Slide Kontrasepsi + gambar

37
KONTRASEPSI Disusun oleh: Ozie Ramanda Dilly Pembimbing: dr.Hj. Susilawati, Sp. OG

description

INFO

Transcript of Slide Kontrasepsi + gambar

Page 1: Slide Kontrasepsi + gambar

KONTRASEPSI

Disusun oleh: Ozie Ramanda DillyPembimbing: dr.Hj. Susilawati, Sp. OG

Page 2: Slide Kontrasepsi + gambar

Pendahuluan

Dari fakta sejarah, sejak manusia sadar bahwa hubungan secara seksual (koitus) akan menyebabkan kehamilan, berbagai usaha dilakukan untuk membatasi kehamilan dan menggugurkan kandungan yang tidak diinginkan.

Page 3: Slide Kontrasepsi + gambar

Sejarah Pada awal abad ke-20 ilmuwan Eropa

seperti Beard, Prenant, dan Loeb mengemukakan sebuah konsep bahwa sekresi korpus luteum ternyata dapat menekan proses ovulasi selama masa kehamilan yang berfokus pada pengetahuan tentang dasar fisiologi reproduksi manusia.

Haberlandt seorang fisiologis Austria mengembangkan konsep ini lebih lanjut bahwa hormon dapat digunakan untuk tujuan sterilisasi (Perone, 1994 dikutip oleh Mitchell and Stancel, 2001)

Makepeace dan kawan-kawan pada tahun 1937 melaporkan bahwa hormon ini dapat mencegah ovulasi pada kelinci.

Astwood dan Fevold (1939) menemukan bahwa efek yang sama pun terjadi pada tikus.

Page 4: Slide Kontrasepsi + gambar

Fisiologi Organ Kelamin Wanita 1. Hormon yang dikeluarkan hipotalamus,

hormon GnRH. 2. Hormon hipofisis anterior, hormon

perangsang folikel (FSH) dan hormon lutein (LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan hormon GnRH dari hipotalamus.

3. Hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh ovarium sebagai respon terhadap kedua hormon dari kelenjar hipofisis anterior.

Page 5: Slide Kontrasepsi + gambar

Mekanisme umpan balik dari hormon yang dihasilkan

Page 6: Slide Kontrasepsi + gambar

Siklus Ovarium

Tahun-tahun reproduksi normal dari wanita ditandai oleh perubahan ritmis bulanan dari kecepatan sekresi hormon-hormon wanita dan juga perubahan pada ovarium serta organ-organ seksual.

Perubahan ovarium selama siklus seksual bergantung seluruhnya pada hormon-hormon gonadotropik, FSH dan LH, yang disekresi oleh kelenjar hipofise

Page 7: Slide Kontrasepsi + gambar

Perkembangan ovum dalam siklus ovarium

Page 8: Slide Kontrasepsi + gambar

Ovulasi pada siklus ovarium dan gambaran

keadaan beberapa hormon

Page 9: Slide Kontrasepsi + gambar

Siklus Menstruasi

Stadium menstruasi atau deskuamasi

Stadium post menstruum atau stadium regenerasi

Stadium intermenstruum atau stadium proliferasi

Stadium praemenstruum atau stadium sekresi

Page 10: Slide Kontrasepsi + gambar

Kimia dari Hormon Estrogen dan Progesteron β-estradiol, estron,

dan estriol Potensi estrogenik

dari β-estradiol adalah 12 kali lebih besar daripada estron dan 10 kali lebih besar daripada estriol

17-α-hidroksiprogesteron dan progesteron

Page 11: Slide Kontrasepsi + gambar

Sintesis Estrogen dan Progesteron Estrogen dan progesteron keduanya

adalah steroid yang disintesis di dalam ovarium terutama dari kolesterol

Progesteron dan hormon kelamin pria, testosteron, akan disintesis pertama kali, baru kemudian selama fase folikular dari siklus ovarium, sebelum kedua hormon ini keluar dari ovarium, hampir semua testosteron dan sebagian besar progesteron akan di ubah menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa

Page 12: Slide Kontrasepsi + gambar

Transpor Estrogen dan Progesteron didalam Darah

Berikatan dengan albumin plasma dan globulin khusus pengikat estrogen dan progesteron.

Nasib EstrogenHati mengkonjugasi estrogen untuk membentuk glukuronida dan sulfat, dan hampir seperlima dari produk konjugasi ini diekskresikan da lam empedu, sedangkan sebagian besar sisanya di ekskresikan ke dalam urin

Nasib ProgesteronDalam waktu beberapa menit sesudah sekresi, hampir semua progesteron berdegradasi menjadi steroid lain yang tidak mempunyai efek progesteronik produk akhir yang utama dari degradasi progesteron adalah pregnanediol Urin

Page 13: Slide Kontrasepsi + gambar

Fungsi Estrogen

Efeknya pada Karakteristik Kelamin Primer dan Sekunder

Efek Pada Uterus dan Organ Kelamin luar Wanita Efek Estrogen Pada Tuba Fallopii Efek Estrogen Pada Payudara Efek Estrogen Pada Tulang Rangka Efek Estrogen pada Pengendapan Protein Efek Estrogen pada Metabolisme dan Deposit Lemak Efek Estrogen pada Penyebaran Rambut Efek Estrogen Pada Kulit Efek Estrogen pada Keseimbangan Elektrolit Fungsi Intraselular dari Estrogen

Page 14: Slide Kontrasepsi + gambar

Fungsi-Fungsi Progesteron Efek Progesteron pada Uterus Efek Progesteron pada Tuba falopii Efek Progesteron pada Payudara Efek Progesteron pada

Keseimbangan Elektrolit

Page 15: Slide Kontrasepsi + gambar

Proportion of women who were currently using the pill, male condom, or were sterilised or their partner was sterilised, or were not currently in a heterosexual relationship by age: Great Britain, 2002

Current use of contraception by marital status, Great Britain, 2002

Page 16: Slide Kontrasepsi + gambar

Tabel Efektifitas (AMA, 1980)

MetodeEfektifitas Teori

Penggunaan Efektifitas

Kontrasepsi kombinasi peroral 99,9% 93% - 96%

"Minipill" (progestin) 97,5% 96%

Intrauterin Devices 97% - 99% 91% - 96%

Vaginal spermisida 97% 70% - 97%

Kondom, diafragma 97% 80% - 97%

Rhytem (kalender) 95% 70% - 75%

Tanpa kontrasepsiKehamilan terjadi

pada wanita80% - 85%

Page 17: Slide Kontrasepsi + gambar

Kontrasepsi Kombinasi Peroral Kontrasepsi peroral dikembangkan oleh Rock dan Pincus

Hormon estrogen dan progesteron Setiap pil preparat monofasik

mengandung kadar estrogen dan progesteron tertentu yang diminum selama 21 hari dengan 7 hari setelahnya tidak meminum obat lagi (biasanya diberikan pemakaian untuk 28 hari dengan pemberian pil plasebo pada 7 hari terakhir)

Pada preparat bifasik dan trifasik terdiri dari 2 macam atau 3 macam pil yang berbeda dengan kadar aktif tertentu pada setiap pilnya, digunakan selama 21 hari.

Preparat bifasik maupun trifasik selain mampu mengurangi jumlah keseluruhan steroid yang masuk kedalam tubuh, juga mampu menyamakan rasio estrogen–progestin hingga mendekati rasio selama siklus menstruasi normal.

Perlindungan kontraseptif maksimal dicapai setelah 7 hari penggunaan

Page 18: Slide Kontrasepsi + gambar

Mekanisme Kerja

Estrogen dan progesteron bekerja secara sinergis, menghasilkan efek multiple pada sistem HPO.

Menurut Lipsett (1983) pada wanita normal, peningkatan sekresi estrogen oleh folikel ovarium sebelum ovulasi akan memicu pelepasan hormon LH yang merupakan penyebab ovulasi Tetapi karena pemberian estrogen secara terus-menerus baik dengan ataupun tanpa progestin, kadar hormon gonadotropin akan akan tetap rendah sehingga peningkatan puncak hormon LH pun tidak akan terjadi

Page 19: Slide Kontrasepsi + gambar

Hormon progesteron bekerja melalui 3 macam mekanisme berbeda:

1.Pada dosis tinggi akan menekan sekresi gonadotropin, yang pada akhirnya juga akan menghambat ovulasi.

2. Menurunkan reseptor estrogen endometrium sehingga membuat dinding endometrium menjadi atropi dan tidak reseptif terhadap implantasi.

3. Mengubah karakteristik lendir serviks dari lapisan tipis menjadi lapisan mukoid tebal untuk mencegah penetrasi sperma.

Page 20: Slide Kontrasepsi + gambar

Efek Samping

Efek kardiovaskular - Resiko infark miokardium meningkat, terutama pada perokok

dengan atau tanpa faktor resiko lainnya- Resiko stroke meningkat, terutama pada perokok dan penderita

hipertensi- Resiko fenomena thromboembolik meningkat 5 – 11 kali lebih

besar- Resiko hipertensi meningkat hingga 2,5 kali pada pengguna

kontrasepsi kombinasi peroral jangka panjang Efek Metabolisme - Komponen estrogen menyebabkan naiknya kadar HDL dan

turunnya kadar LDL- Komponen progestin justru memiliki efek sebaliknya. Estrogen

meningkatkan konsentrasi serum trigliserida dengan meningkatkan VLDL.

- Progestin menurunkan toleransi glukosa dan meningkatkan resistensi terhadap insulin

Page 21: Slide Kontrasepsi + gambar

Kontraindikasi

Kontraindikasi absolut Kontraindikasi relatif

Page 22: Slide Kontrasepsi + gambar

Kontrasepsi Progestin Dosis Tunggal Preparat ini hanya

mengandung hormon progesteron, sehingga bila dibandingkan dengan preparat kontrasepsi kombinasi peroral efikasinya lebih rendah.

1. “Mini Pills”Preparat ini mengandung progesteron dosis rendah, umumnya norethindrone 350 μg atau norgestrel 75 μg (mini pills) yang dikonsumsi tiap hari secara kontinu.

2. Preparat Depot depot medroxyprogesterone acetate (DMPA).

3. Progestin Implant

Page 23: Slide Kontrasepsi + gambar

Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja kontrasepsi jenis ini mirip dengan kontrasepsi kombinasi peroral tanpa estrogen.

DMPA tidak direkomendasikan untuk wanita muda yang penggunaan kontrasepsinya bertujuan untuk menjarangkan jarak antar anak.

Page 24: Slide Kontrasepsi + gambar

Efek Samping

Spotting dan perdarahan Jerawat Sakit kepala Penggunaan DMPA akan mengalami

atrofi endometrium dan amenorrhea total 6 – 12 bulan.

Infeksi, iritasi lokal, sakit pada tempat insersi

Page 25: Slide Kontrasepsi + gambar

Kontraindikasi

perdarahan vaginal yang tidak terdiagnosa

pasien dengan penyakit hati baik jinak maupun ganas

pasien dengan suspek kanker payudara DMPA dan implant dikontraindikasikan

untuk pasien dengan predisposisi maupun riwayat thromboplebitis atau kelainan thromboembolik

Page 26: Slide Kontrasepsi + gambar

Kontrasepsi Postkoitus atau Kontrasepsi Emergensi estrogen dosis tinggi

misalnya ethinyl estradiol atau diethylstilbestrol, diberikan dalam 72 jam setelah koitus dan dilanjutkan 5 hari kemudian dosis 2 kali sehari.

kontrasepsi emergensi tidak dapat mengganggu implantasi yang telah terjadi.

Page 27: Slide Kontrasepsi + gambar

Mekanisme Kerja Kontrasepsi emergensi

menginhibisi sekresi normal gonadotropin dan akan mengganggu fungsi korpus luteum yang berguna untuk mempertahankan kehamilan.

Berubahnya reseptifitas endometrium untuk menerima nidasi, mempengaruhi fertilitas dengan produksi mukus serviks yang tebal sehingga mengurangi penetrasi sperma serta alterasi transport sperma, ovum atau embrio pada tuba falopii.

Page 28: Slide Kontrasepsi + gambar

Efek Samping dan Kontraindikasi

Mual yang biasanya diikuti muntah. Hanya untuk keadaan emergensi dosis

tinggi.

Page 29: Slide Kontrasepsi + gambar

Spermisida Vaginal Surfaktan atau agen-agen yang

bersifat asam sebagai bahan aktifnya (kinin, tapi kemudian dipakai juga acidum boricum, acidum lacticum, chinosol, hexyl resorcinol, acidum ricinoleicum dan formaldehyde).

Biasanya spermisida vaginal tidak digunakan sendiri.

Douching atau pembilasan tidak boleh dilakukan sebelum 6-8 jam setelah koitus, agar tidak melarutkan spermisida.

Page 30: Slide Kontrasepsi + gambar

Intra Uterine Devices (IUD) IUD Tanpa Medikasi IUD Dengan

Medikasi IUD dapat

diinsersikan kedalam uterus kapan saja, tetapi lebih sering pada saat menstruasi dimana mulut serviks berdilatasi.

Page 31: Slide Kontrasepsi + gambar

Mekanisme Kerja

IUD tidak mencegah konsepsi, tapi mencegah implantasi blastokista ke endometrium dengan efek kombinasi yang mengubah kondisi biokimia endometrium sehingga tidak dapat menerima nidasi

Bahan aktif pada IUD dengan medikasi menambah efek yang sudah ada. Penambahan ion tembaga pada sediaan Cu-7 menghambat sintesis dan penebalan mukus endometrial juga dapat menghambat implantasi.

Page 32: Slide Kontrasepsi + gambar

Efek Samping

Rasa tidak nyaman Perdarahan tidak

teratur Alergi Kehamilan ektopik Pelvic inflammatory

Disease (PID)

Page 33: Slide Kontrasepsi + gambar

Kontraindikasi

Wanita hamil, pasien dengan perdarahan genital tanpa sebab yang jelas, pasien dengan suspek atau diagnosa karsinoma uteri, pasien dengan infeksi pelvis akut dan resiko terjangkit PID tinggi, pasien dengan adanya riwayat kehamilan ektopik, dan pasien dengan uterus kecil atau kanal servikal yang stenosis.

Page 34: Slide Kontrasepsi + gambar

Cara-Cara Sederhana Coitus Interruptus Istibra Berkala

Rhytme method1. Metoda kalender

(metode Ogino Knaus).

2. Metoda suhu basal.

3. Metoda lendir cervix. Kondom Diafragma dan

Kap Cervix

Page 35: Slide Kontrasepsi + gambar

Metode Symptothermal

Page 36: Slide Kontrasepsi + gambar

Kontrasepsi Kimia untuk Pria Gossypol

Derivat biji kapas ini telah digunakan di Cina Senyawa ini menghancurkan elemen-elemen epitel

seminiferus tetapi tidak mengubah fungsi endokrin testis secara mencolok.

Pria diobati dengan 20 mg/hari gossypol atau gossypol acetic acid selama 2 bulan, disertai dosis pemeliharaan 60 mg/minggu.

Pemberian regimen ini, 99% pria memiliki hitungan sperma kurang dari 4 juta/mL.

Obat ini juga telah diuji coba sebagai kontrasepsi spermisid intravagina.

Page 37: Slide Kontrasepsi + gambar

Terima Kasih…...