Sperma
-
Upload
nur-rahmah-kurnianti -
Category
Documents
-
view
254 -
download
12
Transcript of Sperma
Tugas Makalah
“Pertumbuhan dan Perkembangan Sel Sperma”
Oleh :
Nur Rahmah Kurnianti
NPM : 611 11 020
Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
Prodi S1 Kedokteran
Universitas Batam
2012
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan ridhonya
penulis masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
Pertumbuhan dan Perkembangan Sel Sperma”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan juga jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dna saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
terselesaikannya makalah ini dapat memberikan informasi, pengetahuan dan manfaat
bagi kita semua.
Penulis,
Nur Rahmah Kurnianti
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan
I.4 Manfaat
BAB II Pembahasan
II.1 Pengertian Sperma
II.2 Spermatogenesis
II.3 Tahap-tahap Spermatogenesis
II.4 Pembentukan Sperma
II.5 Faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis
II.6 Pematangan Sperma di Epididimis
II.7 Semen
BAB III Penutup
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet) yang kita kenal dengan peristiwa
gametogenesis. Pada Laki-laki sel kelamin dibentuk oleh testis, sedangkan pada
wanita dibentuk oleh ovarium. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan
oogenesis.
Ada dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Bila ada sel
tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui
proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama
dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses pembelahan meiosis. Seperti
yang sudah kita ketahui bersama bahwa mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah
kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang
atau 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya
bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Secara umum gamet atau sel kelamin mengalami perkembangan melalui
tingkatan sebagai berikut :
1. Tingkatan sebagai calon
2. Tingkat perbanyakan
3. Tingkat pertumbuhan
4. Tingkat pembelahan meiosis
5. Pengeluaran sel sperma
I.2 Rumusan Masalah
1. jelaskan pengertian spermatogenesis ?
2. jelaskan tahap-tahap spermatogenesis ?
3. Bagaimana pembentukan sperma?
4. Jelaskan faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis ?
5. Bagaimana Pematangan Sperma di Epididimis ?
6. Apakah cairan semen itu?
I.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian spermatogenesis
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tahap-tahap spermatogenesis
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pembentukan sperma
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan Pematangan Sperma di Epididimis
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan cairan semen
I.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian spermatogenesis
2. Dapat mengetahui tahap-tahap spermatogenesis
3. Dapat mengetahui pembentukan sperma
4. Dapat mengetahui faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis
5. Dapat mengetahui Pematangan Sperma di Epididimis
6. Dapat mengetahui cairan semen
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Sperma
Sperma istilah berasal dari kata Yunani (σπέρμα)''''sperma (yang berarti
"benih") dan mengacu ke sel-sel reproduksi laki-laki. Dalam jenis reproduksi seksual
dikenal sebagai anisogamy dan oogamy, ada perbedaan ditandai dalam ukuran gamet
dengan yang lebih kecil yang disebut sel "laki-laki" atau sperma.
gambar II.1.a ( sel sperma )
Sperma yang pertama kali terlihat pada tahun 1677 oleh Antonie van
Leeuwenhoek menggunakan mikroskop, ia menggambarkan mereka sebagai
animalcules (binatang kecil), mungkin karena keyakinannya pada preformationism,
yang meskipun masing-masing berisi bahwa sperma manusia sepenuhnya terbentuk
tetapi kecil.
Sel sperma manusia adalah haploid, sehingga kromosom 23 yang dapat
bergabung dengan 23 kromosom dari sel telur wanita untuk membentuk sel diploid.
Sebuah sel sperma yang motil uniflagellar disebut sebagai spermatozoa, sedangkan
sel sperma motil non-disebut sebagai suatu spermatium. Sel sperma tidak dapat
membagi dan memiliki rentang hidup yang terbatas, tetapi setelah fusi dengan sel
telur selama pembuahan, zigot totipoten terbentuk dengan potensi untuk berkembang
menjadi organisme baru. Sel sperma memberikan kontribusi setengah dari informasi
genetik untuk keturunan diploid. Pada mamalia, jenis kelamin keturunannya
ditentukan oleh sel sperma: spermatozoa bantalan sebuah kromosom Y akan
mengarah ke keturunan (XY) pria, sementara satu bantalan kromosom X akan
mengarah ke keturunan (XX) perempuan (ovum selalu memberikan kromosom X).
Sel sperma manusia adalah sel reproduksi pada laki-laki dan hanya akan
bertahan hidup di lingkungan yang hangat, sekali meninggalkan tubuh kelangsungan
hidup sperma berkurang dan dapat menyebabkan sel mati, mengurangi kualitas
sperma. Sel sperma datang dalam dua jenis; "laki-laki" dan "perempuan". Sperma sel-
sel yang menimbulkan perempuan (XX) keturunan setelah pembuahan berbeda dalam
bahwa mereka membawa kromosom X, sedangkan sperma sel-sel yang menimbulkan
laki-laki (XY) keturunan membawa kromosom Y.
Pada manusia laki-laki, sel sperma terdiri dari 5 pM kepala oleh 3 pM dan 50
ekor pM panjang. Para flagelata ekor, yang mendorong sel sperma (sekitar 1-3 mm /
menit pada manusia) dijahit dalam kerucut elips. Semen memiliki sifat alkali, dan
mereka tidak mencapai motilitas penuh (hipermotilitas) sampai mereka mencapai
vagina dimana pH basa dinetralkan oleh cairan vagina bersifat asam. Proses bertahap
memakan waktu 20-30 menit. Saat ini, fibrinogen dari vesikula seminalis bentuk
gumpalan, mengamankan dan melindungi sperma. Sama seperti mereka menjadi
hypermotile, fibrinolisin dari prostat melarutkan bekuan, yang memungkinkan sperma
untuk kemajuan optimal.
Spermatozoa ditandai oleh minimal sitoplasma dan DNA yang paling padat
dikenal pada eukariota. Dibandingkan dengan kromosom mitosis dalam sel somatik,
DNA sperma setidaknya enam kali lipat lebih tinggi kental.
Spermatozoa memberikan kontribusi dengan DNA / kromatin, sentriol dan
mungkin juga faktor oosit-mengaktifkan (tolol). Hal ini juga dapat berkontribusi
dengan RNA Messenger ayah (mRNA), juga berkontribusi terhadap perkembangan
embrio.
Sel sperma terdiri dari kepala, bagian tengah dan ekor. Kepala berisi inti
dengan kromatin yang padat serat melingkar, dikelilingi oleh akrosom anterior, yang
berisi enzim yang digunakan untuk menembus sel telur wanita. Bagian tengah
memiliki inti berfilamen pusat dengan berputar di sekitar itu banyak mitokondria,
digunakan untuk produksi ATP untuk perjalanan melalui rahim, leher rahim
perempuan dan tabung rahim. Ekor atau "flagel" mengeksekusi gerakan cambuk yang
mendorong spermatosit tersebut.
II.2 Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan
spermatozoa (sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan
spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini
membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar,
kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar.
Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan
merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini
berlangsung dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses
spermatogenesis sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh.
Spermatozoa ( sperma) yang normal memiliki kepala dan ekor, di mana kepala
mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang merupakan alat pergerakan sperma.
Sperma yang matang memiliki kepala dengan bentuk lonjong dan datar serta memiliki
ekor bergelombang yang berguna mendorong sperma memasuki air mani. Kepala
sperma mengandung inti yang memiliki kromosom dan juga memiliki struktur yang
disebut akrosom. Akrosom mampu menembus lapisan jelly yang mengelilingi telur
dan membuahinya bila perlu. Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis
dalam kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan
anggota tubuh lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi
terus-menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah dalam kantung zakar.
Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel Sertoli yang berfungsi memberi makan
spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Sel Leydig
berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel spermatosit
primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder
membelah lagi menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensiasi menjadi
spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP (Androgen
Binding Protein) testosteron tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan
hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hiposis agar menghentikan
sekresi FSH dan LH.
Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
Cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai
semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300
– 400 juta sel spermatozoa. Pada laki-laki, spermatogenesis terjadi seumur hidup dan
pelepasan spermatozoa dapat terjadi setiap saat.
Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan perkembangan atau diferensiasi
yang rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu mengubah spermatid menjadi sperma
yang fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi kepala sperma, sedangkan sebagian
besar sitoplasma dibuang. Sperma ini mengandung enzim yang memegang peranan
dalam menembus membran sel telur.
Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua bagian tubulus seminiferus. Di
setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara berurutan.
Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu tahapan lebih
maju atau lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium menjadi sperma
matang membutuhkan waktu 16 hari. Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon
gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), dan
hormon testosteron.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sperma diproduksi oleh tubulus
seminiferus. Hal yang mengagumkan dari kerja tubulus seminiferus ini adalah mampu
memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah yang normal
spermatozoa berkisar antara 35 – 200 juta, tetapi mungkin pada seseorang hanya
memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat dikatakan kurang subur.
Biasanya faktor usia sangat berpengaruh terhadap produksi sperma. Seorang laki-laki
yang berusia lebih dari 55 tahun produksi spermanya berangsur-angsur menurun.
Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan kehilangan tingkat kesuburan.
Selain usia, faktor lain yang mengurangi kesuburan adalah frekuensi
melakukan hubungan kelamin. Seseorang yang sering melakukan hubungan kelamin
akan berkurang kesuburannya. Hal ini disebabkan karena sperma belum sempat
dewasa sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal itu, apabila
sperma tidak pernah dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua akan mati lalu
diserap oleh tubuh.
Selama pembentukan embrio, sel germinal primordial berimigrasi ke dalam
testis dan menjadi sel germinal imatur yang di sebut spermatogonia yang berada di
dua atau tiga lapisan dalam tubulus seminiferus. Spermatogonia mulai mengalami
pembelahan mitosis, yang di mulai saat pubertas, dan terus berproliferasi dan
berdiferensiensi melalui berbagai tahap perkembangan untuk membentuk sperma,
yang tampak pada gambar tahap-tahap perkembangan sperma dari spermatogonia.
gambar II.2.a (potongan melintang tubulus seminiferous)
II.3 Tahap-tahap Spermatogenesis
Spermatogensis terjadi di tubulus seminiferous selama masa seksual aktif
akibat stimulasi oleh hormone gonadotropik hipofisis anterior yang di mulai rata-rata
pada umur 13 tahun dan terus berlanjut hampir di seluruh sisa kehidupan, namun
sangat menurun pada usia tua.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia berimigrasi di antara sel-
sel sertoli menuju lumen sentral tubulus seminiferous. Sel-sel sertoli ini sangat besar,
dengan pembungkus sitoplasma yang berlebihan yang mengelilingi spertogonia yang
sedang berkembang sampai menuju bagian tengah lumen tubulus.
gambar II.3.a (tahap perkembangan sperma dari spermatogonia)
Meiosis
Spermatogonia yang melewati lapisan pertahanan masuk ke dalam lapisan sel
sertoli akan di modifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk
spermatosit primer yang besar. Setiap spermatosit tersebut, selanjutnya mengalami
pembelahan mitosis untuk membentuk dua spermatosit sekunder. Setelah beberapa
hari, spermatosit sekunder ini juga membelah menjadi spermatid, 46 kromosom
spermatozoa(23 pasang kromosom) di bagi sehingga 23 kromosom di berikan ke satu
spermatid dan 23 lainnya ke spermatid yang kedua. Keadaan ini juga membagi gen
kromosom sehingga hanya setengah karakteristik genetic bayi yang berasal dari ayah,
sedangkan setengah sisanya di turunkan dari oosit yang berasal dari ibu.
Keseluruhan proses spermatogenesis, dari spermatogonia menjadi
spermatozoa, membutuhkan waktu sekitar 74 hari.
Kromosom kelamin , pada setiap spermatogonium, satu dari ke-23 pasang
kromosom yang mengandung informasi genetic yang menentukan jenis kelamin
masing-masing anak. Selama pembelahan meiosis kromosom Y pria pergi menuju
sebuah spermatid yang kemudian menjadi sebuah sperma jantan.
gambar II.3.b (tahap-tahap spermatogenesis)
II.4 Pembentukan Sperma
Ketika spermatid di bentuk pertama kali, spermatid tetap memiliki sifat-sifat
yang lazim dari sel-sel epiteloid, tetapi spermatid tersebut segera berdiferensiesi dan
memanjang menjadi spermatozoa seperti tampak gambar di atas,masingmasing
spermatozoa terdiri atas kepala dan ekor. Kepala terdiri atas inti sel yang padat
dengan hanya sedikit sitoplasma dan lapisan membrane sel di sekeliling
permukaannya. Di bagian luar, dua pertiga anterior kepala terdapat selubung tebal
yang di sebut akrosom yang terutama di bentuk oleh apparatus golgi. Selubung ini
mengandung sejumlah enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada
lisosom dari sel sel yang khas, meliputi hialuronidase (yang dapat mencerna filament
proteoglikan jaringan) dan enzim proteolitik yang sangat kuat (yang dapat mencerna
protein). Enzim ini memainkan peranan penting sehingga memungkinkan sperma
untuk memasuki ovum dan membuahinya.
1. Struktur Sel Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus.
Gambar II.4.a (Struktur sperma manusia)
struktur spermatozoa tersebut terlihat mempunyai bentuk mirip seperti kecebong
(anak katak yang baru menetas), terdapat bagian kepala dan ekor, dapat terlihat bahwa
sel-sel sperma memiliki struktur sebagai berikut.
1) Kepala
Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan suatu bagian yang
disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang berbentuk agak
runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang berfungsi untuk menembus
dinding sel telur. Di bagian kepala ini terdapat 22 kromosom tubuh dan 1 kromosom
kelamin yaitu kromosom Xatau Y, kromosom X untuk membentuk bayi berkelamin
perempuan, sedangkan kromosom Y untuk membentuk bayi berkelamin laki-laki.
Kromosom kelamin laki-laki inilah nantinya yang akan menentukan jenis kelamin
pada seorang bayi.
2) Bagian tengah
Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk pembentukan energi.
Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan dan kehidupan sel sperma. Bahan bakar
dalam pembentukan energi ini adalah fruktosa.
3) Ekor
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak. Fungsinya adalah
untuk alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur. Pergerakan sel ini
maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan menyerupai sirip belakang ikan.
Ekor sperma, yang di sebut flagellum, memiliki tiga komponen utama:
1. kerangka pusat yang di bentuk dari 11 mikrotubulus,yang secara keseluruhan di
sebut aksonema, struktur tersebut serupa dengan struktur silia yang terdapat
permukaan sel tipe lain.
2. Membrane sel tipis yang menutupi aksonema
3. Sekelompok mitokondria yang mengililingi aksonema di bagian proksimal ekor
yang di sebut badan ekor.
Gerakan maju-mundur ekor (gerakan flagella) memberikan motilitas pada
sperma. Gerakan ini di sebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal secara ritmis di
antara tubulus posterior dan anterior yang membentuk aksonema. Energy untuk
proses inidi suplai dalam bentuk adenosine trifosfat yang di sintesis oleh mitokondria
di badan ekor.
Sperma yang normal bergerak dalam medium cair dengan kecepatan 1 sampai 4
mm/menit. Kecepatan ini akan memungkinkan sperma untuk bergerak melalui traktus
genitalia pada wanita untuk mencapai ovum
Pembentukan sperma dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicel Stimulating
Hormone) dan LH (Lutenizing Hormone). Pembentukan FSH dan LH dikendalikan
oleh hormon gonadotropin yaitu hormon yang disekresikan oleh kelenjar
hipothalamus dari otak. Proses spermatogenesis juga dibantu oleh hormon
testosteron. Sperma yang sudah terbentuk di dalam testis seperti pada proses di atas,
kemudian akan disalurkan ke bagian epididimis dan kemudian ke vas deferens, dan
bercampur dengan sekret dari kelenjar prostat dan cowperi. Dari tempat itu kemudian
dikeluarkan melalui uretra yang terdapat di dalam penis. Seperti yang sudah Anda
ketahui, bahwa uretra juga merupakan saluran kencing sehingga mungkin akan timbul
pertanyaan, dapatkah sperma ini keluar bersamaan air kencing? Jika hal ini terjadi
maka spermatozoa akan mati karena air kencing bersifat asam, sehingga hal ini tidak
pernah terjadi. Ada pengaturan oleh saraf-saraf uretra untuk pembagian kedua tugas
ini. Ketika seorang laki-laki dan seorang wanita bersenggama (melakukan hubungan
seksual) maka saraf akan mengontrol katup uretra agar tidak terbuka. Bahkan,
sebelum terjadi ejakulasi, cairan basa dari kelenjar cowperi akan menetralkan sisa-sisa
air kencing yang terdapat di dalam saluran tersebut.
II.5 Faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon.
Hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut:
1) Testosteron
Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan seks
sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis dan jenggot), pertambahan
massa otot, dan perubahan suara. Hormon ini diproduksi di testis, yaitu di sel Leydig.
Produksinya dipengaruhi oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dihasilkan
oleh hipofisis. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk
membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit
sekunder. Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada
saat embrio, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder
serta mendorong spermatogenesis.
2) Luteinizing Hormone / LH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH adalah merangsang
sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. Pada pria, awal
pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi peningkatan tinggi dan berat badan
yang relatif cepat bersamaan dengan pertambahan lingkar bahu dan pertambahan
panjang penis dan testis. Rambut pubis dan kumis serta jenggot mulai tumbuh. Pada
masa ini, pria akan mengalami mimpi basah.
3) Follicle Stimulating Hormone / FSH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH berfungsi untuk
merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan
spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di
dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.
4) Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel Sertoli juga
mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen
serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon
ini tersedia untuk pematangan sperma.
5) Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
6) Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk
merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormon
FSH dan LH.
II.6 Pematangan Sperma di Epididimis
Pematangan Sperma di Epididimis
Setelah terbentuk di tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu
beberapa hari untuk melewati tubulus epididimis yang panjangnya 6 meter, sperma
yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian awal epididimis merupakan
sperma yang tidak motil dan tidak dapat membuahi ovum .akan tetapi, setelah sperma
berada dalam epididimis selama 18 sampai 24 jam,sperma memiliki kemampuan
motilitas, walaupun beberapa inhibiter protein dalam cairan epididimis mencegah
motilitas akhir sampai setelah ejakulasi.
Penyimpanan Sperma .
Dua testis orang dewasa membentuk sperma dengan jumlah mencapai 120 juta
per hari. Sejumlah kecil sperma-sperma ini dapat disimpan di epididimis, namun
sebagian besar disimpan di vas deferens. Sperma tersebut dapat tetap disimpan
sehingga fertilitasnya dapat dipertahankan paling tidak selama sebulan. Selama waktu
tersebut, sperma-sperma itu dijaga dalam keadaan yang sangat inaktif oleh berbagai
zat inhibitor yang terdapat dalam sekresi duktus. Sebaliknya,pada aktivitas seksual
dan ejakulasi yang tinggi, penyimpanan dapat berlangsung tidak lebih beberapa hari.
Setelah ejakulasi, sperma menjadi motil, dan juga mampu untuk membuahi
ovum, suatu proses yang disebut pematangan, Sel sel sertoli dan epitel epididimis
menyesekresikan suatu cairan nutrisi khusus yang di ejakulasikan bersama dengan
sperma. Cairan ini mengandung hormone ( meliputi testosterone dan estrogen ),
enzim-enzim, dan zat nutrisi khusus yang sangat penting untuk pematangan sperma.
Fisiologi Sperma yang Matang.
Sperma normal yang motil dan infertil mampu menggerarkan flagel melalui
medium cair dengan kecepatan kira-kira 1 sampai 4 mm/menit. Aktivitas sperma
sangat meningkat dalam suatu medium yang netral dan sedikit basa seperti yang
terdapat dalam semen yang diejakulasi, namun sangat menurun dalam medium yang
sangat asam. Suatu medium yang sangat asam dapat mematikan sperma dengan cepat.
Aktivitas sperma dapat meningakat dengan nyata bersamaan dengan peningkatan
suhu namun kecepatan metabolismenya juga ikut meningkat, sehingga umur sperma
berkurang. Walaupun sperma dapat hidup dalam beberapa minggu dalam duktus
genitalia testis pada keadaan inaktig, harapan hidup sperma dalam ejakulat di traktus
genitalia wanita hanya 1 sampai 2 hari.
Fungsi Vesikula Seminalis
Setiap vesikula seminalis merupakan tubulus berlokus-lokus dan berkelok-
kelok, yang di lapisi oleh epitel sekretoris yang mnyekresi bahan-bahan mucus yang
mengandung banyak frukstosa, asam sitrat, dan zat nutrisi lainnya, sejumlah besar
prostaglandin dan fibrinogen . selama proses emisi/pengisian dan ejakulasi, setiap
vesikula seminalis mengelurakan isinya ke dalam duktus ejakulatorius sesaat setelah
vas deferens mengelurkan sperma. Hal ini sangat menambah jumlah semen yang di
ejakulasikan, dan fruktosa serta zat lain dalam cairan seminalis merupakan zat nutrisi
yang di butuhkan oleh sperma yang di ejakulasikan sampai salah satu sperma tersebut
membuahi ovum.
Prostaglandin di yakini membantu proses pembuahan dengan dua cara : (1)
bereaksi dengan mucus serviks wanita sehingga serviks lebih dapat meneima
pergerakan sperma dan mungkin menyebabkan kontraksi peristaltic balik dalam
uterus dan tuba falopii untuk menggerakkan sperma ejakulasi mencapai ovarium
(beberapa sperma mencapai ujung atas tuba fallopii dalam waktu 5 menit).
Fungsi Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung
kalsium, ion sitrat, ion fosfat, enzim pembekuan dan profibrinolisin. Selama pengisian
sampai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga
cairan encer seperti susu yang di keluarkan oleh kelenjar prostat menambah jumlah
semen lebih banyak lagi. Sifat cairan prostat yang sedikit basa mungkin penting untuk
keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relative asam akibat adanya
asam sitrat dan hasil akhir metabolism sperma, dan sebagai akibatnya. Akan
mengahambat fertilisasi sperma. Selain itu, secret vagina bersifat asam ( dengan pH
3,5 sampai 4,0). Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH sekitarnya
meningkat menjadi sekitar 6,0 sampai 6,5. Akibatnya, cairan prostat yang sedikit basa
dapat menetralkan sifat asma cairan seminalis lainnya Selma ejakulasi, dan juga
meningkatkan motalitas dan fertilitas sperma.
II.7 Semen
Semen yang di ejakulasikan selama aktivitas seksual pria, terdiri atas cairan
dan sperma yang beralsal dari vas deferens(kira-kira 10 persen dari keseluruhan
semen), cairan vesikula seminalis (hampir 60 persen), caira kelenjar prostat (kira-kira
30 persen), dan sejumlah kecil kelenjar mukosa, terutama kelenjar bulbouretra. Jadi
bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis, yang merupakan cairan
terakhir yang di ejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong sperma melalui duktus
ejakulatorius dan uretra.
pH rata-rata campuran sekitar 7,5. Cairan prostat yang bersifat basa lebih
menetralkan keasaman yang ringan dari bagian semen lainnya. Cairan prostat
membuat semen terlihat seperti susu, sementara cairan dari vesikula seminalis dan
kelenjar mukosa membua semen menjadi agak kental. Selain itu, enzim pembekuan
dari cairan prostat menyebankan fibrinogen cairan vesikula seminalis membentuk
koagulum fibrin yang lemah, yang menahan semen di daerah vagina yang lebuh
dalam, tempat servik uterus berada. Koagulum kemudian di larutkan 15 sampai 30
menit kemudian karena terjadinya lisis oleh fibrinolisin yang dibentuk profibrinolisin
prostat. Pada menit pertama setelah ejakulasi, sperma masih relative tidak bergerak,
yang mungkin di sebabkan oleh viskositas koagulum. Sewaktu koagulum di larutkan,
sperma secara simulatan menjadi sangat motil.
Walaupun sperma dapat hidup beberapa minggu dalam duktus genitalia pria,
begitu sperma di ejakulasikan di dlam semen, jangka waktu hidup maksimal sperma
hanya 24 sampai 48 jam pada suhu tubuh. Akan tetapi, pada suhu yang lebih rendah,
semen dapat di simpan untuk bebrapa minggu : dan ketika di bekukan pada -100°C,
sperma dapat di simpan sampai bertahun-tahun.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Spermatogenesis adalah Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus.
2. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
3. Tahap – tahap spermatogenesis.i. Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma
(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.ii. Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian
mengakhiri sel somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
iii. Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2 spermatosit sekunder (n)
iv. Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2 spermatid yang bersifat haploid. (n)
v. Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
4. Struktur sperma matang terdiri dari : kepala , leher , badan, dan ekor
5. sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati tubulus epididimis yang panjangnya 6 meter
6. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
i. LH (Luteinizing Hormone)ii. FSH (Folicle Stimulating Hormone)iii. Hormon Testosteron.iv. Estrogenv. Hormon Pertumbuhanvi. Gonadotropin
7. Bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis
III.2 Saran
untuk mempelajari materi spermatogenesis penting untuk menegatahui
ilmu anatomi dan fisiologi system reproduksi yang mana berkaitan dengan materi-
materi yang terdapat di spermatogenesis. Dan penulis mengharapkan untuk itu
diperlukan fasilitas tambahan yang lebih menunjang pembelajaran, misalnya seperti
penambahan buku2 referensi yang lebih lengkap di perpustakaan.
Daftar Pustaka
Hall,guyton.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dorland, W.A Newman.Kamus Kedokteran DORLAND Edisi 31.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.