjelasan terhadap data-data paket pekerjan

yang akan dilaksanakan oleh KSM/Panitia;

(4) Penyusunan Proposal Pelaksanaan Kegiatan KSM/PANITIA

Setelah KSM/Panitia memperoleh coaching/penjelasan tentang substansi dan cara

penyusunan proposal kegiatan maka selanjutnya dapat menyusun proposal

pelaksanaan kegiatannya sesuai dokumen contoh bentuk proposal yang disiapkan BKM.

Sebagai acuan dalam penyusunan Proposal ini adalah dokumen DED hasil kegiatan

perencanaan teknis yang telah disusun oleh BKM sebelumnya. Beberapa dari dokumen

Page 51: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

41

tersebut disediakan copy satu set oleh BKM untuk diberikan kepada KSM/Panitia yang

akan melaksanakan pekerjaan tersebut, yaitu :

(a). Dokumen Desain/Gambar-gambar perencanaan teknis dan Spesifikasi Teknis;

(b).Dokumen Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)

(c). Daftar Kuantitas Pekerjaan dan perhitungannya;

(d).Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;

(e). Hasil Kesepakatan Harga Satuan (Upah/Bahan/Alat) sebagai acuan/referensi;

(f). Kebutuhan Tenaga Kerja, Bahan, Alat untuk keseluruhan pekerjaan tersebut dan

Referensi Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang digunakan sebagai acuan/referensi;

(g). Contoh Bentuk Surat Perjanjian Kerjasama antara BKM dengan KSM/Panitia

(h).Contoh Bentuk Proposal KSM/Panitia

Sangat penting bagi KSM/Panitia untuk mempelajari dan memahami dokumen-

dokumen tersebut karena merupakan acuan yang akan diikuti. Meskipun demikian

KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan agar hasil perencanaan teknis pekerjaan

tersebut dapat dilaksanakan dilapangan, terutama beberapa produk berikut:

KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan gambar teknis terutama untuk dicocokan

dengan situasi lapangan dilokasi pekerjaan, apakah sesuai atau ada perbedaan,

termasuk apakah telah mempertimbangkan kesesuaiannya dengan kondisi sosial-

budaya warga penggunanya.

Spesifikasi teknis, khususnya spesifikasi bahan/Alat, apakah jenis bahan/alat yang

dipersyaratkan mudah diperoleh/didatangkan kelokasi pekerjaan. Terbuka peluang

bagi KSM/Panitia untuk menawarkan alternatif teknologi/bahan konstruksi yang

kualitasnya setara namun lebih murah/mudah didapatkan/didatangkan kelokasi

pekerjaan.

Daftar Kegiatan terlarang pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang

harus dihindari oleh KSM/Panitia karena ketentuan-ketentuan tersebut memiliki

dampak negatif atas lingkungan dan sosial masyarakat. Sedangkan hasil Study

Dampak Lingkungan (bila ada) atau Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan pada

dasarnya mencakup upaya-upaya yang diperlukan/akan dilakukan untuk

mengantisipasi potensi/sumber dampak Lingkungan (dan Sosial) yang dapat terjadi

akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan dan dioperasikannya bangunan tersebut.

Butir-butir ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam Daftar Kegiatan Terlarang

dan Hasil Uji Identifikasi Dampak tersebut harus benar-benar dipahami dan menjadi

patokan untuk dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan oleh KSM/Panitia.

Terutama upaya-upaya penanganan dampak/mitigasi yang telah ditetapkan,

KSM/Panitia harus mengeceknya dengan teliti, bilamana terdapat kegiatan

penanganan yang sifatnya bangunan fisik (seperti gorong-gorong, drainase, penahan

longsor, dll) apakah telah diperhitungkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, karena

pelaksanaan hal ini juga akan memerlukan pembiayaan.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 52: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

42 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

KSM/Panitia perlu melakukan pengecekan Lingkup pekerjaan dan perhitungan

kuantitas pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan, apakah

telah sesuai dengan kondisi lapangan dan gambar teknis yang ada atau ada

perbedaan.

Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan yang telah ditetapkan mungkin masih bersifat

garis besar kegiatan saja dan belum rinci. Dari Jadwal Induk ini, KSM/Panitia

menyusun jadwal pelaksanaan kegiatannya yang lebih rinci berdasarkan

ketersediaan sumber daya yang dimilki, dan dapat dicapai dilapangan.

Contoh Bentuk Proposal merupakan acuan dokumen proposal pelaksanaan kegiatan

yang disusun oleh KSM/Panitia. KSM/Panitia tinggal mengisi atau membuat seperti

formulir tersebut. Oleh karena menjadi acuan, maka KSM/Panitia harus benar-benar

memahami substansinya dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan

untuk menyusun dokumen proposal pelaksanaan kegiatannya.

Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat berikut Data Hasil Kesepakatan Harga

Satuan Upah/Bahan/Alat dan Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan yang

dipergunakan. Data tersebut sifatnya merupakan referensi bagi KSM/Panitia untuk

menyusun RAB pelaksanaan pekerjaannya.

Bila ada perbedaan hasil pengecekan KSM/Panitia dengan hasil perencanaan teknis

maka hal ini harus dikonsultasikan kepada BKM/UPL karena akan berpengaruh pada

kuantitas/kualitas pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang

akan dilaksanakan.

Setelah Proposal KSM/Panitia selesai disusun selanjutnya disampaikan kepada BKM

untuk dilakukan verifikasi kelayakannya.

(5) Verifikasi Kelayakan Proposal KSM/Panitia

Setelah proposal pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh KSM/Panitia kepada BKM

maka selanjutnya dilakukan verifikasi. Verifikasi ini merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk memeriksa dan menilai kebenaran/kelayakan dari dokumen proposal

pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat oleh KSM/Panitia. Pendekatan pelaksanaannya

adalah dilakukan secara Tim dengan anggotanya dapat berasal dari UPL, TIPP, Tim

Teknis Pemda (bila diperlukan) dan Konsultan Pendamping.

Tatacara verifikasi mengacu pada tatacara yang telah ditetapkan dalam Dokumen

Contoh Proposal yang telah disusun pada tahap perencanaan teknis sebelumnya.

(6) Penandatangan Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)

SPPD-L merupakan bentuk kesepakatan perjanjian kerjasama antara BKM dengan

KSM/Panitia dalam rangka pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sesuai

ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan.

Page 53: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

43

Bentuk SPPD-L ini mengacu pada “Contoh Bentuk SPPD-L” yang ditetapkan oleh UPL/

TIPP sesuai hasil kegiatan perencanaan teknis.

Dokumen-dokumen Desain/Gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis pengamanan

dampak lingkungan dan sosial dan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (yang telah terisi

KSM/Panitia) merupakan lampiran yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama

Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L).

Dengan adanya perjanjian beserta lampirannya tersebut maka semua pihak baik

BKM/UPL maupun KSM/Panitia harus mentaatinya.

(7) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK)

MP2K/RPPK merupakan Rapat/Forum musyawarah warga dalam rangka Persiapan

Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM). Jadi Rapat ini

diselenggarakan sesegera mungkin setelah ditandatanganinya SPPD-L dan sebelum

dimulainya kegiatan pembangunan prasarana/fisik. Penyelenggara kegiatan MP2K ini

adalah UPL/TIPP dan dihadiri oleh seluruh pihak KSM/Panitia yang akan melaksanakan

kegiatan pembangunan infrastruktur diwilayahnya.

Forum ini ditujukan untuk membahas dan mengetahui sejauh mana persiapan-

persiapan yang telah dilakukan KSM/Panitia serta untuk memberikan penjelasan-

penjelasan dan penyepakatan hal-hal yang menyangkut teknis maupun administrasi

dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana. Jadi pada forum ini juga pihak

KSM/Panitia dapat melakukan konsultasi terkait hal-hal yang belum dipahami baik

teknis maupun administrasi kegiatan.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah :

Adanya Rencana dan Jadwal Pengadaan Bahan/Alat bagi KSM/Panitia yang siap

dilaksanakan;

Adanya Calon Tenaga Kerja yang siap dimobilisasi;

Adanya struktur oraganisasi berikut Tim Pelaksana Lapangan KSM/Panitia yang siap

melaksanakan tugas-tugas/tanggungjawabnya;

Adanya kesepakatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;

Meningkatnya pemahaman KSM/Panitia untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan

secara tepat waktu, tepat kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak

bertentangan dengan ketentuan Program;

(8) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia

Bimbingan/coaching bagi KSM/Panitia diberikan oleh UPL dan Tim Fasilitator tentang

teknik-teknik pelaksanaan konstruksi prasarana dan administrasi pencatatan atau

pelaporan kegiatan pembangunan prasarana yang akan dilakukan KSM/Panitia selama

pelaksanaan konstruksi.

Kegiatan ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan

kegiatan konstruksi guna meningkatkan pemahaman dan keterampilan KSM/Panitia

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 54: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

44 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

sehingga tidak menemui kesulitan dalam melaksanakan kegiatan konstruksi secara

benar, sesuai persyarata teknis yang ditentukan.

Proses pembelajaran KSM/Panitia ini diharapkan akan berlanjut pada kegiatan “Praktek

Kerja dilapangan/On the Job Trainning (OJT)” pada pelaksanaan kegiatan konstruksi

dilapangan.

(9) Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Kegiatan

Sebelum kegiatan fisik dimulai, KSM/Panitia harus membuat dan memasang papan

nama kegiatan/proyek pada tempat strategis dilokasi kegiatan. Papan nama ini

dimaksudkan untuk memberikan informasi dan transparansi kegiatan serta wajib

terpasang selama kegiatan pembangunan prasarana berlangsung.

Informasi yang perlu tercantum dalam Papan Nama Proyek ini sekurang-kurangnya

mencakup : Wilayah administratif kegiatan (kelurahan, kecamatan dan kabupaten);

Nama BKM kelurahan sasaran; Jenis/Nama Kegiatan; Volume Kegiatan; Biaya Kegiatan

(APBN, Swadaya dan Total); Waktu pelaksanaan; Lokasi kegiatan; Nama KSM/Panitia

Pelaksana Pekerjaan.

b) Tahap Pelaksanaan Konstruksi

(1) Pencairan Dana

Pencairan dana kegiatan infrastruktur dari BKM kepada KSM/Panitia dilakukan melalui

rekening KSM/Panitia secara tiga tahap/termin, yaitu :

(a). Pencairan tahap/termin pertama

Setelah ditandatanganinya SPPD-L, KSM/Panitia dapat mengajukan pembayaran uang

muka kepada BKM sebagai pembayaran tahap pertama sebesar 60% dari nilai SPPD-L.

Persyaratan untuk penarikan uang muka, yaitu :

SPPD-L

Rekening Buku Tabungan KSM/Panitia (untuk kegiatan yang nilai BLM lebih besar

Rp. 30 juta)

Berita Acara Penarikan Tahap Pertama;

Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap Pertama

(b). Pencairan Tahap/termin Kedua

KSM/PANITIA dapat mengajukan pembayaran tahap kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-

L setelah pekerjaan fisik mencapai kemajuan fisik sekurang-kurangnya sebesar 50 %

dan pemanfaatan dana tahap pertama sekurang-kurangnya telah dimanfaatkan 90%.

Persyaratan untuk pengajuan tahap kedua adalah :

Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;

Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Pertama;

Berita Acara Pembayaran Termin Kedua;

Page 55: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

45

Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Kedua.

(c). Pencairan tahap/termin ketiga

Angsuran tahap ketiga sebesar 10 % dari SPPD-L diajukan setelah prestasi fisik

pekerjaan mencapai minimal 85 % dan pemanfaatan dana tahap kedua sekurang-

kurangnya telah dimanfaatkan 90%.

Persyaratan untuk pengajuan tahap ketiga, yaitu :

Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan;

Laporan Penggunaan Dana (LPD) Termin Kedua;

Berita Acara Pembayaran Termin Ketiga;

Rencana Penggunaan Dana (RPD) Termin Ketiga.

Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Seluruh Kegiatan Fisik.

(2) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat

KSM/Panitia segera melakukan mobilisasi tenaga kerja/bahan/alat ke lokasi pekerjaan

sesuai jadwal yang telah disepakati dalam MP2K.

Berkaitan dengan mobilisasi ini, proyek telah menetapkan tatacara pengadaan

barang/jasa yang harus diikuti. Tatacara pengadaan ini lebih jauh diuraikan secara rinci

pada buku Tatacara Pengadaan Barang/Jasa Pelaksana Pekerjaan.

(3) Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan (bila ada)

Musyawarah Pengadaan Barang/Jasa adalah forum musyawarah pengadaan

terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran, untuk menetapkan siapa pihak ketiga

yang akan menjadi mitra kerja KSM/Panitia dalam rangka Pengadaan Barang/Jasa yang

dibutuhkan. Jadi Forum ini hanya dilakukan pada setiap ada kegiatan Pengadaan

terbatas/pemilihan langsung dengan penawaran.

Penyelenggaraan Forum Musyawarah Pengadaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan

adanya transparanasi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan, khususnya dalam

pemanfaatan dana pada kegiatan pengadaan bahan/alat, bagi KSM/Panitia pelaksana

kegiatan.

Mekanisme pelaksanaan forum ini pada dasarnya merupakan mekanisme pelaksanaan

secara sekaligus dari rangkaian acara : Pemasukan, Pembukaan, Evaluasi Penawaran

dan Penetapan Pemenang pada proses pengadaan terbatas/ pemilihan langsung

dengan penawaran. Sedangkan peserta yang diundang adalah calon pemasok/toko dan

anggota KSM/PANITIA terkait, wakil BKM, wakil UPL/TIPP, Kepala Desa/Lurah, Tomas

setempat dan Tim Konsultan.

(4) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan

OJT/Trial, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil

meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 56: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

46 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

betul dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi persyaratan teknis, karena contoh

akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti oleh masyarakat.

Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM/Panitia, difasilitasi/dibimbing oleh

fasilitator teknik dan anggota TIPP/Tim Teknis Pemda yang memahami bidang Teknik

konstruksi atau pihak ketiga mitra masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan

konstruksi tersebut. Fokus utamanya lebih kepada memberikan keterampilan bagi

tenaga kerja bagaimana cara pengerjaan yang benar/ketelitian dari suatu pekerjaan,

misalnya bagaimana cara melaksanakan membuat campuran beton, bagaimana cara

pengangkutan atau pemasangannya, bagaimana cara pemadatan, bagaimana cara

penyambungan besi/beton, dll.

Pendekatan pelaksanaannya adalah :

(a). Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan dilapangan. Artinya

OJT ini mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan dilapangan sehingga tidak

memerlukan biaya khusus untuk pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang

diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan tenaga kerja atau bahan yang

sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut.

(b).Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan

pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT tadi, dapat

langsung diikuti oleh masyarakat untuk menyelesaikan seluruh volume pekerjaan

tersebut. Setelah OJT ini, hasil pekerjaan harus dinilai kembali apakah sudah

benar/memenuhi persyaratan teknis atau belum. Jika belum maka OJT ini harus

diulangi hingga benar-benar menghasilkan pekerjaan yang memenuhi standar

teknis yang dipersyaratkan.

(c). Dilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT ini tidak perlu

dilakukan untuk semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada pekerjaan

tertentu yang dianggap paling menentukan kualitas dan atau kurang dipahami oleh

pelaksana lapangan/tenaga kerja.

On the Job Training harus dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan

konstruksi yang kurang dipahami oleh masyarakat/tenaga kerja selama pelaksanaan

kegiatan konstruksi.

Sistem trial terdiri dari tiga langkah :

Contoh dibuat bersama konsultan pendamping/Dinas terkait. Orang yang ikut

membuat contoh adalah mandor, Ketua Regu Kerja, Kader Teknis/UPL, Pelaksana

Lapangan Panitia dan beberapa masyarakat yang lain. Konsultan ikut bekerja dan

memberi instruksi kepada mereka.

Atau Percobaan oleh masyarakat dibawah pimpinan orang yang memberikan contoh

diatas. Setelah trial selesai (misalnya panjang jalan 10-20 meter), kualitas dinilai oleh

Page 57: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

47

Konsultan pendamping. Jika kualitas masih kurang baik maka harus dilatih lagi dan

diperiksa lagi.

Jika kualitas telah baik, pelaksanaan diteruskan.

Perlu ada contoh dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi dilapangan. Misalnya

trial jalan ditempat yang sudah mempunyai tanah dasar yang kokoh, trial jalan didaerah

sawah yang dibuat contoh tersendir. Trial tidak diperlukan untuk bagian yang sangat

kecil yang dapat diawasi secara langsung oleh konsultan.

Trial juga diterapkan tidak hanya pada pekerjaan jalan, misalnya ada pekerjaan MCK

maka MCK yang dibangun pertama dianggap sebagai trial.

Untuk Jenis pekerjaan yang lain, trial dapat dilakukan pada pekerjaan kunci (paling

menentukan kualitas), misalnya pekerjaan beton/beton bertulang dimana dilakukan

praktek pemasangan tulangan, bekesting, pencampuran beton, pengangkutan dan

pemadatan beton dilapangan, dll.

(5) Pelaksanaan Fisik/Konstruksi

Pelaksanaan Konstruksi adalah serangkaian pelaksanaan pekerjaan pembangunan/fisik

untuk mewujudkan bangunan yang direncanakan. Termasuk juga kegiatan-kegiatan

penanganan Dampak Lingkungan/mitigasi yang bersifat konstruksi yang telah

direncanakan.

Sasaran/keluaran kegiatan yang ingin dicapai:

(a). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/ bangunan sesuai volume dan kualitas yang

dipersyaratkan/ telah direncanakan;

(b).Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai waktu pelaksanaan yang

dipersyaratkan/ telah direncanakan;

(c). Terwujudnya hasil pekerjaan konstruksi/bangunan sesuai biaya pelaksanaan yang

dipersyaratkan/ telah direncanakan;

Ukuran dan Standar Keluaran kegiatan:

(a). Jumlah dari jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan jenis-

jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;

(b).Volume dari setiap jenis pekerjaan konstruksi yang dihasilkan sesuai dengan volume

setiap jenis pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang direncanakan;

(c). Jumlah waktu penyelesaiaan pekerjaan/proyek sesuai jadwal pelaksanaan yang telah

direncanakan;

(d).Jumlah Biaya/dana yang termanfaatkan pada keseluruhan pelaksanaan pekerjaan,

minimal sesuai biaya pelaksanaan yang telah direncanakan;

(e). Bahan-bahan bangunan yang dipergunakan memenuhi persyaratan bahan dari

setiap pekerjaan yang telah direncanakan;

(f). Cara pelaksanaan setiap pekerjaan dilapangan memenuhi persyaratan cara kerja

yang telah direncanakan;

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 58: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

48 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(g). Penggunaan tenaga kerja/peralatan berat dalam pelaksanaan pekerjaan yang

memenuhi persyaratan kualitas pekerjaan;

(h).Progres pekerjaan telah mencapai 100% (selesai) sesuai jadwal pelaksanaan yang

telah direncanakan;

Langkah-langkah pelaksanaan :

Berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan konstruksi yang telah disusun pada tahap

perencanaan teknis sebelumnya (Proposal Pelaksanaan) yang telah menetapkan :

Lingkup Kegiatan Konstruksi (jenis-jenis pekerjaan, dan batasan-batasannya seperti

volume, persyaratan teknisnya), Urut-urutan pelaksanaannya, Rencana Biaya pekerjaan

dan Jadwal Pelaksanaannya, kemudian telah pula ditetapkan struktur organisasi

pelaksana, orang-orang yang akan bertanggungjawab didalam organisasi telah dipilih

dan dilatih/dibimbing sehingga memahami tugas dan tanggunjawabnya masing-masing,

maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan konstruksi dari

bangunan yang ingin diwujudkan (Gambar).

Kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan

secara sistematis/berurutan sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan pekerjaan

konstruksi dari bangunan tersebut sebagaimana telah ditetapkan.

Dari urut-urutan pekerjaan dan jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan, maka

setelah mendatangkan tenaga kerja/bahan/alat (sesuai dengan kualitas yang

dipersyaratkan) dilokasi pekerjaan, selanjutnya dapat dilakukan pelaksanaan teknis dari

setiap jenis pekerjaan konstruksi, yang garis besarnya meliputi :

Menyiapkan lokasi pekerjaan (penyiapan lapangan), seperti pembersihan,

penentuan elevasi/patok ukur, bouwplak, dll;

Melaksanakan tindakan pengamanan, keselamatan tenaga kerja dan masyarakat

disekitar lokasi pekerjaan;

Melaksanakan semua aktivitas-aktivitas dari lingkup pekerjaan sesuai kualitas yang

dipersyaratkan (spesifikasi/persyaratan teknisnya) sampai keseluruhan volume

pekerjaan yang direncanakan terpenuhi. Persyaratan kualitas dari setiap jenis

pekerjaan konstruksi mengacu pada Gambar-gambar teknis, spesifikasi teknis atau

petunjuk-petunjuk teknis pembangunan sarana dan prasarana.

Pelaksanaan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari setiap pekerjaan tersebut dilakukan

sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Pelaksanaan pada hakekatnya adalah kegiatan menggerakkan, memotivasi dan

mengkoordinasikan orang-orang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat (Mampu

dan Mau) melakukan tugas menurut aturan, efisiensi, produktif serta terkendali

sehingga tujuan (terwujudnya bangunan sesuai standar mutunya) dapat dicapai sebaik-

baiknya. Dalam hal ini maka peranan manajemen yang dilakukan adalah

Memimpin/Mendampingi mereka dalam melaksanakan Apa Yang diInginkan

Page 59: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

49

(Tugas/kegiatan yang mereka lakukan). Yang pada dasarnya melaksanakan fungsi/tugas-

tugas:

Mengkomunikasikan, sampaikanlah kebutuhan informasi penting yang diperlukan

terkait dengan tugas-tugas atau informasi organisasi yang ingin dilakukan/dicapai

berkaitan dengan pekerjaan, agar mereka bekerja lebih efektif dan dengan kepuasan

kerja yang tinggi, jadikan ada saling percaya dan pengertian atas

tugas/tanggungjawab diantara kita dan mereka, kemaslah informasi dalam bahasa

yang mudah dimengerti mereka, dengarkan keluhan mereka;

Mempengaruhi/Menggerakkan/Memotivasi (Mendorong, Mengajak, Melibatkan,

Mendukung) agar mereka terus mau belajar melaksanakan tugas-tugasnya sehingga

meningkatkan kemampuaannya;

Koordinasikan kegiatan-kegiatan mereka agar berjalan secara terpadu (integrasi) dan

selaras (sinkronisasi) sehingga terbangun kerjasama tim menjadi satu tim organisasi

yang tangguh dan kompak;

Membantu, Mengerjakan bersama secara langsung sehingga pekerjaan dapat

diselesaikan sesuai persyaratannya sekaligus terjadi transfer pengetahuan, keahlian,

dan sikap kepada setiap individu dalam meningkatkan kemampuannya;

(6) Supervisi kegiatan Konstruksi

Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk

menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan.

Dengan demikian maka Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup

kegiatan/tindakan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai standar

konstruksi/rencana yang telah ditetapkan, kemudian mengadakan

pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar pengukuran kegiatan tersebut dan

membandingkan antara hasil pelaksanaan yang dicapai dengan standar/rencananya

untuk mengetahui apakah ada penyimpangan (evaluasi).

Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau

spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas, dimensi/ukuran, kualitas,

cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya seperti biaya

atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan disini

dapat merupakan hasil yang sesuai atau lebih baik (hal ini merupakan suatu prestasi)

dan penyimpangan yang negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah

ditetapkan (merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan).

Sasaran pengawasan pekerjaan konstruksi adalah untuk melihat apakah terjadi

penyimpangan negatif dari standar teknis atau rencana yang telah ditetapkan, seperti

apakah kualitas bahan yang dipergunakan kurang, apakah volume atau ukuran/dimensi

pekerjaan kurang atau apakah cara pengerjaan salah, atau apakah waktu pelaksanaan

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala.Lingkungan

Page 60: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

50 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

pekerjaan terlambat, dll, yang bisa berakibat pada kualitas dan kuantitas bangunan yang

hendak dibangun tidak terpenuhi sesuai standar teknis/rencana awalnya.

Sedangkan tujuannya adalah agar dilakukan tindakan perbaikan atau penyelesaiaan

(pengendalian) bilamana ditemukan adanya kesalahan atau kukurangan dari pekerjaan

yang sedang dilaksanakan sehingga tujuan untuk mewujudkan bangunan/infrastruktur

yang berkualitas baik (kuat) dan dapat berfungsi/dimanfaatkan lebih lama dapat

tercapai dengan baik.

Pengawasan secara teratur merupakan cara yang diperlukan untuk menghindari hasil

yang tidak dapat diterima yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti bentuk/ukuran

konstruksi yang dibuat dilapangan tidak sesuai dengan desain/gambar kerja,

ketrampilan kerja yang kurang, perubahan bahan (bermutu jelek), peralatan yang tidak

sesuai atau tidak memadai, kuantitas yang kurang dan kondisi lain yang

merugikan/menghambat kelancaran pekerjaan di lapangan.

Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap

semua aspek kegiatan, namun demikian dalam proses pengawasan ini dapat difokuskan

pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan berikut :

(a). Volume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu disupervisi

antara lain, adalah :

Jenis dan volume tiap pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi yang

tercantum dalam daftar kuantitas dan gambar rencana, apakah sesuai dengan

kondisi pada saat supervisi;

Kondisi lokasi, apakah sesuai dengan perencanaan/gambar atau ada perubahan;

Apakah secara keseluruhan bangunan dapat berfungsi/bermanfaat;

Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak

lingkungan sudah dilaksanakan;

(b). Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :

Apakah sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang dipergunakan

pada sestiap jenis pekerjaan sesuai rencana;

Apakah kualitas hasil pekerjaan sudah sesuai/baik;

Apakah kelengkapan bangunan sudah cukup atau kurang untuk keamanan dan

atau kenyamanan pemakai;

Apakah metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar;

Apakah telah dilakukan koordinasi pelaksanaan dengan pihak/instansi/dinas

terkait setempat, seperti :

Sumur dalam/Bor harus koordinasi dengan dinas pertambangan atau

perindustrian dan geologi setempat,

Prasarana Pendidikan harus berkoordinasi dengan dinas Pendidikan

setempat;

Prasarana kesehatan harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat;

Page 61: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

51

Prasarana persampahan dengan dinas kebersihan kota/terkait.

Khusus air bersih yang sumber airnya bukan dari Air PDAM/Sejenis, Air Hujan,

apakah telah dilakukan pengujian kualitas Air bersih;

(c). Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :

Apakah Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadual yang

telah direncanakan.

Apabila terjadi keterlambatan dan/atau percepatan waktu pelaksanaan

pekerjaan maka harus diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut

terhadap jadual kerja sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat

diselesaikan tepat waktu sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam SPPD-L

atau perubahannya (bila ada)

Apabila diperkirakan seluruh pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai jadual,

maka konsultan memberikan justifikasi/pertimbangan teknis kepada UPL/BKM

untuk : memperpanjang jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan

pekerjaan/pemutusan kontrak (bila perlu).

(d).Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah:

Apakah tidak terjadi pembelanjaan atau penggunaan dana yang berlebihan

pada suatu kegiatan sehingga dapat mengakibatkan pekerjaan tidak dapat

diselesaikan secara keseluruhan;

Apakah tidak terjadi penyelewengan dana;

Apakah proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis;

Apakah dilaksanakan pembukuan Keuangan dengan baik;

Apakah aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.

(e). Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :

Apakah semua administrasi yang diperlukan dibuat lengkap, benar dan sesuai

kondisi lapangan/yang sebenarnya;

Apakah semua administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik,

Tanggungjawab Supervisi ini dilakukan secara rutin selama proses pelaksanaan

kegiatan konstruksi oleh pihak UPL bersama Konsultan (pihak diluar KSM/Panitia)

dan tentunya juga oleh KSM/Tim Pelaksana Lapangan secara internal sebagai fungsi

yang melekat pada tugas/tanggungjawabnya. Termasuk hasil monitoring partisipatif

yang dilakukan oleh warga masyarakat sebagai masukan dalam proses pengawasan.

(7) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%

Pengamanan dampak lingkungan adalah pelaksanaan seluruh kegiatan penanganan

dampak lingkungan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Untuk jenis kegiatan

pengamanan yang bersifat/terkait teknis konstruksi pada dasarnya dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi (menjadi bagian dari pekerjaan konstruksi

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 62: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

52 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

bangunan, misalnya gorong-gorong) sedangkan kegiatan yang bersifat non teknis

seperti O dan P MCK dilakukan sejak awal tahap pelaksanaan konstruksi.

Pemantauan Dampak Lingkungan disini adalah merupakan pengawasan atas hasil

pelaksanaan rencana tindakan penanganan dampak/mitigasi. Apakah telah selesai

dikerjakan sesuai rencana atau belum selesai. Oleh karena itu kegiatan pemantauan ini

juga pada dasarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanaan

Supervisi/Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi.

Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Dampak ini dilakukan pada tahap pelaksanaan

Konstruksi/pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan instrumen

pemantauan berupa Ceklist/Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan yang telah

dibuat sebelumnya, yaitu :

(a). Kira-kira pada pertengahan proses konstruksi (kondisi kemajuan 50%), disaat

peluang untuk memperbaiki masih ada maka dilakukan pemantauan

kelapangan dimana daftar yang sama (checklist tadi) di cocokkan lagi, apakah

semua tindakan yang telah direncanakan telah dilakukan sesuai rencana atau

belum. Dan terakhir,

(b). Di akhir konstruksi (kondisi kemajuan selesai 100%), daftar yang sama (checklist

tadi) dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya guna memastikan

bahwa semua tindakan pengamanan yang telah direncanakan telah

dilaksanakan.

Keseluruhan kegiatan pemantauan diatas dilakukan baik oleh Pelaksana sendiri

maupun oleh Tim Konsultan dan UPL dilapangan.

(8) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan

Rapat evaluasi ini pada prinsipnya merupakan bagian dari proses

pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan untuk

periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan sewaktu-waktu (mendesak).

Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dapat dilakukan sendiri (internal)

KSM/Panitia atau dilaksanakan bagi semua KSM/Panitia oleh UPL sebagai upaya

koordinasi dan evaluasi untuk mengevaluasi sejauhmana kemajuan pelaksanaan

kegiatan telah dicapai, termasuk penyelesaiaan masalah yang muncul.

Rapat Evaluasi ini sangat penting dilakukan karena selain untuk membagi/memberikan

informasi hasil-hasil kegiatan yang telah dicapai juga untuk melaksanakan evaluasi

(menilai laporan atau hasil temuan dalam pengawasan) dan merumuskan tindakan-

tindakan yang perlu diambil apabila hasil pengawasan menunjukan adanya

penyimpangan yang berarti dari rencana semula atau terdapat permasalahan-

permasalahan yang mengganggu kelancaran kegiatan. Sehingga dengan adanya rapat-

rapat rutin ini maka diharapkan semua permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan

secara bersama-sama, terjadi koordinasi kerja yang baik antar semua unsur pelaksana

Page 63: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

53

yang pada gilirannya akan membawa kelancaran pelaksanaan kegiatan dilapangan

sesuai dengan yang diharapkan/direncanakan.

Sasaran evaluasi ini adalah untuk mendeteksi apakah hasil kerja sesuai dengan rencana

yang telah dibuat, dan untuk menggali masalah-masalah yang menjadi penghambat

dalam pelaksanaan kerja dan mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Sebagai ukuran

keluran kegiatan dapat dilihat dari adanya catatan/notulen hasil rapat dan daftar

peserta yang hadir.

Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain :

(a). Apakah Volume pekerjaan (kemajuan progres pelaksanaan) yang telah dicapai

sesuai dengan yang direncanakan?

(b). Apakah Kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan/direncanakan;

(c). Apakah Waktu pelaksanaan masih sesuai dengan rencana;

(d). Apakah Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini

sesuai atau apakah masih cukup/memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh

pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan? Coba bandingkan total Volume dari

hasil pengadaan Tenaga/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Volume yang masih

harus dibeli/dibayar lagi sampai proyek selesai;

(e). Apakah Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja sampai saat ini sesuai

dan cukup/masih memungkinkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai

dengan yang direncanakan? Coba Bandingkan total biaya dari hasil pembayaran

Upah/Bahan/Alat sampai saat ini dengan Biaya yang masih harus

dikeluarkan/dibayar lagi sampai proyek selesai (termasuk total dana yang Belum

dicairkan).

(f). Apakah Realisasi Swadaya Masyarakat sesuai rencana swadaya?

(g). Apakah Administrasi/laporan-laporan sudah dibuat dan diarsipkan?

(h). Apakah masalah-masalah yang timbul dilapangan, termasuk dampak

lingkungan/sosial sudah diselesaikan?, dll.

Hasil pembahasan setiap agenda/permasalahan hendaknya dapat

memberikan/menyepakati apa bentuk penyelesaian, siapa yang bertanggung jawab

untuk pelaksanaannya, bagaimana cara pelaksanaannya dilapangan dan kapan akan

dilakukan tindakan tersebut.

Hasil-hasil kesepakatan/pembahasan tersebut dicatat pada Notulen/Catatan Hasil Rapat

Mingguan dan diarsipkan dengan baik.

(9) Membuat Administrasi dan Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan

Administrasi adalah proses pencatatan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak

Pelaksana Pekerjaan. Pencatatan dilakukan pada formulir – formulir yang telah

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 64: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

54 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

disediakan dan tinggal mengisikan hal-hal yang terjadi, dilaksanakan, dan diperlukan

dalam formulir tersebut.

Pencatatan yang dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan adalah untuk mendokumentasikan

atau merekam seluruh kegiatan pelaksana dilapangan.

Pencatatan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan atau segera dilakukan

setelah suatu pekerjaan selesai. Jadi tidak perlu menunggu sampai beberapa lama

untuk mencatat suatu kejadian kegiatan, sebab kalau pencatatan ditunda-tunda, maka

kemungkinan besar akan terjadi kesalahan-kesalalahan yang timbul karena lupa.

Dengan pencatatan yang tertib dan kemudian menghimpun atau mengarsipkannya

maka akan dapat digambarkan kembali proses-proses yang telah dilalui dan dilakukan

oleh pihak pelaksana pekerjaan, sehingga apabila pada suatu saat dibutuhkan dapat

dibuka kembali.

Sasaran dilaksanakannya administrasi ini adalah untuk :

(a). Keterbukaan; dengan adanya pencatatan atas setiap kegiatan, dan hasil

pencatatan tersebut dapat diketahui oleh semua pihak, maka akan sangat kecil

sekali kemungkinan untuk menyembunyikan sesuatu, sebab semua kejadian sudah

tercatat dalam formulir administrasi.

(b). Menghindari pertentangan; konflik dalam suatu organisasi biasanya terjadi

karena adanya kesalahpahaman, sedangkan salah paham terjadi karena adanya

perbedaan informasi di antara pihak-pihak yang berselisih tersebut. Perbedaan

informasi tersebut dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan adanya

pencatatan/administrasi yang benar dan lengkap.

(c). Alat monitoring; dokumen administrasi Pelaksana adalah dokumen yang terbuka

dalam arti siapapun pihak yang terlibat dalam kegiatan yang sedang berjalan,

berhak untuk mengetahui setiap kejadian ataupun kesepakatan yang telah dibuat

bersama.

(d). Bahan penyusunan laporan; selama pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik,

Pelaksana harus menyusun beberapa laporan secara bertahap sesuai dengan

kesepakatan yang telah dibuat serta berdasarkan perkembangan pelaksanaan

pekerjaan. Apabila pencatatan administrasi Pelaksana dilakukan secara disiplin dan

tertib, maka hasilnya dapat digunakan sebagai bahan penyusunan laporan. Sebagai

data – data yang mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan di lapangan,

termasuk mutu pekerjaan.

Ukuran keluaran yang ingin dihasilkan :

Diketahuinya Personil dari Pelaksana Pekerjaan yang melaksanakan

pengandministrasian pelaksanaan kegiatan/keuangan.

Tempat Penyimpanan/pengarsipan administrasi yang dibuat, memudahkan bagi

setiap orang untuk memperoleh/mengetahuinya;

Page 65: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

55

Jumlah administrasi setiap kegiatan yang dibuat secara benar dan lengkap

sesuai bentuk-bentuk administrasi/formulir yang telah direncanakan;

Ketepatan waktu pembuatan administrasi kegiatan sesuai dengan waktu

pelaksanaan setiap kegiatan dilapangan;

Bentuk-bentuk formulir administrasi dan pelaporan untuk tahap

konstruksi/pembangunan sarana dan prasarana yang dibuat oleh KSM/Panitia,

sekurang-kurangnya mencakup :

1). Catatan Harian Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :

a. Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja, merupakan formulir harian (dibuat

setiap hari) untuk mencatat kehadiran Tenaga Kerja yang ikut

melaksanakan pekerjaan konstruksi (Mandor, Tukang, Pekerja)

dilapangan

b. Daftar Harian Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir untuk

mencatat penerimaan bahan/alat yang diperoleh melalui swadaya

masyarakat dan yang diperoleh dari pemasok/toko.

c. Nota Penerimaan Bahan/Alat;

2). Daftar Mingguan Pelaksanaan Kegiatan, terdiri dari formulir berikut :

Administrasi Mingguan ini dapat dibuat untuk periode pelaksanaan kegiatan

per minggu atau sesuai periode mingguan yang ditetapkan, yang mencakup :

a. Daftar Hadir Mingguan Tenaga Kerja dari Swadaya, merupakan Formulir

Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja dari Swadaya

(Mandor, Tukang, Pekerja) yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan

konstruksi. Sumber datanya adalah dari data-data Formulir Daftar Hadir

Harian TK Swadaya dan BLM yang telah dibuat sebelumnya.

b. Daftar Hadir Mingguan dan Pembayaran Upah Tenaga Kerja Dana Investasi,

merupakan Rekapitulasi Mingguan Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja

untuk pekerjaan konstruksi dan Perhitungan Pembayaran Upah yang

diperoleh/dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja. Sumber

datanya dari data-data Formulir Daftar Hadir Harian Tenaga Kerja yang

telah dibuat. Formulir ini juga sangat diperlukan untuk memastikan

besarnya pembayaran upah yang harus diterima oleh setiap tenaga kerja

dari dalam satu kurun waktu atau periode mingguan. Data ini selanjutnya

dipergunakan sebagai surat bukti untuk proses pembukuan Ongkos

tenaga kerja.

c. Daftar Mingguan Penerimaan Bahan/Alat, merupakan formulir

Rekapitulasi pencatatan Penerimaan Harian bahan/alat yang diberikan

melalui swadaya masyarakat dan yang dari pemasok/toko.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 66: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

56 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

d. Daftar Mingguan/Dwi-Mingguan Opname Pekerjaan, merupakan Formulir

pencatatan hasil pengukuran/perhitungan dari Volume tiap jenis kegiatan

yang dihasilkan selama periode satu minggu. Formulir ini dibuat oleh

Pelaksana pada setiap akhir minggu

3). Laporan Kegiatan yang mencakup :

a. Laporan Kemajuan Kegiatan

Laporan Kemajuan merupakan formulir laporan tentang kemajuan kegiatan

yang telah dicapai/dihasilkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk jangka waktu

tertentu dalam masa pelaksanaan pekerjaan (periode pelaporan sesuai

dengan yang telah ditetapkan).

Formulir ini pada dasarnya merupakan rekapitulasi dari formulir Daftar

Harian/Mingguan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian maka

sumber data utama untuk pengisian formulir ini adalah data-data dari

rekapitulasi daftar harian/mingguan sebelumnya.

b. Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Kegiatan

Laporan Akhir atau Pertanggungjawaban Kegiatan Pelaksana Pekerjaan

merupakan laporan yang dibuat KSM/Panitia setelah pekerjaan selesai

(setelah dibuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan/BAP2, termasuk telah

dilakukan perbaikan pekerjaan bila ada). Laporan ini sekaligus menjadi laporan

kemajuan terakhir pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya Laporan Akhir

KSM/Panitia ini disampaikan kepada BKM (UPL).

Tatacara pembuatan, berikut contoh formulir administrasi KSM/Panitia ini

sebagaimana terlampir

4). Dokumentasi (photo-photo) Kegiatan

Untuk dokumentasi (Photo-photo) pelaksanaan kegiatan, pada tahap ini

KSM/Panitia cukup membuat photo kondisi : 50%, 100%.

Photo kondisi 50%, yaitu potret kondisi atau keadaan pertengahan

pelaksanaan pekerjaan (kira-kira pada progres mencapai 50%) dan photo

kondisi 100% adalah potret kondisi keadaan akhir setelah pekerjaan selesai

100% pada lokasi dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang

diambil/potret minimal sama dengan titik lokasi pengambilan potret kondisi

nol (0%) sebelumnya. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah

pengambilan gambar kondisi 50% dan 100% ini harus sama dengan titik dan

arah pengambilan gambar kondisi awal (0%) sebelumnya.

Bersama dengan photo kondisi nol/awal kegiatan, dokumentasi 50%, 100% ini

menjadi bahan laporan akhir KSM/Panitia kepada BKM/LKM.

Page 67: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

57

(10) Pemeriksaan/Sertifikasi Pekerjaan

Sertifikasi atau pemeriksaan/penilaian kelayakan hasil kegiatan yang dimaksudkan disini

adalah pemeriksaan akhir hasil pekerjaan dilapangan.

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu upaya yang diperlukan untuk memenuhi

terwujudnya pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas memenuhi seluruh

persyaratan yang ditetapkan dalam Kontrak. baik maka pada tahap pelaksanaan

pembangunan fisik perlu dilakukan sertifikasi. Selain itu, pemeriksaan ini juga dilakukan

sebagai bagian dari proses serah terima hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK.

Sasaran/keluaran yang diharapkan dari sertifikasi adalah agar kualitas hasil pelaksanaan

pembangunan infrastruktur dapat tercapai sesuai dengan ketentuan/standar yang di

persyaratkan/direncanakan sehingga dapat diterima oleh pihak pemberi pekerjaan

(PPK).

Ukuran pencapaian keluaran:

(a). Terbentuknya Tim Sertifikasi Pekerjaan yang melibatkan unsur PPK, BKM, Tim

Teknis Pemda dan Konsultan (Askot Infra/Fasilitator Teknik)

(b). Kemajuan kegiatan sertifikasi telah mencapai 100% (selesai);

(c). Diketahuinya rekomendasi atas kelayakan (kualitas dan manfaat) dari kegiatan

infrastruktur yang telah dibangun sesuai hasil pemeriksaan lapangan;

(d). Dibuat/adanya Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2) sesuai Rekomendasi

hasil pemeriksaan dilapangan;

Sertifikasi infrastruktur, antara lain mencakup aspek :

(a). Capaian Kualitas Proses dan Pemanfaatan, dengan indikatornya, antaralain:

Kelengkapan komponen/bagian-bagian infrastruktur yang dibangun dapat

memberikan keamanan/keselamatan bagi pemanfaat?

Infrastruktur yang dibangun aman dan mudah diakses oleh pemanfaat?

Infrastruktur yang dibangun dapat menjamin kesehatan bagi pemanfaat?

Upaya penanganan dampak (lingkungan dan sosial) telah dilaksanakan dengan

baik/terpenuhi (tidak menimbulkan dampak signifikan atas lingkungan/sosial)?

Infrastruktur yang dibangun dapat berfungsi/dimanfaatkan oleh warga?

(b). Capaian kesesuaian volume dan kualitas pekerjaan, dengan indikatornya berupa

kesesuaian realisasi volume dan kualitas setiap jenis pekerjaan dengan volume

yang direncanakan dan spesifikasi teknisnya. Bila ditemukan ada cacat atau

kekurangan maka harus dicatat untuk diberikan solusinya.

(c). Capaian pemanfaatan dana, dengan indikatornya berupa kesesuaian realisasi

pemanfaatan swadaya masyarakat dan dana APBN dengan rencana pembiayaan

yang telah ditetapkan. Apakah telah sesuai rencana atau tidak.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 68: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

58 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Proses sertifikasi dilakukan langsung di lapangan oleh Tim Sertifikasi, dimana Tim

Sertifikasi ini dibentuk terlebih dahulu oleh pihak PPK bersama BKM/UPL.

Adapun mekanismenya secara diagram dapat dilihat pada gambar 1. yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Alir Mekanisme Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur

(a). Berdasarkan laporan kemajuan pekerjaan dari Pelaksana Kegiatan yang menunjukan

bahwa pekerjaan telah mencapai 100%, maka Pelaksana Kegiatan wajib mengajukan

surat permohonan untuk dilakukan Sertifikasi hasil pekerjaan kepada BKM/UPL.

Berdasarkan hal tersebut BKM mengajukan permohonan kepada PPK, ditembuskan

kepada Konsultan Pendamping;

(b). Tim Sertifikasi melakukan pemeriksaan dan penilaian atas semua aspek sertifikasi.

Hasil Penilaian masing-masing aspek sertifikasi disepakati bersama-sama oleh Tim

Sertifikasi;

(c). Setelah seluruh pemeriksaan aspek selesai, maka dilanjutkan dengan membuat

kesimpulan dan rekomendasi. Adapun alternatif bentuk kesimpulan dan

rekomendasi, yaitu :

Pekerjaan dinyatakan Layak/Selesai (berkualitas baik dan bermanfaat);

Apabila pekerjaan dinyatakan layak/selesai maka dilanjutkan dengan Serahterima

hasil pekerjaan dari BKM kepada PPK selaku pemberi pekerjaan dan dituangkan

dalam Berita Acara Serah Terima.

Pekerjaan dinyatakan Belum Selesai/Layak dengan Penyempurnaan;

Permintaan Sertifikasi ke PPK (Oleh BKM)

Hasil Pembangunan dan Administrasi

Selesai

Serahterima Pekerjaan

kepada PPK (BA Serah

terima) Layak

Layak dgn Penyempurnaan Belum Selesai/

Penyusunan B A P 2

Pemeriksaan Oleh

TIM SERTIFIKASI

LPJ BKM

Page 69: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

59

Apabila pekerjaan dinyatakan belum selesai maka tindaklanjutnya adalah Pelaksana

Kegiatan harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sebagaimana

catatan/rekomendasi pemeriksaan. Hasil pemeriksaan harus dituangkan dalam

Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2). Tim Sertifikasi juga menyepakati batas

waktu penyempurnaan yang akan dilakukan KSM/Panitia. Penyempurnaan ini harus

dievaluasi kembali oleh Tim Sertifikasi, dan setelah hasil perbaikan/penyempurnaan

dinyatakan diterima baru dapat dilanjutkan dengan Serahterima hasil pekerjaan

kepada PPK selaku pemberi pekerjaan.

Pekerjaan dinyatakan Tidak Layak

Apabila pekerjaan telah selesai dan disertifikasi, tetapi bangunan tidak dapat

dioperasikan/dimanfaatkan (tidak cukup hanya sekedar penyempurnaan), maka

dinyatakan Tidak Layak. Dalam hal demikian maka tindaklanjutnya perlu dilakukan

kesepakatan bersama masyarakat dan melibatkan pihak-pihak terkait, seperti BKM,

pemerintah kelurahan/desa dan Pemda untuk mencari solusi agar bangunan dapat

dioperasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.

(d). Seluruh hasil Sertifikasi ini diarsipkan oleh PPK, BKM/UPL dan Konsultan

Pendamping.

Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan (BAP2).

BAP2 dibuat bersama-sama antara Tim Sertifikasi dengan Pelaksana Pekerjaan

setelah melakukan pemeriksaan/Sertifikasi pekerjaan dilapangan. Jadi syarat BAP2

dibuat adalah apabila telah dilakukan pemeriksaan pekerjaan bersama-sama.

(11) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola O dan P (KPP)

Setelah serahterima hasil pekerjaan BKM kepada PPK selesai maka dilanjutkan dengan

serahterima hasil pekerjaan infrastruktur kepada KPP untuk mengelola kegiatan

pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur.

Proses penyerahan tersebut agar melibatkan pemerintah kab/kota pemerintah

Kelurahan/Desa setempat bersama BKM/LKM.

Dengan proses serah terima ini diharapkan dapat meningkatkan komitmen bagi warga

untuk melaksanakan pemeliharaan dan bagi pemerintah daerah untuk secara terus-

menerus memberikan dukungan dan pembinaan secara berkesinambungan sehingga

prasarana dapat bermanfaat secara terus-menerus bagi masyarakat;

I. TAHAP KEBERLANJUTAN

Tahap keberlanjutan pembangunan infrastruktur atau pasca konstruksi adalah merupakan

tahap pelaksanaan operasi/pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana yang telah

dibangun, termasuk pengembangan yang diperlukan.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 70: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

60 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Pemanfaatan/Operasi dan Pemeliharaan (O dan P) adalah serangkaian kegiatan terencana dan

sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar prasarana yang

telah dibangun tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana.

1. Kegiatan Operasional Dan Pemeliharaan

Dalam rangka pelestarian dan keberlanjutan hasil-hasil pembangunan infrastruktur yang

telah dilaksanakan maka perlu adanya pemanfaatan dan pemeliharaan yang optimal oleh

masyarakat.

Pembangunan melalui program KOTAKU dengan entry poin pemberdaayan masyarakat

mengupayakan pengembangan dan penguatan peranserta masyarakat mulai dari tahap

perencanaan, yaitu bahwa masyarakat yang paling mengetahui permasalahan yang mereka

hadapi, mengetahui kebutuhan mereka (solusi permasalahan), merencanakan teknis

pelaksanaan dan memutuskan sendiri infrastruktur yang akan dibangun. Selanjutnya pada

tahap pelaksanaan, masyarakat dan melaksanakan sendiri dan mengawasai kegiatan

pembangunannya.

Dari mekanisme peran serta tersebut, “rasa membutuhkan infrastruktur (tahap

perencanaan)” dan “rasa memiliki infrastruktur (tahap pelaksanaan)“ ini diharapkan muncul

“kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara infrastruktur yang telah

dibangunnya sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari.

Dengan pertimbangan bahwa Konsultan Pendamping tidak dapat secara terus menerus

memberingan pendampingan secara teknis selama tahap pemanfaatan dan pemeliharaan ini

maka pemerintah kab/kota selaku pembina masyarakat perlu secara intensif memfasilitasi

kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan.

Kegiatan pada tahap ini mencakup:

a) Pengorganisasian

Kegiatan pengeorganisasian ini mencakup:

(1) Pembentukan organisasi

Pembentukan organisasi pengelola pemanfaatan dan pemeliharaan dilakukan oleh KPP.

Kelompok ini dapat dibentuk dengan menggunakan organisasi kemasyarakatan yang

sudah ada atau dengan membentuk organisasi baru dilengkapi dengan susunan

kepengurusan.

(2) Penyusunan Program Kerja

Untuk melaksanakan kegiatan maka organisasi KPP perlu menyusun program kerja

pemanfaatan dan pemeliharaan. Program kerja ini meliputi Aturan organisasi dan

rencana kerja yang disepakati bersama oleh masyarakat.

Page 71: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

61

b) Operasional dan pemeliharaan

Kegiatan pemanfaatan dan Pemeliharaan ini pada dasarnya mengandung 2 (dua) unsur

kegiatan utama yaitu:

Pemanfaatan/pengoperasian yang berarti penggunaan prasarana harus sesuai dengan

fungsi utama prasarananya;

Pemeliharaan yang berarti kegiatan yang dilakukan baik rutin maupun berkala harus tetap

menjaga prasarana yang telah dibangun dapat berfungsi dengan baik.

Kedua hal tersebut saling terkait, dimana pengoperasian secara benar akan mencegah

terjadinya kerusakan dini dan agar fungsi/manfaat prasarana dapat berkelanjutan maka

pemanfaatan prasarana harus dibarengi dengan pemeliharaannya.

Uraian selengkapnya tentang Operasi dan Pemeliharaan dapat dilihat pada Buku POS

Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur.

c) Pengembangan Infrastruktur

Kegiatan pengembangan infrastruktur merupakan lanjutan dari kegiatan pemanfaatan dan

pemeliharaan. Dari hasil pemanfaatan dan pemeliharaan dapat dilakukan pengembangan

infrastruktur yang telah ada baik dari segi kualitas maupun kuantitatsnya guna memberikan

pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat.

2. Pemanfaatan Dana Dukungan Operasional Dan Pemeliharaan

Sesuai dengan kerangka implementasi KOTAKU maka pada tahap keberlanjutan ini

dialokasikan dana dukungan dari program sebagai stimulan kegiatan operasional dan

pemeliharaan infrastruktur. Dana tersebut akan dicairkan melalui LKM/BKM dan selanjutnya

dimanfaatkan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan melalui KPP.

Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan yang dapat didanai dari sumber dana program

adalah kegiatan penguatan kapasitas Pengelola KPP dan kegiatan pemeliharaan berkala

untuk mengembalikan fungsi pelayanan infrastruktur tetap optimal/sesuai rencana, seperti

perbaikan/penggantian komponen bangunan yang telah mengalami kerusakan.

Langkah-langkah kegiatan meliputi:

a) Penyusunan usulan kegiatan KPP (teknis dan biaya);

b) Penyampaian Proposal dan Verifikasi Kelayakan oleh BKM

c) Penyusunan Rencana Kerja LKM/BKM (teknis dan biaya)

d) SPK BKM dengan PPK;

e) Pencairan Dana;

f) Pelaksanaan Kegiatan;

g) Pengendalian pelaksanaan kegiatan;

h) Administrasi dan Pelaporan Kegiatan

Masing-masing langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 72: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

62 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(1) Penyusunan usulan kegiatan KPP

KPP difasilitasi oleh UPL, Tim fasilitator dan pemerintah Desa/Kelurahan menyusun proposal

usulan kegiatan yang perlu mendapat perbaikan/penggantian komponen yang mengalami

kerusakan. Proposal tersebut mencakup nama kegiatan, lokasi kegiatan, volume kegiatan,

Daftar Kuantitas Pekerjaan, Daftar Kebutuhan Tenaga Kerja/Bahan/Alat, RAB, Jadwal

Pelaksanaan, termasuk Gambar dan Spesifikasi (bila ada). Selain kegiatan yang berupa fisik,

KPP juga dapat mengajukan kegiatan penguatan kapsitas/pelatihan.

(2) Penyampaian Proposal dan Verifikasi Kelayakan oleh BKM

Proposal kegiatan O dan P yang disusun oleh KPP disampaikan kepada BKM untuk

diverifikasi kelayakannya. Kegiatan verfikasi ini dilakukan secara tim dengan anggotanya

meliputi UPL/TIPP, Tim Fasilitator, Tim Pokja Kab/Kota (bila diperlukan). Tatacara verifikasi

kelayakan proposal mengacu pada tatacara verifikasi kelayakan proposal KSM/Panitia

sebagaimana diuraikan pada bab 4.

(3) Penyusunan Rencana Kerja LKM/BKM (teknis dan biaya)

Seluruh proposal kegiatan fisik maupun penguatan kapasitas pengelolaan O dan P yang

disampaikan oleh KPP selanjutnya dikompilasi oleh UPL dibantu TIPP menjadi rencana kerja

BKM yang akan diajukan kepada PPK dalam rangka pemanfaatan dana kegiatan Opersional

dan Pemeliharaan.

(4) SPK BKM dengan PPK

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dana dukungan operasional dan

pemeliharaan yang dialokasikan oleh KOTAKU maka BKM melakukan Perjanjian Kerja Sama

(SPK) dengan PPK.

(5) Pencairan Dana

Setelah SPK dibuat, BKM dapat segera mengajukan pencairan dana kepada PPK. Tatacara

pencairan dana mengacu pada ketentuan pencairan dana sebagaimana ditetapkan pada

Petunjuk Teknis Bantuan Dana Investasi KOTAKU.

(6) Pelaksanaan Kegiatan

Untuk kegiatan berupa penguatan kapasitas maka BKM dapat membentuk Panitia Pelaksana

kegiatan sedangkan untuk kegiatan berupa kegiatan pemeliharaan fisik maka

pelaksanaannya diserahkan kepada KPP. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan sebagaimana

diusulkan dalam proposal kegiatan. Untuk kegiatan berupa pelaksanaan fisik maka cakupan

kegiatan sebagaimana pada tahapan pelaksanaan fisik yang diuraikan pada Bab.4

sebelumnya.

(7) Pengendalian Pelaksanaan

UPL bersama Tim Fasilitator melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan

kegiatan pemanfaatan dana yang dilakukan oleh Panitia Penguatan Kapasitas maupun KPP

selaku pelaksana kegiatan pemeliharaan fisik. Untuk kegiatan berupa pelaksanaan fisik maka

Page 73: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

63

cakupan kegiatan sebagaimana pada tahapan pelaksanaan fisik yang diuraikan pada Bab.4

sebelumnya.

(8) Administrasi dan Pelaporan

Selama pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dana dukungan keberlanjutan ini, BKM maupun

Panitia/KPP harus menyusun administrasi dan pelaporan kegiatannya. Jenis administrasi dan

pelaporan yang dipergunakan pada tahap ini mengacu pada jenis administrasi kegiatan

KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur sebagaimana diuraikan pada Bab 4

sebelumnya.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 74: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 75: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Kelurahan 65

LAMPIRAN

Page 76: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 77: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

67

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TAHUN ANGGARAN 2017

UJI IDENTIFIKASI DAMPAK

DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

JADWAL PELAKSANAAN

DAFTAR RENCANA PENGADAAN

TIM PELAKSANA

PERNYATAAN KESANGGUPAN

OPERASI & PEMELIHARAAN (O&P)

USULAN KEGIATAN

PERNYATAAN KONTRIBUSI LAHAN

DAFTAR CALON TENAGA KERJA

KESEPAKATAN SWADAYA

KESEPAKATAN HARGA

GAMBAR

PHOTO

LIST NEGATIF

CAKUPAN ISI :

F-4

F-3

TK-1

F-2

F-1

F-Gbr

F-Photo

RAB-1

F-9

F-8

F-7

F-6

RAB-2

F-5

RAB-4

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 78: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

68 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

DATA USULAN KEGIATAN

Kota/Kabupaten :

Kecamatan :

Kelurahan/Desa :

Nama BKM :

KSM/Panitia :

Nama KSM/Panitia Jumlah Anggota KSM/Panitia

(Org)

L P MBR Jumlah

Paket Kegiatan : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Lingkungan

Jenis Kegiatan :

Volume Kegiatan :

Alasan Pembangunan Prasarana

:

Lokasi Pekerjaan : Dusun/RT/RW : ……………................................

Kelurahan/Desa : ……………................................

Luas Kumuh (Ha) :

Total Luas Delineasi Kumuh

(Ha)*)

Luas Penanganan Kumuh (Ha)

2017**)

....................... Ha ....................... Ha

Penerima Manfaat :

Jumlah : ............ KK ........... Jiwa ........... MBR

........ Jiwa (L)

........ MBR (L) ......... Jiwa (P) ......... MBR (P)

Metode Konstruksi :

Gotong Royong

Semi Gotong Royong

Kerjasama Pihak Ketiga

FORM - 1

Page 79: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

69

Status Tanah/Lokasi Kegiatan

:

Keterangan : Tanda : *) Diisi Luas Total Kumuh Delineasi dalam satu Kelurahan Tanda : **) Diisi Luas pengurangan Kumuh akibat penanganan BDI 2017

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 80: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

70 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

PERNYATAAN HIBAH / IJIN PAKAI / IJIN DILALUI / GANTI RUGI*)

Yang bertanda tangan dibawah ini , Saya:

Nama : .................................................

No. KTP : ........................................................

Pekerjaan : ...................................................

Alamat : Jl. ...................................................... RT/RW/Dusun ....................................

Kel /Desa .......................................................................................... , Kab./Kota ...........................................

Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah, Nomor: .............................

Tanggal ...................................dari Notaris/PPAT/Instansi lain yang Sah. Dengan ini menyatakan

bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk : Hibah/Ijin Pakai/Dilewati selama..............tahun

Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan : ................................................., untuk dimanfaatkan bagi

kepentingan masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : ................................... di Lokasi

...........................oleh KSM :....................................................

Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

........................................................201..... Mengetahui :

Bentuk Kontribusi

Volume & Satuan

Asset

Alamat

Asset Sketsa Peta Lokasi

1. Tanah/Lahan Cantumkan :

1. Batas dan status kepemilikan kanan,

kiri, depan dan belakang tanah warga

2. Bagian atau seluruh lahan milik warga disertai

ukuran luas

3. Jalan sekitar lahan untuk identifikasi lokasi

4. Batas bagian tanah yang akan diberikan

2. Tanaman Produktif

3. Asset lainnya (sebutkan)

Syarat/Bentuk Kontribusi Yang disepakat dengan Pemilik :

Yang Menerima Lurah/Ka Desa

Yang Memberikan (Pemilik Lahan)

Meterai Rp.6000

(................................) (................................)

No Nama Jabatan Tandatangan

1 BKM/LKM

2 Ketua KSM

3 Ketua RT/RW

FORM - 2

Page 81: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

71

BERITA ACARA

HASIL KESEPAKATAN SWADAYA MASYARAKAT

Pada hari ini...................., .tanggal..........., bulan....................., tahun ...... bertempat di ...................................., Kelurahan/Desa .............................. , telah dilaksanakan Rembug Kesepakatan Swadaya Masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan :...................................... .............................................................................., oleh KSM : .................................................. Atas nama warga masyarakat penerima manfaat kegiatan, disepakati bahwa jika usulan kegiatan KSM tersebut, disetujui oleh Badan Keswadayaan Masyarakat, kami sepakat dan sanggup untuk memberikan kontribusi swadaya sebagai berikut:

No Jenis Swadaya Volume Sat. No Jenis Swadaya Volume Sat.

1 Tenaga Kerja 3 Peralatan

a. Mandor HOK

a. Truk/Mobil Pengangkut

b. Kepala Tukang HOK b. Mesin Gilas

c. Tukang HOK 4 Administrasi

d. Pekerja HOK 5 Dana/Uang Tunai Rp.

Juml. Laki-laki (L) Org 6 Tanah/ Tanaman :

Juml. Perempuan (P) Org a. Tanah : M2

2 Bahan Tanaman Btg

a. Batu Kali M3 b. Produktif

b. Semen Zak c. Asset Lainnya

c. Kerikil M3 7 Konsumsi

d. Pasir M3

d. Benang/Ember/ Linggis/Cangkul,dll Dst

Daftar Rincian Nama-nama dan bentuk Swadaya terlampir.

Demikian berita acara ini kami buat dengan sebenarnya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. .....................,.....................20.... Mengetahui, Dibuat,

BKM/UPL, Lurah/Ka. Desa Ketua KSM/Panitia

(...................................) (.....................................) (...................................)

Atas nama warga masyarakat ,

No Nama Jabatan Alamat Tanda Tangan

1. Ketua RT

2. Ketua RW

FORM - 3

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 82: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

72 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

RAB - 1

Page 83: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

73

TK - 1

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 84: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

74 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

ETIKET GAMBAR RENCANA BERISI :

1. Gambar site plan 2. Gambar Tampak 3. Gambar Potongan Memanjang dan Melintang 4. Gambar Detail

KABUPATEN :

KECAMATAN :

KELURAHAN :

KSM :

NAMA PEKERJAAN :

DIGAMBAR OLEH : KSM

DIPERIKSA OLEH : FASKEL TEKNIK/ASKOT

INFRA

DISETUJUI OLEH : SATKER/PPK

FORM - GAMBAR

Page 85: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

75

DOKUMENTASI KEGIATAN INFRASTRUKTUR

FORM - PHOTO

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 86: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

76 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG (NEGATIF LIST) Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untuk dibiayai oleh dana BDI KOTAKU ?

No BUTIR / ITEM YA TIDAK

1 Pembangunan atau Rahabilitasi gedung Kantor Pemerintah atau kantor BKM

2 Pembangunan atau Rahabilitasi Rumah Ibadah, termasuk infrastruktur lainnya yang secara langsung berada didalam lokasi rumah ibadah;

3 Pembebasan Lahan;

4 Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, sumbangan politik, dll);

5 Kegiatan Militer atau semi-militer (pembelian/perdagangan senjata dan sejenisnya);

6. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti :

Membangun didalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang dilindungi seperti : Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, Kawasan pantai berhutan bakau (Mangrove), Kawasan Resapan Air,

Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan Wisata, Daerah Pengungsian

Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan, Lokasi Situs Purbakala, lokasi peninggalan sejarah;

Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes; .

Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau effluent cair dan gas kecuali kegiatan dalam skala kecil dan kegiatan-

kegiatn yang telah direview dan diberikan sertifikat oleh Bappedalda berdasarkan standar kontrol polusi air dan udara.

Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan-bahan limbah berbahaya, termasuk pestisida dan herbisida, dan produk terkait lainnya;

Memproduksi, memproses, pengolahan, penyimpanan atau penjualan produk tembakau atau produk yang mengandung tembakau.

Memproduksi atau menggunakan bahan yang membahayakan ozon;

Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi yang berbahaya (termasuk kategori limbah berbahaya- B3);

Kegiatan yang terkait dengan pengelolaan, pengadaan kayu dan peralatan perkayuan. Pengadaan Kayu diatas 3M3 per kegiatan harus

memiliki SKSHH/FAKO

Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa Septictank dan resapan;

Bangunan/fasilitas Persampahan yang belum terintegrasi dengan sistem

persampahan kota yang sudah ada;

Drainase yang belum terintegarasi dengan sistem drainase kota yang

telah ada atau drainase tanpa pembuangan akhir;.

Jaringan Listrik (termasuk lampu penerangan) yang pengelolaan O&Pnya bukan oleh masyarakat;

Berdampak negatif terhadap penduduk asli;

Berdampak negatif terhadap kelestarian budaya lokal;

7 Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga Bank;

FORM - 4

Page 87: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

77

No BUTIR / ITEM YA TIDAK

8 Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan atau pihak ketiga lainnya;

9 Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan Visi, Misi, Tujuan dan nilai-nilai PNPM Mandiri Perkotaan

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh : Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(..............................) (...............................) (...........................)

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 88: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

78 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN

Hasil uji identifikasi dampak negatif terhadap lingkungan yang mencakup uraian jenis potensi dampak dan Rencana Tindakan penanganan/mitigasinya sebagaimana diuraikan pada tabel berikut. Kemudian kami akan melakukan pemantauan atas pelaksanaan pengamanan tersebut, pada saat perkembangan kegiatan kira-kira mencapai kemajuan 50% dan 100% guna memastikan bahwa seluruh pengamanan dampak telah kami lakukan.

NO POTENSI SUMBER DAMPAK

NEGATIF UPAYA PENANGGULANGAN /

POTENSI

PEMANTAUAN PENYELESAIAN 50% 100%

...........................,..............201...

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :

Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(.................................) (..................................) (...................................)

(Lihat Referensi Daftar Uji Dampak Lingkungan-Lampiran 4)

FORM - 5

Page 89: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

79

DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN Kabupaten : ............................ Jenis Kegiatan : ..............................

Kecamatan : ............................ Volume : ..............................

Kel/Desa : ............................. Lokasi : ..............................

KSM/Panitia : .............................

NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME

...........................,..............201...

Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh :

Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(.................................) (..................................) (...................................)

RAB - 2

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 90: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

80 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

RAB - 3

Page 91: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

81

FORM - 6

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 92: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

82 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

FORM - 8

FORM - 7

Page 93: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

83

STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAKSANA

SUSUNAN TIM PELAKSANA KSM :

No NAMA POSISI

1 Ketua/Penanggungjawab

2 Sekretaris

3 Bendahara

4 Pelaksana Lapangan

5 Logistik/Pengadaan

6 Ketua Regu Kerja (Mandor)

7 Ketua Regu Kerja (Mandor)

Dst.

Susunan Tim Pelaksana Lapangan dapat disesuaikan dengan kondisi Lapangan/SDM KSM Diverifikasi Oleh : Diverifikasi Oleh : Dibuat Oleh : Faskel Teknik, UPL, Ketua KSM

(............................) (............................) (..........................)

Ketua KSM

Sekreta

ris

Bendahara Pelaksana

Lapangan

Logistik

Ketua Regu Kerja/

( Mandor)

Ketua Regu Kerja/

(Mandor)

MASYARAKAT

FORM - 8

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 94: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

84 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGOPERASIAN & PEMELIHARAAN PRASARANA

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami :

Nama : .................................................................. Jabatan : Ketua KSM ......................................... Kel./Desa........................................... Kecamatan ....................................... Kab./Kota ......................................... Alamat : Jl. ............................... Dusun/RT/RW ...............................

Menyatakan kesanggupan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana & prasarana yang kami bangun, yaitu :

No Jenis Sarana & Prasarana Lokasi (Jl/Dusun/RT/RW)

1.

2.

3.

dst

Struktur Organisasi & Pengurus Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana tersebut akan

kami sampaikan setelah kami ditetapkan sebagai pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana & prasarana tersebut.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

...........................,..................... 20.........

Yang Menyatakan , Ketua KSM................................................

Materai Rp.6.000,-

(.................................)

Mengetahui :

No Nama Jabatan Tandatangan

1 BKM/Mewakili

2 UPL

3 Ketua RW/Mewakili

4 Ketua RT/Mewakili

FORM -9

Page 95: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

85

No POTENSI/SUMBER DAMPAK

NEGATIF ALTERNATIF UPAYA

PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU

1 Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing

Pemindahan jalur jalan atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman

Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas

Dibangun tanggul atau turap penahan

Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan

Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai

2 Jembatan mengganggu lalu lintas perahu Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan

3 Jembatan/T.Perahu merubah arah/aliran sungai

Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah

Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan

Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai

4 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan

5 Meningkatnya erosi pada saluran pinggir/samping

Dasar saluran diperlandai

Dipasang penahan pelindung tebing saluran

Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub drainase)

Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar saluran, seperti beton, aspal, dll.

6 Jalan tanah meningkatkan debu Permukaan jalan dipadatkan

Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan berbutir kasar (kerikil/sirtu)

7 Jalan menutup/memotong aliran air alamiah/drainase

Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase

8 Saluran samping/drainase terjadi pendangkalan/ sedimentasi

Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau beton

Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah

Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau saluran kota yang ada (terintegrasi)

9 Jalan baru akan menebang banyak pohon-pohon

Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih aman

10 Tidak ada pembuangan akhir /ada genangan air dari drainase/Gorong-gorong

Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;

11 Bangunan tidak nyaman/aman Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang tajam

Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau badan jalan

FORM -10 REFERENSI DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 96: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

86 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

No POTENSI/SUMBER DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA

PENANGGULANGAN/MITIGASI

Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)

Dibuat tembok pengaman pada gorong-gorong (kiri+kanan)

12 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan pemeliharaan

PRASARANA AIR BERSIH

1 Galian Sumur (sumur dangkal) longsor Dibuat turap penahan tanah

Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton

2 Galian sumur dalam/bor bisa memunculkan bahan2 tambang yang bisa berbahaya, seperti minyak,gas

Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/ instansi terkait sebelum kegiatan dimulai;

3 Kualitas air sumur bercampur mineral/bahan2 berbahaya bagi kesehatan Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum dimanfaatkan

4 Sumur Gali (sumur dangkal) longsor Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton

5 Sumur terlalu dekat dengan MCK/WC

Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11 meter

6 Air Sumur tercampur air permukaan/Air Rembesan

Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi

Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir

7 Mata Air tercampur air permukaan Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah air masuk

Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau

8 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan

Page 97: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

87

No POTENSI/SUMBER DAMPAK

NEGATIF ALTERNATIF UPAYA

PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA

1 Tidak ada saluran pembungan limbah cair domestik (MCK,Jamban,Air Cucian Dapur,dsb)

Dibuat saluran pembuangan sampai ketempat pembuangan atau drainase yang ada

Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban

2 Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan thd sinar matahari, terinjak, dan kenakalan manusia

Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank

Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk septicktank

3 Bangunan MCK, Jamban, Drainase air limbah, tidak sesuai standar teknis Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan

ketentuan standar teknis bangunan

4 Septicktank/Resapan MCK/WC terlalu dekat dengan Sumur.

Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur minimal 11 meter

5 Jenis bangunan Septicktank tidak sesuai jenis tanah

Jenis bangunan Septicktank disesuaikan dengan daya resap tanah

6 Tidak ada pembuangan akhir dari saluran MCK, WC, Saluran Limbah Rumah Tangga/ada genangan air

Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;

7 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan pemeliharaan

PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN

1. Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing

Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman

Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas

Dibangun tanggul atau turap penahan

Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan

Dipasang penahan pelindung tebing saluran

2 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan

Dipasang penahan pelindung tebing saluran

3 Saluran terjadi pendangkalan/sedimentasi akibat erosi dari dinding sal. Tanah/Tebing

Dasar saluran diperlandai

Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton

Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah

Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat

pembuangan

4 Tidak ada pembuangan akhir drainase/ada genangan air

Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 98: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

88 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Drainase kota;

5 Bangunan Drainase Tiidak sesuai standar teknis

Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan

6 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan

PRASARANA PERSAMPAHAN

1 Bangunan Sampah Tiidak sesuai standar teknis

Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan

2 Tidak ada Pembuangan Sampah dari TPS

TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan kota;

3 Belum terjamin O&P kegiatan Persampahan

Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan

Page 99: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

89

LEMBAR VERIFIKASI KELAYAKAN PROPOSAL USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN

No ASPEK YANG DIVERIFIKASI

PENILAIAN KELAYAKAN CATATAN

(PENYEMPURNAAN) YA TIDAK

A ASPEK ORGANISASI

1 Adakah pengurus, anggota, serta aturan organisasi yang jelas ?

2 Apakah jumlah anggota organisasi KSM dari perempuan, minimal 30% ?

3 Apakah KSM telah Mendaftar pada BKM/LKM dan dinyatakan layak ?

4 Apakah Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Sarana & Prasarana?

5 Adakah kontribusi Swadaya masyarakat ?

B ASPEK MANAJEMEN, TEKNIS KEGIATAN

1 Apakah Kegiatan Infrastruktur yang diusulkan sesuai prioritas dalam dokumen RPLP ?

2 Apakah rencana lahan lokasi Bangunan telah dibebaskan (tidak akan ada dampak sosial)?

3 Adakah calon tenaga kerja yang akan terlibat ?

4 Adakah BA Kesepakatan Harga Hasil Survey (minimal 3 toko setempat) ?

5 Adakah Gambar Rencana (DED) Infrastruktur ? ,

6 Adakah dokumentasi/photo kondisi awal (0%) ?

7 Apakah rencana Bangunan tidak bertentangan dengan Daftar Kegiatan Terlarang ?

8 Apakah rencana Bangunan tidak berpotensi menimbulkan Dampak Negatif (merusak) Lingkungan?

9 Adakah Daftar Kuantitas Pekerjaan?

10 Adakah Perhitungan RAB (Swadaya & BDI) ?

11 Adakah Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ?

12 Adakah Rencana Pengadaan Kegiatan ?

13 Adakah Struktur Organisasi/Susunan Tim Pelaksanaan Kegiatan ?

14 Apakah rencana Bangunan layak secara teknis? (Kesesuaian spesifikasi dengan standar teknis, Kualitas Bahan Utama, Pencapaian Manfaat, dan Keamanan /kenyamanan Pemakai).

1. Apakah Lokasi Yang Dipilih sesuai dengan Jenis Infrastruktur yang direncanakan ?

FORM – V.1

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 100: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

90 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

3. Apakah bangunan utama dan pelengkapdari prasarana sudah direncanakan (minimal untuk menjamin keamanan bagi pemakai atau agar usia pemakaian prasarana lebih lama) ?

4. Apakah desain sudah memperhatikan kebiasaan lokal?

5. Apakah KSM Mampu mengerjakan sendiri Prasarana tersebut? (Untuk pekerjaan pemadatan perkerasan (Kerikil/Sirtu, Telfor, Makadam) agar diupayakan menggunakan mesin gilas/pemadat);

6. Apakah desain sudah mempertimbangkan pencapaian manfaat dari prasarana (setelah bangunan selesai dapat langsung

bermanfaat), khususnya prasarana seperti Air Bersih, Drainase, dll;

7. Dan lain2 persyaratan/standar teknis yang dianggap prinsip pada bangunan (lihat Pedoman

Teknis perjenis prasarana);

JUSTIFIKASI KELAYAKAN

No Nama Yang Memverifikasi Rekomendasi Hasil Verifikasi

*) Tandatangan

1 BKM/LKM

(.....................................)

1. LAYAK

2. LAYAK DENGAN PENYEMPURNAAN /

3. TIDAK LAYAK

2 Fasilitator Teknik

(....................................)

3 Askot/TA Infrastruktur OSP

(.......................................)

4 Wakil Satker PIP Kab/Kota

(......................................)

2. Apakah Desain/Spesifikasi & kualitas bahan utama yang direncanakan baik/kuat (sesuai persyaratan stándar teknis bangunan) ?

Page 101: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

91

BERITA ACARA

HASIL VERIFIKASI KELAYAKAN USULAN KEGIATAN SKALA LINGKUNGAN

Pada hari ini, tanggal .............................bulan ............................. tahun ................... telah dilaksanakan verifikasi kelayakan proposal usulan kegiatan KSM Lingkungan sebagaimana yang telah ditetapkan berdasarkan skala prioritas, Berdasarkan kesepakatan hasil verifikasi maka dinyatakan bahwa kegiatan berikut :

No Uraian Kegiatan Rekomendasi

Kelayakan

1. Nama pekerjaan

LAYAK untuk dilaksanakan sesuai ketentuan Program

KOTAKU

2. Lokasi

3. Volume

4. Nilai Kegiatan

a. BDI : Rp ...................................................................

b. Swadaya

c. TOTAL (a+b)

: Rp ..................................................................

: Rp ..................................................................

5. Nama KSM/Panitia

Secara lengkap hasil verifikasi terlampir (Formulir Verifikasi Form V.1). Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

......................,Tgl. . ................... 20....... Tim Verifikasi : Pengusul : Faskel Teknik U P L, Ketua KSM (.................................) (..................................) (.................................)

Askot Infra

(......................................)

Mengetahui/Saksi-saksi :

No Nama Jabatan Tandatangan

1 Lurah/Kades 1

2 Ketua RW 2 2

3 Ketua RT 3

4 Tokoh Masy/Mewakili 4

FORM – V.2

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 102: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

92 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

SURAT PERJANJIAN PEMANFAATAN DANA LINGKUNGAN (SPPD-L)

NATIONAL SLUM UPGRADING PROGRAM (NSUP)

Proyek : NSUP Tahun Anggaran 201...1)

Paket Perjanjian Kerja : Nama Pekerjaan/Kegiatan …………………………………………………….. 2)

Nomor SPPD-L :……………………………………………………………………………………………….. 3)

Berdasarkan :

Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara BKM/LKM dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker

PIP Kota ................................... 4), Nomor :....................................... tanggal 5)........................................

Kami yang bertandatangan dibawah ini :

I. Nama :........................................................................................................... 6)

Jabatan : Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ...................... 7)

Desa/Kelurahan:........................................................,8)Kecamatan,.............................

Kab/Kota :..............................................Provinsi.................................................

Alamat : ........................................................................................................... 9)

Berdasarkan Hasil Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dan disyahkan/dicatatkan di

Notaris............................................................., tanggal.................................................... 10)

Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

II. Nama : .............................................................................................................. 11)

Jabatan : Ketua KSM*) ............................................................................. 12), Alamat : ..................................................................... ............................ 13) Desa/Kelurahan : ............... ………………….., Kecamatan...…………………………….,…….. Kabupaten/Kota ....................................... ……………………………. Provinsi ………………………………………………………………………..… 14)

Berdasarkan Hasil Musyawarah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan disyahkan/dicatatkan pada buku register BKM tentang KSM dengan No. Induk............... 15), Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Maka dengan ini disetujui oleh dan diantara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tersebut, hal-hal sebagai berikut :

Page 103: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

93

PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK KEDUA harus melaksanakan, menyelesaikan, memperbaiki Pekerjaan,yaitu :

Nama Paket/Jenis Pekerjaan : ....................................................................................................... 16)

Lokasi :……………………………………………………………………………………………………………………………….…….17)

PASAL 2

DOKUMEN PERJANJIAN KERJA

Dokumen Perjanjian Kerja sebagaimana ditentukan dibawah ini harus dibaca serta merupakan bagian

dari Perjanjian Kerja ini, yaitu :

(1) Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L)

(2) Persyaratan Umum Perjanjian sebagaimana terlampir

(3) Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana

(4) Dokumen Usulan Proposal Pelaksanaan Kegiatan (termasuk catatan/perubahan hasil

verifikasinya) :

(i) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

(ii) Struktur Organisasi dan Usulan Tim Pelaksana Kegiatan KSM

(iii) Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan & Kuantitas Pekerjaan

(iv) Daftar Usulan Tenaga Kerja

(v) Gambar Rencana

(vi) Adendum, bila ada

PASAL 3

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. Sesuai dengan SPPD-L dan lampirannya ini, jangka waktu penyelesaian pekerjaan dihitung

sejak Tanggal Mulai Kerja, adalah ........................18) (............................19) hari kalender kerja).

3.2. Perjanjian Kerja tersebut berlaku sejak tanggal penanda-tanganan oleh kedua belah pihak yang

bersangkutan.Surat Perjanjian ini juga sekaligus sebagai Surat Perintah Mulai Kerja.

PASAL 4

JUMLAH NILAI PERJANJIAN KERJA

Jumlah Nilai Perjanjian Kerja untuk pekerjaan yang tertuang didalam Pasal (1) SPPD-L ini,

sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Anggaran Biaya pada dokumen Usulan Proposal

Pelaksanaan Kegiatan PIHAK KEDUA bersangkutan, sebesar :

Rp.........................(...........................Rupiah)20) tanpa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

PASAL 5

HAK DAN KEWAJIBAN

5.1. PIHAK KEDUA menerima dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana

dimaksudkan dalam Pasal 1, berdasarkan uraian pekerjaan, persyaratan serta gambar-gambar

kerja dan ketentuan lain yang terdapat dalam SPPD-L ini.

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 104: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

94 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

5.2. PIHAK KEDUA berkewajiban :

(1). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki pekerjaan dengan penuh ketelitian

dan kesungguhan, serta menyediakan tenaga teknis pelaksana lapangan (atau

mandor), tenaga kerja, bahan-bahan bangunan, peralatan kerja, pengangkutan ke

atau dari lapangan dan di dalam atau disekitar pekerjaan, serta melaksanakan segala

sesuatu baik yang bersifat permanen maupun bersifat sementara yang diperlukan

untuk mendukung pelaksanaan, penyelesaian, dan perbaikan pekerjaan.

(2). Melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki seluruh pekerjaan sesuai dengan

spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam perjanjian ini sampai diterima baik oleh

Konsultan Manajemen Wilayah, kecuali apabila menurut hukum ataupun secara fisik tidak

mungkin dilakukan.

(3). Menyediakan dan memenuhi seluruh kontribusi swadaya berupa uang dan natura atau

lainnya, dalam jumlah dan waktu sesuai yang tercantum pada usulan proposal kegiatan

KSM sebelumnya;

(4). Melakukan pembongkaran dan atau perbaikan atas kekurangan pekerjaan yang telah

dilaksanakan atas biaya sendiri/swadaya sesuai rekomendasi hasil sertifikasi atau sesuai

perintah yang disampaikan oleh KMW.

(5). Membuat papan nama pekerjaan dilokasi pekerjaan;

(6). Membuat administrasi dan laporan kemajuan pekerjaan secara berkala maupun laporan

akhir pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan keuangan dengan dilampiri photo-

photo kegiatan.

(7). Dalam hal terdapat kelebihan sisa dana nilai perjanjian dan PIHAK KEDUAtidak bersedia

ataupun secara fisik tidak mungkin melakukan pekerjaan tambah untuk memanfaatkan

kembali sisa dana tersebut maka PIHAK KEDUA wajib mengembalikannya kepada PIHAK

PERTAMA.

5.3. PIHAK PERTAMA berkewajiban :

(1). Membayar kepada PIHAK KEDUA atas pelaksanaan, penyelesaian, perbaikan pekerjaan

pada waktu dan dengan cara yang telah ditentukan dalam Perjanjian ini.

(2). Memantau dan memberikan bimbingan keterampilan kepada PIHAK KEDUA agar mutu

konstruksi dan administrasi hasil pekerjaan dapat tercapai. Pelaksanaan hal ini selanjutnya

secara harian akan dijalankan oleh Unit Pengelola Lingkungan (UPL).

5.4 Tanggungjawab kedua belah pihak dijelasakan secara lebih rinci pada persyaratan

umum perjanjian ini dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini.

PASAL 6

TAHAP PENCAIRAN

6.1. Pelaksanaan pencairan pekerjaan tersebut dalam pasal (1) Surat Perjanjian ini akan

dilaksanakandalam 3 (tiga) tahap melalui Bank PIHAK KEDUA oleh PIHAK PERTAMA;

6.2. Tahap Pertama sebesar 60 % dari nilai SPPD-L diberikan sebagai uang muka setelah

penandatanganan dokumen SPPD-L tanpa harus ada jaminan/Bank Garansi. PIHAK PERTAMA

mengajukan surat permintaan pembayaran dengan melampirkan Rekening Buku Tabungan

Page 105: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

95

KSM (untuk nilai SPPD-L diatas Rp. 30 juta); Rencana Kerja dan Rencana Penggunaan Dana

(RPD);

6.3. Tahap Kedua sebesar 30 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi pekerjaan telah

mencapai minimum sebesar 50 % dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana (LPD)

dan Laporan Mingguan/Bulanan terakhir.

6.4. Tahap Ketiga sebesar 10 % dari nilai SPPD-L dengan ketentuan prestasi pekerjaan

telah mencapai minimum sebesar 85% dengan melampirkan RPD, Laporan Penggunaan Dana

(LPD), Laporan Mingguan/Bulanan terakhir dan Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan

Seluruh Kegiatan Fisik.

PASAL 7

SANKSI

7.1. Berdasarkan hasil penilaian Konsultan Manajemen Wilayah dan atau PJOK, apabila PIHAK

KEDUAterbukti melakukan penyimpangan terhadap ketentuan teknis atau ditemukan adanya

penyalahgunaan dana maka PIHAK PERTAMA dapat memberikan sanksi kepada PIHAK KEDUA

berupa penghentian sementara pencairan dana dan atau pemutusan perjanjian dan atau

pengembalian dana dan atau sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

7.2. Bentuk-bentuk sanksi tersebut sebagaimana diuraikan secara rinci pada Persyaratan

Umum Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan.

PASAL 8

PENYELESAIAN PEKERJAAN

8.1. Setelah pekerjaan selesai 100% atau minimal 97%, PIHAK KEDUA berhak

mengajukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dan Konsultan untuk

melakukan Sertifikasi Pekerjaan.

8.2. Hasil Sertifikasi Pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama -sama oleh kedua

belah pihak dan KMW ini dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan

(BAP2).

PASAL 9

PEMELIHARAAN HASIL PEKERJAAN

PIHAK KEDUA sepakat dan berjanji untuk memelihara hasil pekerjaan atau sarana dan

prasarana yang telah dibangun melalui swadaya masyarakat dengan sebaik -baiknya.

PASAL 10

KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEUR)

10.1 Selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari dari hari terjadinya keadaan memaksa, Para

Pihakharus saling berkonsultasi untuk memperoleh kesepakatan mengenai tindakan tepat apa

yang harus dilakukan dalam keadaan itu.

10.2 Yang dimaksud “Keadaan Memaksa” (“Force Majeure”) adalah sebagai suatu kejadian

yangtidakdapat dihindari dan diluar kemampuan salah satu pihak, yang menyebabkan salah

satu pihak tersebut tidak mungkin melaksanakan tanggungjawabnya, atau tidak dapat

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 106: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

96 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

melaksanakan tugasnya; Keadaan seperti itu termasuk, tapi tidak terbatas pada, perang,

huru-hara, epidemi, gempa bumi, badai, banjir atau akibat dari kondisi alam lainnya,

pemogokan masal (kecuali apabila dalam hal pemogokan, larangan bekerja atau gangguan

industri tersebut, Kedua belah pihak atau salah satu pihak memiliki kemampuan untuk

mencegah terjadinya Keadaan Memaksa), penyitaan atau tindakan lain oleh pemerintah.

10.3 Keadaan memaksa tidak termasuk (i) kejadian yang disebabkan oleh kelalaian atau

tindakandisengaja dari salah satu pihak. (ii) kejadian dimana salah satu pihak dapat

menduga hal-hal sebagai berikut: (A) Pada saat itu sudah bisa mempertimbangkan

konsekuensi dari adanya SPPD-L, (B) menghindari atau mengatasi kendala dalam

pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam proyek.

10.4 Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh karena terjadinya

keadaanmemaksa tidak dapat dikenai sanksi.

PASAL 11

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

11.1 Para Pihak yang akan mencari jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan setiap perselisihan

yang timbul, atau perselisihan yang berhubungan dengan pasal-pasal dalam SPPD-L ini atau

perselisihan yang timbul karena penafsiran atas SPPD-L ini.

11.2 Jika ada perselisihan yang timbul diantara para pihak dalam SPPD-L ini yang tidak dapat

diselesaikan secara musyawarah, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak dapat

menyelesaikan melalui ketentuan hukum yang berlaku.

PASAL 12

PENUTUP

Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Sosial (SPPD-L) ini dianggap sah setelah ditandatangani oleh

kedua belah pihak pada tanggal, bulan, dan tahun tersebut dibawah, dan dibuat dalam rangkap 3

(tiga), terdiri dari 2 (dua) lembar asli dan bermaterai secukupnya dan 1 (satu) lembar asli tanpa

materai, serta mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

.....................................,..................201.....21)

PIHAK PERTAMA,

KOORDINATOR BKM/LKM...................22)

(.........................................23)

PIHAK KEDUA

KETUA KSM..........................24)

Materai

6000

(......................................25)

Page 107: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

97

MENGETAHUI

KORKOT/ASKOT MANDIRI

(...............................................26)

KETERANGAN :

1) = Tahun Anggaran Pelaksanaan Paket Pekerjaan

2) = Nama Pekerjaan/Paket Pekerjaan yang akan dilaksanakan

3) = Nomor Perjanjian Kerja

4) = Nama Kab/Kota Lokasi Kegiatan

5) = Nomor dan Tanggal SPK

6) = Nama Koordinator BKM bersangkutan

7) = Nama BKM bersangkutan

8) = Nama Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kab/Kota dan Provinsi Lokasi Kegiatan

9) = Alamat BKM/LKM

10) = Nomor dan Tanggal Pengesahan Notaris dari BKM

11) = Nama Ketua KSM

12) = Nama KSM

13) = Alamat Sekretariat KSM

14) = Lokasi Kegiatan/Prasarana Desa/Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten/Kota

15) = Nomor Induk/Registari KSM yang tercatat dibuku Registrasi BKM

16) = Nama Paket Pekerjaan/Kegiatan KSM

17) = Lokasi Kegiatan/Prasarana RT/RW/Dusun

18) = Tanggal Mulai Kerja yang sama dengan tanggal penandatangan perjanjian ini

19) = Jumlah hari kalender pelaksanaan pekerjaan

20) = Jumlah Nilai BDI dalam angka dan huruf

21) = Tempat dan Tanggal Perjanjian dibuat

22) = Nama BKM/LKM

23) = Nama Koordinator BKM/LKM

24) = Nama KSM

25) = Nama Ketua KSM

26) = Nama Yang Mewakili KMW

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 108: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

98 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

SERTIFIKASI INFRASTRUKTUR

Nama KSM Jenis Kegiatan Volume Progres Fisik

:....................... :....................... :....................... :....................... %

Desa/Kelurahan Kecamatan Kota/Kabupaten KMW/Provinsi

: .......................... : .......................... : .......................... :...........................

Berilahtanda (V) padaKolom ”Ya/Tidak” yang sesuai

B. CAPAIAN KESESUAIAN VOLUME & KUALITAS PEKERJAAN

No URAIAN KEGIATAN

KESESUAIAN VOLUME

CACAT & KEKURANGAN

REKOMENDASI PERBAIKAN

1 2 3 4 5 6

Dst

No BUTIR SERTIFIKASI PENILAIAN

CATATAN YA TIDAK

A. CAPAIAN KUALITAS PROSES &PEMANFAATAN

1 Apakah KSM/Panitia sudah memperoleh pelatihan /coaching mengenai cara perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan?

2 Apakah kelayakan Teknik KegiatanKSM/Panitia telah diverifikasi dan disetujui oleh Tim KMW ?

3 Apakah KSM/Panitia melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian bahan yang diterima dengan spesifikasi teknik/contoh yang disetujui konsultan?

4

Apakah pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga kerja/ tukang yang memahami cara melakukan pekerjaan?

5

Apakah kelengkapan Bangunan yang dibuat dapat memberikan keamanan/kenyamanan bagi pemakai?

6 Apakah bangunan dapat berfungsi dengan baik dan bermanfaat?

7 Apakah prosedur penanganan dampak telah dilaksanakan denganbaik /terpenuhi? (Jawaban pertanyaan ini berdasarkan hasil ceklist pengamanan dampak/Form 5,Proposal)

8 Apakah ada Surat Pernyataan Kesanggupan Pemanfaatan & Pemeliharaan Prasarana dari Panitia?

9 Apakah Panitia telah membentuk dan menyepakati Organisasi /Kelompok Pemanfaatan & Pemeliharaan (KPP)?

10 Apakah KSM/Panitia telah membuat dan menyepakati Rencana Kerja Pemeliharaan?

Page 109: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

99

C. PEMANFAATAN DANA BDI &CAPAIAN SWADAYA MASYARAKAT

a. Ni la i BDI SPPD -L s .d perubahan terakhi r (b i la ada) :Rp ...........................

b. Jumlah dana SPPD-L yang telah terserap dari BKM/LKM : Rp...........................

c. S isa dana SPPD-L (a-b) : Rp. ..........................

d. Jumlah Nilai Target Swadaya : Rp. ..........................

e. Jumlah Nilai Realisasi Swadaya : Rp. .........................

f. Prosen Raealisasi Swadaya terhadap total nilai Kegiatan (dx100/e) : ... %

Kesimpulan & Rekomendasi :

Demikian hasil Sertifikasi ini dibuat dalam keadaan yang sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan ada ketidak sesuaian maka bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi sesuai ketentuan yang ada.

, ............................................................. 201....

Catatan : Lampirkan Copy Ceklist Daftar Uji Identifikasi Lingkungan yang telah terisi

Tim Seritifikasi:

No Nama Jabatan/Posisi Tanda Tangan

1 Unsur Satker PIP

2 Unsur Konsultan

3 Unsur BKM/LKM

4 Unsur KSM

5 Unsur Pemerintah Desa/Kel

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 110: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

100 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

SURAT PERNYATAAN PENYELESAIKAN PEKERJAAN (SP3) BDI Kelurahan/Desa : .............................................................. Kecamatan :................................................................. Kotamadya/Kabupaten :.................................................

KMW Provinsi :................................................................

Yang bertandatangan di bawah ini, Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat dan Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) *) di Kelurahan sebagaimana dimaksud di atas, dengan ini secara bersama-sama menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan oleh KSM tersebut, telah mencapai kemajuan 100% sebagaimana dalam Proposal yang disetujui.

Dengan selesainya pelaksanaan kegiatan tersebut maka selanjutnya tanggungjawab “pengoperasian dan pemeliharaan prasarana berada di tangan Tim Pemelihara (masyarakat) dibawah pendampingan UPL” .

Yang MembuatPernyataan,

KSM ............... BKM/LKM............

(___________________________) (____________________) Ketua KSM Koordinator,

Diketahu/Disetujui

( ______________________ )

Askot Infra/ Fastek

(* Coret yang tidakperlu)

Page 111: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

101

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 112: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

102 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Page 113: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

103

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 114: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

104 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KSM

DATA REALISASI KEGIATAN

Kota/Kabupaten :

Kecamatan :

Kelurahan/Desa :

Nama BKM :

KSM/Panitia :

Nama KSM/Panitia Jumlah Anggota KSM/Panitia (Org)

L P MBR Jumlah

Paket Kegiatan : Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Lingkungan

Jenis Kegiatan :

Volume Kegiatan :

Alasan Pembangunan Prasarana

:

Lokasi Pekerjaan : Dusun/RT/RW : ……………................................

Kelurahan/Desa : ……………................................

Luas Kumuh (Ha) :

Total Luas Delineasi Kumuh (Ha)*) Luas Penanganan Kumuh (Ha)

2017**)

....................... Ha ....................... Ha

Penerima Manfaat : Jumlah :............ KK ........... Jiwa ........... MBR

........ Jiwa (L) ........ MBR (L)

......... Jiwa (P) ......... MBR (P)

Metode Konstruksi : Gotong

Royong Semi Gotong Royong

Kerjasama Pihak Ketiga

Page 115: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

105

Status Tanah/Lokasi Kegiatan

:

Keterangan : Tanda : *) Diisi Luas Total Kumuh Delineasi dalam satu Kelurahan Tanda : **) Diisi Luas pengurangan Kumuh akibat penanganan BDI 2017

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 116: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

106 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

DOKUMENTASI KEGIATAN PRASARANA

Halaman berikutnya diisi dengan Laporan Pembukuan Keuangan dan Bukti/Kuitansi Belanja KSM (Asli)

Page 117: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

107

GAMBAR PURNA LAKSANA/AS BUILD DRAWING

KABUPATEN :

KECAMATAN :

KELURAHAN :

KSM :

NAMA PEKERJAAN :

DIGAMBAR OLEH : TIPP/KSM

DIPERIKSA OLEH : FASKEL TEKNIK/ASKOT

INFRA

DISETUJUI OLEH : PPK/SATKER PIP

Program KOTAKU | Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur {ƪŀƭŀΦ[ƛƴƎƪdzƴƎŀƴ

Page 118: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 119: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
Page 120: PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12110 | www.kotaku.pu.go.id