SOSIOLOGI KESEHATAN

8
Irwan syuhada,S.Psi SOSIOLOGI KESEHATAN KONSEP-KONSEP POKOK Konsep yang paling mendasar dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu prilaku adalah masyarakat. Telah disebutkan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu, serta mengembangkan norma- noram yang harus dipatuhi oleh para anggotanya. Istilah masyarakat itu sering kali sering kali dibedakan dalam kata society dan community. Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka study-study dalam sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan etik dan emik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan emik berusaha memahami prilaku individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri (individu tersebut atau aggota masyarakat yang bersangkutan) sedangkan pendekatan etik menganalisa prilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain. Dengan demikian maka pendekatan etik bersifat lebih obyektif, dapat diukut dengan ukuran dan indikataor tertentu, sedangkan pendekatan emik relative lebih subyektif dan banyak menggunakan kata-kata/bahasa dalam menggambarkan perasaan individu yang menjadi obyek studi. Masyarakat di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, tidak dapat melepaskan diri dari moderisasi, yaitu perubahan

description

SOSIOLOGI KESEHATAN

Transcript of SOSIOLOGI KESEHATAN

Page 1: SOSIOLOGI KESEHATAN

Irwan syuhada,S.Psi

SOSIOLOGI KESEHATAN

KONSEP-KONSEP POKOK

Konsep yang paling mendasar dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu prilaku adalah

masyarakat. Telah disebutkan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki

identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu, serta mengembangkan norma-

noram yang harus dipatuhi oleh para anggotanya. Istilah masyarakat itu sering kali sering kali

dibedakan dalam kata society dan community.

Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat maka study-study dalam

sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan etik dan

emik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan emik berusaha memahami prilaku

individu/masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri (individu tersebut atau aggota

masyarakat yang bersangkutan) sedangkan pendekatan etik menganalisa prilaku atau gejala

sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain. Dengan

demikian maka pendekatan etik bersifat lebih obyektif, dapat diukut dengan ukuran dan

indikataor tertentu, sedangkan pendekatan emik relative lebih subyektif dan banyak

menggunakan kata-kata/bahasa dalam menggambarkan perasaan individu yang menjadi obyek

studi.

Masyarakat di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, tidak dapat melepaskan

diri dari moderisasi, yaitu perubahan teknologi, norma dan organisasi sosial guna mencapai

tujuan tertentu. Modernisasi ini dapat terjadi pada tingkat individu maupun nasional. Pada

tingkat individu, menjadi modern berarti mengubah cara berfikir, jadi berbeda dengan orang

yang tradisional hidupnya sangat ditentukan oleh lingkungan, orang modern berusaha

menggunakan akal dan keterampilannya mengatur lingkungan untuk disesuaikan dengan

kebutuhan/keinginannya.

Masyarakat mempunyai kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau

pendirian, tnpa menunjukkan pro atau anti. Artinya, jika orang percaya bahwa merokok dapat

menyebabkan kanker paru, maka dianggap hal itu benar, terlepas dari apakah dia suka merokok

atau tidak suka merokok.

Page 2: SOSIOLOGI KESEHATAN

Irwan syuhada,S.Psi

Kepercayaan tentang apa yang dianggap baik/benar dan apa yang tidak baik/salah disebut

nilai. Nilai sosial mencerminkan nilai budaya suatu masyarakat dan berlaku bagi sebagian besar

anggota masyarakat penganut kebudayaan tersebut.guna mengatur prilaku individu dalam

kelompok agar sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, dibuatlah norma-norma tertentu, yang

berupa praturan yang disetujui oleh anggota masyarakat, yang menguraikan secara rinci tentang

prilaku yang harus atau justru tidak boleh dilakukan dalam suatu keadan atau kedudukan

tertentu. Jadi norma sosial itu digunakan sebagai mekanisasi control prilaku individu dalam

masyarakat.

Dalam menyesuaikan tingkah lakunya dengan norma masyarakat biasanya individu

melihat kepada kelompok acuannya (reference group), yaitu kelompok yamh di jadikan acuan

atau panutan individu. Peran kelompok acuan ini amatlah penting dalam mengatur dan

mengarahkan prilaku individu. Sebaliknya dari pihak individu diharapkan adanya kesediaan

untuk mematuhi peraturan dan norma-norma yang berlaku, seperti yang dianjurkan oleh

pemimpin masyarakat serta kelompok acuan. Kepatuhan ini disebut juga Konformitas atau

conformity. Konformitas adalah membeloknya/merubahnya pandangan atau tindakan seorang

individu sebagai akibat dari tekanan kelompok yang muncul karena adanya pertentangan antara

pendapat si individu dengan pendapat kelompok (Krech, 1962).

Dalam upaya menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya, individu harus belajar

menerima budaya masyarakat tersebut. Difusi kebudayaan terjadi jika seorang individu secara

selektif meminjam beberapa aspek budaya atau tradisi setempat. Biasanya seleksi ini dilakukan

atas pertimbanagn keuntungan aspek-aspek tersebut bagi si individu dan menolak aspek-aspek

lain yang dianggap dapat merugikannya. Melalui akulturasi penerimaan atau budaya baru

berlangsung dengan lebih intensif, yaitu melalui perubahan pada dua kebudayaan yang saling

berintraksi. Dua budaya yang berbeda itu bertemu dan secara ekstensif diolah dalam diri individu

di masyarakat sehingga akhirnya terjadi modifikasi dari aspek-aspek budaya aslinya yng

disesuaikan dengan budaya baru. Jika perubahan suatu kebudayaan sedemikian besarnya

sehingga cirri khasnya terlebur kedalam budaya lain, atau jika kedua budaya tersebut melebur

membentuk suatu budaya baru, maka hal itu disebut asimilasi. Proses asimilasi ini memakan

waktu yang panjang dan hal ini lebih mudah dicapai oleh individu yang mempunyai motivasi

kuat untuk berubah, dari pada mengubah seluruh kelompok.

Page 3: SOSIOLOGI KESEHATAN

Irwan syuhada,S.Psi

TEORI AKSI

Teori aksi yang juga dikenal sebagi teori bertindak ini (action theory) pada mulanya

dikembangkan oleh Max Weber seorang ahli sosiologi dan ekonomi yang ternama. Weber

berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi,

pemahaman, dan penafsirannya atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu.

Teori Weber dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Persons, yang mulai dengan

mengkritik Weber, menyatakan bahwa aksi/action itu bukanlah prilaku/behavior. Aksi

merupakan tanggapan/respon mekanis terhadap suatu stimulus sedangakan prilaku adalah suatu

proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut persons, yang utama bukanlah tindakan individual,

melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur prilaku (poloma,

1997).

Guna mengklasifikasikan tipe-tipe peranan dalam suatu sosial dalam sutu system sosial,

persons mengembangkan pattern variables sebagai berikut (poloma, 1987) :

1. Efektif versus netral. Iteraksi sosial dalam suatu komunitas dapat dibedakan dalam

derajat keterlibatan emosi individu.

2. Orientasi diri versus orientasi kelompok. Hubungan antar individu juga dapat dibedakan

berdasarkan arah orientasinya. Dalam hal seorang individu mengutamakan kepentingan

diri sendiri maka dia akan menjalin hubungan yang disebut berorientasi diri.

3. Umum/universal versus khusus. Individu saling berintraksi dengan menggunakan

norma/criteria yang umum, yang dapat diterapkan pada semua orang, ataupun kriteria

khusus, yang hanya berlaku bagi kelompok tertentu.

4. Kualitas versus prestasi. Kualitas mengacu kepada status seorang individu yang

diperolehnya sejak lahir.

5. Spesifik versus membaur/diffuse. Dalam hubungan yang spesifik, dua individu

berhubungan dalam situasi yang terbatas sifatnya, seperti misalnya hubungan antara

pedagang dan pembelinya.sedangkan hubungan keluarga adalah contoh dari hubungan

yang membaur.

Page 4: SOSIOLOGI KESEHATAN

Irwan syuhada,S.Psi

TEORI SISTEM

Dalam perkembanagan berbagai disiplin ilmu, seorang ahlim ilmu sosial, Bertalanffy,

mengamati bahwa komunikasi antar berbagai disiplin, bahkan juga didalam satu disiplin, makin

bertambah sulit dengan adanya spesialisasi dalam setiap disiplin. Meskipun demikian tampak ada

suatu konsep yang dapat ditemukan didalam semua disiplin ilmu, yaitu konsep system, yang

merupakan suatu kranngka yang terdiri dari beberapa elemen/subsistem yang saling berintraksi

dan berpengaruh.

Persons memandang teori yang di prakarsai oleh Bertalanffly ini sebagai teori yang dapat

dikembangkan lebih luas guna diterapkan dalam sosiologi. Dalam teorinya yang dinamakan teori

system imun, persons berpendapat ada empat yang tercangkup dalam segala system kehidupan,

yaitu latent pattern-maintenance atau cara mempertahankan kesinambungan tindakan didalam

suatu system yang mengikuti norma atau aturan tertentu :integration, ialah mengordinasi dan

menyatukan bagian-bagian dari satu system menjadi satu kesatun fungsi : goal attainment yang

merupakan upaya menentukan prioritas dari berbagi tujuan system serta mencapai tujuan

tersebut dan adaptation yaitu kemampuan system untuk menyerap apa-apa yang dibutuhkannya

dari lingkungannya serta membagikannnya kepada seluruh bagian system (Poloma,1987).

TEORI PRILAKU PERTUKARAN

Dalam upaya menjelaskan fenomena sosial, seorang ahli lain, George Homans

mengembangkan teori pertukaran berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi, yaitu manusia

menawarkan jasa /barang tertentu dengan mengharapkan memperoleh imbalan jasa/barang lain.

Interaksi sosialpun menggunakan prisnsip resiprositas seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya

individu melakukan suatu tindakan demi mendapat imbalan atau justru menghindari hukuman.

Prilaku individu diarahkan oleh norma sosial dan konformitas terhadap norma kelompok akan

diberi imbalan atau hadiah, sedangakan penyelewengan apalagi pemberontakan terhadap norma

kelompok akan dihukum. Teori Homans ini dinamakan teori prilaku pertukaran (polomq, 1987).

Bagi Homans tujuan prilaku manusia adalah tujuan ekonomis, yaitu untuk memperbesar

keuntungan atau imbalan dan seluruh fenomena sosial dapat dianalisa sebagi bentuk pertukaran.

Homans menggunakan teori behaviorism dari ahli psikologi Skinner dalam usahanya

menjelaskan proses pertukaran dalam prilaku individu dan kelompok. Dia meminjam istilah-

Page 5: SOSIOLOGI KESEHATAN

Irwan syuhada,S.Psi

istilah yang digunakan oleh skinner sehubungan dengan perubahan prilaku, yaitu sukses,

stimulus, nilai, kekurangan versus kejenuhan, dan persetujuan.

Sukses : makin sering suatu tindakan menghasilakan imbalan/hadiah, makin kuatlah

kecendrungan individu untuk melakukan tindakan tersebut. Keberhasilan memperkuat suatu

tindakan.

Stimulus : jika dimassa lalu tindakan individu sebagai tanggapan dari suatu stimulus tertentu

ternyata mendapat imbalan positif, maka jika stimulus serupa timbul lagi, individu cendrung

untuk mengulangi tindakan yang sama. Pengalaman masa lalu penting bagi penentuan prilaku

individu.

Nilai : makin tinggi harga/nilai suatu hasil tindakan bagi si individu, makin besar

kemungkinanya bahwa individu itu akan melakukan hal tersebut, makin tinggi nilai profesi

dokter bagi seorang individu, makin besar pula motivasinya untuk studi dan mencapai gelar

dokter.

Kekuranagan – kejenuhan : makin sering individu menerima imbalan tertentu, makin kecil

makna imbalan tersebut baginya. Hadiah uang makin kecil maknannya kalau sering diberikan.

Sebaliknya, makin jarang imbalan diperoleh, makinbesar makna imbalan itu.

Persetujuan – agresi : bilamana seorang tidak menerima imbalan yang diharapakan, atau jika dia

menerima hukuman diluar harapannnya, dia cendrung untuk bertindak agresif. Sedangkan jika

individu diberikan imbalan seperti yang di harapkan, atau jika dia tidak di hokum karenannya,

maka dia akan setuju untuk melalukan tindakan tersebut.