Somatoform

35
Clinical Science Session GANGGUAN SOMATOFORM Preseptor: dr. H. Tatang Muchtar S., SpKJ(K) Disusun oleh : Adline Natalia 130112060007 Defri Aryu Dinata 130112060014 Anita Mulia P.P C11050016 BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

description

Kedokteran Jiwa

Transcript of Somatoform

Page 1: Somatoform

Clinical Science Session

GANGGUAN SOMATOFORM

Preseptor:

dr. H. Tatang Muchtar S., SpKJ(K)

Disusun oleh :

Adline Natalia 130112060007

Defri Aryu Dinata 130112060014

Anita Mulia P.P C11050016

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN

BANDUNG

2006

Page 2: Somatoform

PENDAHULUAN

Gangguan somatoform merupakan kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (seperti nyeri, mual dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan

penjelasan medis lain yang memadai. Diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian

bahwa faktor psikologis memegang peranan besar terhadap onset, berat penyakit,

dan durasi gejala yang ada.

Menurut DSM IV, terdapat lima gangguan somatoform spesifik, yaitu (1)

gangguan somatisasi, (2) gangguan konversi, (3) hipokondriasis, (4) gangguan

dismorfik tubuh, dan (5) gangguan nyeri. DSM IV juga memiliki dua kategori

diagnostik residual, yaitu (1) gangguan somatoform tidak terdiferensiasi dan (2)

gangguan somatoform yang tidak dapat ditentukan.

A. GANGGUAN SOMATISASI

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak gejala somatik yang tidak dapat

dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena

banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan sistem organ multipel. Gangguan ini

bersifat kronis dan disertai distres psikologis bermakna, gangguan fungsi sosial

dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.

Epidemiologi

Menurut penelitian, prevalensi penderita gangguan somatisasi pada

populasi umum diperkirakan mendekati 0,5 %. Wanita berjumlah 5 sampai 20 kali

lebih banyak daripada pria. Dengan rasio pria : wanita sebesar 1 : 5, maka

prevalensi gangguan somatisasi pada wanita pada populasi umum diperkirakan

sekitar 1 atau 2 %.

Etiologi

Faktor psikososial. Rumusan psikososial mengenai penyebab gangguan

melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial, yang hasilnya

2

Page 3: Somatoform

berupa sikap menghindari kewajiban (contoh : mengerjakan pekerjaan yang tidak

disukai), mengekspresikan emosi (contoh : marah pada pasangan), atau untuk

melambangkan suatu perasaan atau keyakinan (contoh : nyeri pada saluran

pencernaan). Faktor sosial, cultural, dan etnik mungkin juga terlibat di dalam

perkembangan gangguan somatisasi.

Faktor biologis. Beberapa penelitian mengarah pada dasar

neuropsikologis untuk gangguan somatisasi. Penelitian tersebut mengatakan

bahwa pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif yang dapat menyebabkan

persepsi dan penilaian yang salah terhadap input somatosensorik.

Faktor genetika. Data genetika menyatakan bahwa sekurangnya pada

beberapa keluarga, transmisi gangguan somatisasi memiliki komponen genetika.

Gangguan somatisasi dapat ditemukan pada 10-20 % sanak saudara wanita derajat

pertama dari pasien. Pada keluarga ini, sanak saudara laki–laki derajat pertama

rentan terhadap penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisosial. Suatu

penelitian juga melaporkan angka kesesuaian 29% pada kembar monozigot dan

10% pada kembar dizigotik.

Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :

A. Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak sebelum usia 30 tahun yang

muncul dalam banyak periode selama beberapa tahun dan terdapat

hendaya berat dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting

lainnya.

B. Setiap kriteria di bawah ini harus ada, dengan gejala individual dapat

timbul kapan saja selama perjalanan penyakit :

(1) empat rasa nyeri : riwayat rasa nyeri pada minimal empat bagian

atau fungsi tubuh (contoh : kepala, abdomen, punggung, sendi,

ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan

seksual, atau ketika buang air kecil)

3

Page 4: Somatoform

(2) dua gejala gastrointestinal : riwayat minimal dua gejala

gastrointestinal selain rasa nyeri (contoh : mual, kembung, muntah

di luar kehamilan, diare, atau intoleransi jenis makanan tertentu)

(3) satu gejala seksual : riwayat minimal satu gejala seksual atau

reproduksi selain rasa nyeri (contoh : indiferensiasi seksual,

disfungsi ereksi atau ejakulasi, menstruasi ireguler, pendarahan

menstrual yang banyak, muntah terus-menerus sepanjang periode

kehamilan)

(4) satu gejala pseudoneurologikus : riwayat minimal satu kali gejala

atau defisit yang menandakan gangguan neurologis, tidak terbatas

pada rasa nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau

keseimbangan, paralisis atau kelemahan lokal, sulit menelan atau

terdapat pembengkakan pada tenggorokan, afonia, retensi urin,

halusinasi, hilangnya sensasi raba atau nyeri, penglihatan ganda,

tuli, kejang; gejala disosiasi seperti amnesia; atau hilangnya

kesadaran kecuali pingsan)

B. Terdapat salah satu dari di bawah ini :

(1) setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin B tidak

dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum

atau akibat efek zat tertentu (contoh : penyalahgunaan obat,

medikasi).

(2) bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka

keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari

yang diharapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau

hasil laboratorium.

C. Gejala-gejala yang ada bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat.

Gambaran Klinis

Pasien dengan gangguan somatisasi mengeluhkan banyak gejala somatik

dan memiliki riwayat medik yang panjang, kompleks. Mual muntah (di luar

kehamilan), sulit menelan, nyeri pada lengan dan tungkai, nafas pendek tidak

4

Page 5: Somatoform

berhubungan dengan aktivitas fisik, amnesia, dan komplikasi pada kehamilan atau

menstruasi adalah gejala yang paling sering didapat. Pasien biasanya percaya

bahwa mereka sakit hampir sepanjang masa hidupnya. Gejala pseudoneurologikus

mendukung, namun tidak patognomonik, gangguan neurologist.

Distres psikologis dan masalah interpersonal menonjol; cemas dan depresi

adalah kondisi psikiatri yang paling sering ditemukan. Ancaman bunuh diri sering

terjadi, namun bunuh diri yang benar-benar terjadi jarang ditemukan, biasanya

berkaitan dengan penyalahgunaan zat. Riwayat medik pasien seringkali tidak

jelas, tidak tepat, inkonsisten, dan disorganisasi. Pasien menggambarkan

keluhannya secara dramatis, emosional, dan melebih-lebihkan, dengan

bersemangat; mereka keliru dengan urutan waktu dan tidak dapat membedakan

dengna tepat gejala saat ini dengan gejala sebelumnya. Pasien dapat merasa

bergantung, egosentris, haus akan pujian atau rasa bangga, dan manipulatif.

Gangguan somatisasi biasanya berhubungan dengan gangguan mental

lainnya, termasuk gangguan depresi mayor, gangguan kepribadian, gangguan

akibat penggunaan zat, gangguan cemas generalisata, dan fobia. Kombinasi dari

gangguan ini dan gejala yang kronis mengakibatkan peningkatan insidensi

masalah perkawinan, pekerjaan, dan sosial.

Diagnosis Banding

Gangguan kondisi medis umum

Meskipun timbul pada kelompok usia yang sama tetapi penyakit-penyakit

ini dapat dijelaskan secara sepesifik atau dapat diperiksa dengan laboratorium.

Beberapa gangguan kondisi medis umum yang dapat didiagnosis banding dengan

gangguan somatisasi ialah Multiple sclerosis, Myastenia Gravis, SLE, AIDS,

Porphyria intermitten Akut, Hypertiroidisme, Hyperparatyroidisme, Infeksi

Sistemik Kronis

Gangguan Mental

5

Page 6: Somatoform

Pada gangguan Depresi Berat, Anxietas dan Schizofrenia (psikosis),

meskipun ditemukan gejala somatis, namun gejala gangguan mental terkait lebih

menonjol.

Gangguan Somatoform Lain

Pada Hypochondriosis, gangguan tidak bersifat multiple namun spesifik,

sedangkan somatoform bersifat multiple. Pada Gangguan Konversi, gejala yang

timbul terbatas pada 1 atau 2 gejala neurologis, sedangkan somatoform lebih luas.

Gangguan Nyeri menunjukkan gejala yang terbatas hanya 1 atau 2 gejala nyeri,

sedangkan somatoform memiliki lebih dari 4 gejala nyeri.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Gangguan somatisasi bersifat kronis dan melemahkan si penderita. Awitan

biasanya terjadi di usia sebelum 30 tahun dengan durasi selama beberapa tahun.

Timbulnya gejala somatik biasanya berhubungan dengan peningkatan kejadian

stres. Prognosis yang buruk jika gangguan disertai stress yang berlebihan.

Terapi

Penanganan terbaik gangguan ini dilakukan oleh satu orang dokter, karena

jika dipertemukan dengan orang yang berbeda maka pasien akan mengeluhkan

gejala yang lain. Proses terapi harus di monitor secara terjadwal (umumnya

bulanan). Kunjungan terapi sebaiknya bersifat singkat, namun pemeriksaan fisik

rutin sebaiknya tetap dilakukan guna menemukan keluhan somatik yang baru.

Pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik sebaiknya dihindari karena

pasien akan tetap menolak hasil objektif yang diperoleh. Keluhan somatik

biasanya dianggap sebagai ekspresi emosional daripada sebagai suatu keluhan

medis.

Tujuan terapi ialah menyadarkan pasien bahwa kemungkinan besar

keluhan tersebut disebabkan oleh faktor psikologis. Sehingga pada akhirnya

pasien mau memeriksakan kesehatan mentalnya. Psikoterapi individu dan

kelompok dapat menurunkan biaya pengobatan. Dimana pasien dibantu untuk

6

Page 7: Somatoform

menanggulangi gejala-gejalanya, mengekspresikan emosi yang melatarbelakangi

penyakitnya, serta memberikan alternatif cara untuk mengekspresikan

perasaannya tersebut.

Farmakoterapi diberikan harus dengan indikasi, yaitu jika ada gangguan

mental yang menyertai. Tindakan ini harus disertai monitoring yang ketat karena

pasien sering tidak disiplin dalam menjalani pengobatan dan menjadi tidak efektif.

B. GANGGUAN KONVERSI

DSM-IV mendefinisikan gangguan konversi sebagai suatu gangguan yang

ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (seperti paralisis, kebutaan,

dan parestesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis

yang diketahui. Di samping itu, penegakan diagnosis mengharuskan adanya faktor

psikologis yang berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala.

Epidemiologi

Dari suatu survei komunitas ditemukan bahwa insidensi tahunan gangguan

konversi adalah 22 per 100.000 orang. Rasio wanita terhadap pria pada usia

dewasa adalah 2 berbanding 1 dan sebanyak-banyaknya 5 berbanding 1; pada

anak-anak kecenderungan juga lebih tinggi pada wanita. Gangguan konversi

paling sering ditemukan pada populasi pedesaan, pendidikan rendah, dengan

tingkat intelegensi rendah, dengan status sosioekonomi rendah, dan anggota

militer yang menghadapi pertempuran.

Etiologi

Faktor psikoanalitik. Menurut teori psikoanalitik, gangguan konversi

disebabkan oleh represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan

ke dalam suatu gejala fisik. Gejala yang timbul merupakan ekspresi sebagian

keinginan atau dorongan yang dilarang tapi tersembunyi, sehingga pasien tidak

perlu secara sadar berhadapan dengan impuls mereka yang tidak dapat diterima.

Faktor biologis. Semakin banyak data yang melibatkan faktor biologis

dan neuropsikologis dalam perkembangan gejala gangguan konversi. Penelitian

7

Page 8: Somatoform

pencitraan otak awal menemukan hipometabolisme pada hemisfer dominan dan

hipermetabolisme pada hemisfer nondominan dan telah melibatkan gangguan

komunikasi hemisfer sebagai penyebab gangguan konversi.

Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :

A. Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi fungsi sensorik atau

motorik volunter yang mendukung kondisi neurologis atau kondisi medis

umum lainnya.

B. Faktor psikologis diduga berhubungan dengan timbulnya gejala atau

defisit tersebut karena inisiasi atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului

oleh konflik atau stresor lainnya.

C. Gejala atau defisit bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat.

D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah pemeriksaan yang tepat, dijelaskan

sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum, atau sebagai akibat

langsung penggunaan zat, atau tingkah laku atau pengalaman sanksi

kultural.

E. Gejala atau defisit mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam

sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya atau memerlukan evaluasi medik.

F. Gejala atau defisit tidka terbatas pada rasa nyeri atau disfungsi seksual,

tidak muncul semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan

tidak lebih baik dijelaskan pada gangguan mental lainnya.

Spesifikasi tipe :

Dengan gejala atau defisit motorik

Dengan gejala atau defisit sensorik

Dengan kejang

Dengan gambaran campuran

Gambaran Klinis

Paralisis, kebutaan, dan mutisme adalah gejala yang paling sering

ditemukan. Gangguan konversi biasanya berhubungan dengan gangguan

kepribadian pasif-agresif, ketergantungan, antisosial, dan histrionik. Gangguan

8

Page 9: Somatoform

depresi dan cemas sering menyertai gejala gangguan konversi, dan pasien

biasanya beresiko bunuh diri.

Gejala sensorik biasanya berupa anestesia dan parestesia, terutama pada

ekstremitas. Semua aspek sensorik dapat terkena dan distribusinya inkonsisten

dengan baik gangguan neurologis sentral atau perifer. Gangguan konversi dapat

mempengaruhi organ penginderaan, gejala ini dapat unilateral atau bilateral,

namun pemeriksaan neurologis tidak menunjukkan adanya gangguan persarafan.

Gejala motorik meliputi gerakan abnormal, gangguan postur tubuh,

kelemahan, dan paralisis atau paresis. Tremor ritmik kasar, gerak koreiformis,

tics, dan tersentak dapat ditemukan.

Kejang semu adalah gejala lain yang dapat pula terjadi. Klinisi dapat

mengalami kesulitan dalam membedakan kejang semu ini dengan kejang

sesungguhnya hanya melalui observasi klinis.

Diagnosis Banding

Gangguan Kondisi Medis Umum

Gangguan kondisi medis umum yang didiagnosis banding, terutama

merupakan gangguan neurologis. Seperti gejala kelemahan otot ditemukan

pula pada Myastenia Gravis, Poliomyositis, Multiple Sclerosis, dan Myopati. Lalu

gejala kebutaan terjadi pula pada Neuritis Opticus. Gejala paralysis didiagnosis

banding dengan pada penyakit sindroma Guillain Baree, penyakit Creutzfeldt-

Jakob dan AIDS.

Apabila gejala-gejala tersebut dapat diatasi dengan sugesti, hipnotis, serta

obat-obatan seperti Amobarbital (Amytal) dan Lorazepam (Ativan) kemungkinan

penyakit tersebut adalah gangguan Konversi.

Gangguan Mental

Gejala gangguan Konversi dapat timbul pada Skizofrenia, Depresi dan

Anxietas. Namun gangguan-gangguan mental ini memiliki gejala tersendiri yang

khas.

9

Page 10: Somatoform

Gangguan Somatoform Lain

Gejala berupa gangguan sensori-motoris juga ditemukan pada Gangguan

somatisasi. Namun gangguan Somatisasi lebih bersifat kronis, terjadi di usia yang

lebih muda, dan adanya gejala yang bersifat multiple organ. Hypochondriosis

memiliki karakteristik pasien yang tidak mengalami gangguan atau kehilangan

fungsi. Ditemukan gangguan somatis yang bersifat kronis. Gangguan tidak

terbatas pada gejala-gejala neurologis dan adanya kekhasan perilaku serta

kepercayaan hypochondrial. Gangguan Nyeri didiagnosa jika hanya terbatas pada

timbulnya gejala nyeri. Pasien yang hanya mengeluhkan gangguan fungsi seksual

sebaiknya diklasifikasikan sebagai gangguan dysfungsi seksual, daripada sebagai

gangguan Konversi.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Gejala awal dari kebanyakan pasien dengan gangguan Konversi akan

sembuh dalam beberapa hari atau kurang dari sebulan. Pada 75 % pasien tidak

akan mengalami kekambuhan, namun 25% lainnya mengalami tambahan episode

saat mengalami stres. Prognosis dikatakan baik jika awitan bersifat akut, faktor

stressor yang mudah dikenali, kemampuan penyesuaian diri yang baik sebelum

pasien jatuh sakit, tidak adanya gangguan psikiatri atau medis lain yang

menyertai, tidak sedang mengikuti suatu proses peradilan. Prognosis bersifat

buruk, terutama jika gejala gangguan Konversi ini telah timbul sejak lama.

Terapi

Gangguan Konversi biasanya hilang secara spontan, terutama jika

didukung oleh tilikan diri yang baik dan terapi perilaku. Proses psikoterapi hanya

difokuskan untuk mengurangi faktor stres. Yakinan pula bahwa gejala-gejala yang

timbul akan semakin memperberat penyakitnya. Terapi Hipnotis, obat-obatan

anxyolitik, serta pelatihan relaksasi tingkah laku ternyata cukup efektif. Obat-

obatan parenteral seperti Amobarbital atau Lorazepam juga efektif. Terapi

10

Page 11: Somatoform

psikodinamik dilakukan untuk menganalisa dan menggali konflik psikis serta

simbolisasi dari gejala gangguan konversinya. Psikoterapi yang dianjurkan adalah

terapi yang bersifat singkat dan dilakukan dalam jangka yang pendek.

C. HIPOKONDRIASIS

Istilah “hipokondriasis” didapatkan dari istilah medis lama

“hipokondrium”, yang berarti di bawah rusuk, dan mencerminkan seringnya

pasien mengalami keluhan abdomen. Hipokondriasis merupakan gangguan di

mana terdapat preokupasi dengan ketakutan akan mengalami, atau keyakinan

memiliki, penyakit serius.

Epidemiologi

Suatu penelitian melaporkan prevalensi dalam enam bulan sebesar 4-6 %

pada populasi umum. Pria dan wanita memiliki jumalh yang sama. Onset usia

paling sering antara usia 20 dan 30 tahun.

Etiologi

Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis, DSM-IV menyatakan

bahwa gejala mencerminkan misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Orang

hipokondrial meningkatkan dan membesar-besarkan sensasi somatiknya. Mereka

memiliki ambang rangsang dan toleransi yang lebih rendah terhadap gangguan

fisik. Sebagai contoh, apa yang dirasakan oleh orang normal sebagai tekanan

abdominal, orang hipokondriakal mengalaminya sebagai nyeri abdomen.

Teori kedua menerangkan bahwa hipokondriasis dapat dimengerti

berdasarkan model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai

keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang yang menghadapi

masalah yang tampak berat dan tidak dapat dipecahkan.

Teori ketiga menerangkan hipokondriasis sebagai bentuk varian

gangguan mental lainnya. Diperkirakan 80% pasien hipokondriasis mungkin

memiliki gangguan depresif atau gangguan cemas yang ditemukan bersama-sama.

11

Page 12: Somatoform

Teori keempat tentang psikodinamika hipokondriasis, yang menyatakan

harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dialihkan kepada keluhan

fisik. Rasa nyeri dan keluhan somatik selanjutnya menjadi alat untuk menebus

kesalahan dan membatalkan (undoing) dan dapat dialami sebagai hukuman yang

diterimanya atas kesalahan di masa lalu (baik nyata ataupun khayalan) dan

perasaan seseorang bahwa dia jahat dan memalukan.

Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :

A. Preokupasi akan rasa takut memiliki, atau ide bahwa seseorang

mempunyai, penyakit serius berdasarkan misinterpretasi pasien mengenai

gejala tubuhnya.

B. Preokupasi tersebut bertahan tanpa menghiraukan hasil evaluasi medis

yang tepat dan pengyakinan kembali oleh klinisi.

C. Keyakinan yang disebutkan pada poin A tidak pada intensitas waham

(seperti gangguan waham, tipe somatik) dan tidak terbatas pada perhatian

akan penampilan (seperti gangguan dismorfik tubuh).

D. Preokupasi tersebut mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam

sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.

E. Durasi minimal 6 bulan.

F. Preokupasi tersebut tidak lebih baik dijelaskan sebagai akibat gangguan

kecemasan generalisata, Preokupasif-kompulsif, gangguan panik, episode

depresi berat, cemas akan perpisahan, atau gangguan somatoform lainnya.

Spesifikasi bila :

Dengan tilikan diri buruk : bila, hamper sepanjang waktu selama

episode kini, penderita tidak menyadari bahwa keyakinannya memiliki

penyakit serius tersebut berlebihan atau tidak beralasan.

Gambaran Klinis

Pasien merasa yakin dirinya memiliki penyakit serius yang belum

terdeteksi, dan tidak dapat diyakinkan sebaliknya. Pasien mempertahankan

12

Page 13: Somatoform

keyakinannya bahwa mereka memiliki penyakit tertentu, atau seiring berjalannya

waktu, dapat memindahkan keyakinannya pada penyakit lain. Keyakinan tersebut

bertahan tanpa menghiraukan hasil pemeriksaan laboratorium negative,

merupakan perjalanan ringan dari penyakit yang dinyatakan sepanjang waktu, dan

dengan pengyakinan kembali yang tepat dari dokter. Hipokondriasis sering

disertai depresi atau cemas dan biasanya bersama-sama dengan gangguan depresi

atau cemas.

Walaupun dalam kriteria DSM-IV-TR terdapat syarat minimal 6 bulan,

status hipokondriakal transien dapat timbul pada stres berat, paling sering

kematian atau penyakit berat yang diderita seseorang yang penting bagi pasien,

atau setelah sembuh dari penyakit serius yang diderita oleh pasien sendiri.

Diagnosis Banding

Gangguan Kondisi Medis Umum

Hypochondriasis harus didiagnosa banding dengan gangguan nonpsikiatrik

lain, terutama yang menunjukkan gejala yang sulit didiagnosa seperti AIDS,

Endokrinopaty, Myastenia Gravis, Multiple Sclerosis, Penyakit Degeneratif

system saraf, SLE, dan Neoplasia.

Gangguan Mental

Pada gangguan Depresi atau Anxietas didiagnosa keduanya kecuali gejala

hypochondrial muncul secara bersamaan. Pada Skizofrenia, waham hypochondrial

bisa ditemukan dan disertai oleh gejala psikotik lainnya.

Gangguan Somatoform Lain

Pada gangguan Somatisasi, gejala lebih bersifat multiple namun pada

hypochondriasis ditemukan perasaan takut memiliki penyakit dengan gejala yang

lebih sedikit. Serta rasio antara lelaki dan perempuan pada Hypochondriasis

adalah sama, sedangkan gangguan Somatisasi lebih banyak diderita oleh wanita.

Gangguan Konversi bersifat akut, umumnya sementara, dan hanya disertai gejala

yang ringan. Gangguan Nyeri, juga bersifat kronis tetapi keluhan hanya terbatas

13

Page 14: Somatoform

pada rasa nyeri saja. Pada Gangguan Dysmorfik, pasien berharap dirinya normal,

namun pada hypochondriosis pasien justru mengungkapkan ketidaknormalannya

agar mendapatkan perhatian dari orang lain.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Hipochondriasis bersifat episodik dengan durasi bulanan hingga tahunan

dan disertai interval yang lama. Sepertiga hingga setengah dari pasien akan

membaik dengan sendirinya. Pada pasien anak-anak, hypochondriasis akan

sembuh dengan sendirinya di usia akhir remaja atau awal dewasa.

Prognosis dianggap baik jika ditemukan kondisi sebagai berikut:

Status sosial ekonomi pasien baik.

Sensitif terhadap terapi anxietas atau depresi.

Onset yang tiba-tiba.

Tidak adanya gangguan kepribadian.

Tidak ditemukan adanya gangguan medis lain yang nonpsikiatrik.

Terapi

Pasien umumnya menolak pengobatan psikiatri, kecuali difokuskan pada

pengurangan stres serta didikan guna mengatasi penyakit kronis. Psikoterapi yang

dilakukan seperti terpi perilaku, terapi kognitif, dan hipnotis umumnya cukup

membantu. Sebaiknya terapi dilakukan terjadwal dengan baik dan konsisten, agar

pasien tidak merasa diacuhkan. Prosedur diagnostik invasif dan prosedur

terapeutik hanya dilakukan atas indikasi. Farmakoterapi dilakukan jika ditemukan

gangguan lain yang mendasari dan responsif terhadap obat (seperti gangguan

anxietas atau depresi).

D. GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

Gangguan dismorfik tubuh menerangkan adanya preokupasi seseorang

memiliki cacat tubuh khayalan atau suatu interpretasi berlebihan dari cacat yang

minimal atau kecil. Inti gangguan ini adalah bahwa seseorang yakin atau takut

bahwa dirinya tidak menarik atau bahkan menjijikkan.

14

Page 15: Somatoform

Epidemiologi

Onset usia tersering yaitu antara 15 dan 20 tahun dan wanita lebih sering

terkena dibandingkan pria. Suatu penelitian menyatakan bahwa lebih dari 90%

pasien gangguan dismorfik tubuh pernah mengalami episode depresif berat,

sekitar 70% pernah mengalami gangguan cemas, dan sekitar 30% pernah

menderita gangguan psikotik.

Etiologi

Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui. Patofisiologi

gangguan mungkin melibatkan serotonin dan dapat berhubungan dengan

gangguan metal lain. Mungkin juga terdapat pengaruh kultural atau sosial yang

bermakna bagi pasien. Dalam psikodinamika, gangguan dismorfik tubuh

mencerminkan pengalihan konflik seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh

yang tidak berhubungan. Asosiasi timbul melalui mekanisme pertahanan represi,

disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi.

Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :

A. Preokupasi akan defek khayalan pada penampilan. Bila terdapat anomali

fisik kecil, maka pasien menanggapinya secara berlebihan.

B. Preokupasi mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial,

pekerjaan, atau bidang lainnya.

C. Preokupasi tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya

(contoh : ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia

nervosa).

Gambaran Klinis

Perhatian paling sering melibatkan cacat wajah, khususnya pada bagian

spesifik (contoh : hidung). Terkadang keluhan tidak jelas dan sulit dimengerti.

Sebuah penelitian menemukan bahwa, rata-rata, pasien mempermasalahkan empat

15

Page 16: Somatoform

regio tubuhnya, selain wajah adalah rambut, buah dada, dan genitalia. Variasi

pada pria adalah keinginan untuk ’bulk-up’ dan membentuk massa otot yang

besar. Gejala lain yang umum ditemukan meliputi ide atau waham referensi

(biasanya mengenai bagian tubuh yang diperhatikan pasien), seperti terlalu sering

bercermin atau menghindari permukaan yang menampilkan bayangan, dan usaha

untuk menyembunyikan kecacatannya (dengan kosmetik atau pakaian). Efek pada

kehidupan pasien dapat signifikan; sebagian besar pasien menghindari ekspos

hubungan sosial atau pekerjaan. Diagnosis komorbid dengan gangguan depresi

dan cemas sering ditemukan, dan pasien juga dapat memiliki ciri kepribadian

obsesif-kompulsif, skizoid, dan narsistik.

Diagnosis Banding

Pada gangguan Kepribadian Narcistik, perhatian terhadap salah satu

bagian tubuh tidaklah menonjol. Pada gangguan Depresif, Obsesif-Kompulsif dan

Skizofrenia, ditemukan gejala-gejala dengan gangguan terkait, meskipun gejala

utamanya adalah perhatian berlebih akan suatu bagian tubuh. Pada sindroma

perilaku makan berupa Anoreksia Nervosa, Gangguan Identitas Terkait Gender

dan Kerusakan Otak juga ditemukan distorsi dalam ”Body Image”.

Dibandingkan orang normal, seseorang dengan gangguan Dismorfik dapat

dibedakan jika perhatian tersebut bersifat berlebihan, sehingga dapat mengganggu

emosi dan fungsi hidup orang tersebut.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Awitan bersifat gradual, timbulnya perhatian berlebih jika disadari telah

terjadi adanya gangguan fungsi. Dan timbul keinginan untuk mencari pertolongan

medis atau tindakan operasi. Gangguan ini biasanya bersifat kronis jika

terabaikan.

Terapi

Pengobatan pasein gangguan Dismorfik dapat dilakukan dengan terpai

bedah, pengobatan dermatologis, dan pengobatan Gigi dan Mulut. Farmakoterapi

16

Page 17: Somatoform

seperti, Trisiklik anti depresan, Monoamin Oksidase Inhibitor dan pimozide

(Orap), bermanfaat pada beberapa kasus. Obat-obatan pro Serotonin spesifik,

seperti clomipramine (Anafranil) dan Fluoxetine (Prozac) dapat mengurangi

gejala pada sekitar 50% pasien. Jika disertai adanya gangguan mental, maka

dilakukan farmakoterapi dan psikoterapi yang sesuai.

E. GANGGUAN NYERI

Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau lebih

lokasi yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis non

psikiatrik. Gejala tersebut disertai distres emosional dan gangguan fungsional

serta memiliki hubungan sebab yang masuk akal dengan faktor psikologis.

Epidemiologi

Gangguan nyeri dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria.

Onset usia puncaknya pada dekade keempat dan kelima, kemungkinan karena

toleransi terhadap nyeri menurun dengan bertambahnya usia. Gangguan nyeri

mempunyai kemungkinan adanya warisan genetika. Gangguan depresi, gangguan

cemas, dan penyalahgunaan zat juga sering ditemukan pada keluarga pasien

dengan gangguan nyeri dibandingkan populasi umum.

Etiologi

Faktor psikodinamika. Pasien dengan gangguan nyeri pada tubuhnya

tanpa penyebab fisik yang dapat diidentifikasi secara adekuat mungkin merupakan

ekspresi simbolik dari konflik intrapsikis melalui tubuh. Nyeri dapat berfungsi

sebagai cara untuk mendapatkan cinta, suatu hukuman karena kesalahan, dan cara

untuk menebus kesalahan dan bertobat. Mekanisme pertahanan yang digunakan

oleh pasien dengan gangguan nyeri adalah pengalihan, substitusi, dan represi.

Faktor perilaku. Perilaku sakit diperkuat ketika disenangi dan dihambat

ketika diabaikan atau dihukum. Sebagai contoha, gejala nyeri sedang mungkin

menjadi kuat jika diikuti oleh kecemasan orang lain atau oleh keberhasilan dalam

menghindari aktivitas yang tidak disenangi.

17

Page 18: Somatoform

Faktor interpersonal. Nyeri yang sulit disembuhkan dipandang sebagai

cara untuk memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam hubungan

interpersonal.

Faktor biologis. Korteks serebral dapat menghambat pemicuan serabut

nyeri aferen. Serotonin kemungkinan merupakan neurotransmitter utama dalam

jalur inhibitor desenden dan endorfin juga berperan dalam modulasi nyeri oleh

sistem saraf pusat. Defisiensi endorfin tampaknya berhubungan dengan penguatan

stimuli sensorik yang datang. Beberapa pasien memiliki gangguan nyeri karena

kelainan struktural atau kimiawi sistem sensorik dan sistem limbik yang

mempredisposisikan mereka mengalami nyeri.

Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :

A. Rasa nyeri pada satu atau lebih bagian anatomis adalah fokus utama dan

cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis.

B. Rasa nyeri mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial,

pekerjaan, atau bidang lainnya.

C. Faktor psikologis diduga memegang peranan pada onset, berat, eksaserbasi,

atau bertahannya nyeri.

D. Gejala atau defisit bukan disengaja atau dibuat-buat.

E. Nyeri tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mood, kecemasan, atau

psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Dibagi atas :

Gangguan nyeri berasosiasi dengan faktor psikologis

Faktor psikologis memegang peranan besar pada onset, berat, eksaserbasi,

atau bertahannya rasa nyeri. (bila terdapat kondisi medik umum, peranannya tidak

besar.) Gangguan nyeri ini tidak didiagnosis bila memenuhi kriteria gangguan

somatisasi.

Gangguan nyeri berasosiasi dengan baik faktor psikologis maupun kondisi

medik umum

18

Page 19: Somatoform

Baik faktor psikologis maupun kondisi medik umum memegang peranan

penting pada onset, berat, eksaserbasi, atau bertahannya rasa nyeri. Kondisi medik

umum atau bagian anatomis ayng terasa nyeri didiagnosis berdasarkan aksis III.

Gangguan nyeri berasosiasi dengan kondisi medik umum

Kondisi medik umum memegang peranan besar pada onset, berat,

eksaserbasi, atau bertahannya rasa nyeri. (bila terdapat faktor psikologis,

peranannya tidak besar.) Gangguan ini bukan merupakan gangguan mental.

Spesifikasi :

Akut : durasi kurang dari 6 bulan

Kronik : durasi 6 bulan atau lebih

Gambaran Klinis

Pasien dengan gangguan nyeri bukan merupakan kelompok yang uniform

tapi merupakan kumpulan heterogen dari penderita dengan keluhan nyeri

pinggang bawah, sakit kepala, nyeri wajah atipikal, nyeri pelvis kronis, dan nyeri

lainnya. Keluhan nyeri pasien dapat paskatrauma, neuropati, neurologik,

iatrogenik, atau muskuloskeletal.

Pasien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat panjang akan perawatan

medik dan bedah. Mereka mendatangi banyak dokter, meminta banyak

pengobatan, dan dapat terus-menerus ingin dioperasi. Mereka dapat terobsesi

dengan nyerinya dan membanggakannya sebagai sumber kesengsaraannya.

Beberpaa pasien mengingkari sebab lain dari disforia yang dialami dan

meyakinkan bahwa hidupnya sangat bahagian kecuali untuk nyeri yang diderita.

Komplikasi dapat berupa gangguan akibat penggunaan zat, karena pasien

berusaha mengurangi nyeri dengan konsumsi alkohol dan zat lainnya.

Diagnosis Banding

Nyeri Fisik Murni

Nyeri fisik murni sulit dibedakan dengan nyeri psikogenik murni. Nyeri

fisik intensitasnya bersifat fluktuatif, sangat sensitif terhadap keadaan emosi,

19

Page 20: Somatoform

kognitif, perhatian dan pengaruh lingkungan. Nyeri fisik murni dapat teratasi

dengan pengalihan dan analgetika.

Gangguan Somatoform Lain

Gangguan Nyeri harus dapat dibedakan dengan gangguan Somatoform

lainnya, meskipun beberapa gangguan somatoform dapat timbul bersamaan.

Pasien dengan hypochondriosis akan menunjukkan gejala hypochondrial

(keyakinan akan adanya penyakit dalam dirinya) yang menonjol dan lebih banyak

serta bersifat fluktuatif. Pasien dengan gangguan Konversi, umumnya berdurasi

singkat, sedangkan gangguan nyeri bersifat kronis. Juga secara definisi, nyeri

bukanlah gejala dari gangguan konversi.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Gangguan nyeri biasanya timbul secara mendadak dan semakin bertambah

parah dalam beberapa minggu atau bulan. Prognosis dapat bervariasi, dimana

gangguan ini bersifat kronis, sangat mengganggu hingga terjadi gangguan fungsi

hidup.

Prognosis buruk terjadi jika ditemukan adanya masalah tertentu yang

melatarbelakangi (terutama pasivitas), terlibat dalam perkara pengadilan atau

mendapatkan kompensasi finansial, adanya penggunaan zat additif serta riwayat

nyeri yang telah lama.

Terapi

Dikarenakan tidak mungkin untuk mengurangi nyeri sehingga pendekatan

terapi ialah rehabilitasi. Para klinisi harus berusaha untuk menemukan fakta-fakta

psikologis yang mendasari penyakit. Adanya keterlibatan emosi (berupa sistem

limbik) yang mempengaruhi jalur sensoris nyeri, harus dijelaskan kepada pasien.

Sebagai contoh, seseorang yang kepalanya dipukul saat sedang

berpesta/bergembira akan kurang merasa nyeri jika ia dipukul saat sedang marah

atau bekerja. Para dokter pun harus menyadari bahwa nyeri yang dialami pasien

adalah nyata, bukan sebuah imajinasi.

20

Page 21: Somatoform

Pengobatan secara farmakoterapi seperti analgetika, secara umum tidak

terlalu bermanfaat pada pasien dengan gangguan Nyeri. Bahkan penggunaan

analgetik jangka panjang cenderung disalahgunakan. Begitupula dengan obat-

obatan Sedatif dan Antianxietas, biasanya disalahgunakan, atau digunakan bukan

atas indikasi serta adanya kerugian lain dari efek samping obat. Antidepresan

seperti Trisiklik dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), adalah obat-

obatan yang sangat efektif. Meskipun antidepresan dapat mengurangi nyeri

melalui mekanisme antidepresi, efek analgesik langsung dari obat ini masih

bersifat kontroversial. Amfetamin merupakan analgetik kuat yang sangat berguna

bagi pasien, terutama ketika digunakan obat tambahan pada terapi dengan SSRI,

namun harus disertai monitoring yang ketat.

F. GANGGUAN SOMATOFORM TIDAK TERDIFERENSIASI

Merupakan kelompok gangguan dengan keluhan fisik berlangsung kurang

dari 6 bulan yang tidak dapat dijelaskan dan gejala yang ada berada di bawah

kriteria untuk diagnosis gangguan somatisasi.

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :

A. Satu atau lebih keluhan fisik (contoh : lelah, hilang nafsu makan, keluhan

gastrointestinal atau urinarius)

B. Terdapat salah satu dari di bawah ini :

(1) setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin B tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat efek zat

tertentu (contoh : penyalahgunaan obat, medikasi).

(2) bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka keluhan fisik atau

hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari yang diharapkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium.

B. Gejala mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial,

pekerjaan, atau bidang lainnya.

C. Durasi minimal 6 bulan.

21

Page 22: Somatoform

D. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya

(seperti gangguan somatoform lainnya, disfungsi seksual, gangguan mood,

gangguan cemas, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).

E. Gejala bukan disengaja atau dibuat-buat.

G. GANGGUAN SOMATOFORM YANG TIDAK DAPAT DITENTUKAN

Merupakan kategori residual untuk pasien dengan gejala gangguan

somatoform namun tidak memenuhi kriteria diagnostik yang spesifik untuk salah

satu gangguan somatoform.

1. Pseudocyesis : keyakinan yang salah bahwa mengalami kehamilan yang

berhubungan dengan tanda obyektif kehamilan, meliputi pembesaran abdomen

(walaupun umbilikus tidak eversi), berkurangnya aliran darah menstruasi,

amenore, perasaan subyektif adanya gerak janin, nual, pembesaran dan sekresi

mammae, dan nyeri persalinan pada hari ynag diharapkan. Perubahan

endokrin dapat terjadi, namun gejala yang ada tidak dapat dijelaskan dengan

kondisi medik umum yang menyebabkan perubahan endokrin.

2. Gangguan melibatkan gejala hipokondriakal nonpsikotik dengan durasi

kurnag dari 6 bulan.

3. Gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan (contoh :

kelelahan atau badan lemah) dengan durasi kurang dari 6 bulan yang tidak

berhubungan dengan gangguan mental lainnya.

22

Page 23: Somatoform

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan&Sadock’s Synopsis of Psychiatry, Behavioral

Sciences/Clinical Psychiatry, 9th ed. Philadelphia ; Lippincott Williams and

Wilkins. 2003

2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III,

cetakan pertama, Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan

Medik. 1993

23