Spondilosis

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spondylosis berasal dari kata spondilo (bahasa Yunani) yang berarti tulang belakang. Spondylosis adalah suatu gangguan degeneratif yang dapat menyebabkan hilangnya struktur dan fungsi normal tulang belakang. Proses cervical, thoracal, dan atau lumbal dari tulang belakang mempengaruhi diskus intervertebralis dan facet join. 1 Spondilosis dapat juga diartikan sebagai perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi diskus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), Spondylosis merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. 3 Faktor utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga berperan dalam menyebabkan perkembangan spondylosis lumbar. 3

description

spondilosis dokumen

Transcript of Spondilosis

Page 1: Spondilosis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spondylosis berasal dari kata spondilo (bahasa Yunani) yang berarti tulang

belakang. Spondylosis adalah suatu gangguan degeneratif yang dapat

menyebabkan hilangnya struktur dan fungsi normal tulang belakang. Proses

cervical, thoracal, dan atau lumbal dari tulang belakang mempengaruhi diskus

intervertebralis dan facet join.1

Spondilosis dapat juga diartikan sebagai perubahan pada sendi tulang

belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi diskus intervertebralis yang

diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak atau dapat berarti pertumbuhan

berlebihan dari tulang (osteofit), Spondylosis merupakan penyakit degeneratif

pada corpus vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak

menyerang pada wanita.3

Faktor utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis

adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang

jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang

yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga berperan dalam menyebabkan

perkembangan spondylosis lumbar.3

Spondylosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada osteoarthritis

degeneratif dari sendi antara korpus vertebra dan atau foramen neural. Pada

keadaan ini, sendi faset tidak terlibat. Jika berat, hal ini dapat menyebabkan

penekanan pada akar saraf (radiks), yang kemudian akan menyebabkan gangguan

sensorik dan atau motorik, seperti nyeri, parastesia atau kelemahan kedua tungkai.

Hal ini sering menyebabkan nyeri punggung biasa dan dapat melibatkan semua

atau beberapa bagian dari tulang belakang. Namun, paling sering pada regio

servikal dan lumbal.2

Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot, dan

keterbatasan gerak kesegala arah. Di Amerika Serikat, lebih dari 80% individu

Page 2: Spondilosis

2

yang berusia lebih dari 40 tahun mengalami spondilosis, meningkat mulai dari 3%

pada individu berusia 20-29 tahun. Di dunia, spondilosis dapat mulai berkembang

pada usia 20 tahun. Hal ini meningkat dan mungkin tidak dapat dihindari,

bersamaan dengan usia. Kira-kira 84% pria dan 74% wanita mempunyai osteofit

pada tulang belakang, yang sering terjadi pada level T9-10 dan L3. Kira-kira 30%

pria dan 28% wanita berusia 45-64 tahun mengalami osteofit.3

Di Indonesia sendiri kejadian spondylosis cukup tinggi seiring tingginya

jumlah penduduk yang berusia diatas 40 tahun. Tapi belum ada data yang lengkap

tentang rasio jenis kelamin dan daerah tentang spondylosis.

Page 3: Spondilosis

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang.

Spondilosis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri

khas bertambahnya degenerasi diskus intervertebralis yang diikuti perubahan pada

tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang

(osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang

posterior dari tepi superior dan inferior vertebra sentralis (corpus).4,5

Spondilosis merupakan gangguan degeneratif yang terjadi pada corpus dan

diskus intervertebralis, yang ditandai dengan pertumbuhan osteofit pada corpus

vertebra tepatnya pada tepi inferior dan superior corpus. Osteofit pada vertebra

dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri pinggang karena ukuran

osteofit yang semakin tajam.4,5

Spondilosis seringkali merupakan hasil dari osteoarthritis atau spur tulang

yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau degenerasi. Proses degenerasi

umumnya terjadi pada segmen L4 – L5 dan L5 – S1. Komponen-komponen vertebra

yang seringkali mengalami spondilosis adalah diskus intervertebralis, facet joint,

corpus vertebra dan ligamen (terutama ligamen flavum).4,6

2.2. Etiologi

Spondilosis muncul karena adanya fenomena proses penuaan atau

perubahan degeneratif. Spondilosis banyak pada usia 30 – 45 tahun dan paling

banyak pada usia >45 tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita

daripada laki-laki. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan spondilosis

lumbal adalah:6

a.    Kebiasaan postur yang jelek

b.    Stres mekanikal akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan yang melibatkan

gerakan mengangkat, twisting dan membawa/memindahkan barang.

c.    Tipe tubuh

Page 4: Spondilosis

4

Ada beberapa faktor yang memudahkan terjadinya progresi degenerasi pada

vertebra lumbal yaitu:4,6

a.    Faktor usia

Beberapa penelitian pada osteoarthritis telah menjelaskan bahwa proses

penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi tulang

khususnya pada tulang vertebra. Suatu penelitian otopsi menunjukkan bahwa

spondilitis deformans atau spondilosis meningkat secara linear sekitar 0% - 72%

antara usia 39 – 70 tahun. Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada

usia 20 tahun dan sekitar 98% pada usia 70 tahun.

b.    Stres akibat aktivitas dan pekerjaan

Degenerasi diskus juga berkaitan dengan aktivitas-aktivitas tertentu.

Penelitian retrospektif menunjukkan bahwa insiden trauma pada lumbal, indeks

massa tubuh, beban pada lumbal setiap hari (twisting, mengangkat, membungkuk,

postur jelek yang terus menerus), dan vibrasi seluruh tubuh (seperti

berkendaraan), semuanya merupakan faktor yang dapat meningkatkan

kemungkinan spondilosis dan keparahan spondilosis.

c.    Peran herediter

Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi osteofit dan degenerasi

diskus. Penelitian menjelaskan bahwa 50% variabilitas yang ditemukan pada

osteoarthritis berkaitan dengan faktor herediter. Kedua penelitian tersebut telah

mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif yang menunjukkan bahwa

sekitar ½ (47 – 66%) spondilosis berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan,

sedangkan hanya 2 – 10% berkaitan dengan beban fisik dan resistance training.

d.   Adaptasi fungsional

Suatu penelitian menunjukkan bahwa perubahan degeneratif pada diskus

berkaitan dengan beban mekanikal dan kinematik vertebra. Osteofit mungkin

terbentuk dalam proses degenerasi dan kerusakan cartilaginous mungkin terjadi

tanpa pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat terbentuk akibat adanya adaptasi

fungsional terhadap instabilitas atau perubahan tuntutan pada vertebra lumbar.

Page 5: Spondilosis

5

2.3. Patofisiologi

Salah satu aspek yang penting dari proses penuaan adalah hilangnya

kekuatan tulang. Perubahan ini menyebabkan modifikasi kapasitas penerimaan

beban (load-bearing) pada vertebra. Setelah usia 40 tahun, kapasitas penerimaan

beban pada tulang cancellous/trabecular berubah secara dramatis. Sebelum usia 40

tahun, sekitar 55% kapasitas penerimaan beban terjadi pada tulang cancellous/

trabecular. Setelah usia 40 tahun penurunan terjadi sekitar 35%. Kekuatan tulang

menurun dengan lebih cepat dibandingkan kuantitas tulang. Hal ini menurunkan

kekuatan pada end-plates yang melebar jauh dari diskus, sehingga terjadi fraktur

pada tepi corpus vertebra dan fraktur end-plate umumnya terjadi pada vertebra

yang osteoporosis.4,7

Cartilaginous end-plate dari corpus vertebra merupakan titik lemah dari

diskus sehingga adanya beban kompresi yang berlebihan dapat menyebabkan

kerusakan pada cartilaginous end-plate. Pada usia 23 tahun sampai 40 tahun,

terjadi demineralisasi secara bertahap pada cartilago end-plate. Pada usia 60

tahun, hanya lapisan tipis tulang yang memisahkan diskus dari channel vaskular,

dan channel nutrisi lambat laun akan hilang dengan penebalan pada pembuluh

arteriole dan venules. Perubahan yang terjadi akan memberikan peluang

terjadinya patogenesis penyakit degenerasi pada diskus lumbar. Disamping itu,

diskus intervertebralis orang dewasa tidak mendapatkan suplai darah dan harus

mengandalkan difusi untuk nutrisi.4,7

Page 6: Spondilosis

6

Gambar 2.1. (kiri) Ilustrasi spondilosis, (kanan) ilustrasi osteofit.

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:4,7

a. Annulus fibrosus  menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar

dan muncul retak pada berbagai sisi.

b. Nucleus pulposus kehilangan cairan

c. Tinggi diskus berkurang

Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan

dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.4,7

Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa

adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang

menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi

dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya crush

fracture.4,7

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal

terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal,

durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf

dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis

intervertebralis.4,7

Page 7: Spondilosis

7

Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan

perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular

dan bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan

pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.4,7

Gambar 2.2. Perubahan lengkungan vertebra.

2.4. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Keluhan dapat berupa nyeri yang terpusat pada bagian tulang belakang yang

terlibat (bisa pada leher atau punggung), bertambah dengan pergerakan, dan berkaitan

dengan kekakuan dan keterbatasan gerakan. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada

gejala sistemik seperti keletihan, malaise, dan demam. Nyeri biasanya berkurang

dengan istirahat. Dan yang lebih penting diketahui bahwa tidak ada tanda penekanan

radiks saraf. Beberapa pasien mengeluhkan nyeri yang samar-samar dan intermiten

pada tungkai atas atau tungkai bawah, tapi bukan suatu bentuk nyeri skiatika dan

straight-leg raising test tidak menimbulkan nyeri ini. Pasien memilih posisi sedikit

fleksi. Posisi duduk biasanya membuat pasien nyaman, meskipun rasa kaku dan tak

nyaman bisa terjadi jika pasien dalam posisi tegak (erect).7

Keparahan dari gejala sering sedikit berhubungan dengan gambaran

radiologik,nyeri bias muncul meskipun gambaran radiologik yang dijumpai minimal.

Malah berkebalikan, osteofit yang bermakna dengan spur formation pada vertebra

dapat terlihat pada pasien dengan ataupun tanpa gejala. Jika spondilosis lumbalis

(osteofit) menonjol ke dalam kanalis spinalis, maka dapat terjadi komplikasi berupa

Page 8: Spondilosis

8

kanalis stenosis. Delapan puluh persen pasien dengan kanalis stenosis mengalami

klaudikasio intermiten neurogenik, tergantung pada beratnya stenosis kanalis. Gejala

yang mengarah kepada hal tersebut adalah defisit motorik, sensorik, nyeri tungkai

bawah dan kadang-kadang terdapat inkontinensia urin.7

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada kelainan spesifik pada pemeriksaan laboratorium.7

b. Foto Polos X-Ray

Pemeriksaan foto polos tulang vertebra (cervical, torakal, lumbal, sakrum)

dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique berguna untuk menunjukkan

spondilosis (osteofit), spondilolistesis. Sementara stenosis kanalis sentralis tidak

dapat ditentukan dengan metode ini.10

Pada foto polos juga bisa menunjukkan bone spurs pada corpus vertebra,

penebalan pada facet joint dan penyempitan pada diskus intervertebralis.

c. CT Scan

Pada pemeriksaaan CT scan tulang belakang dapat terlihat lebih detail dan

bisa mendiagnosis penyempitan dari kanalis spinalis (stenosis spinalis) jika ada.

CT adalah metode terbaik untuk mengevaluasi osseus (tulang). Dengan potongan

setebal 3 mm, ukuran dan bentuk kanalis spinalis, resessus lateralis, sendi faset,

lamina dan morfologi diskus intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum flavum

juga terlihat.10

d. MRI Spine

MRI lebih canggih daripada CT scan dalam visualisasi struktur non osseus

dan saat ini merupakan metode terbaik untuk memvisualisasi isi kanalis spinalis.

Sangat penting bahwa semua gambaran radiologis berhubungan dengan gejala-gejala,

karena penyempitan asimptomatik yang terlihat pada MRI atau CT sering ditemukan

baik stenosis dari segmen yang asimptomatik atau pasien yang sama sekali

asimptomatik dan seharusnya tidak diperhitungkan.10

Pada MRI digunakan untuk visualisasi vertebra, facet joint, saraf, dan

ligamen pada tulang belakang.

Page 9: Spondilosis

9

2.5. Diagnosis Banding Nyeri Pinggang Bawah (Low Back Pain)

Nyeri pada daerah pinggang bawah (low back pain) sering dialami oleh

orang dewasa dan merupakan gejala yang paling sering berhubungan dengan

sistem muskuloskletal. Nyeri pinggang bawah bisa disebabkan oleh penyakit

sendi degeneratif atau penyakit diskus degeneratif yang bisa menyebabkan

herniasi diskus. Setiap pasien yang mengeluh nyeri pinggang bawah, dengan hati-

hati di evaluasi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan pencitraan

(imaging), dan pemeriksaan laboratorium. Berikut klasifikasi penyebab nyeri

pinggang bawah yang dikembangkan oleh Maenab:4

1. Viscerogenic; merupakan lesi pada traktus genitouirnarius dan organ

pelvis, baik intraperitoneal atau retroperitoneal yang dapat mengiritasi

peritoneum sehingga menimbulkan nyeri pinggang bawah. Karakteristik

nyeri pada daerah ini tidak bertambah berat dengan aktifitas dan tidak

berkurang dengan istirahat.

2. Vasculogenic; abnormalitas pada aorta desendens dan arteri iliaka, seperti

oklusi vaskular atau dissecting aneurysm, dapat menyebabkan nyeri yang

menjalar ke pinggang bawah.

3. Neurogenic; infeksi atau neoplasma yang mempengaruhi korda spinalis

atau kauda ekuina mirip dengan herniasi diskus.

4. Spondylogenic; merupakan penyebab tersering nyeri pinggang bawah

dengan atau tanpa skiatika, adalah kelainan komponen tulang pada

kolumna vertebra (osseus lesions) dan kelainan struktural (soft tissue

lesions).

a. Osseus Lesions

Trauma: efek residu dari fraktur atau dislokasi

Infeksi: pyogenic osteomyelitis, tuberculosis osteomyelitis

Inflamasi non-spesifik: ankylosing spondylitis

Neoplasma: primer atau sekunder

Disseminated bone disorder: eosinophilic granuloma,

Paget’s disease

Page 10: Spondilosis

10

Kelainan metabolik tulang: osteoporosis, osteomalacia,

ochronosis

Deformitas tulang: spondyloysis, spondylolisthesis,

scoliosis, adolescent kyphosis.

b. Soft tissue lesions

Myofascial lesions: muscle strains, tendinitis

Sacroiliac strain: biasanya berhubungan dengan kelahiran

Lesi diskus intervertebralis: segmental instability,

hiperekstensi segmental, segmental narrowing, herniasi

diskus

Lesi pada Facet Joint: degenerative joint disease

(osteoarthritis)

5. Psikogenik; faktanya bahwa pasien yang mengeluh nyeri pinggang bawah

secara emosional tidak stabil. Meskipun nyeri pinggang bawah kadang-

kadang bermanifestasi atau psikosomatik, namun penyebab organik

penyakit harus tetap di cari.

2.6. Penatalaksanaan

Ada beberapa kategori untuk penangan spondilosis, yaitu :8,9

a. Terapi Fisik

Terapi fisik merupakan salah satu cara yang telah lama digunakan dalam

penatalaksanaan spondilosis yang meliputi olahraga, pemakaian

penyokong lumbal, traksi, terapi pijat dan chiropractic. Adapun olahraga

yang dapat disarankan untuk mengurangi nyeri punggung bawah adalah

olahraga aerobik, penguatan otot maupun peregangan otot. Pada penderita

nyeri punggung bawah kronik yang menjalani terapi fisik ditemui

peningkatan yang signifikan berupa berkurangnya nyeri dan perbaikan

fungsional tubuh. Penyokong lumbal lebih banyak memberi manfaat pada

penderita nyeri punggung bawah kronik. Penyokong lumbal ini bertujuan

untuk membatasi gerakan tulang belakang, menstabilisasi, memperbaiki

Page 11: Spondilosis

11

deformitas dan mengurangi tekanan mekanis. Sedangkan pada terapi

chiropractic, chiropractor akan memberikan tekanan/pijatan pada area

yang mengalami immobilisasi atau tidak bekerja sebagai mana mestinya

dengan harapan sendi-sendi didaerah pijatan akan bekerja ke gerakan

normal. Pergerakan sendi yang baik sangat berpengaruh pada kesehatan

dan nutrisi dari diskus dan sendi karena mampu memfasilitasi pertukaran

nutrien, cairan dan zat-zat sisa metabolisme. Gerakan sendi yang baik juga

mencegah pembentukan jaringan parut yang bisa mengarah pada kekakuan

dan degenerasi.

b. Medikamentosa

Nyeri punggung bawah adalah keluhan utama bagi penderita spondilosis.

Oleh karena itu salah satu terapi yang harus diberikan adalah penghilang

rasa nyeri. Pada nyeri punggung bawah, obat anti inflamasi non-steroid

(OAINS) adalah yang paling sering digunakan, sesuai dengan berat rasa

nyeri yang dirasakan. Analgetik seperti acetaminophen dapat mengurangi

rasa nyeri tapi tidak memilki efek anti-inflamasi seperti OAINS. Steroid

dapat diberikan untuk mengurangi pembengkakan dan inflamasi pada

saraf.

c. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan dilakukan apabila terapi konservatif gagal

memperbaiki keadaan pasien. Tujuan utama dari terapi pembedahan pada

spondilosis adalah untuk mengehentikan pergerakan dari segmen yang

mengalami nyeri ketika digerakkan dan mengurangi dekompresi dari saraf

spinal. Salah satu jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah spinal

fusion, dimana satu atau lebih tulang vertebra disatukan secara permanen

oleh bantuan alat untuk mencapai stabilitas dari tulang belakang. Spinal

fusion paling sering dilakukan di daerah vertebra servikal dan vertebra

lumbal.

Page 12: Spondilosis

12

2.7. Komplikasi dan Prognosis

Spondilosis dapat menyebabkan kompresi serabut saraf oleh osteofit.

Jika spondilosis lumbar berproyeksi ke kanalis spinalis maka stenosis spinalis

mungkin bisa terjadi. Jika osteofit tidak terlihat, cari apakah terdapat aneurisma

aorta, yang dapat menyebabkan penekanan dan eorsi vertebra.

Spondilosis tidak dapat menyebabkan kematian. Morbiditas pasien

disebabkan oleh nyeri pinggang bawah akibat spondilosis.

Page 13: Spondilosis

13

BAB 3

KESIMPULAN

1. Spondilosis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan

ciri khas bertambahnya degenerasi diskus intervertebralis yang diikuti

perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan

berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior,

lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior

vertebra sentralis (corpus).

2. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan spondilosis lumbal adalah:6

a.    Kebiasaan postur yang jelek

b.    Stres mekanikal akibat pekerjaan

c.    Tipe tubuh

3. Ada beberapa faktor yang memudahkan terjadinya progresi degenerasi

pada vertebra lumbal yaitu:

a.    Faktor usia

b.    Stres akibat aktivitas dan pekerjaan

c.    Peran herediter

d.   Adaptasi fungsional

Page 14: Spondilosis

14

Daftar Pustaka

1. Ropper AH and Brown RH., Pain in the Back, Neck and Extrimities.

In: Adams and Victor’s Principle of Neurology, 8, 2011.

2. Mahadewa TGB. Diagnosis dan Tatalaksana Spondylosis Lumbalis.

Jakarta: Sagung Seto, 2009. Hal: 88-101.

3. Wahjoepramono EJ. Medula Spinalis dan Tulang Belakang. Jakarta:

FK Univ. Pelita Harapan, 2008.

4. Salter, R.B. 1999. Degenerative Joint Disease in the Spine. In:

Textbook of Disorders and Injuries of the Muskuloskeletal System. 3rd

Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

5. Kelompok Studi Nyeri, 2003. Nyeri Punggung Bawah. Jakarta:

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

6. Manchikanti, L, 2000. Epidemiology of Low Back Pain.

http://www.painphysicianjournal.com/2000/april/2000;3;167-192.pdf.

7. Ropper AH, A SM. 2009. Adams and Victor's Principle of Neurology.

9th Edition. The McGraw-Hills Company.

8. Middleton, K & Fish DE. Lumbar Spondylosis: clinical presentation

and treatment approaches. Curr Rev Musculoskelet Med. 2;94-104,

2009.

9. Degenerative Disc Diseasy (Spondyslosis). Mayfield Clinic. 2010.

10. Rothschild, B.M. 2013. Lumbar Spondylosis. Availbale from:

http://emedicine.medscape.com/article/249036-overview