Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP-Dra. Masitoh, M.pd.
SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/185/1/Siti Masitoh... · 2016. 2. 15. · 7...
Transcript of SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/185/1/Siti Masitoh... · 2016. 2. 15. · 7...
1
SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DAN PROBLEMATIKA YANG DIHADAPI GURU
DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA TUNANETRA
DI SMPLB WANTUWIRAWAN
TAHUN PELAJARAN
2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh
SITI MASITOH
NIM 111 11 197
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
2
3
4
5
6
MOTTO
Artinya:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadillah: 11)”.
7
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Asrodin dan Ibu
Surati, karena dengan bimbingan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku
melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita.
2. Adiku Tini yang senantiasa memotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Sahabatku Ria Winarni, Nurul Fadlilah, Ika Khusnul Fadhilah, , Usriya Hidayati,
Dwi Silvia, Yuli Hastuti yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
4. Teman-temanku di kampus yaitu kelas PAI E angkatan tahun 2011, teman-teman
PPL, KKN, dan teman lainnya di IAIN Salatiga.
8
KATA PENGANTAR
Asslamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
4. Ibu Muna Erawati, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas
mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Sigit Margono selaku kepala sekolah di SLB-AD Wantuwirawan yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
9
7. Ibu Huru Tryasti sebagai guru PAI di SMPLB Wantuwirawan yang telah memotivasi
dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca umumnya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Salatiga, 7 September 2015
Penulis
SITI MASITOH
NIM: 111 11 197
10
ABSTRAK
Masitoh, Siti. 2015. Promblematika yang dihadapi guru dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLB
Wantuwirawan Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr Muna Erawati,
M.Si
Kata kunci: Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Siswa Tunanetra
Siswa Tunanetra merupakan anak yang mengalami hambatan pada indera
penglihatanya, walaupun telah diberi alat-alat bantu khusus mereka masih
memerlukan pendidikan khusus. Kunci keberhasilan proses pembelajaran tersebut
ditentukan oleh beberapa komponen, diantaranya guru, metode yang
digunakan,dan kurikulum. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLB
Wantuwirawan tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini diharapakan dapat
dipergunakan untuk memberikan informasi dan masukan kepada semua pihak
terutama guru dan lembaga pendidikan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, Sedangkan
analisis data dilakukan dengan klasifikasi data, penyaringan data dan
Penyimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pembalajaran yang meliputi
perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di
SMPLB Wantuwirawan berpedoman pada kurikulum KTSP dengan modifikasi
guru. Pembelajaran PAI di SMPLB Wantuwirawan pada siswa penyandang
tunanetra adalah (1) Materi yang disampaikan ditekankan pada materi yang
bersifat dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, metode tanya jawab dan
metode praktek. (2) upaya guru PAI memberikan materi yang sesuai dengan
kemampuan siswa. (3) hasil pembelajaran PAI menunjukan bahwa siswa
tunanetra sudah menjalan ritual keagamaan dalam keseharian dan berperilaku
seperti tuntunan agama. Yaitu melakukan wudhu dan shalat wajib. Kendala yang
dialami guru PAI diantaranya target materi tidak selesai, kurangnya jumlah guru
PAI, kurang disiplinya siswa, dan tata ruang kelas yang tidak kondusif.
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................... I
LEMBAR BERLOGO ............................................................... Ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................... Iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................. Iv
DEKLARASI........................................... ................................... V
MOTTO ..................................................................................... Vi
PERSEMBAHAN....................................................................... Vii
KATA PENGANTAR ............................................................... Viii
ABSTRAK ................................................................................ X
DAFTAR ISI ............................................................................. Xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. Xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1 A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1
B. Fokus Penelitian................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
1. Manfaat Teoritik ........................................................... 5
2. Manfaat Praktik .............................................................. 5
E. Penegasan Istilah.................................................................. 5
1. Pembelajaran pendidikan Agama Islam......................... 5
2. Penyandang Tunanetra.................................................... 7
F. Metode Penelitian................................................................. 8
Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................... 8
1. Kehadiran Peneliti ........................................................... 8
2. Lokasi Penelitian ............................................................. 8
3. Sumber Data.................................................................... 9
4. Prosedur Pengumpulan Data........................................... 9
5. Analisis Data ................................................................... 11
6. Pengecekan Keabsahan Data........................................... 12
7. Tahap-tahap Penelitian.................................................... 12
G. Sistematika Penulisan Skripsi .............................................. 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 15
A. Problematika Pembelajaran .................................................. 15
1. Kesulitan Belajar......... ..................................................... 15
2. Faktor Kesulitan Belajar................................................ 16
3. Problem Pembelajaran..................................................... 20
12
4. Faktor-fakor Problem Pembelajaran ............................... 20
B. Pendidikan Agama Islam.......................... .......................... 26
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.............................. 26
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam...................................... 28
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam....................................... 30
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam......................... 31
5. Sumber Pendidikan Agama Islam.....................................
6. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.....................................................................
32
32
C. Penyandang Tunanetra...........................................................
1. Pengertian Tunanetra....................... ...............................
2. Faktor Penyebab Ketunanetraan......................................
3. Karakteristik Anak Tunanetra..........................................
4. Ciri-ciri Anak Tunanetra...................................................
35
35
36
41
46
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN.........................................................................
50
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................ 50
1. Sejarah Singkat SLB Wantuwirawan.......................... 50
2. Identitas Sekolah...................................................................... 51
3. Struktur Organisasi Sekolah................................................... 53
4. Data Guru dan Karyawan............................................................ 54
5. Sarana dan Prasarana................................................................. 54
B. Temuan Penelitian................................................................... 57
1. Sistem Pembelajaran PAI.......................................................... 57
2. Kendala yang di Alami Guru PAI................................................ 64
BAB IV PEMBAHASAN............................................................ 67
A. Sistem PembelajaranPAI.......................................................... 67
1. Perencanaan Pembelajaran PAI............................................... 66
2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI.................................................. 73
3. Evaluasi Pembelajaran PAI............................................................ 77
B. Kendala yang di alami Guru PAI.............................................. 80
BAB V PENUTUP....................................................................... 82
A. Kesimpulan............................................................................ 81
B. Saran.................................................................................... 83
.DAFTAR PUSTAKA................................................................. 85
.LAMPIRAN................................................................................. 87
13
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Verbatim............................................................................. 87
2. Pedoman Wawancara........................................................... 95
3. Pedoman observasi..................................................... 97
4. Riwayat Hidup............................................................. 99
5. Surat Ijin Penelitian............................................... 100
6. Surat Keterangan Penelitian.................................... 101
7. Lembar Konsultasi..................................................... 102
8. Sumber Belajar........................................................ 103
9. Kurikulum untuk Siswa Tunanetra............................
10. SKK...........................................................................
11. Arsip Foto....................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan anugrah Allah SWT yang wajib disyukuri.
Kelahiran anak harus diterima sebagai berkah, baik ia dilahirkan dalam
keadaan sempurna maupun kurang sempurna. Sebagai wujud rasa
syukur,orang tua hendaknya memberikan pelayanan kepada putra-putrinya
sesuai dengan kebutuhan mereka. Orang tua mengupayakan hal terbaik
untuk perkembangan anak , dengan harapan cita-cita yang mungkin belum
bisa terwujud dapat terealisasi.
Namun, bagaimana jika anak yang terlahir memiliki beberapa
keterbatasan atau lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus?
Pertanyaan ini mengingatkan kepada semua pihak mengenai pentingnya
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus.
Untuk itu, seharusnya orang tua membimbing dan mengarahkan anak
secara tepat adalah memberikan kesempatan kepada anak belajar di
sekolah luar biasa (SLB). Bentuk dukungan ini menjadikan anak menjadi
pribadi yang mandiri.
Pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
dijelaskan dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) menyatakan : (1) Setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
15
bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental intelektual, dan sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Anak tunanetra merupakan anak yang berkebutuhan khusus yang memiliki
ketunaan dalan indera penglihatan,sehingga telah jelas undang-undang
tersebut pada pasal 5 ayat (2), menunjukan bahwa anak tunanetra berhak
mendapatkan pendidikan. Untuk itu dukungan perkembangan dan
kemajuan anak tunanetra dapat dibekali lewat sekolah luar biasa (SLB).
Pendidikan adalah sarana utama untuk menumbuh-kembangkan
kepribadian anak, baik secara fisiologis maupun psikologis. Pendidikan
artinya memberi pelajaran kepada anak didik, yang mencakup fungsi
kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan) dan psikomotor (perubahan
tingkah laku). Demikian pula dengan pendidikan dalam islam, bertujuan
untuk membentuk pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani (Surviani,
2004: 24).
Pendidikan Agama Islam secara khusus adalah pendidikan melalui
ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat
memahami, mengahayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam sebagai
suatu pandangan hidupnya demi kemaslahatan dan kesejahteraan hidup di
dunia maupun di akhirat kelak (Darajat, 1998: 88). Dalam pandangan
Islam setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), semua tergantung
pada orang tuanya, kemana mereka hendak mengarahkanya (Muslim, tt:
458). Oleh sebab itu, orang tua berkewajiban mendidik anaknya, kearah
16
yang digariskan dalam syari‟at Islam, yang dalam sitem pendidikan
dikenal dengan istilah Pendidikan Agama Islam (PAI).
Pendidikan luar biasa adalah pendidikan dengan cara yang khusus
yang disesuaikan dengan jenis dan taraf kelainannya. Dengan demikian
dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam, pendidik atau guru PAI
menggunakan metode khusus, alat khusus, dan kurikulum yang khusus
pula (Ihsan, 2001: 128).
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) adalah suatu
lembaga pendidikan atau sekolah lanjutan yang bertanggung jawab
melaksanakan pendidikan untuk mencerdaskan anak didik yang
berkebutuhan khusus.
Terutama dalam proses pembelajaran terhadap anak berkebutuhan
khusus, para pengajar kemungkinan besar akan menghadapi banyak
masalah.Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut, agar berbagai
permasalahan yang timbul dapat diatasi, sehingga Pendidikan Agama
Islam bagi anak berkebutuhan khusus dapat terlaksana secara maksimal
dan tepat guna. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“SISTEM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
PROBLEMATIKA YANG DIHADAPI GURU DALAM
PEMBELAJARAN PADA SISWA DENGAN TUNANETRA DI
SMPLB WANTUWIRAWAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016”.
B. Fokus Penelitian
17
Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa penyandang tunanetra di SMPLB Wantuwirawan tahun
pelajaran 2015/2016?
2. Apa saja kendala yang di hadapi guru PAI dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa penyandang tunanetra di Wantuwirawan tahun pelajaran
2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas , tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Mengetahui pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa
penyandang tunanetra di SMPLB Wantuwirawan tahun pelajaran
2015/2016?.
2. Mengetahui kendala yang di hadapi guru PAI dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam baik proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pada siswa penyandang tunanetra di SMPLB Wantuwirawan
tahun pelajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas
tentang proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa tunanetra, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai beriut:
18
1. Manfaat teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambahkan wawasan ilmu yang
didapatkkan dalam Pendidikan Agama Islam bagi penyandang
tunanetra dilembaga pendidikan formal.
2. Manfaat praktis
Memberikan rujukan bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam
melaksanakan pembelajaran khususnya bagi siswa penyandang
tunanetra.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul
tersebut, maka perlu dijelaskan maksud istilah yang dipakai. Adapun
istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Istilah pengajaran, berbeda dengan pembelajaran. Pengajaran
adalah upaya pendidik dalam mengajarakan suatu materi berupa
pengetahuan, perasaan, dan tingkah laku kepada peserta didiknya.
Dalam hal ini subjek utamanya adalah pendidik, sementara
pembelajaran adalah suatu proses perubahan tigkah laku individu
akibat interaksi dengan lingkungannya. Lebih jelasnya, menurut
Rusyan, dkk, istilah pembelajran berasal dari kata dasar „belajar‟ yang
mendapat imbuhan „pe‟ dan akhiran „an‟ yang berarti suatu proses
19
perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan
lingkunganya (Rusyan, dkk.,1989:7). Oleh karena itu, pembelajaran
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha guru dalam dalam
mengubah tingkah laku anak didiknya ke arah yang lebih baik.
Pendidikan Agama Islam (PAI), menurut Zakiyah Daradjat,
adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yang berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan itu, ia dapat memahami, mengahayati, dan
mengamalkan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya,
demi kemaslahatan dan kesejahteraan hidupnya .
Jadi penulis memberikan pengertian pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi
terciptanya suatu kegiatan belajar yang memenuhi atau sesuai ajaran-
ajaran Islam.
2. Penyandang Tunanetra
Mengenai apa arti dari tunanetra itu sendiri, banyak versi yang
menyebutkan arti dari istilah tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pengertian tunanetra ialah tidak dapat melihat, buta.
Menurut persatuan Tunanetra Indonesia atau Pertuni (2004)
mendefenisikan ketunanetraan sebagai berikut :
Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki
penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang
masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12point dalam keadaan cahaya normal meskipun
dibantu dengan kaca mata (kurang awas).
20
Ini berarti orang tunanetra mungkin tidak mempunyai
penglihtan sama sekali meskipun hanya membedakan antara terang
dan gelap. Orang dengan kondisi penglihatan seperti ini kita katakan
sebagai “buta total”. Di pihak lain, ada orang tunanetra yang masih
mempunyai sedikit sisa penglihatan sehingga mereka masih dapat
menggunakan sisa penglihatanya untuk melakukan kegiatan sehari-
hari. Orang tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan yang
fungsional seperti ini kita sebut sebagai orang “kurang awas” atau
lebih dikenal dengan sebutan “low vision” ( Widjaya, 2012: 11-12).
Anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatanya
(kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi
dalam kegiatan seperti halnya orang awas (Somantri, 2006: 65).
Tunanetra merupakan sebutan untuk individu yang mengalami
gangguan pada indera penglihatan. Pada dasarnya, tunanetra dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu buta total dan kurang penglihatan (low
vision) (Smart, 2012: 36).
Oleh karena itu, yang dimaksud sebagai penyandang tunanetra
merupakan siswa yang mengalami gangguan dalam indera
penglihatanya. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan
dalam pnglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.
F. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
21
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono
menjelaskan penelitian kualitaif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana
penelitian adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2008:9).
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai
fakta-faktayang ditemukan dilapangan, foto, memo, dan dokumen
resmi lainya.
2. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti sebagai pengamat, dalam hal ini yakni
melakukan fungsi pengamatan (Moleong, 2007: 77).
Dalam penelitian ini, peneliti ikut berperan serta sebagai
pengamat guru dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada anak tunanetra di Wantuwirawan tahun pelajaran 2015.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB Wantuwirawan, tepatnya berada di
Jl. Argobogo No.282 Ledok, Salatiga. Kec. Argomulyo 50732 Jawa
Tengah. Adapun strata pendidikan mencakup: TKLB (Taman Kanak-
Kanak), SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa),dan SMALB (Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa). Subjek yang digunakan peneliti adalah SMPLB
Wantuwirawan.
4. Sumber Data
22
Menurut Sugiyono (2014: 308), teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data yang langsung meberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, baik
melalui dokumen maupun orang lain.
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian
adalah siswa penyandang tunanetra di SMPLB Wantuwirawan,
Sedangkan informanya adalah Guru Pendidikan Agama Islam, kepala
sekolah dan guru lain.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis tentang fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,
1987:142).
Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data
mengenai kondisi sekolah, interaksi guru dengan siswa dan
kegiatan pembelajaran dikelas.
b. Wawancara
23
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematisdan
berdasar pada tujuan penelitian (Hadi, 1989:193).
Metode ini ditujukan kepada Kepala Sekolah, guru
Pendidikan Agama Islam, dan juga teman sejawat guru di sekolah.
untuk mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM). Lebih lanjut, peneliti akan menanyakan
tentang metode yang diterapkan untuk siswa penyandang tunanetra
dan menanyakan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, buku, dan sebagainya (Arikunto,
1998:236).
Metode ini peneliti gunakan untuk meperoleh data
mengenai informasi sekolah yang meliputi struktur
organisasi,sarana dan prasarana, data guru dan data siswa.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu
segera digarap oleh peneliti. Di dalam buku-buku lain sering disebut
pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data
analysis (Arikunto, 2010: 278
24
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data
meliputi klasifikasi data, penyaringan data, dan penyimpulan. Pada
tahap klasifikasi data dilakukan pengelompokan data berdasarkan
rumusan masalah yang ditetapkan. Pada tahap penyaringan data
dilakukan pemilahan data yang berguna dan tidak berguna, dan data
yang tidak dibuang. Pada tahap penyimpulan dilakukan penelaahan
data yang berguna dihubungkan dengan masalah penelitian yang
dirumuskan kemudian dipadukan dengan teori-teori yang ada dalam
konteks pembelajaran PAI.
Setelah data diperoleh secara utuh, seluruh data dianalisis
secara detail dan mendalam. Hal ini dilakukan untuk mengindari
adanya kesalahandalam penyajian data dan untuk menjaga keutuhan
penelitian. Kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu
triangulasi (keabsahan), triangulasi adalah teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu, untuk keperluan
pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan
mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda. Dalam metode kualitatif hal ini dicapai
dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
25
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
terkait.
c. Membandingkan apa yang dikatakan key person(informan) dengan
informan.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahulan
Penelitian pendahuluan ini mengkaji buku-buku yang
berkaitan dengan pendidikan agama Islam pada siswa penyandang
tunanetra.
b. Tahap Penelitian di Lapangan
Setelah mengetahui kurikulum yang dilaksanakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak penyandang
tunanetra berdasarakan buku-buku yang telah dikaji kemudian
peneliti juga wawancara langsung kepada kepala sekolah dan guru
Pendidikan Agama Islam.
c. Tahap Analisis dan Pelaporan
Peneliti mengkaji antar informasi yang terdapat dalam buku
mengenai pembelajaran pendidikan agama Islam dengan data yang
diperoleh di lapangan.
Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaian secara
selektif dan disesuaikan dengan permaslahaan yang diangkat dalam
penelitian.Setelah itu, dilakukan pengolahan dengan permasalahan
yang diangkat dalam penelitian.
26
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan
untuk mempermudah jalan pikiran memahami secara keseluruhan isi
skripsi.
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, penegasaan istilah, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam meleputi :
pengertian perencanaan, fungsi perencanaan, prinsip-prinsip perencanaan.
Pelaksanaan materi pendidikan agama Islam: Pengertian pendidikan
agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, materi pendidikan agama
Islam. Evalusai pembelajaran: Pengertian evaluasi, fungsi evaluasi, dan
prinsip-prinsip evaluasi. Penyandang tunanetra: Pengertian tunanetra, Jenis
/karakteristik tunanetra , faktor penyebab tunanetra.
Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi:
paparan data SLB Wantuwirawan, sistem pembelajaran Pendidikan Agam
Islam pada siswa penyandang tuannetra di SMPLB Wantuwirawan dalam
tahap perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi, kendala yang yang dialami
guru PAI dalam proses perencaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Bab IV merupakan analisis data meliputi sistem pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang tunanetra di SMPLB
Wantuwirawan yang meliputi perancaan, pelaksanaan, dan evaluasi
27
pembelajaran Pendidkan Agama Islam, kendala yang dialami guru PAI
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Bab V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Problematika Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui
pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan (Sukardi, 1980:
17).Sementara mengajar adalah suatu proses menanamakan pengetahuan
sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, menyampaikakan suatu
kebudayaan,dan membimbing kegiatan anak untuk mencapai suatu
perubahan (Mansyur, 1982: 35-36).
Suatu proses pembelajaran, tidak dilakukan dengan semudah
membalikkan telapak tangan, melainkan membutuhkan waktu dan usaha
sungguh-sungguh. Banyak problem yang harus dihadapai dan diselesaikan
dengan baik. Problem-problem pembelajaran itu, tentu saja berkaitan
dengan proses transfer ilmu pengetahuan dan pembentukan tingkah laku.
Dalam kesempatan ini akan diuraikan terlebih dahulu mengenai problem
belajar, yang sering dialami oleh siswa/peserta didik. Problem ini sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran. Berikut
faktor-faktor yang mempengarahui:
1. Kesulitan Belajar
28
Kesulitan belajar pada anak atau sering disebut dengan
learning disorders sangat erat kaitanya dengan pencapaian hasil
akademik dan aktivitas sehari-hari. Karena itu, tak jarang orang tua
begitu menghawatirkan masalah ini.
Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah yang memiliki
gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman
penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin
menampakan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna
dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja, atau menghitung.
Selain itu, kesulitan belajar merupakan kondisi di mana
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria
standar yang telah ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan,
maupun ketrampilan. Proses belajar yang ditandai dengan hambatan-
hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar (Subini, 2013: 12).
Ada beberapa problem belajar, yang terdiagnosa oleh para ahli dari
berbagai sepesialisasi, pendidikan, pengajaran, dan ilmu jiwa baik dari
kalangan Islam maupun non Islam. Problem-problem tersebut antara
lain motivasi, penugasan, konsentrasi, pemahaman, lupa, biaya, dan
kepercayaan diri (Syahatah, 2004: 92-113).
a. Motivasi
Seringkali motivasi menjadi persoalan dalam proses belajar
dan mengajar. Kurangnya motivasi dalam belajar, yang disebabkan
29
oleh berbagai macam alasan, tentu akan sangat mempengaruhi
hasil pembelajaran, meskipun berbagai sarana dan prasarana telah
dilengkapi. Demikian juga motivasi dalam mengajar, kurangnya
motivasi dalam mengajar, akan mengakibatkan proses transfer ilmu
pnegetahuan kepada anak didik tidak berhasil dengan sempurna.
Oleh karena, antara pengajar dan objek ajar ( pendidik dan peserta
didik) harus memiliki motivasi yang kuat untuk keberhasilan dalam
belajar dan mengajar.
b. Penugasaan
Akumulasi tugas dan pelajaran yang cukup banyak, sementara
dalam kehidupan sehari-hari seseorang bisa saja ada persoalan
waktu dan kondisi. Karena banyaknya tugas, atau karena sakit,
seseorang tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik,
sementara tugas-tugas lainnya sudah menunggu sehingga tidak bisa
mengejar ketertinggalan. Hal ini sering kali menyebabkan
kehilangan semangat, atau permasalahan-permasalahan lainya.
Solusinya, seseorang harus menerbitkan dan mengevaluasi jadwal
dengan cermat, menggunakan kembali motivasi, meminta bantuan
orang lain (teman atau guru) dan menghilangkan keputusasaan.
c. Konsentrasi
Kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh daya konsentrasi
pada anak yang sedang belajar. Anak dengan dengan konsentrasi
tinggi untuk belajar akan tetap belajar meskipun banyak faktor
30
yang mempengaruhi seperti kebisingan, acara lebih menarik dan
sebagainya. Namun sebaliknya jika seseorang tidak bisa memiliki
konsentrasi untuk belajar,hal yang mudah pun akan terasa sulit
untuk dipelajari , apalagi pelajaran yang sulit tentu akan terasa
lebih berat lagi. Tekanan dan permasalahan tertentu dapat
mengakibatkan seseorang kehilangan konsentrasi. Solusinya,
mencari tempat yang tepat sesuai yang diinginkan, mencatat poin-
poin penting, belajar bersama, dan menggunakan sarana-sarana
yang dapat membantu berkonsentrasi.
d. Pemahaman
Bagi peserta didik, persoalan pemahaman berkaitan dengan
tingkat intelektual (IQ) dan tingkat interest terhadap suatu materi
pelajaran. Meskipun bukan sebagai satu-satunya yang menentukan
kecerdasaan seseorang, inteligensi juga memberi pengaruh pada
kseulitan belajar seseorang. Inteligensi merupakan kemampuan
umum seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir.
Sementara guru, lebih diarahkan pada tingkat kemauanya dalam
memahami peserta didiknya dan bagaimana ia dapat memahami
arti dari tugas dantangggung jawabnya sebagai pendidik.
Solusinya, instropeksi diri, menyembuhkan penyakit fisik maupun
mental yang diderita, menambah jam belajar, dan belajar di tempat
tenang.
e. Lupa
31
Daya ingat rendah sangat mempengaruhi hasil belajar
seseorang. Anak yang sudah belajar dengan keras namun
mempunyai daya ingat dibawah rata-rata hasilnya akan kalah
dengan anak yang mempunyai daya ingat tinggi. Hasil usaha
belajarnya tidak sepadan dengan prestasi yang didapatkanya.
Solusinya, refreshing, konsisten dengan jadwal, mengkosongkan
pikiran dari hal-hal yang membebani,mengulang-ulang pelajaran,
mamanfaatkan catatan, dan membuat ringkasan.
f. Biaya
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu penyebab kesulitan
belajar pada anak. Keluarga dengan ekonomi pas-pasan cenderung
sulit memenuhi kebutuhan anak terutama dalam hal fasilitas yang
mendukung kegiatan belajar. Hal ini tentu berpengaruh pada
kesulitan belajarnya. Solusinya, Manajemen yang baik,
memaksimalkan penggunaan waktu belajar, dan mencari donasi.
g. Kepercayaan diri
Rasa percaya diri merupakan modal belajar yang sangat
penting. Bagaimana tidak? Seseorang yang merasa dirinya mampu
mempelajari sesuatu maka keyakinannya itu yang akan
menuntunya menuju keberhasilan. Berbeda jika tidak memiliki
kepercayaan bahwa ia mampu maka dalam perjalanan belajar pun
tidak ada semangat untuk meraih apa yang diinginkan. Pelajaran
sesulit apapun, jika diyakini sebagai sesuatu yang dapat diraih, ia
32
akan dapat meraihnya. Solusinya banyak berlatih menumbuhkan
keyakinan bahwa sesungguhnya manusia itu sama, yaitu hanya
berhak berusha sementara Tuhan yang menentukan.
2. Problem Pembelajaran
Untuk permasalahan pembelajaran yang terfokus pada pendidik,
selain permasalahan pribadi yang menyangkut abilitas dan kapabilitas,
biasanya mengikuti permasalahan peserta didik. Keadaan peserta didik
menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam proses
belajar-mengajar. Selain itu, masih banyak faktor-faktor penting yang
mendukung keberhasilan, faktor lingkungan sekolah juga dapat
mempengaruhi kesulitan belajar anak, menurut Subini (2013: 34-38)
sebagai berikut :
a. Guru
Disekolah, guru merupakan orang yang mendidik anak dalam
segala hal. Guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting dalam
menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Bagaimana sikap dan
kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh
guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada
anak-anak didiknya dan turut menentukan hasil belajar yang akan
dicapai.
Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing.
Dalam perananya sebagai pembimbing, guru harus berusaha
33
menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi
yang kondusif. Dengan demikian, cara mengajar guru harus efektif dan
mengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, teknik,
ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak
didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep
yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar
mengajar.
Sulit tidaknya suatu pelajaran dimata anak-anak tergantung pada
bagaimana gurunya mengungkapkan. Terkadang ada guru yang selalu
meremehkan siswanya. Guru yang tidak bisa memotivasi anak untuk
belajar lebih giat lagi. Bahkan, sering kita temukan guru yang
membiarkan anak yang tidak mengerjakan PR, tidak memberi sanksi
terhadap anak yang terlambat ataupun membolos. Oleh karena itu,
sangat penting memperhatikan guru demi mengatasi kesulitan belajar
pada anak.
b. Metode mengajar
Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan mengajar hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada
disekitar anak sehingga dapat menumbuhkan dan mendorongnya
untuk melakukan proses belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan
oleh guru untuk mentransfer ilmu kepada siswa. Banyak sekali metode
34
mengajar yang dapat digunakan guru saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Tergantung masing-masing menyukai yang mana.
Metode yang monoton, begitu-begitu saja kadang juga bisa menjadi
salah satu penyebab kesulitan belajar pada anak. Mungkin anak
merasa tidak cocok dengan metode yang digunakan gurunya sehingga
tidak tertarik menyimak materi yang diajarkan. Dapat juga anak
merasa bosan.Oleh, karena itu, bagi para guru alangkah baiknya
menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
c. Instrumen/ fasilitas
Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran maka alat mempunyai fungsi
sebagai pelengkapuntuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, meskipun
hanya berfungsi sebagai pelengkap namun dapat menyebabkan
kesulitan belajar pada anak.
Misalnya saja komputer. Untuk belajar ilmu grafis, seorang
anak membutuhkan seseuatu untuk menggambar. Memang
menggambar bisa dilakukan diatas kertas atau apapun, namun akan
lebih mudah lagi jika melakukanya didalam komputer. Hal ini
menunjukan bahwa instrumen atau fasilitas yang ada disekolah juga
menjadi faktor kesulitan belajar.
d. kurikulum sekolah
35
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu.
Relasi guru dengan anak.
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan anak. Oleh
karena itu, cara belajar anak juga dipengaruhi oleh relasinya dengan
guru yang bersangkutan. Anak akan menyukai mata pelajaran yang
diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari dengan sebaik-
baiknya. Namun, jika hubungan antara guru dan anak kurang baik,
seperti ada jarak karena takut, tidak akrab, anak menjuluki guru galak,
dan sebagainya maka akan berpengaruh pada kelancaran belajar
mengajarnya.
e. Relasi antarsiswa
Selain dengan guru, hubungan antarsiswa disekolah juga
menentukan tingkat kecerdasan siswa. siswa yang pendiam,
mengurung diri, dan tidak mau bergaul dengan teman lainya tentu
kesulitan bertanya jika ada materi yang belum dipahaminya. Siswa
akan cenderung diam daripada mencari tahu penyelesaian masalahnya.
Apabila dengan sesama teman saja hubungan tidak baik, dengan guru
pun kemungkinan juga jauh. Anak akan merasa lebih takut dan
akhirnya membiarkan dirinya tidak paham dengan apa yang
disampaikan gurunya.
36
f. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubunganya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan guru dalam
mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau
karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau
keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain. Sebagai
contoh, jika ada siswa yang tidak mengerjakan PR dibiarkan saja
tanpa diberi hukuman, selamanya jika ada tugas rumah ia tidak akan
mengerjakan. Berbeda dengan guru yang memberi sanksi pada siswa
yang lupa mengerjakan tugasnya, siswa akan berusaha mengerjakan
apa yang menjadi pekerjaan rumahnya.
h. Pelajaran dan waktu
Waktu sekolah adalah saat terjadinya proses belajar mengajar
di sekolah. Waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam
hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar anak. Anak yang
sekolahnya masuk pagi tentu berbeda semangat belajarnya dengan
yang siang. Pagi hari tubuh masih fresh, lingkungan sekitar masiih
mendukung karena tidak terlalu panas,dan kebanyakan orang sibuk
dengan dengan aktivitasnya masing-masing. Berbeda dengan sekolah
yang masuk siang hari. Tubuh anak lebih lelah, keadaan sekitar pun
lebih ramai. Tentu proses belajar mengajar lebih terganggu. Begitu
juga di malam hari, tubuh terasa capek karena telah beraktivitas
seharian.
37
Selain itu, hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa setiap
orang setiap harinya mempunyai jumlah waktu sama, yakni 24 jam.
Oleh karena waktu yang sama maka anak berhasil dalam belajar tanpa
mengalami kesulitan tidak lain karena kemampuanya dalam mengatur
waktu.
i. Standar pelajaran
Standar pelajaran yang terlalu tinggi juga dapat menyulitkan
belajar anak. Apalagi, kemampuan anak juga berbeda-beda. Anak
akan merasa sulit memahami pelajaran karena standar pelajaran yang
dipatok diatas kemampuan mereka. Meskipun standar pelajaranya
biasanya ditentukan oleh dinas pendidikan, namun guru dapat
mengakali dengan memberikan materi dasar dari standar yang ada.
Hal ini tentu akan mengurangi kesulitan anak dalam memahami yang
diajarkan guru.
j. Kebijakan penilaian
Faktor lain yang mempengaruhi kesulitan belajar anak adalah
kebijakan penilaian. Tidak semua guru sama dalam hal memberikan
nilai. Ada guru yang terlalu murah memberikan nilai, namun tidak
sedikit juga yang „pelit‟. Ketika anak sudah belajar dengan sungguh-
sungguh, berusaha semaksimal mungkin, namun semua kembali pada
sang guru yang menilai. Hal ini tentu akan mempengaruhi hasil
belajar anak.
k. Keadaan gedung
38
Keadaan gedung disekolah sebagai tempat belajar juga ikut
memberi pengaruh pada keberhasilan anak. Gedung yang rusak, kotor,
banyak sampah yang berserakan atau bahkan atapnya bocor tentu
menjadi kendala saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Bagaimana mungkin dapat belajar dengan baik jika fasilitas gedung
sekolah tidak mendukung. Meskipun anak dengan semangat yang
menggebu untuk belajar, namun keadaan gedung sekolah
menghawatirkan dapat menurunkan niatnya mencari ilmu.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI), menurut Zakiyah Daradjat,
adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yang berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan itu, ia dapat memahami, mengahayati, dan
mengamalkan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya,
demi kemaslahatan dan kesejahteraan hidupnya.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
mengahayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan
tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa (Kurikulum PAI, 2002:3)
39
Sementara itu pengertian lebih sepesifik tentang Pendidikan
Agama Islam diberikan (Syafaat, 2008: 16) Pendidikan Agama Islam
yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap
anak agar kelak selesai kependidikanya dapat memahami,
mengahayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta
menjadikanya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun
kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan juga mempersiapkan anak-anak agar menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan memecahkan masalah
kehidupan. Penggunaan fikiran atau akal ini bukan saja untuk
menyelesaikan masalah, tetapi juga selalu diingatkan Allah SWT
melalui wahyunya agar dipergunakan dalam menghadapi gejala alam
yang tidak terkira jumlahnya. Seperti dalam firman Allah SWT di
dalam surat Ar-Rahman ayat 33 sebagai berikut:
Artinya :
Hai para jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus
ruang angkasa dan bumi, tembuslah! Tidak mungkin kamu
menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan).
40
Demikian pentingnya akal dan fikiran yang dikatakan kekuatan
di dalam wahyu Allah SWT tersebut diatas. Dengan akal atau fikiran
manusia menemukan ilmu dan teknologi, yang dapat digunakanya
untuk menembus ruang angkasa dan bumi (Nawawi, 1993: 197).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
implementasi pendidikan agama Islam adalah suatu pelaksanaan
kegiatan yang terencana untuk memperoleh hasil efektif dan efesien,
sesuai dengan tujuan yang ditunjukan kepeda anak didik yang sedang
tumbuh agar mereka mampu menumbuhkan sikap dan budi pekerti
yang baik, serta dapat memelihara perkembangan jasmani dan rohani
secara seimbang dimasa sekarang dan mendatang sesuai aturan agama
Islam dan menjadikan Agama Islam menjadi pandangan hidup.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Makna tujuan secara etimologi adalah “arah, maksud atau
haluan”, dalam bahasa arab “tujuan” disitillahkan dengan ghayat,
ahdaf, atau maqashid. Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan
dengan goal, purpose, objectives. Secara terminologi,tujuan berarti
“sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan
selesai”. Oleh H. M. Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses
pendidikan agama Islam adalah “Idealitas (cita-cita) yang mengandung
nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang
berdasarkan ajaran Islam secara bertahap” (Arief, 2002: 19).
41
Dari pandangan Islam tentang alam ini tampaklah dengan jelas,
bahwa tujuan asasi dari adanya manusia di dalam alam ini adalah
beribadah dan tunduk kepada Allah, serta menjadi khalifah di muka
bumi untuk memakmurkannya dengan melaksanakan sya‟riat dan
menaati Allah. Allah SWT telah menjelaskan tujuan ini didalam
firman-Nya dalam surat ad-Dzariyat: 56 sebagai berikut:
Artinya:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku.
Jika ini tujuan hidup manusia, maka pendidikanya pun harus
mempunyai tujuan yang sama, yaitu : mengembangkan fikiran manusia
dan mengatur tingkah laku serta perasaanya berdasarkan islam
(Nahlawi, 1996: 162).
Secara umum, tujuan pendidikan agama Islam menurut
(Daradjat, 2011: 30-33) terbagi kepada : tujuan umum, tujuan
sementara, tujuan akhir dan tujuan oprasional.
a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengancara
lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusian yang
meliputi sikap, ingkah laku, kebiasaan, dan pandangan.
42
b. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan
dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
c. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik
menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia
mengahabisi sisa umurnya.
d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Suatu unit
kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah
dipersiapakan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Berbicara mengenai Pendidikan Agama Islam tentunya tidak
terlepas dari apa fungsi dan tujuanya. Maka dari itu Pendidikan Agama
Islam mempunyai beberapa fungsi yaitu :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaatan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penanaman mental, yaitu sebagai pedoman hidup untuk
mencari kebahagian hidup didunia dan diakhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial dan dapat mengubah lingkunganya sesuai dengan ajaran
agama Islam.
43
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkunganya atau buadaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghamabat perkembanganya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum, sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus dibidang agama Islam agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid,
2006: 134-135).
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidkan agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara lain: huungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan mahluk
lain dan lingkunganya (Ramayulis, 2008: 22-23).
Sebagaimana diketahui, ajaran pokok islam adalah aqidah
(keimanan), syariah (keislaman), dan akhlak (ihsan). Ketiga ajaran
44
pokok ini kemudian diajarkan dalam bentuk rukun iman, rukun islam,
dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh,dan Ilmu
Akhlak. Ketiga kelompok ini kemudian dilengkapi dengan
pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Qur‟an dan al-Hadits,
ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh) sehingga secara
beruntutan: Ilmu Tauhid, Ilmu (keimanan), Ilmu Fiqh, Aqidah Akhlak,
Ilmu Al-Qur‟an dan Al-Hadits, Tarikh Islam (Majid, 2006: 77).
5. Sumber Pendidikan Agama Islam
Sumber pendidikan agama Islam yaitu al-Qur‟an, as-Sunnah,
ucapan para sahabat (mazhab al-sahabl), kemaslahatan umat (marsalih al-
mursalah), tradisi atau adat yang sudah dipraktikkan dalam kehidupan
masyarakat (al-„urf), dan hasil ijtihad para ahli. Selain itu ada pula yang
meringkaskan sumber pendidikan Islam menjadi tiga macam yaitu al-
Qur‟an, as-Sunnah, dan Ijtihad.
6. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI
Komponen pelaksanaan pendidikan berarti kajian tentang
sistem pndidikan yang merupakan satu kesatuan, saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainya. Menurut Hunt
dalam (Syaifuddin dkk, 2007: 10) pembelajaran itu efektif jika siswa
memperoleh pengalaman barudan perilakunya berubah menuju titik
akumulasi kompetensi yang dikehendaki. Terdapat lima bagian penting
dalam peningkatan efektivitas pembelajaran, yaitu perencanaan,
komunikasi, pembelajaran itu sendiri (pelaksanaan pembelajaran),
45
pengaturan, dan evaluasi. Pada penelitian ini, peneliti hanya membahas
tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
a. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan
rencana, model, pola, bentuk, konstruksi, yang melibatkan guru,
peserta didik, serta fasilitas lain yang dibutuhkan, yang tersusun
secara sistematis agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
(Chamsijiatin dkk, 2008: 4).
Beberapa tahap yang harus dilalui dalam perencanaan
pembelajaran dan pengorganisasian siswa berkebutuhan khusus.
Tahapan tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) menetapkan
bidang-bidang atau aspek problema/kesulitan belajar yang akan
ditangani, apakah seluruh mata pelajaran, sebagian mata pelajaran,
atau hanya bagian tertentu dari suatu mata pelajaran. 2)Menetapkan
penedekatan pembelajaran yang akan dipilih termasuk rencana
pengorganisasian siswa, apakah bentuknya berupa pelajaran remedial,
penambahan latihan-latihan di dalam kelas atau luar kelas, pendekatan
kooperatif, atau kompetitif. 3) Menyusun program pembelajaran
individual. Program pembelajaran individual (PPI) disusun agar anak
peproblema belajar/bermasalah mendapatkan layanan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan khusus mereka (Yusuf dkk, 2003: 48).
b. Pelaksanaan Pembelajaran
46
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan
pembelajaran menjadi panduan yang harus digunakan dalam
pembelajaran, karena di dalam rencana pembelajaran tersebut telah
ditetapkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
c. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi diterapkan untuk mengetahui tingkat kebrhasilan
Seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran,
mmenemukan kelemahan-kelemahan yang baik berkaitan dengan
materi, metode, media, ataupun sarana (Nizar, 2002: 78).
Evaluasi dilakukan untuk membantu mengatasi problema
belajar siswa, perlu dilakukan pemantauan secara terus-menerus
terhadap kemajuan atau kemunduran belajar siswa. Jika siswa
mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang dipilh oleh guru
perlu terus dimantapkan, tetapi jika terdapat kemajuan perlu diadakan
peninjuan kembali, baik mengenai isi dan pendekatan program,
maupun motivasi siswa yang bersangkutan untuk memperbaiki
kekurangan-kekuranganya. Diharapkan pada akhirnya semua
problema belajar pada siswa secara bertahap dapat diperbaiki sehingga
siswa terhindar dari kemungkinan tidak naik kelas atau bahkan putus
sekolah.
47
C. Penyandang Tunanetra
1. Pengertian Tunanetra
Mengenai apa arti dari tunanetra itu sendiri, banyak versi yang
menyebutkan arti dari istilah tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pengertian tunanetra ialah tidak dapat melihat, buta. Menurut
persatuan Tunanetra Indonsia atau Pertuni (2004) mendefenisikan
ketunanetraan sebagai berikut :
Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki
penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang
masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatanya untuk membaca tulisan biasa
berukuran dua belas point dalam keadaan cahaya normal
meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas).
Ini berarti orang tunanetra mungkin tidak mempunyai penglihtan
sama sekali meskipun hanya membedakan antara terang dan gelap.
Orang dengan kondisi penglihatan seperti ini kita katakan sebagai “buta
total”. Di pihak lain, ada orang tunanetra yang masih mempunyai
sedikit sisa penglihatan sehingga mereka masih dapat menggunakan
sisa penglihatanya untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Orang
tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional seperti
ini kita sebut sebagai orang “kurang awas” atau lebih dikenal dengan
sebutan “low vision” ( Widjaya, 2012: 11-12).
48
Anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatanya
(kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi
dalam kegiatan seperti halnya orang awas (Somantri, 2006: 65).
Tunanetra merupakan sebutan untuk individu yang mengalami
gangguan pada indera penglihatan. Pada dasarnya, tunanetra dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu buta total dan kurang penglihatan (low
vision) (Smart, 2012: 36).
Oleh karena itu, yang dimaksud sebagai penyandang tunanetra
merupakan siswa yang mengalami gangguan dalam indera
penglihatanya. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan
dalam pnglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.
2. Faktor penyebab ketunanetraan
Secara ilmiah ketunanetraan anak dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, baik faktor dalam diri anak (internal) ataupun faktor
dari luar anak (eksternal).
a. Pre-natal (dalam kandungan)
Faktor penyebab tunanetra pada masa pre-natal sangat erat
kaitanya dengan adanya riwayat dari orangtuanya atau adanya
kelainan pada masa kehamilan.
Keturunan, pernikahan dengan sesama tunanetra dapat
menghasilkan anak dengan kekurangan yang sama, yaitu
tunanetra, jika salah satu orangtua memiliki riwayat tunanetra,
juga akan mendapatkan anak tunanetra. Ketunanetraan akibat
49
faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, yaitu penyakit
pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Selain itu,
katarak juga disebabkan oleh faktor keturunan.
Pertumbuhan anak didalam kandungan, ketunanetraan
anak yang disebabkan pertumbuhan anak dalam kandungan
biasa disebabkan oleh: gangguan pada saat ibu hamil, adanya
penyakit manahun, seperti TBC sehingga merusak sel-sel darah
tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan. Infeksi
atau luka yang dialami ibu hamil akibat terkena rubella atau
cacar air dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga,
jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang. Infeksi karena penyakit kotor, toxopalsmosis,
trachoma, dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang
berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata,
dan kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan gangguan
pada mata sehingga kehilangan fungsi penglihatan.
b. Post-natal
Post-natal merupakan masa setelah bayi dilahirkan.
Tunanetra bisa terjadi pada masa ini, penyebabnya antara lain:
Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu
persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.
Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe
sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada
50
akhirmya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat
hilangnya daya penglihatan.
Mengalami penyakit mata yang menyebabkan
ketunanetraan, misalnya : Xeropthalmia; yakni penyakit mata
karena kekurangan vitamin A, Trachoma; yaitu penyakit mata
karena virus chilimidezoon trachomanis. Catarac; yaitu
penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata
menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar menjadi putih.
Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan
dalam bola mata sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
Diabtek Retinopathy; yaitu gangguan pada retina yang
disebabkan oleh penyakit diabetes militus. Retina penuh dengan
pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh
kerusakan sistem sirkulasi sehingga merusak penglihatan.
Macular Degeneration; yaitu kondisi umum yang agak baik,
ketika daerah tengah retina secara berangsur memburuk. Anak
dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer,
tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas obejek-
objek di bagian tengah bidang penglihatan. Retinopathy of
prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya
terlalu prematur. Pada saat lahir, bayi masih memiliki potensi
penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen
51
dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari
inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat
menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak
normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan
mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput
jela (retina) dan tunanetra total.
Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan,
seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang
berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dan lain-lain (Smart,
2012: 41-44).
Menurut direktorat pembinaan sekolah luar biasa, ada
beberapa klasifikasi tunanetra, seperti di bawah ini :
Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan :
a. Tunanettra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang
sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka
telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual
tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja;
mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan
meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap
proses perkembangan pribadi.
52
d. Tunanettra pada usia dewasa; pada umumnya mereka
yang dengan segala kesadaran mampu melakukan
latihan-latihan penyesuaian diri.
e. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit
mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
Berdasarkan kemampuan daya penglihatan:
a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni
mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan
akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-
program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/
kegiatanyang menggunakan fungsi penglihatan. Anak
masih bisa menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi
ketajamanya lebih dari 6/21, atau anak hanya mampu
membaca headline pada surat kabar. Berdasarkan
defenisi World Health Organization (WHO), seseorang
dikatakan Low Vision apabila: memiliki kelainan fungsi
penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan,
misalnya operasi dan atau koreksi refraksi standart
(kacamata atau lensa). Mempunyai ketajaman
penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima
persepsi cahaya. Luas penglihatan kurang dari 10
derajat dari titik fiksasi secara potensial masih dapat
menggunakan penglihatanya untuk perencananaan dan
53
atau pelaksanaan suatu tugas. Ciri-ciri Low Vision
antara lain: menulis dan membaca dengan jarak yang
sangat dekat, hanya dapat membaca huruf berukuran
besar, memicingkan mata atau mengerutkan kening
terutama dicahaya terang atau saat mencoba melihat
sesuatu.
b. Tunanentra setengah berat (partially sighted); yakni
mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan,
hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu
mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca
tulisan yang bercetak tebal.
c. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama
sekali tidak dapat mellihat.
3. Karakteristik anak tunanetra
Bayangkan ketika seorang anak dengan penglihatan yang
normal dapat dengan mudah bergerak dari lingkunganya, menemukan
mainan dan teman-teman bermainnya, serta melihat dan meniru
orangtuanya dalam aktivitas sehari-hari. Siswa tunanertra kehilanan
saat-saat belajar kritis seperti itu, yang mungkin berdampa terhadap
perkembangan, belajar, keterampilan sosial, dan perilakunya.
Ketika siswa tunanetra memiliki keterbatasan untuk melakukan
berbagai hal lakyaknya siswa-siswa normal pada umumnya,perlu bagi
54
kita untuk memahami karakter dari siswa-siswa tunanetra , menurut
Widjaya (2012: 23-27) sebagai berikut:
a. Karakteristik Kognitif
Ketunanetraan secara langsung berpengaruh pada
perkembangan dan belajar dalam hal yang bervariasi.
Lowenfeldmenggambarkan dampak kebutaan dan low vision
terhadap perkembangan kognitif, dengan mengidentifikasi
keterbatasan yang mendasar pada anak dalam tiga ara berikut ini :
Tingkat dan keanekaragaman pengalaman
Ketika seorang anak mengalami ketunanetraan , maka
pengalaman harus diperoleh dengan menggunakan indera-indera
yang masih berfungsi, khususnya perabaan dan pendengaran.
Tetapi bagaimanapun indera-indera tersbut tidak dapat secara cepat
dan menyeluruh dalam memperoleh informasi, misalnya ukuran,
warna, dan hubungan ruang yang sebenarnya bisa diperoleh dengan
segera melalui penglihatan. Tidak seperti halnya penglihatan,
ketika mengeksplorasi benda dengan perabaan merupakan proses
dari bagian keseluruhan, dan orang tersebut harus melakukan
kontak dengan bendanya selama dia melakukan eksplorasi tersebut.
Beberapa benda mungkin terlalu jauh (misalnya bintang, dan
sebagainya), terlalu besar (misalanya gunung, dan sebagainya),
55
terlalu rapuh (misalnya binatang kecil, dan sebagainya), atau
membahayakan (misalnya api dan sebagainya) untuk diteliti
dengan perabaan.
1) Kemampuan untuk berpindah tempat.
Penglihatan memungkinkan kita untuk bergerak dengan
leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai
keterbatasan dalam melakukan gerakan tersebut. Keterbatasan
tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam memperoleh
pengalaman dan juga berpengaruh pada hubungan sosial. Tidak
seperti anak-anak yang lainya, anak tunanetra harus belajar cara
berjalan dengan aman dan efesien dalam suatu lingkungan dengan
berbagai keterampilan orientasi dan mobilitas.
2) Interaksi dengan lingkungan.
Jika anda berada disuatu tempat yang ramai, anda dengan
segera bisa melihat ruangan dimana anda bearada, melihat orang-
orang disekitar, dan anda bisa dengan bebas bergerak dilingkungan
tersebut. Orang tunanetra tidak memiliki kontrol seperti itu. Bahkan
dengan keterampilan mobilitas yang dimilkinya, gambaran tentang
lingkungan masih tetap tidak utuh.
b. Karakteristik Akademik
Dampak ketunanetraan tidak hanya terhadap perkembangan
kognitif, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan keterampilan
56
akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis. Sebagai
contoh, ketika anda membaca atau menulis anda tidak perlu
memperhatikan secara rinci bentuk huruf atau kata, tetapi bagi
tunanetra hal tersebut tidak bisa dilakukan karena ada gangguan
pada ketajaman penglihatanya. Anak-anak seperti itu sebagai
gantinya mempergunakan berbagai alternatif media atau alat untuk
membaca dan menulis, sesuai dengan kebutuhanya masing-masing.
Mereka mungkin menggunakan braille atau huruf cetak dengan
berbagai alternatif ukuran. Dengan asesmen dan pembelajaran yang
sesuai, anak tunanetra tanpa kecacatan tambahan dapat
mengembangkan kemampuan membaca dan menulisnya seperti
teman-teman lainya yang dapat melihat.
c. Karakteristik sosial dan emosional
Perilaku sosial secara tipikal dikembangkan melalui
observasi terhadap kebiasaan dan kejadian sosial serta menirunya.
Perbaikan biasanya dilakukan melalui penggunaan yang berulang-
ulang dan bila diperlukan meminta masukan dari orang lain yang
berkompeten. Karena tunanetra mempunyai keterbatasan dalam
belajar melalui pengamatan dan menirukan, siswa tunanetra sering
mempunyai kesulitan dalam melakukanperilaku sosial yang benar.
Sebagai akibat dari ketunanetraannya yang berpengaruh
terhadap keterampilan sosial, sehingga kurang bisa
mengembangkan persahabatan, hal ini disebabkan siswa dengan
57
tunanetra menjaga kontak mata orientasi wajah, penampilan postur
tubuh yang baik, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi
wajah dengan benar, mengekspresikan perasaan, menyampaikan
pesan yang tepat pada waktu melakukan komunikasi, serta
mempergunakan alat bantu yang tepat.
d. Karakteristik perilaku
Ketunanetraan itu sendiri tidak menimbulkan masalah atau
penyimpangan perilaku pada diri siswa, meskipun demikian hal
tersebut berpengaruh pada perilakunya. Siswa tunanetra kadang-
kadang sering kurang memperhatikan kebutuhan sehari-harinya,
sehingga ada kencenderungan orang lain untuk membantunya.
Apabila hal ini terjadi maka siswa akan berkecendrungan berlaku
pasif.
Beberapa siswa tunanetra sering menunjukan perilaku
stereotip (berulang-ulang),sehingga menunjukan perilaku yang
tidak semestinya. Sebagai contoh mereka sering menekan matanya,
membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala
dan badan, atau berputar-putar. Ada beberapa teori yang
mengungkap mengapa tunanetra kadang-kadang mengembangkan
perilaku stereotipnya. Hal itu terjadi mungkin sebagai akibat dari
tidak adanya rangsangan sensoris, terbatasnya aktifitas dan gerak di
dalam lingkungan, serta keterbatasan sosial. Biasanya para ahli
mencoba mengurangi atau menghilangkan perilaku tersebut dengan
58
membantu mereka memperbanyak aktifitas, atau dengan
mempergunakan strategi perilaku tertentu, misalnya memberikan
pujian atau alternatif pengajaran, perilaku yang lebih positif, dan
sebagainya.
Perbedaan kondisi anak tunanetra baik dari segi waktu
terjadinya ketunanetraan ataupun dari segi kemampuan daya
penglihatanya menyebabkan adanya perbedaan kemampuan, sikap
dan tingkah laku anak tunanetra tersebut, baik dalam kehidupan
sehari-hari ataupun dalam beraktifitas di sekolah. Sehingga
diperlukan suatu perhatian khusus dalam proses belajar mengajar.
4. Ciri-ciri anak tunanetra
a. Buta total
Fisik, jika dilihat secara fisik keadaan siswa tunanetra tidak
berbeda dengan siswa normal pada umumnya. Yang menjadi
perbedaan nyata adalah pada organ penglihatanya meskipun
terkadang pada siswa tunanetra yang terlihat seperti siswa normal.
Berikut adalah beberapa gejala buta total yang dapat terlihat secara
fisik: mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata, kelopak
mata merah, mata infeksi, gerakan mata tak beraturan dan cepat,
mata selalu berair (mengeluarkan air mata) dan pembengkakan
pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
Perilaku, siswa tunanetra biasanya menunjukan perilaku
tertentuyang cenderung berlebihan. Gangguan perilaku tersebut
59
bisa dilihat pada tingkah laku anak semenjak dini. Menggosok
mata secara berlebihan, menutup atau melindungi mata sebelah,
atau mencondongkan kepala kedepan. Sukar membaca atau dalam
mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan
mata. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah
apabila mengerjakan suatu pekerjaan. Membawa bukunya kedekat
mata. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
Menyipitkan mata atau mengerutkan dahi. Tidak tertarik
perhatianya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang
memerlukan penglihatan, seperti melihat gambar atau membaca.
Janggal dalam bermain yang memerlukan kerja sama tangan dan
mata. Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan ppenglihatan
atau memerlukan penglihatan jarak jauh. Penejelasan lainya
berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti : mata gatal, panas,
atau merasa ingin menggaruk karena gatal. Banyak mengeluh
tentang ketidakmampuan dalam melihat. Merasa pusing atau sakit
kepala dan kabur atau penglihatan ganda.
Psikis, bukan hanya perilaku yang berlebihan saja yang
menjadi ciri-ciri anak tunanetra. Dalam mengembangkan
kepribadian, siswa-siswa ini juga memiliki hambatan. Berikut ini
adalah beberapa ciri psikis anak tunanetra: perasaan mudah
tersinggung; perasaan mudah tersinggung yang dirasakan oleh
tunanetra disebabkan kurangnya rangsangan visual yang
60
diterimanya sehingga dia merasa emosional ketika seseorang
membicarakan hal-hal yang tidak bisa dia lakukan. Selain itu,
pengalaman kegagalanyang kerap dirasakannya juga membuat
emosinya semakin tidak stabil. Mudah curiga; sebenarnya setiap
orang memiliki rasa curiga terhadap orang lain. Namun, pada
tunanetra rasa kecurigaanya melebihi pada umumnya. Kadang dia
selalu curiga terhadap orang yang ingin membantunya. Untuk
mengurangi atau mengihilangkan rasa curiganya , seseorang harus
melakukan pendekatan terlebih dahulu kepadanya agar dia juga
mengenal dan mengerti bahwa tidak semua orang itu jahat.
Ketergantungan yang berlebihan; anak tunanetra memang harus
dibantu dalam melakukan suatu hal, namun tak perlu semua
kegiatan anda membantunya. Kegiatan tersebut seperti makan,
minum, mandi dan sebagainya. Mungkin yang perlu anda lakukan
adalah mengawasinya saat dia melakukan hal itu agar tidak terjadi
hal yang membahayakan dirinya. Salah satu contohnya jatuh dari
kamar mandi.
b. Low vision
Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat,
hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar, mata tampak
lain; terlihat putih di tengahmata (katarak) atau kornea (bagian
bening di depan mata) terlihat kabut. Terlihat tidak menatap lurus
kedepan. Memicingkan mata atau mengerutkan kening, terutama di
61
cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu. Lebih sulit
melihat pada malam hari dari pada siag hari, dan pernah menjalani
operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal, tetapi
masih tidak dapat melihat dengan jelas (Smart, 2012: 37-41).
62
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran umum SLB Wantuwirawan Salatiga
SLB Wantu Wirawan adalah sekolah yang memiliki empat jenjang
pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
1. Sejarah berdirinya SMPLB-A Wantuwirawan Salatiga
Pada tahun 1997, SLB dirintis oleh Ibu H. Srimulyono yang
beralamat di Ngentak, Salatiga. Mula-mula SLB bertempat di rumah
beliau kemudian dialihkan ke Jl. Taman Pahmawan dalam keadaan
masih ngontrak. Dalam menerima siswa masih campuran, ada anak
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan autis. Beberapa
tahun kemudian beliau membentuk yayasan yang dikelola oleh Ibu-Ibu
tua dengan nama Yayasan Siwi Peni. Yayasan ini kemudian
mendirikan TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dengan jenis ketunaan A
(Tunanetra), B (Tunarungu), dan C (Tunagrahita). Tenaga pendidik
yayasan ini mayoritas sukarelawan. Melihat kemajuan yayasan ini,
kemudian ketua yayasan membeli tanah yang berada di Jln. Argobogo
No. 282, Pendem, Ledok, Salatiga. Karena semakin banyaknya siswa,
maka SLB-A.D dikepalai oleh Sigit Margono. SPd dan SLB-C oleh
Drs. Sukijo. Karena semakin banyaknya siswa maka SLB-A dan SLB-
63
C dipisah menjadi SLB-A dengan kepala sekolah Sigit Margono dan
SLB-B oleh Drs. Damroji.
2. Identitas sekolah
a. Nama sekolah : SLB-AD WANTUWIRAWAN
b. Alamat sekolah : Jl. Argobogo, No.282 Argomolyo
kota Salatiga
c. No Telp dan fax sekolah : (0298) 311396, 322635
d. Website : www.slba_wantuwirawan.com
e. Email sekolah : [email protected]
f. Status sekolah : Swasta
g. NSS : 862.036.201.001
h. NIS : 280010
i. Akreditasi sekolah : Jenajang SDLB-SMALB A
Wantuwirawan (B)
j. Tahun akreditasi : SLB-A Wantuwirawan 2008-2009
k. Tahun berdiri /SK pendirian : 1982/No.42501/0004132. Tgl 03
Juni 2002
3. Visi, Misi dan Tujuan SMPLB-A Wantuwirawan Salatiga
a. VISI
Pendidikan Luar Biasa adalah usaha sadar untuk menumbuh
kembangkan semua sisa potensi kemanusiaan peserta didik
berkebutuhan khusus/luar biasa secara optimal dan terintegrasi
64
agar bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
SMALB-A Wantuwirawan Kota Salatiga memiliki visi :
Terwujudnya pelayanan secara optimal bagi PK-LK agar
beriman, bertakwa, cerdas dan terampil supaya bisa mandiri.
b. MISI
Dalam rangka menjawab tantangan masa depan bangsa dengan
mengemban visi dan misi Pendidikan Luar Biasa serta aspirasi
masyarakat, maka SLB-A Wantuwirawan Salatiga mengemban
misi sebagai berikut :
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan efektif sehingga
setiap siswa mengenali potensi dirinya dan dapat berkembang
secara optimal.
2) Menumbuhkan rasa percaya diri u
3) ntuk menjadikan pengetahuan sebagai jendela menguak
kegelapan dan percaya diri serta menjadikan ketrampilan
sebagai sarat untuk bekal hidup.
c. Tujuan
1) Dapat menggunakan ajaran agama hasil proses
pembelajaran serta meraih prestasi akademik maupunnon
akademik.
2) Membentuk anak hidup mandi
65
4. Struktur organisasi SMPLB-AD Wantuwirawan
Komite Sekolah
Dinas Dikpora
kota Salatiga
Bendahara Sekolah Bagian kurikulum
Operasional
Ekstra kurikuler
Ketrampilan
Pembinaan osis
Olahraga
Pramuka
Kesenian musik
Orientasi dan mobilitas
Faktor penunjang KBM
Perpustakaan
Pembrailan
UKS
Rumah Tangga
Jenjang Pendidikan
TKLB SDLB SMPLB SMALB
Guru Mapel Wali kelas
YYS SIWI PENI
SMPLB-AD
Kepala SLB-AD Wanwir
66
5. Jumlah guru/ karyawan
NO Nama Guru NIP/NIY L/P Jabatan Ijazah
terakhir
1 SigitMargono,M.Pd 196212281984031005 L Kepala S S2 PKLH
2 Dra. Ida Priyanti 196011281987032004 P G Kelas S1 FISIP
3 Susilaningsih,S.Pd 196104041989032001 P G Kelas S1 MAT
4 Wahyu Joko W,S.Pd 197004071994031004 L G Kelas S1 MAT
5 Huru Tyastri, S.sos I 198009302006042004 P G Bid
Std
S1 sos.I
6 Anggun Triraka Aji 1979012301006 L G.Kelas SMU
7 T. Sutarti, S.Pd. SD 1974120102007 P G.Kelas S1 FKIP
8 Said Kamal,S.Pdi 19770801008 L G Bid
Std
S1 PAI
9 Ika Yulianti,S.Pd 1990072102011 P G Kelas S1 PLB
10 Wiwin Eko S.S.Pd 1981190402014 P G Bid
Std
S1 PKIP
11 Yudiono 1968011001009 P G Kelas SMP
12 Kusmono 197804601013 L Penjaga SMP
6. Sarana dan Prasarana
Dalam pembelajaran, SMPLB Wantuwirawan menggunakan
kurikulum yang hampir sama dengan SMP umum, sehingga buku-
buku yang digunakan juga mengambil buku-buku SMP umum ( bukan
madrasah tsanawiyah ). Selain itu juga terdapat beberapa sarana
penunjang, seperti ruang belajar, serta ruang-ruang penting lainya,
Peserta didik
67
semisal ruang praktek ibadah, ruang multimedia yang dilengkapi
dengan lap top, dan Audio.
a. Gedung/ ruang
No. Gedung Ada Tidak
ada
Ukuran Kondisi
1 Rumah Dinas KS -
2 Rumah Dinas Guru -
3 Rumah Dinas Asrama -
4 Ruang KS 5 x 6 m Baik
5 Ruang Guru 4 x 7 m Baik
6 Ruang TU -
7 Ruang Tamu 4 x 7 m Baik
8 Ruang Ibadah 5 x 5 m Baik
9 Ruang Kelas 8 x 9 m Baik
10 Ruang Aula -
11 Ruang bina diri 2 x 2 m Baik
12 Kamar mandi /wc 2 x 1 m Baik
13 Ruang Gudang 4 x 5 m Baik
14 Ruang Perpustakaan 5 x 6 m Baik
15 Ruang Keterampilan 4 x 5 m Baik
68
b. Barang / Perkakas
No Nama Barang Ada Tidak Ada Keterangan
1 Meja/ kursi kepala Baik
2 Meja/ kursi guru Baik
3 Meja / kursi tamu Rusak ringan
4 Meja / kursi siswi Baik
5 Almari Baik
6 Mesin ketik Rusak ringan
7 Komputer Baik
8 Papan panjang Rusak ringan
9 Rak hasil karya siswa Baik
10 Alat olahraga
11 Alat peraga IPA Baik
12 Alat peraga IPS Baik
13 Alat peraga Bahasa Rusak ringan
14 Alat peraga berhitung Rusak ringan
15 Alat peraga terapi Bai
16 Buku teks pelajaran Baik
17 Buku referensi Baik
18 Buku penunjang Baik
19 Buku perpustakaan Baik
20 Permainan Rusak ringan
21 Atletik Baik
69
B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil penelitian mengenai sistem pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMPLB Wantuwirawan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Perencanaan Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang sangat
penting dalam menjalankan proses pembelajaran. Tanpa perencanaan
maka pendidikan kurang optimal. Berbicara mengenai perencanaan
pembelajaran, tak pernah terlepas dengan pemanfaatan kurikulum.
Kurikulum menjadi penghubung antara guru dengan pesrta didik
terutama dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru
PAI untuk siswa tunanetra, yang ada di SMPLB Wantuwirawan
menggunakan kurikulum umum, kurikulum yang digunakan disekolah
umum. Hal ini sesuai pemaparan dari hasil wawancara dengan ibu HT
yang menyatakan sebagai berikut:
Kalau untuk tunanetra dan tunadaksa itu bisa mengadopsi
dari kurikulum umum, sepanjang itu tidak mengalami
dobel ketunaan ya mbak itu bisa memakai kurikulum
umum (HT, 88: 6-14)
Dalam kurikulum KTSP memungkinkan guru memodifikasi
sendiri materi pelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa.
70
Setelah kurikulum, hal yang perlu diperhatikan dalam proses
perencanaan pembelajaran PAI yaitu upaya pengembangan silabus.
Silabus merupakan materi pembelajaran yang hendak digunakan
dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh kerena itu pemanfaatan
silabus menjadi pertimbangan dalam menentukan arah pembelajaran.
Untuk silabus yang digunakan di SMPLB Wantuwirawan , terlebih
untuk anak tunanetra menggunakan silabus yang sama dengan di SMP
umum, hal ini sesuai dengan pernyataan ibu HT:
Materi yang diajarkan di SMPLB wantuwirawan sama
dengan materi SMP umum , buku-buku yang digunakanpun
juga sama mbak. Msekipun terkadang ada pengurangan tapi
90% sama(HT, 89: 22-30)
Berikutnya setelah pengembangan silabus, guru PAI membuat
RPP sebagai bentuk persiapan untuk mengajar pendidikan agama
terhadap peserta didik. Dalam kaitanya dengan pembuatan RPP untuk
siswa tunanetra, format penyusunan laporan sama dengan sekolah
umum, hanya saja dimodifikasi sesuai kemampuan siswa, hal ini
sesuai pernyataan bapak KS sebagai berikut :
RPPnya kurang lebih sama mbak, dengan sekolah
umum hanya saja dimodifikasi bahan ajarnya,
modifikasi tersebut di sesuaikan dengan kemampuan
siswa (KS, 92: 9-14)
Dengan demikian, bisa dikatakan untuk pembuatan RPP yang
didesain oleh guru PAI tersebut, disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kemampuan peserta didik.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
71
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen
penting yang harus ada dalam aktivitas pendidikan. Tanpa adanya
kegiatan pembelajaran, aktivitas pendidikan tidak akanberjalan secara
sempurna. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses
pembelajaran secara umum.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan tahap
implementasi/ penerapan atas desain perencanaan yang dibuat oleh
guru PAI. Dalam tahap ini guru PAI di SMPLB Wantuwirawan
melakukan interaksi belajar-mengajar melalui berbagai penerapan
metode, media dan evaluasi.
a. Deskripsi suasana pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Ruang kelas yang digunakan untuk pembelajaran
dikondisikan siswa berada didepan guru. Posisi guru berada di
depan siswa. Belajar-mengajar Pendidikan Agama Islam pada
SMPLB Wantuwirawan seperti pada sekolah umumnya, yaitu
pengaturan murid menggunakan sistem tatap muka langsung dalam
satu kelas. Dalam kelas terdapat siswa gabungan antara siswa yang
memilki ketunaan A (tunanetra) dengan anak yang memiliki
ketunaan D (tuna daksa).
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan mata
pelajaran yang lain berlangsung selama tiga jam. Satu jam
pelajaran untuk kelas SMPLB Wantuwirawan berlangsung selama
35 menit.
72
Untuk mengkondisikan siswa selama pembelajaran berlangsung
guru selalu memperhatikan siswa dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan, baik berupa soal maupun memberi kesempatan siswa
untuk bertanya apa yang belum dipahami.
Selain itu siswa tunanetra juga beri fasilitas media untuk
menulis huruf braille (reglette) dan pena (stilus) setiap anak
mendapatkan masing-masing satu, agar anak bisa mengikuti
pembelajaran.
b. Metode-metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Beberapa metode yang digunakan untuk pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi siswa tunanetra di SMPLB
Wantuwirawan adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab.
1) Metode ceramah
Metode ceramah merupakan suatu cara yang digunakan
secara klasikal pada seluruh pengantar pembelajaran.
Penerapan metode ceramah digunakan ketika mengkondisikan
siswa tunanetra dikelas, selain itu dikarenakan siswa yang
mengalami ketunanetraan lebih mengandalkan pada sistem
pendengaran dan alat peraba. Kegiatan mengenai penggunaan
metode ceramah ini dapat digambarakan dari hasil catatan
lapang sebagai berikut:
Ketika bel berbunyi, siswa memasuki ruang kelas
dan menempati tempat duduk masing-masing
begitu juga dengan siswa tunanetra. Setelah itu
73
guru mengkondisikan siswa agar selalu berahlak
terpuji. (hasil pengamatan penulis)
Dari keterangan hasil wawancara dengan ibu HT dan
catatan lapangan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode ceramah ini dipergunakan di awal-awal kegiatan
pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan praktek
langsung. Karena dimaksudkan agar siswa tidak jenuh dalam
proses pembelajaran.
2) Metode tanya jawab
Penggunaan metode tanya jawab dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra diupayakan
dengan bertnya langsung kepada siswa tersebut. Hal ini dapat
digambarkan dalam catatan lapangan penelitian sebagai
berikut:
Metode jawab ini digunakan untuk meninjau ulang
pelajaran atau ceramah yang lalu agar siswa
memusatkan kembali perhatian untuk melanjutkan
pelajaran hingga akhir( hasil pengamatan penulis)
Dengan demikian penggunaan metode tanya jawab
menjadi penghubung antara siswa dengan guru Pendidikan
Agama Islam. Adanya komunikasi tersebut setidaknya bisa
meningkatkan konsentrasi siswa autis dalam belajar Pendidikan
Agama Islam.
3) Metode praktek
74
Penggunaan metode praktek akan diterapkan selama
pembelajaran itu harus dipraktekan. Pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil wawancara dengan ibu HT:
Sepanjang pelajaran itu harus dipraktekan ya
dipraktekan. Sepanjang anak-anak itu juga
mampu mbak. (HT, 88: 26-30)
4) Metode diskusi
Metode diskusi adalah satu alternatif metode yang
digunakan di SMPLB Wantuwirawan oleh guru PAI dikelas
dengan tujuan dapat memecahkan masalah berdasarkan
pendapat siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
ibu HT sebagai berikut:
Selain ceramah saya juga memberikan metode Tanya
jawab maupun diskusi, baik itu diskusi dengan guru
maupun dengan teman (HT, 88: 20-23)
Dengan demikian metode diskusi sangat baik diberikan
pada siswa tunanetra karena metode ini mengandalkan
pendapat maupun pemikiran siswa yang tidak terkendala atas
ketunaan yang mereka miliki.
5) Media pembelajaran PAI
Media merupakan sarana yang digunakan untuk
meperlanacar pembelajaran, khususnya pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Penggunaan media mampu menunjang
pembelajaran, sehingga proses kegiatan belajar-mengajar terasa
menyenangkan. Pemanfaatan media menjadikan siswa
75
tunanetra merasa tenang dalam mengikuti pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Untuk siswa tunanetra media pembelajaran yang
digunakan ialah berupa audio (tape recorder). Untuk sarana dan
prasarana di SMPLB Wantuwirawan sudah mencakupi sesuai
dengan keterangan yang dipaparkan oleh ibu HT:
Alhamdulillah menunjang mbak, ya kalu kurang ya
kurang ya gimana ya mbak, bisa dikatakan 85%
menunjang, tempat ibadah alat ibadah juga ada seperti
mukena, sarung , peci juga ada, Al-Qur‟an dalam
bentuk brille juga komplit ada, buku-buku
pembelajaran insyallah juga ada mbak (HT, 89: 43-48)
Selain itu dari hasil pengamatan siswa tunanetra
juga diberi fasilitas berupa alat tulis untuk menulis Huruf
Braille.
Dengan demikian sarana dan prasarana yang menunjang
menjadi salah satu faktor pendukung lancarnya pembelajaran
yang dilaksanakan.
3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Evaluasi pembelajaran PAI yang dilakukan oleh guru Pendidikan
Agama Islam merupakan serangkaian penilaian yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan keagamaan siswa., khususnya pada siswa
tunanetra. Penilaian tersebut dengan tes dan non tes. Tes yang diikuti
adalah UTS dan UAS. Sedangkan non tesnya dilakukan dengan cara
guru mengamati secara langsung perilaku siswa selama pemebelajaran
berlangsung. Ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu HT:
76
Untuk evaluasinya sama dengan sekolah umum, ada tes
baik lisan maupun tulisan, praktek, ulangan harian, tes
tengah semester dan juga tes akhir semester sama
dengan sekolah umum, dan juga memperhatikan
ahlaknya dan perilakunya sehari-hari mbak itu juga
masuk dalam penilaian(HT, 89: 11-20)
Evaluasi berjalan sesuai dengan kalender akademik yang
terangkum dalam satuan pendidikan terutama di SMPLB
Wantuwirawan. Waktu yang digunakanpun sama dengan sekolah
umum, ini sesuai dengan pemaparan bapak SM:
Evaluasi yang dilakukan seperti evaluasi pada umumnya.
Evaluasi yang dilakukan seperti ujian tengah semester,
ujian semester ya sama seperti disekolahan umum,
waktunyapun juga bersama (SM, 93: 11-16)
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi
yang diberlakukan diSMPLB Wantuwirawan menggunakan cara
evaluasi yang sama dengan di sekolah umum.
C. Kendala yang dialami guru Pendidikan Agama Islam
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMPLB Wantuwirawan tentu tidak terlepas dari halangan dan hambatan.
Target materi pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak selesai.hal
ini sesuai degan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Ibu
HT:
susah sekali menghafal surat-surat mbak, tidak hafal-hafal
jadi kadang materi atau target tidak selesai (HT, 89: 41-43)
Selain itu, dilihat dari jumlah guru Pendidikan Agama Islam yang
masih minim menjadikan pembelajaran kurang maksimal. Karena jumlah
guru Pendidikan Agama Islam hanya ada satu, sesuai hasil pengamatan
77
peniliti dan yang tertera dalam jadwal yang ada di SMPLB
Wantuwirawan.
Selanjutnya kedisiplinan siswa yang belum maksimal. Kesiapan
siswa yang belajar tidak seperti di sekolah umum, yang berangkat sekolah
rutin. Hal ini berbalik dengan siswa SMPLB Wantuwirawan yang
mengikuti pembelajaran butuh perjuangan guru untuk mengingatkan
kepada anak untuk mau belajar. Ini sesuai pemaparan bapak SM sebagai
berikut:
Seperti siswa yang terkadang sulit untuk aktif masuk sekolah.
Setelah libur atau terkadang kendala tidak ada yang mengantar,
maklum mbak untuk siswa yang belum mandiri harus ada yang
mengantar ke sekolah (SM, 93: 33-42)
Dari hasil penelitian penulis menemukan kendala dari penataan
ruang kelas yang menyebabkan terkendalanya proses pembelajaran
khususnya yang dialami oleh guru PAI seperti kondisi ruang kelas yang
berbilik-bilik, dengan kondisi ruangan satu kelas dengan kelas lainya
hanya dibatasi dengan papan “triplek” hal ini menyebabkan terganggunya
konsentrasi baik dari guru maupun siswa, karena saat pembelajaran kita
dapat mendengar proses pembelajaran yang berlangsung di kelas yang
lain.
78
BAB IV
ANALISIS DATA
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada bab III, maka pada
bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis
adalah sistem pembelajaran berupa :perencanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, serta
evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang
tunanetra di SMPLB Wantuwirawan. Analisis ini didasarkan pada data-
data hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang
menggambarkan kondisi konkrit yang ada di SLB Wantuwirawan.
A. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Proses perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh
guru Pendidikan Agama Islam di SMPLB Wantuwirawan, masih
menggunakan kurikulum KTSP. Adapun tahap-tahap yang
dilakukan adalah pengembangan silabus, penyusunan RPP,
pemlihan metode, dan media pembelajaran yang disesuaikan
dengan kemampuan siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Arief
bahwa kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata
“manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik
bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan,
79
keterampilan dan sikap mereka. Selain itu kurikulum juga
dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan (Arief, 2002:
30)
Dengan demikian guru Pendidikan Agama Islam mampu
memberikan alternatif mudah dalam upaya mendesain
pembelajaran yang sesuai dengan mempertimbangkan karakteristik
siswa tunanetra dengan memberi pelajaran PAI yang sederhana,
antara lainya dengan materi wudhu dan sholat wajib.
Dalam proses pembelajaran diperlukan perencanaan atau
rangkaian kegiatan sebagai proses yang akan menjadi program
dalam jangka panjang, Karena perencanaan pembelajaran dapat
diartikan sebagai sebagai rangkaian pembelajaran yang akan
disiapkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik dan berguna sebagai pedoman guru dalam mendesain
pembelajaran.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berkaitan dengan
proses penyampaian pengetahuan dari guru kepada peserta didik
secara kontinyu dan berkesinambungan dengan muatan nilai-nilai
keislaman, Sehingga diharapkan dengan adanya pembelajaran
peserta didik menjadi generasi yang berguna pada kehidupan
dunia. Proses perencanaan pembelajaran mengantarkan guru dan
80
peserta didik menuju gerbang kesuksesan jika tersusun dengan
efektif dan efesien.
Perencanaan pembelajaran memerlukan beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Khususnya pada siswa tunanetra yang
mempunyai gangguan pada panca inderanya. Berdasarkan
pemaparan data dalam kegiatan belajar-mengajar, pemilihan
metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa
tunanetra harus benar-benar diperhatikan.
Sementara itu, menurut Widjaya (2012: 59) untuk mencapai
tujuan pendidikan bagi anak tunanetra (buta) dibutuhan jembatan.
Jembatan itu adalah prinsip-prinsip pengajaran bagi anak tunanetra.
Prinsip mengajar bagi anak tunanetra akan sangat berbeda dengan
prinsip mengajar untuk penderita low vision. Tunanetra
mempunyai kebiasaan, bila mengamati suatu benda pasti akan
diraba, dicium dan masuk dalam mulut. Diraba untuk mengetahui
apa yang sedang dipegang. Dicium untuk mengetahui
bagaimanakah bau dari benda yang dipegang. Masuk mulut untuk
mengetahui bagaimanakah rasa sari benda tersebut. Cara itulah
yang dipergunakan tunanetra untuk mengetahui secara tepat benda
yang sedang berada ditanganya. Melalui cara tersebut, tunanetra
dapat memperoleh suatu konsep. Maka dalam mengajar, seorang
guru haruslah berpegang pada beberapa prinsip pengajaran bagi
tunanetra yaitu :
81
a. Prinsip totalitas
Totalitas berarti keseluruhan atau keseutuhan. Guru dalam
mengajar suatu konsep haruslah keseluruhan atau utuh. Dalam
memberikan contoh jangan sepotong-potong.
b. Prinsip keperagaan
Prinsisp peragaan sangat dibutuhkan dalam menjelaskan
suatu konsep baru pada siswa. Dengan peraga akan terhindar
verbalisme (pengertian yang bersifat kata-kata tanpa dijelaskan
artinya). Alasan penggunaan asas ini dalam pengajaran adalah :
menggunakan indera sebanyak mungkin sehingga siswa
mampu mengerti dan mencerna maksud dari alat peraga.
Pengetahuan akan masuk pada diri melaui proses
penginderaan; penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman
dan pengecapan. Tingkat pemahaman seseorang akan suatu
ilmu ada beberapa tingkatan: tingkat perabaan, tingkat skema
dan tingkat abstrak.
Alat peraga sangat dibutuhkan guru yang mengajar para
anak tunanetra. Alat peraga penting dalam kaitanya dengan
penanaman konsep baru pada anak tunanetra. Tanpa alat
peraga, anak tunanetra akan sulit menerima suatu konsep.
c. Prinsip berkeseimbangan
Prinsip berkeseimbangan atau berkelanjutan akan sangat
dibutuhkan tunanetra. Mata pelajaran yang satu harus harus
82
berkesinambungan dengan pelajaran yang lain. Kesinambungan
baik dalam materi mapun istilah yang ddigunakan guru. Jika
tidak terjadi kesinambungan maka si anak tunanetra akan
bingung. Kebingunan ini terjadi karena konsep yang diterima si
anak tunanetra dari guru yang satu dengan guru lain yang
berbeda. Karena pada dasarnya, anak tunanetra ini beranggapan
guru selalu benar dalam memberikan informasi. Maka guru
disarankan agar selalu menghubungkan materi pelajaran yang
telah dipelajari dengan yang akan dipelajari. Sebaiknya, istilah
yang dipergunakan hendaknya tidak terlalu bervariasi antara
guru yang satu dengan yang lain.
d. Prinsip Aktivitas
Prinsip aktivitas penting artinya dalam kegiatan belajar-
mengajar. Murid dapat memberikan respon terhadap stimulus
yang diberikan. Reaksi ini dilaksanakan dalam bentuk
mengamati sendiri bekerja sendiri. Tugas guru membantu anak
dalam perkembanganya, dengan demikian anak tunanetra dapat
membantu dirinya sendiri.
Prinsip aktivitas sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar-
mengajar bagi tunanetra. Dalam suatu kegiatan belajar-
mengajar, tunanetra diharapkan ikut aktif, tidak saja sebagai
pendengar. Tanpa aktivitas, konsep yang akan diterima anak
akan sedikit. Akibatnya, pengalaman belajar sedikit dan
83
mereka jenuh. Situasi demikian membuat mereka bosan dalam
menerima pelajaran. Sebaliknya bila mereka aktif dalam
kegiatan belajar-mengajar maka pengalaman belajar mereka
akan lebih banyak. Dengan demikian mereka akan mendapat
kepuasan dalam belajar segingga akan menggali rasa ingin tahu
yang tinggi.
e. Prinsip individual
Prinsip individual dalam pengajaran berarti suatu
pengajaran dengan memperhatikan perbedaan individual anak:
keadaan anak, bakat dan kemampuan masing-masing anak.
Prinsip individual sangat dibutuhkan dalam mendidik
tunanetra. Prisnsip individual merupakan ciri khas dari
pengajaran untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Prinsip ini
sangat dibutuhkan mengingat meski mereka sama-sama
tunanetra namun memiliki tingkat ketunaan yang berbeda dan
tingkat kemampuan yang berbeda pula.
Prinsip ini sangat penting dan berpengaruh dalam
penyusunan PPI (program pembelajaran individual) untuk anak
tunanetra khususnya tunanetra total (buta). Karena tanpa
adanya penggunaan prinsip ini, maka penyususnan PPI akan
mengalami kendala-kendala dalam penerapanya untuk
pengajaran dan pembelajaran siswanya.
84
Maksud dari prinsip peraga yang di paparkan diatas untuk
anak tunanetra yang memiliki hambatan dalam indera penglihatan,
maka di SMPLB untuk mengetahui suatu konsep, misalnya guru
meminta anak-anak untuk meraba gambar timbul, seperti kaligrafi,
peta timbul dan sebaginya.
Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang diterapkan di SMPLB Wantuwirawan dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam langkah pertama yang ditempuh guru PAI adalah menyusun/
mendesain kegiatan belajar sesuai dengan perkembangan kondisi
jiwa peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa pemebelajaran Pendidikan Agama Islam
mempunyai tujuan untuk membentuk nilai-nilai keislaman,
khususnya dalam perkembangan siswa tunanetra. Menurut
Daradjat (2009: 30) Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa
tujuan, antara lain: tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara,
dan tujuan operasional.
Dalam mewujudkan tujuan umum pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, perubahan perilaku menjadi aspek utama yang
dibidik dalam pembelajaran Pendidikakn Agama Islam. Alasan
dengan penanaman nilai-nilai keislaman yang dapat membentuk
perilaku yang positif bagi siswa tunanetra. Sementara itu wujud
dari tujuan akhir pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa
85
tunanetra dikenalkan pentingnya beribadah kepada Allah SWT,
sehingga siswa termotivasi dalam melaksanakan wudhu dan shalat.
Seperti halnya yang sudah diterapakan di SMPLB Wantuwirawan
setiap harinya membiasakan siswa untuk shalat berjamah di
sekolah pada waktu dzuhur. Berbeda dengan tujuan sementara,
dengan adanya pembiasaan wudhu sebelum shalat, maka pada
akhirnya siswa terbiasa melakukan wudhu sebelum shalat. Selain
itu dengan adanya tujuan oprasional menajadikan siswa tunanetra
lebih mudah diarahkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, khususnya pada praktek wudhu dan shalat.
2. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMPLB Wantuwirawan melakukan serangkaian metode dalam
mendidik siswa tunanetra diantaranya : metode ceramah, metode
tanya jawab,metode praktek, dan juga metode diskusi.
Metode-metode yang diterapkan di SMPLB Wantuwirawan
termasuk metode-metode yang mampu diterapkan pada anak
tunanetra. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Widjaya (2012: 63) yang mengatakan ada beberapa metode yang
dapat dilaksanakan dengan menggunakan fungsi pendengaran dan
perabaan, tanpa harus menggunakan penglihatan. Adapun metode-
metode tersebut ialah :
86
a. Metode ceramah
Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah cara
penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan
lisan kepada siswa atau khalayak ramai.
Zuhairini dkk mendefenisikan metode ceramah ialah suatu
metode di dalam pendidikan di mana cara penyampaian
pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan
penerangan dan penuturan secara lisan. Untuk penjelasan
urainya, guru dapat mempergunakan alat-alat bantu mengajar
yang lain, misalnya gambar, peta, denah dan alat peraga lainya
Metode ceramah dapat diikuti oleh tunanetra karena dalam
pelaksanaan metode ini guru menyampaikan materi pelajaran
dengan penjelasan lisandan siswa mendengar penyampaian
materi dari guru.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ialah peyampaian pelajaran dengan
cara guru mengajuakan pertanyaan dan murid menjawab atau
suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya
sedangkan murid menjawab tetang materi yang ingin
diperolehnya.
87
Menurut zakiah Dradjat metode tanya jawab adalah salah
satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini
disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran
sejauhmana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan
apa yang telah diceramahkan.
Siswa tunanetra mampu mengikuti pengajaran dengan
menggunkan metode tanya jawab, karena metode ini
merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan
indera pendengaran.
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah salah satu alternatif metode yang
dapat dipakai oleh seorang guru dikelas dengan tujuan dapat
memecahkan masalah berdasarkan pendapat para siswa.
Seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk merangsang
murid berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri
mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi
memerlukan wawasan atau ilmu pengetahuan yang mampu
mencari jalan terbaik atau alternatif terbaik.
Anak tunanetra dapat mengikuti kegiatan belajar-mengajar
yang menggunakan metode diskusi, kemampuan daya fikir
siswa untuk memecahkan suatu persoalan lebih diutamakan.
88
Dan metode ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera
penglihatan.
d. Metode sorogan
Metode sorogan adalah metode individual di mana murid
mendatangi guru untuk mengkaji suatu buku dan guru
membingnya secara langsung. Metode ini dalam sejarah
pendidikan Islam dikenal dengan sistem pendidikan ”kuttai”
sementara di dunia barat dikenal dengan tutorship dan
mentoring. Pada prakteknya si siswa diajari dan dibimbing
bagaimana cara membacanya, menghafalnya, atau lebih jauh
lagi menerjemahkan atau menafsirkanya, semua itu dilakukan
oleh guru, sementara siswa menyimak penuh perhatian dan
ngesahi (mensahkan) dan memberi catatan pada bukunya atau
mensahkan bahwa ilmu itu telah diberikan kepadanya.
Metode ini dapat diikuti oleh anak tunanetra dan inti dari
metode ini adalah adanya bimbingan langsung dari guru kepada
anak didik dan seorang guru dapat mengetahui langsung
sejauhmana kemampuan anak didiknya dalam memahami suatu
materi pelajaran.
e. Metode drill
Metode drill atau latihan adalah suatu metode dalam
menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara
89
terus menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang
diharapkan.
Metode drill merupakan salah satu bentuk dari berbagai
macam metode yang banyak digunakan oleh para pendidik
dalam proses belajar-mengajar agar tujuan pembelajaran
tercapai. Metode ini lebih menitikberatkan kepada
keterampilan siswa secara kecakapan motoris, mental, asosiasi
yang dibuat dan sebaginya.
Metode drill dapat disebut juga dengan metode latihan atau
praktek secara langsung. Anak tunanetra mampu mengikuti
metode ini jika meteri yang disampaikan dan media yang
digunakan mampu mendukung mereka untuk memahami
materi pelajaran.
3. Evalusi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Untuk mengetahui tercapainya tujuan intruksional yang
diharapkan guru maka setiapakhir tahun ajaran diadakan evaluasi
yang tujuanya untuk memngetahui hasil belajar siswa.
Bentuk evaluasi pembelajaran PAI yang dilakukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam di SMPLB Wantuwirawan
merupakan serangkaian penilaian yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan keagamaaan siswa, khususnya pada
siswa tunanetra. Penilaian tersebut dengan tes dan non tes. Tes
yang harus diikuti adalah UTS dan UAS. Adapun ketentuan soal
90
baik UTS dan UAS untuk siswa tunanetra menggunakan
multiplechoicemaupun dengan esay. Selain itu juga tes lisan
maupun praktek, serta tes yang dilakukan dalam kegiatan sehari-
hari baik yang berupa ulangan harian maupun dalam bentuk
pekerjaan rumah (PR).
Selain itu, bentuk evaluasi lain yang digunakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah non tes.
Pelaksanaan ujian non tes dilakukan guru pendidikan agama Islam
dengan cara mengamati perilaku siswa dan kemudian dilaporkan
pada buku kemajuan siswa. Dengan demikian harapannya siswa
tunanetra terbiasa melakukan praktek wudhu dan sholat bisa
terpantau lewat catatan kemajuan kelas.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa maka penilaian dalam
pendidikan yang dilakukan di SMPLB Wantuwirawan sejalan
dengan Proyek pembinaan prasarana dan sarana perguruan tinggi
agama/ IAIN di Jakarta (1985: 198) bahwa penentuan nilai rapor
pengajaran agama Islam. Nilai rapor sebagai prestasi belajar siswa
hendaklah merupakan “akumulasi” dari sekurang-kurangnya
empat aspek penilaian yaitu :
a. sikap keagamaan,
b. tes summatif (ujian-ujian semester atau catur wulan),
c. tes formatif (ulangan-ulangan harian),
d. tugas-tugas lainya sehubungan dengan pelajaran
91
B. Kendala yang dialami guru Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran juga tidak bisa lepas dari beberapa kendala
yang menhambatnya. Beberapa kendala penghambat pembelajaran
Pendidikan Islam sebagaimana yang di paparkan pada bab III
diantaranya :
1. Target meteri pelajaran Pendidikan Agma Islam tidak selesai
Target pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di
SMPLB Wantuwirawan tidak selesai, misalnya memerlukan
banyak waktu untuk menghafalkan surat pendek ataupun materi
pelajaran yang terkadang tertunda karena kurangnya kemampuan
siswa yang mengalami ketunaan. Untuk itu aspek yang paling
ditekankan untuk siswa tunanetra adalah aspek ahlak, yaitu
perubahan sikap yang lebih baik sehingga siswa lebih mandiri dan
tahu pentingnya beribadah kepada Allah.
2. Kurangnya jumlah guru Pendidikan Agama Islam
Kurangnya guru agama Islam di SMPLB Wantuwirawan
merupakan salah satu penghamabat dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Hal ini karena hanya ada dua guru yang
mengajar dan salah satu guru harus mengisi mata pelajaran lain
dikarenakan tidak adanya guru mapel yang dibutuhkan.
3. Kurang disiplinya siswa
Melihat kondisi anak berkebutuhan khusus atau anak tunanetra,
terutama pada saat awal masuk pembelajaran setelah liburan
92
sekolah, sebagian anak malas untuk belajar kembali, atau tidak
adanya orang tua yang bisa mengantar anak ke sekolah.
Selain itu, keterlambatan siswa saaat datang ke sekolah sudah
menjadi hal yang biasa, seringkali guru sudah siap mengajar, akan
tetapi siswa belum ada yang datang sehingga terpaksa
pembelajaran tertunda.
4. Tata ruang kelas
Melihat kondisi ruang kelas yang berbilik-bilik yang hanya
dibatasi sekat antara kelas yang satu dengan kelas lainya, menjadi
kendala dalam pembelajaran. Hal ini menjadikan kelas kurang
kondusif, terganggunya konsentrasi baik bagi guru yang mengajar
maupun siswa itu sendiri. Situasi ini menyebabkan suara antar
kelas dengan kelas lain saling mengganggu pembelajaran.
93
BAB V
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai
dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian
yang dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai
kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu:
1. Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB
Wantuwirawan dilakukan melalui perencanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, pelaksanaan pembelajaran dan juga evaluasi
Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut :
Perencanaan pembelajaran di SMPLB Wantuwirawan guru PAI
masih menggunakan kurikulum KTSP , dalam penyusuanan RPP,
pemilihan metode, dan media pembelajaran disesuaikan dengan
kemampuan siswa.
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB-A
Wantuwirawan guru PAI melakukan seragkaian metode dalam
mendidik siswa tunanetra diantaranya : metode ceramah, metode tanya
jawab, metode praktek dan juga metode diskusi, dalam pembelajaran
terdapat penggabungan kelas, antara tunanetra dan tunadaksa menjadi
satu kelas.
Bentuk evaluasi yang digunakan di SMPLB Wantuwirawan
merupakan serangkaian penilaian yang digunakan untuk mengetahui
94
perkembangan keagamaan siswa, khususnya pada siswa tunanetra.
Penilaian tersebut dengan tes dan non tes. Tes yang harus diikuti
adalah UTS dan UAS. Selain itu juga ada tes lisan maupun praktek
serta tes-tes lainya seperti ulangan harian, PR maupun dengan
pengamatan langsung dari guru untuk megamati perilaku siswa.
2. Problematika yang dihadapi guru PAI dalam sistem pembelajaran
Pendidikan Agama Islam anatara lain ialah:
Tidak selesainya target materi pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang dikarenakan anak yang memiliki kebutuhan khusus tidak mampu
memahami atau mengikuti pembelajaran dengan tepat sesuai alokasi
waktu yang diberikan.
Kurangnya jumlah guru Pendidikan Agama Islam yang ada di
SMPLB-AD Wantuwirawan, hanya ada dua guru Pendidikan Agama
Islam, karena kurangnya tenaga pengajar maka guru tersebut
mengampu mata pelajaran IPA dan Matematika, jadi untuk PAI hanya
ada satu.
Kurangnya kedisiplinan siswa untuk mengikuti pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, sebagian anak malas untuk belajar kembali
disekolah setelah usai liburan. Hal ini juga termasuk seringnya siswa
yang datang terlambat masuk sekolah, sehingga terpaksa pembelajaran
harus tertunda karena belum ada murid yang masuk kelas.
Tata ruang kelas yang menyebabkan terganggunya proses
pembelajaran yang disebabkan ruang kelas yang berbilik hanya
95
dibatasi papan “triplek” yang mengakibatkan terganggunya konsentrasi
bagi guru dan siswa yang mendengar proses pembelajaran dikelas
yang lain.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu
mengenai model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa
tunanetra, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah
Sebagai kepala sekolah yang memiliki kewenangan dalam
menetapkan kebijakan ,hendaknya menyediakan kendaraan untuk
mengantar-jemput siswa yang berkebutuhan khusus seperti tunanetra dan
tunadaksa agar pembelajaran tetap terlaksana tanpa adanya gangguan
tidak hadirnya siswa.
2. Bagi guru
Guru sebagai pemberi informasi sekaligus pendidik dan pembimbing
dapat meningkatkan inovasi pembelajaran, serta sebaik mungkin
memanfaatkan media yang ada dalam menunjang pembelajaran
semaksimal mungkin dan lebih telaten untuk menggali minat bakat peserta
didik agar kemampuan anak dapat terlihat dan bisa dioptimalkan.
3. Bagi peneliti
Penelitian pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa
tunanetra memberikan gambaran karakteristik pembelajaran yang berupa
kurikulum, pendekatan pembelajaran PAI, prinsip pembelajaran PAI
96
SMPLB, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Selain itu juga memberikan
gambaran mengenai hambatan, faktor pendukung serta solusi yang
dilakukan dalam mengatasi hambatan pembelajaran PAI tersebut. Untuk
itu, peneliti berharap penelitian pembelajaran Pendidikan Agama Islam
ini dapat dijadikan rujukan oleh pembaca dalam meningkatkan
kemampuan pembelajaran PAI sehingga siswa tunanetra mendapatkan
perhatian lebih dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
tanpa adanya diskriminasi.
97
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.
Jakarta: Ciputat Pers
An Nahlawi, Abdurrahman. 1996. Prinsip-prinsip dan Metode
Pendidikan Agama Islam. Bandung: CV Diponegoro
Arikunto, Suharsimi.1998.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Daradjat, zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset
J. Moleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Karya
Majid, Abdul, dan Dian Andiyani. 2006. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers
Proyek Pembinaan Prsarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN
di Jakarta. 1984. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam
Ramayulis. 2008. Metode Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam
Mulia
Smart, Aqila. 2012. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: KATA
HATI
Somantri, Sutjihati. 2006.Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika
Aditama
Subini, Nini. 2013. Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Jogjakarta:
Javalitera
Sugiono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
98
Syafaat Aat, Sohar Sahrani. 2008. Peranan Pendidikan Agama islam
dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Syaifudin, Muhammad, dkk. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah.
Jakarta: direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional
Widjaya, Ardhi. 2012. Seluk Beluk Tunanetra dan Strategi
Pembelajaranya. Jogjakarta: Javalitera
99
VERBATIM
Responden/ kode : Huru Tyastri, S.SosI / HT13
Jabatan : Guru PAI
Pendidikan terakhir : S1 Sos I
Tempat wawancara : Ruang Kelas
Hari/ tanggal : Rabu, 13 Agustus 2015
Waktu : 09.00-10.00
Tema Baris Pertanyaan Jawaban Makna
Profil guru
5
Sejak kapan
ibu mengajar
di sini?
Saya disini mulai 2007,
dari kementrian agama
ditugaskan disini karena
kondisi saya ada kelainan
juga
Ibu HT di
tugaskan di
SLB sejak
tahun 2007
Kurikulum
10
Untuk
kurikulum
yang dipakai
sama dengan
sekolah
umum tidak?
Kalau untuk tunanetra dan
tunadaksa itu bisa
mengadopsi dari
kurikulum umum,
sepanjang itu tidak
mengalami dobel ketunaan
ya mbak itu bisa memakai
kurikulum umum
Untuk siswa
tunanetra
dan
tunadaksa
memakai
kurikulum
untuk SMP
umum.
Metode
pembelaja
ran PAI
15
20
25
Metode
seperti apa
yang ibu
gunakan
dalam
pelaksanaan
Pendidikan
Agama
Islam?
Metodekan banyak, yang
lebih sering digunakan
metode ceramah, namanya
juga pelajaran agama.
Selain ceramah saya juga
memberikan metode tanya
jawab, baik itu diskusi,
dengan guru maupun
dengan teman, memberi
PR. Sama seperti dengan
umum untuk arabpun juga
ada mengartikan, dsb
Metode
yang
digunakan
guru PAI
metode
ceramah,
diskusi,
tanya jawab
Praktek
pembelaja
ran.
30
Untuk
pembelajaran
prakteknya
bagaimana
bu?
Sepanjang pelajaran itu
harus dipraktekan ya
dipraktekan. Sepanjang
anak-anak itu juga mampu
mbak. Shalat fardu, baca
tulis al-qur‟an ya kami
Sepanjang
pelajaran
itu harus di
praktekan
maka
dipraktekan
100
5
10
berikan mbak, ya kalau
dulu kan sampai hari sabtu
mbak jadi BTQ itu ada
dihari sabtu karena sekaran
kerja ya ini insyllah mau
dipindah hari jum‟at mbak
setalah usai pembelajaran
g hanya 5 hari
sesuai
dengan
kemampuan
siswa
Sistem
evaluasi
15
20
Untuk
penilianya
bagaimana
bu?
Untuk evaluasinya sama
dengan sekolah umum, ada
tes baik lisan maupun
tulisan, praktek, ulangan
harian, tes tengah semester
dan juga tes akhir semester
sama dengan sekolah
umum, dan juga
memperhatikan ahlaknya
dan perilakunya sehari-
hari mbak itu juga masuk
dalam penilaian
Sistem
evaluasi
menggunak
an
beberapa
tes dan non
tes, sesuai .
Sumber
belajar
25
30
Untuk materi
PAI apakah
sama dengan
SMP pada
umumnya ?
Materi yang diajarkan di
SMPLB wantuwirawan
sama dengan materi SMP
umum , buku-buku yang
digunakanpun juga sama
mbak. Msekipun
terkadang ada
pengurangan tapi 90%
sama
Sumber
buku dan
materi yang
di gunakan
sama SMP
pada
umumnya.
Faktor
penghamb
at
35
40
Apa yang
menjadi
faktor
penghambat
pembelajaran
bu?
Faktor penghmabatnya ya
dari siswa itu sendiri
mbak, kurang displin,
mungkin juga motivasi
dari keluarga itu kurang
mbak, kurangnya
pemahaman tentang
pentingnya beribada
kepada Allah, susah sekali
menghafal surat-surat
mbak, tidak hafal-hafal
jadi kadang materi atau
target tidak selesai
Faktor
penghambat
, kurang
disiplinya
siswa,
motivasi
keluarga,
kurang
pehaman
tentang
beribadah
kepada
Allah,
target atau
Sarana dan
Prasarana
45
Untuk sarana
dan prasarana
bagaimna bu?
Alhamdulillah menunjang
mbak, ya kalu kurang ya
kurang ya gimana ya
Sarana dan
prasarana
untuk
101
5
mbak, bisa dikatakan 85%
menunjang, tempat ibadah
alat ibadah juga ada seperti
mukena, sarung , peci juga
ada, Al-Qur‟an dalam
bentuk brille juga komplit
ada, buku-buku
pembelajaran isnyllah juga
ada mbak
pembelajar
an
Pendidikan
Agama
Islam sudah
menunjang
102
VERBATIM WAWANCARA
Responden/ kode : Said Kamal,S.PdI
Jabatan : Wali kelas IX
Pendidikan terakhir : SI
Tempat wawancara : Ruang kelas
Hari/ tanggal : selasa,18 Agustus
Waktu : 0800-09.00
Tema Baris Pertanyaan Jawaban Makna
Profil guru
5
10
Bapak disini
mengampu
mapel apa pak?
Saya disini selaku
wali kelas X mbak,
juga guru IPA dan
Matemeatika , saya
lulus dari STAIN
Salatiga juga mbak,
juga mengambil
PAI, tetapi saya
disisni dimita untuk
membantu
mengajarkan IPA
dan Matematika
mbak
Bapak SK
selaku wali
kelas dan
mengampu
mapel IPA dan
Matematika
Kondisi
Siswa
15
20
Kebutuhan
khusus seperti
apa yang
dialalmi anak
didik disekolah
ini pak?
Yang ada disini
tunadaksa dan
tunanetra mbak,
tunanetra pun ada
bebrapa jenis, ada
yang total, low
vision dan juga ada
yang mengalami
ketunaan ganda,
Jenis ketunaan
yang ada di
SMPLB-AD
yaitu tunanetra,
dan tunadaksa
Kurikulum
25
Bagaimana
penyiapan
kurikulumnya
pak?
Kurikulum sama
dengan sekolah
umum mbak, buku-
buku yang
digunakan juga
memakai buku
panduan
pembelajaran yang
dipakai oleh sekolah
Kurikulum yang
digunakan sama
dengan sekolah
umum
103
Jumlah
siswa
5
Berapa jumlah
siswanya pak?
Untuk jumlah siswa
SMP itu ada 10
siswa
Jumlah Siswa
10
RPP
10
Untuk
penyusuna RPP
untuk
pembelajaranya
bagaimana pak
RPPnya kurang
lebih sama mbak,
dengan sekolah
umum hanya saja
dimodifikasi bahan
ajarnya, modifikasi
tersebut di
sesuaikan dengan
kemampuan siswa.
RPP
dimodifikasi
bahan ajarnya,
sesuai dengan
kemampuan
siswa
Sistem
Evaluasi
15
20
Bagaimana cara
mengevaluasi
pembelajaran
untuk siswa
disini pak?
Kalau untuk
evaluasi sama
denganyang sekolah
umum mbak,
melalui tes baik
ulangan harian,
ujian tengah
semester, ujian
semester, PR juga
diberikan mbak
Sistem evaluasi
yang digunakan
melalui
beberapa tes
Faktor
pendukung?
25
Apa saja faktor
pendukung
pendidikan pak?
Faktor
pendukungnya
semua guru disini
sangat mendukung
mbak,
Guru-guru
menjadi faktor
pendukung
Faktor
Penghambat
30
35
40
Untuk faktor
penghamabatnya
seperti apa pak?
Kalau faktor
penghambat itu
untuk pembelajaran
yang saya ampu
sarana masih kurang
mbak, media
pembelajaran, ruang
lab itu juga tidak
ada, dan kondisi
siswa itu sendiri
kadang menjadi
faktor utama mbak,
untuk praktek itu
sangat kesulitan
Faktor
penghambatnyai
kurangnya
sarana dan
prasarana untuk
menunjang
pembelajaran
104
VERBATIM WAWANCARA
Responden/ kode : Sigit Margono, M.Pd / SM
Jabatan : Kepala Sekolah
Pendidikan terakhir : S2
Tempat wawancara : Ruang Kepala Skolah
Hari/ tanggal : Selasa, 12 Agustus 2015
Waktu : 08.000-09.00
Tema Baris Pertanyaaan Jawaban Makna
Keadaan
Siswa
5
10
Kebutuhan
khusus
seperti apa
yang
dialalmi
anak didik
disekolah
ini pak?
Di sekolah ini saya
selaku kepala sekolah
SLB-AD mbk,,yaitu
yang memiliki ketunaan
tunanetra dan tuna
daksa, tapi disekolah ini
ada juga anak C yaitu
tunagrahita, dan anak B
yang memiliki ketunaan
bisu tuli mbak, tetapi
ada kepala sekolahnya
sendiri
Siswa yang
sekolah di
SMPLB
Wanwir
meliputi.
Tunanetra
(A), tunadaksa
(D), tuna
wicara dan
tuli (B), dan
tuna grahita
(C), bapak SM
adalah kepala
sekolah A dan
D
Jumlah
siswa
15
20
Untuk
jumlah
siswa ada
berapa pak?
disekolahan ini ada
ketunaan dari A-D
mbak, jumlah siswanya
kurang lebih 80 siswa.
Kalau untuk yang A dan
D ada 23.
seluruhnya,tapi untuk
jenjang kelasnya itu 1:5
Jumlah
seluruh siswa
A-D ada 80
siswa,
sementara
untuk siswa A
dan D ada 23
Kurikulum
25
Kurikulum
yang
digunakan
bagaimana
pak?
kurikulum khusus,
karena kita
menggunakan
kurikulum khusus untuk
anak berkebutuhan
khusus (ABK) termasuk
pembelajaran PAI.
Kurikulum
yang
digunakan
sesuai dengan
kurikulum
untuk anak
ABK
RPP dan
Silabus
30
RPP
disekolah
ini sama
Penyususnan RPP sesuai
dengan silabus, hanya
saja ada modifikasi
RPP sesuai
dengan
silabus, di
105
5
10
dengan
sekolah
umum tidak
pak
bahan ajar agar ABK
bisa mengikuti
pembelajaran.
Modifikasi bahan ajar
tersebut adalah dengan
cara menurunkan tingkat
kesulitanya agar ABK
dapat menerima apa
yang disampaikan guru
dalam pembelajaran.
modifikasi
bahan ajarnya
dengan
menurunkan
tingkat
kesulitan.
Sistem
Evaluasi
15
Bagaimana
sistem
evaluasi
untuk anak
tunanetra
pak
evaluasi pada umumnya.
Evaluasi yang
dilakukan seperti ujian
tengah semester, ujian
semester ya sama seperti
disekolahan umum,
waktunyapun bersamaan
Evaluasi
dilakukan
melalui UTS
dan UAS
sesuai
kalender
akademik
Sarana
Dan
Prasarana
20
25
Untuk
fasilitas
pmbelajaran
PAI apakah
sudah
terpenuhi
pak?
Sementara ya
memenuhi, tapi kadang-
kadang kalaunya ada
yang kurang ya gurunya
harus melengkapi.
Tetapi untuk PAI
mencukupi seperti
adanya tempat ibadah,
Al-qur‟an dalam bentuk
brille juga ada mbak
Fasilitas
terpenuhi, bila
ada
kekurangan
guru
memenuhinya
Problem
pembelaja
ran
30
Apakah ada
problem
pembelajara
n yang
dialami baik
guru
maupun
siswa pak?
Secara umum
pembelajaran PAI di
SMPLb wantuwirawan
berjalan dengan baik,
kalau masalah itu pasti
ada mbak, baik di
sekolah umum apalagi
disini,
PAI berjalan
dengan baik ,
problem itu
pasti ada,
apalagi untuk
siswa ABK
Faktor
penghamb
at
35
40
Apa faktor
dari
problem
tersebut
pak?
Seperti siswa yang
terkadang sulit untuk
aktif masuk sekolah.
Setelah libur atau
terkadang kendala tidak
ada yang mengantar,
maklum mbak untuk
siswa yang belum
mandiri harus ada yang
mengantar ke sekolah.
Kurangnya
kedisiplinan
siswa dalam
mengikuti
pembelajaran
di sekolah
106
PEDOMAN WAWANCARA
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Jabatan :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tempat wawancara :
6. Wawancara hari/tanggal :
7. Waktu :
II. Sasaran Wawancara
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran PAI
2. Sistem yang digunakakan untuk mengevaluasi pembelajaran PAI
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran PAI
4. Upaya yang dilakukan untuk menindak lanjuti kendala dalam
pelaksanaan pembelajaran PAI
III. Butir-butir pertanyaan
A. Kepala Sekolah
1. Kebutuhan khusus seperti apa yang diderita anak didik di
sekolah ini? Berapa jumlahnya?
2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum di sekolah ini pak?
3. Bagaimana menghadapi anak-anak dengan kebutan khusus
tersebut apa ada pembimbing/ruang khususnya?
4. Untuk penyususan RPP di sekolah ini sama dengan sekolah
umum tidak pak?
5. Sistem evaluasi untuk tunanetra bagaimana pak?
6. Untuk fasilitas pembelajaran PAI apakah sudah terpenuhi?
B. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Sejak kapan bapak mengajar disini?
2. Kurikulum yang digunakan sama dengan sekolah umum tidak?
Bagaimana menyiapkanya?
3. Bagaimana perencanaan dalam pelaksanaan PAI bagi
tunanetra?
4. Bagaimana penyusunan RPPnya pak?
5. Metode seperti apa yang bapak gunakan dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam?
107
6. Sarpras menunjang tidak untuk pembelajaran PAI ?
7. Bagaiman penentuan cara penilaianya pak?
8. Bagaimana setting kondisi lingkungan pembelajaranya pak?
9. Untuk materi PAI untuk anak tunanetra dengan SMP pada
umumnya sama atau tidak pak?
10. Berapa jam dalam satu minggu materi pembelajaran agama
disampaikan?
11. Evaluasi seperti apa yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan siswa tunanetra pada pembelajaran PAI pak?
12. Untuk hasil pembelajaran PAI bagaimana pak?
13. Apa faktor yang mendukung dan menghambat penerapan
metode pembelajaran PAI bagi tunanetra?
14. Metode apa yang paling sesuai untuk pembelajara PAI?
15. Jika nilai tidak memenuhi standar minimal bagaimana tindak
lanjutnya pak?
108
PEDOMAN OBSERVASI
Hari/ Tanggal : Rabu, 19 Agustus 2015
Tempat : Ruang kelas
Waktu : 09.30-11.30
N
O
Kegiatan guru Dilakkukan Catataan
Iya Tidak
1 Membuka
pelajaran
Waktu membuka pelajaran guru
bersama anak mengawalinya dengan
berdoa
2 Penguasaan bahan Dalam pengajaran untuk
menyampaikan materinya bahan
telah disiapkan, dan anak-anak juga
memegang materi yang di terangkan.
3 Menyampaikan
materi
Dalam penyampaian materi sangat
jelas, sehingga anak-anak mudah
faham, dengan apa yang diterangkan.
4 Memotivasi anak Setelah memberikan contoh, guru
memotivasi anak dengan bercerita
hal-hal yang menarik si anak.
5 Metode mengajar Guru melakukan berbagai metode,
setalah metode ceramah, guru
membiarkan anak-anak berdiskusi.
6 Menguasai kelas Suasana pembelajaran sangat
menyenangkan,sesekali anak-anak
tertawa mendengar cerita guru ketika
memberi contoh
7 Membuat anak
aktiv di kelas
Setelah materi diberikan dan telah
menerapkan beberapa metode, guru
membuat anak aktiv untuk bertanya
ataupun menjawab pertanyaan yang
guru berikan
8 Menutup pelajaran Sebelum pembelajaran ditutup guru
memberikan tugas rumah, dan
pembelajaran ditutup dengan
membaca hamdallah dan kafaratul
majelis
109
PEDOMAN OBSERVASI
Hari/ Tanggal : Senin, 24 Agustus 2015
Tempat : Ruang kelas
Waktu : 12.15-14.00
NO Kegiatan guru Dilakukan Catataan
Iya Tidak
1 Membuka
pelajaran
Waktu membuka pelajaran guru
bersama anak mengawalinya dengan
berdoa
2 Penguasaan bahan Sambil menerangkan anak diminta
untuk mencatat materi. Kemudian
setelah itu anak diminta membaca
ulang apa yang sudah dicatat.
3 Menyampaikan
materi
Setelah materi di sampaikan guru
menanyakan kepada anak-anak.
Adakah materi yang belum di pahami.
4 Memotivasi anak Setelah memberikan contoh, guru
memotivasi anak dengan bercerita hal-
hal yang menarik si anak.
5 Metode mengajar Guru melakukan berbagai metode,
setalah metode ceramah, guru
membiarkan anak-anak berdiskusi.
6 Menguasai kelas Suasana kelas sangat aktiv karena guru
juga menggunkan metode diskusi, dan
anak-anak sangat bersemangat, dengan
mengecek ulang apa yang dicatat
kepada teman.
7 Membuat anak
aktiv di kelas
Setelah materi diberikan dan telah
menerapkan beberapa metode, guru
membuat anak aktiv untuk bertanya
ataupun menjawab pertanyaan yang
guru berikan
8 Menutup pelajaran Sebelum pembelajaran ditutup guru
memberikan tugas rumah, dan
pembelajaran ditutup dengan
membaca hamdallah dan kafaratul
majelis
110
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Siti Masitoh
2. Tempat dan Tanggal lahir : Kab. Semarang 15 Juni 1993
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Tengaran kulon, 03/01 Kel, Tengaran, Kec.
Tengaran
7. Riwayat Pendidikan :
a. SD 02 Tengaran Tahun 1999-2005
b. MTS Aswaja Tengaran Tahun 2005-2008
c. MAN Tengaran Tahun 2008-2011
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benamya.
Salatiga, 7 Sepetember 2015
Penulis
Siti Masitoh
Nim: 111 11 197
111
Suasana Pembelajaran
Siswa Tunanetra Membaca
Siswa Mencatat Materi Pembelajaran
112
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Gedung SLB-AD
Ruang Kelas
113
Wawancara dengan Bapak SK
Wawancara dengan Bapak SM
114
Media pembelajaran , Al-Qur‟an dalam bentuk Braille
Media Pembelajaran, Alat Tulis Braille,
115
116
117