SOsiologi Komunikasi
-
Upload
iksan-jaid-saputra -
Category
Documents
-
view
306 -
download
1
description
Transcript of SOsiologi Komunikasi
MAKALAH SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Dosen Pengampu : Drs.Alexius Ibnu M.Si
Disusun oleh:
Iksan Jaid Saputra
D0209041
Ilmu Komunikasi /A
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3
2.1 Pengertian dan Definisi Komunikasi Sosial..............................3
2.2 Ranah, Kompleksitas, dan Obyek Sosiologi…….…………….4
2.3 Proses Komunikasi dalam Masyarakat ……….………………6
2.4 Fungsi Sosial Komunikasi Massa …………………………….8
2.5 Media Massa sebagai Institusi Sosial………………………….9
2.6 Dampak Komunikasi Massa dalam Kehidupan Masyarakat.…11
PENUTUP.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat
mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap
masyarakat manusia berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai
berbagi aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu - individu lainya
(dan dengan begitu menetapkan kredibilitasnya sebagai seorang anggota
masyarakat) sehingga meningkatkan kesempatan individu tersebut untuk tetap
hidup, sedangkan tidak adanya kemampuan ini pada seseorang individu umumnya
dianggap sebagai suatu bentuk patologi kepribadian yang serius. Nampaknya
sudah tidak dapat dihindari lagi bahwa proses komunikasi begitu mendasar bagi
kehidupan sosial manusia.
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi
pemikiran Karl Marx, dimana Marx sendiri termasuk pendiri sosiologi yang
beraliran Jerman. Gagasan-gagasan awal Marx tidak pernah lepas dari pemikiran
Hegel. Sementara Hegel memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx. Menurut
Ritzer sebagaimana dikutip Bungin, pemikiran Hegel yang paling utama adalah
ajarannya tentang dialektika dan idealisme. Dialektika dipahami sebagai cara
berpikir yang mana menekankan arti pentingnya suatu proses, hubungan,
dinamika, konflik dan kontradiksi. Dialektika juga dipahami oleh Hegel sebagai
bagian yang berhubungan satu dengan lainnya. Dan berawal dari pengajarannya
tentang dialektika/hubungan inilah lalu kemudiannya timbullah gagasan-gagasan
tentang komunikasi. Bungin (2006 : 19) juga menyebutkan bahwa ternyata
sosiologi telah menaruh minat pada persoalan komunikasi. Sejak Auguste Comte
memperkenalkan istilah dinamika sosial, lalu konsep kesadaran kolektif oleh
Emile Durkheim, interaksi sosial versi Karl Marx, tindakan komunikatif dan teori
komunikasi dari Jurgen Habermas merupakan titik awal munculnya sosiologi
komunikasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Definisi Komunikasi Sosial
Stephen F. Steele dalam Anne Arundel Community College and The
Society for Applied Sociology (2002), sebagaimana dikutip Liliwery (Tanpa
Tahun, hal 4), bahwa sosiologi komunikasi adalah studi yang mempelajari
perilaku kolektif akibat media. Selanjutnya, Liliwery sendiri memahami sosiologi
komunikasi dalam dua bagian yakni level makro dan mikro. Dalam arti luas
(makro), Liliwery berpendapat bahwa sosiologi komunikasi merupakan cabang
dari sosiologi yang mempelajari atau menerangkan mengenai prinsip-prinsip
keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi manusia
dalam kelompok atau masyarakat. Sementara dalam artian sempit (mikro),
Liliwery mendefinisikan sosiologi komunikasi sebagai cabang dari sosiologi yang
mempelajari atau yang menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu
sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam konteks
komunikasi massa dari suatu masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa definisi beserta ruang lingkup dari komunikasi
sosial :
a. Definisi tentang komunikasi dan ruang lingkupnya.
Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambing yang
mengandung arti/makna. Arti ini perlu dipahami oleh pihak – pihak yang
terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi. Suatu situasi komunikasi serasi
adalah yang diharapkan komunikator maupun komunikan. Komunikasi
serasi hanya dapat dicapai apabila pihak – pihak yang terlibat dalam suatu
kegiatan komunikasi member arti dan makna yang sama kepada lambing-
lambing yang digunakan. Karena itu dikatakan bahwa pemberian arti
kepada lambang merupakan landasan pokok untuk suatu komunikasi yang
3
serasi, terutama karena manusia hidup dalam masyarakatnya melalui
komunikasi.
b. Definisi tentang komunikasi sosial dan ruang lingkupnya.
Komunikasi sosial adalah suatu kegiatan komunikasi yang lebih
diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial. Karena itu
kegiatan komunikasi sosial adalah lebih intensif daripada komunikasi
massa. Titik pangkal dari suatu komunikasi sosial karenanya adalah bahwa
komunikator dan komunikan perlu sependapat tentang bahan dan materi
yang akan dibahas dalam kegiatan komunikasi yang akan dilangsungkan.
Ditinjau dari segi ini, komunikasi sosial akan berhasil apabila kedua belah
pihak yang terlibat dalam proses komunikasi ini menganggap ada
manfaatnya untuk mengadakan kegiatan komunikasi tersebut. Melalui
komunikasi sosial terjadilah aktualisasi dari masalah - masalah yang akan
dibahas. Selain itu kesadaran dan pengetahuan tentang materi yang akan
dibahas makin meluas dan bertambah. Komunikasi sosial adalah sekaligus
suatu proses sosialisasi. Melalui komunikasi sosial, kelangsungan hidup
sosial dan suatu kelompok sosial akan terjamin. Melalui komunikasi sosial
dicapailah stabilitas sosial, tertib sosial, nilai- nilai lama dan baru yang
diagungkan oleh suatu masyarakat. Melalui komunikasi sosial, kesadaran
bermasyarakat dipupuk, dibina, diperluas. Melalui komunikasi sosial
masalah – masalah sosial dapat diselesaikan dengan konsensus.
2.2 Ranah, Kompleksitas, dan Obyek Sosiologi Komunikasi
Ranah sama dengan domain, atau bisa juga dikatakan sebagai wilayah
kerja. Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ranah/domain.
Menurut Bungin (2007:36), domain atau ranah sosiologi adalah individu,
kelompok, masyarakat, dan sistem dunia. Selanjutnya, ranah-ranah ini juga
bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti komunikasi, efek media
massa, budaya kosmopolitan, proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi
dan komunikasi.
4
Ranah dari sosiologi komunikasi seolah-olah, sama dengan ranah dari
sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi komunikasi tidak mengambil utuh
ranah dari sosiologi. Begitu pula dengan komunikasi. Ranah sosiologi komunikasi
juga tidak mengambil ranah komunikasi secara keseluruhan. Lalu, bagaimana
hubungan antara ranah sosiologi komunikasi dengan ranah dari sosiologi dan
komunikasi? Ternyata, sosiologi komunikasi menjembatani kajian-kajian yang
dibicarakan baik dalam bidang ilmu komunikasi maupun sosiologi. Sebagaimana
dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi komunikasi bahwa sosiologi
komunikasi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Ia merupakan salah satu cabang
dari sosiologi yang secara khusus membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan
proses komunikasi dalam masyarakat.
Dengan demikian, kita dapat mengerti bahwa sosiologi komunikasi
memperbincangkan berbagai isu berkenaan dengan komunikasi berdasarkan
perspektif sosiologis. Misalnya saja, dampak media massa bagi masyarakat, dan
sebagainya.
Kompleksitas Sosiologi Komunikasi
Studi sosiologi komunikasi bersifat interdisipliner. Artinya, sosiologi tidak
saja membatasi diri pada persoalan komunikasi dan seluk beluknya, tetapi juga
membuka diri pada kontribusi disiplin ilmu lainnya seiring dengan perkembangan
masyarakat dan kemajuan zaman. Karena bersentuhan langsung dengan berbagai
disiplin ilmu, maka dapatlah dikatakan bahwa studi sosiologi komunikasi sedikit
rumit atau kompleks.
Studi sosiologi komunikasi ikut dipengaruhi oleh perkembangan berbagai
bidang ilmu di sekitarnya mulai dari perkembangan teknologi, budaya, sosiologi,
hukum, ekonomi, dan bahkan negara. Bidang ilmu yang paling mempengaruhi
perkembangan sosiologi komunikasi adalah teknologi komunikasi dan informasi.
Hal ini terjadi karena perubahan dan kemajuan teknologi komunikasi cenderung
membawa dampak yang cukup besar terhadap kemajuan dan perubahan pada
bidang-bidang ilmu lainnya seperti budaya, ekonomi, dan seterusnya.
5
Obyek Sosiologi Komunikasi
Objek materiil dari semua ilmu sosial adalah manusia. Sebagai salah satu
disiplin ilmu sosial, sosiologi komunikasi juga menempatkan manusia sebagai
objek kajian materiilnya. Manusia sebagai objek materiil dari sosiologi
komunikasi, berkenaan dengan aktifitas sosial manusia. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak bisa hidup sendiri. Setiap kita butuh orang lain. Salah satu aksioma
dalam komunikasi yakni manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Sehingga dalam
konteks sosiologi komunikasi, persoalan manusia difokuskan pada interaksi
sosialnya dengan manusia lainnya dalam masyarakat.
Selanjutnya, objek formal dari sosiologi komunikasi adalah proses sosial
dan komunikasi dalam masyarakat atau interaksi sosial. teknologi telekomunikasi,
media dan informatika. Kemajuan teknologi sangat membawa dampak dan
perubahan yang besar dalam hampir seluruh aspek masyarakat. Salah satunya
media massa. Pengaruh media massa bagi masyarakat tidak bisa terlepas dari
kemajuan dan kecanggihan teknologi komunikasi. Efek media massa ikut
membentuk berbagai perubahan dalam masyarakat. Seperti misalnya ada
perubahan pola dan gaya hidup masyarakat, menciptakan perubahan sosial dan
pola komunikasi dalam masyarakat, hingga terciptanya komunitas atau
masyarakat maya. Selain itu, pengaruh teknologi komunikasi pun dapat
merambah ke dunia ekonomi dan hukum.
2.3 Proses Komunikasi dalam Masyarakat
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses
pemindahan/transmisi atau penyampaian ide, gagasan, informasi, dan sebagainya
dari seseorang (sender atau komunikator atau sumber) kepada seseorang yang lain
(receiver atau komunikan). Proses komunikasi diantara keduanya dapat dikatakan
berhasil apabila terjadi kesamaan makna. Sebaliknya, komunikasi menjadi gagal
bilamana keduanya tidak memiliki kesamaan makna atas apa yang dipertukarkan
atau dikomunikasikan.
6
Menurut Effendy (1999: 11 – 19), Proses komunikasi dalam masyarakat
dapat dibedakan atas 2 tahap :
1. Proses Komunikasi secara Primer
Yang dimaksudkan dengan proses komunikasi secara primer yakni
proses penyampaian pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain
menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (gesture),
isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara langsung mempa
“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam
komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi, tidak semua orang pandai mencari
kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan
perasaan yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu
mengandung makna yang sama bagi semua orang. Kata-kata mengandung
dua jenis pengertian, yakni pengertian denotatif dan pengertian konotatif.
Sebuah perkataan dalarn pengertian denotatif adalah yang mengandung
arti sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan
diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan
kebudayaan yang sama. Perkataan dalarn pengertian konotatif adalah yang
mengandung pengertian emosional atau mengandung penilaian tertentu
(emotional or evaluative meaning).
2. Proses Komunikasi secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama.
Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media nir-
massa atau media non-massa (non-mass media). Seperti telah disinggung
tadi, media massa, misalnya surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan
7
film yang diputar di gedung bioskop memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain
ciri massif (massive) atau massal (massal), yakni tertuju kepada sejumlah
orang yang relatif amat banyak. Sedangkan media nirmassa atau media
nonmassa, umpamanya surat, telepon, telegram, poster, spanduk, papan
pengumuman, buletin, folder, majalah organisasi, radio amatir atau radio
CB (citizen band), televisi siaran sekitar (closed circuit television), dan
film dokumenter, tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang
relatif sedikit.
2.4 Fungsi Sosial Komunikasi Massa
Fungsi sosial komunikasi massa antara lain tercermin pada fungsi
informatif bagi masyarakat luas. Artinya, komunikasi massa menyediakan
informasi tentang berbagai keadaan/peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat,
baik itu dalam ruang lingkup lokal, nasional, maupun internasional. Fungsi ini
juga mempermudah masyarakat melakukan adaptasi terhadap perkembangan,
adopsi inovasi berbagai bidang kehidupan, termasuk proses dan dinamika
pembangunan.
Fungsi sosial komunikasi massa juga tampak jelas sebagai pendidik
masyarakat. Dalam hal ini komunikasi massa dapat menambah dan memperluas
wawasan pengetahuan, sarat kemampuan berpikir kritis di kalangan masyarakat.
Bahkan masyarakat didorong untuk dapat mandiri dalam setiap persoalan
kehidupannya. Kesadaran untuk bergotong-royong dalam berbagai hal, termasuk
dalam menciptakan keamanan dan kesejahteraan hidup bersama dengan
lingkungannya disadari benar sebagai kebutuhan dalam hidupnya. Dalam fungsi
mendidik ini, komunikasi massa bahkan tidak sekadar menyajikan pengetahuan,
akan tetapi juga berbagai keterampilan praktis, apakah itu di bidang pertanian,
kesehatan, perekonomian dan lain-lain.
Fungsi sosial lainnya dari komunikasi massa antara lain dapat
meningkatkan empati dan integrasi masyarakat, bangsa dan negara. Peningkatan
empati di kalangan masyarakat itu pada gilirannya dapat mereduksi prasangka
negatif (prejudice) antarsuku bangsa. Citra-citra negatif antara satu suku dengan
8
suku yang lain sebagai sesama anak bangsa yang majemuk ini secara bertahap
akan terkikis. Dengan demikian, pada gilirannya akan menciptakan solidaritas dan
integrasi nasional.
2.5 Media Massa sebagai Institusi Sosial
Media massa dipahami sebagai lebih dari sekedar suatu mekanisme yang
sederhana sifatnya yang digunakan untuk menyebarkan informasi, karena media
massa merupakan suatu organisasi yang terdiri dari susunan yang sangat
kompleks dan lembaga sosial yang penting dari masyarakat. Teori besar (grand
theory) yang paling terkemuka untuk menyinggung aspek institusional dari media
adalah teori kritis marxis. Teori kritis berhubungan dengan distribusi kekuasaan
dalam masyarakat dan dominasi kepentingan tertentu terhadap lainnya. Jelasnya,
media massa dalam pendekatan teori kritis marxis dipahami sebagai pemain yang
mempunyai kekuatan pengaruh yang sangat besar dalam pertarungan ideologis.
Media massa dapat dipahami dalam berbagai artikulasi, salah satunya media
massa dipahami sebagai arena pertarungan (site of strunggle) dari berbagai
kepentingan dan ideologi yang hidup di masyarakat.
Ideologi yang keberadaannya telah menjadi ideologi yang dominan pun
dapat dipengaruhi eksistensinya oleh media. Sebagian besar teori komunikasi
kritis menekankan kepada kekuatan media massa karena potensi media untuk
menyebarkan ideologi dominan dan potensinya untuk mengekspresikan ideologi
yang alternatif dan berlawanan dengan ideologi dominan atau ideologi resistensi.
Dalam konteks ini media dipandang sebagai arena pertarungan ideologi (site of
strunggle for ideology) bagi beberapa kalangan penganut teori kritis terutama oleh
kalangan cultural studies. Namun sebaliknya bagi kalangan pengikut Mahzab
Frankfurt, media lebih dipahami sebagai bagian dari industri kebudayaan (culture
industries) yang dikuasai oleh segelintir elit industri yang mampu menciptakan
simbol-simbol yang dapat memanipulasi dan mengalienasi kelas-kelas lainnya.
Singkatnya, berbeda dengan cultural studies yang melihat potensi media massa
sebagai area pertarungan ideologi, Mahzab Frankfurt menganggap media massa
9
dan segala bentuk kebudayaan massa sebagai bentuk budaya afirmatif yang tidak
dapat diharapkan untuk menggapai emansipasi.
McQuail (1987) menyebutkan ciri-ciri khusus institusi (lembaga) media
sebagai berikut:
1. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi,
pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan respon terhadap
kebutuhan sosial kolektif dan permintaan individu.
2. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang
lain: dari pengirim ke penerima, dari anggota audience ke anggota
audience lainnya, dari seseorang ke masyarakat dan institusi masyarakat
terkait. Semua itu bukan sekedar saluran fisik jaringan komunikasi,
melainkan juga merupakan saluran tatacara dan pengetahuan yang
menentukan siapakah sebenarnya yang patut atau berkemungkinan untuk
mendengar sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya.
3. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan
publik, dan merupakan institusi yang terbuka bagi semua orang untuk
peran serta sebagai penerima (atau dalam kondisi tertentu sebagai
pengirim). Institusi media juga mewakili kondisi publik, seperti yang
tampak bilamana media massa menghadapi maslah yang berkaitan dengan
pendapat publik (opini publik) dan ikut berperan membentuknya (bukan
masalah pribadi, pandangan ahli, atau penilaian ilmiah).
4. Partisipasi anggota audience dalam institusi pada hakikatnya bersifat
sukarela, tanpa adanya keharusan atau kewajiban sosial. Bahkan lebih
bersifat suka rela daripada beberapa institusi lainnya, misalnya pendidikan,
agama atau politik. Pemakaian diasosiasikan orang dengan waktu
senggang dan santai, bukannya dengan pekerjaan dantugas. Hal tersebut
dikaitkan juga dengan ketidakberdayaan formal institusi media: media
tidak dapat mengandalkan otoritasnya sendiri dalam masyarakat, serta
tidak mempunyai organisasi yang menghubungkan pameran-serta ”lapisan
atas” (produsen pesan) dan pemeran-serta ”lapisan bawah” (audience).
10
5. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena
ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan
pembiayaan.
6. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun
institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya
sinambungan pemakaian media, mekanisme hukum, dan pandangan-
pandangan menentukan yang berbeda antara negara yang satu dengan
lainnya.
2.6 Dampak Komunikasi Massa dalam Kehidupan Masyarakat
Dengan alat-alat (sarana) komunikasi, seperti televisi, teater-teater, buku-
buku dan lain-lain maka pada gilirannya akan tampak perubahan-perubahan besar
di dalam masyarakat. Perubahan itu terutama pada cara berpikir orang banyak dan
pada apa yang dihargai oleh masyarakat (yaitu sesuatu yang dianggap bernilai
oleh masyarakat). Mobilitas sosial menjadi tinggi, baik di sektor pekerjaan
maupun perdagangan. Masyarakat di satu desa akan dengan mudah berhubungan
dengan relasi-relasinya di desa-desa atau di kota yang lain. Secara singkat, pada
gilirannya perubahan-perubahan besar tersebut mengarah pada apa yang biasa
dinamakan modernisasi.
Dalam sistem komunikasi masyarakat yang paling maju pun senantiasa
terjadi interaksi yang kompleks antara sistem media massa yang modern dengan
jaringan komunikasi tradisional yang berupa komunikasi dari mulut ke mulut.
Suatu masyarakat modern bukanlah suatu masyarakat massal yang tanpa norma
dan tanpa hubungan pribadi yang terlepas dari kelompok-kelompok primer
(primary groups). Masyarakat modern itu adalah suatu sistem yang terdiri dari
keluarga-keluarga, perkumpulan-perkumpulan, suku bangsa-suku bangsa, kelas-
kelas, organisasi-organisasi politik dan kelompok-kelompok persahabatan.
Media massa lebih cepat menimbulkan keinginan-keinginan yang baru
daripada menimbulkan kemampuan untuk memenuhi atau mewujudkan
keinginan-keinginan itu sendiri. Dengan demikian, suatu pengembangan media
11
massa tidak boleh berdiri sendiri, dia haruslah merupakan bagian dari rencana
pembangunan yang menyeluruh.
Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih dan pesat luar
biasa ini semakin sulit diramalkan dampaknya secara eksplisit di masa-masa yang
akan datang. Yang dapat dipahami bahwa di antara masyarakat ada yang
memberikan respons positif, akan tetapi juga terdapat yang merespons negatif dan
penuh kekhawatiran
Media massa sekarang ini bukan saja dianggap sebagai media yang
memberikan informasi dan edukasi dalam masyarakat, akan tetapi juga dianggap
sebagai pemicu dari masalah - masalah sosial yang ada di dalam masyarakat.
Media massa dianggap sebagai pemicu atau pihak yang juga bertanggung jawab
atas masalah – masalah sosial yaitu semakin meningkatnya kejahatan, semakin
menurunya moralitas, semakin tingginya kenakalan remaja adalah karena
tayangan – tayangan yang disampaikan oleh media massa. Tayangan yang
dianggap pemicu masalah sosial tersebut adalah: tayangan mistik, tayangan
pornografi, tayangan kekerasan dan tayangan pembunuhan karakter.
12
PENUTUP
Hubungan komunikasi dengan sosiologi terikat pada proses peningkatan
kerjasama antarmanusia, yakni apakah kerjasama itu antar individu ataukah antar
individu dengan masyarakat yang lebih luas. Masyarakat dalam hal ini merupakan
satuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan stabil.
Masyarakat sebagai kesatuan komplementer satu sama lain karena masyarakat
tidak akan ada tanpa individu dan individu takkan ada tanpa masyarakat. Ini dapat
dilihat dari kenyataan manusia dipengaruhi oleh masyarakatdalam proses
pembentukan pribadinya, sebaliknya, individu mempengauhi masyarakat bahkan
dapat menyebabkan perubahan besar terhadap masyarakat. Kedua unsur ini
terbukti bahwa manusia adalah makhluk berpikir dapat mengambil kesimpulan
dan mempelajari dari pengalamannya selain dari hasil pendidikannya untuk
mencetuskan ide-ide baru. Sehingga masyarakat selalu berada dalam proses sosial
yakni proses pembentukan masyarkat dan proses pembentukan ini terjadi dengan
sendirinya bias berjalan dengan dua kemungkinan yaitu sarasi atau bertentangan.
Pertentangan mudah terjadi apabila sistem prilaku dari setiap individu atau
kelompok tidak dapat menerima tugas dan peran yang “diserahkan” kepadanya,
proses ini semua bisa terjadi karena adanya komunikasi.
Proses komunikasi sekurang-kurangnya memerlukan dua orang, seseorang
yang berkomunikasi dengan orang lain sehingga proses interaksi dan sosial
terjadi, sangat tergantung pada norma-norma masyarakatnya. Tetapi, karena
norma di dalam masyarakat juga dibentuk oleh proses komunikasi. Struktur
komunikasi dapat mencerminkan masyarakat. Kesimpulannya, proses komunikasi
dan sosiolgi sangat erat kaitannya dengan segi objektif dan subjektif.
Komunikasi dan sosiologi merupakan dua hal yang saling keterkaitan,
dengan demikian sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang sudah lama
berkembang, sedangkan komunikasi merupakan proses interaksi yang berada
dalam kajian sosiologi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sosiologi menjadi
landasan untuk lahir dan berkembangnya ilmu komunikasi untuk mengkaji
kualitas interaksi sosial masyarakat
13
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaludin. Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung ; CV.Remaja
Karya,1988.
Mc Quail, Denis. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedua. Jakarta:Erlangga,1987.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana,2008.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana,2008.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
Nina W. Syam. Sosiologi Komunikas. Bandung: Humaniora,2009.
Efendy, O. U. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya,1997.
14