SPEK LIFT

34
LF – 1 SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN LIFT. PASAL 1. UMUM. Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Lift yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini. PASAL 2. PENDAHULUAN. Pemasangan lift harus sesuai dengan spesifikasi ini dan semua peraturan yang berlaku di Indonesia umumnya dan wilayah Bandung khususnya. Biaya pengadaan peralatan, perlengkapan / material untuk instalasi lift ini harus sudah termasuk bea masuk, perijinan, biaya pemeriksaan oleh pejabat yang berwenang, biaya penyimpanan (gudang) dan biaya-biaya yang diperlukan untuk pengadaan perlengkapan lift serta biaya penyediaan peralatan bantu, testing & commissioning dan biaya pemeliharaan selama 1 (satu) tahun setelah penyelesaian pekerjaan. PASAL 3. LINGKUP PEKERJAAN. 3.1. Termasuk di dalam tugas Sub Kontraktor instalasi lift adalah pengadaan dan pemasangan, testing & commissioning dan penyediaan perlengkapan bantu yang diperlukan untuk pemasangan secara sempurna dari instalasi lift. 3.2. Keseluruhannya meliputi hal-hal yang disebut di bawah ini, meskipun tidak terbatas hanya pada : 3.2.1. Mesin pengangkat, sheaves (pengarah), governor dan semua peralatan yang melengkapinya.

description

sistem transportasi gedung

Transcript of SPEK LIFT

Page 1: SPEK LIFT

LF – 1

SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN LIFT.

PASAL 1. UMUM.

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Lift yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

PASAL 2. PENDAHULUAN.

Pemasangan lift harus sesuai dengan spesifikasi ini dan semua peraturan yang berlaku di Indonesia umumnya dan wilayah Bandung khususnya.

Biaya pengadaan peralatan, perlengkapan / material untuk instalasi lift ini harus sudah termasuk bea masuk, perijinan, biaya pemeriksaan oleh pejabat yang berwenang, biaya penyimpanan (gudang) dan biaya-biaya yang diperlukan untuk pengadaan perlengkapan lift serta biaya penyediaan peralatan bantu, testing & commissioning dan biaya pemeliharaan selama 1 (satu) tahun setelah penyelesaian pekerjaan.

PASAL 3. LINGKUP PEKERJAAN.

3.1. Termasuk di dalam tugas Sub Kontraktor instalasi lift adalah pengadaan dan pemasangan, testing & commissioning dan penyediaan perlengkapan bantu yang diperlukan untuk pemasangan secara sempurna dari instalasi lift.

3.2. Keseluruhannya meliputi hal-hal yang disebut di bawah ini, meskipun tidak terbatas hanya pada :

3.2.1. Mesin pengangkat, sheaves (pengarah), governor dan semua peralatan yang

melengkapinya.

3.2.2. Kabin lift lengkap dengan rangka, dinding, ventilasi, lampu, panel indikator, panel operasi dan semua peralatan yang melengkapinya.

3.2.3. Sistim pintu kabin lift dan pintu hoist way di tiap lantai dan peralatan pengaman sistim kerja pintu-pintu.

3.2.4. Perlengkapan di hall lift tiap lantai dan di dalam pit.

3.2.5. Perlengkapan sumber tenaga listrik dan sistim kontrol.

3.2.6. Peralatan pengaman mekanis.

3.2.7. Peralatan komunikasi (intercom) dengan pusat operasi di ruang mesin lift.

3.2.8. Cat dan lapisan luar.

Page 2: SPEK LIFT

LF – 1

3.2.9. Semua pekerjaan yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja lift.

PASAL 4. KORELASI PEKERJAAN.

4.1. Hoisting hook di ruang mesin lift dikerjakan oleh Sub Kontraktor Sipil.

4.2. Panel instalasi listrik berupa panel distribusi lift (PP-LIFT) dikerjakan Sub Kontraktor Listrik.

4.3. Kabel daya dari PP-LIFT ke panel kontrol lift dan kabel daya dari panel kontrol lift ke motor traksi dikerjakan oleh Sub Kontraktor Lift.

4.4. AC dan Fan di ruang mesin lift dikerjakan Sub Kontraktor Lift.

PASAL 5. PERATURAN.

Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan (kecuali bila ditentukan lain) sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu : 5.1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 yang dikeluarkan dan diakui oleh PLN.

5.2. Peraturan keselamatan umum yang dikeluarkan Departemen Tenaga Kerja.

5.3. Petunjuk dan rekomendasi dari pabrik pembuat lift.

PASAL 6. DATA TEKNIS LIFT.

1. Pelayanan : lift penumpang / passenger elevator

2 Tipe penggerak : roped - traction induction motor

3 Jumlah : 2

4 Kapasitas : 1100kg (11 passengers)

5 Kecepatan : 60 mpm

6 Power source : - power 7,5 kW, 220/380 V, 3 ph, 50 Hz - lighting AC 220 V, 1 ph, 50 Hz

7 Pit depth : 1600 mm

8 Overhead height : 4600 mm

9 No. of stop : 7 stop

Page 3: SPEK LIFT

LF – 1

10 Opening : 7 entrances

11 Service fl.name : Lt-Besement,1, dan 6 (travel distance +/- 12 m)

12 Main floor : lantai Besement

13 Control : ACVVVF microproccessor - inverter control system

14 Operation : Duplex selective - collective

15 All floor jamb : full jamb with transom panel in hair line finished stainless steel sheet

16 Hatch door : 2 panel center opening automatic door - 2 hrs fire rated

17 Hatch door panel for all floor : high quality hair line finished stainless steel sheet

18 Hatch sill : extruded hard allumunium

19 Door opening : 1100 (W) x 2100 (H) mm

20 Hall signals

- hall position indicator & hall call button for all floors : vertical digital type with directional arrows floor signal and hall call micro push button

21 Car size : - internal 2000 (W) x 1750 (D) x 2300 (H) mm

22 Car door panel : high quality hair line finished stainless steel sheet

23 Car wall : high quality hair line finished stainless stell sheet

24 Flooring : deluxe luckstrong

25 Car signal : car operating panel combined with car position indicator

26 Door control : reopens when obstructed by any object while closingwith photo cell or proximity detector

27 Car lighting : lights 30 minute during power failure and charged by trickle charger

28 Interphone andalarm buzzer : included in car and m/c room

29 Overload signal : audible overload protective device

Page 4: SPEK LIFT

LF – 1

30 Ventilation : single speed blower type fan & ventholes

31 Emergency exit : provided at ceiling panel

32 Emergency call : stop & call button on car operating panel

33 Inspection stat. : provided on the top of car

34 Fireman service : enable

35 Features

Standard Features : - Automatic By Pass (75 % loading)- Overload feature- Safety Edge

- Fire Emergency Return- Emergency alarm bell- Emergency stop switch- Door open & close button- Car Arrival Gong- Car Call Registered Lights- Corridor Call Resistered Lights- Up & Down Indicator Arrows- Emergency Landing Device / Automatic Resque Device

36 Merek : MITSUBISI / LG atau setara

PASAL 7. PERSYARATAN MATERIAL LIFT.

7.1. Mesin Pengangkat (Hoisting Machine).

7.1.1 Mesin pengangkat dari lift penumpang adalah mesin traksi tanpa gigi (gearless traction motor) dari jenis AC induction motor yang terhubung secara langsung kepada katrol penggulung tali baja pengangkat kabin lift (sheave).

Kesemuanya harus ditahan secara kuat oleh satu rangka yang terbuat dari profil besi baja.

7.1.2 Tromol rem (brake pulley), katrol traksi (traction sheaves) dan rumah motor harus dipasang pada satu poros yang direncanakan sedemikian rupa, sehingga momen puntir yang timbul sesedikit mungkin.

7.1.3 Motor harus dari jenis yang dirancang untuk dapat bekerja secara kontinyu dan sesuai dengan standar BS, VDE, JIS dan sebagainya.

7.2. R e m.

Page 5: SPEK LIFT

LF – 1

7.2.1 Sistim rem harus menggunakan sistim pelepasan rem dengan arus bolak-balik atau arus searah.

7.2.2 Sistem rem harus direncanakan untuk dapat bekerja pada kapasitas di atas kapasitas normalnya dan sanggup memegang dan memberhentikan lift pada kondisi yang paling berat / sulit.

7.2.3 Sirkuit sistim kontrol rem harus saling mengunci (interlock) secara elektris dengan sirkuit kontrol motor traksi dan harus direncanakan dan diatur sehingga rem

hanya bekerja untuk memegang kabin lift pada saat lift berhenti, sehingga pemberhentian lift dapat dilakukan secara halus.

7.2.4 Dua buah sepatu rem harus disediakan untuk maksud tersebut dan harus bekerja tanpa menimbulkan suara yang keras.

7.2.5 Di setiap mesin lift harus disediakan satu alat yang diperuntukkan untuk melepas rem secara manual pada saat darurat.

7.3. Katrol (Sheaves)

Katrol harus dibuat secara teliti dan terbuat dari besi cor dengan kualitas terbaik, bebas dari cacat dan dibentuk sedemikian rupa, sehingga tidak akan terjadi slip pada gulungan kawat baja serta tidak menyebabkan keausan kawat penggantung pada seluruh kondisi pembebanan.

7.4. Kawat Penggantung (Ropes).

7.4.1 Kawat penggantung terbuat dari baja perpilin untuk kabin lift, counterweight dan governor, harus sesuai dengan persyaratan pabrik dengan jenis dan ukuran yang akan memberikan umur pemakaian yang panjang dan bekerja dengan baik.

7.4.2 Kawat baja pengantung kabin lift harus berjumlah tidak kurang dari 4 (empat) buah dengan tegangan putus (breaking strength) minimal 10 kali beban maksimum yang terjadi.

7.4.3 Semua kawat penggantung untuk kabin lift dan counterweight harus dipasang secara vertikal dan diatur sedemikian rupa, sehingga beban terbagi secara merata sepanjang kawat penggantung tersebut.

7.4.4 Kawat baja governor harus dilalukan pada governor di ruang mesin lift dan katrol di pit bawah.

7.4.5 Kawat baja kompensasi (compensating ropes) yang dapat diatur harus disediakan dan harus diikatkan pada rangka kabin lift dan counterweight untuk mengkompensasi ketidak-seimbangan beban akibat kawat baja penggantung kabin lift dan counterweight.

Page 6: SPEK LIFT

LF – 1

7.5. Rel Penuntun (Guide Rails).

7.5.1 Rel penuntun untuk kabin lift harus terbuat dari baja, dengan penampang bentuk T dengan permukaan rata dan halus dengan pengerjaan mesin di pabrik.

7.5.2 Rel penuntun yang dipasang harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan suatu tekanan yang dapat ditimbulkan, karena rem darurat bekerja ataupun adanya beban yang tidak simetris.

7.5.3 Rel penuntun harus dipasang dan diperpanjang sampai dengan ujung teratas dari overhead shaft, dan sampai dasar pit dan diikatkan pada struktur bangunan dengan bracket yang direkomendasikan oleh pabrik.

7.5.4 Pemasangan rel harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada goncangan atau goyangan yang terasa oleh penumpang di dalam kabin lift selama perjalanan.

7.5.5 Panjang bracket dari rel penuntun harus disesuaikan dengan jarak rel sampai dinding shaft.

7.6. Guide Rail Bracket.

Braket dari rel penuntun (guide rail bracket) harus mampu menahan gaya gempa yang terjadi pada kereta secara horizontal dengan kecepatan 0,5 g atau terjadi pada counterweight dalam posisi paling buruk terhadap braketnya tanpa terjadi defleksi yang melebihi 6 mm dan tidak melebihi 80 % dari ketahanan (yield strenght) bahan yang digunakan.

7.7. Beban Lawan (Counterweight).

7.7.1 Lift harus diseimbangkan dengan sistem counterweight untuk bekerja secara ekonomis dan halus.

7.7.2 Counterweight harus terbuat dari balok besi tuang yang dipasang tersusun pada rangka baja sedemikian rupa, sehingga mudah untuk menambah atau mengurangi berat counterweight tanpa mengganggu kawat penggantungnya.

7.7.3 Counterweight tersebut harus mampu memberi keseimbangan sebesar berat kabin lift ditambah dengan 40 % - 50 % berat beban maksimum yang diijinkan.

7.7.4 Sisi atas dan bawah dari rangka counterweight harus dilengkapi dengan sepatu penuntun berbentuk roda (roller type guide shoes) yang dapat disetel.

7.8. Counterweight Guiding Shoes.

Rangka beban lawan (counterweight frame) harus tertuntun (guided) pada masing-masing rel penuntun bagian atas dan bawah atau oleh roda (roller) yang dipasang pada rangka.

Page 7: SPEK LIFT

LF – 1

Peralatan penuntun tersebut harus dirancang untuk dapat menahan gaya gempa secara horizontal dengan percepatan tidak kurang dari 0,5 g.

7.9. Sepatu Penuntun (Guide shoes).

7.9.1 Sepatu penuntun dari kabin lift adalah berbentuk roda dan terikat secara kuat pada bagian atas dan bawah dari kabin lift dan counterweight.

7.9.2 Setiap sepatu penuntun harus terdiri atas 3 (tiga) buah roda dari karet, yang akan bergerak pada tiga permukaan rel penuntun berbentuk "T".

7.9.3 Roda-roda harus mempunyai bantalan yang presisi dan dibentuk sedemikian rupa, sehingga tidak ada sentuhan di antara roda-roda tersebut dan tidak menyentuh ujung dari rel penuntun.

7.10. Buffers.

7.10.1 Buffer minyak dengan pegas harus disediakan untuk kabin lift dan counter weight.

7.10.2 Buffer harus kembali pada posisi semula setelah ditekan ke bawah.

7.10.3 Semua buffer harus direncanakan untuk dapat menyerap energi kinetik dari kabin lift yang bermuatan penuh dan counterweight apabila membentur buffer pada kecepatan maksimum yang mungkin terjadi (impact).

7.10.4 Semua perlengkapan pemasangan buffer harus disediakan dan dipasang oleh Sub Kontraktor Lift, termasuk di antaranya pondasi beton untuk penyangga buffer, bila diperlukan.

7.11. Perlengkapan di Shaft Lift.

7.11.1 Limit switch dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk kerja secara aman dan efisien harus disediakan dan dipasang oleh Sub Kontraktor Lift.

7.11.2 Semua perlengkapan yang ada di shaft lift harus dari jenis yang terbungkus secara menyeluruh, sehingga bekerjanya tidak terganggu adanya debu-debu yang mungkin ada.

7.12. Peralatan Anti Gempa Bumi.

Kontraktor harus menyediakan dan memasang peralatan anti gempa bumi (earthquake protection device), dengan cara kerja sebagai berikut :

- Apabila terjadi gempa bumi, sensor gempa bumi akan merasakan gelombang primer (primary wave) dan secara otomatis memperlambat kereta yang sedang berjalan atau mengurangi kecepatan dan melanjutkan perjalanan kereta menuju lantai terdekat, searah dengan perjalanan sebelumnya.

Page 8: SPEK LIFT

LF – 1

- Pada lantai pemberhentian terdekat tersebut, pintu harus terbuka untuk mengeluarkan penumpang dan selanjutnya menutup kembali setelah selang waktu yang telah ditentukan dipenuhi.

- Lift harus tetap berada di posisi pemberhentiannya.

- Lift terkunci secara otomatis untuk mencegah start kembali sampai gempa bumi berakhir.

- Sebelum lift dioperasikan kembali, harus dilakukan pemeriksaan dan penelitian secara manual.

- Akan tetapi sensor gelombang gempa sekunder (secondary wave sensor) juga bekerja.

- Pemulihan kerja lift dapat dilakukan setelah seluruh peralatan lift diperiksa dan dijamin oleh tenaga-tenaga ahli yang memiliki sertifikat dalam bidang lift.

- Operasi di atas pada saat terjadi gempa bumi harus dapat diselesaikan secepat mungkin sebelum level getaran induksi gempa (seismic induced vibration level) mencapai 100 gal.

7.13. Sensor Gempa.

7.13.1 Sebuah sensor gempa harus dipasang untuk mengerjakan sistem kontrol lift agar berhenti pada lantai terdekat untuk membebaskan pemumpang secara darurat apabila terjadi gempa bumi.

7.13.2 Sensor yang digunakan adalah dari jenis sensor mekanis yang merasakan resonansi pergerakan tanah (ground motion sensor resonant) dengan tanggapan frekuensi (frequency response) berdasarkan pemisahan (discrimination) getaran yang terjadi antara getaran yang merusak dan yang tidak merusak.

7.13.3 Sensor tersebut dilengkapi dengan detektor berupa bandul (pendulum) yang direndam dalam suatu cairan kental.

7.13.4 Bandul ini merasakan pergerakan tanah dalam arah horizontal, sedangkan silinder (dashpot cylinder) berpegas yang bergerak dalam cairan kental.

7.13.5 Detektor harus ditala (tuned) untuk menggerakkan mekanisme kontrol penyelamat darurat (emergency resque) dengan tanggapan (response) terhadap percepatan yang melebihi 40 gal pada setiap arah akibat terjadinya gelombang primer gempa.

7.13.6 Lift harus berhenti beroperasi bila tingkat percepatan melebihi 100 gal. dan di dalam daerah kritis frekuensi gempa yang merusak. Detektor memiliki ketelitian kurang lebih 5 %.

Page 9: SPEK LIFT

LF – 1

7.14. Collision Switch.

7.14.1 Lift harus dilengkapi dengan peralatan saklar benturan (colission switch) yang dikerjakan oleh kereta atau beban lawan untuk meberikan informasi ke peralatan kontrol lift bahwa akan terjadi kemungkinan benturan antara kereta dan beban lawan.

7.14.2 Bekerjanya saklar ini akan mencegah beroperasinya kereta, kecuali melalui ruang operasi di atas kereta dan lift menjauhi beban lawan.

7.14.3 Dalam kondisi kerja, saklar ini akan memperlambat kereta, sehingga kecepatannya tidak lebih dari 0,75 m/detik sebelum kereta berbenturan dengan beban lawan.

7.15. Tegangan Kerja.

7.15.1 Peralatan anti gempa tersebut, pada bagian yang terbuka di dalam hoistway harus beroperasi dengan tegangan tidak lebih dari 24 volt ac (RMS) atau 24 volt dc di atas potensial tanah dan harus dapat mengalirkan arus tidak kurang dari 0,5 A pada saat terjadi hubung-singkat.

7.15.2 Peralatan anti gempa yang digunakan harus dari jenis yang aman terhadap kegagalan (fail safe) atau tersusun atas sistem ganda (dual system) yang diatur agar terhindar dari diaktifkannya bagian sensor, kecuali apabila keseluruhan sistem sudah lengkap.

7.15.3 Peralatan ini harus mudah diperiksa dan dikalibrasi dengan selang waktu yang dianjurkan oleh pabrik.

7.16 Pengamanan Lift.

7.16.1 Limiting switch dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk operasi secara aman dan efisien harus disediakan dan dipasang oleh Kontraktor Lift.

7.16.2 Semua perlengkapan yang ada di dalam shaft lift (hoist way) harus dari jenis yang terbungkus secara menyeluruh, sehingga bekerjanya tidak terganggu oleh debu-debu yang mungkin ada.

7.16.3 Kontraktor harus menyediakan dan memasang "Over Travel Limit Switch" pada terminal ujung atas dan bawah dari lift yang akan memutus alir-an listrik ke mesin penggerak lift apabila lift bergerak melewati daerah gerak normalnya.

7.16.4 Lift harus dilengkapi dengan peralatan pengaman mekanis (mechanical safety devices) dari jenis "Gradual Wedge Clamp" yang dirancang untuk membawa lift berhenti dengan mudah secara bertahap serta memegang secara kuat tanpa merusak rel penuntun maupun sepatunya.

Page 10: SPEK LIFT

LF – 1

7.16.5 Pengaman mekanis ini harus diletakkan di bagian bawah dari rangka kabin lift dan dirancang sedemikian rupa, sehingga semua bagian yang bergerak mudah untuk dicapai dan diberi minyak pelumas serta diperbaiki apabila terjadi kerusakan.

7.17. Speed Governor.

7.17.1 Lift harus dilengkapi dengan speed governor jenis sentrifugal untuk mengamankan kereta dari pergerakan dengan kecepatan melebihi kecepatan yang dispesifikasikan baik untuk arah naik maupun turun.

7.17.2 Speed governor dipasang di dalam ruang mesin dan dihubungkan ke safety device yang dipasang di kereta dengan suatu kawat baja yang tidak terputus.

7.17.3 Speed governor dilengkapi dengan tripping switch yang akan memutus aliran arus listrik ke dalam motor penggerak apabila setting kecepatan lebih yang telah ditentukan tercapai.

7.17.4 Pengaturan (setting) kecepatan lebih harus dimungkinkan antara 10 % - 40 % di atas kecepatan nominalnya.

7.18 Konstruksi Kabin Lift.

a. Dasar / lantai dari kabin lift harus seluas mungkin sesuai dengan shaft yang disediakan.

b. Dasar / lantai dari kabin lift harus terdiri atas dua lapisan. Lapisan atas terbuat dari kayu lunak dan lapisan bawah dari kayu keras dan keduanya mempunyai serat yang terpasang saling tegak lurus atau jenis lain yang disetujui, sesuai dengan standard pabrik.

c. Bagian bawah dari dasar ini harus dilapisi dengan lembaran plat baja yang

digalvanisasi dengan tebal tidak kurang dari 2 mm.

d. Bagian permukaan atas lantai ini harus dilapisi dengan lapisan karet yang mempunyai tebal tidak kurang dari 6 mm dengan warna dan motif yang akan ditentukan oleh Arsitek / Perencana.

e. Setiap dasar kabin harus didudukkan pada dudukan karet yang diikatkan pada rangka baja kabin lift.

f. Rangka dari kereta / kabin lift harus dibuat dari profil baja yang dibentuk dengan sambungan las & baut, sehingga dijamin tidak akan berubah bentuk.

g. Dinding dari kabin lift harus dibuat sedemikian sehingga mudah dipasang atau dilepas dalam bentuk unit-unit. Untuk memudahkan pemasangan, setiap unit tersebut harus dibentuk dengan sistem sambungan baut dengan kekuatan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat lift.

Page 11: SPEK LIFT

LF – 1

h. Atap dari kabin harus mempunyai lubang yang khusus digunakan untuk jalan keluar bagi penumpang yang terkurung di dalam kabin lift pada saat keadaan darurat (emergency exit).

i. Pada penyelesaian pembuatan kabin lift ini, pengecekan harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kabin lift dalam keadaan seimbang dan bilamana perlu harus ditambahkan pemberat agar kabin lift benar-benar tergantung vertikal dan seimbang secara sempurna.

j. Bahan / material dinding, ceiling, lantai dan pintu dari kabin lift harus sesuai dengan

uraian dan syarat-syarat di bawah ini :

Car design.

- Ceiling/lighting : fluorescent lighting through American Louvre

- Side & rear wall : hairline finished stainless steel

- Front wall : hair line finished stainless steel

- Car door : hair line finished stainless steel

- Transom panel : hair line finished stainless steel

- Entrance column : hair line finished stainless steel

- Floor : Luckstrong

- Kick plates : hair line finished stainless steel

- Ventilation : single speed blower type fan & vent hole

- Emergency exit : provided at ceiling panel Entrance Design.

- Landing Door : hair line finished stainless steel

- Jamb : wide jamb hair line stainless steel

- Transom panel : hair line stainless steel

- Landing sill : extruded hard alumunium

7.19 Pintu Lift dan Pintu Shaft.

a. Setiap pintu lift harus dilengkapi dengan suatu perangkat yang dapat bekerja secara otomatis.

b. Pintu harus berkonstruksi rapat udara dengan mekanisme kerja membuka dan menutup tanpa suara, getaran atau kejutan.

Page 12: SPEK LIFT

LF – 1

c. Pintu kabin lift dan pintu shaft di setiap lantai harus dapat membuka secara serempak pada saat lift berhenti di suatu lantai tertentu dan menutup secara serempak pula sesaat sebelum lift meninggalkan suatu lantai.

d. Pada saat lift bergerak, pintu kabin lift harus tidak dapat dibuka dari dalam kabin meskipun tombol pembuka pintu ditekan.

e. Pada saat lift bergerak, motor penggerak pintu harus memberikan torsi yang cukup kuat pada daun pintu untuk mencegah pintu dibuka secara paksa dari dalam kabin lift.

f. Setiap pintu shaft harus dilengkapi dengan suatu sistem "electro-mechanical interlock" yang mencegah pintu dibuka secara paksa, kecuali dengan kunci khusus yang melepas sistem interlock tersebut.

g. Sistem interlock elektro-mekanis pada pintu shaft tersebut harus dapat dibuka dari dalam kabin lift, apabila lift berhenti pada suatu lantai yang dikehendaki.

h. Sistem interlock harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dilepas dari dalam kabin lift pada saat tidak ada sumber daya listrik.

i. Semua peralatan interlock dan kunci dari pintu lift serta pintu shaft harus dibuat sedemikian rupa, sehingga memungkinkan dilakukannya pemeriksaan, pengetesan dan penggantian bagian-bagiannya apabila rusak.

j. Semua pintu lift harus dilengkapi dengan kontak / switch yang mencegah lift bergerak kecuali apabila pintu-pintunya telah tertutup dengan sempurna.

Switch ini harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga tidak dapat dicapai oleh orang-orang yang tidak berkepentingan.

k. Semua pintu lift harus dilengkapi dengan "Safety Edge" yang terpasang dari ujung atas sampai ujung bawah dari panel pintu. Apabila peralatan ini menyentuh orang atau benda pada saat pintu sedang menutup, maka pintu lift dan pintu shaft harus kembali pada posisi membuka penuh.

Pintu baru akan menutup kembali secara otomatis, setelah waktu yang ditentukan terlampaui.

7.20. Perlengkapan Kabin.

Perlengkapan kabin meliputi lampu penerangan, lampu darurat, fan ventilasi, pesawat telekomunikasi (intercom), tombol permintaan lantai, indikator penunjuk lantai, loudspeaker, indikator arah gerak, tombol alarm, petunjuk penggunaan lift, petunjuk dalam keadaan darurat, keterangan kapasitas lift, indikator beban lebih, berikut belnya dan lain-lain fasilitas dengan uraian sebagai berikut :

a. Indikator Posisi Lift.

Page 13: SPEK LIFT

LF – 1

Setiap kabin lift harus dilengkapi dengan suatu indikator posisi lift berupa seven segment LED dengan penunjukkan nyala lampu bernomor sesuai dengan nomor lantai disaat lift mendekat, berhenti atau melaluinya.

Indikator ini harus dipasang pada panel yang terbuat dari bahan stainless steel dan terpasang secara horizontal di atas pintu kabin lift.

b. Panel Kabin Lift.

Lift harus dilengkapi dengan dua buah panel yaitu satu buah panel utama dan satu panel duplikat.

Setiap panel utama dan panel duplikat harus memuat :

- Tombol permintaan lantai (call buttons) dengan nomor yang sesuai nomor lantai dan harus sebanyak jumlah lantai yang dilayani. Tombol dengan permukaan transparan akan menyala apabila permintaan telah terdaftar, dengan cara menekan tombol yang bersangkutan. Lampu pada tombol tersebut harus mati pada saat lantai permintaan telah dilayani dan kabin lift berhenti pada lantai tersebut. Semua tombol ini harus dari jenis "touch-button".

- Tombol "EMERGENCY" (Emergency call button) dan switch "STOP DARURAT" (Emergency stop switch) harus disediakan dengan tulisan yang jelas.

- Indikator arah gerak lift naik dan turun berupa panah berwarna dengan nyala lampu di dalamnya (directional arrow).

- Tombol "BUKA PINTU" dan "TUTUP PINTU" (Door opening and closing buttons) dengan tulisan dalam bahasa Indonesia.

- Lampu penunjuk beban penumpang berlebih yang akan menyala disertai bel berbunyi, apabila berat penumpang melebihi kapasitas maksimum yang tertulis dengan tulisan dalam bahasa Indonesia "BEBAN LEBIH".

- Interphone / Intercom yang dihubungkan ke ruang operator di ruang mesin / ruang kontrol.

Panel utama harus memuat juga fasilitas berikut ini, meskipun tidak terbatas hanya pada yang tertulis di bawah ini dan harus berada di balik pintu panel yang terkunci, yaitu :

- tombol "BY-PASS" dan "CANCEL"

- tombol pemilih arah gerak naik atau turun.

- tombol lampu kabin lift

- tombol fan ventilasi kabin lift

Page 14: SPEK LIFT

LF – 1

- tombol / sakelar pemilih kerja lift manual atau otomatis dengan atau tanpa operator

- sakelar pemilih kerja lift bebas (independent).

- setiap panel utama harus dilengkapi dengan intercom yang dapat berhubungan dengan petugas di ruang mesin lift dan lantai bawah.

- pemberitahuan tentang jumlah beban maksimum harus tertulis dengan jelas pada panel tersebut.

c. Lampu Penerangan dan Fan Ventilasi.

Lift harus dilengkapi dengan lampu darurat yang secara otomatis akan menyala apabila sumber listrik mati. Lampu darurat ini menerima sumber daya dari baterai dengan jenis Nickel Cadmium yang dilengkapi automatic recharging (diruang mesin). Lift harus dilengkapi dengan fan untuk ventilasi.

7.21 Alarm.

a. Satu sistim yang bekerja dengan sumber baterai harus disediakan disetiap lift. Tombol pembunyi alarm ini sebagaimana telah dijelaskan di atas harus diletakkan di lantai lift.

b. Letak bel alarm harus berdekatan dengan intercom dan akan diletakkan di ruang mesin pada suatu tempat yang akan ditentukan kemudian.

7.22 Peralatan di tiap Lantai Pelayanan (Lift Hall)

Sub Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang peralatan-peralatan di setiap lantai yang dilayani oleh lift, antara lain tombol pemanggil lift (hall call buttons), lampu indikator penunjuk arah gerak lift yang datang (hall lanterns), lampu indikator penunjuk posisi lift setiap saat (hall position indicator) sebagaimana yang tampak pada gambar atau uraian di dalam spesifikasi ini.

Semua lampu dari jenis pijar dan bekerja pada tegangan rendah yang diperoleh dari transformator step down gulungan ganda dengan kapasitas sesuai kebutuhan.

Untuk memberikan umur yang panjang, maka lampu harus bekerja pada tegangan sedikit di bawah tegangan normalnya.

a. Panah Penunjuk Arah Gerak Lift (Hall Lantern).

Lift harus dilengkapi dengan lampu penunjuk arah gerak lift dengan bentuk segitiga arah keatas dan kebawah yang menyala sesuai dengan arah gerak kabin lift.

Panah penunjuk arah gerak lift harus menyala lebih kurang empat detik sebelum kabin lift berhenti pada suatu lantai tertentu dan kedatangannya harus disertai bunyi

Page 15: SPEK LIFT

LF – 1

dengan bel ketukan tunggal. Lampu baru akan mati bila lift menutup dan siap berangkat.

b. Indikator Penunjuk Posisi Lift (Hall Position Indikator).

Lift harus dilengkapi dengan indikator penunjuk posisi lift di semua lantai yang dilayani.

Indikator penunjuk harus dipasang pada panel yang terbuat dari stainless steel satin finished dengan lampu-lampu bernomor sesuai jumlah lantai pelayanan dan penunjuk arah gerak.

Indikator penunjuk posisi lift ini harus menyala sesuai dengan nomor lantai di mana kabin lift mendekat, berhenti dan melewati suatu lantai tertentu. Indikator ini dapat berbentuk lampu dengan nyala berkedip-kedip atau tulisan "THIS CAR UP" dengan disertai bunyi bel. Lampu dan bel akan berhenti bekerja apabila pintu lift mulai menutup.

Panel penunjuk posisi lift dapat dipasang vertikal di sisi pintu atau horizontal di atas pintu lift.

c. Tombol Panggilan Lift (Hall Call Buttons).

Di setiap lantai harus disediakan tombol panggilan lift sebagaimana tampak pada gambar rencana dan uraian di bawah ini.

Tombol adalah jenis "touch button" dan setiap unit harus terdiri atas 2 (dua) buah tombol di setiap lantai, kecuali untuk lantai teratas dan terbawah hanya disediakan 1 (satu) tombol.

Lampu di balik tombol harus menyala apabila tombol ditekan sebagai indikasi bahwa panggilan telah terdaftar, di mana lampu tersebut harus mati apabila yang lift yang di-panggil telah datang.

Tombol ini harus diletakkan di dalam kotak besi dengan panel depan terbuat dari stainless steel satin finished dan terpasang pada muka dinding.

d. Sakelar Khusus Pemadam Kebakaran.

Sakelar ini akan digunakan oleh petugas pemadam kebakaran, harus jelas terbaca dengan tulisan bahasa Indonesia "SAKLAR KEBAKARAN".

Sakelar ini diletakkan di lantai dasar dekat pintu lift, dan sakelar tersebut harus diletakkan di dalam kotak besi yang dikunci, dengan panel terbuat dari stainless steel satin finished dan kaca yang mudah dipecahkan di tengahnya.

Sakelar ini harus diberi tulisan yang jelas untuk kedudukan "ON" atau "OFF".

Page 16: SPEK LIFT

LF – 1

Dengan menekan sakelar ini pada kedudukan "ON" maka lift tersebut akan bekerja sebagai berikut :

- Semua panggilan lift dan permintaan lantai akan dibatalkan dan tidak ada permintaan baru yang didaftar.

- Sistim kerja lift akan berubah dari kontrol secara kolektif (collective control) menjadi tidak kolektif.

- Tanpa melihat arah geraknya, lift akan turun ke lt-1 tanpa berhenti di lantai-lantai lain.

- Setelah membuka pintu di lantai-1 dan melepas penumpang-penumpangnya, maka lift akan berhenti bekerja dengan pintu tetap terbuka, tetapi lampu penerangan di dalamnya mati.

7.23. Lampu Darurat.

Paling sedikit dua buah lampu darurat harus dipasang di dalam kabin lift, di mana lampu tersebut harus mendapat sumber dayanya dari baterai di ruang mesin lift. Lampu darurat harus menyala secara otomatis apabila sumber daya utama dari PLN mati.

Sub Kontraktor mesin lift harus menyediakan dan memasang baterai nickel cadmium dan peralatan otomatis pengisi baterai dari listrik PLN (automatic battery charger).

7.24. Sistim Kerja.

a. Sistim Kerja dengan / tanpa Operator.

Lift harus dapat dioperasikan dengan atau tanpa operator.

Satu saklar di dalam panel terkunci harus disediakan di dalam setiap kabin lift untuk memilih apakah lift akan dioperasikan dengan operator atau tanpa operator.

a1. Sistim Kerja dengan Operator.

Setiap penumpang setelah memasuki kabin lift, akan memberitahukan kepada opera-tor ke lantai yang akan dituju, dan operator akan menekan tombol lantai yang diminta tersebut.

Operator selanjutnya akan menekan tombol "START" dan seketika setelah pintu menutup rapat, maka lift akan mulai bergerak, dan tombol "START" dapat dilepas.

Tetapi melepas penekanan tombol "START" pada saat pintu belum menutup rapat, akan menyebabkan pintu kembali pada posisi membuka.

Page 17: SPEK LIFT

LF – 1

Operator dapat merubah arah gerak lift dengan memilih tombol "CANCEL" disuatu lantai pemberhentian.

Penekanan tombol "BY-PASS" akan menyebabkan gerak lift tidak memberi respons kepada panggilan dari semua lantai yang dilalui, tetapi panggilan ini akan tetap terdaftar dan akan dilayani kemudian.

Penekanan tombol "STOP DARURAT" akan menyebabkan kabin lift berhenti di suatu tempat pada lantai tertentu secara mendadak, tanpa memperhatikan arah gerak dan posisinya di shaft.

Selama lift bekerja dengan sistim operator, safety edge di pintu dan photocell akan tidak berfungsi.

a2. Sistim Kerja tanpa Operator.

Apabila lift bekerja dengan sistim tanpa operator, maka lift akan beroperasi seperti terurai pada penjelasan di atas.

Penumpang setelah memasuki kabin lift akan menekan tombol yang ada dipanel dalam kabin, sesuai dengan lantai yang dituju.

Pintu akan menutup secara otomatis setelah melampaui selang waktu yang ditentukan dan kemudian lift akan segera bergerak.

Penekanan tombol "BUKA PINTU" pada saat pintu sedang menutup akan menyebabkan pintu kembali pada posisi membuka.

Kecuali apabila tombol "BUKA PINTU" tersebut ditekan terlalu lama dan telah melampaui selang waktu yang telah ditetapkan, maka pintu akan tetap menutup.

Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penumpang menahan satu lift terlalu lama di suatu lantai tertentu sehingga dapat mengganggu pelayanan.

b. Sistem Kerja pada Saat Darurat.

b1. Yang dimaksud dengan saat darurat adalah saat sumber daya utama dari PLN terputus / mati dan selanjutnya lift akan mendapat daya listrik dari Diesel-Genset (DGS).

b2. Apabila sumber daya PLN mati seketika, maka seluruh lift secara tiba-tiba akan berhenti di suatu tempat, baik pada suatu pemberhentian di lantai tertentu atau di antara dua lantai.

Pada saat tersebut lampu darurat di dalam kabin lift harus menyala secara otomatis.

Apabila sumber daya cadangan dari DGS telah tersedia di panel distribusi lift di ruang mesin, maka lampu dan fan disemua kabin lift harus menyala secara

Page 18: SPEK LIFT

LF – 1

otomatis menggantikan lampu darurat. Secara otomatis masing-masing lift akan bergantian bekerja dan bergerak menuju ke lantai terdekat untuk mengeluarkan penumpang yang terjebak.

Setelah lift selesai mengeluarkan penumpangnya, maka lift akan tetap berhenti pada lantai terdekat tersebut dan mematikan mesin serta lampu kabin dan membi-arkan pintu tetap terbuka.

Untuk selanjutnya, selama saat darurat dapat dilakukan perintah agar lift tetap bekerja.

Apabila sumber daya utama dari PLN telah hidup kembali, maka sistim harus dapat kembali ke keadaan normal secara otomatis.

7.25. Kehalusan Kerja.

a. Sub Kontraktor lift harus memasang semua perlengkapan / equipment sebaik mungkin sehingga benar-benar didapatkan keadaan semua sistim instalasi bekerja secara halus tanpa menimbulkan suara-suara yang tidak normal.

b. Apabila terjadi adanya suara-suara yang tidak layak / tidak seharusnya timbul di suatu bagian, maka bagian tersebut tidak dapat disetujui untuk dipasang.

7.26 Levelling.

a. Semua perlengkapan untuk maksud levelling harus disediakan dan dipasang dengan benar, sesuai dengan kebutuhan setiap lift.

b. Perlengkapan ini harus membawa kabin lift ke suatu level lantai secara halus (smooth) dan dengan toleransi ketepatan levelling kurang lebih 5 mm di tiap lantai.

c. Penyetelan levelling harus dimungkinkan sampai diperoleh ketepatan yang diminta.

d. Ketepatan levelling harus tidak berubah karena perbedaan arah gerak dan perbedaan penumpang di lift.

7.27. Pengatur Kecepatan (Speed Control).

a. Suatu sistim pengatur kecepatan (Speed Control) harus disediakan dan dipasang di lift.

Sistim ini harus terdiri atas peralatan elektronik dan elektro-magnetik serta perlengkapan seperti Speed Regulator, Accelerator, Landing Transducer dan lain-lain yang akan menjamin bekerjanya lift dengan baik.

b. Pengatur kecepatan harus memberikan hal-hal berikut :

b1. Lift harus bekerja dengan percepatan, perlambatan dan berhenti dengan halus dan tanpa kejutan.

Page 19: SPEK LIFT

LF – 1

b2. Penyetelan kecepatan gerak dari lift harus dilakukan secara otomatis pada kondisi beban yang ada, sehingga tetap memberikan kenikmatan / kenyamanan pada penumpang di dalamnya dan menggunakan waktu kerja sesedikit mungkin.

b3. Rem mekanis tidak boleh digunakan untuk memberhentikan lift pada suatu lantai dan hanya digunakan untuk memegang lift setelah lift benar-benar berhenti dengan halus pada suatu lantai tertentu.

Ketepatan dari level saat berhenti di semua lantai harus dalam batas kurang lebih 5 mm pada semua kondisi beban dan kecepatan yang terjadi.

b4. Semua peralatan yang dipasang harus memungkinkan dilakukannya pemeliharaan dan penyetelan, untuk selalu memperoleh karakteristik dari perencanaan yang telah ditetapkan serta untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi.

7.28. Sistim Operasi Single Collective Control.

Lift penumpang harus menggunakan satu "Single Collective Control System".

1. Penekanan tombol panggilan dan permintaan dari lantai dan kabin, akan mengakibatkan lift mulai bergerak setelah pintu-pintu tertutup rapat.

2. Lift akan berhenti secara berurutan pada lantai-lantai yang terdaftar.

Pada saat lift sedang bergerak ke atas, permintaan "TURUN" akan tetap didaftar dan akan dilayani pada saat lift bergerak turun.

Setelah penumpang terakhir keluar kabin dan tidak ada lagi panggilan di lantai-lantai di atasnya, maka lift akan berbalik arah secara otomatis dan melayani panggilan "TURUN".Semua panggilan "NAIK" akan tetap terdaftar pada saat lift bergerak turun dan akan dilayani pada saat kembalinya.

Setelah semua panggilan dilayani, lift akan kembali dan berhenti di lantai dasar dengan pintu tertutup.

3. Pintu-pintu akan membuka selama lift berhenti di suatu lantai dan akan tetap membuka untuk suatu jangka waktu tertentu atau sampai tombol "TUTUP PINTU" di dalam kabin ditekan.

Pintu akan menutup secara otomatis dan lift akan segera berangkat.

Pintu akan membuka kembali selama masih berhenti di suatu lantai, bila tombol panggilan di lantai tersebut ditekan.

4. Satu kunci untuk menahan agar pintu tetap terbuka harus disediakan pada kabin lift yang memungkinkan pintu tetap terbuka di saat memuat dan membongkar barang.

Page 20: SPEK LIFT

LF – 1

Apabila terdapat panggilan dari lantai lain, maka bel di ruang kabin lift tersebut harus berbunyi.

Kunci penahan pintu terbuka tersebut, akan tidak berfungsi apabila terdapat perintah dari sistim kontrol untuk bekerja pada keadaan emergency dan harus segera turun ke lantai 1.

7.29. Pencegahan Permintaan Palsu.

Lift harus dilengkapi dengan peralatan penghapus permintaan palsu (False Call Cancelling) untuk mencegah adanya permintaan palsu, sehingga lift dicegah berhenti di lantai-lantai yang tidak dikehendaki.

7.30. Saklar Pemeliharaan.

a. Suatu saklar harus disediakan masing-masing di atas kabin lift dan di dalam panel operasi yang terkunci untuk kegunaan di saat pemeliharaan dan pemeriksaan.

b. Masing-masing saklar tersebut harus memungkinkan lift bekerja sebagai berikut :

- Membatalkan semua perintah panggilan dan permintaan (dari lantai dan dari dalam kabin).

- Lift akan beroperasi dengan perintah dari panel yang ada di dalam dan di atas kabin lift dan akan bergerak naik serta turun dengan kecepatan rendah.

7.31. Pencegahan Beban Lebih.

a. Semua lift harus dilengkapi dengan peralatan yang mencegah adanya beban berle-bih.

b. Apabila terdapat beban muatan berlebih, pintu lift akan tetap terbuka, bel di dalam kabin berbunyi dan indikator bertulisan "BEBAN LEBIH" akan menyala.

c. Lift akan beroperasi secara normal kembali apabila beban lebih tersebut dikurangi, yaitu dengan mengurangi penumpang.

7.32. Pekerjaan Listrik.

a. Sumber daya listrik yang terdapat di seluruh ruang mesin lift dan di tempat-tempat lain yang diperlukan harus disediakan oleh Sub Kontraktor listrik.

b. Tugas Sub Kontraktor listrik meliputi :

b1. Penyediaan dan pemasangan kabel listrik daya jenis tahan api (fire retardant cable) dari panel utama di lt. 1 sampai ke panel PP-LIFT di ruang mesin lift lt. 5.

Page 21: SPEK LIFT

LF – 1

b2. Penyediaan sistim pemindah sumber daya dari PLN ke DGS di panel utama LVMDP. Kabel kontrol yang menunjukkan adanya sumber daya darurat dari diesel-genset juga harus disediakan sampai ke seluruh ruang mesin lift.

b3. Menyediakan panel daya PP-LIFT di ruang lift, instalasi daya (stop kontak) dan penerangan di dalam ruang mesin.

7.33. Lampu Penerangan, Ventilasi dan Sumber Daya di dalam Kabin Lift.

Kabin lift harus dilengkapi dengan satu buah stop kontak 16 ampere yang diletakkan di atas atap dari kabin lift, untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan. Kabel instalasi harus menggunakan jenis kabel yang berisolasi PVC (NYY) dengan pelindung konduit yang fleksibel.

7.34. Instalasi ke Mesin Lift.

Semua kabel instalasi dari panel distribusi lift menuju ke panel stater, solid state direct drive, microprosessor control dan micro-computer dan lain-lain yang diperlukan untuk operasi dari mesin-mesin lift secara lengkap dan sempurna, harus menggunakan kabel yang berisolasi PVC untuk kelas tegangan 66O/1OOO volt dan dipasang dalam konduit baja fleksibel yang digalvanisasi atau trunking dari pelat baja dengan tebal 16 gauge.

Konduit yang terpasang dan terlihat mata (exposed), harus dipasang secara rapi dan diletakkan secara kuat ke dinding dan harus diperhatikan bahwa pemasangan tidak mengganggu lalu-lintas di dalam ruang mesin.

Pemasangan konduit dan trunking di atas lantai, sehingga mengganggu lalu lintas akan ditolak dan tidak disetujui. Semua konduit dan trunking harus dipasang pada tempatnya dengan dudukan yang disekrup dan diklem, sebelum kabel terpasang di dalamnya.

7.35 Instalasi Kontrol Lift.

Ukuran kabel kontrol disesuaikan dengan kebutuhannya dengan jenis kabel berisolasi PVC serta dipasang dalam konduit baja yang digalvanisasi. Tegangan sistim kontrol adalah tegangan bolak-balik yang tidak boleh lebih dari 110 Volt, 1 phasa, 50 Hz.

Semua kabel kontrol harus diberi tanda nomor untuk memudahkan perbaikan.

Kabel kontrol dipasang menjadi satu di dalam konduit atau trunking bersama-sama dengan kabel daya.

Pemasangan kabel harus tidak terlalu tegang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik, sehingga tidak terjadi tegangan yang berlebihan pada kabel itu sendiri ataupun pada terminalnya.

Page 22: SPEK LIFT

LF – 1

Kabel ini tidak boleh terpilin, melekuk atau lecet serta harus dipasang langsung dari ruang mesin lift ke bagian bawah dalam kabin lift tanpa ada sambungan.

7.36. Pentanahan (Grounding).

Semua peralatan / equipment dari logam yang pada saat normal tidak dialiri arus listrik harus dihubung-tanahkan, sesuai dengan persyaratan PLN dan dilaksanakan menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 1987.

7.37. Peralatan Pengaman.

Sub Kontraktor lift harus menyediakan dan memasang semua perlengkapan pengaman listrik di lift yang dipasang sedemikian rupa, sehingga apabila bekerja akan memutuskan arus dari sumber daya dan memberhentikan lift dari suatu posisi tertentu.

Juga harus dilengkapi dengan peralatan pengaman terhadap hubungan phasa terbalik dan satu phasa hilang.

7.38. Peralatan Kontrol Mesin Lift.

Mesin lift harus dilengkapi dengan panel kontrol, yang berisi peralatan-peralatan kontrol antara lain :

a. Pengatur Utama (Main Controller)

b. Pemilih (Selector), proximity switch & primary position transducer.

c. Contactor dan relay diganti dengan micproprocessor yang dipasang di kereta (car) lift serta dipadukan dengan controller pada panel kontrol.

d. Peralatan elektronik

e. Tahanan (resistor)

f. Kondensor (condenser) dan penyearah (rectifier)

g. Peralatan pengaman listrik

h. Starter, saklar, fuse

i. Trafo (transformer) dan lain-lain.

Panel harus dari jenis yang tertutup rapat, tahan terhadap debu dan dibentuk dari lembaran plat baja dengan ketebalan tidak kurang dari 16 gauge.

Panel ini setelah dibuat harus dilapisi dengan cat dasar anti karat sebanyak satu kali dan paling sedikit dua kali lapisan cat akhir.

Page 23: SPEK LIFT

LF – 1

- Pengatur Utama (Main controller).

Semua pengatur harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga mencegah adanya kerusakan pada mesin dan perlengkapannya dari akibat beban berlebih.

Pengatur ini harus dilengkapi dengan semua kelengkapan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil kerja lift yang sempurna dan effisien.

Semua pengatur kecepatan (Speed Controllers) harus disediakan untuk mendapatkan percepatan dan perlambatan yang halus pada ke dua arah.

Peralatan ini harus dapat disetel/diset pada suatu posisi yang diinginkan.

Dengan sistim komputerisasi yang dapat mengetahui jumlah penumpang / barang penuh dalam kereta (car) lift, maka lift dapat langsung menuju ke arah lantai yang diinginkan (berdasarkan nomor lantai/panggilan yang dipilih oleh penumpang dalam kabin) dan mengabaikan panggilan dari tiap-tiap lantai.

- Pemilih (Selector).

Penentuan level suatu lantai harus dilakukan dengan menggunakan "floor controller" yang terletak di ruang mesin lift yang diatur sedemikian rupa, sehingga hubungan antara selector dan kabin lift di shaft benar-benar dijaga tidak meleset untuk semua kondisi beban yang ada di kabin lift.

Perlengkapan pemilih ini harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga pendaftaran panggilan terakhir tidak mengganggu operasi dari lift yang sedang berjalan.

Penyetelan harus dimungkinkan pada selector ini untuk mengkompensasikan keausan pada bagian-bagian yang bergerak, apabila mempunyai pengaruh pada ketelitian serta ketepatan kerja dari selector. Selector harus bisa mendeteksi dan mendaftar semua posisi kabin lift, semua panggilan dan permintaan arah dari gerak lift serta memberikan sinyal bila lift akan berhenti pada suatu lantai.

- Microprocessor Logic.

Microprocessor Logic ini gunanya sebagai pengganti dari contactor, relay, switch dan condensor dengan interface perubahan analog menjadi digital.

- Tahanan (Resistor).

Tahanan harus dari jenis metallic, mempunyai ventilasi yang cukup dan dapat dicapai dengan mudah tanpa menimbulkan panas yang berlebihan pada kondisi normal.

- Starter

Page 24: SPEK LIFT

LF – 1

Setiap mesin harus dilengkapi dengan peralatan starter untuk mengurangi arus awal pada saat starr motor (motor starting current).

Starter dapat dari jenis star-delta, auto-transformer atau sejenisnya yang disetujui oleh pabrik pembuat lift.

Start secara langsung (sistim DOL/Direct On Line) tidak diperkenankan. Semua starter harus sesuai dengan kapasitas motor listriknya dan dilengkapi dengan proteksi beban lebih.

Sakelar utama harus mempunyai breaking capacity tidak kurang dari 31 MVA pada tegangan 415 Volt/50 Hz.

Semua sekering harus dari jenis HRC (High Rupturing Capacity) dengan bentuk Cartridge.