Sport Injuries Indonesian Version

26
Sport Injuries A . Definisi Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama. Cedera Olahraga atau dalam bahasa inggris sport injuries adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh. Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner. B. Faktor Penyebab Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga diantaranya: a. Faktor olahragawan/wati 1. Umur Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.

description

nursing

Transcript of Sport Injuries Indonesian Version

Page 1: Sport Injuries Indonesian Version

Sport Injuries

A . Definisi

Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.

Cedera Olahraga atau dalam bahasa inggris sport injuries adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.

Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.

B. Faktor PenyebabBeberapa faktor penting yang perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga diantaranya:a. Faktor olahragawan/wati

1. UmurFaktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.

2. Faktor pribadiKematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.

3. PengalamanBagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.

4. Tingkat latihanBetapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena “over use”.

5. Teknik

Page 2: Sport Injuries Indonesian Version

Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.

6. Pemanasan awal (warming up)Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.

7. Recovery periodMemberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.

8. Kondisi tubuh Perhatikan kondisi tubuh sebelum melakukan olahraga, jika kondisi tubuh kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahraga, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.

9. Keseimbangan NutrisiKeseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.

10.Hal-hal yang umumTidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.

b. Peralatan dan FasilitasPeralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera. Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.

c. Jenis olahragaMasing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.

C. Penggolongan cedera olahraga Secara garis besar, cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :a.   Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh,

memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.

Page 3: Sport Injuries Indonesian Version

b.  Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.

D. Klasifikasi cedera olahragaSecara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :1.   Cedera tingkat 1 (cedera ringan)

Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.

2.   Cedera tingkat 2 (cedera sedang)Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).

3.   Cedera tingkat 3 (cedera berat)Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.

E. Macam –macam cedera olahragaAda beberapa macam cedera olahraga yang biasa terjadi , diantaranya :1.Sprain ( kesleo )

Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi.

Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal,seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Sprain atau keseleo adalah jenis cedera yang paling sering dialami oleh para pemain sepak bola. Keseleo yang dialami mulai dari bagian pergelangan kaki, kaki bagian bawah, hingga lutut merupakan bagian-bagian yang paling sering terjadi di sepak bola, terutama bagian pergelangan dan medial collateral ligament (semacam pengikat sendi tulang).

Untuk menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang cukup dan stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya cedera tersebut (Hardianto Wibowo 1995: 22).

Page 4: Sport Injuries Indonesian Version

Berikut ini adalah tingkatan cedera sprain

a. Sprain Tingkat 1

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.Pada cedera ini tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya

b. Sprain Tingkat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3 – 6 minggu.

c. Sprain Tingkat III

Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal. Cedera tingkat ini harus dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi namun harus diberi pertolongan pertama terlebih dahulu.

2. Strain

Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap. Strains sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik otot betis juga kerap terjadi pada para pemain bola. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut (Hardianto Wibowo 1995: 22).

Page 5: Sport Injuries Indonesian Version

Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cidera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam langkah penuh.

Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.

Berat ringannya sprain dan strain Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat ringannya cidera :

1. Derajat I (ringan) berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada otot atau ligament.

2. Derajat II (sedang) berupa kerobekan parsial tetapi masih menyambung.

3. Derajat III (berat) berupa kerobekan penuh pada otot dan ligament, yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.

Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan. Cidera strain membuat daerah sekita cidera memar dan bengkak setelah 24 jam. Pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda pendarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kejadian memar dan bengkak disekitar persendian tulang yang terkena cedera, termasuk rubahan warna kulit terjadi kemarthrosis atau pendarahan sendi. Nyeri pada persendian tulang, nyeri bila anggota badan digerakkan fungsi persendian terganggu, dll.

Pencegahannya yaitu pada saat melakukan aktivitas olahraga memakai sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas. Melakukan pemanasan (streching) sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang tidak berlebihan.

Pengobatan sprain dan strain adalah terapi, yang dilakukan adalah reset atau istirahat, mendinginkan area cidera, copression atau balut bagian yang

Page 6: Sport Injuries Indonesian Version

cidera, elevasi atau meninggikan, membebaskan diri dari beban. Jika nyeri dan bengkak berkurang selama 48 jam setelah cidera, gerakkan persendian tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cidera sampai nyeri hilang (biasanya 7-10 hari untuk cidera ringan dan 3-5 minggu untuk cidera berat), gunakan tongkat penopang ketika berjalan bila dibutuhkan.

Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16),

a. Cidera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan elevasi (RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas.

b. Cidera derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang cidera.

c. derajat III biasanya dilakukan immobilisasi dan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya. Kunci dari penyembuhan adalah evaluasi dini dengan professional medis. Sekali cidera telah ditentukan, rencana terapi dapat dikembangkan. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan sprain dan strain akan sembuh tanpa efek samping.

3. Knee Injuries

Knee Injuries Adalah cidera yang terjadi karena adanya paksaan dari tendon. Saat mengalami cidera ini akan merasakan nyeri tepat dibawah mangkuk lutut setelah melakukan latihan olahraga. Rasa sakit itu disebabkan oleh gerakan melompat, menerjang maupun melompat dan turun kembali.

Ada beberapa jenis cedera lutut yang umum dialami oleh pemain bola, yaitu cedera pada medial collateral ligament, meniscus, dan anterior cruciate ligament, baik itu sobek pada jaringan, maupun putusnya jaringan tersebut. Pengenaan sepatu yang tepat, kondisi lapangan yang baik, dan latihan kekuatan (strength training) yang tepat bisa mengurangi risiko terjadinya cedera lutut

4. Compartement Syndrome

Para atlet pada umumnya sering mengalami permasalahan (gangguan rasa nyeri atau sakit) yang terjadi pada kaki bawah (meliputi daerah antara lutut dan pergelangan kaki). Terkadang rasa sakit/nyeri tersebut terjadi karena adanya suatu sindrom kompartemen. Diagnosa terhadap sindrom terhadap sindrom tersebut dilakukan dengan cara perkiraan, karena pola karakteristik

Page 7: Sport Injuries Indonesian Version

(gejala) dan rasa sakit tersebut dan ukuran-ukuran tekanan kompartemennya. Diantara beberapa penyakit yang menyertai sindrom ini dapat diatasi dengan pembedahan (operasi).

5. Shin Splints

Istilah shin aplints kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan adanya rasa sakit (cidera pada kaki bagian bawah yang seringkali terjadi terjadi akibat melakukan berbagai aktivitas olahraga, termasuk olahraga lari. Shin splints disebabkan oleh adanya robekan sangat kecil pada otot-otot kaki bagian bawah yang berhubungan erat dengan tulang gares. Pertama-tama akan mengalami rasa sakit yang menarik-narik setelah melakukan lari. Apabila keadaan ini dibiarkan dan terjadi terus, maka akan semakin parah, bahkan dapat juga terasa sakit meskipun pada saat kita berjalan kaki. Rasa sakit/perih tersebut biasanya terasa seperti adanya satu atau beberapa benjolan kecil pada sepanjang sisi tulang gares.

Shin splints tersebut dibedakan menjadi dua jenis menurut lokasi rasa sakitnya yaitu :

a. Anterior Shin Splints, yaitu rasa sakit yang terjadi pada bagian depan (anterior) dari tulang gares (tibia).

b. Posterior Shin Splints, rasa sakit tersebut terasa pada bagian dalam (medial) kaki pada tulang tibia.

Shin Splint Anterior dan posteror disebabkan karena ketidakseimbangan otot kaki. Pada saat berlari dengan posisi kaki jinjit, atau terjadinya pronasi yang berlebihan pada kaki. Kelompok otot posterior yang berada di belakang kaki bagian bawah berperan sekali terutama pada waktu menggerakkan tubuh kita ke arah depan. Pada umumnya otot-otot ini lebih kuat daripada otot-otot pada bagian depan kaki bawah, sehingga hal ini akan menimbulkan adanya ketidakseimbangan otot. Pada saat kita berlari, otot-otot kaki bagian depan (anterior) mengangkat tungkai keatas kearah kaki. Sehingga memberikan ruangan bebas untuk mengayun kedepan. Otot ini juga yang mempersiapkan kaki pada saat akan menginjak tanah. Beberapa usaha menegangkan pada otot kaki yang berlawanan (posterior) akan memberikan ketegangan yang tidak sesuai pada otot-otot anterior, sehingga hal ini dapat mengakibatkan terjadinya shin splints. Penyerapan terhadap goncangan secara tidak sempurna juga dapat mengakibatkan terjadinya anterior shin splints.

Page 8: Sport Injuries Indonesian Version

6. Achilles Tendon Injuries

Cedera pada tendon achilles ini menempati peringkat pertama yang sering terjadi pada atlet dan paling sulit untuk merawat/menyembuhkannya. Cedera tersebut berkisar dari tendinitis ringan sampai pada pemutusan tendon yang parah. Kunci dari diagnosa tahap-tahap cidera ini adalah pengenalan pada tanda-tanda dan gejala-gejala yang terjadi.

7. Fractures

Cedera seperti ini dialami apabila pemain yang bersangkutan mengalami benturan dengan pemain lain atau sesuatu yang keras. Cedera fractures tidak hanya terjadi pada bagian kaki macam tulang paha, tulang kering, tulang selangkangan, atau tulang telapak kaki, tapi juga kerap terjadi pada lengan, bahu, hingga pergelangan tangan. Untuk menghindari cedera macam ini, penggunaan pelindung sangat dianjurkan untuk meminimalisir patah atau retak tulang.

Setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus-menerus diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress fracture). Keretakan tulang secara teknis adalah pemutusan yang terjadi pada tulang bahkan mengalami pecah akibat adanya tekanan pada tulang yang tanpa disadari oleh atlet, sehingga perlu dilakukan diagnosa. Retak tulang dapat saja terjadi dimana saja pada tubuh kita. Kebanyakan terjadi pada kaki yang disebabkan pada tekanan yang besar sekali pada saat melakukan gerakan melompat maupun lari. Kelemahan pada struktur tulang sering terjadi pada atlet ski, jogging, berbagai atlet lari, dan pendaki gunung maupun para tentara, mereka ini mengalami march fracture.

Macam-macam patah tulang:

a. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.

b. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.

Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) yakni olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan

Page 9: Sport Injuries Indonesian Version

untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.

8. Dislocation

Tempurung lutut penting sekali dalam setiap aktivitas olahraga yang banyak membutuhkan gerakan pada kaki bawah. Patella merupakan lapisan piringan sendi tulang yang terletak pada ujung femur. Femur ini memiliki celah pada ujungnya, yang merupakan tempat patella pada saat kaki melakukan gerakan menekuk. Jika patell keluar dari celahnya dan berpindah kesalah satu sisi akan menimbulkan pergerakan letak. Pergeseran yang tidak pada tempatnya ini merupakan subluksi, dimana tempurung lutut tidak menempati posisi sebagaimana mestinya tetapi menyelip sedikit ke salah satu sisi ini akan menimbulkan rasa sakit dan dapat diperkirakan telah terjadi pergeseran tempat patella.

Dan yang khas, atlet yang menderita dislokasi (pergeseran) tempurung lutut akan melakukan beberapa gerakan memutar pada saat melangkah kesamping atau gerakan pengayun pemukul baseball. Pada keadaan ini, kaki bagian belakang akan memutar kearah dalam dan tempurung lutut bergeser dari tempatnya (kearah luar). Atlet akan merasakan sakit yang amat sangat pada lututnya, bahkan terkadang lutut tersebut tidak dapat diluruskan. Pada saat dilakukan pemeriksaan, ternyata patella tersebut masih tergeser dari tempatnya.

F. Perawatan dan Pengobatan cedera olahraga

Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.

Pada saat terjadi cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering digunakan adalah :

a.    Pelayanan spesialistik rehabilitasi medikb.    Pelayanan fisioterapic.    Pelayanan alat bantu (ortesa)d.    Pelayananpengganti tubuh (protesa)

Penanganan rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.

Page 10: Sport Injuries Indonesian Version

a.  Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah

penangananya. Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan upaya yang terkenal yaitu RICE :R – Rest : diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.I – Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.C – Compression : penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut.E – Elevatin : peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa nyeri.

b. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjutPada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain

berupa :1. Pemberian modalitas terapi fisik

a.Terapi dingin :Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :1. Kompress dingin

Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera.Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.

2. Masase esTekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7 menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.

3.  Pencelupan atau peredamanTekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit.

4. Semprot dinginTekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang cedera.

b. Terapi panas :Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila

diberikan pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan

Page 11: Sport Injuries Indonesian Version

ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetrasi ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

 Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.

Penetrasi Macam Contoh

Dangkal (superfisial)        Dalam(Deep) 

Lembab/Basah    Kering   Diatermi

Kompres kain air panas“Hydrocollator pack”Mandi uap panas“Paraffin wax bath”Hydrotherapy Kompres botol air panas Kompres bantal pemanas tenaga listrikLampu merah infra Diatermi gelombang pendekDiatermi gelombang mikroDiatermi suara ultra

 

Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal dapat dilihat pada tabel no 2.Table 2 : Respon fisiologis terhadap panas

 1.      Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.2.      Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit3.      Panas mengurangi kekakuan sendi4.      Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot5.      Panas meningkatkan sirkulasi darah6.      Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan

eksudasi7.      Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker

 c. Terapi air (Hydroterapy)

Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air dipilih karena adanya efek daya apung dan efek pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita berikan dengan memakai bak atau kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat

Page 12: Sport Injuries Indonesian Version

suhu 40,5-43,3o C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 10-15 oC. anggota gerak yang cedera bergantian masuk ke bejana secara bergantian dengan jarak waktu.

 d. Perangsangan listrik

Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal maupun otot yang denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot spasme, re-edukasi otot, mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis. Sedang pada otot denervasi efeknya meliputi menunda progrese atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.

e. MasaseDengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang

lebih satu minggu setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dan dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.

c. Pemberian terapi latihanWaktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat

cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament) memerlukan waktu yang lebih lama.Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :

1.   Latihan luas gerak sendi2.   Latihan peregangan3.   Latihan daya tahan4.   Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)

d. Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)Pada waktu terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa berfungsi untuk

mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih banyak, antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.

e.Pemberian protesa (pengganti tubuh)

Page 13: Sport Injuries Indonesian Version

Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang mengalami cedera dan mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.

G. Pencegahan Cidera Olahraga

Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu :

1. Pencegahan melalui keterampilan

Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapat mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedara timbul. Tanda-tanda kelelahan itu seperti:

a. mengurangnya antusiasme atau kurang tanggapb. kulit dan otot terasa mengembang

c. kehilangan nafsu makan

d. penurunan berat badan

e. gangguan tidur

f. menigkatnya frekuensi jantung saat istirahat

g. cenderung menghindari latihan atau pertandingan

2. Pencegahan lewat Fitness

Page 14: Sport Injuries Indonesian Version

Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.

a. Strength

Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.

b. Daya tahan

Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.

3. Pencegahan melalui makanan

Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya.

Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.

4. Pencegahan melalui lingkungan

Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.

5. Peralatan

Peralatan yang standar punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhana adalah penggunaan pelindung tangan kaki yang tidak layak pakai dalam Taekwondo, berakibat tidak maksimalnya pelindung tersebut dalam meredam impact akibat benturan.

Page 15: Sport Injuries Indonesian Version

6. Medan

Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.

7. Pencegahan melalui pakaian

Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.

8. Pencegahan melalui pertolongan

Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.

9. Implikasi terhadap pelatih

Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.

H. Hal- hal yang perlu diperhatikan

Sebelum melakukan olahraga ada baiknya jika kita memperhatikan hal-hal berikut, agar cidera olahraga dapat diantisipasi.

1. Usia Kesehatan Kebugaran

Page 16: Sport Injuries Indonesian Version

Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses degenerasi mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1% pertahun (Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan jaringan akan mulai berkurang akibat proses degenerasi, selain itu jaringan menjadi rentan terhadap trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi, maka latihan sangat diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian bahwa usia memegang peranan.

2. Jenis KelaminSistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita,

demikian pula dengan bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua jenis olahraga cocok untuk semua golonganusia atau jenis kelamin. Hal ini apabila dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis olahraga tertentu

3. Jenis OlahragaKita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya,

mempunyai peraturan permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan cedera, peraturan tersebut merupakan salah satu mencegahnya.

4. Pengalaman Teknik OlahragaUntuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu

persiapan dan latihan antara lain :a. Metode atau cara berlatihnya.b. Tekniknya agar tidak terjadi “over use”.

5. Sarana atau FasilitasWalaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera masih

timbul akibat sarana yang kurang memadai6. Gizi

Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yzng baik, selain itu gizi menentukan kesehatan dan kebugaran.

 

Page 17: Sport Injuries Indonesian Version

DAFTAR PUSTAKAPaul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta:

PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta:

Departemen Pendidikan Nasional . http://surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=14557 

file:///C:/Users/HP%20MINI/Documents/pusat/tugas%20sem.%20IV/web.%20down/sport%20injury/Cidera,%20Pencegahan,%20dan%20Penanganannya%20%C2%AB%20%27Capoeira%20Luanda%20Indonesia%20For%20Everyone%27.htm file:///C:/Users/HP%20MINI/Documents/pusat/tugas%20sem.%20IV/web.%20down/sport%20injury/MACAM%20CEDERA%20OLAHRAGA%20%C2%AB%20panduaji.htm

Hardianto Wibowo, dr. 1995. Pencegahan dan Petatalaksanaan Cedera Olahraga. Cetakan 1. EGC.Peterson, L, Renstrom, P. 1996. Sport Injuries. CIBA.Santosa, Andy, A. 1994. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta: Akper Sint CarolusSobotta. 2000. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGCSutarmo, Setiaji. V. D. 1990. Buku Kuliah Anatomi Fisiologi. Jakarta: FKUIMacam-macam cedera. Diakses dari http://sitoha.wordpress.com/2010/01/07/macam-macam-cedera/ pada tanggal 15 mei 2011 pukul 23.34 WIB.

file:///C:/Users/HP%20MINI/Documents/pusat/tugas%20sem.%20IV/web.%20down/sport%20injury/cedera%20olahraga.htm