laporan praktikum sosper

46
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat mengandung aspek dinamis yang bertempat tinggal di wilayah. Aspek dinamis ini mencerminkan dalam pola hubungan, cara-cara bergaul, cara hidup, dan cara- cara bertindak norang-orang yang ada disuatu wilayah tersebut. Seperti pola hidup yang ada di desa Sambeng Wetan yang masih memiliki rasa kebersamaan, saling mengenal antara orang, guyup-rukun, serta mesih memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Pengertian desa di Indonesia berasal dari perkataan “sanskrit” yang artinya tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Menurut UU No.19 Tahun 1965, desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum 1

Transcript of laporan praktikum sosper

Page 1: laporan praktikum sosper

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang

yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana

sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut. Masyarakat mengandung aspek dinamis yang bertempat

tinggal di wilayah. Aspek dinamis ini mencerminkan dalam pola hubungan,

cara-cara bergaul, cara hidup, dan cara-cara bertindak norang-orang yang ada

disuatu wilayah tersebut. Seperti pola hidup yang ada di desa Sambeng Wetan

yang masih memiliki rasa kebersamaan, saling mengenal antara orang, guyup-

rukun, serta mesih memiliki rasa solidaritas yang tinggi.

Pengertian desa di Indonesia berasal dari perkataan “sanskrit” yang

artinya tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Menurut UU No.19 Tahun

1965, desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang tertentu batas-

batasnya, berhak mengurus rumah tangganya sendiri, memilih penguasanya

dan mempunyai harta benda sendiri. Selanjutnya menurut UU No. 5 Tahun

1979, desa adalah wilayah yang ditempati penduduk sebagai kesatuan

masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan hukum yang memiliki organisasi

pemerintah yang terendah langsung di bawah camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik Indonesia.

1

Page 2: laporan praktikum sosper

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa

masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Manusia yang hidup bersama dalam jangka waktu yang relatif lama,

menciptakan pergaulan hidup dan norma kehidupan dalam membangun

kebudayaan.

2. Sifat pergaulannya akrab, ramah dan meluas.

3. Sebagian besar aktivitasnya dalam bidang pertanian (peternakan,

perkebunan, perikanan, pengolahan sawah dan lain-lain).

B. Maksud dan Tujuan

Tugas lapangan yang kami lakukan merupakan salah satu pengalaman

untuk mendukung kompetensi sebagai mahasiswa pertanian yang sangat

berharga. Latar belakang mahasiswa yang sebagian besar bukan berasal dari

lingkungan pertanian menjadikan tugas lapang ini menjadi pengalaman baru

dan menarik untuk dikaji secara sosiologi. Kami dapat secara langsung

berdialog dengan petani, kelompok tani maupun masyarakat, mengungkap

permasalahan konkrit yang dihadapi para petani serta mencari solusi terbaik.

Teori yang diperoleh selama proses pembelajaran telah cukup sebagai dasar

untuk memahami dinamika masyarakat pertanian secara faktual. Kami juga

dapat mengkaitkan kajian teori dengan fakta di lapangan serta

membandingkan kemudian dapat menarik benang merah dari keduanya.

Dari hasil pengamatan di lapang serta analisis peristiwa secara diskriptif

akan kami jadikan sebagai bahan guna menyusun laporan praktikum. Di

2

Page 3: laporan praktikum sosper

samping itu dengan tugas lapang ini diharapkan kami dapat memahami

gambaran masyarakat pertanian dengan baik dan benar. Laporan praktikum

yang kami buat ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban personal

yang terkait dengan cara-cara pengamatan, analisis peristiwa dan implikasi

terhadap masalah yang ada pada masyarakat pertanian.

3

Page 4: laporan praktikum sosper

II. KEADAAN UMUM DESA

A. Letak Desa

Desa Sambeng Wetan termasuk dalam wilayah Kecamtan Kembaran,

Kabupaten Banyumas. Untuk menempuh perjalanan ke desa tersebut

dibutuhkan waktu setidaknya 15 - 20 menit dari Fakultas Pertanian

Universitas Jenderal Soedirman. Lebih tepatnya Desa Sambeng Wetan berada

di sebelah timur Kecamatan Kembaran, dengan batas wilayah desa ;

Sebelah utara : Desa Silado (Purbalingga)

Sebelah selatan : Desa Kramat

Sebelah timur : Desa Sumbang

Sebelah barat : Desa Sambeng Kulon

B. Keadaan Biogeofisik Desa

Desa Sambeng Wetan mempunyai luas daerah 72,5622 hektar yang terbagi

menjadi dua konfigurasi tanah yaitu bagian utara (sebagai tanah kelompok

tani) merupakan areal persawahan, tanah dengan kemiringan 250menjorok ke

sungai, dan bagian selatan ( tanah kelompok tani) merupakan areal

persawahan dengan kemiringan tanah 200. Suhu di desa Sambeng Wetan juga

masih terbilang masih dalam batas normal. Iklim desa Sambeng Wetan juga

sama dengan wilayah kabupaten Banyumas pada umumnya sehingga

memungkinkan untuk mengembangkan bidang pertanian, peternakan dan

perikanan.

4

Page 5: laporan praktikum sosper

C. Sejarah Desa

Sambeng, pada zaman dahulu merupakan bagian dari sebuah kerajaan.

Konon di tempat itu tinggal seorang yang kaya raya yang dikenal dengan

nama Raden Sambeng. Beliau merupakan bagian dari bangsawan kerajaan.

Meskipun sebagai bangsawan, beliau memiliki sikap yang rendah hati kepada

rakyat kerajaan yang tinggal di sekitar beliau. Kerendahan hati beliau serta

perilakunya yang demikian baiknya membuat beliau dihormati rakyat dan

menjadi panutan bagi rakyat hingga akhirnya beliau diangkat sebagai kepala

pemerintahan di daerah itu.

Dalam era perkembangannya, karena tingkat pertambahan penduduk yang

semakin tinggi dengan perkembangan sosial budaya yang semakin tinggi serta

norma kehidupan masyarakat yang diatur berdasarkan tatanan pemerintahan,

Desa Sambeng kemudian terbagi menjadi dua wilayah pemerintahan. Kedua

wilayah pemerintahan itu adalah Desa Sambeng Wetan dan Desa Sambeng

Kulon. Penamaan “wetan” dan “kulon” untuk wilayah desa itu merupakan

penyebutan untuk letak wilayah kedua desa itu. Kata wetan berasal dari

Bahasa Jawa yang berarti timur, sedangkan kulon bearti barat. Oleh karena itu,

Desa Sambeng Wetan berarti wilayah pemerintahan Desa Sambeng yang

terletak di sebelah timur, begitu juga untuk Desa Sambeng Kulon yang berarti

wilayah pemerintahan Desa Sambeng yang terletak di sebelah barat. Hingga

kini, kedua wilayah itu menjadi wilayah pemerintahan desa sendiri.

5

Page 6: laporan praktikum sosper

D. Penduduk

1. Jumlah Kepala Keluarga : 496 KK

2. Jumlah menurut jenis kelamin

a. laki-laki : 807 KK

b. perempuan : 822 KK

3. Penduduk menurut Kewarganegaraan

a. WNI laki-laki : 807 orang

b. WNI perempuan : 822 orang

4. Penduduk menurut agama

Islam : 1629 orang

5. Penduduk menurut usia

a. 0 – 6 tahun : 151 orang

b. 7 – 12 tahun : 134 orang

c. 13 – 18 tahun : 129 orang

d. 19 – 24 tahun : 133 orang

e. 25 – 55 tahun : 812 orang

f. 56 – 79 tahun : 243 orang

g. 80 tahun keatas : 27 orang

6

Page 7: laporan praktikum sosper

E. Pendidikan

Tabel 1. data pendidikan

No

.

Tingkat pendidikan Jumlah

1. Belum sekolah 184 orang

2. Tidak sekolah _

3. Tamat SD sedeajat 811 orang

4. Tamat SLTP sederajat 312 orang

5. Tamat SLTA sederajat 306 orang

6. Tamat Akademik sederajat 13 orang

7. Tamat Perguruan Tinggi 3 orang

F. Keadaan kesehatan

Tabel 2. Data SaranauntukKesehatan

No. Uraian Jumlah

1. Jumlah dukun bayi 2 orang

2. Jumlah bidan desa 1 orang

3. Jumlah posyandu 1 buah

7

Page 8: laporan praktikum sosper

G. Struktur Pemerintahan Desa

Tabel 3. Data struktur Desa

No

.

Nama Jabatan

1. Teguh Purwanto Kepala Desa

2. Sahri Romadhon Sekertaris Desa

3. Dwi Yanto Kasi PEMRT & PEMIL

4. Imam Hidayat Kasi KES& PEMBERD

5. Ciptoko Staf Kasi PEMRT & PEMIL

6. Wawan Dwi Hartono Staf Kasi KES & PEMBERD

7. Eka Windarti Kaur Keuangan

8. Narso As Kaur Umum

9. Wahyu Irianto Kadus I

10. Tasmin Kadus II

8

Page 9: laporan praktikum sosper

H. Struktur Ekonomi

Tabel 4. Data mata pencaharian

No

.

Mata pencaharian Jumlah

1. Petani 352 orang

2. Pengrajin/industri kecil 2/2 orang

3. Buruh 169 orang

4. Pedagang 59 orang

5. Pengangkutan 3 orang

6. PNS 8 orang

7. ABRI 6 orang

8. Karyawan swasta 43 orang

9. Pensiunan 10 orang

Tabel 5. Sarana Perekonomian

No Sarana dan Usaha Jumlah

1. Koperasi simpan pinjam 2 buah

2. Industri 3 buah

3. Perdagangan 32 buah

4. Angkutan 5 buah

I. Struktur Sosial

9

Page 10: laporan praktikum sosper

Struktur sosial merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih

mantap dan tetap, yang terdiri atas jaringan relasi kelas sosial hierarkis dan

pembagian kerja tertentu serta ditopang oleh kaidah-kaidah, praturan-

peraturan dan nilai-nilai budaya.

Dalam pembahasan struktur sosial, menurut Ralph Linton, dikenal dua

konsep penting, yaitu status dan peran. Pada umumnya struktur sosial

mempunyai empat komponen dasar, yaitu :

1. Status Sosial

Merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam

masyarakat. Struktur sosial terbagi atas :

a. Ascribed status, yaitu status yang didapat secara otomatis melalui

kelahiran

b. Achieved status, yaitu status yang didapat seseorang karena usahanya

c. Assigned status, yaitu status yang diberikan kepada seseorang karena

jasanya bagi masyarakat

2. Peran Sosial

Peran sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang

yang menempati suatu posisi atau status sosial tertentu.

3. Kerlompok

Kelompok merupakan sekumpulan orang yang memiliki norma-

norma, nilai-nilaidan harapan yang sama serta secara sadar dan teratur

saling berinteraksi.

4. Institusi

10

Page 11: laporan praktikum sosper

Institusi merupakan kumpulan norma-norma yang berkisar pada

pemenuhan suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat

(Omika, 2010).

Masyarakat pedesaan yang identik dengan masyarakat pertanian umumnya

memiliki kesadaran yang tinggi terhadap kerja sama. Kerja sama ini dapat

mencakup berbagai aspek kehidupan yang menjadi dasar menjalin hubungan

di antara warga masyarakatnya. Begitupun di Desa Sambeng Wetan,

kebutuhan warganya yang beraneka ragam mengharuskan adanya kerja sama.

Kerja sama inilah yang kemudian menyebabkan adanya struktur sosial di Desa

Sambeng Wetan. Uraian sturktur sosial di Desa Sambeng Wetan secara umum

sebagai berikut.

1. Kelompok Sosial

Akibat adanya kebutuhan yang masyarakat yang beraneka ragam serta

adanya kesadaran untuk menjalin kerja sama, maka timbul adanya

kelompok-kelmpok sosial di Desa Sambeng Wetan. Dalam bidang

pertanian, kerja sama masyarakat diwujudkan melalui pembentukan

kelompok tani. Kelompok tani ini terbentuk karena adanya kebutuhan

yang sama dari para petani untuk mengatasi kesulitan dalam pengolahan

pertanian. Sebagai contoh, pada saat-saat tertentu seringkali para petani

mengalami kelangkaan pupuk pada saat mereka membutuhkan. Tanpa

adanya kerja sama melalui kelompok tani, kesulitan yang mereka hadapi

akan lebih besar lagi mengingat mereka harus bersaing dengan petani dari

desa lain. Adanya kelompok tani memungkinkan berkurangnya potensi

11

Page 12: laporan praktikum sosper

terjadinya hal-hal semacam itu karena aktivitas para petani lebih dapat

dikoordinasikan.

Sampai saat ini di Desa Sambeng Wetan terbentuk dua kelompok

tani, yaitu Kelompok Tani Cipto Santoso dan Kelompok Tani Cipto

Raharjo. Secara umum tidak ada perbedaan di antara kedua kelompok tani

itu. Hal ini karena seluruh kegiatannya berada di bawah pengawasan

pemerintah desa meskipun tanggung jawab tetap pada ketua kelompok tani

masing-masing.

Selain kelompok tani, ada juga kelompok kaum wanita yang sudah

berkeluarga yang tergabung dalam PKK. Pada dasarnya kegiatan PKK

ditujukan untuk membina warga dalam hal yang berkaitan dengan

kebersihan dan kesehatan keluarga dan lingkungan. Salah satu program

kerja PKK dalam memberikan pendidikan kebersihan dan kesehatan

kepada warga. Hal ini penting untuk dilakukan karena hanya melalui PKK

warga dapat memperoleh pendidikan semacam itu. Di samping itu, melalui

PKK juga warga dapat saling beinteraksi untuk mempererat hubungan

sosial.

Di Desa Sambeng Wetan terdapat juga kelompok pengajian warga

yang tergabung dalam majelis taklim. Majelis taklim ini merupakan

kelompok warga yang kegiatannya berkaitan dengan keagamaan. Salah

satu kegiatan rutinnya adalah pengajian rutin yang diadakan setiap 35 hari

sekali yang dilaksanakan pada hari jum’at kliwon. Kesadaran warga akan

kesertaanya pada majelis taklim ini dilatarbelakangi oleh keinginannya

12

Page 13: laporan praktikum sosper

untuk menambah pengetahuan agamanya. Melalui majelis taklim ini juga

warga dapat bersosialisasi satu sama lain

2. Pelapisan Sosial

Seperti umumnya dalam masyarakat pertanian, Desa Sambeng

Wetan juga mengenal sistem pelapisan sosial. Meskipun dalam

kenyatannya adanya pelapisan sosial tidak begitu mempengaruhi kehidupan

masyarakat dalam artian pola kehidupan masyarakat sama sekali tidak

melihat adanya pelapisan sosial tersebut. Pelapisan sosial di Desa Sambeng

Wetan jika dilihat dari sisi stratifikasi sosial pertaniannya mencakup buruh

tani, pengolah lahan, penyewa lahan, pemilik lahan dan tengkulak.

3. Pemangku Adat

Pemangku adat di Desa Sambeng Wetan dikenal dengan sebutan sesepuh.

Kata sesepuh berasal dari bahasa Jawa dengan kata dasar sepuh yang

berarti tua. Dengan demikian kata sesepuh berarti yang dituakan. Hal ini

karena pada umumnya sesepuh adalah orang yang umurnya cukup tua dan

memiliki banyak pengalaman dalam kemasyarakatan. Seringkali sesepuh

ini digunakan sebagai tempat untuk berkonsultasi

13

Page 14: laporan praktikum sosper

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM

A. Hubungan Desa Kota

Konsep pengertian masyarakat dalam kajian sosiologi memiliki 4 syarat,

yaitu:

1. Manusia yang hidup bersama

2. Bercampur dalam kurun waktu yang cukup lama

3. Menyadari adanya satu kesatuan

4. Membentuk sistem hidup bersama serta menciptakan kebudayaan

Oleh karena itu, sifat masyarakat adalah dinamis selalu bergerak atau

berubah sesuai empat cara tersebut, sedangkan pengertian desa menurut Paul

H. Landis adalah tempat atau wilayah yang dihuni oleh orang kurang dari

2500 serta pergaulannya ditandai dengan sifat keakraban, keramahan yang

meluas dan merupakan pusat kegiatan pertanian dalam arti luas. Pada sisi lain

ada pengertian masyarakat kota atau industri yang dicirikan sebagi masyarakat

yang orang-orangnya sangat heterogen, pergaulannya bersifat kosmopolitan,

pusat kegiatannya pada bidang non pertanian. (Soekanto, 1986).

Masyarakat pertanian yang bertempat tinggal di pedesaan dalam

kehidupan sehari-hari selalu melakuakan hubungan satu dengan lainnya. Pola

hubungan yang terjadi pada masyarakat desa dapat diwujudkan melalui

hubungan antar kelompok, individu, individu dengan individu, dan individu

dengan kelompok. Proses hubungan timbal balik ini dalam sosiologi disebut

proses sosial karena secara konkrit landasan utama untuk mempelajari

sosiologi pertanian adalah terjadinya proses sosial di dalam masyarakat.

14

Page 15: laporan praktikum sosper

Secara umum terlihat bahwa setiap warga atau anggota masyarakat

dalam mengembangkan pola hubungan atau proses sosial ditandai adanya

saling tatap muka, mempribadi dan tanpa pamrih. Disamping itu, dalam proses

sosial setiap orang selalu mengembangkan rasa saling teposeliroh (rasa

menghargai orang lain) atau tenggang rasa, unggah-ungguh (sopan santun)

dan rasa kebersamaan antar warga. Pola hubungan yang demikian ini selalu

dipelihara dan dijaga keberadaannya oleh antar warga sehingga membentuk

proses sosial yang mengarah pada bentuk solidaritas warga yang spesifik

sifatnya.

Pada hasil praktikum Sosiologi Pertanian ini diketahui bahwa Desa

Sumbang Wetan berhubungan dengan kota melalui berbagai jaringan, baik

yang bersifat material maupun non material. Adapun faktor yang mempererat

hubungan desa-kota di Desa Sumbang Wetan dengan berorientasi pada

potensi wilayah yaitu perdesaan sebagai sumber produk pangan bagi

penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan, perdesaan sebagai penghasil

bahan bagi industri di perkotaan, perdesaan sebagai penyedia tenaga kerja

yang relatif murah bagi penduduk kota, perdesaan memerlukan barang jadi

masyarakat kota, perdesaan memerlukan jasa-jasa dari penduduk perkotaan.

Pengamatan yang kami lakukan di desa ini didapati bahwa hubungan

desa ini terhadap kota sangat erat. Sebagian besar masyarakat desa ini

menggantungkan hidup dari perkotaan. Warga desa yang dalam usia produktif

banyak yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, terutama mereka yang

laki-laki. Kota tujuan mereka merantau biasanya adalah Jakarta, Bandumg,

karena mereka beranggapan kota besar menjanjikan penghidupan yang besar

15

Page 16: laporan praktikum sosper

pula. Namun kebanyakan warga desa yang pergi ke kota bekerja sebagai kuli

bangunan dan pramuniaga. Selanjutnya hubungan saling ketergantungan

antara kota dengan desa, membuka peluang pekerjaan. Hal ini dapat

menggerakan minat pemuda desa, khususnya yang bertempat tinggal di

pinggiran kota untuk melakukan kerja secara komuting (ngelaju), yang tingkat

mobilitasnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja masyarakat kota.

Tidak sedikit pula yang pergi ke kota untuk mendapatkan pendidikan yang

lebih baik. Karena fasilitas pendidikan di desa ini kurang memadai, hanya

tersedia sekolah sampai tingkat SMP, sedangkan bila ingin mengenyam

bangku SMA harus bersekolah ke desa tetangga.

Hubungan desa ini dengan kota ialah sebagai penghasil produk pangan

bagi penduduk kota. Desa ini banyak menghasilkan tempe kedelai yang

kemudian mereka jual baik lewat pasar – pasar maupun lewat pemesan teteap,

yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat kota yang tak bisa membuatnya, hasil

panen dikumpulkan dan dijual ke tengkulak, baru selanjutnya hasil panen

tersebut diangkut ke daerah lain. Desa ini mempunyai jumlah lahan

persawahan cukup luas. Setengah dari lahan desa merupakan lahan pertanian,

dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

B. Bentuk – Bentuk Kerjasama

Kerja sama merupakan bentuk proses sosial yang umum dijumpai dalam

kehidupan manusia karena bentuk maupun pola keja sama dapat dijumpai

pada semua kelompok manusia. Contoh dari hal ini adalah anak kecil yang

bekerja sama dengan teman mainnya atau anak membantu orang tuanya di

16

Page 17: laporan praktikum sosper

ladang. Dalam perkembanganya, bentuk kerja sama menjadi lebih jelas karena

telah ditetapkan tujuan dan fungsinya (Soekanto, 2002).

Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap

kelompoknya dan kelompok lainnya. Kerja sama mungkin akan bertambah

kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar

yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah

tertanam di dalam kelompok., dalam diri seorang atau segolongan orang.

Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang

lama mengalami kekecewaan akibat perasaan tidak puas, karena keinginan-

keinginan pokoknya tidak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan yang

bersumber dari luar kelompok itu. Betapa pentingnya fungsi kerja sama,

digambarkan oleh Charles H. Cooley sebagai berikut :

“Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai

kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan

mempunyai cukup pengetahuan dan penegendalian terhadap diri sendiri untuk

memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya

kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-

fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna” (Narwoko, 2004)

Masyarakat pedesaan cenderung memiliki kesadaran yang tinggi untuk

bekerja sama di hampir semua aspek kehidupan, begitu juga yang dijumpai

pada masyarakat di Desa Sambeng Wetan. Kerja sama yang muncul ini

timbul akibat adanya semangat hidup untuk saling membantu di antara sesama

anggota masyarakat. Di sisi lain, kesadaran untuk bekerja sama juga muncul

17

Page 18: laporan praktikum sosper

karena adanya kepentingan yang sama untuk mengatasi persoalan yang

ditemui di dalam masyarakat.

Salah satu bentuk kerja sama dalam masyarakat Desa Sambeng Wetan

biasa dikenal dengan istilah gotong royong. Gotong royong ini biasa

digunakan oleh masyarakat desa untuk membangun fasililitas sosial bagi

kepentingan umum atau untuk membantu memperingan beban perorangan.

Sering terlihat dalam masyarakat pedesaan adanya aktivitas gotong royong

dalam pembuatan jalan desa, perbaikan saluran irigasi pertanian atau dalam

hal pembangunan tempat ibadah.Selain itu, tidak jarang juga dijumpai

aktivitas gotong royong dalam hal pembanguan rumah milik warga desa.

Tentunya masyarakat desa tidak menuntut adanya imbalan dalam

melaksanakan kegiatan gotong royong ini, tapi secara tidak langsung mereka

mengharapkan adanya timbal balik untuk memperoleh bantuan ketika mereka

mempunyai kesulitan yang sama di kemudian hari.

Adanya kesadaran gotong royong ini memungkinkan beban ekonomi

pembangunan desa menjadi lebih rendah yang dirasa sangat membantu bagi

masyarakat tingkat ekonomi bawah. Bahkan jika pembangunan fasilitas umum

mengharuskan mereka mengeluarkan biaya, biasanya mereka akan membagi

beban biaya tersebut secara merata. Merata dalam artian semua warga

mendapat kewajiban untuk membayar sejumlah tertentu biaya meskipun

kadang besarnya jumlah biaya masing-masing orang tidak sama.

Ketidaksamaan besaran jumlah biaya ini biasanya dilihat berdasarkan kondisi

ekonomi warga.Sebagai contoh, besaran biaya yang harus dibayarkan oleh

18

Page 19: laporan praktikum sosper

seorang buruh tani berbeda dengan besaran biaya yang harus dibayar oleh

seorang pengusaha pertanian.

Dalam bidang pertanian, kerja sama masyarakat Desa Sambeng Wetan

diwujudkan melalui pembentukan kelompok tani. Awalnya, pembentukan

kelompok tani ini karena adanya kesulitan para petani untuk memenuhi

kebutuhan pertanian mereka, misalnya masalah kelangkaan pupuk.Seringkali

mereka menemui kendala untuk memenuhi kebutuhan pupuk pada saat

tanaman pertanian mereka memerlukan pemupukan.Meski ada beberapa kios

di sekitar rumah mereka yang menyediakan pupuk, itupun harganya

melambung sehingga memberatkan beban biaya petani. Jika mereka terpaksa

harus mencari pupuk ke luar desa, perlu biaya tambahan selain harus juga

bersaing dengan petani dari desa lain.

Sebagai pemegang tanggung jawab desa, Kepala Desa Sambeng Wetan

(sebelum dibentuk kelompok tani) pernah mengajukan permohonan

penyediaan pupuk kepada dinas pertanian terdekat tapi tetap saja hasilnya

nihil. Alasannya adalah karena belum adanya kelompok tani di Desa Sambeng

Wetan. Hal ini menjadikan Kepada Desa berinisiatif mengumpulkan para

petani untuk bermusyawarah membentuk kelompok tani. Karena wilayah

Desa Sambeng Wetan yang cukup luas, muncul pertimbangan untuk

membentuk dua kelompok tani. Kedua kelompok tani itu kemudian diberi

nama Kelompok Tani Cipto Santoso dan Kelompok Tani Cipto Raharjo.

Hingga saat ini, kepengurusan kedua kelompok tani telah mengalami

pergantian sebanyak tiga periode.Berdasarkan kesepakatan warga, ketua

kelompok tani diambil dari perangkat desa. Hal ini berdasarkan pertimbangan

19

Page 20: laporan praktikum sosper

agar ketua kelompok tani dapat lebih memahami hubungan pertanian desa

dengan pemerintahan desa sehingga memudahkannya dalam pengambilan

keputusan sesuai dengan kondisi desa.

Perhatian pemerintah terhadap pertanian Desa Sambeng Wetan semakin

terlihat setelah terbentuknya kelompok tani.Petani merasa memperoleh

kemudahan untuk memenuhi kebutuhan pertanian.Pengajuan bantuan oleh

pemerintah desa kepada Dinas Pertanian selalu mendapat respon

positif.Permohonan pengajuan pupuk pun sekarang lebih dipermudah.Bahkan

sesekali Desa Sambeng Wetan kedatangan penyuluh PPL yang memberikan

penyuluhan pertanian kepada masyarakat.

Namun sayangnya, pada saat ini kesadaran masyarakat sebagai anggota

kelompok tani semakin menurun.Pertemuan rutin kelompok tani kurang

mendapat perhatian.Mereka menghadiri pertemuan rutin hanya jika ada

sesuatu yang mereka anggap penting dan dapat mereka peroleh, misalnya jika

datang bantuan pupuk dari pemerintah.

Bentuk kerja sama lain yang dapat ditemui di Desa Sambeng Wetan adalah

perkumpulan PKK. PKK ini merupakan tempat bagi para ibu di Desa

Sambeng Wetan untuk saling berbagi dan belajar mengenai kesejahteraan

keluarga.PKK di Desa Sambeng Wetan sudah memiliki kepengurusan yang

baik serta memiliki program kerja yang menjadi acuan dalam setiap

kegiatan.Ketua PKK di Desa Sambeng Wetan adalah Ibu Kepala Desa yang

secara otomatis menjadi ketua PKK. Jabatan menjadi ketua PKK akan terganti

jika masa kepengurusan kepala desa telah selesai.

20

Page 21: laporan praktikum sosper

Anggota PKK memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengikuti setiap

kegiatan.Bahkan pertemuan rutin yang diadakan pengurus PKK selalu

mendapat tanggapan positif dari anggota.Hal ini nampaknya karena para

anggota merasakan sendiri manfaat yang diperolehnya melalui keterlibatannya

dalam setiap kegiatan PKK.Salah satu contohnya adalah kegiatan PKK

mensosialisasikan kesehatan lingkunga, kesehatan keluarga serta cara-cara

perawatan terhadap anak.Hal-hal semacam ini jarang mereka dapatkan di luar

PKK.Di samping itu, keterlibatan mereka dalam kegiatan PKK juga mampu

mempererat jalinan pergaulan di antara mereka sehingga memperkecil potensi

timbulnya konflik.

Dalam bidang ekonomi, bentuk kerja sama masyarakat Desa Sambeng

Wetan dapat ditinjau dari hubungan antara buruh tani, pengolah lahan,

penyewa, tengkulak dan pemilik lahan. Keempatnya memiliki hubungan yang

saling menguntungkan dan bersifat timbal balik.

Buruh tani merupakan pekerja yang dipekerjakan oleh pengolah lahan

yang biasanya sistem pembayarannya dihitung per hari kerja.Dalam hubungan

ini, petani memperoleh keuntungan dari sejumlah uang yang dibayarkan oleh

pengolah lahan serbagai imbalan hasil kerjanya. Di sisi lain, pengolah lahan

juga mendapat keuntungan mendapat keringanan untuk mengolah lahan

karena keterlibatan buruh tani tersebut. Seringkali buruh tani memiliki

keterampilan bertani yang lebih baik dibandingkan pengolah lahan sendiri,

hanya saja buruh tani tidak memiliki lahan pertanian atau kalaupun memiliki

lahan tidak luas sehingga hanya mencukupi kebutuhan pokok saja.

21

Page 22: laporan praktikum sosper

Hubungan antara pengolah lahan dengan pemilik lahan umumhnya terjadi

karena pemilik lahan yang memiliki lahan pertanian yang luas tidak memiliki

cukup waktu untuk mengolah sendiri lahan pertaniannya. Hal ini

menyebabkan pengolahan sebagian atau seluruh lahan pertaniannya

diserahkan kepada orang lain, yaitu pengolah lahan. Keuntungan hasil

pertanian nantinya akan dibagi berdasarkan sistem bagi hasil berdasarkan

kesepakatan. Umumnya pembagian hasil panen antara pengolah lahan dan

pemilik lahan di Desa Sambeng Wetan berlaku sistem pembagian setengah

dan seperlima. Pembagian setengah berlaku apabila pemilik lahan tidak

mengeluarkan biaya sama sekali dalam pengolahan lahan pertanian.

Keseluruhan biaya pengolahan lahan berasal dari pengolah lahan.Pembagian

seperlima berlaku apabila pemilik lahan adalah penyedia seluruh biaya

pengolahan lahan pertanian, sedangkan pengolah lahan bertindak sebagai

pengatur penggunaan biaya.Dalam hal ini pengolah lahan mendapat seperlima

bagian dari hasil panen, sedangkan sisanya adalah milik pemilik lahan.

Selanjutya hubungan antara penyewa dan pemilik lahan.Penyewa pada

umumnya adalah orang yang mempunyai cukup uang dan mempunyai

keterampilan untuk mengolah lahan pertanian.Dalam hubungan ini, penyewa

membayar uang sewa kepada pemilik lahan untuk beberapa waktu

pengolahan.Waktu yang ditetapkan untuk pengolahan lahan oleh penyewa

biasanya berdasarkan kesepakatan, yaitu oyodan atau tahunan.Oyodan berarti

jangka waktu pengolahan lahan berdasarkan jumlah periode

pemanenan.Tahunan berarti penyewa menyewa lahan pertanian dengan harga

sewa dihitung per tahun pengolahan lahan. Berbeda dengan hubungan antara

22

Page 23: laporan praktikum sosper

pengolah dan pemilik lahan, hubungan kerja sama antara penyewa dan pemilik

lahan tidak mengenal sistem bagi hasil. Keseluruhan hasil pertanian

merupakan milik penyewa lahan.

Berikutnya adalah hubungan kerja samaantara penyewa atau pemiliki

lahan dan tengkulak. Hasil panen yang diperoleh penyewa atau pemilik lahan

umumnya akan dijual kepada tengkulak. Pada umumnya penjualan hasil panen

kepada tengkulak dilakukan jika jarak pasar dari desa bersangkutan cukup

jauh sehingga memerlukan biaya untuk menuju ke pasar. Selain itu, penjualan

kepada tengkulak juga seringkali dilakukan apabila hasil panen yang diperoleh

tidak cukup banyak untuk dijual sendiri ke pasar dan jika dijual ke pasar justru

akan memperbanyak biaya yang menyebabkan kerugian. Dalam hubungan ini,

penyewa atau pemilik lahan memperoleh kemudahan memasarkan hasil

pertaniannya sedangkan tengkulak memperoleh keuntungan melalui laba yang

diperoleh dari penjualan hasil pertanian tersebut.

C. Mobilitas sosial

Dalam sebuah masyarakat terdapat istilah yang sering kita dengar yaitu

mobilitas sosial. Banyak sekali masyarakat yang dalam kehidupannya

mengalami mobilitas sosial, namun tidak sedikit pula dari mereka yang juga

tidak mengetahui dan menyadari bagaimana dan mengapa kita bisa terjun

dalam sebuah mobilitas. Mobilitas sosial berasal dari bahasa latin yaitu

mobilis yang memiliki arti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari

suatu tempat ke tempat lain atau dapat juga diartikan sebagai pergerakan

perpindahan. Mobilitas sosial adalah perpindahan individu dari satu status

23

Page 24: laporan praktikum sosper

sosial ke status sosial yang lain yang sifatnya bisa naik atau turun. Menurut

Coulhoun (1978) mengatakan bahwa gerak sosial masyarakat memiliki

kecenderungan yang ke atas dan ke bawah yang disebut mobilitas vertikal dan

juga dapat memiliki mobilitas horizontal dan antar generasi. Seseorang dapat

naik dan turun kelas sosialnya berdasarkan berbagi alasan. Kesempatan

mobiltas horizontal dan vertikal yang di peroleh di desa lebih terbatas

ditimbang di kota. Mobilitas horizontal adalah pergeseran status sosial pada

tingkat yang sama tidak menunjukan adanya gerakan yang menanjak dan

menurun. Manusia baik sebagai mahkluk individu maupun makhluk sosial

senantiasa berada dalam suatu proses gerak sosial (social Mobility). Gerak

pencapaian suatu status merupakan kegiatan yang berorentiasi utuk memenuhi

kebutuhan sosial.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mobilitas sosial dalam

masyarakat, antara lain : faktor pendidikan, faktor pekerjaan, faktor

pendapatan, dan faktor kepemilikan lahan.

1. Faktor Pendidikan

Di Desa Sambeng Wetan, rata-rata orang tua nya berpendidikan

sampai tamat Sekolah Dasar. Sedangkan generasi penerusnya (anak-

anaknya) berpendidikan hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),

dan hanya sebagian kecil anak-anaknya yang melanjutkan pendidikannya

hingga perguruan tinggi. Di Desa Sambeng Wetan terdapat fasilitas

pendidikan berupa Sekolah Dasar (SD), Taman Kanak-Kanak (TK), dan

TPA. Fasilitas pendidikan di Desa Sambeng Wetan tergolong sangat

minim karena di desa tersebut tidak ada SMP dan SMA.

24

Page 25: laporan praktikum sosper

2. Faktor Pekerjaan

Penduduk di Desa Sambeng Wetan rata-rata bermata pencaharian

sebagai petani, pedangan (wirausaha) dan buruh. Ada sebagian kecil

penduduk di desa Sambeng Wetan yang bekerja sebagai PNS, polisi dan

TNI. Tetapi dengan kemajuan zaman, pekerjaan sebagai petani sudah

mulai menurun karena generasi muda jarang yang ingin meneruskan

pekerjaan sebagai seorang petani. Generasi penerus (para pemuda) lebih

memilih bekerja di kota dibandingkan bekerja di desa.

3. Faktor pendapatan

Upah yang relatif rendah dan tidak menentu mengakibatkan para

pemuda lebih menyukai bekerja di sektor non pertanian, misalnya bekerja

di kota sebagai buruh.

4. Faktor Kepemilikan Lahan

Sebagian besar rata-rata penduduk di Desa Sambeng Wetan

memiliki lahan pertaniannya sendiri. Dalam penggarapan lahan, biasanya

pemilik lahan menggunakan jasa orang lain untuk menggarap lahannya,

meskipun masih ada beberapa petani yang menggarap sawahnya sendiri.

Di Desa Sambeng Wetan, banyak para pemudanya yang

melakukan urbanisasi (perpindahan dari desa ke kota) karena para pemuda

menganggap bahwa pendapatan di kota jauh lebih besar dibandingkan

pendapatan di desa. Padahal faktanya, dalam memenuhi kebutuhan hidup

di kota, jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan hidup di desa. Alasan

25

Page 26: laporan praktikum sosper

lain para pemuda melakukan urbanisasi adalah karena mereka ikut dengan

kerabat atau saudara.

Menurut nasution (1973), faktor yang mendasari gerak sosial

sangat tergantung dengan sifat atau sistem yang berlaku dalam

masyarakat. Bagi masyarakat yang menganut sistem masyarakat tertutup

(closed class societies) gerak sosial menjadi lebih lamban, sebaliknya jika

menganut sistem terbuka (open class societies) maka gerak sosial menjadi

cepat dan lebih dinamis. Sedangkan Soekanto (1986) mengatakan bahwa

di samping adanya gerak sosial vertikal, juga dalam mesyarakat terjadi

gerak sosial horisontal. Mobilitas horisontal adalah pergeseran status

sosial pada tingkat yang sama tidak menunjukkan adanya gerakan

menanjak atau menurun, tetapi berada dalam posisis yang sama.

Penduduk Desa Sambeng Wetan memiliki sistem open class socety

(terbuka). Dalam hal ini setiap masyarakat memiliki kesempatan untuk

berpindah dari satu status sosial ke status sosial yang lain. Perpindahan

status sosial biasanya ditentukan oleh usaha-usaha yang dilakukannya

serta peranannya dalam aktivitas kemasyarakatan.

D. Masuknya Teknologi Baru ke Desa

Teknologi memegang peranan penting dalam pengembangan potensi

sumberdaya tanaman pangan, sumberdaya peternakan dan sumberdaya

perikanan. Teknologi yang dihasilkan dari penelitian dan pengkajian (litkaji)

akan menjadi sia-sia jika tidak diaplikasikan di lapangan, terutama dalam

upaya pemberdayaan masyarakat tani. Seperti bajak yang awalnya dikerjakan

26

Page 27: laporan praktikum sosper

oleh sapi jantan, dan kemudian di banyak daerah oleh kuda. Dalam negara

industri, pertama alat mekanik tarik yang digunakan membajak dengan uap-

daya (ploughing mesin atau traktor uap) tetapi ini telah secara bertahap

superseded oleh internal-combustion-powered traktor. Hal itu juga terjadi di

desa Sambeng Wetan, meski keberadaan alat-alat traktor masih terbatas dan

milik perseorangan. Beberapa teknologi yang telah ditransformasikan oleh

beberapa petani di desa Sambeng Wetan, baik milik petani secara pribadi

maupun kelompok. Teknologi pertanian yang dimiliki oleh petani Desa

Sambeng Wetan antara lain:

1. Traktor

Pekerjaan pengolahan tanah adalah pekerjaan pertanian yang relatif

membutuhkan daya yang besar dibanding pekerjaan lainnya. Penggunaan

traktor tangan dapat mempercepat pengolahan tanah dan petani menyadari

melakukan pengolahan tanah dengan traktor lebih menguntungkan

dibanding cara lain. Traktor yang dimiliki warga desa Sambeng Wetan

sebanyak empat buah dan itu merupakan milik pribadi petani.

2. Mesin Perontok

Desa Sambeng Wetan sudah cukup banyak memiliki mesin ini, yaitu

sekitar lima unit. Mesin ini memperingan pekerjaan petani dalam

merontokkan padi, jagung, maupun kedelai.

3. Tempat Penggilingan Padi

Desa Sambeng Wetan sudah memiliki tempat penggilingan padi untuk

memudahkan para petani. Dalam memperoleh teknologi tersebut bukanlah

suatu hal yang mudah, melainkan dibutuhkan perjuangan keras. Perangkat

27

Page 28: laporan praktikum sosper

desa maupun kelompok tani sudah mengajukan permintaan kepada

pemerintah tetapi tidak juga direalisasikan. Alat-alat tersebut diperoleh

dari dana petani pribadi. Mereka berinisiatif membelinya untuk

memperingan pekerjaan. Jadi teknologi pertanian sangat membantu para

petani di desa Sambeng Wetan. Semua masyarakat desa sangat

mendukung dengan adanya teknologi tersebut.

28

Page 29: laporan praktikum sosper

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil survey, didapatkan data mata pencaharian penduduk di

Desa Sambeng Wetan sebagian besar sebagai petani, buruh, pedagang, dan

karyawan swasta. Ada beberapa orang yang menjadi PNS, ABRI dan

pensiunan.

2. Di desa Sambeng Wetan terdapat beberapa kelompok tani yang memiliki

tujuan meningkatkan kualitas pertanian Desa Sambeng Wetan, melengkapi

kebutuhannya sebagai petani dan menerima langsung bantuan dari

pemerintah yaitu Cipto Santoso dan Cipto Raharjo

3. Mobilitas sosial atau gerak sosial yang terjadi dalam masyarakat memiliki

dimensi yang luas. Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk individu

dan sosial senantiasa berada dalam suatu proses gerak sosial(social

mobility).

4. Di Desa SambengWetan pemakaian teknologi sudah masuk dan menyebar

luas pada masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari pengguanaan alat-alat

pertanian yang semakin maju contohnya saja seperti traktor, mesin

perontok padi dan mesin penggilingan padi.

B. Saran

1. Mengingat dalam sejarahnya pada zaman dahulu Desa Sambeng Wetan

adalah bagian dari sebuah kerajaan, maka perlu ditelusuri apakah budaya

29

Page 30: laporan praktikum sosper

kerajaan zaman dahulu mempengaruhi pola kehidupan masyarakat atau

tidak

2. Jika budaya kerajaan memengaruhi masyarakat saat ini, perlu adanya

penelitian bagaimana dan seberapa besar berdampak pada masyarakat saat

ini

30

Page 31: laporan praktikum sosper

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, D.P. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta : Gramedia.

Narwoko, J.Dwi. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta : Kencana.

Nasution. 1975. Sosiologi. Bandung : Alumni.

Omika, Hefri Asra.2010.Struktur Sosial.http://infopos.wordpress.com, diakses 18 Juni 2012.

Redfield, R.1985.Masyarakat Petani dan Kebudayaan.Jakarta : Rajawali.

Soekanto, Soerjono.1990.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Raja Gravindo Persada/

31