spondilosis lumbalis

21
4 BAB I PENDAHULUAN Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus). 9 Daerah lumbal terdiri atas L1 sampai L5 dan L5 – S1 yang paling besar menerima beban atau berat tubuh sehingga daerah lumbal menerima gaya dan stress mekanikal paling besar sepanjang vertebra. Oleh karena itu, daerah lumbal sangat peka terhadap terjadinya nyeri pinggang. Disamping itu, gerakan membawa atau mengangkat objek yang sangat berat biasanya dapat menyebabkan terjadinya cidera pada lumbal spine. 1 Di dunia spondilosis lumbal dapat mulai berkembang pada usia 20 tahun, namun paling banyak terjadi pada usia 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Kira-kira 20% pria dan 22% wanita berusia 45-64 tahun mengalami osteofit lumbalis. Lebih dari 95% manusia akan mengalami perubahan pada lumbosakral seperti penyempitan ruang diskus atau pengerasan diskus yang identik dengan spondilosis. 9

description

kesehatan

Transcript of spondilosis lumbalis

Page 1: spondilosis lumbalis

4

BAB I

PENDAHULUAN

Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang.

Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang

dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti

perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan

berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral,

dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis

(corpus).9

Daerah lumbal terdiri atas L1 sampai L5 dan L5 – S1 yang paling besar

menerima beban atau berat tubuh sehingga daerah lumbal menerima gaya dan

stress mekanikal paling besar sepanjang vertebra. Oleh karena itu, daerah lumbal

sangat peka terhadap terjadinya nyeri pinggang. Disamping itu, gerakan

membawa atau mengangkat objek yang sangat berat biasanya dapat menyebabkan

terjadinya cidera pada lumbal spine.1

Di dunia spondilosis lumbal dapat mulai berkembang pada usia 20 tahun,

namun paling banyak terjadi pada usia 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada

wanita dari pada laki-laki. Kira-kira 20% pria dan 22% wanita berusia 45-64

tahun mengalami osteofit lumbalis. Lebih dari 95% manusia akan mengalami

perubahan pada lumbosakral seperti penyempitan ruang diskus atau pengerasan

diskus yang identik dengan spondilosis.9

Spondilosis lumbalis sering bersifat asimtomatis, sehingga kita sebagai

dokter sangat perlu untuk mengetahui gejala klinis yang sering tampak serta

pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang untuk dapat menegakkan

diagnosa dan memberikan penanganan yang tepat. Spondilosis juga dapat

menimbulkan nyeri apabila telah mengenai nervus spinalis sehingga dapat

menimbulkan gangguan dan keterbatasan aktivitas sehari-hari.6

Fisioterapai berperan untuk mengembalikan dan mengatasi gangguan dan

keterbatasan aktivitas tersebut sehingga pasien dapat beraktivitas kembali tanpa

adanya keluhan. Fisioterapi yang dapat dilakukan antara lain menggunakan

modalitas fisioterapi yaitu infra red (IR), transcutaneus electrical nerve

stimulation (TENS) dan terapi latihan william flexion exercise.10

Page 2: spondilosis lumbalis

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang

belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis

yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti

pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek

anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior

vertebra centralis.9

Spondilosis lumbalis merupakan perubahan degeneratif yang

menyerang vertebra lumbal atau diskus intervertebralis, sehingga menyebabkan

nyeri lokal dan kekakuan, atau dapat menimbulkan gejala-gejala spinal cord

lumbal, cauda equina atau kompresi akar saraf lumbosacral.10

B. Anatomi dan Fisiologi

1. struktur vertebra lumbalis

Columna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang

memungkinkan untuk bergerak. Terdapat 33 columna vertebralis, meliputi

7 columna vertebra cervical, 12 columna vertebra thoracal, 5 columna

vertebra lumbal, 5 columna vertebra sacral dan 4 columna vertebra

coccygeal. Vertebra sacral dan cocygeal menyatu menjadi sacrum-coccyx

pada umur 20 sampai 25 tahun. Susunan tulang vertebra secara umum

terdiri dari corpus, arcus dan foramen vertebra.1,2

a. Korpus

Merupakan bagian terbesar dai vertebra, berbentuk silindris yang

mempunyai beberapa facies, yaitu : anterior dan superior.

b. Arcus

Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangal pada

korpus menuju dorsal dan ada tonjolan ke arah lateral yang disebut

prosesus spinosus.

c. Foramen vertebra

Page 3: spondilosis lumbalis

6

Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara korpus dan arkus.

Formen vertebra ini membentuk saluran yang disebut canalis vertebralis

yang berisi medula spinalis. Canalis spinalis mempunyai dua bagian

yang terbuka di lateral di tiap segmen, yaitu foramina intervertebralis.

2. Diskus intervertebralis

Merupakan struktur elastis diantara korpus vertebra. Struktur

diskus bagian dalam disebut nukleus pulposus sedangkan bagian tepi

disebut anulus fibrosus. Diskus berfungsi sebagai bantalan sendi antar

korpus yang berdekatan untuk menahan tekanan dan menumpu berat

badan.1

3. Stabilitas

Stabilitas pada vertebra ada dua macam, yaitu pasif dan aktif.

Stabilitas pasif terdiri dari:1

a. Ligamentum longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior

tiap diskus dan anterior korpus vertebra yang berfungsi mengontrol

gerakan ekstensi.

b. Ligamentum longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada

bagian posterior diskus dan posterior korpus vertebra yang berfungsi

untuk mengontrol gerakan fleksi.

c. Ligamentum flavum terletak di dorsal vertebra diantara lamina yang

berfungsi melindungi medula spinalis dari posterior

d. Ligamentum transversus melekat pada tiap prosesus tranversus yang

berfungsi mengontrol gerakan fleksi.

Sedangkan yang berfungsi sebagai stabilitas aktif adalah otot-otot

penggerak lumbal, antara lain: m. rektus abdominis, m. psoas mayor, m.

quadratus lumborum yang terletak di anterior dan lateral serta m.

longisimus torakalis, m. iliocostalis di posteror.1

Page 4: spondilosis lumbalis

7

Gambar 1. Columna Vertebralis 4

Gambar 2. Struktur Columna Vertebralis Lumbal 3

Fungsi kolumna vertebralis yaitu sebagai berikut:3

Page 5: spondilosis lumbalis

8

1. Menyangga berat kepala dan batang tubuh

2. Memungkinkan pergerakan kepala dan batang tubuh

3. Melindungi medula spinalis

4. Memungkinkan keluarnya nervus spinalis dari kanalis spinalis

5. Tempat untuk perlekatan otot.

Di sepanjang medula spinalis melekat 31 pasang nervus spinalis melalui

radix anterior (motorik) dan posterior (sensorik). Masing-masing radix melekat

pada medula spinalis melalui sederetan radices (radix kecil) yang terdapat di

sepanjang segmen medula spinalis. Setiap radix mempunyai sebuah ganglion

radix posterior yang axon sel-selnya memberikan serabut-serabut saraf perifer

dan pusat. Radix nervus spinalis berjalan dari masing-masing segmen spinalis

foramen intervertebralis yang sesuai tempat keduanya menyatu membentuk

nervus spinalis. Di sini antara saraf sensorik dan motorik bercampur. Karena

pertumbuhan memanjang columna vertebralis tidak sebanding dengan

pertumbuhan medulla spinalis, panjang radix n.spinalis bertambah panjang dari

atas ke bawah. di daerah cervikal atas, radix nervus spinalis pendek dan

bearjalan hampir horizontal, tetapi di bawah di ujung medula (pada orang

dewasa di L1) membentukl seberkas saraf vertikal di sekitar filum terminal

vertebra yang disebut cauda equina.3

C. Etiologi

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa spondilosis terjadi karena

adanya proses degeneratf. Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan

resiko spondilosis lumbalis adalah:4

1. Kebiasaan postur yang buruk

2. Stres mekanik akibat gerakan mengangkat, membawa atau memindahkan

barang

3. Herediter

D. Patogenesis

Page 6: spondilosis lumbalis

9

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang

tersusun atas banyak unit rigid (vertebra dan unit fleksibel (diskus

intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,

ligament-ligament dan otot paravertebralis. Konstruksi yang unik ini

memungkinkan fleksibilitas dan memberikan perlindungan yang maksimal

terhadap sumsum tuang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap

goncangan saat lari atau melompat.2

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia

bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago

dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat

dan tak teratur. penonjlan faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar

saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang menyebabkan nyeri menyebar

sepanjang saraf tersebut.4,5

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul berupa neurogenik claudication yang

mencakup nyeri pinggang, nyeri tungkai serta rasa kebas dan kelemahan

motorik pada ekstremitas bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan

berjalan dan diperingan saat duduk atau tidur terlentang. Karakteristik dari

spondilosis lumbal adalah nyeri dan kekakuan gerak pada pagi hari.6

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk melihat gambaran yang

mungkin dapat terlihat, seperti:7

1. Penyempitan ruang discus intervertebralis

2. Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf

3. Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae

4. Pemadatan Corpus vertebrae

5. Porotik (Lubang) pada tulang

6. Vertebrae tampak seperti bambu (Bamboo Spine)

7. Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur

8. Celah sendi menghilang

Adapun pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain:7

Page 7: spondilosis lumbalis

10

1. Foto polos lumbosakral dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique

sangat membantu untuk melihat keabnormalan pada tulang.

2. Mielografi merupakan tindakan invasif dengan memasukan cairan

berwarna medium ke kanalis spinalis sehingga struktur bagian dalamnya

dapat terlihat. Myelografi digunakan untuk penyakit yang berhubungan

dengan diskus intervertebralis, tumor atau abses.

3. CT scan adalah metode terbaik untuk mengevaluasi adanya penekanan

tulang dan terlihat juga struktur yang lainnya, antara lain ukuran dan

bentuk canalis spinalis, recessus lateralis, facet joint, lamina, dan juga

morfologi discuss intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum clavum

juga.

4. MRI memberikan gambaran yang lebih jelas CT scan.

5. Electro miography (ENG)/Nerve conduction study (NCS) digunakan untuk

pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki. EMG dapat memberikan

informasi tentang:

a. Adanya kerusakan pada saraf

b. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut/kronik)

c. Lokasi terjadinya kerusakan saraf

d. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

e. Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf.

G. Tindakan fisioterapi

Tujuan tindakan fisioterapi antara lain:9

1. Jangka panjang: mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan

fungsional berjalan pasien.

2. Jangka pendek:

a. Mengurangi nyeri

b. Mengurangi spasme m.piriformis dan gastrok

c. Mengurangi kontraktur m.hamstring

d. Melepaskan jepitan pada nervus spinalis

Tindakan fisioterapi yang dapat dilakukan antara lain Short Wave

Diathermy (SWD) dan William flexion exercise.

Page 8: spondilosis lumbalis

11

1. Short Wave Diathermy (SWD)

Diathermy merupakan aplikasi energi elektromagnetik dengan

frekuensi tinggi yang terutama digunakan untuk membangkitkan panas

dalam jaringan tubuh. Diathermy juga dapat digunakan untuk

menghasilkan efek-efek nontermal. Diathermy yang digunakan sebagai

modalitas terapi terdiri atas Short Wave Diathermy (SWD) dan Microwave

Diathermy.9

SWD adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi

elektromagnetik dengan arus bolak-balik frekuensi tinggi. Federal

Communications Commision (FCC) telah menetapkan 3 frekuensi yang

digunakan pada SWD, yaitu:9

a. Frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter, frekuensi

ini paling sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan.

b. Frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter

c. Frekuensi 40,68 MHz dengan panjang gelombang 7,5 meter, frekuensi

ini jarang digunakan.

Efek terapi yang ditimbulkan antara lain:4

a. Perubahan panas/ temperatur

1) Meningkatkan metabolisme sel-sel sekitar 13% setiap kenaikan 1o

C.

2) Meningkatkan vasomotion sphinter sehingga timbul homeostatik

lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.

b. Reaksi general

Mengaktifkan sistem termoregulator di hipotalamus yang

mengakibatkan kenaikan temperatur darah untuk mempertahankan

temperatur tubuh secara general.

c. Jaringan ikat

Meningkatkan elastisitas jaringan ikat secara lebih baik seperti

jaringan kolagen kulit, tendon, ligamen dan kapsul sendi akibat

menurunnya viskositas matriks jaringan.

d. Otot

1) Meningkatkan elastisitas jaringan otot

Page 9: spondilosis lumbalis

12

2) Menurunkan tonus otot melalui normalisasi nosisensorik, kecuali

hiertoni akibat emosional dan kerusakan sistem saraf pusat.

e. Saraf

1) Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf

2) Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang

rangsang (theshold).

2. William flexion exercise

William flexion exercise dikenalkan oleh dr Paul Williams pada

tahun 1937 yang ditujukan untuk pasien kronik Low Back Pain (LBP)

dengan kondisi degenerasi korpus vertebra sampai pad adegenerasi diskus.

Program ini telah berkembang dan banyak ditujukan pada laki-laki di

bawah usia 50-an dan wanita di bawah usia 40-an yang mengalami

lordosis lumbal berlebihan, penurunan segmen diskus antara segmen

lumbal dan gejala-gejala kronik LBP.9,10

William flexion exercise adalah program latihan yang terdiri dari 7

macam gerakan yang menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal

(terjadi fleksi lumbal). William flexion exercise telah menjadi dasar dalam

mananjemen nyeri pinggang bawah selama beberapa tahun untuk

mengobati beberapa problem nyeri pinggang bawah berdasarkan temuan

diagnosis. Program ini digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari

facet joint (kapsul ligament), otot serta degenerasi korpus dan diskus.8

Metode latihan ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dan

memberikan stabilisasi lower trunk melalui perkembangan secara aktif

pada otot abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring sehingga terjadi

peningkatan fleksibilitas/elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower

back (sacrospinal). Selain itu, latihan ini berguna untuk

mengembalikan/menyempurnakan keseimbangan kerja antara group otot

postural fleksor dan ekstensor.9,10

Adapun prosedur pelatihannya adalah:

a. Latihan I

Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi dan kaki datar

diatas bed/lantai. Datarkan punggung bawah melawan bed tanpa

Page 10: spondilosis lumbalis

13

kedua tungkai mendorong ke bawah. kemudian pertahankan 5-10

detik. Gerakan ini bertujuan untuk penguluran otot-otot ekstensor

trunk, mobilisasi sendi panggul dan penguatan otot perut.9,10

Gambar 3. Teknik William flexion exercise I

b. Latihan II

Posisi awal sama dengan nomor 1. Pasien diminta untuk

mengkontraksikan otot perut dan memfleksikan kepala sehingga dagu

menyentuh dada dan bahu terangkat dari matras. Kemudian tahan 5-10

detik. Ulangi sebanyak 10 kali. Gerakan ini bertujuan untuk

penguluran otot-otot ekstensor trunk, penguatan otot-otot perut, dan

otot sternocleidomastoideus.9,10

Gambar 4. Teknik William flexion exercise II

c. Latihan III

Posisi awal sama dengan nomer I. Pasien diminta untuk

memfleksikan salah satu lutut ke arah dada sejauh mungkin kemudian

kedua tangan mencapai paha belakang dan menariknya ke dada. Pada

waktu bersamaan fleksikan kepala hingga menyentuh dagu menyentuh

dada dan bahu lepas dari matras. Tahan selama 5 detik. Latihan

diulangi pada tungkai yang lain kemudian gerakan diulang sebanyak

10 kali. Gerakan ini bertujuan untuk merapatkan lengkungan pada

lumbal, penguluran otot-otot ekstensor trunk, sendi panggul, sendi

sakroiliaka dan otot-otot hamstring.9,10

Page 11: spondilosis lumbalis

14

Gambar 5. Teknik William flexion exercise III

d. Latihan IV

Posisi awal sama dengan latihan I. Pasien diminta untuk

melakukan yang sama dengan nomer 3, tetai kedua lutut dalam posisi

menekuk, dinaikan ke atas dan ditarik dengan kedua tangan ke arah

dada. Fleksikan kepala dan naikan bahu dari matras, tahan 5-10 detik

dan ulangi 10 kali. Gerakan ini bertujuan untuk merapatkan

lengkungan pada lumbal, penguluran otot-otot ekstensor trunk, sendi

panggul, sendi sakroiliaka dan otot-otot hamstring.9,10

Gambar 6. Teknik William flexion exercise IV

e. Latihan V

Gerakan berupa latihan dimulai dengan posisi awal

seperi seorang pelari cepat pada titik startnya yaitu satu

tungkai dalam fleksi maksimal pada sendi lutut dan paha,

sedang tungkai yang lain dalam keadaan lurus di

belakang. Kemudian pada posisi tersebut tekan badan ke

depan dan ke bawah, tahan 5 hitungan dan rileks. Ulangi

hingga 10 kali. Gerakan ini bertujuan mengulur /

streching otot-otot fleksor hip dan fascia latae.9,10

Page 12: spondilosis lumbalis

15

Gambar 7. Teknik William flexion exercise V

f. Latihan VI

Posisi awal berdiri menempel dan membelakangi

dinding dengan tumit 10-15 cm di depan dinding, lumbal

rata dengan dinding. Kemudian satu tungkai melangkah

ke depan tanpa merubah posisi lumbal pada dinding,

tahan 10 hitungan dan rileks. Ulangi hingga 10 kali. Bila

latihan terlalu berat, lamanya penahanan dapat dikurangi.

Gerakan ini bertujuan untuk penguatan otot quadriceps,

otot perut dan ekstensor trunk.9,10

Gambar 8. Teknik William flexion exercise VI

Page 13: spondilosis lumbalis

16

BAB III

KESIMPULAN

1. Spondilosis lumbalis merupakan perubahan pada sendi tulang belakang

dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti

perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau berupa pertumbuhan

berlebihan dari tulang (osteofit)

2. Spondilosis lumbalis dapat simptomatis dan asimptomatis. Spondilosis

lumbalis menimbulkan manifestasi klinis berupa neurogenik claudication jika

telah mengenai nervus spinalis.

3. Selain terapi medikamentosa dapat dilakukan fisioterapi untuk

mengembalikan dan mengatasi gangguan dan keterbatasan aktivitas yang

dialami pasien.

4. Fisioterapi yang dapat dilakukan diantaranya terapi pemanasan (Soft Wave

Diathermy) dan William Flexion Exercise.

Page 14: spondilosis lumbalis

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Prescher, Andreas. 2002. Anatomy and Pathology of the Aging Spine. Vol

23:181-195. European Journal of Radiology.

2. Apley, A Graham dan Louis Solomon. 1994. Buku Ajar Ortopedi

dan Fraktur Sistem Apley ; Edisi Ketujuh, Alih Bahasa Edi

Nugroho, Widya Medika.

3. Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih

bahasa: Setiawan, I. dan Santoso, A. EGC: Jakarta

4. Peng, B., et al. 2005. The Pathogenesis of Discogenic Low Back Pain. Vol 87:

62-67. Journal of Bone and Joint Surgery.

5. Price, Sylvia A. Dan Lorraine M.Wilson. 2006. Herniasi Diskus

Intervertebralis Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

EGC: Jakarta.

6. Middleton, Kimberly dan David E.Fish. 2009. Lumbar Spondylosis: Clinical

Presentation and Treatment Approaches. Vol 2:94-104. Pubmed.

7. Suhadi, Irwan. 2006. Gambaran Klinis dan Radiologi kasus Low Back Pain Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2002-2005. Karya Tulis Ilmiah:

Universitas Maranatha.

8. Kassem, Noreen. 2010. Back Exercises for Spondilosis of the Spine. Available

from : http://www.livestrong.com/article/118137-back-exercises-spondylosis-

spine/. Diunduh 29 Desember 2012.

9. Rahayu, Sri. 2011. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Spondylosis L4-S1 di

RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Karya Tulis Ilmiah: UMS

Page 15: spondilosis lumbalis

18

10. Fajrin, Iniyati. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Infra Red, Tens, dan

William Flexion Exercise pada Kondisi Low Back Pain karena Spondilosis

Lumbalis. Karya Tulis Ilmiah: UMS