SPM TUGAS

33
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan persaingan global sekarang ini menjadikan persaingan bisnis semakin ketat. Jika tidak ada sistem pengendalian manajemen perusahaan, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan tersisih dari persaingan global dan terpuruk bahkan lebih parahnya lagi akan mengalami kebangkrutan. Sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan sebagai suatu alat dari alat-alat lainnya untuk mengimplementasikan strategi yang berfungsi untuk memotivasi anggota-anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi dan untuk membantu mengkoordinasikan proses pembuatan perencanaan dan pembuatan keputusan melalui organisasi untuk memandu perilaku manajemen. Sistem pengendalian manajemen berusaha untuk mengarahkan berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh semua subunit organisasi agar mengarah pada tujuan organisasi dan tujuan para manajernya. Seperti yang kita ketahui, PT Garuda Indonesia merupakan Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan nasional Indonesia. Maskapai ini menguasai 50% pasar penerbangan dosmestik. Berkat perluasan customer service dan kerja sama dengan maskapai penerbangan lain, Garuda menjadi pemain penting di pasaran internasional. Untuk melayani pasaran yang luas ini, garuda memiliki 40 kantor cabang di seluruh Indonesia, 38 kantor cabang di berbagai kota di seluruh dunia, dan kantor perwakilan di 13 kota. Dalam partisipasinya di era perdagangan bebas perlu juga adanya sebuah efisiensi proses produksi untuk menghadapi persaingan perusahaan di tingkat global, mendorong perusahaan sejenis dan juga berupaya untuk senantiasa melakukan inovasi -inovasi baru pada hasil pelayanannya.

description

SPM TUGAS

Transcript of SPM TUGAS

Page 1: SPM TUGAS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan persaingan global sekarang ini menjadikan persaingan bisnis

semakin ketat. Jika tidak ada sistem pengendalian manajemen perusahaan, maka dapat dipastikan

bahwa perusahaan tersebut akan tersisih dari persaingan global dan terpuruk bahkan lebih parahnya

lagi akan mengalami kebangkrutan. Sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan sebagai

suatu alat dari alat-alat lainnya untuk mengimplementasikan strategi yang berfungsi untuk

memotivasi anggota-anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi dan untuk membantu

mengkoordinasikan proses pembuatan perencanaan dan pembuatan keputusan melalui organisasi

untuk memandu perilaku manajemen. Sistem pengendalian manajemen berusaha untuk

mengarahkan berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh semua subunit organisasi agar

mengarah pada tujuan organisasi dan tujuan para manajernya.

Seperti yang kita ketahui, PT Garuda Indonesia merupakan Garuda Indonesia merupakan

maskapai penerbangan nasional Indonesia. Maskapai ini menguasai 50% pasar penerbangan

dosmestik. Berkat perluasan customer service dan kerja sama dengan maskapai penerbangan lain,

Garuda menjadi pemain penting di pasaran internasional. Untuk melayani pasaran yang luas ini,

garuda memiliki 40 kantor cabang di seluruh Indonesia, 38 kantor cabang di berbagai kota di seluruh

dunia, dan kantor perwakilan di 13 kota. Dalam partisipasinya di era perdagangan bebas perlu juga

adanya sebuah efisiensi proses produksi untuk menghadapi persaingan perusahaan di tingkat global,

mendorong perusahaan sejenis dan juga berupaya untuk senantiasa melakukan inovasi -inovasi baru

pada hasil pelayanannya. Tetapi, dengan munculnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia

beberapa tahun terakhir ini, membuat masyarakat menjadi selektif memilih maskapai yang baik

dengan harga yang lebih terjangkau di masyarakat.

Oleh sebab itu, perusahaan perlu melakukan upaya-upaya untuk menuju perbaikan sistem

supaya tetap bertahan dalam dunia penerbangan yang semakin ketat dan tuntutan akan pelayanan

yang bermutu dan murah. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka kami perlu mengadakan

penelitian lebih jauh mengenai Sistem Pengendalian Manajemen pada PT Garuda Indonesia Tbk.

Page 2: SPM TUGAS

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

Sejarah Perkembangan PT Garuda Indonesia Tbk.

Garuda Indonesia berawal dari tahun 1940-an, di mana Indonesia masih berperang melawan

Belanda. Pada saat ini, Garuda terbang jalur spesial dengan pesawat DC-3. 26 Januari 1949 dianggap

sebagai hari jadi maskapai penerbangan ini. Pada saat itu nama maskapai ini adalah Garuda

Indonesian Airways. Pesawat pertama mereka bernama Seulawah atau Gunung Emas, dana untuk

membeli pesawat ini didapatkan dari sumbangan masyarakat Aceh, pesawat tersebut dibeli seharga

120,000 dolar malaya yang sama dengan 20 kg emas. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia

sampai revolusi terhadap Belanda berakhir.

Pemerintah Burma banyak menolong maskapai ini pada masa awal maskapai ini. Oleh

karena itu, pada saat maskapai ini diresmikan sebagai perusahaan pada 31 Maret 1950, Garuda

menyumbangkan Pemerintah Burma sebuah pesawat DC-3. Pada 1953, maskapai ini memiliki 46

pesawat, tetapi pada 1955 pesawat Catalina mereka harus pensiun. Tahun 1956 mereka membuat

jalur penerbangan pertama ke Mekkah. Tahun 1960-an adalah saat kemajuan pesat maskapai ini.

Tahun 1965 Garuda mendapat dua pesawat baru yaitu pesawat jet Convair 990 dan pesawat

turboprop Lockheed L-118 Electra. Pada tahun 1961 dibuka jalur menuju Bandara Internasional Kai

Tak di Hong Kong dan tahun 1965 tibalah era jet, dengan DC-8 mereka membuat jalur penerbangan

ke Bandara Schiphol di Haarlemmeer, Belanda, Eropa. Tahun 1970-an Garuda mengambil perangkat

DC-9 dan juga Pesawat Jet kecil Fokker F28 saat itu Garuda memiliki 36 pesawat F28 dan merupakan

operator pesawat terbesar di dunia untuk jenis pesawat tersebut, sementara pada 1980-an

mengadopsi perangkat dari Airbus, seperti A300. Dan juga Boeing 737, juga McDonnell Douglas MD-

11.

Dalam tahun 1990-an, Garuda mengalami beberapa musibah, dan maskapai ini mengalami

periode ekonomi sulit. Tetapi, dalam tahun 2000-an ini maskapai ini telah dapat mengatasi masalah-

masalah di atas dan dalam keadaan ekonomi yang bagus. Salah satu lelucon mengenai maskapai

penerbangan ini adalah bahwa Garuda merupakan akronim. Akronim ini adalah kepanjangan dari

"Good And Reliable Under Dutch Administration" (baik dan dapat diandalkan di bawah administrasi

Belanda).

Pada tahun 2000, Garuda membentuk anak perusahaan yang bernama Citilink yang

menawarkan penerbangan dengan biaya murah ke kota-kota di Indonesia. Dengan adanya peristiwa-

peristiwa nasional yang terjadi, seperti Serangan 11 September 2001, Bom Bali I dan Bom Bali II,

wabah SARS, dan Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004 serta peristiwa jatuhnya sebuah Boeing

Page 3: SPM TUGAS

737 di Yogyakarta berdampak masalah keuangan kembali terjadi di pihak Garuda. Hal ini diperparah

dengan sanksi Uni Eropa yang melarang semua pesawat maskapai Indonesia menerbangi rute

Eropa.

Setelah kembali menata krisis keuangan yang melanda Garuda. Garuda mulai mencatatkan

sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 11 Februari 2011. Selain itu, Garuda juga menjadi

sponsor dalam pagelaran SEA Games 2011 yang digelar di Jakarta dan Palembang. Pada tahun 2012,

Garuda Indonesia juga menjalin kerjasama dengan salah satu klub sepak bola Inggris, Liverpool FC

sebagai Partner Resmi Liverpool FC dan Partner Maskapai Penerbangan Global Resmi Liverpool FC.

Hingga saat ini Garuda Indonesia tetap menjadi pilihan utama konsumen Indonesia dalam

penerbangan.

Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia Tbk.

Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan merupakan himpunan komitmen yang terdiri dari

etika bisnis Garuda Indonesia dan etika kerja Insan Garuda Indonesia yang disusun untuk

mempengaruhi, membentuk, mengatur dan melakukan kesesuaian tingkah laku agar diperoleh

capaian keluaran yang konsisten dan sesuai dengan budaya Garuda Indonesia guna mencapai visi

dan misinya.

Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan berlaku untuk seluruh unsur yang bertindak atas

nama Garuda Indonesia, perusahaan anak dan afiliasi di bawah pengendalian, pemegang saham

(investor) serta seluruh Pemangku Kepentingan atau mitra kerja yang melakukan transaksi bisnis

dengan Garuda Indonesia.

Garuda Indonesia senantiasa mendukung kepatuhan terhadap Etika Bisnis dan Etika Kerja

Perusahaan dan berkomitmen untuk mengimplementasikannya, serta mewajibkan seluruh Pegawai

Pimpinan dari setiap tingkatan dalam perusahaan untuk bertanggung jawab dalam memastikan

bahwa Etika Bisnis dan Etika KerjaPerusahaan dipatuhi dan dijalankan dengan baik oleh seluruh

Insan Garuda Indonesia. Selanjutnya setiap Insan Garuda Indonesia diwajibkan untuk

menandatangani komitmen pribadi Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan secara tahunan.

Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan senantiasa akan disesuaikan dengan perkembangan

hukum, sosial, norma, peraturan dan perkembangan bisnis Garuda Indonesia, dan perlu

dilaksanakan program internalisasi dan sosialisasi di lingkungan Garuda Indonesia agar semua unsur

dapat memahami serta secara aktif mendukung implementasi Etika Bisnis dan Etika Kerja

Perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Page 4: SPM TUGAS

Prinsip Corporate Governance PT Garuda Indonesia Tbk.

1. Transparansi

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, Perusahaan menyediakan informasi yang

material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku

kepentingan. Perusahaan mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang

disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Namun demikian prinsip keterbukaan yang dianut oleh Perusahaan tidak mengurangi kewajiban

untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

2. Akuntabilitas

Perusahaan berupaya untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar

melalui pengelolaan yang benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan Perusahaan dengan

tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.

Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan. Perusahaan memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran Perusahaan yang

konsisten dengan sasaran usaha Perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi

(reward and punishment system).

3. Responsibilitas

Organ Perusahaan (Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi) mematuhi

peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan Perusahaan serta melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate

citizen.

4. Independensi

Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola perusahaan yang baik, Perusahaan dikelola

secara independen sehingga masing-masing organ Perusahaan tidak saling mendominasi dan

tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Masing-masing organ Perusahaan tidak terpengaruh

oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala

pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

Page 5: SPM TUGAS

5. Kewajaran dan Kesetaraan

Dalam melaksanakan kegiatannya, Perusahaan senantiasa memperhatikan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan

kesetaraan.

Visi dan Misi PT Garuda Indonesia Tbk.

Visi Garuda Indonesia adalah menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan

layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.

Misi Garuda Indonesia adalah sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag

carrier) Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan

ekonomi nasional dengan memberikan layanan yang profesional.

Page 6: SPM TUGAS

BAB III

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA PT GARUDA INDONESIA TBK.

A. Result Control

Salah satu cara yang paling efektif untuk mempengaruhi perilaku di dalam organisasi yaitu

dengan melaksanakan management control yang disebut dengan pay-for-performance atau result

control. Tipe management control ini berhubungan dengan pemberian hadiah (reward) untuk

menciptakan hasil yang baik, atau dengan pemberian hukuman (punishment) atas hasil yang buruk,

dimana pemberian hadiah (reward) dalam hal ini tidak hanya dalam bentuk uang saja, tetapi juga

dapat berupa jaminan pekerjaan, promosi, otonomi, dan pengakuan.

Result controls akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh pegawai karena

adanya result controls akan menyebabkan para pegawai sangat menaruh perhatian terhadap

konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Dengan demikian, organisasi tidak lagi mendikte

pegawainya mengenai tindakan apa yang harus dilakukan, karena pegawai diberdayakan untuk

mengambil berbagai tindakan yang mereka yakini akan menghasilkan result yang diharapkan.

Agar result controls bekerja secara efektif, para manajer harus memahami hasil yang

diinginkan di area yang mereka kendalikan, serta mengkomunikasikannya secara efektif kepada para

pegawai yang bekerja di area yang dikendalikan tersebut. Selain itu, pegawai yang perilakunya

sedang dikendalikan harus mampu mempengaruhi hasil-hasil (results) secara material dalam jangka

waktu tertentu. Kemudian, diperlukan adanya kemampuan untuk mengukur hasil yang dapat

dikendalikan secara efektif.

Penerapan Result Control pada PT Garuda Indonesia Tbk.

Sejalan dengan visi GIA, yaitu menjadi perusahaan penerbangan yang andal dengan

menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan

Indonesia. hal tersebut diaplikasikan ke dalam suatu konsep yaitu Garuda Indonesia Experience yang

merupakan konsep layanan baru yang menyajikan aspek-aspek terbaik dari Indonesia kepada para

penumpang. Mulai dari saat reservasi penerbangan hingga tiba di bandara tujuan, para penumpang

akan dimanjakan oleh pelayanan yang tulus dan bersahabat yang menjadi ciri keramahtamahan

Indonesia, diwakili oleh ‘Salam Garuda Indonesia’ dari para awak kabin.

Dengan pengenalan konsep Garuda Indonesia Experience, Garuda Indonesia menciptakan

ciri khas yang membanggakan, sekaligus meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional.

Konsep Garuda Indonesia Experience didasarkan pada pancaindra atau “5 senses” (sight, sound,

scent, taste, dan touch) dan mencakup 24 “customer touch points”; mulai dari pelayanan pre-

Page 7: SPM TUGAS

journey, pre-flight, in-flight, post-flight dan post-journey. Sejak pertama diluncurkan pada 2009,

Garuda Indonesia Experience mengandalkan keramahtamahan Indonesia.

Garuda Indonesia mengemban misi khusus sebagai perusahaan penerbangan pembawa

bendera bangsa Indonesia, yang mempromosikan Indonesia kepada dunia. Konsep keramahtamahan

Indonesia ini diterjemahkan dalam ikon-ikon yang mengandalkan pancaindra, yang antara lain

tercermin dari penggunaan bahan dan ornamen khas Indonesia untuk interior pesawat, aroma

wewangian bunga khas Indonesia, musik khas Indonesia, serta cita rasa makanan dan minuman khas

Indonesia. Pada 2009, perusahaan melakukan program peremajaan untuk armada-armada lama,

Boeing 747-400 dan Airbus 330-300, dengan mengganti interior pesawat dan menambah fasilitas

AVOD (Audio and Video on Demand). Langkah yang sesuai dengan konsep layanan Garuda Indonesia

Experience.

Di samping melibatkan pancaindra, konsep Garuda Indonesia Experience juga harus memiliki

nilai-nilai dasar sebagai berikut: tepat waktu dan aman (tentang produk), cepat dan tepat (tentang

proses), bersih dan nyaman (tentang bangunan) serta andal, profesional, kompeten dan siap

membantu (tentang staf). Konsep ini diterima dengan baik oleh pelanggan Garuda Indonesia.

Untuk strategi jangka panjang perusahaan, pada tahun 2009 menanggapi larangan terbang

Uni Eropa Terhadap Garuda Indonesia dan 3 maskapai penerbangan Indonesia lainnya, membuat

Garuda Indonesia meluncurkan sebuah rencana ekspansi 5 tahun yang agresif dengan nama

“Quantum Leap”, rencana ini mencakup rencana re-branding maskapai dengan mengubah livery

maskapai, memperkenalkan seragam staf baru,menggandakan armadanya dari 62 menjadi 116

pesawat dan menaikkan 10,1 juta penumpang per tahun menjadi 27.6 juta dalam periode yang sama

serta menaikkan pertambahan jumlah rute domestik maupun internasional dari 41 menjadi 62.

Page 8: SPM TUGAS

B. Action Control

Action control merupakan pengendalian yang dilakukan untuk meyakinkan bahwa staff

melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dikehendaki perusahaan dan tidak melakukan

tindakan yang tidak dikehendaki perusahaan. Pengendalian tindakan (action control) terdiri dari

batasan fisik, mekanisme dan prosedur yang menyangkut batasan wewenang untuk mengambil

keputusan, kebijakan-kebijakan, prosedur operasi, review sebelum tindakan dilakukan dan

pertanggungjawaban tindakan nampaknya tidak sesuai dengan perilaku professional yang dididik

untuk mendiri dan mengembangkan self control. Di dalam organisasi yang didominasi oleh pekerja

profesional, penerapan bentuk pengendalian tindakan yang mendominasi dan membatasi aktivitas

para profesional untuk mengatur diri sendiri dapat menimbulkan konflik.

Pengendalian merupakan fungsi yang kritis dari manajemen. Tanpa adanya pengendalian

yang memadai, tujuan yang ditetapkan organisasi sulit dicapai, karena anggota organisasi

melakukan tindakan untuk memuaskan kepentingan pribadinya yang mungkin tidak sesuai dengan

kepentingan organisasi. Untuk dapat menunjukkan kinerja yang baik organisasi membutuhkan

pengukuran kinerja dan sistem pengendalian yang baik yang memungkinkan staff melaksanakan

kegiatan operasi secara maksimal.

Sistem pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang diterapkan manajemen

untuk mengarahkan perilaku staff agar sesuai dengan tujuan organisasi yang tertuang dalam visi,

misi dan strategi organisasi.Apabila strateginya tidak tepat maka sistem pengendalian manajemen

harus dapat menjamin bahwa strategi tersebut dapat dimodifikasi. Sistem pengendalian manajemen

diterapkan untuk mengurangi goal incongruence. Melalui sistem pengendalian ini, manajemen

berusaha mensosialisasikan strategi, tujuan dan norma-norma yang dianut oleh organisasi.

Diharapkan bahwa dengan proses sosialisasi ini manajemen dapat menyampaikan kepada anggota

organisasi tentang perilaku yang diharapkan (expected behavior) dari mereka. Tujuannya adalah

meningkatkan goal congruence melalui peningkatan komitmen anggota terhadap organisasi.

Organisasi merupakan suatu unit sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.

Sistem pengendalian yang tepat diperlukan oleh manajemen untuk membantu pencapaian tujuan

organisasi. Begitu pula dalam sistem pengendalian manajemen PT. Garuda Indonesia, Tbk, dimana

sistem ini bertujuan untuk mempengaruhi anggota organisasi untuk mengimplementasikan strategi

organisasi demi tercapainya sasaran perusahaan.

PT. Garuda Indonesia, Tbk menciptakan, mengembangkan dan menyajikan merek yang

selalu diingat sehingga produk tersebut dapat bertahan di tengah ketatnya persaingan pasar. Dari

segi peningkatan kualitas produk PT. Garuda Indonesia, Tbk berkomitmen terhadap konsumennya

yaitu menyediakan produk bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai dari

Page 9: SPM TUGAS

segi harga dan kualitas, dan yang aman bagi tujuan pemakaiannya. PT. Garuda Indonesia, Tbk

memiliki tujuan yang jelas untuk mendorong pertumbuhan merek berkelas dunia melalui inovasi

yang cepat, berskala besar dan menantang.

Elemen-elemen sistem pengendalian pada PT. Garuda Indonesia, Tbk:

1. Pelacak (detector) atau sensor

Detector melaporkan apa yang terjadi di dalam suatu organisasi. Apabila diterapkan pada

manajemen Garuda maka yang berfungsi sebagai detektor adalah bagian Marketing and Sales.

Misalnya jika ada penurunan penjualan, maka manajer bagian penjualan akan melaporkannya ke

assesor.

2. Penaksir (assestor)

Perangkat yang menentukan dampak dari peristiwa aktual dengan membandingkannya

pada standar atau ekspektasi dari yang seharusnya terjadi. Pada manajemen Garuda hal ini

dilakukan oleh bagian Finance. Mereka membandingkan antara budget dan aktual, jika penjualan

tidak sesuai dengan target maka harus dilaporkan pada bagian efector.

3. Effector

Suatu perangkat (sering disebut feedback) yang mengubah perilaku jika assesor

mengindikasikan kebutuhan yang harus dipenuhi. Setelah masalah diindikasikan maka tugas

effector, dalam manajemen adalah CEO, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah

tersebut.

4. Jaringan komunikasi

Perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan assesor dan assesor dengan

effector. Dalam suatu organisasi, komunikasi antar departemen sangat penting untuk menjamin

bahwa setiap informasi telah disampaikan dengan benar. Di zaman teknologi informasi sakarang

ini, informasi sangat vital bagi perusahaan. Tanpa informasi perusahaan akan kalaah bersaing dari

kompetitornya. Oleh karena itu peran Chief Information Officer dibutuhkan untuk mendesain

jaringan/sistem komunikasi dan informasi yang dapat diandalkan untuk membantu perusahaan

dalam mencapai goalnya.

Pengendalian aksi ini juga menjadi acuan bagi manajemen untuk mengarahkan para pegawai

PT. Garuda Indonesia, Tbk bisa bertindak sesuai dengan arahan dan sasaran perusahaan yang sudah

ditetapkan dan disosialisasikan. Pengendalian ini dapat berupa :

a. Batasan Perilaku (Behavioral constraint).

Batasan perilaku adalah pengendalian tindakan yang negatif sehingga tidak dimungkinkan

bagi seorang staff untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Constraint ini dapat

berupa batasan fisik (physical constraint) dan batasan administrative (administrative

Page 10: SPM TUGAS

constraint).Batasan fisik merupakan batasan yang muncul secara fisik yang dapat menghalangi

seseorang melakukan tindakan yang tidak diinginkan.

Dalam perusahaan PT. Garuda Indonesia, Tbk bisa kita temukan seperti Contoh : computer

password, kunci maupun sistem pengamanan secara elektronik. Administrative constraint

merupakan batasan-batasan yang sifatnya administratif dalam bentuk kebijakan atau prosedur

yang ada yang membatasi orang dalam melakukan tindakan tertentu. Kunci lemari dan ruangan,

computer password dan magnetic card untuk ruang pimpinan. Juga terdapat batasan

administratif berupa pemisahan fungsi (bagian marketing dan sales, finance dan bagian

pembukuan), wewenang pengambilan keputusan dan persetujuan dari atasan.

b. Review Sebelum Tindakan Dilakukan (Preaction review).

Review yang dilakukan sebelum tindakan betul-betul dilaksanakan, untuk mencegah

tindakan yang tidak dikehendaki atau penyimpangan yang jumlahnya material. Meliputi

penelitian yang cermat terhadap action plan dari individu yang akan dikontrol. Reviewer dapat

menyetujui atau tidak menyetujui proposal yang diajukan, meminta modifikasi atau meminta

rencana yang lebih matang sebelum memberikan persetujuan. Review dapat dilakukan baik

dalam bentuk formal maupun informal. Ketat/tidaknya review tergantung pada sering/tidaknya

review dilakukan. Apabila review dilakukan berulang kali secara detail dan dilakukan oleh orang

yang kompeten di bidangnya maka dapat dikatakan action controlnya ketat.

Di PT. Garuda Indonesia, Tbk bisa dicontohkan dengan adanya litbang yang canggih dan

modern, dimana semua produk baru atau pun pengembangan suatu produk ini harus terlebih

dahulu lulus uji di litbang ini. Litbang merupakan inti kegiatan tersebut, yang memadukan ilmu

pengetahuan bertaraf internasional dengan wawasan konsumen yang luas untuk menghasilkan

teknologi yang memuaskan konsumen di seluruh dunia.

c. Pertanggungjawaban Tindakan (Action accountability).

Staff diminta pertanggungjawabannya atas setiap tindakan yang mereka lakukan.

Penerapannya meliputi penentuan tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, komunikasi

dengan staff lain, pengamatan atas tindakan yang terjadi dan pemberian penghargaan bagi yang

baik dan hukuman bagi yang menyimpang.

Di PT. Garuda Indonesia, Tbk, hal ini pun menjadi perhatian direksi. Tiap tahun program

pelatihan pegawai pun selalu meningkat dari tahun ke tahun.Pelatihan ini terdiri dari general skill,

leadership skill, professional skill, dan sharing session. Manajer dan supervisor juga selalu

melakukan review satu kali dalam seminggu terkait dengan kinerja para bawahannya. Hal ini

untuk mengetahui kualitas kinerja para pegawai untuk dievaluasi.

d. Pengulangan (Redundancy)

Page 11: SPM TUGAS

Pengulangan, yaitu tindakan yang sama dilakukan oleh lebih dari satu orang atau sedikitnya

ada staff cadangan untuk meningkatkan probabilita bahwa tugas telah dilaksanakan .

Kemampuan untuk mengukur action control secara efektif memiliki 4 ciri yaitu : i) Tepat,

manajemen tahu secara pasti bahwa tindakan yang dilakukan benar atau salah; ii) Objektif,

artinya pengukuran dilakukan oleh seseorang yang independen; iii) Tepat waktu; artinya tindakan

menyimpang diketahui secepatnya agar segera dapat diperbaiki, iv) Dapat dimengerti, karyawan

mengerti tindakan-tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Komite Sumber Daya PT. Garuda Indonesia, Tbk telah dibentuk di setiap divisi dan fungsi

guna mengidentifikasi ketrampilan dan kapabilitas yang dibutuhkan di masa depan, menetapkan

jalur karir dan program pelatihan profesional, melakukan benchmarking remunerasi, dan

mengidentifikasi talenta utama dan pemimpin masa depan. PT. Garuda Indonesia, Tbk juga

memiliki program pengembangan karyawan yang lengkap, yang mencakup penilaian kerja secara

teratur serta didasari oleh serangkaian standar perilaku yang termaktub dalam “Standards of

Leadership”, pemetaan ketrampilan dan profil, mentoring, bimbingan dan pelatihan.Kepuasan

karyawan diukur melalui pelaksanaan survei berkala.

Strategi pengendalian manajemen yang dilakukan PT. Garuda Indonesia, Tbk dibagi menjadi

dua, yaitu :

1. Strategi untuk keseluruhan organisasi (corporate level)

Berbicara mengenai di dalam bisnis apa perusahaan akan berpartisipasi dan pembagian sumber

daya ke masing-masing bisnis unit. Berdasarkan corporate level strateginya, maka Garuda Indonesia

diklasifikasikan ke dalam perusahaan related diversified firm yaitu perusahaan yang beroperasi di

bidang industri yang mirip dan mereka berhubungan satu sama lain melalui operating synergies.

Operating synergies ini dapat berupa :

- kemampuan untuk membagi sumber daya

- kemampuan untuk membagi core competency (sesuatu yang membuat suatu perusahaan sukses

dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi customer).

Ini dapat dilihat dari Garuda Indonesia dan bisnis unitnya, yaitu:

a. Citilink, perusahaan penerbangan dengan harga terjangkau dan melayani penerbangan

domestik. Sebagai anak perusahaan Garuda, Citilink berbagi sumber daya dengan Garuda

misalnya divisi marketing, maintenance, dan procurementnya sama dengan Garuda.

b. PT. Garuda Maintenance Facilities Aero Asia, perusahaan ini bergerak di bidang

pemeliharaan pesawat terbang. Tidak hanya melayani Garuda saja tapi juga maskapi

penerbangan lain baik nasional maupun internasional.

Page 12: SPM TUGAS

c. PT. Aerowisata International, menyediakan jasa travel, hotel, transportasi, dan jasa katering

penerbangan.

d. PT. Abacus Distribution System, merupakan perusahaan yang melayani jasa pemesanan tiket

melalui komputer.

e. PT. Gapura Angkasa, ground handling.

f. PT. Garuda Medical Centre (GMC), merupakan jasa pelayanan di bidang kesehatan. Sebelum

menjadi bisnis unit tersendiri, GMC adalah divisi kesehatan Garuda Indonesia dan hanya

melayani awak dan karyawan.

g. Garuda Aviation and Training Education (GATE), merupakan lembaga pendidikan dan

pelatihan penerbangan. Selain sebagian besar pilot Garuda mendapatkan lisensi kelayakan

terbangnya dari lembaga ini, beberapa maskapai penerbangan nasional maupun

internasional juga mengirimkan sumber daya menusianya untuk menjalani pelatihan disini.

h. CARGO bergerak di bidang jasa angkutan/barang.

Karakteristik lain dari related diversified firm adalah mereka mempunyai core competencies

yang menguntungkan business unitnya. Core competencies yang dimiliki Garuda Group adalah

dibdang aviasi. Karena mereka tumbuh berkembang melalui R & D, Garuda terus melakukan inovasi

untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas pelayanannya.

2. Strategi untuk business units dalam organisasi (business unit level).

Fokus dari strategi yang diterapkan pada level bisnis unit ini adalah bagaimana menciptakan

dan menjaga keunggulan kompetitif di setiap industri yang dimasukinya. Ciri bisnis unit adalah dapat

mengambil keputusan dan memiliki strateginya sendiri-sendiri tapi tujuan utamanya tetap sama

dengan perusahaan induknya.

Usaha utama Garuda adalah jasa penerbangan, dan business unitnya pun sejalan dengan

kegiatan utama perusahaan. Jadi bisa dibilang Garuda menggunakan pola Aviation Business Model

untuk mengembangkan usahanya.

Berikut ini adalah Bussiness Unit Level Strategy yang diterapkan oleh BU maupun anak

perusahaan Garuda.

a. Citilink

Pada tahun 2001, Garuda mendirikan Citilink yang hanya melayani penerbangan domestik.

Strategi untuk business unit bergantung pada misi dan keunggulan kompetitifnya.

Berdasarkan Boston Consulting Group’s two-by-two-growth-share matrix Citilink, berada di

dalam tahap “Question mark” jadi misi yang paling sesuai adalah ‘built’. Built artinya tujuan

dari misi ini adalah meningkatkan market share. Untuk menentukan strategi yang sesuai,

dapat menggunakan analisis industri Porter’s Five Force Model. Berikut analisisnya :

Page 13: SPM TUGAS

1. The intensity of rivalry among existing competitors. Faktor yang mempengaruhi

persaingan adalah :

Pertumbuhan industri : saat ini pertumbuhan industri jasa maskapai penerbangan di

Indonesia sangat tinggi

Jumlah kompetitor : karena pertumbuhan industrinya sangat cepat, maka jumlah

pesaing sangat banyak

2. The bargaining power of customers. Contoh yang mempengaruhi kekuatan pembeli

adalah jumlah pembeli; masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan alat transportasi

yang cepat untuk jadi pasarnya sangat luas

3. The bargaining power of supplier. Salah satu keunggulan yang dimiliki Citilink adalah

suplier karena hampir semua kebutuhan Citilink disuplai oleh perusahaan induknya,

Garuda.

4. Threat from substitutes. Dengan banyaknya penerbangan sejenis di Indonesia ancaman

beralihnya pelanggan sangat tinggi.

5. Threat of new entry. Dengan banyaknya perusahaan penerbangan yang menjual pesawat

lamanya dengan harga murah, diperkirakan akan banyak perusahaan baruyang bergerak

di bidang ini.

Dari analisa diatas sebaiknya competitive advantage yang dipilih adalah low cost.

Citilink telah mempraktekan strategi tersebut. Harga tiket yang cukup murah dibandingkan

perusahaan penerbangan domestik lainnya yaitu sekitar 30% lebih murah dibanding Garuda

Indonesia, sasarannya jelas adalah penumpang kelas menengah yang membutuhkan

transportasi yang cepat dan nyaman dengan pelayanan yang memuaskan tentunya.

b. PT. Aerowisata International

PT. Aerowisata merupakan hospitality industry. Visinya adalah “Customer Comes First”

dengan fokus utama memuaskan pelanggannya. Saat ini berada di dalam tahapan ‘star’

karena perkembangannya yang sangat pesat. Jadi misinya adalah terus mempertahankan

keunggulannya. Sebelumnya, Aerowisata merupakan bagian kecil dari Garuda hingga

akhirnya berkembang, mandiri dan bahkan kini memiliki business unit sendiri, yaitu :

- PT. Mirtasari Hotel, PT. Bina Inti Dinamika, Sanur Beach Hotel dll. yang bergerak di bidang

perhotelan

- PT. Citra Sarana Service, jasa boga

- PT. Satriavi, bergerak dalam bidang biro perjalanan

- PT. Aero Jasa Perkasa, keagenan transportasi udara

- PT. Mandira Era Jasa Wahana, transportasi darat

Page 14: SPM TUGAS

- Garuda Orient Holidays Pty Limited, wisata

Dilihat dari bussiness unitnya, corporate level strategy yang diterapkan Aerowisata sama

dengan Garuda yaitu related diversified firm. Sedangkan business unit level strategy yang diterapkan

adalah diferentiation. Gunakan Porter’s Five Force Model untuk menentukan business level strategy.

1. The intensity of rivalry among existing competitors. Faktor yang mempengaruhi

persaingan adalah :

Pertumbuhan industri : saat ini pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia sedang

mengalami kelesuan

Jumlah kompetitor : belum terlalu banyak

2. The bargaining power of customers. Contoh yang mempengaruhi kekuatan pembeli

adalah jumlah pembeli; cukup banyak turis yang membutuhkan jasa pelayanan wisata

yang lengkap dan Aerowisata mampu menyediakan semuanya karena didukung oleh BU

dan perusahaan induknya.

3. The bargaining power of supplier. Salah satu suplai Aerowisata adalah SDM. Untuk

pelatihan pegawai bisa memanfaatkan BU Garuda yaitu GATE.

4. Threat from substitutes. Karena belum banyak jasa seperti ini jadi ancamannya belum

terlau besar.

5. Threat of new entry. Luasnya industri ini memungkinkan banyaknya perusahaan baru

yang tertarik untuk masuk ke bidang wisata.

PT. Aerowisata berupaya terus mengembangkan kualitas jasa pelayanannya dengan

selalu beradaptasi dengan teknologi baru, menambah kantor perwakilan baik di dalam

maupun di luar negeri, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan pelatihan

intensif dan rotasi pegawai dengan maksud untuk meningkatkan dan memuaskan jumlah

pelanggan.

c. PT. Garuda Sentra Medika

Bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Visinya adalah adalah menjadi pusat penyedia jasa

layanan kesehatan terkemuka di Indonesia, melalui pelayanan profesional, berstandar

internasional dengan mengutamakan kepuasan pelanggan. Sedangkan misinya :

• Membangun citra sebagai penyedia layanan kesehatan profesional, yang berstandar

internasional

• Mengelola Healthcare Services dan Managed Care dengan efektif dan efisien

• Mengembangkan produk-produk layanan kesehatan penerbangan, jaringan klinik satelit

dan rumah sakit

• Meningkatkan kompetensi, profesionalisme & kesejahteraan SDM

Page 15: SPM TUGAS

• Meningkatkan pendapatan usaha dan memperoleh laba yang wajar.

Analisa industri dengan Porter’s Five Force Model:

1. The intensity of rivalry among existing competitors. Faktor yang mempengaruhi

persaingan GSM adalah jumlah kompetitor yang cukup banyak terutama di Jakarta.

2. The bargaining power of customers. GSM memiliki customer tetap yaitu seluruh

karyawan PT Garuda Indonesia beserta seluruh anak perusahaan dan bisnis unitnya.

Walaupun begitu karena banyaknya usaha sejenis customer jadi mempunyai banyak

pilihan.

3. The bargaining power of supplier.

4. Threat from substitutes. Ancaman cukup tinggi

5. Threat of new entry. Jasa pelayanan kesehatan selalu dibutuhkan, jadi ancaman dari

pendatang baru selalu ada.

Dari analisa diatas, strategi yang paling tepat bagi GSM adalah low cost agar dapat bersaing

dengan kompetitornya.

d. PT. GMF Aero Asia

Selain berfungsi sebagai operation support Garuda, GMF juga melayani

pemeliharaan pesawat terbang milik maskapai penerbangan lain. Misi GMF adalah

‘menyediakan pemeliharaan pesawat yang dapat dipercaya dan terintegrasi untuk

menciptakan langit yang lebih aman’.

Saat ini nama GMF dikenal sebagai salah satu penyedia jasa maintenance pesawat

terbang yang cukup dikenal baik di Indonesia maupun dalam dunia internasional. Ini terbukti

dari jumlah klien yang mempercayakan maintenance pesawatnya pada GMF. Bisa dibilang

saat ini GMF berada di tahap ‘star’ karena market sharenya yang cukup luas dan mendapat

profit yang cukup besar. Pada tahap ini misi perusahaan adalah mempertahankan

keunggulannya.

1. The intensity of rivalry among existing competitors.

Jumlah penyedia jasa maintenance seperti GMF masih sedikit di Indonesia, tetapi

persaingan di luar negeri sangat ketat

2. The bargaining power of customers

Dengan banyaknya pilihan, customer mamegang peranan penting untuk memilih jasa

perusahaan mana yang akan dipakai

3. The bargaining power of supplier.

Lemah karena jumlah supllier cukup banyak.

4. Threat from substitutes.

Page 16: SPM TUGAS

5. Threat of new entry.

Karena perusahaan maintenance lokal sangat sedikit, masuknya perusahaaan baru ke

bidang ini sangat besar.

Dari analisis didapat bahwa persaingan dalam bidang ini cukup ketat, untuk

mempertahankan keunggulannya GMF menerapkan strategi low cost. Strategi ini telah

diterapkan oleh GMF dan tampaknya cukup berhasil.

Berdasarkan analisis lingkungan diatas, strategi yang diterapkan Garuda agar dapat bertahan

untuk menghadapi kompetitornya adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (dengan

training and development pegawai), menerapkan Good Corporate Governance , meningkatkan

sinergi antar unit-unit usaha yang tercangkup dalam ‘Garuda Group’, dan menerapkan aliansi

strategis (misalnya dengan join service passanger dengan perusahaan penerbangan lain).

C. Personal Control

Personnel controls membangun kecenderungan pola pikir karyawan secara alami untuk

mengontrol dan memotivasi diri mereka sendiri. Kontrol ini bertujuan untuk mengajak setiap

karyawan agar dapat berkomitmen terhadap perusahaan secara tidak langsung. Karyawan faham

tentang apa yang menjadi ekspektasi atau keinginan perusahaan. Karyawan juga yakin bahwa

masing-masing mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dengan personnel control, karyawan

cenderung mampu melakukan self monitoring yang efektif mengarahkan seluruh pegawai

melakukan hal yang benar dan mampu menghasilkan perasaan positif dari self-respect dan self-

satisfaction saat mereka melakukan pekerjaan dengan baik dan melihat keberhasilan organisasi.

Proses pada personel control, antara lain proses seleksi serta penempatan karyawan pada

bidangnnya, pelatihan sesuai kebutuhan perusahaan, dan perancangan kerja serta kebutuhan

sumber daya didalamnya.

Personnel control yang terdapat pada PT Garuda Indonesia Tbk antara lain:

1. GA memiliki beberapa submodul HCP SAP, antara lain:

a. Organisasional Manajemen (MO)

b. Unit Organisasi (Organizational Unit)

c. Pekerjaan (Job), Posisi (Position)

2. Personnel Administration. Setiap pegawai pada GA mengalami perubahan data yang disebabkan

oleh action-action.

3. Time Management berfokus pada semua informasi yang terkait dengan waktu yang dihabiskan

karyawan untuk bekerja dan ketersediaan karyawan.

Page 17: SPM TUGAS

4. Proses Time Management menentukan beban kerja (workload) dan persetujuan absen (absence

approval)

5. Recruitment

6. Proses Bisnis Recruitment

7. Performance Management System. Kelompok bisnis ini menangani semua proses HR yang

terkait dengan pencatatan dan evaluasi penilaian karyawan.

8. Proses Bisnis Performance Management System

9. Training & Event Management

10. Proses Bisnis Training & Event Management

11. Compensation Management

12. Proses Bisnis Compensation Management

13. Personnel Cost Planning

14. Proses Bisnis Personnel Cost Planning

D. Cultural Control

Cultural control adalah pengendalian yang di desain untuk mengontrol kegiatan secara

bersama-sama, dengan cara pemberiaan tekanan kelompok pada individu yang menyimpang dari

norma dan nilai dari kelompok tersebut. Supaya cultural control dapat efektif maka dibutuhkan

ikatan emosional yang kuat antara yang satu dengan yang lainnya. Penerapan cultural control

meliputi codes of conduct (aturan, komitmen dan nilai perusahaan secara tertulis), group-based

reward (pemberiaan reward atas pencapaian masing-masing kelompok), intraorganizational

transfers (sosialisasi yang diberikan kepada karyawan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan

perusahaan), physical and social arrangements (membentuk kebiasaan dari cara berpakaian dan tata

bahasa) dan tone at the top (teladan dari pihak manajemen yang lebih tinggi dari setiap karyawan).

Cultural control yang terdapat pada PT Garuda Indonesia Tbk antara lain:

1. Kode etik yang merupakan pernyataan yang bersifat umum dari nilai perudahaan, komitmen pada

para pemangku kepentingan, dan cara bagaimana pimpinan puncak menginginkan organisasi

tersebut berfungsi. Kode etik dirancang untuk membantu karyawan memahami perilaku seperti yang

diharapkan walau tidak ada aturan atau prinsip yang mengatur.

Garuda Indonesia telah mengumandangkan 5 (lima) nilai-nilai Perusahaan, yaitu eFficient &

effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & Openness dan Integrity yang disingkat menjadi

"FLY HI" sejak tahun 2007, dilanjutkan dengan rumusan code of conduct yang diluncurkan pada

tahun 2008. Tata nilai FLY HI dan etika Perusahaan merupakan soft structure dalam membangun

Page 18: SPM TUGAS

Budaya Perusahaan sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola

perusahaan yang baik.

Pada tahun 2011, Perusahaan menetapkan etika bisnis & etika kerja perusahaan melalui

Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11

tanggal 11 Maret 2011.

Etika bisnis dan etika kerja tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari pedoman perilaku

(code of conduct) yang diterbitkan melalui Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk No.JKTDZ/SKEP/50002/08 tanggal 14 Januari 2008 tentang Nilai-nilai Perusahan dan

Pedoman Perilaku (code of conduct) Insan Garuda Indonesia. Penyempurnaan dilakukan

berdasarkan umpan balik dari hasil proses implementasi internalisasi serta rekomendasi hasil GCG

assessment tahun 2009. Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan merupakan himpunan perilaku-

perilaku yang harus ditampilkan dan perilakuperilaku yang harus dihindari oleh setiap Insan Garuda

Indonesia. Etika dan perilaku tersebut dalam hubungannya dengan:

1. Hubungan Sesama Insan Garuda.

2. Hubungan dengan Pelanggan, Pemegang Saham dan Mitra Usaha serta Pesaing.

3. Kepatuhan Dalam Bekerja, mencakup Transparansi Komunikasi dan Laporan Keuangan;

Penanganan Benturan Kepentingan; Pengendalian Gratifikasi; Perlindungan Tehadap Aset

Perusahaan dan Perlindungan Terhadap Rahasia Perusahaan.

4. Tanggung jawab Kepada Masyarakat, Pemerintah dan Lingkungan.

5. Penegakan Etika Bisnis dan Etika Kerja mencakup: Pelaporan Pelanggaran; Sanksi Atas

Pelanggaran; Sosialisasi dan Pakta Integritas.

Tata nilai, etika bisnis dan etika kerja merupakan tanggung jawab seluruh Insan Garuda

Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama Perusahaan dalam

Buku Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan serta sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama PT

Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11 Maret 2011, ketetapan ketiga

bahwa seluruh pegawai Perusahaan wajib memahmai, menerapkan dan melaksanakan Etika Bisnis

dan Etika Kerja serta menandatangani "Pernyataan Pakta Integritas Kepatuhan Terhadap Etika

Perusahaan."

Internalisasi nilai-nilai dan etika Perusahaan dilakukan secara intensif melalui berbagai

saluran komunikasi, pelatihan dan terintegrasi dengan sistem penilaian pegawai. Sosialisasi melalui

saluran komunikasi internal perusahaan baik cetak maupun elektronik, tatap muka dan diskusi ke

semua Unit Kerja baik di kantor Pusat maupun di Kantor Cabang serta melalui program pelatihan.

Melalui proses sosialisasi, pada tahun 2011 ini jumlah pegawai yang telah menandatangani lembar

komitmen kepatuhan terhadap etika Perusahaan telah mencapai 2.980 pegawai dari berbagai

Page 19: SPM TUGAS

profesi dan unit kerja. Jumlah tersebut berarti sudah mencapai lebih dari separuh dari total pegawai

Perusahaan.

Perusahaan mengimplementasikan whistleblowing system sebagai alat manajemen untuk

membantu Penegakan etika perusahaan. Melalui sistem ini diharapkan semua pemangku

kepentingan mau melaporkan dugaan pelanggaran etika yang dilakukan oleh oknum pegawai

Garuda.

Etika Bisnis dan Etika Kerja serta whistleblowing system disosialisasikan pula kepada Mitra

Usaha sehingga Mitra usaha dapat membantu proses penegakkan etika di Perusahaan serta

bersama-sama menciptakan lingkungan bisnis yang bersih dan bermartabat.

Tata nilai "FLY HI" dan etika Perusahaan merupakan soft structure untuk membangun

Budaya Perusahaan sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

2. Physical and social arrangements

Desain interior yang baru di kabin pesawat Garuda Indonesia memadukan warna-warna

alami dan motif tradisional Indonesia yang indah dipandang mata, bersama dengan kenyamanan dan

kemudahan perangkat hiburan di dalam pesawat yang modern. Semua itu dirancang untuk

memberikan pengalaman penerbangan yang tak lekang waktu bagi para penumpang.

Garuda Indonesia meresmikan seragam baru untuk awak kabin, ujung tombak dari pelayanan

menyeluruh Garuda Indonesia. Garuda Indonesia mengalami perubahan seragam yang ke-11 kalinya,

terhitung sejak Garuda Indonesia beroperasi pada tahun 1949. Ini adalah bagian dari perubahan

visual image Garuda Indonesia, yang telah dilakukan juga pada logo, livery pesawat, dan interior

pesawat.

Seragam baru awak kabin wanita adalah kebaya yang dimodifikasi, terinspirasi oleh batik

dengan corak Parang Gondosuli yang memiliki nilai falsafat “sinar kehidupan yang harum” serta

menampilkan kesan anggun dan elegan bagi pemakainya. Motif batiknya bernama Lereng Indonesia.

Seragam ini terdiri dari tiga warna, yaitu hijau tosca yang bernuansa tropis dan menyegarkan; jingga

yang memiliki kesan hangat, ramah serta penuh energi; serta biru yang memancarkan kesan andal,

terpercaya, abadi, dan menenangkan.

Seragam baru awak kabin pria menunjukkan standar busana profesional pria, berupa setelan

jas single breasted abu-abu membalut kemeja biru muda berbahan campuran katun dan poliester

dengan bahan yang tak mudah kusut. Dasi terbuat dari sutra dengan unsur grafis, motif, dan warna

yang mencerminkan identitas Garuda Indonesia.

Page 20: SPM TUGAS

Seragam baru bermotif batik ini adalah konsep desain terbaru yang meliputi potongan

busana, motif tekstil, serta warna yang diselaraskan dengan konsep pelayanan Garuda Indonesia

Experience.

Pemilihan tiga warna (hijau tosca, jingga, dan biru) juga didasarkan pada estetika

peninggalan budaya pada bahan kain di Indonesia, serta sesuai dengan warna utama (color scheme)

Garuda Indonesia. Selain itu, pemilihan warna tersebut disesuaikan dengan warna interior kabin

pesawat Garuda Indonesia yang didominasi warna cokelat terakota, jingga, dan merah bata.

Selain untuk awak kabin, Garuda Indonesia telah menggunakan seragam baru ini untuk

pegawai unit lain seperti ticketing office, ground handling, dan lainnya.

Page 21: SPM TUGAS

BAB IV

KESIMPULAN

PT Garuda Indonesia Tbk. adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia yang menguasai

50% pasar penerbangan dosmestik. Seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan global

sekarang ini menjadikan persaingan bisnis semakin ketat maka dibutuhkan sistem pengendalian

manajemen perusahaan dalam rangka mengarahkan berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh

semua subunit organisasi agar mengarah pada tujuan organisasi dan tujuan para manajernya.

Sistem Pengendalian Manajemen pada PT Garuda Indonesia Tbk. ini terdiri dari result

control, action control, personel control, dan cultural control. Result control berkaitan dengan

pencapaian visi dan misi organisasi dimana menciptakan langkah-langkah strategis dengan target

yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu quantum leap yang merupakan upaya PT Garuda

Indonesia Tbk. dalam rangka meningkatkan pertumbuhan secara pesat selama lima tauhn.

Action control lebih menitikberatkan kepada pengendalian terhadap tindakan pegawai agar

mengikuti kehendak perusahaan. bentuk pengendaliannya diantaranya Batasan Perilaku (Behavioral

constraint) yang contohnya computer password, Review Sebelum Tindakan Dilakukan (Preaction

review) dengan adanya litbang yang canggih dan modern, dimana semua produk baru atau pun

pengembangan suatu produk ini harus terlebih dahulu lulus uji di litbang ini, Pertanggungjawaban

Tindakan (Action accountability) dengan melakukan review per minggu, Pengulangan (Redundancy)

dengan memiliki Komite Sumber Daya PT. Garuda Indonesia, Tbk telah dibentuk di setiap divisi dan

fungsi guna mengidentifikasi ketrampilan dan kapabilitas yang dibutuhkan di masa depan,

menetapkan jalur karir dan program pelatihan profesional, melakukan benchmarking remunerasi,

dan mengidentifikasi talenta utama dan pemimpin masa depan.

Strategi yang diterapkan Garuda agar dapat bertahan untuk menghadapi kompetitornya

adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (dengan training and development pegawai),

menerapkan Good Corporate Governance , meningkatkan sinergi antar unit-unit usaha yang

tercangkup dalam ‘Garuda Group’, dan menerapkan aliansi strategis.

Personnel controls membangun kecenderungan pola pikir karyawan secara alami untuk

mengontrol dan memotivasi diri mereka sendiri, PT Garuda Indonesia Tbk. memiliki personal control

antara lain beberapa submodul HCP SAP yang isinya mengenai Organisasional Manajemen (MO),

Unit Organisasi (Organizational Unit), Pekerjaan (Job) dan Posisi (Position), Personnel Administration,

Time Management, Recruitment, Proses Bisnis Recruitment, Performance Management System yang

menangani semua proses HR yang terkait dengan pencatatan dan evaluasi penilaian karyawan,

Proses Bisnis Performance Management System, Training & Event Management, Proses Bisnis

Page 22: SPM TUGAS

Training & Event Management, Compensation Management, Proses Bisnis Compensation

Management, Personnel Cost Planning, Proses Bisnis Personnel Cost Planning.

Cultural control adalah pengendalian yang di desain untuk mengontrol kegiatan secara

bersama-sama, dengan cara pemberiaan tekanan kelompok pada individu yang menyimpang dari

norma dan nilai dari kelompok tersebut. Supaya cultural control dapat efektif maka dibutuhkan

ikatan emosional yang kuat antara yang satu dengan yang lainnya. Garuda Indonesia telah

mengumandangkan 5 (lima) nilai-nilai Perusahaan, yaitu eFficient & effective; Loyalty; customer

centricitY; Honesty & Openness dan Integrity yang disingkat menjadi "FLY HI" sejak tahun 2007,

dilanjutkan dengan rumusan code of conduct yang diluncurkan pada tahun 2008. Etika Bisnis dan

Etika Kerja Perusahaan merupakan himpunan perilaku-perilaku yang harus ditampilkan dan

perilakuperilaku yang harus dihindari oleh setiap Insan Garuda Indonesia. Perusahaan juga

mengimplementasikan whistleblowing system sebagai alat manajemen untuk membantu Penegakan

etika perusahaan. Kemudian Garuda Indonesia juga melakukan perubahan terkait tampilan dan

pelayanan agar lebih merepresentasikan Indonesia dengan keramahan dan mempromosikan

Indonesia kepada dunia yang diselaraskan dengan konsep pelayanan Garuda Indonesia Experience.

Page 23: SPM TUGAS

Daftar Referensi

Merchant, Kenneth A., Modern Management Control System, Text and Cases, International edition, New Jersey, Prentice Hall, 2007

Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia Tbk. Tahun 2014

https://www.garuda-indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-experience/service-concept/sight/index.page (diakses Juni 2015)