Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

91
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial, ini adalah sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan memang sudah kodratnya demikian. Namun terkadang kita tidak paham dengan ruang lingkup sosial yang ada di sekitar kita, dan itu membuat sering terjadinya salah paham yang berujung pada konflik. Manusia juga diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional sehingga kita berinteraksi secara makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Selain itu sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita juga mempunyai segi spritualitas, sehingga manusia mempunyai tiga sisi yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk spiritual. Dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Sehingga fungsi- fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya. Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari adanya kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-

Transcript of Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

Page 1: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk sosial, ini adalah sebuah kenyataan yang tak

terbantahkan dan memang sudah kodratnya demikian. Namun terkadang kita tidak

paham dengan ruang lingkup sosial yang ada di sekitar kita, dan itu membuat

sering terjadinya salah paham yang berujung pada konflik. Manusia juga

diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional sehingga kita

berinteraksi secara makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Selain itu

sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita juga mempunyai segi spritualitas, sehingga

manusia mempunyai tiga sisi yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan

makhluk spiritual.

Dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk

saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu

dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia

satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Sehingga fungsi-

fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling berkolaborasi

dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi

sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya.

Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari adanya kebutuhan akan fungsi

tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan

oleh berbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan

masing-masing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-

Page 2: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

2

kebutuhan tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang bisa diadaptasi oleh

masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan

individu, kelompok, dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi konsentrasi

utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya yang beradab.

Sosiologi komunikasi mengungkapkan bahwa tindakan awal untuk

menyelaraskan fungsi-fungsi sosial yang ada di dalam manusia, adalah dengan

melakukan interaksi sosial, atau tindakan komunikasi antara satu pihak dengan

yang lainnya. Aktivitas interaksi manusia ini bisa berupa tindakan verbal, non-

verbal, atau bahkan bersifat simbolis. Kebutuhan manusia akan interaksi sosial

melahirkan budaya-budaya yang beragam nilai dan norma-normanya. Nilai dan

norma ini dibentuk oleh manusia agar tercipta keseimbangan sosial (social

equilibrium) antara hak dan kewajiban sehingga tercipta tatanan sosial (social

order) dalam proses kehidupan bermasyarakat.

Karena salah satu unsur terpenting dari kehidupan sosial manusia adalah

komunikasi, maka lahirlah kebutuhan ilmu untuk mengkaji kekhususan dalam

studi-studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi. Sosiologi komunikasi

membaca fenomena sosial melalui perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek

khusus komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok masyarakat, budaya,

dan dunia terutama antar kalangan mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN

Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan riil tersebut,

maka penelitian ini bermaksud untuk mengkaji secara mendalam dan

mengungkap dinamika sosiologi komunikasi Pesantren Mahasiswa UIN Sunan

Ampel Surabaya

Page 3: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

3

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana model sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya ?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam rangka membangun

sosiologi komunikasi ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan mendasar dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana model sosiologi komunikasi antar

mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

2. Untuk mengetahui dan mengatasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi

oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

dalam rangka membangun sosiologi komunikasi

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Kehadiran penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti sendiri, seluruh

civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya (mahasiswa, tenaga pendidik,

tenaga kependidikan, dan para pimpinan lembaga), maupun masyarakat cendekia

yang berada di ranah luar institusi UIN Sunan Ampel Surabaya mengenai model

sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan

Ampel Surabaya, khususnya mengenai pola, bentuk, media, faktor pendorong, dan

sekaligus faktor penghambat dan juga kendala-kendala apa saja yang dihadapi

Page 4: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

4

oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam

rangka membangun sosiologi komunikasi

E. DEFINISI KONSEP

Ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau

penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau

rangkaian kata. Suatu hal atau persoalan yang dirumuskan dalam merumuskan

kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.

Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sesuatu

yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memunkinkan manusia untuk

berpikir. Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi

intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran,

suatu ide atau gambaran mental.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini memuat lima bab yang masing-masing mempunyai

relasi, diantaranya:

BAB I ; Berisi mengenai Pendahuluan yang disajikan pokok

permasalahan, dalam bab ini memuat diantaranya; latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,definisi konsep, dan

sistematika pembahasan.

BAB II ; Tinjauan Pustaka, meliputi : pertama, tentang Sosiologi

Komunikasi yang mencakup :Pengertian Sosiologi Komunikasi, Ruang Lingkup

Sosiologi Komunikasi, dan Pola-pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi, Kedua

Page 5: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

5

tentang Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Kelompok sebagai Bagian

dari Sosiologi Komunikasi, dan ketiga, Teori Sosiologi Komunikasi tentang

Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Kelompok.

BAB III ; Metode Penelitian yang mencakup tentang Pendekatan

Penelitian, Lokasi Penelitian, Tahap-tahap Penelitian, Instrumen Penelitian,

Metode Pengumpulan Data, dan Analisis Data.

BAB IV ; Penyajian dan Analisis Data meliputi : Deskripsi Obyek

Penelitian, Hasil Penelitian, dan Telaah Teori tentang Hasil Penelitian.

BAB V ; Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran, dan pada bagian

akhir karya ilmiah: terdiri dari daftar pustaka.

Untuk lebih jelasnya Laporan penelitian ini dibagi atas beberapa bab.

1. Bagian Pertama (Pendahuluan)

Pada Bab I ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara

lain:

a. Latar Belakang Masalah

Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik

permasalahan yang bersangkutan.

b. Rumusan Masalah

Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam

penelitian yang bersangkutan.

c. Tujuan Penelitian

Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dari

penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.

Page 6: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

6

d. Manfaat Penelitian

Sesuatu yang dapat diambil dari obyek yang diteliti oleh peneliti yang

dijadikan sebagai bahan laporan yang awalnya peneliti hanya

menghipotesis saja namun dengan melakukan penelitian maka peneliti

akan mengetahui apa yang selama ini hanya hipotesis menjadi kenyataan.

Untuk orang lain yaitu sesuatu yang dapat dipelajari dan diambil dari hasil

penelitian yang telah disusun rapi oleh peneliti yang kemudian dibaca oleh

pembaca dan dapat diperoleh kesimpulan yang bermanfaat daloam

kehidupannya.

e. Definisi Konsep

Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sesuatu

yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memunkinkan

manusia untuk berpikir. Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang

umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau

peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental.

f. Sistematika Pembahasan

Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Karya

tulis ilmiah.

g. Metode Penelitian

Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara

pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data.

1) Jenis-Jenis Metode Penelitian: Studi Pustaka: Semua bahan diperoleh

dari buku-buku dan/atau jurnal.

Page 7: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

7

2) Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian.

3) Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di atas.

2. Bagian Kedua (Tinjauan Pustaka)

Pada Bab II Tinjauan Pustaka ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang

meliputi antara lain :

a. Konsep atau terminologi yang diteliti

Penjelasan mengenai makna atau definisi masalah yang di teliti diserati

sumber kutipan.

b. Teori

Teori yang digunakan dalam sebuah penelitian

3. Bagian Ketiga (Metode penelitian)

Pada Bab Metode penelitian ini Menjelaskan cara pengambilan dan

pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada.

4. Bagian Keempat (Penyajian dan Analisis Data)

Pada Bab Penyajian dan Analisis Data ini terdiri dari beberapa sub pokok

bab yang meliputi antara lain :

a. Deskripsi Obyek Penelitian

Deksripsi penelitian di dapat dari teknik pengumpulan data, alurnya logis,

sistematis dan kronologi.

b. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan hasil dari wawancara yang didapat dari

narasumber yang dilakukan secara langlung bertatap muka, kemudian

Page 8: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

8

dirangkum dan dijadikan satu sehingga memperoleh suatu hasil penelitian

yang signifikan dan faktual.

c. Telaah Teori tentang Hasil Penelitian

Telaah teori tentang hasil penelitian memiliki beberapa tujuan penting

yang beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:1

1) Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep penting yang

digunakan, serta penjelasan aspek-aspek yang tercakup didalamnya.

Meskipun penelitian kualitatif tidak pernah dimaksudkan untuk

mengungkap hipotesis sehingga peneliti memang tidak harus

berpegang pada definisi-definisi tertentu untuk konsep-konsep yang

digunakan, tetapi peneliti tetap membutuhkan penjelasan mengenai

konsep yang dihadirkan.

2) Memperoleh pijakan untuk dapat mengemukakan penjelasan-

penjelasan teoritik tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan

peneliti dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

3) Memperoleh acuan dalam upaya mengidentifikasi dan mengemukakan

justifikasi mengenai ruang-ruang lingkup dari gejala komunikasi yang

diteliti.

4) Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-posisi penelitian

yang sedang dilakukan di antara penelitian-penelitian lain yang sudah

ada sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-catatan kritis

terhadap penelitian maupun pendekatan-pendekatan yang digunakan.

1 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LKIS, Yogyakarta, 2007), hlm. 81-83.

Page 9: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

9

5) Memperoleh ilustrasi penelitian sejenis baik dilihat dari segi metode

dan atau prosedur penelitian yang digunakan maupun temuan-temuan

yang dihasilkan peneliti lain.

6) Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi hasil (temuan)

penelitian yang dilakukan diantara hasil-hasil (temuan) penelitian lain.

5. Bagian Kelima (Penutup)

Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.

a. Kesimpulan

Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari

penelitian.

b. Saran

Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian.

6. Daftar Pustaka

Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam

penulisan.

Page 10: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SOSIOLOGI KOMUNIKASI

Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi

pemikiran Karl Marx, dimana Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri

sosiologi yang beraliran jerman sementara Claude Henry Saint-Simon, Auguste

Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-nama para ahli sosiologi yang

beraliran Perancis.

Sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Kajian dan sumbangan

pemikiran Auguste Comte, Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan

sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang

beraliran struktural fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl

Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori

kritis dalam kajian komunikasi.

Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah

yang ada hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya.

Apa yang disebut oleh Comte dengan ”Social Dynamic”, kesadaran Kolektif”

oleh durkheim dan interaksi Sosial Oleh Marx serta ”tindakan komunikatif” dan

”teori komunikasi” oleh Habernas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi

komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam itu, maka sebenarnya gagasan-

gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya

Page 11: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

11

sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural fungsional maupun dalam

perspektif konflik.

Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan Habermas mengenai teori

kritis dalam komunikasi, sumbangan dari perspektif struktural fungsional dalam

sosiologi yang diajarkan oleh Talcott Parson dalam teori sistem tindakan maupun

dalam skema Agil, serta kajian Robert K. Merton tentang struktur fungsional,

struktur sosial dan anomi, merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting

terhadap lahirnya teor-teori komunikasi di waktu-waktu berikutnya.

Dahulu mengenai konsep-konsep penting yang berhubungan dengan

sosiologi komunikasi adalah konsep sosiologi, masyarakat dan komunikasi.

Sosiologi. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep penting yang kemudian

melahirkan studi-studi integratif serta terkait satu sama lain sehingga melahirkan

studi-studi interelasi yang penting untuk dibicarakan disini sekaligus sebagai

ruang lingkup dalam studi-studi sosiologi komunikasi.

Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak orang menggunakannya

untuk berbagai keperluan. Sampai saat ini masih saja banyak orang yang latah

menggunakan kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya. Sama saja

halnya dengan orang memakai cincin. Memang cincin di pasangkan pada jari

tanggan. Akan tetapi ada saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu jari.

Pada hal sebaiknya, agar indah dipandang tentunya dipasang pada jari manis.2

2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2010), hlm. 55.

Page 12: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

12

1. Pengertian Sosiologi Komunikasi

Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi adalah kekhususan

sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau

komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara para

individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok. Menurut Soerjono

Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu

bagaimana seseorang berbicara kepada publik.

Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi

sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti

bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media,

bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan

bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek

media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung

masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.

Komunikasi di dalam masyarakat dibagi dalam 5 jenis:

1) Komunikasi individu dengan individu (komunikasi antar pribadi)

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat

pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak

langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan percakapan tatap muka,

percakaan melalui telepon, surat-menyurat pribadi. Fokus pengamatannya

adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan (relationship), percakapan

(discourse), interaksi, dan karakteristik komunikator.

Page 13: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

13

2) Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada interaksi di

antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi

kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Bahasan teoretis

meliputi dinamika kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan

keputusan.

3) Komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang

terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi

melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi

kelompok. Pembahasannya meliputi struktur dan fungsi organisasi,

hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta

kebudayaan organisasi.

4) Komunikasi sosial

Komunikasi sosial adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih

intensif, di mana komunikasi terjadi secara langsung antara komunikator

dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah atau

lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui

kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas.

Komunikasi sosial sekaligus suatu proses sosialisasi dan untuk pencapaian

stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang

diagungkan oleh suatu masyarakat melalui komunikasi sosial kesadaran

Page 14: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

14

masyarakat dipupuk, dibina, dan diperluas. Melalui komunikasi sosial,

masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsensus.

5) Komunikasi massa

Komunikasi massa menurut Mc Quail adalah komunikasi yang

berlangsung pada tingkat masyarakat luas. Pada tingkat ini komunikasi

dilakukan dengan manggunakan media massa. Selanjutnya Mc Quail

mengatakan ciri-ciri utama komunikasi massa:

a) Sumbernya adalah organisasi formal dan pengirimnya adalah

profesional

b) Pesannya beragam dan dapat diperkirakan

c) Pesan diproses dan distandarisasikan

d) Pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual dan simbolik

e) Hubungan antara komunikan dan komunikator berlangsung satu arah

f) bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif

Dengan demikian, lingkup komunikasi massa menyangkut sumber

pemberitaan, pesan komunikasi, hubungan komunikan dan komunikator,

dan dampak pemberitaan terhadap masyarakat.

Jadi, Sosiologi komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang

ilmu komunikasi dari sudut sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas

tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas sosial,

interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan

kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari komunikasi dalam

masyarakat tersebut.

Page 15: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

15

Atau juga bisa diartikan, sebagai Suatu ilmu yang mempelajari atau

meneliti tentang struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan

sosial didalam masyarakat yang mempengaruhi proses penyampaian pesan baik

verbal maupun nonverbal dari komunikator kepada komunikan guna untuk

menimbulkan feedback atau umpan balik yang sesuai dengan harapan.

Sosiologi komunikasi berpendapat bahwa tindakan awal dalam

penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai kebutuhan manusia diawali oleh

dan dengan melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi satu dengan

yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan

baik secara verbal, nonverbal, mapun simbolis. Kebutuhan adanya sinergi

fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan

manusia satu dengan lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya

norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia

dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial

(sosial equilibirium) antara hak dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan

manusia, terutama juga kondisi keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial

(social order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di waktu yang

akan datang.

Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri.

Sebagaimana dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur

terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam

sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk

mengkaji kekhususan dalam studi-studi sosiologi yang dinamakan Sosiologi

Page 16: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

16

Komunikasi, yaitu perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus

komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan

dunia.

2. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi

Adapun ruang lingkup kajian sosiologi komunikasi adalah gejala,

pengaruh dan masalah sosial yang disebabkan oleh komunikasi. Ruang lingkup

kajian sosiologi, yaitu pengaruh atau akibat-akibat sosial yang terjadi atau

ditimbulkan oleh komunikasi. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah

bagaimana masalah sosial itu terjadi. Aspek komunikasi apa atau yang bagaimana

yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Dan dalam bahasan mata kuliah

sosiologi komunikasi ini akan difokuskan pada sosiologi komunikasi massa. Pada

dasarnya antara penelitian dibidang komunikasi dengan sosiologi komunikasi

tidak mempunyai hubungan yang langsung. Akan tetapi penelitian dibidang

komunikasi mempunyai kecenderungan untuk melakukan penelitian tentang:

a) Struktur, pusat perhatian, perilaku masyarakat yang menjadi sasaran

komunikator, maksudnya bagaimana sesuatu peran itu disampaikan,

ataupun apakah yang akan menjadi pusat perhatian penelitian tersebut.

b) Efektifitas komunikasi massa, maksudnya sejauh mana pengaruh yang

dapat ditimbulkan oleh komunikasi massa.

c) Efek-efek sosial dari komunikasi massa, maksudnya bagaimanakah

pengaruh sosialdari komunikasi massa. Dan inilah sebenarnya yang

menjadi salah satu bidang kajian sosiologi komunikasi massa.

Page 17: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

17

Dengan memperhatikan lingkup kajian sosiologi komunikasi tersebut,

maka kita dapat mengetahui bahwa komunikasi dengan media massa mempunyai

sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu, disamping itu berbagai aspek komunikasi lainnya

dapat pula menimbulkan akibat-akibat atau pengaruh sosial lainnya, misalnya,

sistem komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis, unsur-unsur

komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis. Gejala-gejala sosiologis

yang terbentuk dalam berbagai kemungkinan antar lain:

a) Suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan pengaruh terhadap

masyarakatnya, maksudnya, suatu sistem akan menentukan bagaimana

suatu kegiatan itu akan dilaksanakan, sehingga hal ini juga mengandung

suatu pengertian bahwa sistem komunikasi massa akan mempengaruhi

masyarakatnya, misalnya sistem komunikasi massa komunis mempunyai

pengaruh tertentu kepada masyarakatnya.

b) Sistem komunikasi massa dapat menyampingkan media komunikasi

tradisional yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

c) Sistem komunikasi massa merupakan sarana yang kuat dan luwes untuk

menpengaruhi masyarakat sehingga suatu sistem komunikasi massa dapat

menimbulkan pengaruh sosiologis yang kuat.

d) Sistem komunikasi massa dapat menimbulkan sikap dan pandangan yang

seragam terhadap gejala sosial tertentu, maksudnya, sistem tersebut dapat

mempengaruhi penilaian masyarakat mengenai suatu masalah sosial

tertentu yang ditimbulkan oleh media komunikasi massa.

Page 18: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

18

Menurut Bungin, sosiologi komunikasi terdiri dari 4 konsep yang

sekaligus menjadi ruang lingkup sosiologi komunikasi. Ke-empat konsep tersebut

yakni sosiologi, masyarakat, komunikasi, dan teknologi media/informasi.3

a. Sosiologi

Asal kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie, yaitu bercocok tanam

atau bertanam, kemudian berkembang menjadi Socius (bhs. Latin) yang berarti

teman, kawan. Bearkembang lagi menjadi kata sosial yang berartiberteman,

bersama, berserikat. Kata sosial secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai

kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan

pengertian itu bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat

yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat

berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.

Dengan kata lain menurut Hassan Shadily, Sosiologi adalah ilmu

masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota

golongan atau masyarakatnya masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat,

kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang

disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya.

Berikut pengertian sosiologi menurut para ahli diantaranya adalah:

1) Van der Zanden Memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi

ilmiah tentang interaksi antar manusia.

2) Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.

3 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi

di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 27.

Page 19: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

19

3) William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi

adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu

organisasi sosial.

4) Pitirim Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang

mempelajari tentang:

a) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-

gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga

dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan

politik dan lain sebaginya);

b) hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan

gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya)

c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

5) Prof. DR. Selo Soemardjan dalam bukunya “Setangkai Bunga”, Sosiologi

mendefinisikan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, hubungan

antara masyarakat dan akibat dari hubungan tersebut. Karena sosiologi objeknya

adalah masyarakat maka cakupan dari objek sosiologi itu adalah individu,

kelompok, dan masyarakat. Proses hubungan inilah yang biasa disebut dengan

istilah interaksi sosial.

Dengan melihat pengertian sosiologi dan objek sosiologi tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa sosiologi mempunyai fungsi:

1) Berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya

tentang masyarakat.

Page 20: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

20

2) Mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat dipergunakan

untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat.

3) Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada interaksi manusia.

b. Masyarakat

Menurut Ralph Linton, masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah

hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri

mereka dan menganggap diri mereka sebagai dengan batas-batas yang dirumuskan

dengan jelas.

Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup

bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak

jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih, tetapi minimal adalah dua orang.

Manusia tersebut hidup bersama dalam waktu cukup lama, dan akhirnya

melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

Hubungan antara manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan,

perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya. Keseluruhan itu kemudian

mewujudkan adanya system komunikasi dan suatu kesatuan sosial peraturan-

peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut.

Dalam sistem hidup tersebut, maka muncullah budaya yang mengikat antara satu

manusia dengan lainnya.

Page 21: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

21

c. Komunikasi

Masih ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris

disebut communication, berasal dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana

Anda telah pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, kata

communicatio berasal dari kata communis yang artinya sama. Tentu saja, konteks

sama yang dimaksudkan ialah sama makna.4

Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda terlibat dalam

percakapan dengan teman Anda, dimana tidak saja menggunakan bahasa yang

sama, namun juga Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari

apa yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan makna lebih mengarah

pada kesamaan pandangan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi

mengenai isi dari pesan tersebut.

Berikut adalah pengertian komunikasi menurut beberapa ahli. Beberapa

teori yang dikemukakan dalam buku Teori Komunikasi antara lain dari:

1) Anderson: Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa

memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses

yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang

berlaku.

2) Margarete Mead: Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah

satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan

kebersamaan tidak akan terjadi.

4 Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 53

Page 22: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

22

3) Barnlund: Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk

mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau

memperkuat ego.

4) Berelson dan Steiner: Komunikasi adalah proses penyampaian informasi,

gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol

seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.

5) Onong Uchyana: Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses

penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada

orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini,

dan lain-lain yang muncul kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan,

keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

6) Sean Mac Bride komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang

yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan

tertentu, baik melalui media maupun tidak, sarana atau tidak bersarana.

Lambang yang berisi pesan yang membawa pesan dan sarana yang

membawa pesan tersebut sebenarnya adalah dua muka dari satu kenyataan.

Lambang, gerak, angka, kata-kata, gambar semuanya adalah sarana

komunikasi, dan medianya adalah tangan, halaman cetak, radio atau

televisi, tidak hanya membawa pesan tetapi sekaligus sebagai lambang

komunikasi.5

Pada prinsipnya pernyataan ini benar, bahwa lambang gerak bahasa dan

lainya itu adalah sarana dan media komunikasi. Onong Uchjana Effendi dalam

5 Sean Macbride, Many Voices One Word, dalam “Aneka Suara Satu Dunia”, Unesco-Balai

Pustaka, hlm. 83

Page 23: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

23

membahas komunikasi primer dan sekunder6 serta membenarkan lambang

tersebut juga media, yakni sebagai media primer.

Untuk kepentingan pendefinisian komunikasi, umumnya para pakar ilmu

komunikasi merujuk pada pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The

Structure and Function of Communication in Society. Lasswell yang menjelaskan

bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab

pertanyaan berikut: Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?

Bila diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran

Apa kepada Siapa dan dengan Efek Apa? Bila Anda menyimak baik-baik

formulasi Lasswell ini maka Anda akan dapat memahami elemen-elemen penting

dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu.

Kata who (siapa) dalam konteks komunikasi merujuk kepada seorang

pemberi pesan.Pemberi pesan ini biasanya dikenal dengan sebutan sumber

informasi, komunikator, atau pengirim pesan.

Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang diperkatakan. Dalam

hal ini pesan atau isi dari percakapan/pembicaraan.Pesan ini lalu kita kenal

dengan sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan non verbal

(menggunakan bahasa isyarat).

In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada alat atau saluran

atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan,

manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi.

Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi

6 Onong Uchjana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan Komunikologis, Remaja Karya,

Bandung, 1986, hlm. 93

Page 24: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

24

adalah panca indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran komunikasi

menggunakan alat bantu seperti telephon, telegram, dan surat). Ada juga saluran

komunikasi yang digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar (massa)

yaitu media cetak dan elektronik.

To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima pesan.Penerima pesan

ini disebut juga sebagai komunikan, atau receiver.Bila anda berinisiatif menelpon

sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut sebagai komunikan.

With what effect (dengan efek apa) merujuk pada pengaruh yang

ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap lawan bicara.7

Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa

komunikasi itu terdiri dari sekurang-kurangnya 5 unsur yakni:

1) Komunikator (pemberi informasi).

2) Pesan.

3) Media (saluran).

4) Komunikan (penerima informasi/pesan).

5) Efek (pengaruh).

Kesimpulannya ialah komunikasi adalah proses pengiriman pesan baik

verbal maupun nonverbal dari komunikator kepada komunikan untuk

mengahasilkan timbal balik.8

7 Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta; Rajawali Pers, 1998), hal.

56. 8 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2004), hal 17-19.

Page 25: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

25

d. Teknologi Komunikasi Dan Informasi

Teknologi komunikasi merupakan ruang lingkup ketiga dari sosiologi

komunikasi. Menurut Alter, teknologi informasi mencakup perangkat keras dan

perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data

seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi,

atau menampilkan data.9 Sedangkan menurut Martin mendefinisikan teknologi

informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan

perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi,

melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.10

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa

teknologi komunikasi berhubungan erat dengan perangkat keras dan lunak yang

dapat digunakan untuk memproses dan mengirimkan informasi.

Ruang lingkup sama dengan domain, atau bisa juga dikatakan sebagai

wilayah kerja. Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ruang

lingkup / domain.

Menurut Bungin, domain atau ruang lingkup sosiologi adalah individu,

kelompok, masyarakat, dan sistem dunia. Selanjutnya, ruang lingkup ini juga

bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti komunikasi, efek media

massa, budaya kosmopolitan, proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi

dan komunikasi.11 Ruang lingkup dari sosiologi komunikasi seolah-olah, sama

dengan ruang lingkup dari sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi

9 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi

di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 30. 10 Ibid. 11 Ibid. Hal. 37.

Page 26: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

26

komunikasi tidak mengambil utuh ruang lingkup dari sosiologi. Begitu pula

dengan komunikasi. Ruang lingkup sosiologi komunikasi juga tidak mengambil

ruang lingkup komunikasi secara keseluruhan. sosiologi komunikasi

menjembatani kajian-kajian yang dibicarakan baik dalam bidang ilmu komunikasi

maupun sosiologi. Sebagaimana dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi

komunikasi bahwa sosiologi komunikasi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri.

Sosiologi komunikasi merupakan salah satu cabang dari sosiologi yang secara

khusus membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan proses komunikasi dalam

masyarakat.

Setelah anda memahami konsep-konsep sosiologi dan komunikasi,

sekarang apa yang anda ketahui tentang sosiologi komunikasi. Secara sederhana,

anda dapat membuat definisi sederhana dengan menghubungkan kedua konsep

tersebut.

Namun untuk menyeragamkan pemahaman, tidak ada salahnya kalau anda

memperhatikan beberapa pengertian berikut ini. Stephen F. Steele dalam Anne

Arundel Community College and The Society for Applied Sociology (2002),

sebagaimana dikutip Liliwery (Tanpa Tahun, hal 4), bahwa sosiologi komunikasi

adalah studi yang mempelajari perilaku kolektif akibat media.

Selanjutnya, Liliwery sendiri memahami sosiologi komunikasi dalam dua

bagian yakni level makro dan mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery

berpendapat bahwa sosiologi komunikasi merupakan cabang dari sosiologi yang

mempelajari atau menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial,

sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam kelompok atau

Page 27: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

27

masyarakat. Sementara dalam artian sempit (mikro), Liliwery mendefinisikan

sosiologi komunikasi sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau yang

menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang

bagaimana proses komunikasi manusia dalam konteks komunikasi massa dari

suatu masyarakat.

Apa kesimpulannya? Ingat, sosiologi komunikasi adalah cabang dari

sosiologi. Secara sederhana anda dapat mengatakan bahwa sosiologi komunikasi

adalah cabang dari sosiologi yang mempelajari bagaimana proses pertukaran

pesan/informasi terjadi dalam konteks masyarakat.

3. Pola-Pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi

Untuk menghasilkan suatu teori, maka kajian-kajian ilmiah harus memiliki

pendekatan-pendekatan, demikian halnya dengan teori-teori sosiologi komunikasi.

Ada tiga pendekatan utama sosiologi komunikasi, yaitu:

a. Pendekatan struktural-fungsional.

Ini merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan strukturalisme dan

fungsionalisme. Pendekatan strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan

masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap struktur tersebut. Pendekatan

ini hanya melihat masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki struktur

pembangun di dalamnya. Sedangkan fungsionalisme lebih cenderung kepada

kajian bahwa setiap komponen dalam masyarakat mempunyai fungsi dan peran di

dalam masyarakat. Kajian ini mengutamakan fungsi tersebut dan lebih

mengabaikan struktur, bahwa setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika

tidak maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.

Page 28: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

28

Maka kombinasi antara strukturalisme dan fungsionalisme ini memandang

bahwa masyarkat tidak hanya sebagai kesatuan struktur saja atau fungsi saja, tapi

cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari strukturnya maupun fungsinya

dan hubungan di antara keduanya.

Pendekatan struktural-fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan

mengandung pandangan makroskopis terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan

ini bersumber pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile

Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropog sosial Inggris, namun yang

pertama yang mengemukakan rumusan sistematis mengenai teori ini adalah

Halcot Parsons, dari Harvard. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para

mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa tersebut, terutama di Amerika.

Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar:

1) Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-struktur yang dalam

fungsi-fungsi mereka masing-masing saling bergantung, sehingga

perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan

sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam

struktur-struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis sosiologis adalah

menyelidiki mengapa suatu hal berpengaruh kepada hal lainnya, dan

sampai sejauh mana pengaruh tersebut.

2) Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas atau

substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh

sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik,

agama, pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.

Page 29: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

29

b. Pendekatan konflik.

Baik konflik nilai (the conflict of values) ataupun konflik kepentingan (the

conflict of interest).

Adapun pendekatan Marxien atau pendekatan konflik merupakan

pendekatan alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-

fungsional sosial makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat

terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar

tulisannya ia tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi banyak

asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis.12

Namun para pengikut sosiologi Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis

dan ideologi Marx secara sangat eksplisit, sedangkan praktek ideologis hanya

secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan

sturuktural-fungsional.

Sosiologi Marx didasarkan pada dua asumsi pokok yaitu:

1) Ia memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua

kegiatan kemasyarakatan.

2) Ia melihat masayarakat manusia terutama dari sudut konflik di sepanjang

sejarah. Menurut Marx, motif-motif ekonomi dalam masyarakat

mendominasi semua struktur lainnya, seperti agama, keluarga, hukum,

seni, sastra, sains dan moralitas.

Ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara

sedikian rupa, sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi

12 Josefh S, Sociologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora (Jakarta: Bina Aksara, 1984) . Hal

22.

Page 30: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

30

dikuasai oleh segelintir orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya

ditakdirkan untuk bekerja untuk mereka dan tetap bergantung pada kemurahan

hati segelintir penguasa. Karenanya Marx melihat masyarakat terbagi jadi dua

kelas:

1) Kelas pemilik yang selalu mengekploitasi yang disebut dengan kaum

Borjouis.

2) Kelas buruh yang senantiasa terekploitasi yang dikenal dengan kaum

Proletar.

Pengeksploitasian terus menerus ini menurut Marx mengharuskan

terjadinya revolusi-revolusi.

Bertolak dari memandang sejarah manusia dengan cara seperti ini, Marx

mengajukan teori sosialismenya yakni sautu solusi final agar seluruh sumber daya

dapat dimiliki oleh semua orang. Revolusi-revolusi lanjutan tidak lagi diperlukan

karena idealnya tidak akan adala lagi kelaparan,peng eksploitasian dan konflik.

c. Pendekatan interaksionisme-simbolis.13

Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang menggunakan

interdisiplin, yakni interaksionisme yakni sebuah pendekatan yang mengkaji

hubungan-hubungan yang terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini

digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi bahwa semua

interaksi dalam masyarakat hanya akan terlihat dengan jelas bila dihubungkan

dengan simbol-simbol yang berlaku di kalangan mereka.

13 Ilyas Ba-Yunus, Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib

(Bandung: Mizan, 1996) h. 20-24.

Page 31: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

31

Sedangkan pendekatan interaksionisme-simbolis merupakan sebuah

perspektif mikro dalam sosiologi yang barang kali sangat spekulatif pada tahapan

analisanya sekarang ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit sekali

prasangkan ideologis, walaupun meminjam banyak dari lingkungan Barat tempat

dibinanya pendekatan itu.

Sebagaimana dipesankan oleh namanya, interaksionisme-simbolis lebih

sering disebut sebagai pendekatan interaksionis saja-bertolak dari interaksi sosial

pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro ini, tidak seperti jenis lain

psikologi sosial, ia diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna menangkap

keseluruhan masyarakat sebagai penentu proses dari banyak interaksi. Manusia

dipandang mempelajari situasi-situasi yang bisa serasi atau bisa pula

menyimpang, mempelajari situasi-situasi transaksi-trasnsaksi politis dan

ekonomis, situasi-situasi di dalam dan diluar keluarga, situasi-situasi permainan

dan pendidikan, situasi-situasi organisasi, formal dan informal dan seterusnya.

Pendekatan ini bisa dicontohkan dengan kajian interaksi pada tingkat

keluarga, yang kemudian juga mengkaji bagaimana interaksi itu bisa berpengaruh

kepada interaksi pada tingkat yang lebih tinggi yakni interaksi masyarakat. Maka

interaksi di tingkat keluarga ini akan sangat kental mempengaruhi dan mencoraki

interaksi di tingkat yang lebih tinggi.

Page 32: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

32

B. KOMUNIKASI ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA SEBAGAI BAGIAN DARI SOSIOLOGI

KOMUNIKASI

Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa terlepas dari komunkasi.

Namun dalam melakukan komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya

dengan efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang yang terlibat dalam komunikasi itu

berbeda budaya, kesalahan dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa

komunikasi tidak bisa dihindari.14 Kesalahan ini dapat menyebabkan terjadinya

suasana yang tidak diharapkan bahkan dapat menimbul pertikaian yang menjurus

munculnya konflik sosial.

Menurut Erving Goffman, proses untuk menampilkan diri agar memiliki

kesan lebih baik semacam ini disebut “proses pengelolaan kesan” alias

“impression management”. Dalam komunikasi antarpersonal, proses pengelolaan

pesan merupakan cara yang lazim digunakan orang agar bisa menjalin komunikasi

yang lancar dengan orang lain.

Setiap orang pasti pernah melakukan proses semacam ini (komunikasi

antarpersonal) terlepas dari apa motivasinya. Boleh jadi, kita pun hampir setiap

hari mempraktikan komunikasi antarpersonal ini walaupun dengan tanpa sadar

karena sudah terotomatisasi.

Oleh karena itu Islam pun memberi nasihat yang sangat tepat yakni,

“Sesungguhnya, Allah tidak memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula

kepada rupa kalian, tetapi memandang hati kalian.” (HR Muslim)

14 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1,

(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 47.

Page 33: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

33

Komunikasi antar personal adalah komunikasi antar perorangan dan

bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak

langsung (tanpa medium). Contohnya kegiatan percakapan surat menyurat

pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan,

percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.15 Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Somavar dan Porter, yang menyatakan bahwa “ to understands

intercultural interaction one must first understand human communication”.16

Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada,

hambatn-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut :

1. Bahasa: Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa

merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam

berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang

terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam

komunikasi .

2. Budaya: Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam

komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar

satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses

komunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal

yang dapat membuat perpecahan.

15 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi, (Bandung, PT ROSDAKARYA, 2005). Hal.

175 16 Larry Somavar and Richard E Porter, Communication Between Cultures, (Belmont: C.A.

Wadsworth. 1991). Hal. 10.

Page 34: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

34

3. Kebenaran yang semu: Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar

tidak dan salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada

bumbu kebohongan di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada

kejelasan ataupun kejujuran agar ada keterbukaan antar personal.

4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam

sebuah komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang

sudah terjadi dan sudah terpelihara selama ini.

5. Tujuan yang tidak jelas: Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam

berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang

jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya misskomunikasi

yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar

personal yang lainya.

6. Salah paham Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham

dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu

kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini

bisa terjadi perusakan suatu komunikasi. Selain itu apabila

kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi.

Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada

pemutusan hubungan.

7. Sisi historis/ pengalaman: Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-

sendiri bila dari pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada

titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang

Page 35: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

35

bersangkutan tidak segera memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang

berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau komunikasi.

8. Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau

hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu

hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling

menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan misalnya

pemutusan hubungan.

9. Mendominasi pembicaraan: Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita

saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi

suatu pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan

berjalan dengan lancar.

10. Pihak ketiga: Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak

ketiga yang datang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang

dapat merusak suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini

dapat terjadi karena pihak ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi

dalam komunikasi dua arah yang sebelumnya dan dai bias merusak sedikit

demi sedikit komunikasi atau hubungan yang sudah tercipta sebelumnya.

Dengan adanya, tiap personal terjadi proses komunikasi yang bertujuan

untuk mengenali satu dengan lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin

harus terdapat pengertian serta kepercayaan antar persona, selain itu terdapat

beberapa komponen yang harus dijaga untuk menjaga hubungan komunikasi agar

tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau

pemutusan.

Page 36: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

36

Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak

berkomunikasi. We can’t not communicate. Pun halnya saat kita berkelompok.

Komunikasi seakan menjadi ruh dalam jasad sebuah kelompok.

Salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya

suatu kelompok/komunitas bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan

efektif suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali

ada kegiatan penting yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut.

Kegiatan tersebut adalah kegiatan “Diskusi Kelompok”.

Seperti halnya definisi-definisi lain, komunikasi kelompok pun selalu

diutarakan berbeda-beda untuk setiap pakarnya. Perbedaan pendapat ini wajar

sekali, mengingat para pakar yang mengemukakan pendapat mengenai

komunikasi kelompok pun berbeda latar belakangnya, mulai dari pengalaman,

sampai pendidikan yang berbeda satu sama lain. Latar belakang psikologi,

sosiokologi, dan komunikologi dapat membedakan pendapat para pakar karena

objek formal di setiap bidang kajiannya berbeda namun terdapat juga persamaan

pada objek materialnya, yaitu manusia.

Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara

seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua

orang. Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada interaksi

diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok

juga melibatkan komunikasi antar personal. Bahasan teoritis meliputi dinamika

kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola

dan bentuk interaksi, serta pembuat keputusan.

Page 37: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

37

Sedangkan Komunikasi Lintas Budaya merupakan salah satu bidang

kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola

komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan.

Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan

budaya sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran

yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu.

Pengertian Komunikasi Lintas Budaya (cross-cultural) dan Antar Budaya

(inter-cultural) biasanya tidak begitu dibedakan.Kedua istilah itu biasanya dipakai

secara berganti-ganti dengan makna yang hampir sama. Meski dalam tulisan ini

nantinya akan memakai kedua istilah tersebut secara bergantian,namun ada

baiknya kita menelusuri nuansa perbedaan arti yang sempat muncul dalam

literatur KAB.

Berbicara masalah komunikasi lintas budaya tidak dapat pisahkan dari

pengertian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya

sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan untuk

merumuskan budaya saja, Godykunts dan Yun Kim menyebut bahwa “ more than

one hundred defenition of the term have been sugeested”.17 Sementara

komunikasi itu sendiri begitu beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya,

atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi belum ada keseragaman. Tapi

yang jelas menurut William B. Hart II menyatakan bahwa studi komunikasi lintas

budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan

17 W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with strangers: An approach to intercultural

communication (Ed), (New York: McGraw Hill, 1992). Hal. 3

Page 38: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

38

terhadap komunikasi.18 Bahkan Edward T Hall dengan tegas menyatakan bahwa

“culture is communication and is cultur”.19

Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita

berkomunikasi, artinya cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain

apakah dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang yang berbeda

budaya, karakter budaya yang sudah tertanam sejak kecil sulit untuk dihilangkan,

karena budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.20 Dengan

demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh seseorang itu, diperoleh sejak

masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat mempengaruhi cara berpikir,

berperilaku orang yang bersangkutan dalam berinteraksi dan berkomunikasi

dengan orang yang berbeda budaya. Bahkan benturan persepsi antar budaya sering

kita alami sehari-hari, dan bilamana akibatnya fatal kita cenderung menganggap

orang yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak mengerti maksud kita. Hal

ini terjadi karena, kita cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks

latar belakang kita sendiri dan karena bersifat subyektif.

Untuk menghindari kesalahpahaman sehingga tidak menimbulkan

benturan persepsi antarbudaya diantara orang yang berbeda budaya, maka kita

dituntut secara obyektif untuk mengenali perbedaan dan keunikan budaya sendiri

dan orang lain dengan mempelajari berbagai karakteristik budaya, diantaranya

18 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003).

Hal. 8. 19 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1,

(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 48. 20 Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication: Kontek-Kontek Komunikasi, Buku

Pertama, Editor dan Penerjemah Dedy Mulyana, (Bandung: Rosdakarya. 1996). Hal. 237

Page 39: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

39

yaitu: (1) komunikasi dan budaya; (2) penampilan dan pakaian; (3) makanan dan

kebiasaan makan; (4) waktu dan kesadaran waktu (5) penghargaan dan

pengakuan; (6) nilai, dan norma; (7) rasa diri dan ruang; (8) proses mental dan

belajar, dan; (9) kepercayaan dan sikap.21 Sementara itu menurut Deddy Mulyana

bahwa untuk menghindari kesalahpahaman dalam melakukan komunikasi dengan

orang yang berbeda budaya, kita harus menjadi komunikator yang efektif, karena

hubungan dalam konteks apapun harus dilakukan lewat komunikasi.22 Lebih

lanjut dijelaskan oleh Deddy Mulyana untuk menjadi komunikator yang efektif,

seseorang harus memahami proses komunikasi dan prinsip-prinsip dasar

komunikasi yang efektif.

Menurut Mulyana bahwa untuk mencapai komunikasi yang efektif,

khususnya dengan orang yang berbeda budaya yang harus kita lakukan adalah: (1)

kita harus selalu menunda penilaian kita atas pandangan dan perilaku orang lain,

karena penilaian kita tersebut seringkali bersifat subyektif, dalam spengertian

berdasarkan persepsi kita sendiri yang dipengaruhi oleh budaya kita atau dengan

kata lain, jangan biarkan stereotif menjebak dan menyesatkan kita ketika kita

berkomunikasi dengan orang lain; (2) kita harus berempati dengan mitra

komunikasi kita, berusaha menempatkan diri kita pada posisinya. Gunakan sapaan

yang layak sesuai dengan budayanya; (3) kita dituntut untuk selalu tertarik kepada

orang lain sebagai individu yang unik, bukan sebagai anggota dari suatu kategori

21 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1,

(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 52. 22 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima, (Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2003). Hal. 34

Page 40: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

40

rasial, suku, agama atau sosial tertentu; (4) kita harus menguasai setidaknya

bahasa verbal dan nonverbal dan sistem nilai yang mereka anut.23

Komunikasi antarbudaya itu dilakukan :

1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan

antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui

simbol) yang sedang di pertentangkan.

2. Memalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan

antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan di buat

untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama

3. Sebagai pembimbing prilaku budaya yang tidak terprogram namun

bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap prilaku kita

4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan

diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.

Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher juga mengemukakan bahwa

selain memandang kedudukan komunikator dan komunikan maka terhadap faktor

lain yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku komunikasi antar budaya bukan

sekedar pesan karena pengaruh folkways pribadi tetapi pengaruh folkways

masyarakatnya. Pesan itu sama dengan simbol budaya masyarakat yang

melingkupi suatu pribadi tertentu ketika ia berkomunikasi antarbudaya. Dengan

demikian sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam komunikasi antar budaya

bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan pribadi melainkan simbol dari

masyarakatnya. Pesan dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol

23 Deddy Mulyana, Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor, dan Pengalaman Konyol,

Cetakan kedua, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002). Hal. 36.

Page 41: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

41

yang di dalamnya terkandung karakteristik komunikator yang terdengar atau

terlihat dalam pengalaman proses komunikasi antar pribadi di antara mereka yang

berbeda etniknya. 24 dan semua itu (komunikasi antarpersonal, komunikasi

kelompok, dan komunikasi lintas budaya) adalah bagian dari sosiologi

komunikasi.

C. TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TENTANG KOMUNIKASI

ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN KOMUNIKASI

LINTAS BUDAYA

1. Teori Perbandingan Sosial

Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita

dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki,

mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan

sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu

lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga

menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi

ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki

posisi yang sama dengan kita. Menurut Myers (1999) Prasangka terlahir ketika

orang menilai adanya perbedaan yang mencolok.

Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam

prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif

24 Deddy Mulyana, Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi Antar Budaya, Dalam:

Komunikasi Antar Budaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya,

Editor: Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001). Hal. 45

Page 42: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

42

setara prasangka yang ada kurang kuat. Ahli sosiolog Manger (1991),

menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi

sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak

seimbang diantara kelompokkelompok yang bertentangan.

Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya perbedaan tujuan

disebuah kantor ada sebuah perbedaan sosial yaitu antara atasan dan bawahan,

manajer dan karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik atau masalah dan

juga kerjaan yang menumpuk, karyawan yang tidak disiplin dan adanya

perbedaan gaji ini dapat menjadi suatu konflik perbandingan sosial dan dimana

ada juga sama-sama karyawan tapi dibedakan gaji dan fasilitas ini juga salah satu

perbandingan sosial yang jelas akan menimbulkan suatu konflik.

2. Teori Percakapan Kelompok

Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas

kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan

dari anggota (member input), variable-variabel perantara (mediating variables),

dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari

anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-

harapan (expectation) yang bersifat individual.

Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada strukturstruktur

formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan

kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau

prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat

dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui

Page 43: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

43

struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan

(input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating

variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan

keterpaduan (group achievement).

Contoh kasus: ketika ada suatu kelompok suku budaya yaitu budaya batak

dan jawa yang membedakan antara bahasa dan konotasi dalam pengucapan kalau

jawa terkenal dengan kelembutannya akan tetapi suku batak yang terkenal dengan

suara keras dan lantang ini terkadang menjadi suatu problem karena pada dasar

nya orang-orang di indonesia terlalu sensitif oleh karna itu dari kedua suku akan

menimbulkan konflik apabila ada suatu percakapan yang sebenarnya biasa saja

tapi kalau ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang akan menimbulkan

seperti suatu emosi dan dengan kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini

dapat menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia.

3. Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang

dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan

mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok

dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.

Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan

pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward)

dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari

individu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau

lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-

Page 44: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

44

individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan

apa pun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena

berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep

ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.

Contoh Kasus: Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan pernikahan.

Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng manakala

kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang

dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi

dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak

ditampilkan. Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah

satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta

merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat

sering kita saksikan melalui layar televisi, perceraian selebritis. Bahkan buntut

dari perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak

ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling mengumbar kasih sayang

tetapi setelah bercerai malah saling melempar caci maki dan kebencian.Sebuah

ikatan antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah

ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan

pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama

lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama

yang baik.

Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu

berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Masing-masing pasangan

Page 45: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

45

juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki

pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah

bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya.

Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi

perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.

Page 46: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan mengenai sosiologi

komunikasi yang membidik terhadap pola interaksi yang terjadi dalam sebuah

rumah susun berlantai lima yang terdiri dari berbagai etnis dan Negara yang

berbeda yang akrab disapa dengan nama PESMA (Pesantren Mahasiswa) kami

selaku peneliti memilih untuk menggunakan model kualitatif karena dirasa sangat

tepat dalam memahami proses dialektika sosiologi komunikasi yang terjadi antar

mahasanti yang bermukim ditempat tersebut.

Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian yang biasanya lebih

mementingkan pernyataan-pernyataan dari pada angka-angka baik dalam

pengumpulan maupun pengamatan data.25 Pertti Alasuutari mengidentifikasi ciri

utama penelitian kualitatif dengan membedakannya dari penelitian kuantitatif:

ketika kerja kuantitatif berusaha untuk membuat kesimpulan dengan memeriksa

frekuensi keterkaitan sebab dan akibat, analisis kualitatif justru memakai jenis

penalaran yang mirip dengan pemecahan teka-teki.26 Dia menjelaskan ini sebagai

berikut: Setiap informasi atau petunjuk bisa berlaku untuk beberapa hal, tetapi

semakin banyak informasi tersedia, semakin kecil jumlah solusi yang mungkin.

Setiap petunjuk atau potongan informasi sama pentingnya, dalam penyelesaian

25 Allan Bryman, “Social Research Method 2nd ed.” (United States: Oxford University Press,

2004). Hal. 266. 26 Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative method and cultural studies. (London: Sage.

1995). Hal. 7.

Page 47: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

47

teka-teki atau penelitian kualitatif setiap potongan informasi harus cocok dengan

gambar yang ditawarkan sebagai solusi. Setelah membaca ketiga definisi di atas,

ternyata pemaknaan terhadap penelitian kualitatif bisa relatif bervariasi. Ini

mungkin menunjukkan kepada kita bahwa penelitian kualitatif bukanlah perihal

sederhana. Idealnya, dalam memahami penelitian kualitatif kita perlu mencari

seperangkat kekhususan yang ada pada penelitian itu dan tidak ada pada penelitian

jenis lain. Dengan demikian berarti tak satu pun definisi di atas sukses dalam

menunjukkan ini. Proposisi Alan Bryman sebenarnya menggaris bawahi ciri yang

penting, yaitu minimnya pemakaian angka dalam penelitian kualitatif. Sayangnya,

pemakaian kata-kata dalam pengumpulan data dan analisis bukanlah ciri yang

hanya ada pada penelitian kualitatif: kata-kata juga sangat penting dalam hal

pengisian kuesioner kuantitatif; dan secara garis besar ada lebih banyak kata

daripada angka dalam bagian analisis pada laporan penelitian kuantitaif.

Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada materi sebelumnya, perlu

adanya pemahaman mengenai penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda

dengan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai langkah awal, kelompok kami akan

memaparkan tentang tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif.

Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini lebih bersifat eksploratif

karena bertujuan untuk menggali, menemukan, menggambarkan, dan sekaligus

menganalisa pola, bentuk, sosiologi komunikasi yang dilakukan oleh para

mahasantri pesma Uin Sunan Ampel Surabaya.

Page 48: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

48

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di pesantren mahasiswa Ma’had Al-Jaamiah di

lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang terletak di Jl.

Jend. Ahmad Yani 117 Surabaya. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan

beberapa pertimbangan terkait dengan permasalahan yang berkenaan fokus

penelitian.

C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

penulisan laporan.

1. Tahap Perencanaan

a. Pemilihan masalah, dengan kriteria:

1) Merupakan tajuk penting, menarik, diminati peneliti, bisa diteliti,

mampu ditangani

2) Belum diteliti

3) bisa diteliti: kendala waktu, biaya, sdm

4) data dapat diperoleh

5) bermanfaat

b. Latar Belakang masalah, perlu untuk:

1) Menempatkan masalah dalam perspektif tertentu

2) Menegaskan fokus perhatian dalam penelitian

3) Menjelaskan cakupan dimensi permasalahan

Tahap ini sangat penting karena:

Page 49: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

49

1) merupakan informasi dasar yang menggambarkan hubungan penelitian

dengan penelitian lainnya

2) membangkitkan ketertarikan pembaca dan mendorong untuk membaca

lebih lanjut

3) menjelaskan pentingnya penelitian kualitatif dan kuantitatif

c. Perumusan masalah, berisi penjelasan mengenai

1) Faktor yang dilingkupi

2) Pertanyaan penelitian

Karakteristik pertanyaan penelitian kualitatif antara lain:

1) Terdiri dari satu atau dua pertanyaan utama, dan tidak lebih dari lima

pertanyaan lebih spesifik

2) Hubungkan pertanyaan utama dengan strategi yang digunakan

3) Gunakan kata ‘mengapa’ atau ‘bagaimana’

4) Fokus kepada satu fenomena/konsep

5) Kata eksploratif yang menjelaskan apa yang kira-kira akan dilakukan

6) Pertanyaan penelitian ini dapat berubah

7) Pertanyaan terbuka yang tidak merujuk ke literatur atau teori tertentu

8) Menyebut partisipan dan lokasi jika perlu

d. Tujuan dan manfaat penelitian, menyatakan:

1) hal yang ingin dicapai melalui penelitian

2) bersifat jelas, spesifik, tepat

3) jika lebih dari satu, disusun menurut tingkat kepentingannya

4) memperhatikan lingkup: lebih sempit lebih baik

Page 50: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

50

5) manfaat menjelaskan kontribusi/implikasi terhadap teori atau

implementasi

Karakteristik tujuan dan maanfaat Penelitian Kualitatif ialah:

1) Berfokus kepada satu fenomena/konsep/gagasan

2) Kata kerja yang menjelaskan proses pemahaman: menjelaskan,

memahami, mengembangkan, menelaah makna dari, menemukan

3) Kata/frasa yang bersifat netral

4) Mengandung kata yang menjelaskan strategi yang digunakan dalam

proses penelitian

5) Mengutarakan para partisipan dalam studi

6) Mengutarakan lokasi di mana penelitian dilakukan secara detil

e. Telaah pustaka

1) Informasi/data dasar yang relevan

2) Berisi temuan yang telah dicapai

3) singkat, runtut, nalar

f. Kerangka teoritis/konseptual

1) formulasi hubungan logis antar variabel yang diteliti

2) sebagai landasan hipotesis

3) mengandung struktur logika tertentu

Tahap ini sangat penting karena dapat menjadi jiwa penelitian

g. Perumusan hipotesis

1) Diturunkan dari kerangka teoritis

2) Ungkapan teori yang hendak diuji

Page 51: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

51

3) Jumlah tidak tertentu, berkait dengan tujuan

Tidak setiap penelitian perlu hipotesis seperti penelitian kualitatif

h. Metode penelitian mencakup prosedur dan alat yang digunakan:

Populasi, sampel, variabel, instrumen, statistik

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan terdapat lima tahap yakni;

a. Pengumpulan data, meliputi:

1) Prosedur pengumpulan

2) Sikap dan motivasi

3) Memperhatikan kesahihan (validitas) dan kehandalan

b. Pengolahan data meliputi: menyunting, mengkodekan, mentabulasi

c. Analisis data

1) menyederhanakan hasil olahan agar mudah dibaca & diinterpretasi

2) analisis non statistik untuk data kualitatif

3) analisis statistik untuk data kuantitatif

d. Penafsiran hasil analisis

e. Kesimpulan, berisi

1) Sintesis semua aspek yang dibahas

2) Membandingkan hasil dengan penelitian lain atau pengetahuan ilmiah

yang relevan

3) Pengkajian implikasi penelitian

4) Rekomendasi/saran

Page 52: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

52

3. Tahap Penulisan Laporan

a. Kalangan pembaca

1) Masyarakat akademis, format: skripsi, tesis, disertasi

2) Sponsor penelitian, format khusus

3) Masyarakat umum, format: ikhtisar, ringkasa, artikel, brosur

b. Kerangka isi laporan

c. Format dan tata cara penulisan ilmiah

1) Penggunaan bahasa yang baik dan benar.

2) bentuk dan susunan kalimat

3) penggunaan istilah

4) tata tulis baku: sembir, jenis dan ukuran huruf, format

5) daftar pustaka sesuai ketentuan

D. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Pengertian dan penjelasan instrumen penelitian

Instrumen penelitian Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang

menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan

peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya. Pemahaman terhadap

variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar

dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir

instrumennya.

Page 53: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

53

Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun

instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:

1) Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub

penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan

menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator

variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada

dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau

menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.

2) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dan

subvariabel atau juga indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa

diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.

3) Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau

layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas

yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan.

Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel.

Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi

pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah

kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau

diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari

kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas

sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.

Page 54: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

54

4) Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan

sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam

kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai

item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya

gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang

betul/diinginkan harus dibuat peneliti.

5) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi

instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya

dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi atau bahasannya.27

Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut

Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi

sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik

tidaknya instrumen pengumpulan data.28

2. Pengujian Instrumen penelitian

Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai

berikut:

a. Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan

atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya

misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang

dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran

27 Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001).

Hal. 166

2 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta :PT.Asdi

Mahasatia,2006). Hal. 150-160.

Page 55: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

55

menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil

penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti.

b. Reliable, reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument

dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan

menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable

merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid

dan reliable.29

3. Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya

Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari

sumber data. Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Pengumpulan

data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik

pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas

tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam

pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu, orang yang

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tulisan.

Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan

kesimpulannya dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan pekerjaan

penting dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi mengumpulkan data

terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah

untuk dimasuki unsur minat peneliti.

29 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.2009

Page 56: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

56

Ada 2 sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau

objek penelitian. Ada tiga cara pengumpul data primer: Observasi,

wawancara dan dokumentasi.

b. Data Sekunder

Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang

dimiliki perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Burhan Bungin, menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan

cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil

akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”.30

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa “metode penelitian adalah

berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya”.31 Cara yang dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Metode Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan

dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan

arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Anas Sudijono ada beberapa kelebihan

30 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi

komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 42 31 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal.

136.

Page 57: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

57

pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat

melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh

secara mendalam, yang diinterview bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih

luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan diarahkan yang lebih

bermakna.32

Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak terstruktur kepada

subjek penelitian dengan pedoman yang telah di buat. Teknik wawancara

digunakan untuk mengungkapkan data tentang bentuk partisipasi orang tua siswa,

berlangsungnya bentuk partisipasi, manfaat partisipasi orang tua siswa dan faktor

yang mempengaruhi partisipasi orang tua siswa dalam pembelajaran.

2. Metode Dokumentasi

Suharsimi Arikunto mengungkapkan metode dokumentasi adalah mencari

data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda dan sebagainya.33 Hadari Nawawi menyatakan bahwa studi

dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama

berupa arsip-arsip dan termasuk juga bukumengenai pendapat, dalil yang

berhubungan dengan masalah penyelidikan.34

32 Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan. (Jakarta.: PT Grafindo Persada. 1996). Hal. 82. 33 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal.

206. 34 Nawawi Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

2005). Hal. 133.

Page 58: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

58

F. ANALISIS DATA

Setumpuk data rekaman wawancara dalam file-file audio atau transkrip,

beratus lembar catatan observasi lapangan dan segunung dokumen yang terserak

di meja berminggu-minggu biasanya menjadi “pemandangan” menggiriskan yang

kalau tidak diantisipasi akan membuat si peneliti malas memulai mengerjakannya.

Biasanya ini juga diperparah dengan kelelahan dan frustasi berkepanjangan

setelah berminggu bolak-balik ke lapangan mencari data, menemui orang,

memasuki lembaga dan sebagainya. Padahal tahap yang semestinya harus

dikerjakan ini adalah tahapan maha penting tak kalah pentingnya dengan tahapan

perencanaan dan tahap penuaian data di lapangan. Yup, tahap yang harus

dilakukan ini namanya analisis data.

Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara

keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu

pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang lainnya. Data tersebut

memang ada banyak sekali dan setelah dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu

sudah dilakukan maka selanjutnya melakukan reduksi data yang dilaksanakan

dengan cara membuat sebuah abstraksi dan setelah itu maka menyusunnya ke

dalam satuan-satuan. Dari satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan

pada langkah-langkah selanjutnya.

Kategori tersebut dilakukan sembari membuat koding dan tahap terakhir

dari analisis data penelitian yaitu dengan mengadakan pemeriksaan atas

keabsahan data. Apabila tahapan tersebut telah selesai maka sekarang mulailah ke

Page 59: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

59

tahap penafsiran data untuk menjadikannya teori substansi dengan menggunakan

metode-metode tertentu.

1. Konsep dasar analisis data penelitian

Patton menjelaskan mengenai analisis data itu merupakan suatu proses

untuk mengatur urutan data, kemudian mengorganisasikan ke dalam kategori,

pola maupun ke dalam satuan uraian dasar. Sementara Menurut Taylor, analisis

data didefinisikan sebagai proses yang melakukan perincian usaha secara formal

yang berguna untuk merumuskan hipotesis dan menemukan tema seperti apa yang

telah disarankan serta sebagai bentuk usaha untuk memberikan kontribusi dan

tema pada hipotesis. Apabila dikaji, maka definisi yang pertama lebih tertuju pada

pengorganisasian data sementara untuk definisi yang kedua menekankan pada

tujuan dan maksud dari analisis data penelitian. Dengan demikian maka definisi

tersebut bisa di sintetiskan bahwa analisis data merupakan proses

mengorganisasikan dan juga mengurutkan data ke dalam suatu kategori, pola dan

satuan uraian dasar sehingga bisa ditemukan tema serta dirumuskan hipotesis

kerjanya seperti yang telah didasarkan oleh data.

Berdasarkan uraian tersebut maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa urutan

untuk melakukan analisis data dalam penelitian yaitu pertama-tama dengan

mengorganisasikan data dari semua data yang telah terkumpul yang terdiri atas

komentar peneliti, foto, gambar, dokumen, laporan, artikel, biografi dan

sebagainya. Kemudian pekerjaan dari seorang analisis data di sini yaitu :

a. Mengatur

b. Mengurutkan

Page 60: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

60

c. Mengelompokkan

d. Memberi Kode

e. Mengategorikan

Dengan dilakukan pengorganisasian serta pengelolaan data tersebut

memiliki tujuan untuk menemukan tema dan juga hipotesis kerja yang nantinya

akan diangkat untuk menjadi sebuah teori substantif.

Analisis data dalam penelitian itu dilakukan di dalam suatu proses. Jadi

pelaksanaan analisis mulai dilakukan ketika pengumpulan data itu juga dikerjakan

dan dilakukan secara intensif yaitu ketika sudah meninggalkan lapangan.

Melakukan analisis membutuhkan usaha pemusatan perhatian serta pengerahan

tenaga dan juga pikiran peneliti. Dengan demikian selain menganalisis data para

peneliti juga harus mendalami kepustakaan yang bertujuan mengonfirmasi teori

dan menjustifikasi terhadap teori baru yang ditemukan.

2. Karakteristik Analisis Data Kualitatif

Sebenarnya, dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu seluruh

proses pengumpulan data di lapangan selesai dilakukan. Segera setelah kita

memeroleh data, sesedikit apapun data itu, ketika masih segar ingatan kita akan

detail dan konteksnya maka sebaiknya langsung kita simpan dan organisasikan

dengan benar, dengan sistematis. Kita bisa membuat catatan atau mendeskripsikan

temuan itu, misalnya mentranskripkan rekaman wawancara sambil membuat

catatan refleksi teoritis dan metodologis. Dan itu bisa dilakukan secara simultan

ketika masih “berada dalam proses pencarian data lapangan”.

Page 61: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

61

Mungkin bagi sebagian orang melakukan analisis data kualitatif itu sudah

bukan hal yang sulit, tapi bagi peneliti pemula seperti kami (mahasiswa),

melakukan analisis data itu bukan pekerjaan yang sepele. Lebih celaka lagi, ada

yang malah tidak tahu “bagaimana menganalisisnya”. Memang, dalam penelitian

kualitiatif analisis data itu “seakan” hanya menceritakan data kita lalu

mengomentari sedikit-sedikit tentu saja dengan menyinggung teori ini dan teori

itu, selesai! Padahal tidak seperti itu semestinya.

Data kualitatif itu bentuknya teks, kata-kata tertulis, frase dan simbol-

simbol yang menggambarkan atau merepresentasikan orang, tindakan dan

peristiwa sosial yang ada dalam kehidupan ini. Kecuali untuk kepentingan content

analysis, analisis data kualitatif jarang yang menggunakan analisis statistik. Ini

tidak berarti kalau analisis data kualitatif semata hanya mengandalkan spekulasi

dan impresi yang semaunya. Analisis data kualitatif bisa juga dilakukan dengan

sistematis dan logika yang rigit, yang tentu nuansanya berbeda dengan gaya

analisis kuantitatif yang mengandalkan statistik. Di masa sekarang, peneliti

kualitatif lebih bersifat eksplisit terbuka untuk ‘diuji’ orang lain. Analisis data

kualitatif sekarang sudah semakin bersifat ekspisit dan sistematis langkah demi

langkah.

Berbeda dengan analisis data kuantitatif yang sudah lebih dahulu

menentukan perangkat teknik analisis yang spesifik, terstandarisasi, dengan

bertumpu pada matematika terapan, analisis data kualitatif relatif tidak memiliki

standar yang baku. Riset kualitatif bersifat induktif, peneliti kualitatif jarang yang

“sudah menentukan” analisis data yang spesifik ketika mereka memulai

Page 62: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

62

penelitian. Mengutip Schatznab dan Strauss,“Qualitative analysts do not often

enjoy the operational advantages of their own analytic processes; consequently,

they cannot refine and order their raw data by operations built initially into the

design of research”.35

Seperti yang telah saya singgung di muka, bahwa dalam analisis data

kualitatif peneliti tidak harus menunggu proses pengumpulan data itu selesai

dilakukan. Analisis data kualitatif bisa dilakukan bersamaan dengan proses

pengumpulan data di lapangan. Peneliti kualitatif akan mencari pola-pola dan

keterkaitan (data) dan dia bisa memulai melakukan analisis itu semenjak data itu

diperoleh. Hasil dari analisis data awal ini yang akan membimbing peneliti ke

pengumpulan data berikutnya.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan menghasilkan konsep dan teori

baru dengan memadukan bukti-bukti empirik dengan konsep-konsep abstraknya.

Alih-alih menguji hipotesis, analisis kualitatif mencoba menggambarkan atau

menunjukkan bahwa di dalam bukti temuan lapangan itu sesuatu teori,

generalisasi dan interpretasi bisa diterima akal.

Ciri yang kemudian dari analisis kualitatif dilihat dari tingkat abstraksinya.

Analisis kualitatif tidak se-abstrak sebagaimana dalam analisis kuantitatif;

melainkan lebih dekat ke ‘raw data’. Data dalam kualitatif berwujud kata, yang

relatif “imprecise” , diffuse dan melekat pada konteks dan bisa mengandung lebih

dari satu makna. Mengutip pendapat Collins: “Words are not only more

35 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.

4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 418.

Page 63: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

63

fundamental intellectually; one may also say that they are necessarily superior to

mathematics in the social structure of the discipline. For words are a mode of

expression with greater open-endness, more capacity for conecting various

realms of argument and experience, and more capacity for reaching intelletual

audiences.36

3. Explanations and Qualitative Data

Penelitian kualitatif merumuskan sebuah penjelasan (explanations) atau

generalisasi yang lebih dekat ke data konkret dan konteksnya, namun dengan cara

yang lebih dari sekedar deskripsi sederhana. Peneliti biasanya menggunakan

(bahasa) “level yang lebih rendah,” tidak se-abstrak sebagaimana sebuah ‘teori’

dan didasarkan pada detail yang konkret. Peneliti bisa memunculkan sebuah “new

theory” yang menyajikan gambaran realistik mengenai kehidupan sosial dan

mendorong pemahaman lebih dari sekedar pengujian hipotesis yang kausalistis.

Penjelasan itu cenderung dalam penjabaran detail yang mendalam, sensitif dengan

konteksnya dan memungkinkan menunjukkan proses yang kompleks atau

penggalan-penggalan kehidupan sosial. Penjelasan semacam ini bisa saja bersifat

kausal, namun bukan ini yang menjadi inti persoalan. Tujuan peneliti adalah

mengorganisasikan sejumlah besar detil spesifik ke dalam gambaran utuh, model

atau seperangkat konsep yang saling terkait.

36 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.

4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 419.

Page 64: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

64

4. Proses Analisis

Sering terdapat kelemahan dalam penelitian karena tidak selalu disadari

hubungan antara analisis data, pengumpulan data dan desain penelitian. Perlu

diperhatikan bahwa data dicari untuk mendukung atau menguji suatu tafsiran atau

mentest “hipotesis yang timbul dalam pikiran peneliti”. Kekurangan itu antara lain

disebabkan oleh karena peneliti hanya sekedar mengumpulkan data yang

menggambarkan apa adanya tanpa mengaitkannya dengan tujuan mencapai suatu

teori.

Jalan dari data deskripsi sampai teori cukup panjang,harus melalui

beberapa langkah serta meminta pikiran yang banyak, antara lain menemukan dan

merumuskan konsep, mengembangkan tipologi, memperhatikan konteks,

melakukan validasi dan sebagainya sampai akhirnya mengembangkan dan

“menguji teori”. Untuk itu diperlukan kreativitas, imajinasi dengan menggunakan

analogi dan metafor.

Menurut Hammersley dan Atkinson proses analisis melalui langkah-lanhkah

sebagai berikut37:

a. Pertama, membaca dan memelajari data yang terkumpul sampai dikuasai

sepenuhnya sambil memikirkannya untuk mencari apakah ada pola-pola

yang menarik atau menonjol atau justru membingungkan. Selidikilah

apakah terdapat hubungan antara data, adakah persamaan atau justru

pertentangan atau kontradiksi dalam pandangan berbagai informan. Sambil

37 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.

4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 139

Page 65: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

65

membaca, peneliti senantiasa mengajukan pertanyaan kepada data, tak

ubahnya seperti mengajukan pertanyaan kepada informan. Kedua,

berbagai konsep akan timbul dengan sendirinya bila diperhatikan istilah-

istilah yang digunakan oleh informan. Selidiki makna istilah itu lebih

lanjut. Ketiga, mungkin juga peneliti dapat memanfaatkan istilah sehari-

hari dengan pengertian khusus yang dapat mencakup atau merangkum

sejumlah data. Peneliti dapat juga menggunakan istilah formal yang

terdapat dalam disiplin ilmu terentu untuk mengklasifikasikan berbagai

data. Ada kemungkinan istilah itu masih perlu diadaptasi pada situasi

khusus yang dihadapi. Atau peneliti harus menciptkan istilah baru untuk

menangkap karakteristik kategori data tertentu. Dengan demikian peneliti

dapat melihat adanya pola dalam data yang diberinya nama atau istilah

tertentu.

b. Tugas berikut ialah mencari hubungan antara konsep-konsep dalam usaha

untuk mengembangkan suatu teori. Salah satu cara ialah “the constant

comparative method” yaitu mengidentifikasi suatu fokus, misalnya

“omongan orang”. Misalnya, peneliti memelajari bagaimana omongan ini

terjadi antara guru dalam berbagai lokasi dan kondisi, siapa bicara tentang

siapa kepada siapa tentang apa dengan cara yang bagaimana. Dengan

mendeskripsikan, menganalisis, dan membandingkannya peneliti dapat

menemukan berbagai jenis “omongan orang” dan dapat mengembangkan

suatu teori. Langkah-langkah “constant comparative method” ini menurut

Glaser ialah: Pertama, mulailah dengan mengumpulkan data. Kedua,

Page 66: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

66

temukan issue, peristiwa atau kegiatan yang berulang-ulang terjadi yang

dijadikan kategori. Ketiga, kumpulkan data yang memberikan banyak

contoh-contoh kategori yang dijadikan fokus itu untuk mengetahui

berbagai ragam dimensi kategori itu. Keempat, uraikan secara tertulis

mengenai kategori yang anda selidiki untuk mendeskripsikan dan

memahami semua aspek yang terdapat dalam data sambil terus mencari

hal-hal baru. Kelima. Olah data dan model yang tampil untuk menemukan

proses dan hubungan sosial pokok. Keenam, lakukan sampling,

pengkodean dan uraian tertulis dengan memusatkan analisis pada kategori

inti.38

Dalam “constant comparative method” kita membandingkan suatu konsep

atau kategori data tertentu dengan konsep atau kategori data lainnya. Untuk

melakukannya secara lebih sistematis sedapat mungkin kita mencoba

“memetakan” berbagai kategori itu dalam suatu bagan. Dengan demikian model

yang tampil akan lebih mantap, namun masih harus terus menerus diuji

berdasarkan data baru. Teori yang dibentuk senantiasa diperluas, disempurnakan,

ada kalanya harus diubah agar lebih sesuai. Makin banyak lokasi diselidiki makin

mantap teori itu, namun pada suatu saat tidak ada lagi yang dapat diungkapkan

situasi baru sehingga tibalah saat kejenuhan atau “ point of theoritical saturation”.

Pada taraf permulaan, peneliti tidak perlu membatasi diri pada satu teori.

Bahkan lebih baik bila ia membuka diri bagi berbagaikemungkinan perspektif dan

hipotesis. Ia harus menggunakan berbagai teori yang dapat dimanfaatkan untuk

38 Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education , An

Introduction to Theory and Methods. (Boston: Allyn and Bacon. 1982). Hal. 68-70.

Page 67: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

67

meemahami data. Akan ternyata bahwa tidak semua data dapat dijelaskan menurut

satu teori tertentu. Teori dalam proses penelitian bukan untuk menjelaskan semua

data akan tetapi untuk memfokuskan analisis penelitian yang mendorong untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

Tujuan penelitian naturalistik sebenarnya ialah untuk menghasilkan model

yang dapat menunjukkan kausalitas. Akan tetapi membuktikan validitas kausalitas

dalam penelitian naturalistik sangat sukar karena tidak dapat menggunakan

eksperimen seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Namun dapat diikuti

langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Denzin yang bersifat induksi

analitis guna mentest teori39:

a. Memberi definisi yang masih kasar mengenai gejala yang diselidiki.

b. Merumuskan penjelasan hipotesis mengenai gejala ini.

c. Mengadakan penelitian suatu kasus dengan tujuan untuk melihat apakah

hipotesis itu sesuai.

d. Jika hipotesis itu tidak sesuai dengan fakta, maka perlu dirumuskan

kembali hipotesis atau gejala atau juga masalahnya.

e. Kepastian yang lebih besar akan diperoleh bila telah diselidiki sejumlah

kasus lain, akan tetapi bila ditemui kasus negatif, maka harus dirumuskan

kembali hipotesis atau masalahnya.

f. Prosedur penelitian kasus, perumusan kembali hipotesis, demikian pula

gejala atau masalah dapat dilanjutkan sampai tercapai hubungan yang

39 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.

4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 140.

Page 68: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

68

universal, setelah tiap kasus negatif yang mengharuskan perumusan

kembali telah dapat tercakup.

Sulit ditentukan berapa banyak kasus yang harus diteliti sampai memadai

jumlahnya untuk mencapai kesimpulan yang universal. Tak dapat diketahui

apakah masih ada kasus negatif yang masih merupakan kekecualian yang belum

diliput. Adanya kasus-kasus demikian merupakan dorongan untuk senantiasa

memperhalus dan menyempurnakan teori yang diperoleh. Penelitian kualitatif tak

kunjung berakhir.

Ada beberapa macam teori yang dapat ditemukan atau dibentuk, yakni

yang bersifat makro dan mikro. Teori makro adalah teori yang berlaku bagi

sistem sosial dalam skala besar, misalnya mengenai struktur sosial secara

nasional. Sebaliknya teori “mikro” berlaku bagi organisasi sosial lokal yang

terbatas, misalnya kelas, keluarga suatu lembaga pendidikan, pabrik dan

sebagainya.

Teori dapat pula bersifat substantif dan formal. Teori yang bersifat

substantive biasanya mengenai hal-hal yang konkret, misalnya mengenai guru

sekolah, perawat di rumah sakit, dan sebagainya, sedangkan teori yang bersifat

formal menenai konsep atau kategori seperti disiplin, keadilan, kenakalan,

tanggung jawab dan sebagainya. Kedua golongan itu dapat dikombinasi, misalnya

makro-substantif, mikro-formal, dan sebagainya.

Page 69: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

69

5. Teknik Analisis Data

Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk

proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif

terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan diantaranya:

a. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara

mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape

recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan

mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis

secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar

penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

b. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,

perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di

luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman

wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai

acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti

kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding,

melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data

yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan

atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.

Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap

Page 70: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

70

hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan

tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan

tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat

menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada

subjek.

c. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data

tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada

tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali

berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga

dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan

hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis

tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai

hubungan antara konsep-konsep dan factor-faktor yang ada.

d. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,

peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan

yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari

suatau alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat.

Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan

yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang

menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini

akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori

Page 71: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

71

lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan,

kesimpulan dan saran.

e. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu

hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan

yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang

dipakaiadalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil

penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek

dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari

subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis

mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat

gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya

dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya

mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

Page 72: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

72

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya

ditinjau dari segi letak, Operasional dan fungsional.

Pesantren mahasiswa atau yang sering disebut sebagai (PESMA) ini

terletak dalam Universitas itu sendiri yang berada di sebelah utara dari Gedung

Rektorat dan sebelah Timur dari Gedung Pasca Sarjana, Pesma itu sendiri terdiri

dari 220 Manusia yang terbagi menjadi 212 Mahasantri dan 8 orang Pengurus atau

yang disebut sebagai DEMA(Dewan Mahasantri) Pesma terdiri dari 53 kamar

yang masing-masing bertempatkan 4 orang, dalam satu kamar sudah menjadi hal

yang biasa apabila terdiri dari orang-orang yang berbeda adat kebudayaan,

maupun suku-suku yang berbeda, sehingga memicu adanya penyelarasan

kebudayaan maupun adat atau yang sering kita sebut sebagai akulturasi budaya.

Pesma berdiri dibawah naungan kampus dan sekarang bekerjasama dengan

pihak pengurus Masjid Ulul Albab yang terletak didalam Uninversitas Islam

Negri Sunan Ampel sendiri sehingga para Mahasantri diwajibkan untuk

menghidupkan kegiatan-kegiatan islami dalam Masjid tersebut, seperti Pengajian

kitab kuning yang dilakukan secara rutin pada Malam Jum’at, serta sholat wajib

magrib dan isya’. Sumbangsih yang diberikan pesma terhadap Mahasantri sendiri

sangatlah besar terutama dalam pelajaran bahasa Arab maupun inggris

dikarenakan didalam pesma diajarkan setiap subuh bahasa Arab dan setiap malam

Page 73: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

73

selasa, rabu, kamis bahasa inggris tergantung urutan kelas, dan juga kegiatan-

kegiatan yang diadakan di pesma ini sangat membantu para mahasantri untuk

lebih mudah berkomunikasi, bersosialisasi antar budaya maupun Negara, contoh :

PM (Pengajian Malam) adalah salah satu program yang berjalan dengan sangat

baik di pesma yang dilakukan setiap Malam selasa, rabu, kamis, dan dalam PM

sendiri kita dibagi menjadi beberapa kelas yang terkumpul dari berbagai etnis,

entah jawa, papua, Kalimantan, Jakarta, Sumatra dll. Dengan dikumpulkannya

mahasantri dalam kelas-kelas yang terdiri dari berbagai etnis tersebut inni akan

mengajarkan kepada mahasantri secara tidak langsung tentang cara berkomunikasi

dan bersosialisasi antar latar belakang etnis maupun kebudayaan yang berbeda.

B. HASIL PENELITIAN

Berikut hasil penelitian yang kami tuliskan berdasarkan data yang kami

peroleh antara lain:

1. Komunikasi yang digunakan oleh para mahasantri Pesantren Mahasiswa

Uin Sunan Ampel yakni jenis komunikasi verbal dan komunikasi non

verbal dimana komunikasi verbal sangat dekat kaitannya dengan ucapan

atau bahasa lisan, dan bahasa lisan yang sering digunakan yakni baha

Indonesia dikarenakan dengan menggunakan bahasa Indonesia seluruh

mahasantri mampu mehami pesan yang disampaikan oleh seorang

komunikator dan komunikasi non verbal sendiri digunakan sering kali

ketika proses komunikasi verbal tak memadai tak mampu membuat

seorang komunikan mengerti akan pesan yang disampaikan oleh

Page 74: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

74

komunikator sehingga letak fungsi utama dari koomunikasi non verbal itu

sendiri untuk memperkuat maksut dari tujuan seorang komunikator

biasanya komunikasi non verbal yang digunakan oleh para mahasantri

ialah Gesture (gerak tubuh) yakni dengan menggerakkan bagian-bagian

anggota tubuh serta Proxemiks (kedekatan).

2. Tidak terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh para Mahasantri

karna meskipun mereka tidak saling memahami bahasa selain bahasa

daerah mereka akan tetapi mereka semua mengerti akan bahasa Indonesia

sehingga mempermudah mereka dalam berkomunikasi serta bersosialisaai

Namun bukannya tidak ada hambatan dalam proses komunikasi

dikarenakan terkadang cara mereka berkomunikasi membuat lawan bicara

mereka bibngung akan maksud pesan yang disampaikan oleh sang

komunikator sehingga menuntut sang komunikator untuk mengulang-

ulang pembicaraan atau dengan menggunakan cara-cara mereka sendiri

untuk membuat seorang komunikan mengerti akan pesan yang mereka

sampaikan.

Dan juga berikut kami lampirkan sedikit catatan wawancara dari beberapa

mahasantri (santri pesantren mahasiswa) yang kami tulis mewakili seluruh catatan

wawancara yang kami peroleh dari puluhan mahasantri beserta segenap jajaran

pengurus mahasantri yang berasal dari berbagai etnis dan kebudayaan yang

berbeda serta ada yang berasal dari Negara berbeda pula:

Page 75: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

75

Narasumber yang pertama:

Nama : Mirza Mustainu Hidayah

Umur : 19 tahun

Asal : Tarakan (Kalimantan Utara)

Daftar pertanyaan :

1. Bagaimana Pandangan Anda Mengenai PESMA ?

Menurut saya pesma sudah cukup baik Namun masih ada

kekurangannya dari segi kegiatannya.

a) Maksud kurang dari segi kegiatan itu bagaimana?

Ya kurang kegiatannya, terlalu sedikit kegiatan yang ada dan berjalan di

pesma ini.

b) Apa sajakah yang masih berjalan tersebut.?

Ya seperti kajian setelah subuh, Pengajian Malam serta kajian kitab

kuning setiap malam jum’at.

2. Apakah anda mengerti bahasa jawa?

Ya

a) Bagaimana anda bisa mengerti bahasa jawa sedangkan anda berasal dari

Kalimantan Utara?

Ya dikarenakan orang tua saya aslinya orang jawa semua akan tetapi

merantau ke Kalimantan utara sehingga saya lahir dan besar disana.

3. Apakah Ada kesusahan dalam bersosialisasi dengan Mahasantri yang lain,

mungkin yang berasal dari daerah yang berbeda dengan Anda?

Page 76: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

76

Ya saya rasa sih biasa-biasa saja tidak ada kesusahan yang begitu besar

karena saya sudah lumayan bisa bahasa jawa, namun jika dengan yang

berbeda Negara saya jarang sekali berkommunikasi karena saya agak

bingung memahaminya.

4. Menurut Anda Apakah Dengan adanya Pesma ini Membantu para

Mahasiswa-mahasiswa yang tidak bisa bahasa jawa atau kurang faham

dalam kultur kebudayaan di daerah jawa ini sendiri ?

Ya sedikit membantu

5. Bagaimana cara anda beradaptasi dengan mahasantri yang lain terutama

yang berasal dari jawa?

Ya pertama saya kenalan dulu kemudian saya sering menyapa apabila

bertemu, terus sering kumpul bareng-bareng karena dengan seringnya

kita bersama nanti dengan sendirinya akan tercipta kedekatan emotional

yang mana ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi agar terjalin

dengan baik.

6. Mengapa anda memilih pesma sebagai tempat anda bermukim?

Karena menurut pendapat orang tua saya tempat tinggal disekitar sini

(kost) itu kurang layak.

a) Kurang layak dari segi pergaulan atau vasilitas ?

Dari segi vasilitas, sehingga untuk sementara ini orang tua saya

menyuruh saya tinggal di pesma.

Page 77: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

77

Narasumber yang kedua :

Nama : Sukirman

Umur : 20

Asal : Kota baru (Kalimantan selatan)

Daftar Pertanyaan:

1. Sudah berapa lama anda berada di jawa ?

Kurang lebih 8 tahun, sejak kecil saya sudah di taruh oleh orang tua di

tanah jawa pada saat itu umur saya 12 tahun.

a) Apakah anda bisa berbahasa jawa ?

Ya, bukan hanya bisa melainkan sangat lancar.

b) Bagaimanakah cara anda belajar bahasa jawa ?

Awalnya saya banyak mengalami kesulitan-kesulitan dalam

mempelajarinya akan tetapi saya sering kumpul dengan mereka-mereka

orang jawa sehingga dengan sendirinya saya bisa menguasai bahasa

jawa.

2. Bagaimanakah pandangan Anda mengenai pesma ?

Menurut sya pesma ini dibilang bagus ya tidak terlalu bagus, dibilang

jelek ya tidak terlalu jelek jadi ditengah-tengah aja, tapi dalam segi

sestemnya menurut saya masih terbilang buruk.

a) Apakah itu sistem pendidikin kegiatan sehari-hari ataukah yanglain ?

Untuk sistem sehari-hari menurut saya sudah bagus akan tetapi

penghuni dari pesma itu sendiri yang belum terlalu menyadari peran

dirinya sendiri.

Page 78: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

78

3. Mengapa Anda memilih pesma sebagai tempat bermukim anda ?

Ya dikarenakan tempatnya yang strategis dekat dengan kampus

sehingga tidak susah untuk berangkat kuliah atau ketika ada kegiatan di

kampus sendiri.

a) Apakah ada faktor lain selain faktor jarak ?

Ya ada diantaranya dikarenakanVasilitasnya yang memadai dan

nyaman.

4. Apakah ada kesusahan atau halangan dalam menjalin komunikasi dengan

mahasantri lain ?

Tidak ada, soalnya saya sudah bisa menguasai bahasa jawa.

a) Itu apabila dengan orang jawa, Namun, Apabila dengan mahsantri yang

lain yang berbeda kultur serta adat apakah sama ?

Ya, bagi saya sama karena kitakan memiliki bahasa resmi, bahasa

nasional yakni Bahasa Indonesia jadi siapapun orangnya apabila masih

di Indonesia pasti masih bisa berkomunikasi.

b) Di Pesma inikan juga terdapat mahasantri yang bersal dari luar negri

seperti Malaysia, nah bagai manakah anda berkomunikasi dengannya

apabila mereka kurang faham dengan bahasa Indonesia ?

Berkomunikasikan bukan hanya melalui omongan atau verbal akan

tetapi juga bisa dengan menggunakan bahasa non verbal, jadi saya lebih

banyak menggunakan bahasa non verbal seperti gerak tubuh.

5. Apakah dengan adanya pesma ini membantu anda dalam penyesuaian diri

terhadap kebudayaan yang berlaku disini ?

Page 79: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

79

Ya, sedikit banyak membantu karena setiap daerahkan pasti memiliki

kebudayaan serta adat yang berbeda jadi dengan adanya pesma ini saya

terbantu sehingga saya tidak terlalu susah dalam menyesuaikan diri

dengan mahasiswa-mahasiswa yang berada dikampus karena

sesungguhnya apabila kita sudah bisa menguasai cara bersosialisasi

yang baik dan penerapan yang baik di pesma ini maka kita juga akan

dapat melakukan hal yang sama apabila berada di kampus.

Narasumber yang ketiga :

Nama : Andika bin Rasbi

Umur : 19

Asal : Malaysiya (serawak)

Daftar pertanyaan :

1. Bagaimana pendapat anda mengenai pesma ?

Cukup baik, nyaman, enak.

2. Apakah anda bisa berbahasa Indonesia dengan baik ?

Sedikit, tidak terlalu lancar.

a) Bagaimana dengan bahasa jawa ?

Bahasa jawa saya tidak mengerti.

3. Apakah ada halangan bagi anda dalam berkomunikasi dengan mahasantri

lain terutama yang berasal dari jawa ?

Menurut saya tidak halangan semuanya baik-baik saja.

a) Jadi bahasa menurut anda bukanlah suatu halangan dalam proses

sosialisasi serta komunikasi ?

Page 80: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

80

Bukan karna bagi sya yakni mengenal dan menegur.

4. Mengapa anda memilh pesma sebagai tempat tinggal anda ?

Kamarnya besar, Tempatnya enak, bersih, terus kamar mandinya

banyak.

a) Bagaiman kisahnya sehinggan anda bisa masuk di pesma ini ?

Ya kita semua anak Malaysia diwajibkan untuk semester-semester awal

untuk tinggal disini, kita semua di uruskan oleh kaka-kaka kelas yang

bersal dari Malaysia juga.

5. Anda tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar apalagi bahasa jawa,

terus bagaimana cara anda beradaptasi dengan mahasantri lain ?

Sering menegur dan berbicara sebisanya saja.

C. TELAAH TEORI TENTANG HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian kualitatif, telaah tentang hasil penelitian merupakan

bagian yang sangat penting. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, tujuan pokok

melakukan telaah dalam penelitian ini bukan untuk mengemukakan teori yang

relevan yang kemudian dideduksikan pada gejala yang hendak diteliti untuk

kemudian peneliti membangun hipotesis dan mengupayakan operasionalisasi

konsep serta kemudian pengukuran-pengukuran, melainkan untuk melakukan

jelajahan literatur guna menemukan beberapa hal, misalnya gambaran bagaimana

penelitian dengan topik yang sama atau mirip telah dilakukan oleh peneliti lain,

penggunaan konsep-konsep tertentu oleh peneliti lain yang mungkin juga akan

Page 81: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

81

digunakan atau setidaknya dianggap relevan dan temuan-temuan empirik oleh

peneliti lain yang mungkin dapat dirujuk.

Sesuatu yang sangat menarik dalam penelitian kualitatif terkait dengan

telaah pustaka ini adalah, bahwa upaya telaah ini tetap dilakukan pada saat

peneliti mencoba mengupayakan analisis data dan hendak menarik simpulan. Di

sini, ada kemungkinan peneliti harus membuang sebagian data yang diyakini tidak

relevan (reduksi data), mengganti konsep yang telah dijelaskan sebelumnya

dengan konsep baru atau konsep lain yang lebih tepat, atau peneliti harus

membuang pandangan-pandangan teoritik dan atau temuan peneliti lain yang

belakangan diyakini tidak atau kurang relevan lagi untuk diganti dengan

pandangan teoritik lain yang sekiranya lebih dapat membantu upaya memahami

kecenderungan dari data yang ada.

Secara lebih terinci telaah tentang hasil penelitian memiliki beberapa

tujuan penting yang beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep penting yang digunakan,

serta penjelasan aspek-aspek yang tercakup di dalamnya. Meskipun

penelitian kualiatif tidak pernah dimaksudkan untuk menguji hipotesis

sehingga peneliti memang tidak harus berpegang pada definisi-definisi

tertentu untuk konsep-konsep yang digunakan, tetapi peneliti tetap

membutuhkan penjelasan mengenai konsep yang dihadirkan.

2. Memeroleh pijakan untuk dapat mengemukakan penjelasan-penjelasan

teoritik tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan peneliti dalam

uyapa menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Page 82: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

82

3. Memeroleh acuan dalam upaya mengidentifikasikan dan mengemukakan

justifikasi mengenai ruanng-ruang lingkup dari gejala komunikasi yang

diteliti.

4. Memeroleh ilustrasi penelitian sejenis baik dilihat daris egi metode dan

atau prosedur penelitian yanag digunakan maupaun temuan-temuan yang

dihasilkan peneliti lain.

5. Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-posisi penelitian yang

sedang dilakukan di antara penelitian-penelitian lain yang sudah ada

sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-catatan kritis terhadap

penelitian-penelitian lain yang sudah ada, baik berkenanan dengan

prosedur penelitian maupun pendekatan-pendekatan yang digunakan.

6. Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi hasil (temuan)

penelitian yang dilakukan di antara hasil-hasil (temuan ) penelitian lain.40

40 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LkiS. Yogyakarta. 2007). Hal 81-83.

Page 83: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

83

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari seluruh rangkaian penelitian yang telah dilakukan, diperoleh sebuah

kesimpulan bahwa:

1. Komunikasi yang digunakan oleh para mahasantri Pesantren Mahasiswa

Uin Sunan Ampel yakni jenis komunikasi verbal dan komunikasi non

verbal dimana komunikasi verbal sangat dekat kaitannya dengan ucapan

atau bahasa lisan, dan bahasa lisan yang sering digunakan yakni bahasa

Indonesia dikarenakan dengan menggunakan bahasa Indonesia seluruh

mahasantri mampu mehami pesan yang disampaikan oleh seorang

komunikator dan komunikasi non verbal sendiri digunakan sering kali

ketika proses komunikasi verbal tak memadai tak mampu membuat

seorang komunikan mengerti akan pesan yang disampaikan oleh

komunikator sehingga letak fungsi utama dari koomunikasi non verbal itu

sendiri untuk memperkuat maksut dari tujuan seorang komunikator

biasanya komunikasi non verbal yang digunakan oleh para mahasantri

ialah Gesture (gerak tubuh) yakni dengan menggerakkan bagian-bagian

anggota tubuh serta Proxemiks (kedekatan).

2. Tidak terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh para Mahasantri

karna meskipun mereka tidak saling memahami bahasa selain bahasa

daerah mereka akan tetapi mereka semua mengerti akan bahasa Indonesia

sehingga mempermudah mereka dalam berkomunikasi serta bersosialisaai

Page 84: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

84

Namun bukannya tidak ada hambatan dalam proses komunikasi

dikarenakan terkadang cara mereka berkomunikasi membuat lawan bicara

mereka bibngung akan maksud pesan yang disampaikan oleh sang

komunikator sehingga menuntut sang komunikator untuk mengulang-

ulang pembicaraan atau dengan menggunakan cara-cara mereka sendiri

untuk membuat seorang komunikan mengerti akan pesan yang mereka

sampaikan.

B. KRITIK DAN SARAN

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa

memeberikan kekuatan lahir dan batin kepada tim peneliti, sehingga dapat

menyelesaikan penelitian ini.

Dalam penulisan penelitian ini, kami selaku tim peneliti telah

mencurahkan segala kemampuan baik pikiran, tenaga, biaya dan waktu demi

kesempurnaan penelitian ini. Namun karena keterbatasan kemampuan, maka

tentunya masih banyak kekurangan dan kejanggalan yang terdapat dalam

penyusunan bahasa, tata tulisannya dan uraian dalam pembahasan.

Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi serta kritik yang

bersifat konstruktif dari semua pembaca demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik serta hidah-

nya kepada kita semua.

Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca. Amin.

Page 85: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

85

DAFTAR PUSTAKA

Alasuutari, Pertti. Researching Culture: Qualitative method and cultural

studies. London: Sage. 1995

Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta;

Rajawali Pers, 1998.

Bogdan, Robert C.,Biklen, Sari Knopp. Qualitative Research for

Education , An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and

Bacon. 1982.

Bryman, Allan, “Social Research Method 2nd ed.” United States: Oxford

University Press, 2004.

Bungin, M. Burhan. Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan

Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media

Group, 2006.

Effendi, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan

Komunikologis, Remaja Karya, Bandung, 1986.

Hadari, Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. 2005.

Ilyas Ba-Yunus dan Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan,

terj. Hamid Ba-Syaib. Bandung: Mizan, 1996.

Khotimah, Emma. Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal

Editor, Vol, 1 No. 1, Bandung: Unisba. 2000.

Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2003.

Page 86: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

86

Macbride, Sean. Many Voices One Word, dalam “Aneka Suara Satu

Dunia”, Unesco-Balai Pustaka.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima,

Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003.

Mulyana, Deddy. Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor, dan

Pengalaman Konyol, Cetakan kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya.

2002.

Mulyana, Deddy. Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi

Antar Budaya, Dalam: Komunikasi Antar Budaya, Panduan

Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya, Editor: Deddy

Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001.

Neuman, W Lawrence. Social Research Methods Qualitative and

Quantitative Approaches. 4th.ed. Boston: Allyn and Baccon. 2000.

Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKIS, 2007.

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

S, Josefh. Sosiologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora . Jakarta:

Bina Aksara, 1984.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo,

2010.

Somavar, Larry and Porter, Richard E. Communication Between Cultures,

Belmont: C.A. Wadsworth. 1991.

Page 87: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

87

Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication: Kontek-Kontek

Komunikasi, Buku Pertama, Editor dan Penerjemah Dedy Mulyana,

Bandung: Rosdakarya. 1996.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta: PT Grafindo

Persada. 1996.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.2009

Suharsimi, Arikunto. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka

Cipta. 2002.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik,

Jakarta :PT.Asdi Mahasatia, 2006.

Teguh, Raj Muhammad. Methodologi penelitian ekonomi. Jakarta: Raja

Grafindo persada, 2001.

W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with strangers: An

approach to intercultural communication (Ed), New York: McGraw Hill,

1992.

Page 88: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

88

Lampiran

Gambar I: Simbol Nama Pesantren Mahasiswa

Gambar II: Gedung Pesantren Mahasiswa Tampak Dari Bawah

Page 89: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

89

Gambar III: Pintu Masuk Gedung Pesantren Mahasiswa Putra

Gambar IV: Sosialisasi Santri

Page 90: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

90

Gambar V: Kegiatan Mahasiswa (Ngaji Kitab Kuning)

Gambar VI: salahsatu mahasiswa asal Malaysia

Page 91: Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi

di Pesantren Mahasiswa

91

Gambar VII: Kegiatan Pembelajaran Malam