Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

28
CAKUPAN K4 RENDAH DI PUSKESMAS “K” Henderina Welmince Doko Rehi* 10.2009.005 *Mahasiwi Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Arjuna Utara No.6,Jakarta Barat 11560 Email : [email protected] Abstrak Angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian Ante Natal Care (ANC). Berdasarkan kasus di Puskesmas “K” didapatkan data kunjungan K4 ibu hamil hanya mencai 40%, sehingga berdasarkan data ini maka perlu di lakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil terhadap program Ante Natal Care di Puskesmas “K”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil, sikap dan perilaku ibu-ibu hamil yang berhubungan dengan perwratan kehamilan. Kata Kunci : Ante Natal Care, K4, cakupan program. Pendahuluan a. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi di wilayah ASEAN. Hal ini terkait dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam upaya penurunan AKI telah dilaksanakan oleh pemerintah seperti Safe Motherhood (SM) yang dikenal 4 pilar yaitu keluarga berencana, antenatal care, persalinan bersih, dan penanganan masa nifas, dilanjutkan dengan program MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan, penanggulangan 1

Transcript of Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Page 1: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

CAKUPAN K4 RENDAH DI PUSKESMAS “K”

Henderina Welmince Doko Rehi*

10.2009.005

*Mahasiwi Fakultas Kedokteran UKRIDA

Jl. Arjuna Utara No.6,Jakarta Barat 11560

Email : [email protected]

Abstrak

Angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian Ante Natal Care

(ANC). Berdasarkan kasus di Puskesmas “K” didapatkan data kunjungan K4 ibu hamil hanya

mencai 40%, sehingga berdasarkan data ini maka perlu di lakukan penelitian mengenai

pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil terhadap program Ante Natal Care di Puskesmas

“K”.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil, sikap dan perilaku ibu-

ibu hamil yang berhubungan dengan perwratan kehamilan.

Kata Kunci : Ante Natal Care, K4, cakupan program.

Pendahuluan

a. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi di wilayah ASEAN. Hal

ini terkait dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam upaya penurunan AKI

telah dilaksanakan oleh pemerintah seperti Safe Motherhood (SM) yang dikenal 4

pilar yaitu keluarga berencana, antenatal care, persalinan bersih, dan penanganan

masa nifas, dilanjutkan dengan program MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu

persalinan oleh tenaga kesehatan, penanggulangan komplikasi, pencegahan kehamilan

tak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.1

Penyebab kematian ibu adalah gangguan persalinan langsung, misalnya perdarahan

sebesar 28%, infeksi sebesar 11%, eklampsia sebesar 24% dan partus macet (lama)

sebesar 5%. Kemungkinan terjadinya kematian ibu hamil dalam persalinan di

puskesmas atau rumah sakit karena: kesiapan petugas, ketersediaan bahan dan

peralatan dan sikap petugas. Di perjalanan diakibatkan sarana transportasi, tingkat

kesulitan dan waktu tempuh, serta kematian di rumah diakibatkan keputusan keluarga

(pengetahuan, ketersediaan dana, kesibukan keluarga dan social budaya) serta

ketersediaan transportasi.1

1

Page 2: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani

risiko tinggi obstetric. Belum tercapainya target K4, salah satunya disebabkan karena

pemahaman tentang pedoman Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya kunjungan

pemeriksaan kehamilan masih kurang, sehingga masih ditemukan ibu hamil yang

belum mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur. Kunjungan

pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence

Green, faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor

predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Yang termasuk faktor

predisposisi diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai.

Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah ketersediaan sarana-sarana

kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah sikap dan

perilaku petugas kesehatan.1

b. Rumusan Masalah

1. Kunjungan K4 ibu hamil hanya mencapai 40% dalam 1 tahun

2. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu-ibu hamil sangat rendah tentang perawatan

kehamilan

c. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum :

Mengetahui gambaran umum hubungan antara pengetahuan, sikap dan

perilaku ibu hamil tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan

kehamilan (K4).

2. Tujuan Khusus :

Mengetahui hungan antara tingkat pengetahuan tentang antenatal care

dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan

Mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku tentang antenatal care

dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan

Pembahasan

Ante Natal Care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga profesional

(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, perawat bidan) pada ibu hamil selama masa

kehamilannya, yang sesuai dengan standar pelayanan minimal pelayanan antenatal meliputi 5

T yaitu Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur Tekanan darah, imunisasi TT, ukur

Tinggi fundus uteri dan pemberian Tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

2

Page 3: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Dengan demikian secara operasional pelayanan antenatal yang tidak memenuhi 5 T belum

dianggap pelayanan antenatal. Ditetapkan pula frekuensi pelayanan antenatal minimal 4 kali

selama kehamilan yaitu 1 kali pada triwulan pertama dan kedua dan dua kali pada triwulan

ketiga. Pelayanan antenatal seharusnya mencakup berbagai jenis pelayanan , komponen

penting yang harus ada yaitu : skrining dan pengobatan penyakit anemia, malaria dan

penyakit menular seksual, kemudian deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan

letak (malpresentasi), hipertensi, edema, dan preklampsia, serta penyuluhan tentang

komplikasi esensial, kapan dan bagaimana cara mendapatkan pelayanan rujukan.

Untuk mengetahui apakah pelayanan ANC telah dilakukan sesuai standard yang telah

ditetapkan, perlu dinilai pelayanan antenatal yang telah dilakukan. Disini yang dinilai adalah

tingkat kepatuhan petugas terhadap standard yang telah ditetapkan dalam memberikan

pelayanan antenatal yang disebut “metode analisis system”,kegiatan yang dilakukan adalah :

melakukan observasi pelayanan antenatal dibanding dengan daftar tilik (check list)

dibandingkan denga standar pelayanan yang telah baku (Depkes RI 2007).

Upaya yang dilakukan kepada petugas agar mampu bekerja sesuai standard yang berlaku

adalah dengan memasyarakatkan standard mutu pelayanan berupa :

Pengenalan daftar tilik (check list) pelayanan antenatal

Uji coba penggunaan daftar tilik pelayanan antenatal

Pembahasan tentang kendala yang dihadapi dalam menggunakan daftar tilik

Dari hal diatas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa dengan semakin patuhnya petugas

terhadap standar baku dalam memberikan pelayanan akan semakin meningkat pula mutu

pelayanan yang diberikan.2

Konsep Sehat dan Sakit

Menurut Blum, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu herediter atau genetik,

lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku atau gaya hidup.

Gambar 1.Teori H.L Blum

Perilaku

3

Page 4: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat

diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam – macam bentuk, yang pada hakekatnya

digolongkan menjadi 2 yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata) dan dalam bentuk aktif

dengan tindakan nyata / konkret.

a) Perilaku dalam bentuk pengetahuan

Adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu. Dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek

tertentu, penginderaan melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman dan rasa raba.

Pengetahuan / kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (over behavior).

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan yakni :

1) Awarness / kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih

dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluation (menimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial, dimana seseorang telah mencoba berperilaku baru (adaption) sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b) Perilaku dalam bentuk sikap

Sikap merupakan reaksi / respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Adapun yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberi respon.

Newcomb (seorang ahli psikologi social) mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan

atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu. (Notoadmojo, 2003)

sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi adalah merupakan

predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak

selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh :

Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat

itu.

Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman

orang lain.

Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang.

4

Page 5: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara

langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu

objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan – pernyataan yang

bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat responden.

c) Perilaku dalam bentuk tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior) untuk

terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan diperlukan factor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan factor pendukung /

support dari pihak lain misalnya orang tua, mertua, suami atau istri

Notoadmojo (2003) tingkat – tingkat praktek :

1) Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guided response)

Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan contoh adalah

merupakan indicator praktek tingkat II. Misalnya seorang ibu sudah

mengimunisasi bayinya pada umur – umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau

ajakan orang lain.

3) Adaption / adaptasi

Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya,

tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi

berdasarkan bahan – bahan yang murah dan sederhana.

Metedologi Penelitian

1. Desain penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah

data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian. Desain penelitian di

bagi berdasarkan tujuan, subyek dan alur.

Desain Penelitian

- Tujuan - Deskriptif - Studi kasus

5

Page 6: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

- Subyek

- Alur

- Analitik

- Observasional

- Eksperimen

- Prospektif

- Retrospektif

- Korelasi

- Kros seksional

- Kasus kontrol

- Kohort

- Eksperimen

- Studi kasus

- Korelasi

- Kros seksional

- Kasus kontrol

- Kohort

- Before and after with control

- Community trial

- Clinical trial

- Kohort

- Eksperimen

- Historical kohort

- Case control

- Cross sectional

Cross sectional

Desain penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah sample dari populasi dalam suatu

waktu. Setelah itu, memeriksa status paparan dan status penyakit pada titik waktu yang sama

dari masing-masing individu dalam sample tersebut. Artinya, tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel

subjek pada saat pemeriksaan.

Kelebihan

6

Page 7: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Jenis observasi studi ini bisa digunakan untuk penelitian analitik dalm bidang kesehatan.

Contohnya adalah:

1. Penyakit atau masalah kesehatan, atau efek.

2. Faktor resiko untuk terjadinya penyakit tersebut, yakni faktor penyebab terjadinya

penyakit atau masalah kesehatan.

3. Agen penyakit.

Studi ini representatif dalam mendeskripsikan karakteristik populasi daripada studi case

control atau cohort. Selain itu, studi jenis ini juga lebih efisien untuk merumuskan hipotesis

baru.

Kekurangan

Studi jenis ini adalah penelitian ini paling mudah untuk dilakukan dan sangat sederhana.

Pengujian hipotesis kausal juga tidak seakurat cohort dan case control, karena ketidakpastian

sekuensi temporal antara paparan dan penyakit.

1. Diperlukan subjek penelitian yang besar.

2. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.

3. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.

Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan

dua rancangan penelitian cross sectional yang lain.

Kasus Kontrol

Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor

risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan

mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok

tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan

mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. Desain penelitian

ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap

terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut

pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis yang diajukan adalah : Pasien

penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan mereka yang

7

Page 8: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

tidak berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab dengan penelitian ini adalah : apakah ada

asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga

mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada populasi yang diteliti.

Kelebihan

1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti

kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif

tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.

2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.

3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.

4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu

penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).

5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.

Kekurangan

1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau

catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena

lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor

risiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini

catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat

(objektivitas dan reliabilitas pengukuran variabel yang kurang).

2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.

3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena

banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar

dikendalikan.

4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak

mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.

5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari sat/u variabel dependen, hanya

berkaitan dengan satu penyakit atau efek.

Kohort

8

Page 9: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Study cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan

penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok

tidak terpapar berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek

berdasarkan status paparannya, dan kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah

subjek dalam perkembangannya mengalami penyakit atau tidak.

Pada saat mengidentifikasi status paparan semua subjek harus bebas dari penyakit yang

diteliti. Studi cohort disebut juga studi follow-up (kleinbaum et al., 1982; Rothman, 1986),

sebab cohort diikuti dalam suatu periode untuk diamati perkembang penyakit yang

dialaminya.

Kelebihan

1. Study cohort adalah kesesuainnya dengan logika studi eksperimental dalam membuat

inferensi kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab diikuti

dengan akibat. Karena pada saat dimulai penelitian telah dipastikan bahwa semua

subjek tidak berpenyakit.

2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin

dilakukan pada studi case control, sehingga perhitungan  rasio laju insidensi harus

didekati dengan rasio odds.

3. Studi cohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka. Dalam hal ini rancangan

yang efisien adalah memilih subjek berdasarkan status paparan, untuk memastikan

diperolehnya ukuran sample yang cukup untuk menguji hipotesis.

4. Studi cohort memungkinkan peneliti mempelajari jumlah efek secara serentak.

5. Karena bersifat opserfasional maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena

tidak mendapat terapi yang bermanfaat, atau mendapat paparan faktor yang

merugikan kesehatan.

Kelemahan

1. Rancangan studi cohort prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih

lama daripada studi case control.

2. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika

ukuran sampel sangat besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup

tinggi.

9

Page 10: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

3. Hilangnya subjek selama penelitian, karena migrasi, tingkat partisipasi rendah atau

meninggal dan sebagainya merupakan problem yang mengganggu validitas penelitian.

Jika subjek yang hilang cukup besar atau walaupun sedikit tetapi hilangnya itu

berkaitan dengan paparan dan penyakit yang diteliti, maka temuan penelitian menjadi

tidak valid karena adanya bias hilang waktu follow-up.

Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih duhulu pada awal penelitian, maka

studi cohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi

lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian berlangsung tidak dapat dilakukan untuk

penelitian evaluasi hasil pengobatan

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi

di bagi menjadi 2 kelompok yaitu :

a. Populasi Target; di tentukan oleh karakteristik domografis contohnya anak

balita dan karakteristik klinis contohnya status gizi yang buruk.

b. Populasi Terjangkau; merupakan bagian dari populasi target. Populasi ini yang

akan di pakai dalam penelitian yang di batasi oleh geografis, tempat dan

waktu.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh ibu yang sudah melahirkan

kurang dari 1 bulan di wilayah kerja puskesmas “K”.

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi dalam hal ini yang menjadi perbedaan adalah

jumlah. Tujuannya mewakili suatu populasi. Sampel di bagi menjadi 2 yaitu

probability dan non probability. Syarat-syarat sampel yaitu :

a. Representatif yaitu agar hasil penelitian dapat di generalisasikan ke populasi

sehingga menggambarkan arakter populasi yang tepat.

b. Random yaitu di pilih secara acak

c. Equal probality yaitu memiliki peluang yang sama.

Cara pemilihan sampel adalah sebagai berikut :

Secara acak

Pada cara ini, kita menghitung terlebih dahulu jumlah populasi yang akan dipilih

sampelnya. Kemudian diambil sebagian dengan mempergunakan tabel random.

10

Page 11: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Secara sistematik

Pada cara ini ditetukan bahwa tiap subyek nomor ke sekian dimasukkan dalam

sampel. Bila kita ingin mengambil 1 / n dari populasi, maka setiap pasien nomor n

dimasukkan ke dalam sampel.

Sampel :

- Simpel random

Simple random ini dapat meggunakan tabel dan undian.

- Cluster random sampling

Cluster sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok

individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan

wilayah. Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar luas sehingga tidak

mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi tersebut.

Contoh: Misalnya kita ingin meneliti karateristik bayi dengan atresia bilier di

rumah sakit pendidikan di seluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian dari

kasus yang terdaftar di rumah sakit tersebut, dilakukan cluster sampling yaitu

dengan melakukan random sampling pada tiap rumah sakit, tanpa berusaha

menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.

4. Kuisioner

Kuesioner adalah alat ukur yang berbentuk daftar pertanyaan yang disusun secara

sistematis dan dipakai sebagai pedoman atau panduan pengumpulan data sesuai tujuan

penelitian. Teknik yang digunakan umumnya dengan wawancara tetapi ada kalanya

dikirim ke responden utuk diberikan jawaban.

Kuesioner harus sesuai dengan tujuan penelitian, artinya susunan kuesioner mengacu

pada hipotesis penelitian karena harus menjawab pertanyaan atau masalah penelitian.

Oleh karena itu, kuesioner harus mampu menjabarkan hipotesis dalam bentuk

rangkaian pertanyaan yang jelas, cermat, sistematis, dan mudah untuk dievaluasi.

Artinya, daftar pertanyaan tersebut harus dibuat dengan tujuan penelitian, bagi

pewawancara mudah untuk menanyakannya, bagi yang ditanya (responden) mudah

menjawabnya, dan data yang diperoleh mudah diolah. Kuesioner ada tiga bentuk,

yaitu:

11

Page 12: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

1. Bentuk pertanyaan tertutup (close ended), yaitu bentuk pertanyaan ang telah

diberikan pilihan jawaban (satu jawaban saja yang benar atau beberapa

jawaban yang benar).

2. Bentuk pertanyaan terbuka (open ended), yaitu pertnayaan dengan jawaban

terbuka, artinya responden boleh menjawab pertanyaan menurut pikirannya

atau dengan kalimat sendiri.

3. Kombinasi antara tertutup dan terbuka, artinya ada beberapa pertanyaan yang

telah diberi beberapa jawaban untuk dipilih dan pertnyaan yang jawabannya

sesuai dengan dipikirkan responden dengan menyusun kalimat sendiri.

Jenis kuesioner berdasarkan keperluannya:

4. Keperluan administrasi: kuesioner berbentuk formulir dengan daftar

perntayaan yang pengisian jawabannya dilakukan oelh si penanya atau

pewawancara, contohnya kartu status pasien.

5. Observasi: pertanyaan yang disusun untuk tujuan observasi. Pertnayaan

disusun berdasrkan tujuan observasi ini harus mencakup keseluruhan yang

akan diselidiki atau diobservasi.

6. Panduan wawancara (pertanyaan sudah disusun secara sistematis dan akurat

untuk memperoleh jawaban yang benar atau jujur dari responden.

Kendala yang sering dijumpai pada waktu melakukan wawancara dengan

menggunakan kuesioner adalah

1. Responden sering lupa, khususnya untuk menjawab pertanyaan yang

memerlukan daya ingat sekian waktu lalu

2. Responden kurang memahami pertanyaan sehingga jawabannya menyimpang

dari yang diharapkan. Untuk mengatasinya adalah dengan pertanyaan

dipertegas, tidak memiliki dua arti, dan bila perlu dengan pertanyaan

pancingan

3. Responden tidak mau memberi jawaban dengan alasan malu, menyinggung

masalah pribadi, atau takut rahasia pribadinya diketahui orang lain,

4. Responden sulit menyusun kata-kata untuk jawaban yang akan diberikan,

meskipun mengerti maksud pertanyaan yang ditulis dalam kuesioner

khususnya pada kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka. Untuk

mengatasinya, penanya harus sabar dan menuntunnya dengan pertanyaan lain

yang sejenis, atau diberi secarik kertas untuk menjawab pertanyaan secara

tertulis

12

Page 13: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

5. Responden mengerti pertanyaan dan tahu jawabannya tetapi karena pertanyaan

tersebut kurang tepat, pertanyaan tersebut menyinggung perasaan atau

membuatnya malu.

Pedoman menyusun kuesioner tidak hanya dituntut sistematis dan rapi saja tetapi

perlu diperhatikan:

- Pertanyaan harus jelas, artinya tidak memiliki dua makna atau membingungkan

responden dalam memberiksan jawaban.

- Pertanyaan jagan menggunakan istilah ilmiah atau bahasa yang sulit dimengerti

responden.

- Pertanyaan yang terlalu luas jawabannya perlu dipecah menjadi pertanyaan yang

lebih sempit meskipun terdiri dari beberapa pertanyaan.

- Hindari menyusun pertanyaan dengan double negatives. Misalnya, “Setelah

pencabutan gigi ibu tidak mengalami perdarahan dan tidak sakit?”

- Hindari memberi arahan (suggestive leading) pada jawaban yang diberikan.

- Pertanyaan harus membangun ingatan responden, disusun sesuai kronologis agar

responden ingat. Kuesioner bukan pertnayaan ujian tetapi pertanyaan yang

jawabannya dibutuhkan untuk mencapai tujuan atau menarik kesimpulan.

- Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner yang tertutup sebaiknya disusun rapi.

5. Pengolahan Data

Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan maka data tersebut harus diolah dengan

menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki

oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal ada 3 macam

yaitu secara manual, elektirikal dan mekanik.

6. Uji Statistik

Ante natal care

Pen

geta

huan

<4x >4x Total

Ringan A B

Sedang C D

Berat E F

Total X X X

13

Page 14: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Untuk analisis data dapat menggunakan uji statistik.

a. Statistik deskriptif mean, standar deviasi, persentase/proporsi

b. Statistik analitik uji Chi-Square, Fisher, kolmogorrov- smirrov dll

Jenis – jenis uji statistik inferensi

a. Uji Parametrik : Z-test, T-test, Korelasi pearson, Anova

b. Uji Non Parametrik : Chi-Square test, Fisher Test, Kolmogorrov-Smirnov, Mc

Neman Test.

Statistik inferensi ;

a. Membuat kesimpulan tentang suatu populasi dan membuat pernyataan

deskriptif berdasarkan informasi-informasi kualitatif

b. Penelitian pada tingkat sampel , digeneralisasikan ke tingkat populasi

c. Data dari sampel inilah yang akan di uji dengan statistik

d. Statistik inferensial yang akan membuktikan apakah hasil-hasil yang didapat

adalah benar nyata atau kebetulan saja.

e. Uji hipotesis akan membawa kesimpulan untuk menerima/menolak hipotesis.

Agar pengujian hipotesis dengan Chi-square dapat digunakan dengan baik, maka

hendaknya memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

- Jumlah sampel harus cukup besar untuk menyakinkan bahwa terdapat kesamaan

antara distribusi teoretis dengan distribusi sampling Chi-square.

- Pengamatan harus bersifat independen (unpaired). Ini berarti bahwa jawaban

satu subjek tidak berpengaruh terhadap jawaban subjek lain atau satu subjek

hanya satu kali digunakan dalam analisis.

- Pengujian Chi-square hanya dapat digunakan pada data deskrit (data frekuensi

atau data kategori) atau data kontinu yang dikelompokkan menjadi kategori.

- Jumlah frekuensi yang diharapkan harus sama dengan jumlah frekuensi yang

diamati.

- Pada derajat kebebasan sama dengan 1 (tabel 2x2) tidak boleh ada nilai

ekspektasi yang sangat kecil atau nol. Secara umum, bila nilai yang diharapkan

terletak dalam satu sel terlalu kecil (<5) sebaiknya Chi-square tidak digunakan

14

Page 15: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

karena dapat menimbulkan taksiran yang berlebih sehingga banyak hipotesis

yang ditolak kecuali dengan koreksi dari Yates.

Nilai ekspektasi adalah nilai yang diharapkan terjadi seuai dengan hipotesis penelitian. Nilai

ekspektasi dapat dihitung dengan perkalian antara nila marginal kolom dan baris yang

bersangkutan dibagi dengan jumlah seluruhnya (N).

E=Total Baris xTotal KolomTotal Sampel

Jadi, rumus untuk menghitung persamaan Chi-square adalah:

Epidemiologi

Penelitian epidemiologi menggabungkan penelitian yang menggunakan statistic inferensial

untuk mengkaji informasi dan data yang berkaitan dengan ilmu kedokteran dan medis serta

masalah kesehatan sosial.

Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab atau

sumber dari penyakit,sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan penyakit,cedera,cacat

atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia. Epidemiologi telah

didefinisikan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah ilmu yang mempelajari tentang

sifat,penyebab, pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi

penyakit, kecacatan dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi

pemberian ciri pada distribusi penyakit atau masalah kesehatan masyarakat lainnya

berdasarkan usia,kelamin,ras geografi dan banyak lagi.

Sebagai metode ilmiah, epidemiologi digunakan untuk mengkaji olah kejadian yang

mempengaruhi faktor-faktor risiko yang dapat memberikan dampak pengaruh,pemicu dan

efek pada distribusi penyakit,morbiditas dan mortalitas.

Tujuan Epidemiologi

Menurut Lilienfeld ada tiga tujuan umum epidemiologi yaitu :

15

Page 16: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab) satu penyakit atau kelomok

enyakit,kondisi, gangguan,defek,ketidakmampuan atau kematian melalui analisis

terhadap data medis dan epidemilogi menggunakan manajemen informasi seklaigus

informasi dari segala bidang.

2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan

hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan,perilaku dan biomedis terbaru

3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan

prosedur pencegahan; dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan

masyarakt yang diperlukan.

Ukuran Epidemiologi

Cara mengukur frekuensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan dalam epidemiologi

sangat beraneka ragam, karena bergantung dari pelbagai macam masalah kesehatan yang

ingin diteliti. Secara umum ukuran-ukuran epidemiologi adalah seperti yang berikut :

Angka morbiditas dan mortalitas

Morbiditas adalah istilah lain untuk sakit. Seseorang dapat memiliki beberapa co-morbiditas

secara bersamaan. Morbiditas adalah bukan kematian. Prevalensi adalah ukuran yang paling

sering digunakan untuk menentukan tingkat morbiditas dalam suatu populasi. Morbiditas

mengacu kejadian kesehatan yang buruk dalam suatu populasi. Data dikumpulkan sesuai

dengan jenis penyakit, usia jenis kelamin, wilayah. Morbiditas skor atau morbiditas

diprediksi ditugaskan untuk pasien sakit dengan bantuan sistem seperti APACHE II, SAPS II

dan III, skala Glasgow Coma, PIM2, dan SOFA.

Mortalitas adalah istilah lain untuk kematian. Tingkat mortalitas adalah jumlah kematian

akibat penyakit dibagi dengan total populasi. Angka kematian dapat dibedakan menjadi

tingkat kematian mentah; angka kematian perinatal; angka kematian ibu; angka kematian

bayi; angka kematian anak, angka kematian standar; dan usia-spesifik angka kematian.

Angka kematian umumnya dinyatakan sebagai jumlah kematian per 1000 individu per tahun

Beberapa angka kematian yang umum dipakai dalam mortalitas:

1. Angka kematian kasar

Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian

per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.

16

Page 17: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

2. Angka kematian bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia

dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

3. Angka kematian neonatal

Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi

berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun

tertentu.

4. Angka Kematian Post Neo-Natal

Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah

kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan

kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

5. Angka Kematian Anak

Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama

satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu.

Jadi AngkaKematian Anak tidak termasuk kematian bayi.

6. Angka Kematian Balita

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama

satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu

(termasuk kematian bayi).

7. Angka Kematian Ibu (AKI)

Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak

terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang

disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena

sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

8. Angka Harapan Hidup

17

Page 18: Sp Cakupan k4 Rendah Di Puskesmas

Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang

masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada

suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan

masyarakatnya.

Penutupan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan sebagai berikut : ada hubungan

antara factor perilaku ibu hamil (pengetahuan, sikap, tindakan), lingkungan (fisik, biologis),

sarana pelayanan kesehatan dengan rendahnya cakupan K4 di Puskesmas “K” sehingga dapat

di rekomendasikan untuk perlu peningkatan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang

pentingnya dilakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan umur kehamilannya sebagai

upaya menurunkan angka kematian ibu.

Daftar Pustaka

1. Depkes, RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan Strategis Nasional Making Pregnancy Safer

(Kehamilan yang lebih aman), Jakarta.

2. Depkes, RI, 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005 – 2009,

Jakarta.

3. Notoatmodjo, S, 2003. Pengantar Pendidikan dan Ilmu – Ilmu Perilaku Kesehatan

ED. Terakhir. Yogyakarta: Andi Offset.

4. Manuaba IBG, 2001, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

5. Saifuddin, Abdul Barry, 2001. Pengantar Kependudukan, Ilmu Kedokteran

Komunitas, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

6. Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Ed.2. EGC. Jakarta

18