sosper 4
-
Upload
binta-mushthafa-rahma -
Category
Documents
-
view
48 -
download
3
Transcript of sosper 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mangga merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai
30 m. Semua bagian tanaman bergetah agak kental. Tanaman
mangga lebih senang tumbuh di tempat terbuka.
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Anarcadiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera spp.
Spesies tanaman mangga yang banyak ditanam di Indonesia
adalah Mangifera indica L. dan Mangifera foetida. Jenis Mangifera
indica L. yaitu Mangga Arumanis, Golek, Gedong Gincu, Manalagi,
dan Cengkir, sedangkan jenis Mangifera foetida yaitu kemang
(Cahyono, 2010).
Salah satu jenis mangga yang banyak digemari dan terkenal
baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama Jepang, Cina,
Saudi Arabia adalah mangga gedong gincu. Buah mangga ini
banyak terdapat dan dibudidayakan dengan baik di Kabupaten
Majalengka, Cirebon dan Indramayu. Pengembangan Mangga
Gedong Gincu mempunyai prospek pasar yang cukup baik karena
harga jualnya tinggi dan digemari masyarakat. Mangga gedong
gincu memiliki pesona tersendiri baik dalam pasar domestic
maupun luar karena rasanya yang manis dan enak. Kini mangga
gincu menjadi buah mangga yang asli dari Indonesia.
Pada sistem pemasaran gedong gincu di dalamnya terdapat
interaksi-interaksi sosial yang terjadi antara pelaku utama (petani)
dan pelaku usaha (pedagang). Proses tersebut terjalin karena
1
adanya saling keterkaitan antara petani dan pedagang dari gedong
gincu sendiri.
Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang mendalam mengenai
proses dan interaksi sosial oleh pelaku utama dan pelaku usaha
mangga gedong gincu.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dilakukan pelaku utama dalam budidaya mangga
gedong gincu?
- Bagaimana interaksi sosial itu?
- Bagaimana proses dan interaksi sosial pelaku utama dan pelaku
usaha mangga gincu (proses pemasaran)?
C. Tujuan
- Mengetahui budidaya mangga gedong gincu
- Mengetahui tentang interaksi sosial
- Mengetahui dan memahami proses dan interaksi sosial pelaku
utama dan pelaku usaha mangga gincu (proses pemasaran)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Budidaya Mangga Gedong Gincu
Cara Budidaya tanaman mangga gedong gincu sama dengan
gedong biasa, perbedaan hanya terjadi pada waktu panen. Mangga
gedong biasa dipanen ketika buah mencapai kematangan 60%
sedangkan mangga gedong gincu dipanen setelah kematangan
buah di atas 70% (dipanen masak), ditandai dengan mulai
munculnya warna merah pada penangkal buah.Perbedaan waktu
panen mangga gedong gincu sekitar 10 sampai 15 hari dari panen
mangga gedong biasa.
1. Pembibitan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bibit
mangga yaitu, varietas bibit bermutu, berlabel,
dan varietas yang sudah dilepas dengan spesifikasi tinggi.
Ukuran bibit antara 80-100 cm dan diameter 1 - 1,5 cm. Warna
batang hijau tua kecoklatan, bentuk batang lurus, tidak
bercabang, warna daun hijau mengkilap, dan telah membentuk
3flush. Bibit yang dipilih sebaiknya telah berumur enam bulan
atau lebih. Bibit bebas dari serangan hama dan penyakit, serta
3
berasal dari perbanyakan vegetatif (okulasi atau sambung
pucuk).
Sumber benih dan bibit harus jelas, berasal dari penangkar
benih yang terdaftar dan bersertifikat, berasal dari Blok
Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang jelas
serta mempunyai batang bawah yang kuat dan tahan terhadap
penyakit. Jaminan mutu dan produk (label/sertifikat) harus
dicatat dan disimpan. Ke-butuhan bibit sesuai dengan luas lahan
(100 tanaman/ha) ditambah 2-5 % cadangan untuk penyulaman.
Bibit mangga diperbanyak secara vegetatif dengan cara okulasi,
sambung pucuk, dan cangkok, dapat pula diperbanyak secara
generatif yaitu dengan menggunakan biji (Redaksi AgroMedia,
2009).
2. Perencanaan kebun
Perencanaan kebun dimulai dari pembuatan sketsa kebun
atau rencana tata letak kebun yang terdiri dari arah barisan,
sumber air, jalan usaha tani dan tempat penampungan hasil
sementara. Persiapan lahan untuk digunakan sebagai media
tumbuh tanaman agar dapat tumbuh optimal dan berproduksi
dengan baik. Perencanaan kebun dimulai dari pemetaan dan
pengukuran luas kebun, kemudian membuat kapling setiap blok
lokasi kebun setelah itu menentukan lokasi sumber air atau
irigasi, bak penampungan air, jalan masuk dan keluar kebun,
gedung tempat pengumpulan buah atau hasil panen. Lahan
dibersihkan dari tanaman pengganggu, untuk lahan yang
memiliki lahan dengan kemiringan 10 % dibuat teras. Lubang
tanam dibuat dengan jarak antar lubang 10 x 10 m dan lubang
tanam berukuran 70 x 70 x 70 cm untuk tanah gembur, untuk
tanah liat dan berbatu dibuat dengan ukuran 100 x 100 x 100
cm, tanah bagian atas dipisahkan (kedalaman 0-30 cm) dengan
tanah bagian bawah (kedalaman 30-70 cm) dalam kisaran pH
tanah 5,5–7,0. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama kurang
lebih dua minggu sebelum penanaman, kemudian campur tanah
4
bagian atas dengan pupuk kandang 20-30 kg/lubang (Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, 2008).
3. Penanaman
Penanaman merupakan rangkaian kegiatan menanam benih
atau bibit tanaman mangga secara baik dan benar hingga
tanaman berdiri tegak dan siap tumbuh subur di lapangan. Bibit
mangga Gedong Gincu ditanam pada saat awal musim hujan.
Pupuk kandang diberikan sebanyak 20-30 kg/lubang tanam dan
pupuk SP-36 sebanyak 20-40 kg/ha. Polybag bibit mangga yang
akan ditanam disobek dari bawah sampai samping dengan hati–
hati. Bibit ditanam secara tegak lurus. Bibit okulasi dihadapkan
ke arah datangnya angin agar tunas tempelan tidak patah dan
bibit sambung pucuk ditanam tegak lurus dengan arah angin.
Bibit ditanam lebih dari 5 cm di atas pangkal batang dan lebih
dari 25 cm di bawah okulasi kemudian lubang tanaman ditutup
dengan tanah galian dan tekan sedikit di samping tanah bekas
polybag. Ajir ditancapkan di sisi tanaman agar tanaman dapat
tumbuh tegak lurus ke atas, kemudian ajir diikat dengan tali.
Pemasangan naungan yang terbuat dari daun kelapa, jerami
padi, rumput kering atau anyaman bambu sebagai pelindung
tanaman selama 1-2 bulan(Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Indramayu, 2008).
4. Pemangkasan
Pemangkasan tanaman mangga dibagi menjadi dua jenis yaitu :
o Pemangkasan bentuk
Memangkas cabang ranting tanaman yang tidak
produktif dan pembentukan kanopi. Kanopi tanaman
terbentuk dengan pola (1-3-9-27), yakni 1 batang utama, 3
cabang primer, 9 cabang sekunder dan 27 cabang tersier.
o Pemangkasan pemeliharaan atau produksi
Membuang cabang atau ranting yang tidak bermanfaat.
Merangsang munculnya tunas vegetatif pada ranting-ranting
yang sebelumnya berbuah, sekaligus mengendalikan
5
pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan mendukung
kontinuitas produksi.
5. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman mangga dibedakan menjadi dua
bagian yaitu:
o Pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan (fase
juvenil).
Proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman agar
kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman
dapat terpenuhi. Pemupukan tanaman belum menghasilkan
dilakukan dua kali setahun dan pupuk organik diberikan satu
kali setahun pada awal musim hujan sebanyak 20-40
kg/tanaman. Alur dibuat melingkar selebar tajuk tanaman
kemudian pupuk ditaburkan pada alur yang sudah dibuat dan
timbun dengan tanah. Jenis dan dosis pupuk untuk tanaman
mangga Gedong Gincu yang belum menghasilkan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Pedoman Perkiraan Pemupukan Mangga (Gedong Gincu)
Belum Menghasilkan Setiap Tanaman
Umur
(tahu
n)
Pupuk
organik
(blek)
Urea
(g)
SP-36
(g)
KCl/
Za
(g)
1 0,5 250 100 250
2 1 300 150 350
3 2 350 200 350
4 2 400 250 400
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Indramayu Tahun 2008.
Catatan : 1 blek = 20 kg
o Pemupukan untuk tanaman sudah menghasilkan
Proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman
bertujuan agar kondisi unsur hara dalam tanah yang
6
dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan.
Pemupukan dilakukan pada saat setelah panen dan
pemangkasan dengan dosis pupuk 450 g Urea, 300 g SP-36,
450 g KCl , dan pupuk organik atau kandang 20 kg per
tanaman. Pemupukan menjelang berbunga diberikan dengan
dosis 150 g Urea, 150 g SP-36, 100 g KCl per tanaman.
Pemupukan pada saat buah sebesar kelereng diberikan
dengan dosis 198 g Urea, 132 g SP-36, 198 g KCl per ta-
naman. Pupuk organik diberikan setiap tahun pada awal
musim hujan sebanyak 2-10 bakul per tanaman (20-100 kg).
Pemupukan dilakukan dengan cara membuat lingkaran parit
di bawah kanopi kemudian taburkan pupuk dan timbun,
khusus untuk pupuk organik diberikan di bawah lingkar luar
kanopi. Jenis dan dosis pupuk untuk tanaman mangga
Gedong Gincu yang sudah menghasilkan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Pedoman Perkiraan Dosis Pemupukan Mangga yang
Sudah Menghasilkan Setiap Tanaman.
Umur
(tahu
n)
Pupuk
organik
(bakul)
Urea
(g)
SP-36
(g)
KCl/
Za
(g)
5 2,5 450 300 450
6-8 3,5 500 350 500
> 8 > 4,5 >
600
400 600
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Indramayu Tahun 2008.
Catatan : 1 bakul = 10 kg
6. Penyiangan
Kebun mangga dibersihkan dari rumput-rumput atau gulma
yang dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman
mangga. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut atau
memotong rumput serta mencangkul gulma yang tumbuh di
7
bawah tajuk tanaman mangga sampai bersih. Gulma yang
di luar kanopi dibiarkan tumbuh supaya dapat mengurangi
penguapan terutama pada musim kemarau.
7. Pengairan
Pengairan dilakukan untuk memberikan air sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan sesuai fase pertumbuhan. Pengairan
sangat dibutuhkan dalam proses produksi tanaman terutama
pada saat pembesaran buah. Pengairan tanaman mangga
disesuaikan dengan musim, umur tanaman (lebar tajuk) dan fase
pertumbuhan tanaman. Tanaman muda di bawah 5-6 tahun
membutuhkan sebanyak 40 liter/hari/tanaman, sedangkan
tanaman yang sudah menghasilkan diberikan pengairan
sebanyak 100 liter/hari/tanaman. Pengairan pada saat buah
sebesar bola pingpong yaitu 70-100 liter/tanaman/hari dan
penyiraman dilakukan pada sore hari agar tidak terjadi
penguapan. Pengairan dikurangi secara perlahan-lahan dua
minggu sebelum panen dengan volume 40 liter per tanaman.
Menjelang buah tua pengairan tidak diberikan untuk membentuk
mutu buah yang diinginkan (rasa manis dan kematangan), pada
saat setelah panen tanaman mangga memerlukan banyak air
untuk memulihkan diri dari keadaan stres ke keadaan normal.
8. Penjarangan dan Pembungkus Buah
Penjarangan buah dilakukan untuk mengurangi jumlah buah
yang terdapat dalam setiap tangkai dengan membuang buah
yang dianggap tidak baik untuk dipelihara. Buah mangga hanya
dipelihara 2-3 buah per tangkai sehingga sesuai dengan daya
dukung tanaman untuk menghasilkan buah dengan mutu dan
jumlah yang optimal. Pembungkusan buah bertujuan untuk
mencegah dari serangan OPT. Pembungkusan dilakukan setelah
penjarangan dengan menggunakan kain berwana sebagai tanda
waktu petik buah.
9. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
8
Pengendalian OPT adalah tindakan yang dilaksanakan untuk
mengendalikan gulma, hama, dan penyakit, serta mencegah
kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh
organisme pengganggu tanaman. Pengendalian OPT dapat
dilakukan dengan perbaikan teknik budidaya (mengatur jarak
tanam, memperbaiki sistem pengairan, dan sanitasi kebun),
membuang bagian tanaman yang terserang kemudian dibakar,
membuat perangkap hama lalat bibit, dan penggunaan
pestisida (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Indramayu, 2008).
10. Hama
o Bisul Daun ( Procontarinia matteiana )
Gejala : Daun tanaman mangga menjadi berbisul dan daun
menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan.
Pengendalian : Hama bisul daun dikendalikan dengan
penyemprotan buah dan daun
dengan Ripcord,Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam
seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan
tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki
aerasi.
o Kutu Putih ( Pseudococcidae )
Gejala : Kutu mengisap cairan daun, buah, dan bagian lain di
tempat kutu berada. Bagian tanaman yang terserang tampak
dipenuhi oleh massa putih seperti lilin yang bertepung. Kutu
menghasilkan embun madu yang sangat disukai semut.
Embun madu yang berlebihan menyebabkan timbulnya jamur
embun jelaga pada daun, tangkai, atau buah, sehingga
pertumbuhan bagian tanaman yang terserang tidak normal.
Pengendalian : Kutuh putih dikendalikan dengan melakukan
sanitasi lahan dari gulma, musuh alami, dan penggunaan
insektisida sistemik bila populasi tinggi.
o Lalat Buah ( Bactrocera dorsalis )
9
Gejala : Buah mangga yang terserang lalat buah terdapat
noda bekas tusukan alat peletak telur lalat betina saat
meletakkan telurnya pada permukaan kulit buah. Larva
muncul dari telur di dalam buah. Serangan larva
menyebabkan noda-noda tersebut berkembang menjadi
bercak cokelat di sekitar titik noda, larva memakan daging
buah, menyebabkan buah busuk, jatuh dan menurunkan
produktivitas.
Pengendalian : Lalat buah di kendalikan dengan
memusnahkan buah yang rusak, memberi umpan berupa
larutan sabun atau metil eugenol di dalam wadah dan
insektisida.
o Penggerek Cabang ( Rhitydodera simulans )
Gejala : Hama menggerek batang cabang hingga terbentuk
lubang, jika bagian tanaman yang terserang terbelah, akan
terlihat lorong-lorong tempat larva. Pada tingkat serangan
tinggi, tanaman menjadi layu, daun rontok, dan akhirnya
tanaman mati. Hama ini biasanya menyerang saat musim
hujan.
Pengendalian : Cabang yang terserang dipangkas dan
dimusnahkan. Pengendalian secara biologis dengan
pemanfaatan parasit telur, seperti Promuscidaea, Anagyrus,
dan eupelmus. Parasit telur dibiakkan terlebih dahulu, lalu
disebar di lokasi kebun.
Pengendalian kimiawi menggunakan pestisida berbahan
aktif karbufuron, betasiflutrin, mancozeb,seperti bludok 25EC
dengan dosis 2 ml/liter air (Joko dan Wibisono, 2007).
11. penyakit
o Penyakit Diplodia
Penyebab : Jamur Diplodia sp. Penyakit timbul pada pangkal
batang dan cabang-cabang tanaman mangga, bagian yang
sakit mangalir cairan, kulit berwarna gelap kemudian
mengering, pecah, dan mengelupas berkeping-keping.
10
Pengendalian : Penyakit diplodia dikendalikan
denganmenggunakan fungisida bubur bordeaux. Luka diolesi
atau ditutup parafin-carbolineum.
o Cendawan Jelaga
Penyebab : Virus Meliola mangifera atau jamurCapmodium
mangiferum. Daun mangga yang diserang berwarna hitam
seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh jamur yang
hidup di cairan manis.
Pengendalian : Cendawan jelaga dengan fungisida atau
tepung belerang.
o Antraknosa
Penyebab : Jamur Colletotrichum gloeosporiodesmenyerang
daun, ranting, bunga dan tunas sehingga terbentuk bercak
yang berwarna hitam. Penyakit ini sangat mempengaruhi
proses pembuahan.
Pengendalian : Antarknosa dapat dikendalikan dengan
melakukan pemangkasan dahan, cabang, ranting,
menyemprotkan fungisida bubur bordeaux atau sulfat
tembaga.
o Kudis Buah ( Elsinoe mangiferae )
Kudis buah menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan
daun.
Gejala : Tanaman mangga yang terserang terdapatbercak
kuning yang akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan
tidak terjadi, bunga berjatuhan.
Pengendalian : Kudis buah dapat dikendalikan dengan
penyemprotan fungisida Dithane M-
45, Manzate atauPigone tiga kali seminggu dan memangkas
tangkai bunga yang terserang (Joko dan Wibisono, 2007).
12. Gulma
Benalu memberikan kerusakan dalam waktu pendek karena
menyebabkan makanan tidak diserap tanaman secara sempurna.
11
Pengendalian dengan memotong cabang yang terserang,
menebang tanaman yang diserang benalu dengan berat.
13. Panen
Kegiatan panen dibagi menjadi dua bagian :
o Waktu dan Kriteria Panen
Buah tanaman mangga yang siap panen memiliki kriteria
yaitu, bekas tangkai buah yang rontok kelihatan mengering
seluruhnya, lekukan ujung buah rata dan hampir hilang,
warna kulit buah hijau kemerahan, pori-pori merata dan
lapisan lilin mulai menebal pada permukaan buah, dan buah
tidak berbunyi nyaring bila disentil. Buah mangga yang siap
dipanen berumur 95-115 hari setelah bunga mekar dan
waktu petik dilakukan pada jam 09:00-16:00 WIB
o Panen
Alat yang digunakan untuk panen yaitu, gunting pangkas,
galah berjaring dan dilengkapi keranjang atau kantong. Buah
mangga dipanen dengan meng-gunakan gunting pangkas
dan sisahkan tangkai buah sepanjang kurang lebih 5-10 cm
(untuk mencegah agar buah tidak terkena getah). Buah
mangga diletakkan di dalam keranjang buah dengan
menggunakan alas daun pisang kering dan diletak-kan
dengan posisi tangkai buah menghadap ke bawah sampai
getah habis.
14. Pasca Panen
Pasca panen merupakan rangkaian kegiatan penanganan
buah sejak dipa-nen hingga buah siap didistribusikan ke
konsumen adapun kegiatan dalam pasca panen yaitu :
o Pengumpulan
Pengumpulan buah mangga dilakukan setelah panen
sebelum buah diproses lebih lanjut. Buah mangga
dikumpulkan dan disimpan dalam gudang penyimpan-an yang
sudah dibersihkan. Gudang penyimpanan harus memiliki
sirkulasi yang baik. Keranjang buah ditumpuk secara hati-hati
12
maksimum delapan tumpuk dan diberi pembatas antara
keranjang.
o Sortasi
Sortasi merupakan kegiatan menyeleksi dan
memisahkan buah antara yang baik dan jelek. Buah mangga
yang baik dengan buah yang tidak baik dipisahkan, kemudian
tangkai buah dipotong. Buah mangga yang matang dipilih
dengan cara dimasukkan ke dalam bak penampung berisi air,
bila buah tenggelam artinya buah telah matang 90-100%.
Buah melayang artinya buah belum begitu matang 80-85%.
Buah yang tenggelam dengan buah yang melayang
dikelompokkan dan diletakkan di keranjang beralas kertas
koran maksimal delapan tumpukan, dengan posisi tangkai
buah menghadap ke bawah.
15. Grading
Grading merupakan kegiatan memilih atau mengelompokkan
berdasarkan kriteria bentuk buah, tingkat kematanganan, dan
keseragaman buah. Buah ditimbang dan dipisahkan sesuai
dengan kelasnya. Standar nilai kualitas berdasarkan beratnya
adalah sebagai berikut :
A : > 450 – 550 g per buah
B : 350 - < 450 g per buah
C : 250 - < 350 g per buah
o Pengemasan
Kegiatan pengemasan atau penyusunan buah dalam
suatu wadah kemasan yang sesuai kelas ataugrade buah yang
diinginkan, peletakan buah dalam kemas-an dengan posisi
punggung buah menghadap ke bawah. Buah mangga
dilengkapi dengan partisi dan irisan kertas atau jaring buah
yang terbuat daristyrofoam.
o Penyimpanan
Buah yang sudah dikemas dalam kardus disimpan di
dalam gudang penyim-panan bersirkulasi baik. Kardus
13
ditumpuk maksimal empat tumpukan, untuk lama
penyimpanan selama dua hari.
B. Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan
sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa
hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di
mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya
diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Proses
Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu
tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu
berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan
terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah,
perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran
yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut
disebut juga dengan interpretative process Interaksi sosial dapat
terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak
sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari
terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian
suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap
informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa
hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya
komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat
terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala
sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis
kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik
fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana. Interaksi
sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi
ruang.
Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
14
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat (Soerjono Sukanto) yaitu: adanya kontak
sosial, dan adanya komunikasi.
- Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti
bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara
harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik,
kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai
gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah,
karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus
menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan
orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi
dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain
dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang
tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk (Soerjono
Soekanto : 59) yaitu sebagai berikut :
a. Antara orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari
kebiasaankebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian
terjadi melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana
anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma
dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota.
b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia
atau sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang
merasakna bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan
norma-norma masyarakat.
c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia
lainnya.
Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama
untuk mengalahkan partai politik lainnya.
- Komunikasi
15
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran
kepada orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak
badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan
kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan
kelompok dapat diketahui olek kelompok lain aatau orang lain.
Hal ini kemudain merupakan bahan untuk menentukan reaksi
apa yang akan dilakukannya.
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
a. Proses Asosiatif (Processes of Association)
Kerja Sama (Cooperation)
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama
merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain
menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama.
Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk
menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi
sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk inetarksi
tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama. Kerja sama
di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara
orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan bersama. Sehubungan dengan
pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu:
- Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-
menolong.
- Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai
pertukaran barabg-barabg dan jasa-jasa antara dua
organisasi atau lebih.
- Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara
untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilisasi organisasi yang bersangkutan.
16
- Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua ornagisasi
atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil
untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak
sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi karena
maksud utama adalah untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama, maka sifatnya alaha kooperatif
- Joint-ventrue, yaitu kerja sama dalam pengusahaan
proyek-proyek tertentu, misalnya pemboran minyak,
pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dll.
Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia
ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga
meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap dan proses-proses mental dengan memerhatikan
kepentingan dan tujuan bersama.
Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu
untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk
pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu
keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium)
dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok-
kelompok manusia dalam kaitannya dengan normanorma
sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam
masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk
pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai
kestabilan. Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah
suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk
menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan
17
sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi
(adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk
menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-makhluk
hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya.
Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu
proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok
manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling
mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi sebenarnya
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya.
Jenis-jenis Interaksi Sosial
Ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu:
- Interaksi antara Individu dan Individu. Pada saat dua individu
bertemu, interaksi sosial sudah mulai terjadi. Walaupun kedua
individu itu tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun
sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing
pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan
perubahan dalam diri masing-masing. Hal ini sangat
dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu, seperti bau minyak
wangi atau bau keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika
sedang berjalan dan hal lain yang bisa mengundang reaksi orang
lain.
- Interaksi antara Kelompok dan Kelompok. Interaksi jenis ini
terjadi pada kelompok sebagai satu kesatuan bukan sebagai
pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan.
Contohnya, permusuhan antara Indonesia dengan Belanda pada
zaman perang fisik.
- Interaksi antara Individu dan Kelompok. Bentuk interaksi di sini
berbedabeda sesuai dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih
mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan
perorangan dan kepentingan kelompok.
18
Ciri-ciri Interaksi Sosial
Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang
- Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-
simbol
- Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa
mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedan berlangsung
- Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan
tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat.
- Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Hakikat interaksi
terletak pada kesadaran mengarahkan tindakan pada orang lain.
- Harus ada orientasi timbal-balik antara pihak-pihak yang
bersangkutan, tanpa menghiraukan isi perbuatannya: cinta atau
benci, kesetiaan atau pengkhianatan, maksud melukai atau
menolong.
C. Proses dan Interaksi Sosial Pelaku Utama dan Pelaku Usaha
Magga Gedong Gincu
Pelaku utama dalam interaksi ini merupakan petani mangga
geong gincu sedangkan unuk pelaku usahanya yaitu pengepul,
pedagang dan sejenisnya. Proses sosial yang terjadi pada kasus ini
seperti yang telah diuraikan pada poin sebelumnya bahwa adanya
interaksi antara pelaku utama dengan pelaku usaha. Interaksi
tersebut berupa adanya perjanjian/kesepakatan mengenai tolak
ukur harga dan menetapkan nilai dari suatu mangga gincu yang
layak untuk diperjualbelikan. Buah mangga gedong gincu pada
umumnya dipasarkan dalam bentuk buah segar, kurang dari satu
persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan.
Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan luar daerah sentra produksi.
o Metode pemasaran
19
Penjualan buah mangga gedong gincu dari petani kepada
pedagang pengumpul biasnaya dilakukan melalui tiga cara, yakni
tebasan, ijon atau kontrak. Sebagian besar petani melakukan
pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya
dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal cara ijon dan kontrak,
mekanisme penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.
Di atas merupakan bagan alur pemasaran buah mangga
gedong gincu.
Mangga Gedong Gincu mempunyai prospek baik untuk
dikembangkan karena mempunyai karakteristik yang sesuai dengan
permintaan pasar, yaitu mempunyai kulit mangga berwarna merah,
komponen serat pada daging buah cukup banyak dan mempunyai
aroma sangat tajam. Pada tahun 2006 di Kabupaten Cirebon,
20
sebagai sentra produksi mangga di Jawa Barat. Yang ingin diketahui
yaitu (i) gambar rantai tataniaga mangga (ii) karakteristik pelaku
lembaga pemasaran dan (iii) menganalisis margin tataniaga. Buah
Gedong Gincu dipasarkan dalam bentuk grade A/B dan grade C (non
grade). Pemasaran grade A/B melalui dua saluran, yaitu, pertama:
petani – pengumpul - pedagang besar – agen - toko/kios buah –
konsumen dan kedua: petani – pengumpul – pedagang besar – agen
– suplayer – supermarket – konsumen sedangkan grade C melalui
satu saluran, yaitu saluran ketiga: petani – pengumpul – pedagang
besar – pedagang pasar tradisional – konsumen. Marjin pemasaran
saluran pertama Rp.10.920,-/kg, berasal dari pedagang besar
(48,1%), toko/kios (35,4%), agen (14,2%) dan pengumpul (2,3%).
Marjin pemasaran saluran kedua Rp.15.000,-/kg, berasal dari
pedagang besar (34,9%), suplayer (26,6%), supermarket (26,6%),
agen (10,2%) dan pengumpul (1,7%). Keuntungan pedagang besar
lebih tinggi dibandingkan agen, yaitu masing-masing Rp.3.350,-/kg
dan Rp.1.460,-/kg. Permasalahan pemasaran mangga Gedong Gincu
yaitu posisi petani seringkali lemah dalam penentuan harga jual,
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan tidak selalu sesuai
permintaan pasar, petani bermodal lemah sering terperangkap ke
pelepas uang (money lender) dan ditemukan pungutan-pungutan
liar dalam kegiatan transportasi pengiriman mangga ke agen di
pasar-pasar induk. Dalam hal ini, perlu peningkatan aksesibilitas
petani terhadap informasi pasar termasuk permintaan, variasi harga
musiman dan trend harga dengan demikian mereka dapat
menyesuaikan rencana penjualan mangga untuk mencapai
penjualan efisien dan menguntungkan.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mangga gedong gincu merupakan buah mangga terbaik yang
dimiliki Indonesia. Buah ini tidak hanya diminati oleh pasar domestic
saja, bahkan pasar dunia (ekspor) mengakui bahwa gedong gincu
merupakan buah mangga dengan rasa enak dan manis. Adanya
hubungan interaksi sosial antara pelaku utama yakni petani dan
pelaku usaha dalam penjualan gedong gincu yakni pada
pemasarannya. Pemasaran kualitas gedong gincu grade A/B melalui
dua saluran, yaitu, pertama: petani – pengumpul - pedagang besar –
agen - toko/kios buah – konsumen dan kedua: petani – pengumpul –
pedagang besar – agen – suplayer – supermarket – konsumen
sedangkan grade C melalui satu saluran, yaitu saluran ketiga:
petani – pengumpul – pedagang besar – pedagang pasar tradisional
– konsumen. Dengan adanya rantai pemasaran tersebut maka
terbentuklah suatu interaksi secara langsung maupun tidak
langsung antara petani gedong gincu dan pelaku usahanya.
22