SOSIOLOGI KESEHATAN
-
Upload
putridewi22 -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
description
Transcript of SOSIOLOGI KESEHATAN
Irwan syuhada,S.Psi
SOSIOLOGI KESEHATAN
KONSEP-KONSEP POKOK
Konsep yang paling mendasar dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu prilaku adalah
masyarakat. Telah disebutkan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki
identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu, serta mengembangkan norma-
noram yang harus dipatuhi oleh para anggotanya. Istilah masyarakat itu sering kali sering kali
dibedakan dalam kata society dan community.
Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka study-study dalam
sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan etik dan
emik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan emik berusaha memahami prilaku
individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri (individu tersebut atau aggota
masyarakat yang bersangkutan) sedangkan pendekatan etik menganalisa prilaku atau gejala
sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain. Dengan
demikian maka pendekatan etik bersifat lebih obyektif, dapat diukut dengan ukuran dan
indikataor tertentu, sedangkan pendekatan emik relative lebih subyektif dan banyak
menggunakan kata-kata/bahasa dalam menggambarkan perasaan individu yang menjadi obyek
studi.
Masyarakat di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, tidak dapat melepaskan
diri dari moderisasi, yaitu perubahan teknologi, norma dan organisasi sosial guna mencapai
tujuan tertentu. Modernisasi ini dapat terjadi pada tingkat individu maupun nasional. Pada
tingkat individu, menjadi modern berarti mengubah cara berfikir, jadi berbeda dengan orang
yang tradisional hidupnya sangat ditentukan oleh lingkungan, orang modern berusaha
menggunakan akal dan keterampilannya mengatur lingkungan untuk disesuaikan dengan
kebutuhan/keinginannya.
Masyarakat mempunyai kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau
pendirian, tnpa menunjukkan pro atau anti. Artinya, jika orang percaya bahwa merokok dapat
menyebabkan kanker paru, maka dianggap hal itu benar, terlepas dari apakah dia suka merokok
atau tidak suka merokok.
Irwan syuhada,S.Psi
Kepercayaan tentang apa yang dianggap baik/benar dan apa yang tidak baik/salah disebut
nilai. Nilai sosial mencerminkan nilai budaya suatu masyarakat dan berlaku bagi sebagian besar
anggota masyarakat penganut kebudayaan tersebut.guna mengatur prilaku individu dalam
kelompok agar sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, dibuatlah norma-norma tertentu, yang
berupa praturan yang disetujui oleh anggota masyarakat, yang menguraikan secara rinci tentang
prilaku yang harus atau justru tidak boleh dilakukan dalam suatu keadan atau kedudukan
tertentu. Jadi norma sosial itu digunakan sebagai mekanisasi control prilaku individu dalam
masyarakat.
Dalam menyesuaikan tingkah lakunya dengan norma masyarakat biasanya individu
melihat kepada kelompok acuannya (reference group), yaitu kelompok yamh di jadikan acuan
atau panutan individu. Peran kelompok acuan ini amatlah penting dalam mengatur dan
mengarahkan prilaku individu. Sebaliknya dari pihak individu diharapkan adanya kesediaan
untuk mematuhi peraturan dan norma-norma yang berlaku, seperti yang dianjurkan oleh
pemimpin masyarakat serta kelompok acuan. Kepatuhan ini disebut juga Konformitas atau
conformity. Konformitas adalah membeloknya/merubahnya pandangan atau tindakan seorang
individu sebagai akibat dari tekanan kelompok yang muncul karena adanya pertentangan antara
pendapat si individu dengan pendapat kelompok (Krech, 1962).
Dalam upaya menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya, individu harus belajar
menerima budaya masyarakat tersebut. Difusi kebudayaan terjadi jika seorang individu secara
selektif meminjam beberapa aspek budaya atau tradisi setempat. Biasanya seleksi ini dilakukan
atas pertimbanagn keuntungan aspek-aspek tersebut bagi si individu dan menolak aspek-aspek
lain yang dianggap dapat merugikannya. Melalui akulturasi penerimaan atau budaya baru
berlangsung dengan lebih intensif, yaitu melalui perubahan pada dua kebudayaan yang saling
berintraksi. Dua budaya yang berbeda itu bertemu dan secara ekstensif diolah dalam diri individu
di masyarakat sehingga akhirnya terjadi modifikasi dari aspek-aspek budaya aslinya yng
disesuaikan dengan budaya baru. Jika perubahan suatu kebudayaan sedemikian besarnya
sehingga cirri khasnya terlebur kedalam budaya lain, atau jika kedua budaya tersebut melebur
membentuk suatu budaya baru, maka hal itu disebut asimilasi. Proses asimilasi ini memakan
waktu yang panjang dan hal ini lebih mudah dicapai oleh individu yang mempunyai motivasi
kuat untuk berubah, dari pada mengubah seluruh kelompok.
Irwan syuhada,S.Psi
TEORI AKSI
Teori aksi yang juga dikenal sebagi teori bertindak ini (action theory) pada mulanya
dikembangkan oleh Max Weber seorang ahli sosiologi dan ekonomi yang ternama. Weber
berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi,
pemahaman, dan penafsirannya atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu.
Teori Weber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Persons, yang mulai dengan
mengkritik Weber, menyatakan bahwa aksi/action itu bukanlah prilaku/behavior. Aksi
merupakan tanggapan/respon mekanis terhadap suatu stimulus sedangakan prilaku adalah suatu
proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut persons, yang utama bukanlah tindakan individual,
melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur prilaku (poloma,
1997).
Guna mengklasifikasikan tipe-tipe peranan dalam suatu sosial dalam sutu system sosial,
persons mengembangkan pattern variables sebagai berikut (poloma, 1987) :
1. Efektif versus netral. Iteraksi sosial dalam suatu komunitas dapat dibedakan dalam
derajat keterlibatan emosi individu.
2. Orientasi diri versus orientasi kelompok. Hubungan antar individu juga dapat dibedakan
berdasarkan arah orientasinya. Dalam hal seorang individu mengutamakan kepentingan
diri sendiri maka dia akan menjalin hubungan yang disebut berorientasi diri.
3. Umum/universal versus khusus. Individu saling berintraksi dengan menggunakan
norma/criteria yang umum, yang dapat diterapkan pada semua orang, ataupun kriteria
khusus, yang hanya berlaku bagi kelompok tertentu.
4. Kualitas versus prestasi. Kualitas mengacu kepada status seorang individu yang
diperolehnya sejak lahir.
5. Spesifik versus membaur/diffuse. Dalam hubungan yang spesifik, dua individu
berhubungan dalam situasi yang terbatas sifatnya, seperti misalnya hubungan antara
pedagang dan pembelinya.sedangkan hubungan keluarga adalah contoh dari hubungan
yang membaur.
Irwan syuhada,S.Psi
TEORI SISTEM
Dalam perkembanagan berbagai disiplin ilmu, seorang ahlim ilmu sosial, Bertalanffy,
mengamati bahwa komunikasi antar berbagai disiplin, bahkan juga didalam satu disiplin, makin
bertambah sulit dengan adanya spesialisasi dalam setiap disiplin. Meskipun demikian tampak ada
suatu konsep yang dapat ditemukan didalam semua disiplin ilmu, yaitu konsep system, yang
merupakan suatu kranngka yang terdiri dari beberapa elemen/subsistem yang saling berintraksi
dan berpengaruh.
Persons memandang teori yang di prakarsai oleh Bertalanffly ini sebagai teori yang dapat
dikembangkan lebih luas guna diterapkan dalam sosiologi. Dalam teorinya yang dinamakan teori
system imun, persons berpendapat ada empat yang tercangkup dalam segala system kehidupan,
yaitu latent pattern-maintenance atau cara mempertahankan kesinambungan tindakan didalam
suatu system yang mengikuti norma atau aturan tertentu :integration, ialah mengordinasi dan
menyatukan bagian-bagian dari satu system menjadi satu kesatun fungsi : goal attainment yang
merupakan upaya menentukan prioritas dari berbagi tujuan system serta mencapai tujuan
tersebut dan adaptation yaitu kemampuan system untuk menyerap apa-apa yang dibutuhkannya
dari lingkungannya serta membagikannnya kepada seluruh bagian system (Poloma,1987).
TEORI PRILAKU PERTUKARAN
Dalam upaya menjelaskan fenomena sosial, seorang ahli lain, George Homans
mengembangkan teori pertukaran berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi, yaitu manusia
menawarkan jasa /barang tertentu dengan mengharapkan memperoleh imbalan jasa/barang lain.
Interaksi sosialpun menggunakan prisnsip resiprositas seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya
individu melakukan suatu tindakan demi mendapat imbalan atau justru menghindari hukuman.
Prilaku individu diarahkan oleh norma sosial dan konformitas terhadap norma kelompok akan
diberi imbalan atau hadiah, sedangakan penyelewengan apalagi pemberontakan terhadap norma
kelompok akan dihukum. Teori Homans ini dinamakan teori prilaku pertukaran (polomq, 1987).
Bagi Homans tujuan prilaku manusia adalah tujuan ekonomis, yaitu untuk memperbesar
keuntungan atau imbalan dan seluruh fenomena sosial dapat dianalisa sebagi bentuk pertukaran.
Homans menggunakan teori behaviorism dari ahli psikologi Skinner dalam usahanya
menjelaskan proses pertukaran dalam prilaku individu dan kelompok. Dia meminjam istilah-
Irwan syuhada,S.Psi
istilah yang digunakan oleh skinner sehubungan dengan perubahan prilaku, yaitu sukses,
stimulus, nilai, kekurangan versus kejenuhan, dan persetujuan.
Sukses : makin sering suatu tindakan menghasilakan imbalan/hadiah, makin kuatlah
kecendrungan individu untuk melakukan tindakan tersebut. Keberhasilan memperkuat suatu
tindakan.
Stimulus : jika dimassa lalu tindakan individu sebagai tanggapan dari suatu stimulus tertentu
ternyata mendapat imbalan positif, maka jika stimulus serupa timbul lagi, individu cendrung
untuk mengulangi tindakan yang sama. Pengalaman masa lalu penting bagi penentuan prilaku
individu.
Nilai : makin tinggi harga/nilai suatu hasil tindakan bagi si individu, makin besar
kemungkinanya bahwa individu itu akan melakukan hal tersebut, makin tinggi nilai profesi
dokter bagi seorang individu, makin besar pula motivasinya untuk studi dan mencapai gelar
dokter.
Kekuranagan – kejenuhan : makin sering individu menerima imbalan tertentu, makin kecil
makna imbalan tersebut baginya. Hadiah uang makin kecil maknannya kalau sering diberikan.
Sebaliknya, makin jarang imbalan diperoleh, makinbesar makna imbalan itu.
Persetujuan – agresi : bilamana seorang tidak menerima imbalan yang diharapakan, atau jika dia
menerima hukuman diluar harapannnya, dia cendrung untuk bertindak agresif. Sedangkan jika
individu diberikan imbalan seperti yang di harapkan, atau jika dia tidak di hokum karenannya,
maka dia akan setuju untuk melalukan tindakan tersebut.