South Korea Spatial
description
Transcript of South Korea Spatial
DISUSUN OLEH :
RENI AQWIL MASITHAH ( 14314766 )
INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
I. LATAR BELAKANG
Banyak negara di seluruh dunia termasuk negara maju dan negara
berkembang terlibat dalam pembangunan SDI (Spatial Data Infrastructure) yang
melibatkan pembangunan layanan geospasial yang mendukung pengiriman
pelayanan publik yang pada akhirnya bertujuan untuk mempromosikan
pembangunan ekonomi, merangsang pemerintahan yang lebih baik dan
menumbuhkan kelestarian lingkungan. Salah satu Negara maju yang berkembang
pesat dalam pembangunan SDI yaitu Korea Selatan. Pada awal 90’ Korea Selatan
mulai menerapkan GIS ( Geographic Information System) sebagai pengolah data
tata ruang.
Republik korea mencakup hamper setengah dari Semenanjung Korea dan
sekitar seperempat ukuran Jepang. Sekitar 70% dari Negara ini ditutupi oleh
daerah pegunungan. Pada 1948 Semenanjung Korea terpisah menjadi dua,
pemerintah yang didirikan di Selatan (Republik Korea) dann pemerintahan yang
terpisah di Utara (Republik Rakyat Demokratik Korea). Meskipun pelaksanaan
komprehensif teritorial rencana nasional mencerminkan kebijakan yang
dirancang untuk mencegah terpusatnya penduduk di ibukota, masalah konsentrasi
di dan sekitar ibukota Seoul, menyebabkan kemacetan lalu lintas, tanah
melonjaknya harga perumahan, masalah lingkungan dan masalah lain yang
berkaitan dengan kepadatan penduduk.
Republik Korea Selatan (selanjutnya disebut hanya “Korea”) telah
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, namun kesenjangan
ekonomi antara berbagai daerah dan antara perkotaan besar, menengah dan kecil
tetap tidak terselesaikan. Adanya penyimpangan oleh wilayah dalam indikator
pembangunan besar-besaran telah menjadi maslaah yang serius.
II. ISI
Pemerintah daerah dapat dibagi menjadi kotamadya tingkat provinsi, kota
tingkat kotamadya dan unit administrasi yang lebih rendah. Dalam hal
perencanaan system yang berkaitan dengan kebijakan spasial, korea memiliki
system perencanaan lima tahunan untuk pembangunan nasional yang seimbang,
yang terdiri dari pembangunan social ekonomi, dan rencana wilayah nasional
komprehensif yang tersusun dari beberapa rencana spasial.
Diagram di atas merupakan gambaran dari hubungan antara rencana
nasional dan rencana dari pemerintahan lokal. Adanya perencanaan dalam
pembagian pembangunan daerah secara regional dan sektor di Korea merupakan
salah satu langkah yang dilakukan dalam pengaturan kawasan secara nasional.
Rencana yang meliputi daerah nasional ini direvisi setiap lima tahun sekali dan
saat ini sedang dilaksanakan perbaikan rencana dari Rencana Pembangunan
Nasional yang ke-4 (2011-2020). Perencanaan ini memiliki visi "Global Green
National Land for Korea’s another jumping-up”, menetapkan empat tujuan; daya
saing tanah secara nasional,, lahan hijau nasional yang berkelanjutan, lahan
nasional yang menarik secara martabat, dan lahan nasional yang terbuka untuk
dunia. Upaya yang dilakukan Pemerintah Korea dalam rangka mewujudkan tata
ruang visioner tersebut dilakukan dengan beberapa strategi, antara lain:
1. Melakukan pemindahan Ibukota. Pemindahan Ibukota ini mulai
dilakukan pada tahun 2004 dari Seoul ke Gongju dan Yeongi.
Pemindahan Ibukota ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan
penduduk yang begitu tinggi di Seoul serta dominasi ekonomi di Seoul;
2. Mengembangkan kota/kabupaten tertentu sebagai wilayah
pengembangan tematik seperti: pertanian, industri, tekonologi dan
pariwisata;
3. Mendorong pusat-pusat pertumbuhan dan perwujudan 6 kota
metropolitan.
Gambar diatas merupakan gambaran dari Perencanaan Nasional keempat.
Sesuai dengan Pasal 4 dari UU tahun 1982 tentang penyesuaian wilayah ibukota,
rencana pembangunan wilayah ibukota yang komprehensif, rencana jangka
panjang yang menetapkan prinsip-prinsip dasar untuk pembangunan dan
perbaikan di ibukota, distribusi masyarakat dan industry dan pembangunan
fasilitas di daerah tersebut. Rencana nasional yang saat ini sedang berjalan adalah
Rencanan Nasional yang ke-4 (2011-2020).
Rencana nasional ke-4 menetapkan kebijakan untuk membuat sabuk yang
terdiri dari wilayah pesisir timur, pantai barat, dan pantai selatan sebagai zona
pembangunan area super luas dan secara intensif mengembangkannya sebagai
sumbu pertumbuhan yang akan meluas ke benua dan lautan, dan hal tersebuat
akan berguna sebagai keuntungan geopolitik dari Semenanjung Korea.
Pembagian dari daerah-daerah itu sendiri terbagi menjadi :
a. Daerah pertukaran Utara-selatan dan industri;
b. Pusat bisnis dan pusat finansial dari Timur Laut Asia;
c. Daerah hiburan dan rekreasi
d. Daerah logistik maritime dan industry;
e. Daerah logistik internasional dan industry teknologi tinggi.
Pembagian daerah di Korea secara spesifik yang sangat mendukung
berhasilnya tata ruang di Korea yaitu dengan membagi beberapa kota
metropolitan agar adanya persebaran penduduk yang merata di seluruh Korea.
Beberapa dari kota tersebut yaitu:
a. Area Metropolitan Seoul : merupakan ibukota Korea, pusat dari
ekonomi, politik dan pemerintahan Negara. Area metropolitan Seoul ini
terdiri dari:
1). Seoul special kota metropolitan;
2). Incheon kota metropolitan; dan
3). Provinsi Gyeonggi disekitar Seoul.
b. Kota Busan : Kota pelabuhan dan metropolitan di sebelah tenggara
Korea Selatan. Busan adalah kota kedua terbesar di korea Selatan dan
salah satu dari 3 pelabuhan tersibuk di dunia. Busan adalah pusat
industri di bagian selatan.
c. Incheon : kota metropolitan dan pelabuhan utama di pesisir barat Korea
Selatan. Incheon berfungsi sebagai kota pelabuhan internasional dan
transportasi di Asia Timur Laut.
d. Daegu : Kota metropolitan Daegu merupakan kota metropolitan
terbesar ke-4 di Korea Selatan. Industri utama daegu adalah Tekstil,
logam dan mesin.
e. Daejeon : Kota terbesar kelima di Korea Selatan yang merupakan
penyelenggara Piala Dunia FIFA 2002. Pertumbuhan populasi Daejeon
menempati tempat kedua di Negara ini, menghasilkan sejumlah besar
proyek-proyek kompleks apartemen dan industri berteknologi tinggi.
f. Gwangju : Kota metropolitan khususyang berada di bawah control
langsung dari Menteri Dalam Negeri Korea Selatan dan juga
merupakan ibukota provinsi Jeolla selatan.
Problematika dalam suatu Negara pastilah ada. Dengan kondisi tata ruang
yang sekarang diterapkan oleh Korea Selatan masih terdapat masalah-masalah
yang muncul di masyarakat. Contoh dari permasalahan tersebut adalah
kemacetan di pusat kota Seoul,harga property yang melambung jauh odari
keterjangkauan sebagian besar penduduk serta polusi udara. Namun Secara
umum, sebagian besar permasalahan dapat teratasi dengan adanya rencana
nasional yang di perbaiki setiap lima tahun sekali. Dengan adanya rencana
pembangunan nasional yang terus berkembang setiap lima tahun, masalah yang
muncul pun akan di bahas dan akan dijadikan perbaikan dalam tahap selanjutnya.
Adanya desentralisasi penduduk yang sempat dilakukan di Korea Selatan
merupakan salah satu langkah penting yang dapat membantu meratakan
persebaran penduduk dan mengurangi masalah kemacetan di pusat ibukota.
Salah satu tindakan akan kesadaran pentingnya lingkungan bersih, salah
satu contohnya telah dilakukan walikota Seoul Lee Myung-bak (2002-2006)
melakukan perubahan besar-besaran pada Sungai Cheonggyecheon. Dikenal
sebagai sungai kumuh penuh sampah kala dulu, Sungai Cheonggyecheon
berubah menjadi tempat paling diminati wisatawan asing.
Kondisi gambar di atas merupakan kondisi sebelum dan sesudah
Restorasi Cheonggyecheon. Pada tahun 2001, walikota Seoul terpilih, Lee
Myung-Bak mengambil kebijakan yang didukung oleh warga namun sekaligus
juga mendapat perlawanan keras dari warga, yakni merestorasi sungai
Cheonggyecheon. Restorasi yang dimulai pada tahun 2003 tersebut merupakan
langkah yang revolusioner dengan meruntuhkan Cheonggyecheon Freeway yang
berdiri gagah di atas sungai Cheonggyecheon. Restorasi ini bertujuan untuk
menciptakan kota yang lebih hijau dan humanis, yang sekaligus merupakan
upaya untuk mengembalikan sejarah Kota Seoul dengan menghadirkan kembali
sungai Cheonggyecheon yang sempat “menghilang” sekitar 25 tahun dari
kehidupan kota Seoul.
Kegiatan restorasi ini merupakan proyek besar yang didanai oleh
pemerintah dengan menggandeng mitra kerja, di antaranya: Cheonggyecheon
Restoration Centre, Seoul Development Institute, Cheonggyecheon Restoration
Citizens Committee, dan Seoul Metropolitan Government. Beberapa tujuan yang
ingin dicapai dari restorasi ini, antara lain:
Memulihkan kembali lingkungan perkotaan yang semakin buruk (polusi,
kemacetan, dan lain sebagainya)
Memulihkan peninggalan bersejarah dan budaya
Pembangunan kota yang seimbang
Menyediakan lingkungan hidup yang menyenangkan
Inisiasi pembangunan kembali luas tentang daerah
III. KESIMPULAN
Tata ruang kota di Korea Selatan merupakan salah satu yang terbaik di
dunia. Adanya permasalahan yang timbul di masyarakat sebagian dapat diatasi
dengan perbaikan melalui adanya Rencana Pembangunan Nasional setiap lima
tahun. Tuntutan untuk sadar akan pentingnya lingkungan membantu
masyarakat Korea dalam memajukan dan menciptakan keselarasan antara
ruang terbuka hijau dengan aktivitas yang dilakukan. Pembagian daerah dalam
hal industri, pendidikan, lahan hiburan, dll yang dilakukan di Korea Selatan
membantu tersebarnya pusat aktivitas sebagai salah satu solusi yang dapat
mengurangi kemacetan lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Pengendalian Tanpa Pandang Bulu, Kunci Sukses Korea MewujudkanRecana Tata Ruang Yang Visioner. http://www.penataanruang.net/detail_b.asp?id=2563, diunduh pada tanggal 3 Mei 2015, Yogyakarta.
Anonim. 2015. Korea Selatan, http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan#Pembagian_administrative, diunduh pada tanggal 3 Mei 2015, Yogyakarta.
Choe, Sang-Chuel. 2005. Incheon City-Region In Korea:Gateway to Northeast Asia.Seoul : Universitas Nasional Seoul.
General Affairs Division. An Overview of Spatial policy in Asian and EuropeanCountries,http://www.mlit.go.jp/kokudokeikaku/international/spw/general/korea/index_e.html, diunduh pada tanggal 3 Mei 2015, Yogyakarta.
Kim, Eun Hyung. 2010. National Spatial Data Infrastructure : Republic of Korea.Washington : infoDev / WorldBank.
Kusnadi. 2014. Suatu Upaya Menghadirkan Kota Yang Ramah Lingkungan danHumanis. http://www.tataruangindonesia.com/fullpost/headline/1397112093/suatu-upaya -menghadirkan-kota-yang-ramah-lingkungan-dan-humanis---.html, diunduhpada tanggal 3 Mei 2015, Yogyakarta.