Social Environment
Click here to load reader
-
Upload
yunikepuspita -
Category
Documents
-
view
50 -
download
5
Transcript of Social Environment
General Business EnvironmentMakalah Kecil
Social Environment :Wisata Kemiskinan
Dosen :Dr. Aris Arif Mundayat, MA.
Oleh: Yunike Puspita
10/325664/PEK/16141
Akhir Pekan 17
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADAYogjakarta
2012
1
PENDAHULUAN
Fenomena kemiskinan di Indonesia terjadi seiring bertambah maraknya jumlah pengemis,
gelandangan, anak jalanan dan tumbuhnya perkampungan kumuh di ibu kota Jakarta.
Indonesia merupakan negara terbesar ke-5 dengan jumlah pengemis dan gelandangan paling
banyak di dunia (www.108csr.com).
Pada pertengahan tahun 2009, Ronny Poluan (50 tahun), seorang seniman mempunyai
gagasan ekstrem untuk menjual kemiskinan di Indonesia. Melalui Jakarta Hidden Tour (JHT)
menggagas ide bisnis untuk mengundang orang untuk melihat kemiskinan. Wisatawan asing
dari Nederland dan Australia, diundang untuk melihat secara langsung kampung-kampung
kumuh di wilayah DKI Jakarta. Dengan tarif US$ 65-165 (600 ribu – 1,5 juta rupiah) per
orang, para turis tersebut dijemput dengan bis atau metro mini untuk menuju Kampung Luar
Batang dekat pasar ikan, gubuk-gubuk di pinggiran rel kereta api Galur dan Senen, Kampung
Pulo pinggiran kali Ciliwung dan Kampung Bandan dekat kota Tua. Setelah acara wisata ini
ditayangkan oleh televisi internasional CNN peminat wisata kemiskinan ini pun semakin
tinggi. Masyarakat yang dijadikan tontonan tidak sekalipun tersinggung. Mereka senang
dengan kedatangan para turis, karena mereka biasanya memberikan uang receh kepada
masyarakat tersebut.
Maraknya jasa pariwisata yang menawarkan paket wisata kemiskinan di Indonesia
merupakan salah satu peluang bisnis yang ditangkap segelintir entepreneur. Memanfaatkan
keingintahuan turis asing atas kemiskinan yang terjadi di negara berkembang ternyata
menjadikan Jakarta sebagai objek wisata kemiskinan yang menarik. Sekalipun mendapat
kecaman dari Menbudpar Jero Wacik dan anggota DPRD DKI Jakarta. Fenomena
kemiskinan selalu menjadi daya tarik baik sebagai objek kampanye, publikasi buku dan riset,
perdebatan antar ahli hingga bisnis pariwisata.
2
ANALISIS
Menjamurnya kampung kumuh dan keberadaan para pengemis dan gelandangan serta anak
jalanan ini di picu oleh faktor kemiskinan dan tidak adanya lapangan pekerjaan. Kemiskinan
di Indonesia merupakan realitas kehidupan sehari-hari, dimana setiap harinya orang berjuang
mempertahankan hidup.
Menurut Jeremy Seabrook dalam bukunya Kemiskinan Global (Kegagalan Model Ekonomi
Neoliberalisme, 2006) kemiskinan merupakan fenomena global yang tidak hanya dialami
oleh negara-negara yang notabenenya miskin tetapi juga dialami oleh negara-negara kaya
seperti di AS dan negara-negara Eropa lainnya. Berbeda dengan kemiskinan yang terjadi di
Indonesia, di AS kemiskinan tidak pernah terlihat dan diberitakan secara luas oleh media
massa mereka, orang miskin di negara tersebut bukanlah bagian dari masyarakat arus
utamanya yang makmur sejahtera, sibuk dan bahagia.
Ketidaktampakan kaum miskin di Barat disebabkan mereka memiliki strategi, di antaranya
adalah menyeret kaum miskin ke dalam penjara. Barbara Ehrenreich dalam buku Seabrook
mengungkap sejumlah fenomena masyarakat miskin di sana. Selain bekerja sebagai pelayan
di sebuah rumah perawatan, pemasaran, dan pencucian, ia juga melakukan telaah atas
ketidaktampakan orang miskin. Ia menandaskan bahwa selain tidak mendapat perhatian
serius dalam hal pekerjaan, keberadaan orang-orang miskin ternyata sudah dianggap tidak
ada dalam realitas kehidupan masyarakat di sana.
Hal tersebutlah yang mendorong maraknya bisnis wisata kemiskinan di Indonesia. Turis
negara maju menganggap fenomena kemiskinan jauh dari kehidupan mereka. Butuh riset
mendalam untuk menemukan kemiskinan yang terjadi dinegara mereka. Mereka datang ke
Indonesia karena kemiskinan dinegara ini merupakan realitas sehari-hari yang hidup
berdampingan dengan modernitas, karena hal tersebut merupakan collateral damage dari
sebuah ideologi pembangunan.
3
Menurut Herbert J. Gans fungsi orang miskin dalam The Uses of Proverty: The Poor Pay All.
Yang dimuat oleh jurnal Social Policy July/August 1971: pp. 20-24. diantaranya :
1. Kemiskinan memberikan tenaga kerja untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, kotor, tidak
terhormat, berat, berbahaya, akan tetapi mau dibayar dengan murah. Orang miskin
diperlukan untuk membersihkan got-got, membuang sampah, menaiki gedung tinggi,
bekerja dipertambangan dll
2. Kemiskinan memperpanjang nilai guna suatu barang atau jasa, contohnya baju bekas
yang tidak terpakai dapat dijual kepada orang miskin.
3. Kemiskinan mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-
orang kaya.
4. Kemiskinan menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Adanya orang miskin
melahirkan pekerjaan tukang kredit (barang maupun uang), perjudian, aktivis LSM
(yang menyalurkan bantuan dari donatur selama mereka belum bekerja dikantoran).
5. Orang miskin dijadikan tumbal pembangunan. Demi ketertiban banyak rumah digusur
tanpa ganti rugi, banyak pedagang asongan ditangkap, dagangannya diambil tanpa
ganti rugi.
4
REKOMENDASI
Kecaman Menbudpar dan Anggota DPR yang merasa terhina dengan kemiskinan yang terjadi
diwilayah kerja mereka, sangat beralasan untuk ditujukan sebagai indikator kinerja
pemerintah mengentaskan kemiskinan. Lingkungan bisnis memandang hal terebut sebagai
upaya demokrasi dan rekonsiliasi bisnis dengan lingkungan sekitarnya.
Perubahan Paradigma mengenai kemiskinan dari suatu problem sosial menjadi suatu potensi
pembangunan tentu akan membuat Negara Indoneisa lebih baik dalam meningkatkan
produktifitas sumber daya manusia yang ada didalamnya, sehingga pasal 34 ayat 1 yang
mengatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara tidak menjadi pasal indah
dalam suatu rangkaian yang membahagiakan.
Pemecahan masalah kemiskinan dari pemerintah melalui program dan targetnya yang tidak
spesifik dan tidak tentu arah serta terbatasnya konsep pemberian bantuan secara langsung
seperti yang pernah dilakukan oleh Negara Eropa pada Abad Pertengahan hanya akan
membuat tingkat konsumtif masyarakat miskin menjadi lebih tinggi dan menciptakan suatu
pola ketergantungan. Hal tersebut terjadi akibat konsep yang memandang masalah
kemiskinan sebagai beban Negara.
Menurut BPS jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta
orang atau 11,96 persen. Angka tersebut merupakan potensi sumber daya manusia yang
mampu menggerakan pembangunan dengan perilaku dan kegiatan ekonomi yang riil.
Perilaku ekonomi masyarakat miskin dapat bertahan terhadap krisis dan kaya dengan inovasi
yang akan sangat mendorong pembangunan.
Jika pemimpin dan pengambil keputusan mampu mengubah paradigma mengenai
kemiskinan, akan menghasilkan implementasi pengentasan kemiskinan yang berbeda, jauh
5
lebih bermartabat dan akan merekam jejak berbeda tentang Indonesia, tidak sekedar menjadi
suatu pola eksploitasi sosial dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
KESIMPULAN
Proses pembangunan sejatinya di dorong oleh faktor investasi yang memberdayakan
golongan miskin dengan total 11,56 persen. Konsumsi middle class hanya akan
mempengaruhi angka pertumbuhan semata, sedangkan penggerak riil dari proses
pembangunan adalah kaum miskin. Perubahan dan demokratisasi di Indonesia dewasa ini
tidak akan digerakan oleh golongan kelas menengah sebagai akibat personal achievement
mereka melakukan konsumsi. Perilaku ekonomi dan bisnis kaum miskinlah yang secara riil
menggerakan pembangunan di Indonesia.
6
REFERENSI
Seabrook, Jeremy, Kemiskinan Global; Kegagalan Model Ekonomi Neoliberalisme, Resist Book,
2006, Yogyakarta
http://id.shvoong.com/travel/outdoors/2074970-bisnis-wisata
kemiskinan/#ixzz21h1U7KgT diunduh Juli 2012
www.bps.go.id/?news=901 diunduh Juli 2012
www.108csr.com/home/realita.php?id=168 diunduh Juli 2012
www.sociology.org.uk/as4p3.pdf diunduh Juli 2012
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/341/ diunduh Juli 2012
7