NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1....

39
Referat NYERI PUNGGUNG Oleh: dr. Huldani UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN BANJARMASIN JANUARI, 2012

Transcript of NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1....

Page 1: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

Referat

NYERI PUNGGUNG

Oleh:

dr. Huldani

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

BANJARMASIN

JANUARI, 2012

Page 2: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

ii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ...................................................................................... i

Kata Pengantar ..................................................................................... ii

Daftar Isi............................................................................................... iii

Daftar Gambar ...................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4

2.1. Definisi .............................................................................. 4

2.2. Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang .......................... 4

2.3. Klasifikasi ......................................................................... 8

2.4. Etiologi .............................................................................. 10

2.5. Epidemiologi ..................................................................... 11

2.6 Faktor Risiko ..................................................................... 13

2.7. Patofisiologi ...................................................................... 14

2.8. Diagnosis ........................................................................... 16

2.9 Penatalaksanaan ................................................................ 23

BAB III ALGORITMA NYERI PUNGGUNG ................................ 29

BAB IV TABEL KOMPARASI ....................................................... 31

BAB V RESUME DAN KESIMPULAN ........................................ 33

BAB VI PENUTUP .......................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penampang Tulang Belakang Potongan Transversal …. 6

Gambar 2.2 Penampang Tulang Belakang Potongan Sagital …..…... 6

Gambar 2.3 Kolumna Spinalis ……………………………………… 7

Gambar 2.4 Kompresi Radix Saraf L5 dan S1 oleh Diskus yang

Mengalami Herniasi.……………. ……………………. 7

Gambar 2.5 Pola Dermatomal Nyeri Radikuler …………………….. 10

Page 4: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Nyeri punggung adalah nyeri di bagian lumbar, lumbosacral, atau di daerah

leher. Nyeri ini sangat beragam ketajaman dan intensitasnya. Nyeri punggung

diakibatkan oleh regangan otot atau tekanan pada akar saraf (1). Nyeri punggung

biasanya dirasakan sebagai rasa sakit, tegangan, atau rasa kaku di bagian

punggung. Nyeri ini dapat bertambah buruk dengan postur tubuh yang tidak sesuai

pada saat duduk atau berdiri, cara menunduk yang salah, atau mengangkat barang

yang terlalu berat (2).

Dalam satu penelitian dikatakan bahwa kurang lebih 60-80% individu

setidaknya pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Sebagian besar

(75%) penderita akan mencari pertolongan medis dan 25% di antaranya perlu

dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut (3). Pentingnya nyeri punggung dan leher

ditandai sebagai berikut: (a) biaya yang dihabiskan selama menderita nyeri

punggung ±100 milyar dollar per tahun, termasuk biaya kesehatan secara langsung

ditambah biaya karena produktivitas yang menurun, (b) gejala nyeri punggung

merupakan penyebab utama disabilitas pada individu yang berusia <45 tahun, (c)

nyeri punggung bawah merupakan penyebab paling sering kedua untuk berobat ke

dokter di Amerika, (d) ±1% populasi Amerika tidak mampu bekerja dalam waktu

yang lama karena menderita nyeri punggung (4).

Page 5: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

v

Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter

Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita NPB

sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia

dan migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang

dilakukan di 14 kota di Indonesia juga oleh kelompok studi Nyeri PERDOSSI

tahun 2002 ditemukan 18,13% penderita NPB dengan rata-rata nilai VAS sebesar

5,46±2,56 yang berarti nyeri sedang sampai berat. Lima puluh persen diantaranya

adalah penderita berumur antara 41-60 tahun (5).

1.2.Rumusan masalah

Tingginya insidensi penyakit ini mengharuskan tingginya kontak pasien

dengan tenaga medis sehingga diperlukan pembelajaran agar kasus seperti ini

dapat ditangani dengan tepat sebagaimana penanganan penyakit lainnya yang

sering ditemui. Dengan demikian, rumusan masalah pada tinjauan pustaka ini

adalah:

1. Bagaimana algoritma diagnosis nyeri punggung yang tepat?

2. Bagaimana algoritma pengelolaan nyeri punggung yang tepat?

1.3.Tujuan

Tinjauan kepustakaan ini bertujuan menjelaskan dasar teori nyeri

punggung yang terdiri atas definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, faktor

risiko, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis.

Page 6: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

vi

1.4.Manfaat

Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada

mahasiswa kedokteran dan praktisi kesehatan agar dapat menegakkan diagnosis

dan memberikan penanganan yang tepat pada kasus nyeri punggung.

Page 7: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

vii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Nyeri punggung adalah nyeri yang dirasakan di bagian punggung yang

berasal dari otot, persarafan, tulang, sendi atau struktur lain di daerah tulang

belakang. Tulang belakang adalah suatu kompleks yang menghubungkan jaringan

saraf, sendi, otot, tendon, dan ligamen, dan semua struktur tersebut dapat

menimbulkan rasa nyeri (6). Nyeri punggung diakibatkan oleh regangan otot atau

tekanan pada akar saraf (1). Nyeri punggung adalah masalah yang sering dirasakan

kebanyakan orang dalam hidup mereka. Nyeri punggung biasanya dirasakan

sebagai rasa sakit, tegangan, atau rasa kaku di bagian punggung. Nyeri ini dapat

bertambah buruk dengan postur tubuh yang tidak sesuai pada saat duduk atau

berdiri, cara menunduk yang salah, atau mengangkat barang yang terlalu berat (2).

2.2. Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang

Tulang belakang adalah struktur yang kompleks, yang terbagi menjadi

bagian anterior dan posterior. Tulang belakanh terdiri dati korpus vertebra yang

silindris, dihubungkan oleh diskus intervertebralis, dan dilekatkan oleh

ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Bagian posterior lebih lunak dan

terdiri dari pedikulus dan lamina yang membentuk kanalis spinalis. Bagian

posterior dihubungkan satu sama lain oleh sendi facet (disebut juga sendi apofisial

atau zygoapofisial) superior dan inferior. Sendi facet dan sendi sacroiliaka, yang

Page 8: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

viii

dilapisi oleh sinovia, diskus intervertebralis yang kompresibel, dan ligamen yang

elastic, yang berperan dalam gerak fleksi, ekstensi, rotasi, dan gerak lateral dari

tulang belakang (7).

Stabilitas tulang belakang tergantung dari integritas korpus vertebrae,

diskus intervertebralis dan struktur penunjang yakni otot dan ligament. Meskipun

ligamen yang menopang tulang belakang sangat kuat, stabilitas tulang belakang

tetap dipengaruhi aktivitas refleks maupun volunteer dari otot sacrospinalis,

abdomen, gluteus maximus, dan otot hamstring (7).

Struktur tulang belakang yang peka terhadap nyeri adalah periosteum

vertebrae, dura, sendi facet, annulus fibrosus dari diskus intervertebralis, vena

epidural, dan ligamentum longitudinal posterior. Gangguan pada berbagai struktur

ini dapat menjelaskan penyebab nyeri punggung tanpa kompresi radix saraf.

Nucleus pulposus dari diskus intervertebral tidak peka terhadap nyeri dalam situasi

yang normal. Tulang belakang regio lumbal dan servikal merupakan struktur yang

paling peka terhadap gerkana dan mudah mengalami trauma (4).

Page 9: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

ix

Gambar 2.1. Penampang Tulang Belakang Potongan Transversal (4)

Gambar 2.2. Penampang Tulang Belakang Potongan Sagital (4)

Page 10: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

x

Gambar 2.3. Kolumna Spinalis (4)

Gambar 2.4. Kompresi Radix Saraf L5 dan S1 oleh Diskus yang Mengalami

Herniasi (4)

Page 11: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xi

2.3. Klasifikasi

Nyeri punggung dapat bersifat akut atau kronik, nyerinya berlangsung terus

menerus atau hilang timbul, nyerinya menetap di suatu tempat atau dapat

menyebar ke area lain. Nyeri punggung dapat bersifat tumpul, atau tajam atau

tertusuk atau sensasi terbakar. Nyerinya dapat menyebar sampai lengan dan tangan

atau betis dan kaki, dan dapat menimbulkan gejala lain selain nyeri. Gejalanya

dapat berupa perasaan geli atau tersetrum, kelemahan, dan mati rasa (6).

Nyeri punggung dapat dibagi secara anatomi, yaitu: nyeri leher, nyeri

punggung bagian tengah, nyeri punggung bagian bawah, dan nyeri pada tulang

ekor. Nyeri punggung dapat dibagi berdasarkan durasi terjadinya, yaitu: akut (±12

minggu), kronik (>12 minggu), dan subakut (6-12 minggu) (6). Nyeri punggung

dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu (4) :

1. Nyeri lokal, yang disebabkan oleh regangan struktur yang sensitive terhadap

nyeri yang menekan atau mengiritasi ujung saraf sensoris. Lokasi nyeri dekat

dengan bagian punggung yang sakit.

2. Nyeri alih ke bagian punggung, dapat ditimbulkan oleh bagian visceral

abdomen atau pelvis. Nyeri ini biasanya digambarkan sebagai nyeri abdomen

atau pelvis tetapi dibarengi dengan nyeri punggung dan biasanya tidak

terpengaruh dengan posisi tubuh tertentu. Pasien dapat juga

mempermasalahkan nyeri punggungnya saja.

3. Nyeri yang berasal dari tulang belakang, dapat timbul dari punggung atau

dialihkan ke bagian bokong atau tungkai. Penyakit yang melibatkan tulang

belakang lumbal bagian atas dapat menimbulkan nyeri alih ke regio lumbal,

Page 12: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xii

pangkal paha, atau paha bagian atas. Penyakit yang melibatkan tulang

belakang lumbal bagian bawah dapat menimbulkan nyeri alih ke bagian

bokong, paha bagian belakang, atau betis dan tungkai (jarang). Injeksi

provokatif pada struktur tulang belakang bagian lumbal yang sensitif terhadap

nyeri dapat menimbulkan nyeri tungkai yang tidak mengikuti distribusi

dermatomal. Nyeri sclerotomal ini dapat menjelaskan kasus nyeri di bagian

punggung dan tungkai tanpa adanya bukti penekanan radix saraf.

4. Nyeri punggung radikular biasanya bersifat tajam dan menyebar dari tulang

punggung region lumbal sampai tungkai sesuai daerah perjalanan radix saraf.

Batuk, bersin, atau kontraksi volunteer dari otot abdomen (mengangkat barang

berat atau pada saat mengejan) dapat menimbulkan nyeri yang menyebar. Rasa

nyeri dapat bertambah buruk dalam posisi yang dapat meregangkan saraf dan

radix saraf. Saraf femoral (radix L2, L3, dan L4) melewati paha bagian depan

dan tidak akan teregang dengan posisi duduk. Gambaran tentang nyeri saja

biasanya tidak bisa digunakan untuk membedakan nyeri sklerotomal dan

radikulopati.

5. Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, walaupun tak jelas, biasanya

dikaitkan dengan banyak gangguan tulang belakang. Spasme otot biasanya

dikaitkan dengan postur abnormal, otot paraspinal yang teregang, dan rasa

nyeri yang tumpul.

Page 13: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xiii

Gambar 2.5. Pola Dermatomal Nyeri Radikuler (15)

2.4. Etiologi

Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada

tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, amupun struktur lain yang

menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain (4):

1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis,

kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis.

2. Trauma minor: regangan, cedera whiplash.

3. Fraktur: traumatik - jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik –

osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen.

4. Herniasi diskus intervertebral.

Page 14: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xiv

5. Degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal, stenosis

spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebral, gangguan

sendi atlantoaksial (misalnya arthritis reumatoid).

6. Arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun (misalnya

ankylosing spondilitis, sindrom reiter).

7. Neoplasma – metastasis, hematologic, tumor tulang primer.

8. Infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis diskus,

meningitis, arachnoiditis lumbalis.

9. Metabolik: osteoporosis – hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis (misalnya

penyakit paget).

10. Vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral.

11. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, pura-pura

sakit, sindrom nyeri kronik.

2.5. Epidemiologi

Nyeri muskuloskeletal sering terjadi dan sering dikaitkan dengan kecacatan

yang wajar dan biaya kesehatan yang tinggi, dan nyeri punggung merupakan

kelainan muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Perkiraan total biaya yang

dikeluarkan untuk mengobati nyeri punggung di Inggris saja pada tahun 2000

menghabiskan dana sebesar 12,3 juta poundsterling. Nyeri punggung

prevalensinya sangat tinggi dan memiliki dampak besar pada lingkungan sosial

dan individu. Penyakit ini menyerang satu dari lima orang dalam waktu yang

Page 15: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xv

bersamaan dan pada usia 30 tahun setengah populasi akan mengalami paling tidak

satu episode nyeri punggung (8).

Pentingnya nyeri punggung dan leher ditandai sebagai berikut: (a) biaya

yang dihabiskan selama menderita nyeri punggung ±100 milyar dollar per tahun,

termasuk biaya kesehatan secara langsung ditambah biaya karena produktivitas

yang menurun, (b) gejala nyeri punggung merupakan penyebab utama disabilitas

pada individu yang berusia <45 tahun, (c) nyeri punggung bawah merupakan

penyebab paling sering kedua untuk berobat ke dokter di Amerika, (d) ±1%

populasi Amerika tidak mampu bekerja dalam waktu yang lama karena menderita

nyeri punggung (4).

Nyeri punggung bawah merupakan penyebab tersering kelima seseorang

berobat ke dokter di Amerika. Kira-kira seperempat warga Amerika berusia

dewasa dilaporkan menderita nyeri punggung bawah yang berlangsung paling

tidak seharian penuh dalam 3 bulan terakhir, dan 7,6% warga dilaporkan menderita

1 episode nyeri punggung bawah yang parah dalam waktu 1 tahun. Nyeri

punggung bawah juga sangat mahal pembiayaannya: total biaya kesehatan

tambahan untuk nyeri punggung di Amerika diperkirakan mencapai 26,3 milyar

dollar pada tahun 1998. Sebagai tambahan, biaya yang hilang secara tidak

langsung karena kehilangan waktu bekerja sangat penting, diperkirakan 2% dana

cadangan Amerika dikeluarkan untuk mengatasi cedera punggung (9).

Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter

Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita NPB

Page 16: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xvi

sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia

dan migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang

dilakukan di 14 kota di Indonesia juga oleh kelompok studi Nyeri PERDOSSI

tahun 2002 ditemukan 18,13% penderita NPB dengan rata-rata nilai VAS sebesar

5,46±2,56 yang berarti nyeri sedang sampai berat. Lima puluh persen diantaranya

adalah penderita berumur antara 41-60 tahun (5).

2.6. Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya nyeri punggung adalah usia, kondisi kesehatan

yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok,

skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang

berhubungan dengan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama,

duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran,

mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan

kehamilan (10,16).

Postur tubuh yang tegak tergantung pada lekukan tulang belakang yang

normal, dan lekukan tersebut bukan penyebab nyeri punggung. Obesitas yang

menyebabkan bobot abdomen menjadi berat, dan proses kehamilan pada tahap

lanjut, dapat mengubah kelengkungan tulang belakang dan menyebabkan nyeri

punggung. Dalam kasus kehamilan, rasa nyeri biasanya menghilang setelah proses

kelahiran. Beberapa kegiatan, seperti jogging dan berlari di permukaan yang rata,

angkat berat, dan duduk lama (terutama di mobil, truk, dan kursi yang tidak

nyaman), dapat menyebabkan nyeri punggung. Namun demikian, faktor psikologis

Page 17: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xvii

memegang peranan yang cukup kuat dalam menyebabkan nyeri punggung kronik

(17).

Faktor risiko nyeri pinggang belum sepenuhnya jelas. Faktor risiko yang

paling sering dilaporkan untuk nyeri pinggang adalah beban kerja fisik yang berat

seperti mengangkat, posisi tubuh membungkuk, dan getaran seluruh tubuh. Gaya

hidup juga dianggap sebagai faktor risiko dari nyeri pinggang. Merokok,

kurangnya latihan fisik, dan jam tidur yang pendek meningkatkan risiko nyeri

pinggang. Sebuah tinjauan sistematis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang jelas antara konsumsi alkohol dan nyeri pinggang. Hubungan antara nyeri

pinggang dan faktor psikososial juga telah dilaporkan. Pekerja pengolah pangan

diketahui sebagai populasi yang berisiko tinggi mengalami nyeri pinggang karena

mereka bekerja dalam posisi membungkuk, mengangkat bahan yang berat, di

lantai yang basah, dan suhu yang panas (18).

Faktor yang berperan menyebabkan nyeri punggung bawah pada remaja

antara lain: perkembangan yang sangat pesat, kurangnya fleksibilitas dari otot

kuadriceps dan hamstring, bekerja sambil sekolah, dan merokok (11).

2.7. Patofisiologi

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang

terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini

akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan

menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan

untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah

Page 18: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xviii

satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan

iskemia (10).

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan

terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan

lesi primer pada sistem saraf (10).

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.

Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya

nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan

sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya

karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada

kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion

Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot

yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (10).

Rangsangan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, termik atau suhu,

kimiawi dan campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf bebas

yang mempunyai spesifikasi. Di sini terjadi potensial aksi dan impuls ini

diteruskan ke pusat nyeri. Serabut saraf yang berasal dari reseptor ke ganglion

masuk ke kornu posterior dan berganti neuron. Di sini ada dua kelompok neuron,

yaitu: (a) yang berganti neuron di lamina I yang kemudian menyilang linea

mediana membentuk jaras anterolateral yang langsung ke talamus, sistem ini

disebut system neospinotalamik yang menghantarkan rangsangan nyeri secara

cepat. Kelompok (b) bersinaps di lamina V kemudian menyilang linea mediana

membentuk jaras anterolateral dan bersinaps di substantia retikularis batang otak

Page 19: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xix

dan di talamus. Sistem ini disebut system paleospinotalamik yang mengantarkan

perasaan nyeri yang kronik dan yang kurang terlokalisasi (19).

Percobaan-percobaan decade terakhir menunjukkan adanya sistem nyeri

yang desenden, yang menghambat nyeri. Daerah periakuaduktus dan nucleus rafe

magnus merupakan bagian penting sistem ini. Rangsangan di tempat ini akan

menghambat nyeri (19).

2.8. Diagnosis

2.7.1. Anamnesis

Dalam anamnesis perlu diketahui:

1. Awitan

Penyebab mekanis nyeri punggung menyebabkan nyeri mendadak yang timbul

setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,

peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain

timbul bertahap (10).

2. Lama dan frekuensi serangan

Nyeri punggung akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai

beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai

resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik

dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu (10).

3. Lokasi dan penyebaran

Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis terutama

terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau

Page 20: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xx

hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar

ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri

psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap (10).

4. Faktor yang memperberat/memperingan

Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat

aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk,

bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor,

nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring (10).

5. Kualitas/intensitas

Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat

membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara nyeri

punggung dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari

masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri

pada tungkai yang lebih banyak dari pada nyeri punggung dengan rasio 80-

20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu

tindakan operasi. Bila nyeri nyeri punggung lebih banyak daripada nyeri

tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga

biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala nyeri punggung yang

sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan

gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang

biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB,

Page 21: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxi

namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan

yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.

Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan

bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri

biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa

menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah

nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.

Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada

malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya

suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi(10).

2.7.2. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi :

Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat

nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya

skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh

spasme otot paravertebral (10).

Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada

tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis

lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen

sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

Page 22: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxii

Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri

pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang

terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan

pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada

fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh

membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu

sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral

menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.

Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan

kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini

tidak patognomonik (10).

2. Palpasi :

Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan

suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).

Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan

menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke

kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada

spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada

palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada

prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.

Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.

Page 23: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxiii

Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna

pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level

kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang

bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari

radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.

Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada

hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron

(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang

berupa UMN atau LMN (10).

3. Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus

dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang

seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya (10).

4. Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena

membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting

arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai

dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam

menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris (10).

5. Tanda-tanda rangsangan meningeal :

Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal

khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi

pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900

lalu dengan perlahan-

lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan

menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif)

Page 24: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxiv

dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat

modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan

ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain

semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara

laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan

tanda kemungkinan herniasi diskus.

Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan

nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.

Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah

tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8%

dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada

hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8%

pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia

dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan

dengan yang muda (<30 tahun).

Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan

cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan

menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang

sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.

Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama

seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.

Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari

kaki.

Page 25: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxv

Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila

timbul nyeri (10).

2.7.2. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium:

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah

(LED) dan morfologi darah tepi (penting untuk mengidentifikasi infeksi atau

myeloma), kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen

spesifik prostat (jika ada kecurigaan metastasis karsinoma prostat),

elektroforesis protein serum (protein myeloma), dalam kasus khusus, dapat

diperisa tes tuberculin atau tes Brucella, tes faktor rheumatoid, dan

penggolongan HLA (jika curiga adanya ankylosing spondylitis) (7).

2. Pemeriksaan Radiologis :

Foto rontgen (lebih bagus jika pasien dalam keadaan berdiri) pada posisi

anteroposterior, lateral, dan oblique sering dilakukan untuk pemeriksaan

rutin nyeri pinggang dan sciatica. Gambaran radiologis sering terlihat

normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang diskus

intervertebral, osteofit pada sendi facet dan penumpukan kalsium pada

vertebrae, pergeseran korpus vertebrae (spondilolistesis), infiltasi tulang

oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat

bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu

skoliosis akibat spasme otot paravertebral (7).

CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level

neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang (10).

Page 26: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxvi

MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan

menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli

bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus

mana yang paling terkena (10).

MRI sangat berguna bila: vertebra dan level neurologis belum jelas,

kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak,

untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi, kecurigaan

karena infeksi atau neoplasma.

Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang

sangat berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah

saraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan

menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi

adanya suatu tumor.

2.9. Penatalaksanaan

2.8.1. Terapi Non Farmakologis

1. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja

seperti biasanya.

2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa

kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi

nyeri.

3. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke

aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.

Page 27: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxvii

4. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-kasus yang membutuhkan

obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2

minggu (12).

5. Modalitas lain: (a) intervensi fisik: orthosis, pemijatan, mobilisasi,

manipulasi, traksi, (b) modalitas termal: ultrasound terapeutik, diatermi,

bantalan pemanas (kering atau lembab), pemanas inframerah,

hidroterapi, kantong es (dengan atau tanpa pemijatan) (c) terapi elektrik:

stimulasi galvanic, arus interferensial, arus mikro, stimulasi saraf

transkutaneus elektrik, stimulasi neuromuscular, (d) terapi olahraga:

terapi rentang gerakan, program penguatan (isometric, kinetik), program

latihan aerobic, program latihan aqua, control neuromuscular, koreksi

postural, (e) magnet, (f) terapi meridian: akupunktur, elektroakupunktur,

(g) terapj laser, (h) terapi lingkungan:; biofeedback dan relaksasi, (i)

intervensi edukasi, (j) terapi kombinasi atau multimodalitas (13).

2.8.2. Terapi Farmakologis

1. Asetaminofen

Penggunaan asetaminofen dosis penuh (2 sampai 4 g per hari) sebagai

terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan beberapa

pedoman terapi (rekomendasi A). Harus diketahui bahwa pada pasien

dengan riwayat alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyakit liver,

mengonsumsi obat tertentu (terutama antikonvulsan), atau orang tua

yang lemah, toksisitas hati dapat terjadi pada dosis yang

direkomendasikan. Selanjutnya, toksisitas asetaminofen meningkat

Page 28: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxviii

secara substansial jika dikonsumsi bersamaan dengan dengan inhibitor

siklooksigenase-2 spesifik (COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi

(NSAID).

2. NSAID

Ada bukti kuat keberhasilan penggunaan NSAID pada nyeri akut dan

bukti moderat pada nyeri kronis (rekomendasi A). NSAID

direkomendasikan oleh sebagian besar pedoman pengobatan. Semua

NSAID tampaknya memiliki khasiat yang sama. Mempertimbangkan

manfaat dibandingkan efek samping, American Geriatrics Society

merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini pertama

dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin

magnesium trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih

sedikit efek samping gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik

dengan biaya lebih rendah daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non

spesifik yang dipilih, sitoproteksi lambung harus dipertimbangkan

berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus dipertimbangkan ketika

peradangan diyakini memainkan peran penting dalam proses produksi

nyeri.

3. Relaksan Otot

Bukti yang mendukung penggunaan relaksan otot masih kurang jelas

(rekomendasi B). Sebuah tinjauan dari 14 percobaan acak terkontrol

moderat berkualitas menunjukkan bahwa cyclobenzaprine lebih efektif

daripada plasebo dalam pengelolaan nyeri leher dan punggung. Namun,

Page 29: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxix

efeknya minimal dengan efek samping yang lebih besar. Efek tertinggi

terjadi dalam 4 hari pertama terapi. Kesimpulan serupa juga sama untuk

obat lain yang sejenis. Baclofen dan Tizanidine memiliki lebih sedikit

potensi kecanduan daripada relaksan otot lainnya. Relaksan otot tidak

dianjurkan untuk WAD fase akut karena bukti tentang manfaatnya

masih belum jelas.

4. Opioid

Sebuah badan literatur ekstensif melaporkan efektivitas jangka pendek

opioid dalam berbagai sindrom nyeri (rekomendasi A). Namun, tidak

ada penelitian acak berkualitas tinggi untuk menunjukkan manfaat dan

keamanan opioid jangka panjang untuk setiap indikasi pemberiannya.

Kegunaan opioid pada nyeri leher harus seimbang dengan efek samping

yang ditimbulkan seperti sembelit, sedasi, dan ketergantungan. Beberapa

pihak mendukung penggunaan opioid dalam berbagai sindrom nyeri

ketika strategi lain tidak melngurangi rasa sakit secara adekuat, dan ada

bukti jelas bahwa obat ini tidak merugikan pasien dan memberikan

peningkatan yang signifikan dan berkelanjutan.

5. Antidepresan ajuvan dan Antikonvulsan

Meskipun tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol untuk

penggunaan agen ini secara khusus pada nyeri leher, penggunaannya,

terutama dalam nyeri kronis dan neuropatik, secara didukung secara luas

oleh berbagai literatur (rekomendasi A). Juga harus dicatat bahwa dalam

Page 30: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxx

sindrom nyeri kronis, depresi sering terjadi bersamaan, dan pengobatan

depresi secara agresif sering memberikan bermanfaat.

6. Hipnotik sedatif

Tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol yang cukup panjang

untuk menunjukkan manfaat dan keamanan jangka panjang obat ini

untuk mengobati nyeri. Selain menghilangkan rasa sakit yang secara

khusus disebabkan oleh kejang otot, obat ini bukan penghilang rasa sakit

yang efektif.

7. Steroid

Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk

nyeri leher radikuler dan nyeri punggung bawah. Hasil uji coba dibagi

antara hasil yang positif dan negatif. Perbedaan hasil yang didapat

merupakan akibat, setidaknya sebagian, dari penyakit yang berbeda

antar kelompok pasien dan perbedaan teknik. Uji coba terakhir dengan

pemilihan pasien yang lebih hati-hati dan teknik terstandar telah

menunjukkan hasil yang lebih positif. Oleh karena itu keputusan untuk

mempertimbangkan penggunaan steroid epidural pada setiap pasien

merupakan latihan dalam penilaian klinis. Tidak ada ada alasan yang

jelas dalam penggunaan injeksi steroid epidural pada nyeri nonradicular.

Penggunaan steroid untuk nyeri radikuler harus jelas (rekomendasi B).

Beberapa pihak merekomendasikan penggunaan injeksi steroid epidural,

sedangkan yang lain tidak. Percobaan sederhana yang mempelajari

manfaat klinis steroid sistemik masih belum meyakinkan, dan uji klinis

Page 31: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxi

untuk membandingkan steroid oral dan epidural masih belum ada.

Injeksi steroid intraartikular belum terbukti dapat menghilangkan rasa

sakit jangka panjang yang efektif, dan penggunaan steroid tidak

dianjurkan untuk mengobati WAD kronis (14).

Page 32: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxii

BAB III

ALGORITMA NYERI PUNGGUNG

3.1. Algoritma untuk pengelolaan pasien dengan nyeri leher (14)

Nyeri leher

Anamnesis dan

Pemeriksaan fisik

WAD Radikulopat

i

Nyeri leher

aksial

Infeksi atau

neoplasma

Mielopati

Foto

rontgen Asetaminofen, inhibitor COX-

2, relaksan otot, kembali ke

rutinitas lebih awal

Pemeriksaan

Lab dan

pencitraan

MR

I

Imobilisasi

dan

konsultasi

segera

Pertimbangkan penggunaan

opioid, antidepresan, dan

modalitas fisik

Konsultasi Konsultasi

Antidepresan dan

antikonvulsan

pertimbangkan MRI

Foto rontgen

Evalu

asi awal

1-2

min

ggu

4-6

min

ggu

Page 33: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxiii

3.2. Algoritma untuk pengelolaan pasien dengan nyeri pinggang (20)

Nyeri Pinggang Kronis

Tanpa Herniasi Diskus

Blok Saraf Sendi Facet

(Lidocaine)

Blok Saraf Sendi Facet

Positif

Blok Saraf Sendi Facet

Negatif

Diagnosis: Nyeri Sendi

Facet Gejala Sendi

Sakroiliaka (-)

Gejala Sendi

Sakroiliaka (+)

Diskografi

Provokatif

Injeksi Sendi

Sacroiliaka

Nyeri (+) Nyeri (-)

Diagnosis: Nyeri

Diskogenik

Blok Sendi

Sacroiliaka (+)

Blok Sendi

Sacroiliaka (-)

Diagnosis: Nyeri

Sendi Sacroiliaka

Diskografi

Provokatif

Nyeri (+) Nyeri (-)

Diagnosis: Nyeri

Diskogenik

Injeksi

Epidural

Page 34: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxiv

BAB IV

TABEL KOMPARASI

Myelu

m Radix Diskus Sendi Facet

Sendi

Sacroiliaka

Kualita

s Nyeri Tajam Tajam Tajam Dalam Dalam

Lokalis

asi Mudah Mudah Mudah Sulit Sulit

Parestes

ia (+) (+) (+) (-) (-)

Area Luas Luas Luas Sempit Sempit

Kepara

han Leher

Tungkai>Pun

ggung

Tungkai>Pun

ggung

Punggung>T

ungkai

Punggung>T

ungkai

Modifik

asi

Memb

uruk

dengan

posisi

fleksi

Memburuk

dengan posisi

fleksi

Memburuk

dengan posisi

fleksi

Memburuk

dengan posisi

ekstensi

Memburuk

dengan posisi

ekstensi

Pola

penyeb

aran

Mengi

kuti

distribu

si radix

saraf

Mengikuti

distribusi

radix saraf

Mengikuti

distribusi

radix saraf

Pinggang

sampai

pinggul,

paha, dan

pangkal paha

Pinggang

sampai

pinggul,

paha, dan

pangkal paha

Penyeb

aran

sampai

bawah

lutut

Sering Sering Sering Jarang Jarang

Page 35: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxv

Ganggu

an

fungsi

sensori

k

Mungk

in Mungkin Mungkin Jarang Jarang

Kelema

han

motorik

Obyekt

if Obyektif Obyektif Subyektif Subyektif

Atrofi Mungk

in ada Mungkin ada Mungkin ada Jarang Jarang

Ganggu

an

reflex

Mungk

in ada Mungkin ada Mungkin ada Tidak ada Tidak ada

Ekstens

i

tungkai

Nyeri

sampai

tungkai

Nyeri sampai

tungkai

Nyeri sampai

tungkai

Hanya nyeri

pinggang

Hanya nyeri

pinggang

Tanda

ketegan

gan

radix

saraf

(+) (+) (+) (-) (-)

Ganggu

an

fungsi

otonom

(+) (-) (-) (-) (-)

Page 36: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxvi

BAB V

RESUME DAN KESIMPULAN

5.1. Rangkuman/ Resume

Nyeri leher adalah nyeri yang dihasilkan dari interaksi yang kompleks

antara otot dan ligamen serta faktor yang berhubungan dengan postur, kebiasaan

tidur, posisi kerja, stress, kelelahan otot kronis, adaptasi postural dari nyeri primer

lain (bahu, sendi temporo mandibular, kranioservikal), atau perubahan degeneratif

dari diskus servikalis dan sendinya. Nyeri leher dapat disebabkan oleh berbagai

macam kelainan seperti spondilosis servikalis, infeksi, neoplasma, rheumatoid

arthritis, tortikolis spasmodik, trauma (WAD), dan fibromialgia.

5.2. Kesimpulan

Nyeri punggung adalah nyeri di bagian lumbar, lumbosacral, atau di daerah

leher. Nyeri ini sangat beragam ketajaman dan intensitasnya. Nyeri punggung

diakibatkan oleh regangan otot atau tekanan pada akar saraf.

Nyeri punggung merupakan masalah klasik manusia yang menyebabkan

banyaknya pengeluaran biaya dan seringnya kunjungan ke dokter. Nyeri

punggung menyebabkan morbiditas yang besar dan sering menyebabkan

individu tidak dapat bekerja.

Nyeri punggung dapat di bedakan berdasarkan lokasi dan penyebabnya yakni

kelainan myelum, kelainan radix, kelainan diskus, kelainan sendi facet, dan

kelainan sendi sacroiliaka.

Page 37: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxvii

Nyeri punggung dapat diatasi dengan diagnosis dan tatalaksana yang tepat.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang baik. Tatalaksana nyeri punggung meliputi terapi

non-farmakologis dan terapi farmakologis.

5.3. Saran

Nyeri pungung merupakan masalah di bidang neurologi yang memiliki

angka kejadian yang cukup sering. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang

lebih mendalam dari praktisi kesehatan terutama yang berada di lini terdepan

untuk mengenali dan menyaring kasus yang ditemukan di masyarakat agar

penanganan tepat dan cepat dapat segera dilaksanakan. Masih diperlukan

pembahasan lebih lanjut dan mendalam mengenai berbagai kasus neurologi

lainnya.

Page 38: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxviii

DAFTAR PUSTAKA

1. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/back+pain

2. http://www.nhs.uk/conditions/back-pain/Pages/Introduction.aspx

3. Sudirman S, Hargiyanto. Kajian teknologi kesehatan atas perbedaan efek

analgesia dari elektroakupunktur dengan frekuensi rendah, kombinasi, dan

tinggi, pada nyeri punggung bawah. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 2011;

14(2): 203-208.

4. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Back and Neck Pain. Dalam

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th

Edition. New York: McGraw-

Hill, 2008.

5. Purba JS, Ng DS. Nyeri punggung bawah: patofisiologi, terapi farmakologi

dan non-farmakologi akupunktur. Medicinus 2008; 21(2): 38-42.

6. en.wikipedia.org/wiki/Back_pain

7. Ropper AH, Brown RH. Pain in the back, neck, and extremities. Dalam Adams

and Victor’s: Principles of Neurology. Eight Edition. New York: McGraw-

Hill, 2005.

8. Docking RE, Fleming J, Brayne C, et al. Epidemiology of back pain in older

adults: prevalence and risk factors for back pain onset. Rheumatology 2011;

50: 164-1653.

9. Chou R, Qaseem A, Snow V, et al. Diagnosis and treatment of low back pain:

a joint clinical practice guideline from the american college of physicians and

the american pain society. Ann Intern Med 2007; 147: 478-491.

10. Tunjung R. Diagnosis dan penatalaksanaan nyeri punggung bawah

di puskesmas. dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/diagnosis-dan-penatalak

sanaan-nyeri-punggung-bawah-di-puskesmas/

11. Feldman DE, Shrier I, Rossignol M, et al. Risk factors for the development of

low back pain in adolescence. Am J Epidemiol 2001; 154(1): 30-36.

12. Yuliana. Low back pain. CDK 2011; 38(4): 270-273.

13. Swenson RS. Therapeutic modalities in the management of nonspecific neck

pain. Phys Med Rehabil Clin N Am 2003; 14: 605–627.

14. Douglass AB, Bope ET. Evaluation and treatment of posterior neck pain in

family practice. J Am Board Fam Pract 2004; 17: S13–22.

15. Hansen JT, Koeppen BM. Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology.

Teterboro: Icon Custom Communications, 2002.

16. Picavet HSJ, Vlaeyen JWS, Schouten JSAG. Pain catastrophizing and

kinesiophobia: predictors of chronic low back pain. Am J Epidemiol 2002;

156: 1028–1034.

17. Ehrlich GE. Low back pain. Bulletin of the World Health Organization 2003;

81(9): 671-676.

18. Tomita S, Arphorn S, Muto T, et al. Prevalence and risk factors of low back

pain among thai and myanmar migrant seafood processing factory workers in

Samut Sakorn Province, Thailand. Industrial Health 2010; 48: 283–291.

19. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2009.

Page 39: NYERI PUNGGUNG - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI - NYERI PUNGGUNG.pdf · 1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis,

xxxix

20. Manchikanti L, Singh V. An algorithmic approach to diagnosis and

management of low back pain. Pain Physician 2001; 4: 597-604.