Sop Fisioterapi Dada

download Sop Fisioterapi Dada

of 12

description

fisioterapi dada

Transcript of Sop Fisioterapi Dada

SOP FISIOTERAPI DADA

STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR PENGERTIAN Tindakan untuk melepaskan sekret dari saluran nafas bagian bawah

TUJUAN 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret

PETUGAS Perawat

PERALATAN1. Kertas tissue2. Bengkok3. Perlak/alas4. Sputum pot berisi desinfektan5. Air minum hangat

PROSEDUR PELAKSANAAN A. Tahap PraInteraksi

1. Mengecek program terapi2. Mencuci tangan3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan sapa nama pasien2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

C. Tahap Kerja1. Menjaga privacy pasien2. Mengatur posisi sesuai daerah gangguan paru3. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring)4. Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian5. Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan sebentar, kedua tangan perawat di punggung pasien6. Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yang bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi7. Meminta pasien menarik nafas, menahan nafas, dan membatukkan dengan kuat8. Menampung lender dalam sputum pot9. Melakukan auskultasi paru10. Menunjukkan sikap hati-hati dan memperhatikan respon pasien

D. Tahap Terminasi1. Melakukan evaluasi tindakan2. Berpamitan dengan klie3. Membereskan alat4. Mencuci tangan5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

SOP INHALASI NEBULIZER

PENGERTIAN Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator

TUJUAN 1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan2. Melonggarkan jalan nafasPETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Set nebulizer2. Obat bronkodilator3. Bengkok 1 buah4. Tissue5. Spuit 5 cc6. Aquades7. Tissue

PROSEDUR PELAKSANAANA. Tahap PraInteraksi

1. Mengecek program terapi2. Mencuci tangan3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan sapa nama pasien2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasienC. Tahap Kerja

1. Menjaga privacy pasien2. Mengatur pasien dalam posisi duduk3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik6. Memasukkan obat sesuai dosis7. Memasang masker pada pasien8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue

D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan2. Berpamitan dengan pasien/keluarga3. Membereskan alat4. Mencuci tangan5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

SOP PEMBERIAN OKSIGEN

Prosedur Pemberian Oksigen

Pengertian:

Merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dengan menggunakan alat bantu oksigen.

Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara, yaitu: kateter nasal, kanula nasal dan masker oksigen.

Tujuan:

1. Memenuhi kebutuhan oksigen.

2. Mencegah terjadi hipoksia.

Alat dan bahan:

1. Tabung oksigen atau outlet oksigen sentral dengan flowmeter dan humidifier.

2. Kateter nasal, kanula nasal atau masker.

3. Vaselin / jely.

Prosedur:A. Menggunakan kateter nasal

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.2. Cuci tangan3. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sdah disiapkan sesuai level yang telah ditetapkan.4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukkan adanya gelembung air.5. Atur posisi dengan semi fowler.6. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan tanda.7. Buka saluran udara dari flommeter oksigen.8. Berikan minyak pelumas (vaselin/jely).9. Masukkan ke dalam hidung sampai datas yang ditentukan.10. Lalukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien dengan menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di bawah uvula).11. Fiksasi pada daerah hidung.12. Periksa kateter nasal setiap 6 8 jam.13. Kaji cuping hidung, septum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.14. Cuci tangan seterlah prosedur dilakukan.B. Menggunakan kanula nasal

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.2. Cuci tangan3. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai level yang telah ditetapkan.4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukkan adanya gelembung air.5. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.6. Periksa kanula nasal setiap 6 8 jam.7. Kaji cuping hidung, septum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.8. Cuci tangan seterlah prosedur dilakukan.

C.Menggunakan masker oksigen1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.2. Cuci tangan3. Atur posisi semi fowler.4. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai level yang telah ditetapkan.5. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukkan adanya gelembung air.6. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.7. Periksa kanula nasal setiap 6 8 jam.8. Kaji cuping hidung, septum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.9. Cuci tangan seterlah prosedur dilakukan.

SOP PERAWATAN WSDPersiapan Alat :

1. Satu buah meja dengan satu set bedah minor

2. Botol WSD berisi larutan bethadin yang telah diencerkandengan NaCl 0,9% dan ujung selang terendam sepanjang dua cm.

3. Kasa steril dalam tromol

4. Korentang

5. Plester dan gunting

6. Nierbekken/kantong balutan kotor

7. Alkohol 70%

8. Bethadin 10%

9. Handscoon steril

Persiapan Pasien dan Lingkungana. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukanb. Memasang sampiran disekeliling tempat tidurc. Membebaskan pakaian pasien bagian atasd. Mengatur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasiene. Alat-alat didekatkan ke tempat tidur pasien.

Pelaksanaan Perawatan WSD1. Perawat mencuci tangan, kemudian memasang handscoon

2. Membuka set bedah minor steril

3. Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati, balutan kotor dimasukkan ke dalam nierbekken

4. Mendisinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10% kemudian dengan alkohol 70%5. Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya kemudian diplester

6. Selang WSD diklem

7. Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol

8. Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian selang WSD dihubungkan dengan selang penyambung botol WSD yang baru

9. Klem selang WSD dibuka

10. Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara batuk efektif

11. Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD

12. Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien dalam posisi yang paling nyaman

13. Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian di sterilisasi kembali

14. Membuka handscoon dan mencuci tangan

15. Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan.

Evaluasi Pelaksanaan Perawatan WSD

a. Evaluasi keadaan umum :

1) Observasi keluhan pasien2) Observasi gejala sianosis3) Observasi tanda perdarahan dan rasa tertekan pada dada4) Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang WSD5) Observasi tanda-tanda vital.

b. Evaluasi ekspansi paru meliputi :

1) Melakukan anamnesa2) Melakukan Inspeksi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD3) Melakukan Palpasi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD4) Melakukan Perkusi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD5) Melakukan Auskultasi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD6) Foto thoraks setelah dilakukan pemasangan selang WSD dan sebelum selang WSD di lepas.

c. Evaluasi WSD meliputi :

1) Observasi undulasi pada selang WSD2) Observasi fungsi suction countinous3) Observasi apakah selang WSD tersumbat atau terlipat4) Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD5) Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2 cm di bawah air6) Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh7) Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh.

SOP PENGHISAPAN LENDIR (suction)

Pengertian:

Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri dengan menggunakan alat penghisap.

Tujuan:

1. Membersihkan jalan napas.

2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Alat dan bahan:

1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.

2. Kateter penghisap lendir steril.

3. Pinset steril.

4. Sarung tangan steril.

5. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan desinfektan.

6. Kasa steril.

7. Kertas tissue.

8. Stetoskop.

Prosedur:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

2. Cuci tangan

3. Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke arah perawat.

4. Gunakan sarung tangan.

5. Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap.

6. Mesin penghisap dihidupkan.

7. Lakukan penghiusapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam kom berisi aquadest atau NaCl 0,9 % untuk mempertahankan kesterilan.

8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.

9. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110 150 mm Hg untuk dewasa, 95 110 mm Hg untuk anak-anak, dan 50 95 ,, Hg untuk bayi (Potter dan Perry, 1995).

10. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik.

11. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.

12. Lakuka penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya, minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distres pernapasan, biarkan istirahat 20 30 detik seblum melakukan penghisapan berikutnya.

13. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respon pasien terhadap prosedur yang dilakukan.

14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

SOP postural Drainage

Fisiotherapi dada

Pengertian:

Merupakan tindakan perawatan dengan melakukan drainage postural, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan.

Tindakan postural merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernafasan. Tindakan drainage postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi.

Tujuan:

1. Meningkatkan efisiensi pola pernafasan.

2. Membersihkan jalan napas.

Alat dan bahan:

1. Pot sputum berisi desinfeksi

2. Kertas tisue

3. Dua balok tempat tidur (untuk drainage postural).

4. Satu bantal (untuk drainage postural).

5. Stetoskop.

Prosedur:A. Drainage p[ostural

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Cuci tangan

Atur Posisi:

Semi fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu ke depan apabila daerah yang akan di di drainage pada lobus atas bronkus apikal.

Tegak dengan sudut 45 derajat membungkuk ke depan pada bantal dengan 45 derajat ke kiri dan kanan apabila daerah yang akan di drainage bronkus podterior.

Berbaring dengan bantal di bawah lutut apabila yang akan didrainage brokus anterior.

Posisi trendelenberg dengan sudut 30 derajad atau menaikkan kaki tempat tidur 35 40 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan di drainage pada lobus tengah (bronkus lateral dan medial).

Posisi trendelenberg dengan sudut 30 derajad atau menaikkan kaki tempat tidur 35 40 cm, sedikit miring ke kanan iri apabila daerah yang akan di drainage pada bronkus superior dan inferior).

Condong dengan bantal di bawah panggul apabila ynag didrainage bronkus apikal.

Posisi trendelenberg dengan sudut 45 derajad atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 50 cm, miring ke samping kanan, apabila yang akan di drainage bronkus medial.

Posisi trendelenberg dengan sudut 45 derajad atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 50 cm, miring ke samping kiri, apabila yang akan di drainage bronkus lateral.

Posisi trendelenberg condong sudut 45 derajad dengan bantal di bawah panggul, apabila yang akan di drainage brokus posterior.

Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian periode selanjutnya kurang lebih 15 30 menit.

Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.

Setelah pelaksanaan drainage lakukan clapping, vibrasi, dan pengisapan lendir (suction).

Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

B. Clapping dan Vibrasi

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2. Cuci tangan

3. Atur Posisi sesuai dengan postural drainage.

4. Lakukan clapping dan vibrasi pada:

1. Seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula apabila daerah paru yang perlu di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus apikal.

2. Lebar bahu kanan masing-masing sisi apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus posterior.

3. Dada depan di bawah klavikula, apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus anterior.

4. Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai mid anterior dada apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah lobus tengah (bronkus lateral dan medial).

5. Lipat ketiak kiri sampai midanterior dada apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus superior dan inferior.

6. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus apikal.

7. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus medial.

8. Sepertiga bawah kosta posterior kanan, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus lateral.

9. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior.

5. Lakukan clapping dan vibrasi selama lurang lebih satu menit.

6. Setelah dilakukan tindakan drainage postural, clapping dan vibrasi dapat dilakukan tindakan pengisapan lendir (lihat tindakan penghisapan lendir/suction).

7. Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan drainage postural, clapping dan vibrasi.

8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.ANATOMI FISIOLOGI (PENGKAJIAN SISTEM PERNAFASAN)PENGKAJIANSISTEM PERNAFASANPemeriksaan jasmani Fisiologi Pernafasan

Pemeriksaan jasmani paru berdasarkan :1. UdaraDalamAlat Pernafasan- Perkusi :udaradalamparu bergetar, bising- Bising sonor : suara seperti tuk-tuk, perbandingannya antara udara/padat =1- Bisa berubah karena penyakit :- Hipersonor / redup- Empisema : hipersonor- Atelektasis : redup2. Arus Udara-Dalamtrachea: bising tracheal: leher depan- Bronkhus besar: bising bronkhial: antara skapula- Bronkhiolus dan Alveolus: Vesikuler: 1 dan 2 depanCepatnya arus mempengaruhi bising.3. Saluran UdaraSaluran nafas ? bronkhus ? Alviolus.Penyempitan pada astma- bising bertambah WheezingCepatnya arus mempengaruhi bising4. PenghalangSuara dikeluarkan getaran disalurkan dari pita suara melalui trachea, bronkhus, jaringan paru, pleura, dinding thoraks kulit: fremitus.PEMERIKSAAN JASMANITerdiri dari: Anamnesis, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.2. Anamnesis.a. Keluhan utama penyakit yang diderita, alat-alat tubuh lain, rohani, penyakit yang pernah diderita, keturunan, sosek, nutrisi, lingkungan, obat-obat yang digunakan.3. Gejala Lokal- Batuk : Kering: basah: Spastik (tdk mudah berhenti).- Sesak nafas: karena penyakit lain: Tersumbat: Kelainan paru: Gangguan lambung, ascites- Pengeluaran DahakSifat sifat : cair kental, lekat, berbusa, berwarna, bau, jumlah dan darah- Nyeri Dada- Karena kelainan dinding thoraks, mediastinum,dalamperut.Dalamjaringan paru tidak menyebabkan nyeri pleura perietalis terangsang.- Bersumber dari otot, subcutis, tulang iga, saraf I. C.3. Gejala UmumSuhu , pusing nafsu makan ?, lemah, keringat dingin.PEMERIKSAAN PARU1. Inspeksi? Posisi : duduk, baring? Arah : depan, belakang, atas? Bentuk :- Ptisis ( panjang dan gepeng )- Thoraks : dada burung- Barel chest ( seperti tong )- Cekung kedalam? Kesimetrisan? Gerakan pernapasan? Frekkuensi N pada orang dewasa 18 22 x / menit sifatnya abdominal / thorakoabdominalis? Frekuansi normal pada anak 30 40 x / menit sifatnmya abdominalis / thorakoabdominalis.? Jenis pernapasan :- Tachipnea :Paru / jantung ada gangguan- Bradipnea:keracunan balbiturat, uremia, koma diabetis, prosesdalamotak- Cheyne stokes:keracunan obat bius penyakit jantung, paru, ginjal, perdrahan SSP.- Biot:meningitis- Kusmaul:Keracunan alkohol, obat bius, koma diabetes, uremia- Asimetri :Pneumonia, tbc paru, efusi pleura, tumor- Dangkal : empisema, tumor paru, cairan dipleura, konsolidasi paru- Hiperpnea:lebihdalam, kecepatan normal- Apneustik:lesi pusat pernafasan.- denyut jantung apeks:jantung membesar, tumor- Pelebaran vena dada:tumor mediastinum- Denyut nadi didada / punggung : koarktasio aorta, anastomosis.- Penonjolan dada setempat yang berdenyut : aneurysma

2. Palpasia. Pemeriksaan kelainan dinding thoraks- Nyeri tekan.- Bengkak- Menonjolb. Pemeriksaan tanda tanda penyakit paru- Gerakan dinding thoraks waktu inspirasi dan ekspirasi- Kesimetrisan- Getaran suara ( fremitus vocal ) :- me?:konsolidasi paru, pnemonia lobaris, tbc, infark paru, atelektasis dll.- Me? : pleura terisi air, darah, nanah, bronchus tersumbat, emfisema.c. Memeriksa tanda tanda penyakit jantung dan aorta

3. Perkusia. Perkusi adalah untuk menentukan keadaan paru? Normal : suara perkusi resonan dug dug.? Sangat resonan : timpanik dang-dang ? udara (pneumothoraks).? Agak menggendang: sub timpanik dung ( rongga pleura mengandung udara )? lebih resonan: belum subtimpanik = hiperresonan deng-deng ( emfisema, pnemonthoraks ringan )? kurang resonan: deg deg ( fibrosa )? Redup : bleg-bleg ( paru-paru padat )? Pekak : seperti suara perkusi pada paha ( rongga pleura penuh nanah, tumor, fibrosis )b. Batas Paru? Atas: fossa supraklavikularis ka ki? Bawah: iga 6 midklavikularis, iga 8 mid aksilaris, iga 10 skapularis. Paru kiri lebih tinggi dari pada kanan.Me?pada anak, fibrosis, konsolidasi, efusi pleura.Me?pada orang tua, emfisema, pneumothoraks.

4. Auskultasia. Suara nafas- Trakheo bronkhial : Normal pada trachea, seperti meniup pipa pada thoraks penderita pnemonia- Bronkhovesikuler : Normal pada bronkhi, sternum atas (3 4) inspirasi vesikuler, ekpirasi tracheo bron khus- Vesikuler: Normal Suara jaringan paru, inspirasi dan ekspirasi, tidak terputus, tidak terdengar pada penebalan.b. Resonan VocalSuara pada auskultasi waktu penderita mengucap kata.- Me pada pneumonia lobarts.- Me? pada efusi pleura, pleura tebal, pneumothoraks.

5. Suara Tambahan Ronchi: Suaradalambronchi oleh karena penyempitan lumen bronchi, penyempitan oleh karena selaput lendir bengkak, tumor menekan bronkhus, pada asthma ada wheezing.c. Krepitasi : Seperti hujan rintik rintikBerasal dari bronkhus, alveolus, kavitas paru berisi cairan :- Halus : Oleh karena alveoli yang tertutup mulai terbuka yang digesekan dengan jari- Kasar : Seperti suara bila kita meniup airSISTEM IMUNOLOGI DAN HEMATOLOGIPemeriksaan Rumple Leed Tes (tourniquettest)

Rumple leed test adalah salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk menentukan apakah terkena demam berdarah atau tidak. Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit. Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu:

1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100 mmHg (jika tekanan sistolik pesakit < 100 mmHg, pump sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).

2. Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test IVY, 5 menit sudah mencukupi).

3. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada lengan yang satu lagi (yang tidak diikat).

4. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.Catatan:

1. Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat petechiae pada distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple Leede juga dikatakan positif.2. warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut diikut sebagai petechiae3. pasien yg tekanan darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai pada tekanan 80 mmHg4. pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu5. Derajad laporan :(-) = tidak didapatkan petechiae(+1) = timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan & telapak tangan muka & belakang(+4) = banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan & jari, muka & belakang6. Ukuran normal: negative atau jumlah petechiae tidak lebih dari 10