SNA ke 2

5
PERAN STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DALAM TINGKAT KEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE KONVERGENSI IFRS INDONESIA Wardani Prawinandi (Alumni Jurusan Akuntansi FE UNS) Djoko Suhardjanto (Dosen Akuntansi FE UNS) Hanung Triatmoko (Dosen Akuntansi FE UNS) Rumusan Masalah: a. Apakah jumlah anggota dewan komisaris, proporsi komisaris, latar belakang pendidikan komisaris utama, proporsi komisaris wanita dan jumlah anggota komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS? b. Bagaimana tingkat kepatuhan perusahaan jasa di Indonesia dalam mengungkapkan informasi yang wajib diungkapkan sesuai dengan ketentuan IFRS jika dibandingkan dengan ketentuan pengungkapan 100,000% oleh BAPEPAM-LK? Logika Hipotesis dan Hipotesis Nama : Uswatun Khasanah (20110420310) Findra

description

Tugas resume SNA PERAN STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DALAM TINGKATKEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE KONVERGENSI IFRS

Transcript of SNA ke 2

Page 1: SNA ke 2

PERAN STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DALAM TINGKAT

KEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE KONVERGENSI IFRS

INDONESIA

Wardani Prawinandi

(Alumni Jurusan Akuntansi FE UNS)

Djoko Suhardjanto

(Dosen Akuntansi FE UNS)

Hanung Triatmoko

(Dosen Akuntansi FE UNS)

Rumusan Masalah:

a. Apakah jumlah anggota dewan komisaris, proporsi komisaris, latar belakang pendidikan

komisaris utama, proporsi komisaris wanita dan jumlah anggota komite audit

berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS?

b. Bagaimana tingkat kepatuhan perusahaan jasa di Indonesia dalam mengungkapkan

informasi yang wajib diungkapkan sesuai dengan ketentuan IFRS jika dibandingkan

dengan ketentuan pengungkapan 100,000% oleh BAPEPAM-LK?

Logika Hipotesis dan Hipotesis

Tugas utama dewan komisaris adalah mengawasi dan mengevaluasi pembuatan

kebijakan dan pelaksanaan kebijakan oleh dewan direksi serta memberi nasehat kepada

dewan direksi (Muntoro, 2005). Menurut Undang-uundang No. 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, jumlah minimal anggota dewan komisaris adalah 1 orang. Berdasarkan

uraian di atas, hipotesis yang dikembangkan adalah:

H1: Jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan

mandatory disclosure konvergensi IFRS

Komisaris independen adalah komisaris yang berasal dari luar perusahaan

(Suhardjanto dan Afni, 2009). Dengan makin besarnya proporsi komisaris independen maka

Nama : Uswatun Khasanah (20110420310)

Findra (201104203 )

Kelas : F Kelompok : 10

Page 2: SNA ke 2

proses pengawasan yang dilakukan dewan ini makin berkualitas dengan makin banyaknya

pihak independen dalam perusahaan yang menuntut adanya transparansi dalam pelaporan

keuangan perusahaan (Nasution dan Setiawan, 2007). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis

yang dikembangkan adalah:

H2: Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat

kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS

Komisaris utama yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis,

diharapkan pada koordinasi dewan komisaris menjadi lebih efektif dan lebih memahami

tentang pengelolaan perusahaan dan pengambilan keputusan bisnis, sehingga diharapkan

dapat meningkatkan kepatuhan pengungkapan wajib. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis

yang dikembangkan adalah:

H3: Latar belakang pendidikan komisaris utama berpengaruh terhadap tingkat

kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS

Menurut Adams dan Ferreira (2004) komisaris wanita lebih rajin dalam menghadiri

rapat dewan komisaris dibandingkan dengan komisaris pria, dimana kehadiran dalam rapat

ini penting karena rapat dewan komisaris merupakan cara agar dewan komisaris memperoleh

informasi penting tentang perusahaan sebagai dasar untuk melakukan tugas mereka.

Komisaris wanita juga akan meningkatkan monitoring terhadap kinerja perusahaan karena

wanita memiliki sikap kehati-hatian yang sangat tinggi, cenderung menghindari risiko, dan

lebih teliti dalam melakukan pengawasan dibandingkan pria (Kusumastuti et al., 2007).

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dikembangkan adalah:

H4: Proporsi komisaris wanita berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan

mandatory disclosure konvergensi IFRS

FCGI (2001) menjelaskan bahwa agar dapat menjalankan fungsinya di tengah

lingkungan bisnis yang kompleks dengan baik, dewan komisaris perlu membentuk komite-

komite yang membantunya menjalankan tugas, salah satunya adalah komite audit.

SE-03/PM/2000 mewajibkan semua perusahaan publik untuk memiliki komite audit.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dikembangkan adalah:

H5: Jumlah anggota komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan

mandatory disclosure konvergensi IFRS

Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2009-2010, yaitu sebanyak 473 perusahaan. Pemilihan sampel dalam

Page 3: SNA ke 2

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari annual report perusahaan jasa

yang terdaftar di BEI tahun 2009 dan 2010. Data sekunder dikumpulkan dan diperoleh dari

situs www.idx.co.id.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Jumlah anggota dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS (p-value 0,980 < 0,050) menunjukkan

bahwa H1 tidak didukung dimana jumlah anggota dewan komisaris tidak berpengaruh

terhadap pengungkapan dalam laporan keuangan.

Proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat

kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS (p-value 0,001 < 0,050 dan koefisien

positif 0,112) menunjukkan bahwa H2 didukung dimana proporsi komisaris independen

berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan.

Latar belakang pendidikan komisaris utama tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS (p-value 0,829 > 0,050)

menunjukkan bahwa H3 tidak didukung dimana latar belakang pendidikan komisaris utama

tidak mempengaruhi environmental disclosure.

Proporsi komisaris wanita wanita tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS (p-value 0,909 > 0,050) menunjukkan

bahwa H4 tidak didukung proporsi komisaris wanita tidak mempengaruhi pengungkapan

dalam laporan keuangan.

Jumlah anggota komite audit berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat

kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS (p-value 0,019 < 0,050 dan koefisien

negatif 0,018) menunjukkan bahwa H5 didukung dimana jumlah anggota komite audit

berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan, dimana kualitas tersebut diukur melalui

pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dalam laporan keuangannya.

Bahasan Kritis

Pertama, Checklist yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan mandatory

disclosure konvergensi IFRS masih bersifat umum, belum menggolongkan mana item yang

termasuk wajib dan sukarela. Kedua, penelitian ini hanya menggunakan perusahaan jasa,

sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk semua perusahaan.