Sospol Bab 7
Transcript of Sospol Bab 7
-
7/24/2019 Sospol Bab 7
1/4
Periodisasi Perubahan UUD 1945
1) Periode 1945-1949UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang
disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Lemahnya kekuatan
pemerintahan Soekarno-Hatta yang dianggap bertopang pada Jepang sehingga dicap
kolaborator Jepang yang membuat sebagian tokoh, seperti Sukarni, Chaerul Saleh, dan
Adam Malik melihat sosok Syahrir merupakan orang yang tepat untuk menghadapi
kesulitan yang dihadapi oleh negara. Syahrir berpendapat tindakan yang dilakukan
pertama adalah mengubah status KNIP.
Kekuasaan Presiden yang sanagat besar berakibat pada Negara Republik
Indonesia dicap sebagai negara fasis buatan Jepang, sehingga ajakan Syahrir mendapat
dukungan luas dengan berbagai ide disetujui pemerintah dengan mengeluarkan Maklumat
yang terkenal dengan nama Maklumat Wakil Presiden nomor X pada tanggal 16 Oktober
1945 yang memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif karena MPR dan DPR
belum terbentuk, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah BadanPekerja.
Langkah Syahrir berikutnya adalah mengubah sistem kabinet. Badan Pembantu
KNIP memilih Ketua dan Wakilnya menjadi formatur. Pada tanggal 14 November
terbentuklah Kabinet Syahrir 1
Perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer diumumkan
melalui Maklumat Pemerintah pada tanggal 14 November 1945, sehingga peristiwa ini
merupakan penyimpangan dari UUD 1945. Negara dengan sistem parlementer
seharusnya menjadikan Kabinet sebagai pelindung Presiden, tetapi di Indonesia yang
terjadi adalah sebaliknya. Bagaimanapun kewibawaan Presiden dan Wakil Presiden
sangat penting. Meskipun memang diakui kekuasaan yang diberikan oleh UUD 1945
kepada presiden terlalu besar.
Susunan UUD 1945 sesuai rancangan:
Pembukaan
Bab I Bentuk dan Kedaulatan
Bab II Majelis Permusyawaratan Rakyat
Bab III Kekuasaan Pemerintah Negara
Bab IV Dewan Pertimbangan Agung
Bab V Kementrian Negara
Bab VI Pemerintah Daerah
Bab VII Dewan Perwakilan RakyatBab VIII Hal Keuangan
Bab IX Kekuasaan Kehakiman
Bab X Warga Negara
Bab XI Agama
Bab XII Pertahanan Rakyat
Bab XIII Pendidikan
Bab XIV Kesejahteraan Sosial
-
7/24/2019 Sospol Bab 7
2/4
Bab XV Bendera dan Bahasa
Bab XVI Perubahan UUD
Penutup 4 Pasal Aturan Peralihan
2 ayat Aturan Tambahan
2. Periode 1949-1950Upaya Belanda untuk menghancurkan kesatuan wilayah RI berhasil. Wilayah
Indoensia sudah dikotak-kotakan dengan berdirinya beberapa negara bagian. Belanda
berhasil menekan pemerintah Indonesia yang terbukti dengan ditandatanganinya Piagam
Persetujuan antara delegasi RI dan seluruh delegasi BFO.
Penyerahan kedaulatan atas Indonesia dari Kerajaan Belanda kepada Pemerintah
Republik Indonesia Serikat terjadi pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak itu Pemerintah
Belanda mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang terdiri atas Sumatra,
Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Khusus untuk daerah Irian Barat
masih menjadi daerah sengketa antara Indonesia dan Belanda.
Susunan Konstitusi RIS terdiri atas:
Mukaddimah
Bab I Negara Republik Indonesia
Bagian I Bentuk Negara dan Kedaulatan
Bagian II Daerah Negara
Bagian III Lambang dan Bahasa Negara
Bagian IV Kewarganegaraan dan Penduduk Negara
Bagian V Hak-hak dan Kebebasan-kebebasan Dasar Manusia
Bagian VI Asas-asas Dasar
Bab II Alat-alat Perlengkapan NegaraKetentuan Umum
Bagian I Pemerintah
Bagian II Dewan Perwakilan Rakyat
Bagian III Mahkamah Agung
Bagian IV Dewan Pengawas Keuangan
Bab II Tugas Alat-alat Perlengkapan Negara
Bagian I Pemerintahan
Bagian II Perundang-undangan
Bagian III PengadilanBagian IV Keuangan
Babakan 1. Hal uang
Babakan 2. Urusan Keuangan-Anggaran-Pertanggung
Jawaban-Gaji
Bagian V Hubungan Luar Negeri
Bagian VI Pertahanan Negara dan Keamanan Umum
-
7/24/2019 Sospol Bab 7
3/4
Bab IV Pemerintahan Daerah dan Daerah-daerah Swapraja
Bab V Konstituante
Bab VI Perubahan, Ketentuan-ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup
Bagian I Perubahan
Bagian II Ketentuan-ketentuan Peralihan
Bagian III Ketentuan-ketentuan Penutup
3. Periode 1950-1959Kembalinya negara-negara bagian ke dalam NKRI bukan berarti UUD 1945
kembali menjadi hukum dasar. Justru yang berlaku adalah UUDS yang merupakan
Konstitusi RIS sebelumnya. UUD 1945 ditolak sebagai hukum dasar karena terdapat
perbedaan paham dan selalu terdapat prasangka antara pihak berkas negara-negara bagian
dengan pihak RI. Sebetulnya, perbedaan yang paling mendasar antara kedua pihak
tersebut adalah masalah sistm presidensial dan parlementer. Apalagi di dalam UUD 1945
memberikan kekuasaan yang terlalu besar kepada kekuasaan eksekutif yang kemudianmelahirkan persetujuan untuk tidak menggunakan UUD 1945.
Susunan UUDS terdiri atas:
Pasal 1 Konstitusi RIS diubah menjadi UUDS
Mukaddimah
Bab 1 Negara Republik Indonesia
Bagian I Bentuk Negara dan Kedaulatan
Bagian II Daerah Negara
Bagian III Lambang dan Bahasa Negara
Bagian IV Kewarganegaraan dan Penduduk Negara
Bagian V Hak-hak dan Kebebasan-kebebasan Dasar Manusia
Bagian VI Asas-asas Dasar
Bab II Alat-alat Perlengkapan Negara
Ketentuan Umum
Bagian I Pemerintah
Bagian II Dewan Perwakilan Rakyat
Bagian III Mahkamah Agung
Bagian IV Dewan Pengawas Keuangan
Bab II Tugas Alat-alat Perlengkapan NegaraBagian I Pemerintahan
Bagian II Perundang-undangan
Bagian III Pengadilan
Bagian IV Keuangan
Babakan 1. Hal uang
Babakan 2. Urusan Keuangan-Anggaran-Pertanggung
-
7/24/2019 Sospol Bab 7
4/4
Jawaban-Gaji
Bagian V Hubungan Luar Negeri
Bagian VI Pertahanan Negara dan Keamanan Umum
Bab IV Pemerintahan Daerah dan Daerah-daerah Swapraja
Bab V KonstituanteBab VI Perubahan, Ketentuan-ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup
Bagian I Perubahan
Bagian II Ketentuan-ketentuan Peralihan
Bagian III Ketentuan-ketentuan Penutup
Pasal II UUDS berlaku 17 Agustus 1950
Perbedaan pendapat yang sengit antar-anggota Dewan Konstituante mengenai paham
negara menyebabkan tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit untuk
membubarkan Dewan Konstituante dan kembali ke UUD 1945 yang berisi Menyangkut ideologi negara yang sangat penting bagi negara. Masalah yang
pernah dihadapi pada saat ingin memberlakukan Piagam Jakarta sebagai Hukum
Dasar muncul kembali. Anggota Dewan Konstituante Islam Nasionalis
beranggapan yang dikedepankan adalah kepentingan negara, sementara anggota
Dewan Konstituante Islam Fundamentalis beranggapan rakyat Indonesia adalah
mayoritas beragama Islam
Menyangkut demokrasi. Masalah ini menjadi perdebatan karena konsepsi
presiden tentang gagasan demokrasi terpimpin
Menyangkut dwi fungsi ABRI. Militer beranggapan ABRI selalu menunjukkan
sumbangan dan peran yang besar bagi negara, termasuk nonmiliter.