Sosiologi Pedesaan
-
Author
kholilah-puji-astuti -
Category
Documents
-
view
53 -
download
1
Embed Size (px)
description
Transcript of Sosiologi Pedesaan
Kebudayaan, Interaksi, Infrastruktur, Keluarga dan Komunitas Pedesaan Serta Tipe Masyarakat Pedesaan
Kelompok 5Intan Gita Mustika150610130009Mitha Restu A150610130042M. Fiqri Ardiansyah150610130046Kholilah150610130125
SOSIOLOGI PEDESAAN KELAS B
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS PADJADJARANJl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
7 Maret 2015i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta hidayahnya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa kami sampaikan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW.Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada :1. Dosen kami yang telah membantu dalam pembuatan makalah 1. Orang tua, yang telah mengizinkan dan memberi semangat kepada kami dalam menyelesaikan dan membuat makalah ini.1. Teman-teman kelompok yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas komunikasi agribisnis yang di berikan oleh dosen kami Apabila dalam penulisan makalah ini ada banyak kesalahan kami mohon maaf, dan mohon bimbingannya.
Sekian terima kasih.
Jatinangor, 7 Maret 2015
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...iDAFTAR ISI ....iiBAB IPENDAHULUAN ..........................................................................................11.1 Latar Belakang ...11.2 Tujuan ....11.3 Metode Penulisan ..21.4 Rumusan Masalah .2BAB IIPEMBAHASAN .....32.1 Masyarakat dan kebudayaan..32.2 Tipe-Tipe Masyarakat Pedesaan........42.3 Interaksi Sosial Masyarakat Pedesaan ..52.4 Infrastruktur Masyarakat Pedesaan ..52.5 Masyarakat Pedesaan 62.6 Perbedaan antara Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Menurut Tokoh62.7 Ciri-Ciri Masyarakat Desa..92.8 Hakikat Dan Sifat Masyarakat Pedesaan ..92.9 Gejala Masyarakat Pedesaan ..102.10 Studi Kasus .11BAB IIISIMPULAN.....17DAFTAR PUSTAKA ...18
18
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.Pengertian keseluruhan kompleks dalam definisi tersebut berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Ciri-ciri masyarakat desa diantaranya adalah Afektif,Orientasi kolektif, Partikularisme, Kekabaran (diffuseness)dan yang terakhir adalah Askripsi. Dari segi interaksi sosial di daerah pedesaan masih jauh lebih baik dari pada yang tinggal di kota, hal ini disebabkan oleh perbedaan gaya hidup.
1.2 Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu :1. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui tentang masyarakat dan kebudayaan1. Agar mahasiswa dapat mempelejari dan mengetahui tipe masyarakat pedesaan1. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui interaksi sosial masyarakat pedesaan1. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui infrastruktur masyarakat pedesaan.1. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui komunitas dan keluarga pada masyarakat pedesaan.1. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi agribisnis1.3 Metode Penulisan Adapun metode penulisan yang digunakan adalah menggunakan internet sebagai sarana untuk mengumpulkan info dan referensi tambahan untuk melengkapi isi makalah ini.
1.4 Rumusan Masalah1.Apa yang dimaksud masyarakat dan kebudayaan?2 Bagaimana tipe masyarakat pedesaan?3.Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial masyarakat pedesaan ?4.Apa yang dimaksud dengan infrastruktur masyarakat pedesaan?5.Apa yang dimaksud dengan komunitas dan keluarga pada masyarakat pedesaan?
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Masyarakat dan kebudayaanMenurut Peter L. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks dalam definisi tersebut berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.Misalnya, dalam tubuh manusia terdapat bagian-bagian yang membentuk suatu sistem organik biologis, seperti jantung, hati, otak dan paru-paru. Kesatuan dari bagian-bagian tersebut membentuk sistem yang namanya manusia.Demikian pula dengan masyarakat, di dalamnya terdiri atas bagian-bagian yang embentuk hubungan sosial.Misalnya, hubungan orangtua dan anak, hubungan guru dan murid, hubungan atasan dan bawahan, yang keseluruhan hubungan yang luas itu disebut masyarakat.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.2 Tipe-Tipe Masyarakat PedesaanHubungan dalam masyarakat desa dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe yaitu:i. gemeinscaft yakni suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin murni dan bersifat alamiah.ii. geisselscaft yakni suatu ikatan lahir yang struktur dan bersifat mekanik (Soekanto, 1987: 119). Dari dua tipe tersebut ciri masyarakat pedesaan adalah gemeinscaft yaitu masyarakat paguyuban, persekutuan dan kerukunan (Suryaningrat, 1980: 19).Lebih lanjut Soerjono Soekanto ( 2006 : 136 140 ) mengungkapkan bahwa: masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga / anggota masyarakat yang amat kuat hakekatnya. bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di manapun ia hidup dicintainnya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota anggota masyarakatnya yang saling mencintai, saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :a. Warga pedesaan memiliki hubungan yang lebih erat mendalam ketimbanghubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.b. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan.c. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian. Golongan orangorang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting.d. Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal.e. Kehidupan keagamaan lebih kentalf. Banyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik dari kota.
2.3 Interaksi Sosial Masyarakat PedesaanInteraksi Sosial merupaan hubungan sosial antara individu dengan individu lainnya, baik berupa kelompok ke kelompok lain maupun individu ke kelompok. Interaksi sosial di daerah pedesaan masih jauh lebih baik dari pada yang tinggal di kota, hal ini disebabkan oleh perbedaan gaya hidup. Interaksi sosial yang baik ini membuat masyaraat pedesaan memiliki kultur budaya kehidupan yang lebih rukun dan ramah.Umumnya masyarakat pedesaan masih kuat dalam memegang kebudayaan dan adat kebiasaan mereka. Mereka lebih preventif terhadap kebudayaan asing yang masuk. Hal ini membuat kultur adat kebiasaan mereka sangat kental dalam berinteraksi, mungkin hal ini pula yang dulunya membuat bangsa Indonesia menjadi salah satu negara yang paling ramah tamah di dunia. Pola interaksi terjalin sangat kuat dalam hubungan kekeluargaannya. Contohnya apabila ada yang terkena musibah pada suatu individu pada pedesaan, tetangga umumnya akan datang dan menanyakan apa yang sedang terjadi dan ikut membantu. Masyarakan pedesaan memiliki tingkat interaksi sosial yang cenderung sosialis. Mereka memiliki kultur, kekeluargaan yang erat, dan tidak mudah menerima kebudayaan yang baru.
2.4 Infrastruktur Masyarakat PedesaanInfrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Peran infrastruktur dalam pembangunan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yang implikasinya terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Secara makro ketersediaan pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of privatecapital dan secara mikro pengaruh pelayanan infrastruktur adalah mengurangi biaya produksi. Pengaruh infrastruktur terhadap paningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia adalah peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur memang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari elastisitasnya yang relatif besar, terutama irigasi, listrik, dan jalan.2.5 Masyarakat Pedesaan Masyarakat pedesaan(ruralcommunity)adalah masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama di sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan, atau gabungan dari kesemuanya itu. Pengertian masyarakat pedesaan menurut para ahli :1. Bambang Utoyo, desa adalah tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan.2. Rifhi Siddiq, desa adalah suatu wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan rendah yang dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen, bermatapencaharian dibidang agraris serta mampu berinteraksi dengan wilayah lain di sekitarnya.3. Sutarjo Kartohadikusumo, desa adalah kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.
2.6 Perbedaan antara Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Menurut TokohDalam masyarakat modern, sering dibedakan antaramasyarakat pedesaan (ruralcommunity) danmasyarakat perkotaan(urbancommunity). Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan berlawanan pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat Pedesaan :1. Perilaku homogen2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status4. Isolasi sosial, sehingga statik5. Kesatuan dan keutuhan kultural6. Banyak ritual dan nilai-nilai sakral7. Kolektivisme
Masyarakat Perkotaan :1. Perilaku heterogen2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan3. Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi4. Mobilitassosial,sehingga dinamik5. Kebauran dan diversifikasi kultural6. Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular7. Individualisme
Sumber lain mengatakan, inilah perbedaan masyarakat pedesaan dibanding masyarakat pedesaan:NoASPEKPEDESAANPERKOTAAN
1OKUPASI PEKERJAANSeSebagaipetani dan pedagang.
Sebagai pekerjaperusahaan, dan sektor industri.
2UKURAN KOMUNITASLebihkecil karena daerah pedesaan memiliki penduduk yang rendah.Lebihbesar sebab penduduknya tiap tahun selalu meningkat.
3KEPADATAN PENDUDUKRendah karena pemukiman penduduk tidak ada peningkatan.Tinggidengan banyaknya orang desa merantau ke kota.
4LINGKUNGANBerhubungan erat dengan alamBebas dari realita alam
5DEFERENSIAL SOSIALHomogenHeterogen
6PELAPISAN SOSIALPada masyarakat desa kesenjangan dalm pirimida sosial tidak terlalu besarPada masyarakat kota jelas sekali perbedaan kesenjangannya
7MOBILITAS SOSIALRendahkarena mayoritas penduduk yang hidup di kota sudah merasa nyaman berada di kota.Tinggi bagi masyarakat hidup di kota jauh lebih baik.
8INTERAKSI SOSIALKontak pribadi per induvidu lebih sedikit.
Sering kontak tetapi cenderung lebih formal, dan tidak bersifat pribadi, tetapi melalui tugas atau kepentingan.
9SOLIDARITAS SOSIALTinggi hubungan bersifat informal bukan karena kontrak social sehingga tercipta budaya gotong royong dan musyawarahRendah karena pada umumnya orang kota dapat mengurus dirinya sendiri
Warga suatumasyarakat pedesaanmempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
2.7 Ciri-Ciri Masyarakat DesaDalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi Talcot Parsons menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenalciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut :a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang dideritaoranglain dan menolongnya tanpa pamrih.b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akanorangyang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.Masyarakatdesa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.2.8 Hakikat Dan Sifat Masyarakat PedesaanSeperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekusutan pikir.Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gemeinschaft (paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, khususnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.
2.9 Gejala Masyarakat Pedesaana. Konflik ( Pertengkaran)Ramalan orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan harmonis itu memang tidak sesuai dengan kenyataan sebab yang benar dalam masyarakat pedesaan adalah penuh masalah dan banyak ketegangan. Karena setiap hari mereka yang selalu berdekatan dengan orang-orang tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk bertengkar amat banyak sehingga kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat banyak dan sering terjadi.Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga.Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya.b. Kontraversi (pertentangan)Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic).Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.c. Kompetisi (Persiapan)Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.d. Kegiatan pada Masyarakat PedesaanMasyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya.Jadi apabila orang berpendapat bahwa orang desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat sambutan yang sangat dari para ahli.Karena pada umumnya masyarakat sudah bekerja keras.Tetapi para ahli lebih untuk memberikan perangsang-perangsang yang dapat menarik aktivitas masyarakat pedesaan dan hal ini dipandang sangat perlu. Dan dijaga agar cara dan irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan untuk menghindari masa-masa kosong bekerja karena berhubungan dengan keadaan musim/iklim di Indonesia).
2.10 STUDI KASUSGerakan Pembangunan Desa Korea Selatan (Saemaul Undong Movement)
Contoh program saemaul undong di distrik Cheongdo Korea Selatan (google.com)
Siapa yang tidak mengenal negara Korea Selatan dengan keajaiban ekonominya? negara tersebut dalam waktu relatif singkat menjadi negara yang sejajar perekonomiannya dengan negara-negara Benua Asia lainnya - Jepang, China, Hongkong, Taiwan, dan Singapura. Negara Korea Selatan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945 setelah Perang Dunia II.Di awal kemerdekaan perekonomian Korea Selatan sangat terpuruk karena tidak memiliki sistem dan struktur tersendiri dalam perekonomian.Korea Selatan termasuk dalam salah satu negara termiskin di dunia, sejajar dengan negara-negara miskin di Afrika dan Asia pada tahun 1950-an. Pada tahun 1963, Korea Selatan adalah negara miskin dengan pendapatan per kapita hanya USD 100. Namun di tahun 2010 GDP per kapita Korea Selatan (Republic of Korea) sebesar USD 22,151 serta tahun 2013 menjadi USD 25,977. Sedangkan negara Indonesia di tahun 2010 GDP per kapita adalah US D2,947 dan ditahun 2013 sebesar USD 3,475. Hal ini menunjukkan pendapatan rata-rata setiap warga Korsel per tahun adalah tujuh kali lipat dari pendapatan per tahun rata-rata orang Indonesia. (sumber: http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD). Perekonomian Korea Selatan melesat dengan cepat hingga saat ini menjadi negara maju yang sering diistilahkan sebagai keajaiban sungai Han.Korea Selatan adalah salah satu negara yang mengalami kehancuran ketika mereka mengalami perang saudara di tahun 1950-1953, sehingga bisa dikatakan pada waktu itu Korea Selatan merupakan negara agraris termiskin di dunia. Akibat dari perang saudara melumpuhkan perekonomian negara dimana desa-desa miskin, terlantar dan kekurangan bahan makanan.Perang hanya menyisakan desa-desa yang compang-camping, tanah telantar, serta 48 jutaan warga miskin dan kurang makan. Lahan pertanian di Korea Selatan sempit dan tidak akan cukup untuk memproduksi makanan untuk kebutuhan seluruh rakyat Korea Selatan.Pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan yang meningkat sejak di era kepemimpinan / pemerintahan Park Chung Hee (tahun 1961-1979) hingga di masa pemerintahan Kim Dae Jung pertumbuhan ekonomi tahunan telah mencapai 8,6% dan menjadi negara dagang terbesar ke sebelas di dunia. Hal ini menjadikan Korea Selatan menjadi salah satu negara yang disebut Four Tigers (empat macan) karena berhasil mencapai tingkat pertumbuhan tahunan (annual growth) sebesar 5,5% dan lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lainnya di dunia.Hanya dalam dua dasawarsa sejak program pembangunan ekonomi nasional dicanangkan pada 1960-an, Korsel bergerak untuk berubah menjadi negara industri baru. Korea Selatan telah membuktikan sebagai salah satu negara yang maju di bidang elektronika (Samsung, LG), otomotif (Hyunday, KIA), perkapalan (Hyunday Heavy Industry), semi konduktor, pepabrikan (Baja: POSCO). Pasar keuangan internasional secara positif mengakui keberhasilan ekonomi Korea, mengingat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, tabungan nasional yang tinggi, inflasi yang terkendali, defisit eksternal yang minim, dan surplus anggaran pemerintah signifikan.Salah satu kata kunci dari semua itu adalah fokus pada pembangunan desa dan pelestarian budaya.Ingat pepatah keluarga sehat, negara kuat. Demikian pula apabila desa kuat maka negara akan kuat, apabila nilai-nilai budaya dijaga dan dipelihara maka pembangunan desa akan semakin mengokohkan jati diri bangsa. Pola pembangunan demikian yang mereka namakan Saemaul Undong.
a. Masyarakat Pedesaan Korea SelatanBerbekal semangatsaemaul undong,negeri ginseng itu berhasil mengubah bentang alamnya yang gersang di tahun 1950-an menjadi hijau sekaligus mendongkrak perekonomiannya. Semangat saemaul undongmengajak masyarakat di pedesaan untuk rajin, mandiri, dan bekerjasama untuk mencapai kesejahteraan (Direktur Eksekutif ASEAN-Republik of Korea Forestry Cooperation (AFoCO) Hadi Susanto Pasaribu).Saemaul Undong () secara harfiah berasal dari kata(se) yang berarti baru(maeul) berarti desa/komunitas dan(undong) yang berarti gerakan.Saemaul Undong merupakan suatu gerakan perubahan dan reformasi pedesaan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.Gerakan yang berangkat dari kesadaran desa untuk mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.Saemaul Undong merupakan gerakan pembangunan masyarakat desa yang membawa pencerahan spiritual dan kondisi kehidupan yang lebih baik (pendapatan, infrastruktur, lingkungan tempat tinggal dan komunitas). Gerakan ini didasarkan pada semangat menolong diri sendiri dan kerja sama dengan dukungan dari Pemerintah.Saemaul Undong adalah gerakan pembangunan masyarakat yang diprakarsai oleh almarhum Presiden Park Chung Hee yang memimpin Korea Selatan pada periode 1961-1979. Semangat Saemaul Undong lahir pada tahun 1970-an ketika Presiden Park Chung Hee menyadari bahwa tak mungkin ada pembangunan nasional negaranya tanpa perbaikan desa. Saemaul Undong ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah dan dilaksanakan dengan prinsip kerja sama, disiplin, dan kerja keras. Berkat Saemaul Undong, taraf hidup masyarakat perdesaan membaik, desa-desa mengalami modernisasi, dan semangat gotong-royong masyarakat meningkat.Program Saemaul Undong direncanakan dan dilaksanakan oleh penduduk desa sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Gerakan Saemaul ini tercetus di tahun 1970 berawal ketika Presiden Park Chung Hee blusukan ke bekas lokasi banjir di salah satu desa Korea Selatan pada tahun 1969. Presiden terkejut karena dengan bantuan sedikit warga berhasil memulihkan desanya.Bahkan, membangun jalan lebih lebar, membuat tembok dan atap dengan bahan lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, timbul keyakinan bahwa pembangunan pedesaan di Korea Selatan akan dapat mempercepat pemulihan perekonomian negara dengan dilandasi semangat bekerja yang tidak mengenal lelah dan tanpa pamrih.Dalam perkembangannya bentuk program Saemaul Undong tersebut antara lain mencakup : perbaikan atap rumah (atap bangunan yang awalnya dari rami digantikan dengan atap bangunan yg lebih stabil dan kokoh), pelebaran jalan, pembangunan jembatan, pelebaran jalan pertanian, pembangunan balai pertemuan desa, pembangunan instalasi air bersih, perbaikan saluran air (drainase) dan peningkatan pendapatan penduduk desa dengan penanaman tanaman yang cepat memberikan keuntungan.Setelah gerakan Saemaul Undong bergulir pada tahun 1970, Korea Selatan mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa.Tingkat pendapatan masyarakat pada kawasan perdesaan dan perkotaan relatif merata dan seimbang.Masyarakat desa sangat menikmati keseharian mereka dengan basis pada sektor pertanian karena mereka mendapatkan pendapatan yang tidak jauh berbeda dengan sektor lainnya di perkotaan.Korea Selatan kini berdiri sejajar dengan Amerika, Jepang dan negara-negara maju lainnya di belahan benua Eropa.Program Saemaul Undong telah menjadi contoh keberhasilan program di Korea Selatan.Penduduk Desa dan Kepala Desa serta Kepala Saemaul memiliki inisiatif sendiri menyusun program pembangunan yang dibutuhkan oleh penduduk desa setempat.Kepala Saemaul adalah orang yang ditunjuk dan diberikan pendidikan dan latihan oleh pemerintah Korea Selatan untuk memastikan keberhasilan program Saemaul Undong sebagai program pembangunan desa. Program dilaksanakan dengan menggunakan dana bantuan dari pemerintah, apabila dana tersebut tidak mencukupi penduduk desa sukarela menyisihkan harta yang mereka miliki untuk keberlangungan program tersebut. Kerja sama juga mereka lakukan untuk membagi waktu bekerja setiap minggunya dengan menyesuaikan pada kemampuan dan ketersediaan waktu yang mereka miliki.Menurut Herman Suryatman dalam http://bappeda.sumedangkab.go.id/berita-148-membedah-pembangunan-desa-ala-korea-selatan-saemaul-undong-movement.html, Gerakan Saemaul Undong diimplementasikan pada tiga kegiatan praktis di lapangan. Pertama Environment Improvement, yaitu kegiatan perbaikan lingkungan yang meliputi sarana dan prasarana dasar di pedesaan, baik jalan, jembatan, irigasi, drainase maupun sarana air bersih dan sanitasi lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan antara lain dengan memberikan bantuan stimulan berupa semen, besi beton serta bahan/perlengkapan lainnya. Kedua Increasing Income, yaitu kegiatan yang dilakukan melalui berbagai pelatihan ekonomi produktif, perluasan akses permodalan serta fasilitasi pemasaran hasil produksi pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk desa. Ketiga Mental Reform, yaitu kegiatan terstruktur yang dilaksanakan secara intensif untuk membangun mentalitas penduduk pedesaan (ruh/spirit Saemaul Undong) agar memiliki etos kerja keras, tekun, jujur dan disiplin tinggi. Kegiatan ini diawali dengan perbaikan dan komitmen moral para pemimpin di setiap jenjang pemerintahan, kemudian ditransformasikan ke seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), baik masyarakat maupun pelaku usaha.Orientasi utama dari ketiga kegiatan praktis tersebut tidak berdasarkan bagi-bagi kue (charity) tetapi tetap pada upaya pendekatan kesukarelawanan, padat karya dan bersifat produktif.Selanjutnya penerapan ketiga prinsip dasar pada tiga kegiatan praktis di lapangan tersebut didukung oleh partnership kelembagaan yang handal, yaitu kerjasama yang sinergis antara domain pemerintahan, pemimpin desa dan pemimpin saemauldengan penduduk desa. Pemerintah bertugas untuk memfasilitasi dan memberikan bantuan strategis (Strategic Support), pemimpin desa bertugas untuk memandu secara langsung di lapangan dengan keteladanan kepemimpinan (Leadership), serta masyarakat secara bersama-sama mengembangkan kesukarelawanan untuk membangun desa (Volunteers) seperti harta, tenaga dan kemauan penduduk desa merelakan sebagian lahan pekarangan rumah digunakan untuk pelebaran jalan desa, dan lain-lain.Gerakan Saemaul Undong di Korea Selatan telah bergulir dan menggerakkan roda perekonomian yang meningkat signifikan di desa-desa. Masyarakat desa mulai mengembangkan program Saemaul Undong kebidang yang lebih luas seperti pabrik pengolahan, greenhouse untuk mengatasi musim dingin, mengadopsi alat pertanian bermesin, beternak, dan budi daya ikan dengan intensif, membangun perpustakaan, dan fasilitas lain yang memang bermanfaat dan mereka butuhkan. Pada tahun 1979 Gerakan Saemaul Undong ini sudah tersebar secara nasional dan 98 (sembilan puluh delapan) persen desa di Korea Selatan sudah menjadi desa mandiri.Dari uraian di atas membuktikan bahwa masyarakat pedesaan di Korea Selatan sudah memiliki pemikiran yang jauh ke depan. Mereka memiliki sifat tekun, disiplin dan pekerja keras.Ketekunan dan kegigihan mereka dibentuk oleh alam dimana wilayah Korea Selatan umumnya berbukit dengan tanah miskin unsur hara dan kondisi sumber daya alam yang terbatas hingga memaksa mereka bekerja keras dan jauh dari sifat pemalas. Spirit tersebut menjadi roh program Saemaul Undong, karena dengan jiwa ini mereka harus mampu mengatasi segala masalah yang mereka hadapi untuk dapat keluar dari kemiskinan.Selain ketekunan, masyarakat korea juga memiliki semangat bekerja sama mendorong rakyat Korsel untuk mengedepankan rasa saling percaya, rasa senasib sepenanggungan, saling berbagi sesama anggota masyarakat, dan yang tidak kalah penting membangkitkan tradisi saling membantu di antara anggota masyarakat untuk memperbaiki kehidupan mereka dengan meningkatkan perilaku kompetisi dan partisipasi. Spirit ini menjadi dasar penduduk Korea Selatan bahu membahu dan bekerja sama untuk menuntaskan program Saemaul Undong. Mereka sadar keberhasilan yang nanti diperoleh adalah untuk kepentingan mereka menuju hidup yang lebih baik.Hal di atas membuktikan bahwa sifat yang dimiliki olek masyarakat Korsel membuat Gerakan Saemaul Undong ini menjadi sangat berhasil.Disamping pemerintah yang memang sangat memperhatikan masyarakat pedesaan dan sadar atas betapa pentingnya kemakmuran di pedesaan, karakter masyarakatnya pun sangat berperan dalam kesuksesan gerakan ini.
BAB IIISIMPULAN
Masyarakat pedesaan(ruralcommunity)adalah masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama di sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan, atau gabungan dari kesemuanya itu.Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan berlawanan pula.Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayemMaka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh ketenangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusiahttp://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/06/pengertian-masyarakat-perkotaan.htmlhttp://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/perbedaan-antara-desa-dan-kota.htmlhttp://www.scribd.com/doc/42585724/MASYARAKAT-PEDESAAN-DAN-MASYARAKAT-PERKOTAANhttp://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/hubungan-desa-kota-hubungan-pedesaan.htmlhttp://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/08/ciri-ciri-masyarakat-desa.htmlhttp://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/16-pengertian-desa-menurut-para-ahli.htmlhttp://celoteh-galang.blogspot.com/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakat-perkotaan.htmlhttp://edukasi.kompasiana.com/2013/12/12/pantas-anak-anak-tak-mau-jadi-petani-kenapa-618692.htmlhttps://cahyamenethil.wordpress.com/2010/11/29/masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat-pedesaan/http://06091994.blogspot.com/2012/10/ciri-ciri-komunitas-pedesaan-dibanding.htmlhttp://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab7-masyarakat pedesaan_dan_masyarakat_perkotaan.pdfhttp://news.okezone.com/read/2014/12/02/337/1073664/mendes-marwan-jajaki-kerja-sama-dengan-korselhttp://bappeda.sumedangkab.go.id/berita-148-membedah-pembangunan-desa-ala-korea-selatan-saemaul-undong-movement.htmlhttp://desakodasari.wordpress.com/2014/02/15/mengenal-saemaul-undong-gerakan-pembangunan-pedesaan-di-korea-selatan/http://www.antaranews.com/berita/39424/menhut-harapkan-saemaul-undong-korsel-jadi-acuan-pembangunan-hutanwww.litbang.pu.go.id/analisa-dampak-sosial-ekonomi-infrastruktur-jawa-sumatera.balitbang.pu.go.idwww.academia.edu/7154204/BAB_I_PENDAHULUANwww.journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2376www.download.portalgaruda.org/article.php?article=10730&val=750