SPM TUGAS
-
Upload
dyah-agustina -
Category
Documents
-
view
864 -
download
147
description
Transcript of SPM TUGAS
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan persaingan global sekarang ini menjadikan persaingan bisnis
semakin ketat. Jika tidak ada sistem pengendalian manajemen perusahaan, maka dapat dipastikan
bahwa perusahaan tersebut akan tersisih dari persaingan global dan terpuruk bahkan lebih parahnya
lagi akan mengalami kebangkrutan. Sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan sebagai
suatu alat dari alat-alat lainnya untuk mengimplementasikan strategi yang berfungsi untuk
memotivasi anggota-anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi dan untuk membantu
mengkoordinasikan proses pembuatan perencanaan dan pembuatan keputusan melalui organisasi
untuk memandu perilaku manajemen. Sistem pengendalian manajemen berusaha untuk
mengarahkan berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh semua subunit organisasi agar
mengarah pada tujuan organisasi dan tujuan para manajernya.
Seperti yang kita ketahui, PT Garuda Indonesia merupakan Garuda Indonesia merupakan
maskapai penerbangan nasional Indonesia. Maskapai ini menguasai 50% pasar penerbangan
dosmestik. Berkat perluasan customer service dan kerja sama dengan maskapai penerbangan lain,
Garuda menjadi pemain penting di pasaran internasional. Untuk melayani pasaran yang luas ini,
garuda memiliki 40 kantor cabang di seluruh Indonesia, 38 kantor cabang di berbagai kota di seluruh
dunia, dan kantor perwakilan di 13 kota. Dalam partisipasinya di era perdagangan bebas perlu juga
adanya sebuah efisiensi proses produksi untuk menghadapi persaingan perusahaan di tingkat global,
mendorong perusahaan sejenis dan juga berupaya untuk senantiasa melakukan inovasi -inovasi baru
pada hasil pelayanannya. Tetapi, dengan munculnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia
beberapa tahun terakhir ini, membuat masyarakat menjadi selektif memilih maskapai yang baik
dengan harga yang lebih terjangkau di masyarakat.
Oleh sebab itu, perusahaan perlu melakukan upaya-upaya untuk menuju perbaikan sistem
supaya tetap bertahan dalam dunia penerbangan yang semakin ketat dan tuntutan akan pelayanan
yang bermutu dan murah. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka kami perlu mengadakan
penelitian lebih jauh mengenai Sistem Pengendalian Manajemen pada PT Garuda Indonesia Tbk.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Sejarah Perkembangan PT Garuda Indonesia Tbk.
Garuda Indonesia berawal dari tahun 1940-an, di mana Indonesia masih berperang melawan
Belanda. Pada saat ini, Garuda terbang jalur spesial dengan pesawat DC-3. 26 Januari 1949 dianggap
sebagai hari jadi maskapai penerbangan ini. Pada saat itu nama maskapai ini adalah Garuda
Indonesian Airways. Pesawat pertama mereka bernama Seulawah atau Gunung Emas, dana untuk
membeli pesawat ini didapatkan dari sumbangan masyarakat Aceh, pesawat tersebut dibeli seharga
120,000 dolar malaya yang sama dengan 20 kg emas. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia
sampai revolusi terhadap Belanda berakhir.
Pemerintah Burma banyak menolong maskapai ini pada masa awal maskapai ini. Oleh
karena itu, pada saat maskapai ini diresmikan sebagai perusahaan pada 31 Maret 1950, Garuda
menyumbangkan Pemerintah Burma sebuah pesawat DC-3. Pada 1953, maskapai ini memiliki 46
pesawat, tetapi pada 1955 pesawat Catalina mereka harus pensiun. Tahun 1956 mereka membuat
jalur penerbangan pertama ke Mekkah. Tahun 1960-an adalah saat kemajuan pesat maskapai ini.
Tahun 1965 Garuda mendapat dua pesawat baru yaitu pesawat jet Convair 990 dan pesawat
turboprop Lockheed L-118 Electra. Pada tahun 1961 dibuka jalur menuju Bandara Internasional Kai
Tak di Hong Kong dan tahun 1965 tibalah era jet, dengan DC-8 mereka membuat jalur penerbangan
ke Bandara Schiphol di Haarlemmeer, Belanda, Eropa. Tahun 1970-an Garuda mengambil perangkat
DC-9 dan juga Pesawat Jet kecil Fokker F28 saat itu Garuda memiliki 36 pesawat F28 dan merupakan
operator pesawat terbesar di dunia untuk jenis pesawat tersebut, sementara pada 1980-an
mengadopsi perangkat dari Airbus, seperti A300. Dan juga Boeing 737, juga McDonnell Douglas MD-
11.
Dalam tahun 1990-an, Garuda mengalami beberapa musibah, dan maskapai ini mengalami
periode ekonomi sulit. Tetapi, dalam tahun 2000-an ini maskapai ini telah dapat mengatasi masalah-
masalah di atas dan dalam keadaan ekonomi yang bagus. Salah satu lelucon mengenai maskapai
penerbangan ini adalah bahwa Garuda merupakan akronim. Akronim ini adalah kepanjangan dari
"Good And Reliable Under Dutch Administration" (baik dan dapat diandalkan di bawah administrasi
Belanda).
Pada tahun 2000, Garuda membentuk anak perusahaan yang bernama Citilink yang
menawarkan penerbangan dengan biaya murah ke kota-kota di Indonesia. Dengan adanya peristiwa-
peristiwa nasional yang terjadi, seperti Serangan 11 September 2001, Bom Bali I dan Bom Bali II,
wabah SARS, dan Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004 serta peristiwa jatuhnya sebuah Boeing
737 di Yogyakarta berdampak masalah keuangan kembali terjadi di pihak Garuda. Hal ini diperparah
dengan sanksi Uni Eropa yang melarang semua pesawat maskapai Indonesia menerbangi rute
Eropa.
Setelah kembali menata krisis keuangan yang melanda Garuda. Garuda mulai mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 11 Februari 2011. Selain itu, Garuda juga menjadi
sponsor dalam pagelaran SEA Games 2011 yang digelar di Jakarta dan Palembang. Pada tahun 2012,
Garuda Indonesia juga menjalin kerjasama dengan salah satu klub sepak bola Inggris, Liverpool FC
sebagai Partner Resmi Liverpool FC dan Partner Maskapai Penerbangan Global Resmi Liverpool FC.
Hingga saat ini Garuda Indonesia tetap menjadi pilihan utama konsumen Indonesia dalam
penerbangan.
Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia Tbk.
Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan merupakan himpunan komitmen yang terdiri dari
etika bisnis Garuda Indonesia dan etika kerja Insan Garuda Indonesia yang disusun untuk
mempengaruhi, membentuk, mengatur dan melakukan kesesuaian tingkah laku agar diperoleh
capaian keluaran yang konsisten dan sesuai dengan budaya Garuda Indonesia guna mencapai visi
dan misinya.
Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan berlaku untuk seluruh unsur yang bertindak atas
nama Garuda Indonesia, perusahaan anak dan afiliasi di bawah pengendalian, pemegang saham
(investor) serta seluruh Pemangku Kepentingan atau mitra kerja yang melakukan transaksi bisnis
dengan Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia senantiasa mendukung kepatuhan terhadap Etika Bisnis dan Etika Kerja
Perusahaan dan berkomitmen untuk mengimplementasikannya, serta mewajibkan seluruh Pegawai
Pimpinan dari setiap tingkatan dalam perusahaan untuk bertanggung jawab dalam memastikan
bahwa Etika Bisnis dan Etika KerjaPerusahaan dipatuhi dan dijalankan dengan baik oleh seluruh
Insan Garuda Indonesia. Selanjutnya setiap Insan Garuda Indonesia diwajibkan untuk
menandatangani komitmen pribadi Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan secara tahunan.
Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan senantiasa akan disesuaikan dengan perkembangan
hukum, sosial, norma, peraturan dan perkembangan bisnis Garuda Indonesia, dan perlu
dilaksanakan program internalisasi dan sosialisasi di lingkungan Garuda Indonesia agar semua unsur
dapat memahami serta secara aktif mendukung implementasi Etika Bisnis dan Etika Kerja
Perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Prinsip Corporate Governance PT Garuda Indonesia Tbk.
1. Transparansi
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, Perusahaan menyediakan informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
Namun demikian prinsip keterbukaan yang dianut oleh Perusahaan tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
2. Akuntabilitas
Perusahaan berupaya untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar
melalui pengelolaan yang benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan Perusahaan dengan
tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan. Perusahaan memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran Perusahaan yang
konsisten dengan sasaran usaha Perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi
(reward and punishment system).
3. Responsibilitas
Organ Perusahaan (Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi) mematuhi
peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan Perusahaan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.
4. Independensi
Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola perusahaan yang baik, Perusahaan dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ Perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Masing-masing organ Perusahaan tidak terpengaruh
oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala
pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
5. Kewajaran dan Kesetaraan
Dalam melaksanakan kegiatannya, Perusahaan senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
Visi dan Misi PT Garuda Indonesia Tbk.
Visi Garuda Indonesia adalah menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan
layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.
Misi Garuda Indonesia adalah sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag
carrier) Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan
ekonomi nasional dengan memberikan layanan yang profesional.
BAB III
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA PT GARUDA INDONESIA TBK.
A. Result Control
Salah satu cara yang paling efektif untuk mempengaruhi perilaku di dalam organisasi yaitu
dengan melaksanakan management control yang disebut dengan pay-for-performance atau result
control. Tipe management control ini berhubungan dengan pemberian hadiah (reward) untuk
menciptakan hasil yang baik, atau dengan pemberian hukuman (punishment) atas hasil yang buruk,
dimana pemberian hadiah (reward) dalam hal ini tidak hanya dalam bentuk uang saja, tetapi juga
dapat berupa jaminan pekerjaan, promosi, otonomi, dan pengakuan.
Result controls akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh pegawai karena
adanya result controls akan menyebabkan para pegawai sangat menaruh perhatian terhadap
konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Dengan demikian, organisasi tidak lagi mendikte
pegawainya mengenai tindakan apa yang harus dilakukan, karena pegawai diberdayakan untuk
mengambil berbagai tindakan yang mereka yakini akan menghasilkan result yang diharapkan.
Agar result controls bekerja secara efektif, para manajer harus memahami hasil yang
diinginkan di area yang mereka kendalikan, serta mengkomunikasikannya secara efektif kepada para
pegawai yang bekerja di area yang dikendalikan tersebut. Selain itu, pegawai yang perilakunya
sedang dikendalikan harus mampu mempengaruhi hasil-hasil (results) secara material dalam jangka
waktu tertentu. Kemudian, diperlukan adanya kemampuan untuk mengukur hasil yang dapat
dikendalikan secara efektif.
Penerapan Result Control pada PT Garuda Indonesia Tbk.
Sejalan dengan visi GIA, yaitu menjadi perusahaan penerbangan yang andal dengan
menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan
Indonesia. hal tersebut diaplikasikan ke dalam suatu konsep yaitu Garuda Indonesia Experience yang
merupakan konsep layanan baru yang menyajikan aspek-aspek terbaik dari Indonesia kepada para
penumpang. Mulai dari saat reservasi penerbangan hingga tiba di bandara tujuan, para penumpang
akan dimanjakan oleh pelayanan yang tulus dan bersahabat yang menjadi ciri keramahtamahan
Indonesia, diwakili oleh ‘Salam Garuda Indonesia’ dari para awak kabin.
Dengan pengenalan konsep Garuda Indonesia Experience, Garuda Indonesia menciptakan
ciri khas yang membanggakan, sekaligus meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional.
Konsep Garuda Indonesia Experience didasarkan pada pancaindra atau “5 senses” (sight, sound,
scent, taste, dan touch) dan mencakup 24 “customer touch points”; mulai dari pelayanan pre-
journey, pre-flight, in-flight, post-flight dan post-journey. Sejak pertama diluncurkan pada 2009,
Garuda Indonesia Experience mengandalkan keramahtamahan Indonesia.
Garuda Indonesia mengemban misi khusus sebagai perusahaan penerbangan pembawa
bendera bangsa Indonesia, yang mempromosikan Indonesia kepada dunia. Konsep keramahtamahan
Indonesia ini diterjemahkan dalam ikon-ikon yang mengandalkan pancaindra, yang antara lain
tercermin dari penggunaan bahan dan ornamen khas Indonesia untuk interior pesawat, aroma
wewangian bunga khas Indonesia, musik khas Indonesia, serta cita rasa makanan dan minuman khas
Indonesia. Pada 2009, perusahaan melakukan program peremajaan untuk armada-armada lama,
Boeing 747-400 dan Airbus 330-300, dengan mengganti interior pesawat dan menambah fasilitas
AVOD (Audio and Video on Demand). Langkah yang sesuai dengan konsep layanan Garuda Indonesia
Experience.
Di samping melibatkan pancaindra, konsep Garuda Indonesia Experience juga harus memiliki
nilai-nilai dasar sebagai berikut: tepat waktu dan aman (tentang produk), cepat dan tepat (tentang
proses), bersih dan nyaman (tentang bangunan) serta andal, profesional, kompeten dan siap
membantu (tentang staf). Konsep ini diterima dengan baik oleh pelanggan Garuda Indonesia.
Untuk strategi jangka panjang perusahaan, pada tahun 2009 menanggapi larangan terbang
Uni Eropa Terhadap Garuda Indonesia dan 3 maskapai penerbangan Indonesia lainnya, membuat
Garuda Indonesia meluncurkan sebuah rencana ekspansi 5 tahun yang agresif dengan nama
“Quantum Leap”, rencana ini mencakup rencana re-branding maskapai dengan mengubah livery
maskapai, memperkenalkan seragam staf baru,menggandakan armadanya dari 62 menjadi 116
pesawat dan menaikkan 10,1 juta penumpang per tahun menjadi 27.6 juta dalam periode yang sama
serta menaikkan pertambahan jumlah rute domestik maupun internasional dari 41 menjadi 62.
B. Action Control
Action control merupakan pengendalian yang dilakukan untuk meyakinkan bahwa staff
melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dikehendaki perusahaan dan tidak melakukan
tindakan yang tidak dikehendaki perusahaan. Pengendalian tindakan (action control) terdiri dari
batasan fisik, mekanisme dan prosedur yang menyangkut batasan wewenang untuk mengambil
keputusan, kebijakan-kebijakan, prosedur operasi, review sebelum tindakan dilakukan dan
pertanggungjawaban tindakan nampaknya tidak sesuai dengan perilaku professional yang dididik
untuk mendiri dan mengembangkan self control. Di dalam organisasi yang didominasi oleh pekerja
profesional, penerapan bentuk pengendalian tindakan yang mendominasi dan membatasi aktivitas
para profesional untuk mengatur diri sendiri dapat menimbulkan konflik.
Pengendalian merupakan fungsi yang kritis dari manajemen. Tanpa adanya pengendalian
yang memadai, tujuan yang ditetapkan organisasi sulit dicapai, karena anggota organisasi
melakukan tindakan untuk memuaskan kepentingan pribadinya yang mungkin tidak sesuai dengan
kepentingan organisasi. Untuk dapat menunjukkan kinerja yang baik organisasi membutuhkan
pengukuran kinerja dan sistem pengendalian yang baik yang memungkinkan staff melaksanakan
kegiatan operasi secara maksimal.
Sistem pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang diterapkan manajemen
untuk mengarahkan perilaku staff agar sesuai dengan tujuan organisasi yang tertuang dalam visi,
misi dan strategi organisasi.Apabila strateginya tidak tepat maka sistem pengendalian manajemen
harus dapat menjamin bahwa strategi tersebut dapat dimodifikasi. Sistem pengendalian manajemen
diterapkan untuk mengurangi goal incongruence. Melalui sistem pengendalian ini, manajemen
berusaha mensosialisasikan strategi, tujuan dan norma-norma yang dianut oleh organisasi.
Diharapkan bahwa dengan proses sosialisasi ini manajemen dapat menyampaikan kepada anggota
organisasi tentang perilaku yang diharapkan (expected behavior) dari mereka. Tujuannya adalah
meningkatkan goal congruence melalui peningkatan komitmen anggota terhadap organisasi.
Organisasi merupakan suatu unit sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.
Sistem pengendalian yang tepat diperlukan oleh manajemen untuk membantu pencapaian tujuan
organisasi. Begitu pula dalam sistem pengendalian manajemen PT. Garuda Indonesia, Tbk, dimana
sistem ini bertujuan untuk mempengaruhi anggota organisasi untuk mengimplementasikan strategi
organisasi demi tercapainya sasaran perusahaan.
PT. Garuda Indonesia, Tbk menciptakan, mengembangkan dan menyajikan merek yang
selalu diingat sehingga produk tersebut dapat bertahan di tengah ketatnya persaingan pasar. Dari
segi peningkatan kualitas produk PT. Garuda Indonesia, Tbk berkomitmen terhadap konsumennya
yaitu menyediakan produk bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai dari
segi harga dan kualitas, dan yang aman bagi tujuan pemakaiannya. PT. Garuda Indonesia, Tbk
memiliki tujuan yang jelas untuk mendorong pertumbuhan merek berkelas dunia melalui inovasi
yang cepat, berskala besar dan menantang.
Elemen-elemen sistem pengendalian pada PT. Garuda Indonesia, Tbk:
1. Pelacak (detector) atau sensor
Detector melaporkan apa yang terjadi di dalam suatu organisasi. Apabila diterapkan pada
manajemen Garuda maka yang berfungsi sebagai detektor adalah bagian Marketing and Sales.
Misalnya jika ada penurunan penjualan, maka manajer bagian penjualan akan melaporkannya ke
assesor.
2. Penaksir (assestor)
Perangkat yang menentukan dampak dari peristiwa aktual dengan membandingkannya
pada standar atau ekspektasi dari yang seharusnya terjadi. Pada manajemen Garuda hal ini
dilakukan oleh bagian Finance. Mereka membandingkan antara budget dan aktual, jika penjualan
tidak sesuai dengan target maka harus dilaporkan pada bagian efector.
3. Effector
Suatu perangkat (sering disebut feedback) yang mengubah perilaku jika assesor
mengindikasikan kebutuhan yang harus dipenuhi. Setelah masalah diindikasikan maka tugas
effector, dalam manajemen adalah CEO, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
tersebut.
4. Jaringan komunikasi
Perangkat yang meneruskan informasi antara detector dan assesor dan assesor dengan
effector. Dalam suatu organisasi, komunikasi antar departemen sangat penting untuk menjamin
bahwa setiap informasi telah disampaikan dengan benar. Di zaman teknologi informasi sakarang
ini, informasi sangat vital bagi perusahaan. Tanpa informasi perusahaan akan kalaah bersaing dari
kompetitornya. Oleh karena itu peran Chief Information Officer dibutuhkan untuk mendesain
jaringan/sistem komunikasi dan informasi yang dapat diandalkan untuk membantu perusahaan
dalam mencapai goalnya.
Pengendalian aksi ini juga menjadi acuan bagi manajemen untuk mengarahkan para pegawai
PT. Garuda Indonesia, Tbk bisa bertindak sesuai dengan arahan dan sasaran perusahaan yang sudah
ditetapkan dan disosialisasikan. Pengendalian ini dapat berupa :
a. Batasan Perilaku (Behavioral constraint).
Batasan perilaku adalah pengendalian tindakan yang negatif sehingga tidak dimungkinkan
bagi seorang staff untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Constraint ini dapat
berupa batasan fisik (physical constraint) dan batasan administrative (administrative
constraint).Batasan fisik merupakan batasan yang muncul secara fisik yang dapat menghalangi
seseorang melakukan tindakan yang tidak diinginkan.
Dalam perusahaan PT. Garuda Indonesia, Tbk bisa kita temukan seperti Contoh : computer
password, kunci maupun sistem pengamanan secara elektronik. Administrative constraint
merupakan batasan-batasan yang sifatnya administratif dalam bentuk kebijakan atau prosedur
yang ada yang membatasi orang dalam melakukan tindakan tertentu. Kunci lemari dan ruangan,
computer password dan magnetic card untuk ruang pimpinan. Juga terdapat batasan
administratif berupa pemisahan fungsi (bagian marketing dan sales, finance dan bagian
pembukuan), wewenang pengambilan keputusan dan persetujuan dari atasan.
b. Review Sebelum Tindakan Dilakukan (Preaction review).
Review yang dilakukan sebelum tindakan betul-betul dilaksanakan, untuk mencegah
tindakan yang tidak dikehendaki atau penyimpangan yang jumlahnya material. Meliputi
penelitian yang cermat terhadap action plan dari individu yang akan dikontrol. Reviewer dapat
menyetujui atau tidak menyetujui proposal yang diajukan, meminta modifikasi atau meminta
rencana yang lebih matang sebelum memberikan persetujuan. Review dapat dilakukan baik
dalam bentuk formal maupun informal. Ketat/tidaknya review tergantung pada sering/tidaknya
review dilakukan. Apabila review dilakukan berulang kali secara detail dan dilakukan oleh orang
yang kompeten di bidangnya maka dapat dikatakan action controlnya ketat.
Di PT. Garuda Indonesia, Tbk bisa dicontohkan dengan adanya litbang yang canggih dan
modern, dimana semua produk baru atau pun pengembangan suatu produk ini harus terlebih
dahulu lulus uji di litbang ini. Litbang merupakan inti kegiatan tersebut, yang memadukan ilmu
pengetahuan bertaraf internasional dengan wawasan konsumen yang luas untuk menghasilkan
teknologi yang memuaskan konsumen di seluruh dunia.
c. Pertanggungjawaban Tindakan (Action accountability).
Staff diminta pertanggungjawabannya atas setiap tindakan yang mereka lakukan.
Penerapannya meliputi penentuan tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, komunikasi
dengan staff lain, pengamatan atas tindakan yang terjadi dan pemberian penghargaan bagi yang
baik dan hukuman bagi yang menyimpang.
Di PT. Garuda Indonesia, Tbk, hal ini pun menjadi perhatian direksi. Tiap tahun program
pelatihan pegawai pun selalu meningkat dari tahun ke tahun.Pelatihan ini terdiri dari general skill,
leadership skill, professional skill, dan sharing session. Manajer dan supervisor juga selalu
melakukan review satu kali dalam seminggu terkait dengan kinerja para bawahannya. Hal ini
untuk mengetahui kualitas kinerja para pegawai untuk dievaluasi.
d. Pengulangan (Redundancy)
Pengulangan, yaitu tindakan yang sama dilakukan oleh lebih dari satu orang atau sedikitnya
ada staff cadangan untuk meningkatkan probabilita bahwa tugas telah dilaksanakan .
Kemampuan untuk mengukur action control secara efektif memiliki 4 ciri yaitu : i) Tepat,
manajemen tahu secara pasti bahwa tindakan yang dilakukan benar atau salah; ii) Objektif,
artinya pengukuran dilakukan oleh seseorang yang independen; iii) Tepat waktu; artinya tindakan
menyimpang diketahui secepatnya agar segera dapat diperbaiki, iv) Dapat dimengerti, karyawan
mengerti tindakan-tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
Komite Sumber Daya PT. Garuda Indonesia, Tbk telah dibentuk di setiap divisi dan fungsi
guna mengidentifikasi ketrampilan dan kapabilitas yang dibutuhkan di masa depan, menetapkan
jalur karir dan program pelatihan profesional, melakukan benchmarking remunerasi, dan
mengidentifikasi talenta utama dan pemimpin masa depan. PT. Garuda Indonesia, Tbk juga
memiliki program pengembangan karyawan yang lengkap, yang mencakup penilaian kerja secara
teratur serta didasari oleh serangkaian standar perilaku yang termaktub dalam “Standards of
Leadership”, pemetaan ketrampilan dan profil, mentoring, bimbingan dan pelatihan.Kepuasan
karyawan diukur melalui pelaksanaan survei berkala.
Strategi pengendalian manajemen yang dilakukan PT. Garuda Indonesia, Tbk dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Strategi untuk keseluruhan organisasi (corporate level)
Berbicara mengenai di dalam bisnis apa perusahaan akan berpartisipasi dan pembagian sumber
daya ke masing-masing bisnis unit. Berdasarkan corporate level strateginya, maka Garuda Indonesia
diklasifikasikan ke dalam perusahaan related diversified firm yaitu perusahaan yang beroperasi di
bidang industri yang mirip dan mereka berhubungan satu sama lain melalui operating synergies.
Operating synergies ini dapat berupa :
- kemampuan untuk membagi sumber daya
- kemampuan untuk membagi core competency (sesuatu yang membuat suatu perusahaan sukses
dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi customer).
Ini dapat dilihat dari Garuda Indonesia dan bisnis unitnya, yaitu:
a. Citilink, perusahaan penerbangan dengan harga terjangkau dan melayani penerbangan
domestik. Sebagai anak perusahaan Garuda, Citilink berbagi sumber daya dengan Garuda
misalnya divisi marketing, maintenance, dan procurementnya sama dengan Garuda.
b. PT. Garuda Maintenance Facilities Aero Asia, perusahaan ini bergerak di bidang
pemeliharaan pesawat terbang. Tidak hanya melayani Garuda saja tapi juga maskapi
penerbangan lain baik nasional maupun internasional.
c. PT. Aerowisata International, menyediakan jasa travel, hotel, transportasi, dan jasa katering
penerbangan.
d. PT. Abacus Distribution System, merupakan perusahaan yang melayani jasa pemesanan tiket
melalui komputer.
e. PT. Gapura Angkasa, ground handling.
f. PT. Garuda Medical Centre (GMC), merupakan jasa pelayanan di bidang kesehatan. Sebelum
menjadi bisnis unit tersendiri, GMC adalah divisi kesehatan Garuda Indonesia dan hanya
melayani awak dan karyawan.
g. Garuda Aviation and Training Education (GATE), merupakan lembaga pendidikan dan
pelatihan penerbangan. Selain sebagian besar pilot Garuda mendapatkan lisensi kelayakan
terbangnya dari lembaga ini, beberapa maskapai penerbangan nasional maupun
internasional juga mengirimkan sumber daya menusianya untuk menjalani pelatihan disini.
h. CARGO bergerak di bidang jasa angkutan/barang.
Karakteristik lain dari related diversified firm adalah mereka mempunyai core competencies
yang menguntungkan business unitnya. Core competencies yang dimiliki Garuda Group adalah
dibdang aviasi. Karena mereka tumbuh berkembang melalui R & D, Garuda terus melakukan inovasi
untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas pelayanannya.
2. Strategi untuk business units dalam organisasi (business unit level).
Fokus dari strategi yang diterapkan pada level bisnis unit ini adalah bagaimana menciptakan
dan menjaga keunggulan kompetitif di setiap industri yang dimasukinya. Ciri bisnis unit adalah dapat
mengambil keputusan dan memiliki strateginya sendiri-sendiri tapi tujuan utamanya tetap sama
dengan perusahaan induknya.
Usaha utama Garuda adalah jasa penerbangan, dan business unitnya pun sejalan dengan
kegiatan utama perusahaan. Jadi bisa dibilang Garuda menggunakan pola Aviation Business Model
untuk mengembangkan usahanya.
Berikut ini adalah Bussiness Unit Level Strategy yang diterapkan oleh BU maupun anak
perusahaan Garuda.
a. Citilink
Pada tahun 2001, Garuda mendirikan Citilink yang hanya melayani penerbangan domestik.
Strategi untuk business unit bergantung pada misi dan keunggulan kompetitifnya.
Berdasarkan Boston Consulting Group’s two-by-two-growth-share matrix Citilink, berada di
dalam tahap “Question mark” jadi misi yang paling sesuai adalah ‘built’. Built artinya tujuan
dari misi ini adalah meningkatkan market share. Untuk menentukan strategi yang sesuai,
dapat menggunakan analisis industri Porter’s Five Force Model. Berikut analisisnya :
1. The intensity of rivalry among existing competitors. Faktor yang mempengaruhi
persaingan adalah :
Pertumbuhan industri : saat ini pertumbuhan industri jasa maskapai penerbangan di
Indonesia sangat tinggi
Jumlah kompetitor : karena pertumbuhan industrinya sangat cepat, maka jumlah
pesaing sangat banyak
2. The bargaining power of customers. Contoh yang mempengaruhi kekuatan pembeli
adalah jumlah pembeli; masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan alat transportasi
yang cepat untuk jadi pasarnya sangat luas
3. The bargaining power of supplier. Salah satu keunggulan yang dimiliki Citilink adalah
suplier karena hampir semua kebutuhan Citilink disuplai oleh perusahaan induknya,
Garuda.
4. Threat from substitutes. Dengan banyaknya penerbangan sejenis di Indonesia ancaman
beralihnya pelanggan sangat tinggi.
5. Threat of new entry. Dengan banyaknya perusahaan penerbangan yang menjual pesawat
lamanya dengan harga murah, diperkirakan akan banyak perusahaan baruyang bergerak
di bidang ini.
Dari analisa diatas sebaiknya competitive advantage yang dipilih adalah low cost.
Citilink telah mempraktekan strategi tersebut. Harga tiket yang cukup murah dibandingkan
perusahaan penerbangan domestik lainnya yaitu sekitar 30% lebih murah dibanding Garuda
Indonesia, sasarannya jelas adalah penumpang kelas menengah yang membutuhkan
transportasi yang cepat dan nyaman dengan pelayanan yang memuaskan tentunya.
b. PT. Aerowisata International
PT. Aerowisata merupakan hospitality industry. Visinya adalah “Customer Comes First”
dengan fokus utama memuaskan pelanggannya. Saat ini berada di dalam tahapan ‘star’
karena perkembangannya yang sangat pesat. Jadi misinya adalah terus mempertahankan
keunggulannya. Sebelumnya, Aerowisata merupakan bagian kecil dari Garuda hingga
akhirnya berkembang, mandiri dan bahkan kini memiliki business unit sendiri, yaitu :
- PT. Mirtasari Hotel, PT. Bina Inti Dinamika, Sanur Beach Hotel dll. yang bergerak di bidang
perhotelan
- PT. Citra Sarana Service, jasa boga
- PT. Satriavi, bergerak dalam bidang biro perjalanan
- PT. Aero Jasa Perkasa, keagenan transportasi udara
- PT. Mandira Era Jasa Wahana, transportasi darat
- Garuda Orient Holidays Pty Limited, wisata
Dilihat dari bussiness unitnya, corporate level strategy yang diterapkan Aerowisata sama
dengan Garuda yaitu related diversified firm. Sedangkan business unit level strategy yang diterapkan
adalah diferentiation. Gunakan Porter’s Five Force Model untuk menentukan business level strategy.
1. The intensity of rivalry among existing competitors. Faktor yang mempengaruhi
persaingan adalah :
Pertumbuhan industri : saat ini pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia sedang
mengalami kelesuan
Jumlah kompetitor : belum terlalu banyak
2. The bargaining power of customers. Contoh yang mempengaruhi kekuatan pembeli
adalah jumlah pembeli; cukup banyak turis yang membutuhkan jasa pelayanan wisata
yang lengkap dan Aerowisata mampu menyediakan semuanya karena didukung oleh BU
dan perusahaan induknya.
3. The bargaining power of supplier. Salah satu suplai Aerowisata adalah SDM. Untuk
pelatihan pegawai bisa memanfaatkan BU Garuda yaitu GATE.
4. Threat from substitutes. Karena belum banyak jasa seperti ini jadi ancamannya belum
terlau besar.
5. Threat of new entry. Luasnya industri ini memungkinkan banyaknya perusahaan baru
yang tertarik untuk masuk ke bidang wisata.
PT. Aerowisata berupaya terus mengembangkan kualitas jasa pelayanannya dengan
selalu beradaptasi dengan teknologi baru, menambah kantor perwakilan baik di dalam
maupun di luar negeri, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan pelatihan
intensif dan rotasi pegawai dengan maksud untuk meningkatkan dan memuaskan jumlah
pelanggan.
c. PT. Garuda Sentra Medika
Bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Visinya adalah adalah menjadi pusat penyedia jasa
layanan kesehatan terkemuka di Indonesia, melalui pelayanan profesional, berstandar
internasional dengan mengutamakan kepuasan pelanggan. Sedangkan misinya :
• Membangun citra sebagai penyedia layanan kesehatan profesional, yang berstandar
internasional
• Mengelola Healthcare Services dan Managed Care dengan efektif dan efisien
• Mengembangkan produk-produk layanan kesehatan penerbangan, jaringan klinik satelit
dan rumah sakit
• Meningkatkan kompetensi, profesionalisme & kesejahteraan SDM
• Meningkatkan pendapatan usaha dan memperoleh laba yang wajar.
Analisa industri dengan Porter’s Five Force Model:
1. The intensity of rivalry among existing competitors. Faktor yang mempengaruhi
persaingan GSM adalah jumlah kompetitor yang cukup banyak terutama di Jakarta.
2. The bargaining power of customers. GSM memiliki customer tetap yaitu seluruh
karyawan PT Garuda Indonesia beserta seluruh anak perusahaan dan bisnis unitnya.
Walaupun begitu karena banyaknya usaha sejenis customer jadi mempunyai banyak
pilihan.
3. The bargaining power of supplier.
4. Threat from substitutes. Ancaman cukup tinggi
5. Threat of new entry. Jasa pelayanan kesehatan selalu dibutuhkan, jadi ancaman dari
pendatang baru selalu ada.
Dari analisa diatas, strategi yang paling tepat bagi GSM adalah low cost agar dapat bersaing
dengan kompetitornya.
d. PT. GMF Aero Asia
Selain berfungsi sebagai operation support Garuda, GMF juga melayani
pemeliharaan pesawat terbang milik maskapai penerbangan lain. Misi GMF adalah
‘menyediakan pemeliharaan pesawat yang dapat dipercaya dan terintegrasi untuk
menciptakan langit yang lebih aman’.
Saat ini nama GMF dikenal sebagai salah satu penyedia jasa maintenance pesawat
terbang yang cukup dikenal baik di Indonesia maupun dalam dunia internasional. Ini terbukti
dari jumlah klien yang mempercayakan maintenance pesawatnya pada GMF. Bisa dibilang
saat ini GMF berada di tahap ‘star’ karena market sharenya yang cukup luas dan mendapat
profit yang cukup besar. Pada tahap ini misi perusahaan adalah mempertahankan
keunggulannya.
1. The intensity of rivalry among existing competitors.
Jumlah penyedia jasa maintenance seperti GMF masih sedikit di Indonesia, tetapi
persaingan di luar negeri sangat ketat
2. The bargaining power of customers
Dengan banyaknya pilihan, customer mamegang peranan penting untuk memilih jasa
perusahaan mana yang akan dipakai
3. The bargaining power of supplier.
Lemah karena jumlah supllier cukup banyak.
4. Threat from substitutes.
5. Threat of new entry.
Karena perusahaan maintenance lokal sangat sedikit, masuknya perusahaaan baru ke
bidang ini sangat besar.
Dari analisis didapat bahwa persaingan dalam bidang ini cukup ketat, untuk
mempertahankan keunggulannya GMF menerapkan strategi low cost. Strategi ini telah
diterapkan oleh GMF dan tampaknya cukup berhasil.
Berdasarkan analisis lingkungan diatas, strategi yang diterapkan Garuda agar dapat bertahan
untuk menghadapi kompetitornya adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (dengan
training and development pegawai), menerapkan Good Corporate Governance , meningkatkan
sinergi antar unit-unit usaha yang tercangkup dalam ‘Garuda Group’, dan menerapkan aliansi
strategis (misalnya dengan join service passanger dengan perusahaan penerbangan lain).
C. Personal Control
Personnel controls membangun kecenderungan pola pikir karyawan secara alami untuk
mengontrol dan memotivasi diri mereka sendiri. Kontrol ini bertujuan untuk mengajak setiap
karyawan agar dapat berkomitmen terhadap perusahaan secara tidak langsung. Karyawan faham
tentang apa yang menjadi ekspektasi atau keinginan perusahaan. Karyawan juga yakin bahwa
masing-masing mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dengan personnel control, karyawan
cenderung mampu melakukan self monitoring yang efektif mengarahkan seluruh pegawai
melakukan hal yang benar dan mampu menghasilkan perasaan positif dari self-respect dan self-
satisfaction saat mereka melakukan pekerjaan dengan baik dan melihat keberhasilan organisasi.
Proses pada personel control, antara lain proses seleksi serta penempatan karyawan pada
bidangnnya, pelatihan sesuai kebutuhan perusahaan, dan perancangan kerja serta kebutuhan
sumber daya didalamnya.
Personnel control yang terdapat pada PT Garuda Indonesia Tbk antara lain:
1. GA memiliki beberapa submodul HCP SAP, antara lain:
a. Organisasional Manajemen (MO)
b. Unit Organisasi (Organizational Unit)
c. Pekerjaan (Job), Posisi (Position)
2. Personnel Administration. Setiap pegawai pada GA mengalami perubahan data yang disebabkan
oleh action-action.
3. Time Management berfokus pada semua informasi yang terkait dengan waktu yang dihabiskan
karyawan untuk bekerja dan ketersediaan karyawan.
4. Proses Time Management menentukan beban kerja (workload) dan persetujuan absen (absence
approval)
5. Recruitment
6. Proses Bisnis Recruitment
7. Performance Management System. Kelompok bisnis ini menangani semua proses HR yang
terkait dengan pencatatan dan evaluasi penilaian karyawan.
8. Proses Bisnis Performance Management System
9. Training & Event Management
10. Proses Bisnis Training & Event Management
11. Compensation Management
12. Proses Bisnis Compensation Management
13. Personnel Cost Planning
14. Proses Bisnis Personnel Cost Planning
D. Cultural Control
Cultural control adalah pengendalian yang di desain untuk mengontrol kegiatan secara
bersama-sama, dengan cara pemberiaan tekanan kelompok pada individu yang menyimpang dari
norma dan nilai dari kelompok tersebut. Supaya cultural control dapat efektif maka dibutuhkan
ikatan emosional yang kuat antara yang satu dengan yang lainnya. Penerapan cultural control
meliputi codes of conduct (aturan, komitmen dan nilai perusahaan secara tertulis), group-based
reward (pemberiaan reward atas pencapaian masing-masing kelompok), intraorganizational
transfers (sosialisasi yang diberikan kepada karyawan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan
perusahaan), physical and social arrangements (membentuk kebiasaan dari cara berpakaian dan tata
bahasa) dan tone at the top (teladan dari pihak manajemen yang lebih tinggi dari setiap karyawan).
Cultural control yang terdapat pada PT Garuda Indonesia Tbk antara lain:
1. Kode etik yang merupakan pernyataan yang bersifat umum dari nilai perudahaan, komitmen pada
para pemangku kepentingan, dan cara bagaimana pimpinan puncak menginginkan organisasi
tersebut berfungsi. Kode etik dirancang untuk membantu karyawan memahami perilaku seperti yang
diharapkan walau tidak ada aturan atau prinsip yang mengatur.
Garuda Indonesia telah mengumandangkan 5 (lima) nilai-nilai Perusahaan, yaitu eFficient &
effective; Loyalty; customer centricitY; Honesty & Openness dan Integrity yang disingkat menjadi
"FLY HI" sejak tahun 2007, dilanjutkan dengan rumusan code of conduct yang diluncurkan pada
tahun 2008. Tata nilai FLY HI dan etika Perusahaan merupakan soft structure dalam membangun
Budaya Perusahaan sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola
perusahaan yang baik.
Pada tahun 2011, Perusahaan menetapkan etika bisnis & etika kerja perusahaan melalui
Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11
tanggal 11 Maret 2011.
Etika bisnis dan etika kerja tersebut merupakan hasil penyempurnaan dari pedoman perilaku
(code of conduct) yang diterbitkan melalui Surat Keputusan Direktur Utama PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk No.JKTDZ/SKEP/50002/08 tanggal 14 Januari 2008 tentang Nilai-nilai Perusahan dan
Pedoman Perilaku (code of conduct) Insan Garuda Indonesia. Penyempurnaan dilakukan
berdasarkan umpan balik dari hasil proses implementasi internalisasi serta rekomendasi hasil GCG
assessment tahun 2009. Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan merupakan himpunan perilaku-
perilaku yang harus ditampilkan dan perilakuperilaku yang harus dihindari oleh setiap Insan Garuda
Indonesia. Etika dan perilaku tersebut dalam hubungannya dengan:
1. Hubungan Sesama Insan Garuda.
2. Hubungan dengan Pelanggan, Pemegang Saham dan Mitra Usaha serta Pesaing.
3. Kepatuhan Dalam Bekerja, mencakup Transparansi Komunikasi dan Laporan Keuangan;
Penanganan Benturan Kepentingan; Pengendalian Gratifikasi; Perlindungan Tehadap Aset
Perusahaan dan Perlindungan Terhadap Rahasia Perusahaan.
4. Tanggung jawab Kepada Masyarakat, Pemerintah dan Lingkungan.
5. Penegakan Etika Bisnis dan Etika Kerja mencakup: Pelaporan Pelanggaran; Sanksi Atas
Pelanggaran; Sosialisasi dan Pakta Integritas.
Tata nilai, etika bisnis dan etika kerja merupakan tanggung jawab seluruh Insan Garuda
Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama Perusahaan dalam
Buku Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan serta sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk No. JKTDZ/SKEP/50023/11 tanggal 11 Maret 2011, ketetapan ketiga
bahwa seluruh pegawai Perusahaan wajib memahmai, menerapkan dan melaksanakan Etika Bisnis
dan Etika Kerja serta menandatangani "Pernyataan Pakta Integritas Kepatuhan Terhadap Etika
Perusahaan."
Internalisasi nilai-nilai dan etika Perusahaan dilakukan secara intensif melalui berbagai
saluran komunikasi, pelatihan dan terintegrasi dengan sistem penilaian pegawai. Sosialisasi melalui
saluran komunikasi internal perusahaan baik cetak maupun elektronik, tatap muka dan diskusi ke
semua Unit Kerja baik di kantor Pusat maupun di Kantor Cabang serta melalui program pelatihan.
Melalui proses sosialisasi, pada tahun 2011 ini jumlah pegawai yang telah menandatangani lembar
komitmen kepatuhan terhadap etika Perusahaan telah mencapai 2.980 pegawai dari berbagai
profesi dan unit kerja. Jumlah tersebut berarti sudah mencapai lebih dari separuh dari total pegawai
Perusahaan.
Perusahaan mengimplementasikan whistleblowing system sebagai alat manajemen untuk
membantu Penegakan etika perusahaan. Melalui sistem ini diharapkan semua pemangku
kepentingan mau melaporkan dugaan pelanggaran etika yang dilakukan oleh oknum pegawai
Garuda.
Etika Bisnis dan Etika Kerja serta whistleblowing system disosialisasikan pula kepada Mitra
Usaha sehingga Mitra usaha dapat membantu proses penegakkan etika di Perusahaan serta
bersama-sama menciptakan lingkungan bisnis yang bersih dan bermartabat.
Tata nilai "FLY HI" dan etika Perusahaan merupakan soft structure untuk membangun
Budaya Perusahaan sebagai pendekatan yang digunakan Garuda untuk mewujudkan tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
2. Physical and social arrangements
Desain interior yang baru di kabin pesawat Garuda Indonesia memadukan warna-warna
alami dan motif tradisional Indonesia yang indah dipandang mata, bersama dengan kenyamanan dan
kemudahan perangkat hiburan di dalam pesawat yang modern. Semua itu dirancang untuk
memberikan pengalaman penerbangan yang tak lekang waktu bagi para penumpang.
Garuda Indonesia meresmikan seragam baru untuk awak kabin, ujung tombak dari pelayanan
menyeluruh Garuda Indonesia. Garuda Indonesia mengalami perubahan seragam yang ke-11 kalinya,
terhitung sejak Garuda Indonesia beroperasi pada tahun 1949. Ini adalah bagian dari perubahan
visual image Garuda Indonesia, yang telah dilakukan juga pada logo, livery pesawat, dan interior
pesawat.
Seragam baru awak kabin wanita adalah kebaya yang dimodifikasi, terinspirasi oleh batik
dengan corak Parang Gondosuli yang memiliki nilai falsafat “sinar kehidupan yang harum” serta
menampilkan kesan anggun dan elegan bagi pemakainya. Motif batiknya bernama Lereng Indonesia.
Seragam ini terdiri dari tiga warna, yaitu hijau tosca yang bernuansa tropis dan menyegarkan; jingga
yang memiliki kesan hangat, ramah serta penuh energi; serta biru yang memancarkan kesan andal,
terpercaya, abadi, dan menenangkan.
Seragam baru awak kabin pria menunjukkan standar busana profesional pria, berupa setelan
jas single breasted abu-abu membalut kemeja biru muda berbahan campuran katun dan poliester
dengan bahan yang tak mudah kusut. Dasi terbuat dari sutra dengan unsur grafis, motif, dan warna
yang mencerminkan identitas Garuda Indonesia.
Seragam baru bermotif batik ini adalah konsep desain terbaru yang meliputi potongan
busana, motif tekstil, serta warna yang diselaraskan dengan konsep pelayanan Garuda Indonesia
Experience.
Pemilihan tiga warna (hijau tosca, jingga, dan biru) juga didasarkan pada estetika
peninggalan budaya pada bahan kain di Indonesia, serta sesuai dengan warna utama (color scheme)
Garuda Indonesia. Selain itu, pemilihan warna tersebut disesuaikan dengan warna interior kabin
pesawat Garuda Indonesia yang didominasi warna cokelat terakota, jingga, dan merah bata.
Selain untuk awak kabin, Garuda Indonesia telah menggunakan seragam baru ini untuk
pegawai unit lain seperti ticketing office, ground handling, dan lainnya.
BAB IV
KESIMPULAN
PT Garuda Indonesia Tbk. adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia yang menguasai
50% pasar penerbangan dosmestik. Seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan global
sekarang ini menjadikan persaingan bisnis semakin ketat maka dibutuhkan sistem pengendalian
manajemen perusahaan dalam rangka mengarahkan berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh
semua subunit organisasi agar mengarah pada tujuan organisasi dan tujuan para manajernya.
Sistem Pengendalian Manajemen pada PT Garuda Indonesia Tbk. ini terdiri dari result
control, action control, personel control, dan cultural control. Result control berkaitan dengan
pencapaian visi dan misi organisasi dimana menciptakan langkah-langkah strategis dengan target
yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu quantum leap yang merupakan upaya PT Garuda
Indonesia Tbk. dalam rangka meningkatkan pertumbuhan secara pesat selama lima tauhn.
Action control lebih menitikberatkan kepada pengendalian terhadap tindakan pegawai agar
mengikuti kehendak perusahaan. bentuk pengendaliannya diantaranya Batasan Perilaku (Behavioral
constraint) yang contohnya computer password, Review Sebelum Tindakan Dilakukan (Preaction
review) dengan adanya litbang yang canggih dan modern, dimana semua produk baru atau pun
pengembangan suatu produk ini harus terlebih dahulu lulus uji di litbang ini, Pertanggungjawaban
Tindakan (Action accountability) dengan melakukan review per minggu, Pengulangan (Redundancy)
dengan memiliki Komite Sumber Daya PT. Garuda Indonesia, Tbk telah dibentuk di setiap divisi dan
fungsi guna mengidentifikasi ketrampilan dan kapabilitas yang dibutuhkan di masa depan,
menetapkan jalur karir dan program pelatihan profesional, melakukan benchmarking remunerasi,
dan mengidentifikasi talenta utama dan pemimpin masa depan.
Strategi yang diterapkan Garuda agar dapat bertahan untuk menghadapi kompetitornya
adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (dengan training and development pegawai),
menerapkan Good Corporate Governance , meningkatkan sinergi antar unit-unit usaha yang
tercangkup dalam ‘Garuda Group’, dan menerapkan aliansi strategis.
Personnel controls membangun kecenderungan pola pikir karyawan secara alami untuk
mengontrol dan memotivasi diri mereka sendiri, PT Garuda Indonesia Tbk. memiliki personal control
antara lain beberapa submodul HCP SAP yang isinya mengenai Organisasional Manajemen (MO),
Unit Organisasi (Organizational Unit), Pekerjaan (Job) dan Posisi (Position), Personnel Administration,
Time Management, Recruitment, Proses Bisnis Recruitment, Performance Management System yang
menangani semua proses HR yang terkait dengan pencatatan dan evaluasi penilaian karyawan,
Proses Bisnis Performance Management System, Training & Event Management, Proses Bisnis
Training & Event Management, Compensation Management, Proses Bisnis Compensation
Management, Personnel Cost Planning, Proses Bisnis Personnel Cost Planning.
Cultural control adalah pengendalian yang di desain untuk mengontrol kegiatan secara
bersama-sama, dengan cara pemberiaan tekanan kelompok pada individu yang menyimpang dari
norma dan nilai dari kelompok tersebut. Supaya cultural control dapat efektif maka dibutuhkan
ikatan emosional yang kuat antara yang satu dengan yang lainnya. Garuda Indonesia telah
mengumandangkan 5 (lima) nilai-nilai Perusahaan, yaitu eFficient & effective; Loyalty; customer
centricitY; Honesty & Openness dan Integrity yang disingkat menjadi "FLY HI" sejak tahun 2007,
dilanjutkan dengan rumusan code of conduct yang diluncurkan pada tahun 2008. Etika Bisnis dan
Etika Kerja Perusahaan merupakan himpunan perilaku-perilaku yang harus ditampilkan dan
perilakuperilaku yang harus dihindari oleh setiap Insan Garuda Indonesia. Perusahaan juga
mengimplementasikan whistleblowing system sebagai alat manajemen untuk membantu Penegakan
etika perusahaan. Kemudian Garuda Indonesia juga melakukan perubahan terkait tampilan dan
pelayanan agar lebih merepresentasikan Indonesia dengan keramahan dan mempromosikan
Indonesia kepada dunia yang diselaraskan dengan konsep pelayanan Garuda Indonesia Experience.
Daftar Referensi
Merchant, Kenneth A., Modern Management Control System, Text and Cases, International edition, New Jersey, Prentice Hall, 2007
Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia Tbk. Tahun 2014
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-experience/service-concept/sight/index.page (diakses Juni 2015)