BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Jaringan Komputerthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00145-IF BAB...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Jaringan Komputerthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00145-IF BAB...
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah sekumpulan komputer yang saling
berhubungan dengan menggunakan suatu protokol komunikasi sehingga antara
satu komputer dengan komputer yang lain dapat berbagi data atau berbagi
sumber daya (sharing resources).
Manfaat yang didapat dari jaringan komputer ialah :
1. Berbagi sumber daya
Jaringan komputer memungkinkan komputer-komputer dalam satu
jaringan untuk saling berbagi sumber daya.
2. Media Komunikasi
Jaringan komputer memungkinkan terjadinya komunikasi antar
pengguna, baik untuk teleconference maupun untuk mengirim pesan atau
informasi yang penting lainnya.
3. Integrasi Data
Jaringan komputer dapat mencegah ketergantungan pada komputer pusat
karena setiap proses data tidak harus dilakukan pada satu komputer saja,
melainkan dapat didistribusikan ke tempat lainnya. Oleh sebab inilah maka
dapat terbentuk data yang terintegrasi yang memudahkan pemakai untuk
memperoleh dan mengolah informasi setiap saat.
7
4. Keamanan Data
Sistem jaringan komputer dapat memberikan perlindungan terhadap data
karena dapat mengatur pemberian hak akses kepada para pemakai, serta
teknik perlindungan terhadap sumber data sehingga data mendapatkan
perlindungan.
2.1.1 Konsep Network Models
Pada saat pertama kali munculnya jaringan komputer,
kebanyakan komputer hanya dapat berkomunikasi dengan komputer
yang dibuat oleh perusahaan yang sama. Pada akhir tahun 1970,
International Organization for Standarization (IOS) membuat model
referensi Open System Interconnection (OSI) sebagai solusi untuk
mengatasi masalah kompabilitas tersebut.
2.1.2 Konsep Layer dan Protokol Jaringan
Konsep layer digunakan untuk menjelaskan bagaimana
komputer berkomunikasi satu sama lain. Konsep layer menjelaskan
bagaimana jaringan komputer mendistribusikan informasi dari sumber
ke tujuan. Ketika komputer mengirimkan informasi melalui jaringan,
semua komunikasi diatur di sumber dan kemudian dikirim ke tempat
tujuan.
8
Berikut ini menggambarkan aliran data dikirim dari sumber ke
tujuan :
Gambar 2.1 Gambar Aliran Data Dikirim dari Sumber ke Tujuan
Informasi yang ada dalam jaringan secara umum disebut sebagai
data atau paket. Sebuah paket secara logika merupakan sekumpulan
unit informasi yang bergerak di antara sistem komputer. Setiap kali
data melewati layer, informasi ditambahkan dari setiap layer pengirim
sampai layer penerima pada komputer tujuan.
Protokol jaringan adalah suatu standar yang harus saling
dimengerti oleh komputer agar dapat saling berkomunikasi. Model yang
umum di gunakan dalam protokol jaringan adalah Open System
Interconnection (OSI) layer dan Transmission Control Protocol/Internet
Protocol (TCP/IP).
2.1.3 Model Open System Interconnection (OSI) Layer
Pada awal tahun 1980an terjadi peningkatan pesat jumlah
dan ukuran jaringan komputer. Setelah terjadi peningkatan dan
perkembangan jaringan tersebut, disadari akan sulit sekali berkomunikasi
dalam jaringan dengan bahasa yang berbeda karena alat-alat jaringan
9
komputer yang dikembangkan tidak memiliki standarisasi yang sama,
sehingga alat-alat jaringan mengalami masalah dalam berkomunikasi
antar alat jaringan karena memiliki standar yang berbeda.
Untuk mengatasi masalah komunikasi ini, maka International
Organization for Standardization (ISO) mengembangkan model jaringan
seperti Digital Equipment Corporation net (DECnet), System Network
Architecture(SNA), dan TCP/IP untuk menetapkan standarisasi yang
dapat diimplementasikan ke semua jaringan. Dengan model yang
dikembangkan oleh ISO, perusahaan dapat membuat jaringan yang
sesuai dengan standarisasi sehingga mampu berkomunikasi dengan
alat jaringan yang berbeda.
Open System Interconnection (OSI) yang dikeluarkan tahun
1984 merupakan model jaringan yang dibuat oleh ISO. OSI
menyediakan standarisasi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
menjamin kesamaan kinerja dengan teknologi jaringan lainnya.
Keuntungan dari model OSI layer adalah :
1. Mengurangi kerumitan.
2. Standarisasi interface.
3. Mempermudah perancangan secara modular.
4. Menjamin interoperabilitas teknologi yang berbeda.
5. Perkembangan yang sangat cepat.
6. Mempermudah pembelajaran dan pengajaran.
10
OSI merupakan sebuah framework yang digunakan untuk
menjelaskan bagaimana informasi berjalan dalam jaringan. Model OSI
menjelaskan bagaimana paket berjalan melalui berbagai macam layer
mulai dari hardware dalam sebuah jaringan, bahkan bila pengirim dan
penerima memiliki tipe media jaringan yang berbeda.
Model referensi OSI memiliki tujuh layer dengan fungsinya
masing-masing. Sebuah data yang melewati layer OSI akan melalui
tujuh layer secara berurutan tergantung dari arah data tersebut. Ketujuh
layer OSI tersebut ialah :
1. Application
Layer ini menyediakan jasa untuk aplikasi pengguna dan
bertanggung jawab atas pertukaran informasi antara program
komputer, seperti program e-mail, dan service lain yang berjalan di
jaringan, seperti server, printer atau aplikasi komputer lainnya.
2. Presentation
Layer ini bertanggung jawab bagaimana data dikonversi dan
diformat untuk transfer data. Contoh konversi format text ASCII
untuk dokumen, .gif dan JPG untuk gambar. Layer ini membentuk
kode, translasi data, enkripsi dan konversi.
3. Session
Layer ini menentukan bagaimana dua terminal menjaga,
memelihara dan mengatur koneksi serta bagaimana mereka saling
berhubungan satu sama lain.
11
4. Transport
Layer ini bertanggung jawab untuk membagi data menjadi
segmen, menjaga koneksi logika “end-to-end” antar terminal, dan
menyediakan penanganan error (error handling).
5. Network
Layer ini bertanggung jawab untuk menentukan alamat jaringan,
menentukan rute yang harus diambil selama perjalanan, dan menjaga
antrian trafik di jaringan. Data pada layer ini berbentuk paket.
6. Data Link
Layer ini menyediakan link untuk data dan memaketkannya
menjadi frame yang berhubungan dengan hardware, kemudian
diangkut melalui media komunikasi dengan kartu jaringan serta
mengatur komunikasi layer physical antara sistem koneksi dan
penanganan error.
7. Physical
Layer ini bertanggung jawab atas proses konversi data menjadi bit
kemudian mentransfernya melalui media seperti kabel dan menjaga
koneksi fisik antar sistem.
12
Gambar 2.2 Gambaran Model OSI Layer
2.1.3 Model Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)
Layer
Model TCP/IP dikembangkan oleh ARPANET. ARPANET
(Advanced Research Project Agency Network) adalah jaringan komputer
yang dibuat oleh ARPA (Advanced Research Project Agency) dari
Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969. ARPANET
difungsikan sebagai sarana percobaan teknologi jaringan komputer
13
terbaru pada zamannya, seperti teknologi packet switching dan menjadi
permulaan berdirinya Internet yang ada sekarang.
Saat ini TCP/IP digunakan sebagai sebuah protokol standar untuk
menghubungkan komputer dan jaringan untuk membentuk sebuah
jaringan yang luas (WAN). TCP/IP merupakan sebuah standar jaringan
terbuka yang bersifat independent terhadap mekanisme transport jaringan
fisik yang digunakan, sehingga dapat digunakan di mana saja. Protokol
ini menggunakan skema pengalamatan yang sederhana yang disebut
sebagai alamat IP (IP Address) yang memungkinkan beberapa ratus juta
komputer untuk dapat saling berhubungan satu sama lain di internet.
Protokol ini juga bersifat routable yang berarti protokol ini cocok untuk
menghubungkan sistem-sistem berbeda (seperti Microsoft Windows dan
keluarga UNIX ) untuk membentuk jaringan yang heterogen.
Sebagai sebuah protocol, TCP/IP juga memiliki model
referensi sendiri yang terdiri dari empat layer, yaitu:
1. Application Layer
Layer ini berfungsi untuk menangani high-level protocol,
masalah representasi data, proses encoding dan dialog control
yang memungkinkan terjadinya komunikasi antar aplikasi jaringan.
Layer ini berisi spesifikasi protokol-protokol khusus yang
menangani aplikasi umum seperti Telnet, File Transfer Protocol
(FTP), Domain Name System (DNS), dan lain-lain.
14
2. Transport Layer
Layer ini menyediakan layanan pengiriman dari sumber data
menuju ke tujuan dengan cara membuat logical connection antara
keduanya. Layer ini bertugas untuk memecah data dan
membangun kembali data yang diterima dari application layer ke
dalam aliran data yang sama antara sumber dan pengirim data.
Transport layer juga menangani masalah reliability, flow control dan
error correction. Layer ini terdiri dari dua protokol yaitu TCP dan
UDP.
• Transmission Control Protocol (TCP)
TCP adalah suatu protokol yang berada di lapisan transport
(baik itu dalam tujuh lapis model referensi OSI atau model
DARPA) yang berorientasi sambungan (connection-oriented) dan
dapat diandalkan (reliable).
• User Datagram Protocol (UDP)
UDP adalah protokol yang bersifat connectionless, dan
bersifat kebalikan dari TCP yang berorientasi connection. UDP
merujuk kepada paket data yang tidak menyediakan keterangan
mengenai alamat asalnya saat paket data tersebut diterima.
Protokol UDP ini cukup simpel sehingga untuk tujuan tertentu,
bisa membantu penyelesain tumpukan protokol TCP/IP.
15
3. Internet Layer
Layer ini memiliki tugas utama untuk memilih jalur terbaik
yang akan dilewati oleh paket data dalam sebuah jaringan. Selain
itu, layer ini juga bertugas untuk melakukan packet switching
untuk mendukung tugas utama tersebut. Layer ini terdiri dari
Internet Protocol (IP), Internet Control Message Protocol (ICMP),
Address Resolution Protocol (ARP), dan Reverse Address
Resolution Protocol (RARP).
4. Network Access Layer
Layer ini bertugas untuk mengatur semua hal yang diperlukan
sebuah paket IP agar dapat dikirimkan melalui sebuah medium fisik
jaringan. Termasuk di dalamnya adalah teknologi LAN dan WAN.
Gambar 2.3 Gambaran Model TCP/IP Layer
16
2.2 Internet Protocol (IP)
Internet Protocol adalah protokol lapisan jaringan (network layer dalam
OSI Reference Model) atau protokol lapisan internetwork (internetwork layer
dalam DARPA Reference Model) yang digunakan oleh protokol TCP/IP untuk
melakukan pengalamatan dan routing paket data antar host di jaringan komputer
berbasis TCP/IP. Versi IP yang banyak digunakan adalah IP versi 4 (IPv4).
2.2.1 Pengalamatan IP
Alamat IP terdiri dari 32 bit dimana dalam penulisannya IP
dibagi menjadi 4 bagian. Masing-masing bagian terdiri dari 8 bit
dan dibatasi dengan titik. Contoh: “192.10.101.3”. Pengalamatan IPv4
terdiri dari 2 bagian yaitu bagian network number dan host number.
Bit-bit network ditandai dengan angka binary 1 dan bit-bit host ditandai
dengan angka binary 0. Pembagian bit-bit network dan host ini
ditentukan dengan Subnet Mask.
Contoh: “192.10.101.3 / 255.255.255.0”, menyatakan bahwa
24 bit pertama adalah network dari Alamat IP dan sisanya 8 bit
merupakan bit-bit host bagi IP.
Pengalamatan IPv4 terdiri dari 5 kelas :
1. Kelas A
Kelas A merupakan kelas yang memiliki jumlah host number
yang terbanyak, karena hanya 8 bit pertama digunakan sebagai
17
bit-bit network dan sisanya 24 bit digunakan sebagai bit-bit host.
Kelas ini biasa digunakan oleh perusahaan yang memiliki jaringan
dalam skala yang besar. Alamat IP pada kelas A dimulai dari 1.0.0.0
sampai dengan 126.255.255.255.
2. Kelas B
Kelas B memiliki 16 bit pertama sebagai bit-bit network dan 16
bit sisanya digunakan sebagai bit-bit host. Alamat IP kelas B
digunakan untuk jaringan dengan skala menengah. Alamat IP pada
kelas B berkisar antara 128.0.0.0 sampai dengan 192.167.255.255.
3. Kelas C
Kelas C memiliki 24 bit pertama sebagai bit-bit network dan 8 bit
sisanya digunakan sebagai bit-bit host. Kelas ini memiliki jumlah host
address yang paling sedikit dan digunakan untuk jaringan dengan
skala kecil. Alamat pada kelas C berkisar antara 192.168.0.0
sampai dengan 223.255.255.255.
4. Kelas D
Kelas D merupakan kelas khusus yang tidak dapat dipakai
oleh publik karena satu blok kelas ini khusus dipakai untuk
keperluan multicast. Multicast adalah jenis transmisi layaknya
broadcast, namun dalam skala yang lebih kecil.
18
5. Kelas E
Kelas E adalah kelas IP yang tidak digunakan dan khusus
disimpan dengan tujuan sebagai kelas cadangan untuk keperluan di
masa mendatang.
2.2.2 Routing pada IP
Routing pada IP adalah suatu proses penentuan jalur untuk
melewatkan datagram IP dari alamat pengirim ke alamat tujuan. Alat
yang berfungsi melakukan routing IP disebut router. Proses routing
dilakukan pada setiap hop. Hop adalah perjalanan paket data dari satu
router atau host ke router atau host lainnya.
Proses routing ini menjadi sangat penting dalam jaringan Internet
yang menghubungkan berbagai jenis jaringan seperti LAN, MAN atau
WAN. Pada TCP/IP terdapat pula protokol routing yang bertugas
melakukan proses pemilihan jalur data dari pengirim ke tujuannya.
Protokol routing tersebut diantaranya: Routing Information Protocol
(RIP), Open Shortest Path Protocol (OSPF), Border Gateway Protocol
(BGP) dan lain-lain. Protokol-protokol routing tersebut dimasukkan
dalam dua kategori yang berbeda. RIP dan OSPF masuk dalam ketegori
Interior Gateway Protocol (IGP), sedang BGP berada dalam kategori
Exterior Gateway Protocol (EGP). IGP adalah protokol routing yang
menangani routing jaringan Internet pada sebuah autonomous system
sementara EGP menangani routing antar autonomous system.
Autonomous system (AS) secara umum didefinisikan sebagai jaringan
19
internet yang berada dalam satu kendali administrasi dan teknis. Internet
merupakan kumpulan dari ribuan autonomous system.
2.3 Arsitektur MPLS
2.3.1 Jaringan MPLS
Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah arsitektur
jaringan yang didefinisikan oleh Internet Engineering Task Force
(IETF) untuk memadukan mekanisme label swapping di layer dua
dengan routing di layer tiga untuk mempercepat pengiriman paket.
Arsitektur MPLS dirancang guna memenuhi karakteristik-karakteristik
wajib dari sebuah jaringan kelas carrier (pembawa) berskala besar.
Jaringan MPLS menggunakan protokol routing layer tiga serta
protokol dan mekanisme transport layer dua yang bisa diperoleh secara
luas. IETF membentuk kelompok kerja MPLS pada tahun 1997 guna
mengembangkan metode umum yang telah distandarisasi. Tujuan dari
kelompok kerja MPLS ini adalah untuk menstandarisasikan protokol-
protokol yang menggunakan teknik pengiriman label swapping
(pertukaran label).
Penggunaan label swapping ini memiliki banyak keuntungan
antara lain dapat mengurangi banyaknya proses yang terjadi dalam
pengolahan paket data yang terjadi di IP router. Router switch
mengambil keputusannya sendiri tentang jalur mana yang akan
20
diambil. MPLS juga memiliki kelebihan yang mampu memperkenalkan
kembali connection stack ke dalam dataflow IP.
Gambar 2.4 Arsitektur MPLS
Keunggulan teknologi MPLS ialah :
• MPLS memiliki efisiensi yang lebih baik, karena dalam MPLS,
routing jaringan akan ditangani dengan baik dan sederhana, sehingga
proses-proses pengiriman sebuah paket menjadi baik dan efisien.
• MPLS mengurangi banyaknya proses pengolahan yang terjadi di IP
router.
• MPLS menyediakan Quality of Service (QoS) dalam jaringan
backbone dan menghitung parameter QoS menggunakan teknik
Differentiated Services (DiffServ), sehingga setiap layanan paket
yang dikirimkan akan mendapat perlakuan yang berbeda sesuai
dengan skala prioritasnya.
21
Komponen-komponen MPLS terdiri dari:
• Label Switched Path (LSP)
Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana
paket diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS
node yang lain.
• Label Switching Router (LSR)
Merupakan router dalam MPLS yang berperan dalam menetapkan
LSP dengan menggunakan teknik label swapping dengan
kecepatan yang telah ditetapkan.
• MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER)
Merupakan router MPLS yang menghubungkan sebuah MPLS
domain dengan node yang berada di luar MPLS domain.
• MPLS Ingress Node
MPLS node yang mengatur trafik saat akan memasuki MPLS
domain.
• MPLS Egress Node
MPLS node yang mengatur trafik saat akan meninggalkan MPLS
domain.
• MPLS Label
Merupakan deretan bit informasi yang ditambahkan pada header
suatu paket data dalam MPLS. Label MPLS atau yang disebut juga
MPLS header ini terletak di antara header layer 2 dan header layer 3.
22
• MPLS Node
Node yang menjalankan MPLS. MPLS node ini sebagai control
protocol yang akan meneruskan paket berdasarkan label. Dalam hal
ini MPLS node merupakan sebuah router.
• Forward Equivalance Class (FEC)
Merupakan representasi dari beberapa paket data yang
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang sama di dalam
proses pertukaran data.
• Label Distribution Path (LDP)
Merupakan protokol yang berfungsi untuk mendistribusikan
informasi yang ada pada label ke setiap LSR pada MPLS. Protokol ini
digunakan untuk memetakan FEC ke dalam label untuk selanjutnya
akan dipakai untuk menentukan LSP.
Jaringan MPLS terdiri atas sirkuit yang disebut label-switched
path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label-
switched router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan
egress. Setiap LSR dikaitkan dengan sebuah forwarding equivalence
class (FEC), yang merupakan kumpulan paket yang menerima
perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR. FEC
diidentifikasikan dengan pemasangan label. Untuk membentuk LSP,
diperlukan suatu protokol untuk menentukan forwarding berdasarkan
23
label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap
mempercepat proses forwarding dan mempertinggi fleksibilitas
pemilihan path. Hasilnya adalah jaringan yang bersifat lebih connection
oriented.
2.3.2 Sistem Kerja MPLS
Jaringan MPLS terdiri dari rangkaian node-node yang bisa
melakukan switching dan routing berdasarkan label yang dipasang
pada setiap paket. Domain MPLS terdiri dari serangkaian node
MPLS yang saling berhubungan. Node-node ini disebut Label
Switched Router (LSR). Label-labelnya menentukan aliran paket
diantara kedua end point (titik akhir). Jalur khusus melalui jaringan
LSR untuk setiap alirannya yang disebut Forwarding Equivalence
Class (FEC) telah ditentukan. MPLS adalah teknologi yang
connection oriented. Setiap FEC memiliki karakterisasi lalu lintasnya
yang menentukan persyaratan QoS untuk aliran tersebut. Karena LSR
mengirim paket yang berdasarkan pada nilai labelnya, maka proses
pengirimannya lebih sederhana dari pada dengan router IP.
24
Gambaran Cara kerja MPLS:
Gambar 2.5 Cara kerja MPLS
Sebelum paket dikirim, untuk paket-paket dalam FEC tertentu
harus ditentukan terlebih dahulu jalurnya melalui jaringan yang disebut
Label Switched Path (LSP). Selain itu yang harus ditentukan pula
adalah parameter QoS-nya. Parameter QoS menentukan seberapa
banyak sumber daya yang diberikan kepada jalur tersebut dan apa
kebijakan queuing (mengantri) dan discard (membuang) pada setiap
LSR untuk FEC-nya tadi. Untuk melakukan hal di atas itu dibutuhkan
protokol gateway interior seperti OSPF untuk informasi routing dan
reachability. Setiap paket dalam FEC diberikan label yang hanya berlaku
untuk lokal saja. Protokol seperti Label Distribution Protocol (LDP) atau
RSVP dengan versi yang telah ditingkatkan dan digunakan untuk
25
menentukan route dan nilai (angka) label. Protokol tersebut bisa juga
ditentukan secara manual oleh operator.
Paket masuk ke dalam domain MPLS melalui Label Edge Router
(LER) untuk diberikan label. Disinilah paket itu diolah untuk
menentukan kebutuhannya akan layanan layer jaringan, yang
mendefinisikan QoS-nya. LSR memberikannya kepada FEC tertentu
dan LSP, lalu setelah itu paketnya dikirimkan. Setiap LSR yang
menerima paket berlabel mengambil label yang masuk dan
memasangkan label yang keluar pada paket tersebut, dan kemudian
mengirimkan paket itu ke LSR berikutnya dalam LSP.
Jalan keluar (egress edge) LSR mengambil label tersebut,
membaca header paket IP-nya, dan mengirimkan paket itu ke tujuan
akhirnya.
Salah satu fitur MPLS yang paling penting adalah label
stacking (penumpukan label). Paket yang telah diberi label bisa
membawa banyak label yang disusun berdasarkan urutan last-in-first-
out (yang terakhir masuk yang pertama keluar). Pengolahannya
menurut label yang paling atas. Dalam setiap LSR-nya, label bisa
ditambahkan pada tumpukannya (stack) atau diambil dari
tumpukannya. Jadi dengan cara ini, kumpulan LSP bisa dibuat ke dalam
satu LSP untuk bagian rute yang membentuk tunnel.
FEC untuk sebuah paket bisa ditentukan oleh satu atau lebih
parameter, seperti sumbernya atau alamat tujuan IP, sumber atau point
tujuan, IP protokol ID, code point layanan yang berbeda-beda atau
26
label aliran IPv6. per-hop behavior (PHB) bisa ditentukan pada LSR
untuk FEC. PHB menentukan prioritas queuing (antri atau urutan) paket
untuk FEC ini serta kebijakan discard-nya. Paket yang dikirim ke
end-point yang sama masuk kedalam FEC yang lain dan akan diberi
label yang berbeda dengan PHB yang berbeda pula pada setiap
LSR-nya dan bergerak di dalam jalur yang lain melalui jaringannya.
Esensi dari fungsionalitas MPLS ini adalah bahwa lalu lintas itu
dikelompokkan ke dalam FEC-FEC. Lalu lintas dalam sebuah FEC
membawa domain MPLS sepanjang LSP. Setiap paket didalam FEC
secara sendiri-sendiri merupakan bagian dari FEC tertentu dengan
memiliki label lokalnya masing-masing.
Pemilihan rute mengacu kepada pemilihan LSP untuk FEC
tertentu. MPLS mendukung routing hop-by-hop serta routing eksplisit.
Dengan routing hop-by-hop ini, masing-masing LSP bebas memilih hop
berikutnya untuk setiap FEC-nya. Pilihan ini menggunakan protokol
routing biasa seperti OSPF. Ini memiliki beberapa kelebihan, tapi
karena penggunaan metrik kinerjanya yang terbatas, routing hop-by-
hop tidak bisa langsung mendukung traffic engineering atau kebijakan
yang berkaitan dengan QoS dan keamanan. Pada routing eksplisit satu
LSR bisa menentukan beberapa atau seluruh LSR di dalam LSP
untuk sebuah FEC. Routing eksplisit memberikan semua keuntungan
MPLS, termasuk kemampuan melakukan traffic engineering dan
routing. Routing eksplisit yang dinamis memberikan skop terbaik
untuk traffic engineering. Didalam mode ini LSR yang menentukan
27
LSP membutuhkan informasi tentang topologi-nya serta informasi yang
berkaitan dengan QoS untuk domain MPLS. Versi OSPF yang telah
ditingkatkan untuk MPLS memiliki sejumlah metrik yang lebih baru
yang bisa digunakan dalam routing dengan hambatan termasuk link
data rates maksimum, reservasi kapasitas saat itu, packet loss rate
serta link propagation delay (keterlambatan penyebaran hubungan).
Dalam memilih rute ditentukan LSP-nya untuk FEC. Ada
sebuah fungsi yang terpisah, yakni menentukan LSP yang sesungguhnya
dan untuk ini masing- masing. LSR pada LSP harus :
• Memberikan label pada LSP yang akan digunakan untuk mengenali
paket-paket yang masuk termasuk kedalam FEC-nya yang sesuai.
• Memberitahukan node-node upstream (aliran hulu) yang potensial
dari label yang diberikan oleh LSR ini kepada FEC-nya.
• Mempelajari hop berikut untuk LSP ini serta label yang telah
diberikan node down stream (aliran hilir) kepada FEC tersebut.
2.4 Quality of Service (QoS)
QoS merupakan kemampuan untuk menyediakan jaminan performansi
dan diferensiasi layanan dalam jaringan. Performansi merupakan tingkat
kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu
sistem komunikasi. Beberapa parameter yang dijadikan acuan dalam pengukuran
QoS ialah :
28
• Utilization
Utilization adalah kemampuan jaringan dalam menangani trafik dalam
jaringan sesuai dengan besarnya kapasitas bandwidth yang tersedia. Idealnya,
utilization diatas 70%. Penghitungan utilization dalam jaringan dinyatakan
dalam rumus berikut :
• Packet Loss
Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP mencapai
tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh
beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu:
• Terjadinya overload trafik didalam jaringan.
• Tabrakan (congestion) dalam jaringan.
• Error yang terjadi pada media fisik.
• Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa
disebabkankarena overflow yang terjadi pada buffer.
Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan
mempunyai nilai yang minimum.Secara umum terdapat empat kategori
penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai packet loss yaitu seperti
tampak pada tabel berikut :
29
Kategori Degradasi Packet Loss
Sangat Bagus 0 %
Bagus 3 %
Sedang 15 %
Jelek 25 %
Tabel 2.1 Tabel Performansi berdasarkan Packet Loss
• Delay
Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses
transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay di dalam
jaringan dapat digolongkan sebagai berikut:
• Packetization delay
Delay yang disebabkan oleh waktu yang diperlukan untuk proses
pembentukan paket IP dari informasi user. Delay ini hanya terjadi
sekali saja, yaitu di sumber informasi.
• Queuing delay
Delay ini disebabkan oleh waktu proses yang diperlukan oleh
router dalam menangani transmisi paket di jaringan. Umumnya delay
ini sangat kecil, kurang lebih sekitar 100 micro second.
• Delay propagasi
Proses perjalanan informasi selama di dalam media transmisi,
misalnya kabel SDH, coax atau tembaga, menyebabkan delay yang
disebut dengan delay propagasi.
30
• Jitter
Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP.
Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan
besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan IP.
Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin
besar pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya
akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS
akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai
jitter harus dijaga seminimum mungkin.
Kategori Degradasi Peak Jitter
Sangat Bagus 0 ms
Bagus 75 ms
Sedang 125 ms
Jelek 225 ms
Tabel 2.2 Tabel Performansi berdasarkan Packet Loss
31
Diferensiasi Jaringan merupakan tingkat kepekaan performansi yang
berbeda untuk jenis layanan jaringan yang berlainan.
Tabel 2.3 Tabel diferensiasi dalam jaringan
2.4.1 QoS dalam IP
IP tidak memiliki mekanisme pemeliharaan QoS. Protokol seperti TCP
memang memungkinkan data yang dikirim dan diterima sampai, sehingga suite
TCP/IP selama ini dianggap cukup ideal bagi transfer data. Tetapi verifikasi data
mengakibatkan delay paket. Lagipula mekanisme ini tidak dapat digunakan
untuk paket dengan protokol UDP, seperti suara dan gambar. 3 teknik/metode
QoS yang umum dipakai, yaitu: best-effort service, integrated service, dan
differentiated service. Ketiga level tersebut akan diuraikan lebih detail dibawah
ini :
• Best-Effort Service
Best-effort service digunakan untuk melakukan semua usaha agar dapat
mengirimkan sebuah paket ke suatu tujuan. Penggunaan best-effort service
tidak akan memberikan jaminan agar paket dapat sampai ke tujuan yang
32
dikehendaki. Untuk aplikasi yang sensitif terhadap network delay, fluktuasi
bandwidth, dan perubahan kondisi jaringan, penerapan best-effort service
tidak dapat dilakukan. Sebagai contohnya aplikasi telepon pada jaringan yang
membutuhkan bandwidth yang tetap, agar dapat berfungsi dengan baik dalam
hal ini penerapan best-effort akan mengakibatkan panggilan telepon gagal
atau terputus.
• IntServ (Integrated Service)
IntServ adalah implementasi QoS pada Internet Protocol, yang ditujukan
untuk aplikasi yang sensitif terhadap delay dan keterbatasan bandwidth,
seperti video conference dan VoIP. Arsitekturnya berdasar sistem
pencadangan sumber daya aliran trafik. Setiap aplikasi harus mengajukan
permintaan bandwidth, baru kemudian melakukan transmisi data. Sistem
pemesanan sumber daya memerlukan protokol tersendiri. Salah satu protokol
yang sering digunakan adalah RSVP. RSVP merupakan protokol pemesanan
resource yang dipakai untuk integrated service.
Tiga model layanan IntServ adalah:
• Guaranteed-service, layanan dengan batas bandwidth dan delay yang
jelas.
• Controlled-load service, yaitu layanan dengan persentase delay statistik
yang terjaga.
• Best-effort, yaitu layanan yang memberikan routing terbaik, tetapi tanpa
jaminan sama sekali.
33
• DiffServ (Differentiated Services)
DiffServ adalah skema implementasi QoS untuk IP yang menyediakan
layanan yang berbeda dengan membagi trafik dan memperlakukan setiap
kelas secara berbeda. Identifikasi kelas dilakukan dengan memasang
semacam kode DiffServ, disebut DiffServ code point (DSCP), ke dalam paket
IP. Ini dilakukan tidak dengan header baru, tetapi dengan menggantikan field
TOS (type of service) di header IP dengan DS field. Dengan cara ini,
klasifikasi paket melekat pada paket, dan bisa diakses tanpa perlu protokol
tambahan.
Jumlah kelas tergantung pada perusahaan dan bukan merupakan
standarisasi. Pada trafik lintas batas perusahaan, diperlukan kontrak trafik
yang menyebutkan pembagian kelas dan perlakuan yang diterima untuk
setiap kelas. Jika suatu perusahaan tidak mampu menangani DiffServ, maka
paket akan dikirim apa adanya sebagai paket IP biasa, namun di perusahaan
berikutnya, DiffServ field kembali diakui oleh perusahaan. Jadi secara
keseluruhan, paket-paket DiffServ tetap akan menerima perlakuan lebih baik.
DiffServ tidak memiliki masalah skalabilitas. Informasi DiffServ hanya
sebatas jumlah kelas, tidak tergantung besarnya trafik (dibandingkan
IntServ). Skema ini juga dapat diterapkan bertahap, tidak perlu sekaligus ke
seluruh jaringan.
34
Keuntungan Diffserv adalah sebagai berikut :
• Scalability
Scalability sebagai sebuah jaringan inti dapat mempunyai jumlah
flow yang besar dan beberapa protokol yang memerlukannya untuk
mengurus per flow state atau perhitungan kompleksitas yang tidak
diskalakan dengan baik. Diffserv mengumpulkan banyak flow, oleh
karena itu dapat menangani jumlah flow yang besar. Bahkan sejak PHB
secara esensial menjadi sederhana. Diffserv meminjamkannya dengan
baik untuk digunakan pada kecepatan yang tinggi sehingga membuatnya
scalable dalam kecepatan.
• Ease of administering
Dalam DiffServ framework, domain yang berbeda dapat
menerapkan PHB, sejauh terdapat persetujuan terlebih dahulu dengan
domain lainnya yang ditemui. Hal ini memberi layanan kepada
perusahaan sebuah kebebasan untuk memilih penerapannya sebagai
konsekuensi mereka menyediakan Diffserv dengan perubahan yang
minimal pada infrastruktur tersebut.
• Simplicity
Penerapan Diffserv tidak menyimpang/berbeda banyak dari dasar
IP. Maka Diffserv membentuk kesederhanaan dan kemudahan penerapan
di dalamnya.
35
• Measurable
Semenjak masing-masing hop berada dalam sebuah domain
diffserv, traffic conditioner dan shapers secara konstan mengukur
kecepatan, kedatangan dan link schedulers untuk melakukan monitoring
paket yang dikirim, tidak banyak usaha yang diperlukan untuk
mendapatkan informasi penting dari tingkah laku jaringan. Layanan
perusahaan dapat menggunakan informasi untuk alokasi bandwidth yang
terbaik dan membuat SLA dengan pengguna.
Arsitektur Diffserv
Arsitektur Diffserv memiliki tiga komponen, yaitu:
1. Policy dan resource manager
Policy dan resource manager bertugas membuat berbagai
kebijakan-kebijakan dan mendistribusikannya kepada Diffserv
router. Sebuah kebijakan menentukan tingkatan layanan yang
akan diberikan untuk suatu paket dalam jaringan. Proses ini akan
bergantung pada kelakuan dari flow sumber tersebut.
2. Edge routers
Edge Router bertanggung jawab untuk memberi tanda
pada paket dengan sebuah code point sesuai dengan kebijakan
yang telah dispesifikasikan sebelumnya oleh administrator
jaringan yang merefleksikan tingkat layanan yang diinginkan.
36
Dalam prosesnya edge router mengukur parameter input trafik
dari setiap flow.
3. Core routers
Core routers bertugas memeriksa paket datang yang
sebelumnya telah diberi tanda dengan code point oleh edge
router. Core router melakukan proses forwarding terhadap paket
yang datang sesuai dengan tanda yang telah diberikan
(menyediakan reaksi atas tanda yang diberikan edge router pada
paket).
2.4.2 Teknik Queue QoS
Tanpa penggunaan QoS, antrian pada jaringan dilakukan
menggunakan disiplin antraian FIFO (First in First Out), yaitu tiap paket
yang datang lebih dulu pada suatu interface jaringan akan ditransmisikan
lebih dulu. Dalam hal ini memungkinkan trafik suara untuk menunggu
sederetan paket data yang panjang dan membuat delay antrian yang
sangat besar. Untuk menyediakan QoS di jaringan ada beberapa disiplin
antrian yang dapat digunakan.
• Priority Queuing (PQ)
PQ memungkinkan administrator jaringan untuk menentukan
empat prioritas trafik - high, normal, medium, dan low. Trafik yang
datang di-set ke salah satu dari empat antrian keluaran tersebut sesuai
dengan prioritas yang ditentukan. Trafik pada prioritas high (tinggi)
37
dilayani sampai antriannya kosong, kemudian paket dalam antrian
prioritas berikutnya dilayanan.
• Costum Queuing (CQ)
CQ didesain untuk memungkinkan berbagai aplikasi untuk
membagi jaringan diantara aplikasi-aplikasi yang ada dengan
kebutuhan bandwidth minimum atau latency yang ditentukan. Pada
antrian ini bandwidth harus dibagi secara proporsional antar aplikasi
dan pengguna.
CQ bekerja dengan memberikan sejumlah ruang antrian yang
telah ditentukan kepada tiap kelas paket dan melayani antrian dengan
disiplin round robin.
• Weighted fair Queuing (WFQ)
WFQ bekerja dengan cara mengklasifikasikan trafik yang datang
berdasarkan flow-nya, membuat antrian yang terpisah untuk masing-
masing flow, dan memberikan sejumlah bandwidth yang sama untuk
masing-msing flow. Pengklasifikasian flow dilakukan dengan
menggunakan alamat sumber dan tujuan, tipe protokol, soket atau
nomor port.
Fair queue memungkinkan aplikasi dengan bandwidth rendah
(low-bandwidth application), yang mendominasi trafik, untuk
memperoleh servis yang lebih baik, dengan cara mentransmisikan
jumlah bit yang sama dengan trafik bandwidth yang tinggi.
Weighting pada WFQ umunya menggunakan enam mekanisme, yaitu:
38
IP presedence, Frame Relay FECN dan BECN, RSVP, IP RTP
Priority, dan IP RTP Reserve.
• Low Latency Queue (LLQ)
LLQ bekerja dengan cara mengklasifikasikan trafik-trafik yang
datang menjadi kelas-kelas untuk memberikan prioritas kepada kelas
tertentu dan menyediakan bandwidth minimum yang terjamin untuk
kelas lainnya. Selama periode kongesti antrian prioritas (kelas
prioritas) dijaga agar trafik tersebut tidak melebihi bandwidth yang
telah ditentukan, sehingga trafik prioritas ini tidak memonopoli
bandwidth keseluruhan.
Pada LLQ, scheduler bertugas untuk memberikan layanan kepada
antrian sehingga trafik pada antrian prioritas (priority queue)
dikeluarkan terlebih dahulu kecuali jika trafik ini melebihi bandwidth
yang telah ditetapkan dan bandwidth tersebut juga dibutuhkan oleh
reserved queue (yaitu, pada periode kongseti). Reserved queue di
layani sesuai dengan bandwidth yang telah disediakan, yang
digunakan scheduler untuk menghitung weight. Weight digunakan
untuk menentukan seberapa sering reserved queue dilayani dan
berapa banyak byte yang dilayani pada suatu waktu.
• Fragmentasi
Fragmentasi adalah pemecahan paket-paket besar menjadi paket
yang lebih kecil. Ini dilakukan untuk meminimalkan delay yang
berlebih. Pada kondisi terburuk antrian serialisasi paket ke link WAN,
39
paket voice harus menunggu di belakang paket data, semakin panjang
paket data maka waktu tunggu paket VoIP semakin besar. Kondisi ini
disebut dengan blocking. Untuk mencegah terjadinya kondisi ini
dilakukan pemotongan paket-paket data yang panjang
(fragmentation) dan paket VoIP diselipkan diantara potongan-
potongan/fragmen paket data tersebut (interleaving).