Skripsi.docx
-
Upload
ivan-irfun -
Category
Documents
-
view
60 -
download
2
Transcript of Skripsi.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi menimbulkan kesadaran baru tentang pendidikan yang
memberikan kepedulian terhadap kemajuan peradaban manusia. Kesadaran ini
didukung oleh sebuah fakta bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang bersifat positif ternyata dinilai telah membawa implikasi serius
baik bagi lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dalam batasan pemahaman
demikian, pendidikan menempati posisi sentral dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM).
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa akan
datang. Seiring dengan tuntutan dunia pendidikan di Indonesia, maka pemerintah
senantiasa melakukan berbagai upaya dalam peningkatan mutu pembelajaran. Di
lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan
dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan
keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan
guru memilih dan menggunakan metode pengajaran. Pengajaran yang baik adalah
salah satu upaya untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap
materi dan meningkatkan keterampilan berfikir kiritis serta analitik. Hal ini juga
tidak terlepas dari usaha guru sebagai komponen terpenting dalam pembelajaran
di kelas.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Guru mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa
dalam belajar. Berbagai metode yang ditempuh oleh guru dalam peningkatan
prestasi belajar siswa, namun tidak mampu memberi hasil yang memuaskan. Guru
sebagai pengelola pengajaran bukan hanya dituntut profesional untuk berkreasi
dalam meminimalkan masalah-masalah di kelas, Namun juga harus memiliki
komitmen yang tinggi atas terselenggaranya pengajaran yang efektif. Solusinya
yakni dengan melakukan penelitian tindakan berbasis kelas yang orientasi
pelaksanaannya membawa siswa seolah-olah berada dalam keadaan nyata.
Khususnya dalam meningkatkan hasil belajar fisika, sangat dibutuhkan
kemampuan kepribadian, sosial dan akademik guru dalam menarik minat siswa
untuk belajar. Banyak materi-materi dalam belajar fisika sering dianggap sangat
sulit yang membuat mereka sangat cemas dan takut. Hal ini mengakibatkan
peserta didik kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang
berorientasi pada bagaimana peserta didik belajar menemukan sendiri informasi,
menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru
maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Salah
satu alternatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik
bertukar pasangan.
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada anak untuk bekerjasama sama dengan tugas-tugas terstuktur
(Lie, 1999 :12). Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat saling
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok.
Model ini juga dapat meningkatkan berpikir kritis serta meningkatkan siswa
dalam pemecahan masalah.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran fisika masih belum menggembirakan dengan rata-rata nilai
hasil ulangan harian yang diperoleh siswa yakni 58,83. Ini dilihat diperoleh
informasi bahwa hasil belajar fisika siswa masih tergolong sangat rendah terlihat
dari hasil ulangan harian siswa.
Tabel 1.1 Ketuntasan belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar
Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)0-65 Tidak tuntas 23 76,67
66-100 Tuntas 7 23,33 (Sumber: SMP Negeri 24 Makassar, Juli 2009)
Berdasarkan hasil observasi awal penulis dengan guru mata pelajaran fisika
yang bertindak sebagai observer peneliti di SMP Negeri 24 Makassar, ditemukan
bahwa pada umumnya siswa bersifat pasif dalam mengikuti pelajaran, rata-rata
interaksi dan minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika masih kurang. Model
pembelajaran fisika yang digunakan bersifat konvensional oleh karena itu perlu
dikembangkan suatu metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Fisika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Bertukar Pasangan pada Kelas VII4 SMP Negeri
24 Makassar”.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu “Apakah hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP
Negeri 24 Makassar dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif
teknik bertukar pasangan?“
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah : “Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP
Negeri 24 Makassar melalui model pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan“.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada:
1. Sekolah, dalam hal ini Kepala SMP Negeri 24 Makassar sebagai bahan
pertimbangan dalam pengelolaan proses pembelajaran dan dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif dalam usaha peningkatan kualitas sekolah.
2. Guru, dalam hal ini guru bidang studi fisika di SMP Negeri 24 Makassar
sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan,
melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan
untuk melihat hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa, penelitian ini merupakan media siswa untuk lebih terampil
menyelesaikan soal, lebih memahami dan mendalami materi pelajaran fisika
serta lebih aktif belajar, bersikap positif, bertanggungjawab dan senang
belajar fisika yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan salah satu model pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan sebagai suatu pendekatan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap mata pelajaran fisika.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar, Mengajar, dan Hasil Belajar
a. Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian
bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori
belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman
siswa sebagai hasil belajar. Gagne dalam E.Bell Gradler, Margaret (1994:188)
menyatakan bahwa untuk terjadi belajar pada diri siswa diperlukan kondisi
belajar, baik kondisi internal maupun kondisi external. Kondisi internal
merupakan peningkatan (arising) memori siswa sebagai hasil belajar yang
terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan
yang baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi
aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Ini
bertujuan antara lain merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan
pembelajaran, membimbing siswa belajar materi baru, memberikan
kesempatan kepada siswa menghubungkan pengetahuan yang telah ada
dengan informasi yang baru. Selanjutnya Hilgard dalam Pasaribu dan
Simanjuntak (1983:59) berpendapat bahwa:
“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti
kelelahan atau disebabkan obat-obatan”.
Menurut ahli psikologi dalam Syamsuddin (2005:157), “Belajar adalah
suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik
atau pengalaman tertentu”.
Belajar biasa digunakan untuk menunjukkan bahwa kita telah
menemukan sesuatu yang baru tentang sesuatu hal, seseorang atau kita
memperolah pendirian baru. Pidarta dalam Warsita(2008:97) mengemukakan
bahwa:
“Belajar adalah perubahan perilaku yang reletaif permanen sebagai hasil
pengalaman(bukan hasil perkembangan) dan bisa melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”.
Menurut Dewey dalam Sudjana dan Rivai (2005:19) berpendapat bahwa
“Belajar adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan
hubungan dua arah antara belajar dan lingkungan”. Lingkungan memberi
masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf
otak berfungsi menafsirkan bantuan ini seefektif mungkin sehingga masalah
yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya
dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan itu akan
menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta
bisa dijadikan landasan pedoman dan tujuan belajarnya.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh
dari pengalaman dan latihan, dimana perubahan itu akan menghasilkan
peningkatan keterampilan, nilai dan sikap ke arah yang positif.
b. Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun
tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik
pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidak
sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh
kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. Seseorang
berpandangan bahwa mengajar hanya sekedar menyampaikan pelajaran.
Selain itu mengajar juga merupakan penanaman pengetahuan pada peserta
didik.
Menurut aliran progresif dalam Pasaribu dan Simanjuntak (1993:63),
mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-
baiknya dengan menghubungkannya pada anak sehingga terjadi proses
belajar.
Menurut Ali (1987:12), mengajar adalah segala upaya yang disengaja
dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses
belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Menurut William H. Burton dalam Ali (1987:13) berpandangan bahwa,
“Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan,
pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Menurut DeQueliy dan Gazali dalam Slameto (1995:30), “Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat
dan tepat”.
Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru
kurang memperhatikan bahwa di antara siswa ada perbedaan individual,
sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa
dianggap sama kemampuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan akan
sama pula. Hal itu bertentangan dengan kenyataan.
Selanjutnya, menurut Gagne dan Brings dalam Ali (1987:73)
berpendapat bahwa mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan sesuai
tujuan. Hal ini berarti bahwa upaya guru hanya merupakan serangkaian
peristiwa terjadi yang dapat mempengaruhi siswa belajar. Rangkaian peristiwa
tersebut diperbuat guru dengan harapan dapat memberi kemungkinan
terjadinnya proses belajar, sehingga kegiatan pembelajaran dilaksanakan
dengan menerapkan berbagai staretegi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna. Dalam hal ini
kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dan meningkatakan
kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan,
empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak
serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan
membantu kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
potensi intelektual, emosional dan spritualnya sehingga dapat berkembang
secara optimal.
c. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia. Manusia
belajar untuk melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain
adalah hasil belajar.
Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Perubahan yang ingin
dicapai melalui proses pendidikan pada dasarnya adalah perubahan tingkah
laku, sebagaimana yang dikemukakan Ali (1987:14) bahwa “Belajar adalah
proses perubahan perilaku pola pikir yang berorientasi pada perubahan
tingkah laku yang baru akibat adanya pengalaman”.
Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha
tertentu. Selanjutnya dalam kaitannya dengan belajar, maka hasil belajar yang
dicapai siswa dapat diketahui setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hal
ini dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar yang
dicapai oleh seseorang dapat dijadikan sebagai indikator tentang kemampuan,
kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan
sikap atau nilai yang dimiliki oleh orang itu dalam suatu kegiatan belajar.
Salah satu hasil belajar adalah penguasaan bahan pelajaran atau biasa
disebut prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individual, berpasangan, maupun
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
kelompok. Banyak kegiatan yang biasa dijadikan sebagai sarana untuk
mendapatkan suatu prestasi. Dari beberapa pemikiran di atas, maka hasil
belajar dapat dinyatakan sebagai tingkat penguasaan bahan pelajaran setelah
mendapatkan atau memperoleh pengalaman belajar dalam kurun waktu
tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes atau penilaian tertentu.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning = CL) sebenarnya bukanlah
merupakan ide baru namun telah ada sejak lama, bahkan pada awal abad
pertama para filosof berpendapat bahwa, untuk dapat belajar dengan baik
seseorang harus memilki pasangan atau teman. Bertolak dari gagasan inilah
ide pembelajaran kooperatif dikembangkan.
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam
lingkungan belajar berbentuk kelompok kecil, sehingga siswa dapat saling
berbagi ide dan bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan tugas
akademik (Davidson dan Kroll dalam Hobri dan Susanto, 2006).
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan paradigma bahwa disamping mahluk
individual, manusia juga adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang tidak bisa
berdiri sendiri, namun selalu membutuhkan kerjasama dengan orang lain.
Jelasnya, pembelajaran kooperatif tidak hanya bertujuan memahamkan siswa
terhadap materi yang akan dipelajari, namun lebih menekankan pada melatih
siswa untuk memilki kemampuan sosial, yaitu kemampuan untuk saling
bekerjasama, saling memahami, saling berbagi informasi, saling membantu
antar teman kelompok dan bertanggung jawab terhadap sesama teman
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
kelompok untuk mencapai tujuan umum kelompok. Di dalam pembelajaran
kooperatif tidak hanya dituntut keberhasilan individu namun juga keberhasilan
kelompok. Dari pemikiran itulah dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar
dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi gender, etnis, dan
kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai
tujuan bersama (Slavin dalam Hobri dan Susanto).
Menurut Slavin (Syarifuddin, 2007:6) bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa pada kelompok-
kelompok siswa yang heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif setiap
anggota kelompok akan bekerja sama dalam memahami suatu bahan pelajaran
dan belajar belum selesai jika salah satu anggota dalam kelompoknya belum
menguasai bahan pelajaran tersebut.
Umumnya pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif memilki ciri-ciri yang meliputi:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk memutuskan
materi belajarnya.
b. Kelompok yang dibentuk dari siswa memilki kemampuan tinggi
(pandai), sedang dan rendah (kurang)
c. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
Kooperatif atau kerjasama dalam belajar merupakan lawan dari
persaingan dalam kehidupan sehari-hari. Jean D Garmbs (Rusman R, 2009)
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
berpendapat bahwa dalam pembelajaran di sekolah yang demokratis,baik
kerjasama maupun persaingan sama pentingnya. Persaingan yang dimaksud
bukan bertujuan untuk memperoleh hadiah atau kenaikan tingkat tetapi untuk
mencapai hasil yang baik atau pemecahan masalah yang dihadapi kelompok
untuk membentuk individu peserta didik menjadi manusia yang demokratis,
guru harus menekankan pelaksanaan prinsip kerjasama atau kerja kelompok.
Berkaitan dengan ini Bioton (Rusman, 2009) sangat memperhatikan apa yang
dinamakan ”Group Process“ atau proses kelompok, yaitu cara individu
mengadakan relasi dan kerjasama individu lain dalam kelompoknya untuk
mencapai tujuan bersama
a. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie dalam Subrata (2008)
Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah :
1. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling
membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interkasi promotif yang
memungkingkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih
hasil belajar yang optimal.
2. Interaksi tatap muka
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Interaksi tatap muka para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru,
tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu sangat penting karena
ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Meskipun demekian, penilaian untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar
semua anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota
kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas
rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota
kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian
kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota
kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas
individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan social seperti tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
memperhatahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin antar hubungan antar
pribadi.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
b. Peranan Pembelajaran Kooperatif
Ada banyak alasan mengapa dikembangkan pembelajaran kooperatif. Hasil
penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan oleh Johnson dan
Johnson dalam Noor, Fatirul (2008:25) menunjukkan adanya berbagai
keunggulan pembelajaran kooperatif sebagaimana terurai berikut ini :
1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
3. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
4. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
5. Memabangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa
dewasa.
6. Menimbulkan perlaku rasional di masa remaja.
7. Meningkatkan rasa saling percaya diri kepada sesama manusia.
8. Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau gagasan sendiri.
9. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik.
10. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
c. Teknik-Teknik Pembelajaran Kooperatif
Sebagai seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan
persediaan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang
diketahuinya harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di ruang
kelas. Meski demikian, guru yang baik tidak akan terpaku pada satu strategi
saja. Guru Yang ingin maju dan berkembang perlu mempunyai persediaan
strategi dan teknik-teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Guru bisa memilih
dan juga memodifikasi sendiri teknik-teknik pada situasi kelas mereka. Dalam
satu jam/sesi pelajaran, guru juga bisa memakai lebih dari satu teknik. Adapun
teknik-teknik dalam pembelajaran kooperatif( Noor, Fatirul 2008:35)yakni :
1. Mencari Pasangan (Make a Match).
2. Bertukar Pasangan
3. Berpikir-Berpasangan-Berempat
4. Berkirim Salam dan Soal.
5. Kepala Bernomor (Numbered Heads).
6. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray).
7. Jigsaw
8. Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling)
9. Kancing gemerincing
10. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (inside Outside Circle)
d. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa cara menggunakan pembelajaran kooperatif bagi siswa di
sekolah ( Darnah S, 2005:10)yaitu :
Pertama, memanfaatkan tugas pekerjaan rumah. Membentuk beberapa
kelompok siswa dengan ukuran antara dua sampai lima orang setiap
kelompok. Untuk memulai siswa belajar, siswa dibimbing untuk
membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan rumah dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kunci dan saran-saran tertentu.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Kedua, pembahasan materi baru. Di dalam format pengajaran tradisional
(direct instruction), biasanya guru mengembangkan, menerangkan atau
mendemostrasikan suatu teknik baru, dalam format ini biasanya guru
diharapkan para siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan materi baru itu atau
soal-soal itu, tetapi kadang-kadang siswa malu bertanya dan segan terhadap
guru. Oleh karena itu, dalam format pembelajaran kooperatif, setelah guru
menyampaikan materi pelajaran, para siswa bergabung dengan kelompoknya
untuk berdiskusi, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru.
Dan jika perlu, guru memimpin diskusi tentang pekerjaan itu yang
membutuhkan penjelasan dan klarifikasi.
Untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, keanggotaan
kelompok sebaiknya heterogen dan setiap anggota satu kelompok dapat duduk
saling berdekatan sehingga dapat bekerja dengan cukup nyaman dan tidak
perlu berbicara keras-keras.
Pembelajaran kooperatif diarahkan untuk menciptakan empat kondisi
yang harus dipenuhi untuk membangkitan perubahan konseptual berdasarkan
pada konstruktivisme. Keempat langkah yang dimaksud adalah :
1. Orientasi, yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari.
2. Pemunculan gagasan yaitu siswa diberi kesempatan untuk menyatukan
secara eksplisit gagasan mereka kepada teman sebayanya dan gurunya.
3. Penyusunan ulang, perubahan dan perluasan gagasan, meliputi aktivitas
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran
dengan teman sebaya dan membentuk serta menilai ide baru.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
4. Aplikasi memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep
baru yang telah dibentuk ke dalam konteks yang baru.
e. Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif
Model pemebelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah atau fase utama
(Natsir, 2004:74). Pelajaran dimulai dengan guru meyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase diikuti oleh penyajian
informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya
siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan
guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama
mereka. Fase hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah
mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan Informasi
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstarasi atau lewat bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efesien
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan
penghargaan
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok
3. Model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan
Sebagai seorang guru yang profesional, maka perlu dipahami bahwa setiap
siswa yang berada di dalam suatu kelas, bukan merupakan kertas kosong yang
akan ditulisi. Tetapi masing-masing berbekal pengetahuan, keterampilan-
keterampilan dan motivasi yang berbeda-beda. Sehingga ketika guru akan
menyampaikan suatu materi pelajaran dalam kelas yang beragam
pengetahuannya, kemungkinan ada beberapa siswa yang tidak memiliki
keterampilan-keterampilan persyaratan untuk mempelajari materi pelajaran
tersebut. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
orang lain. Menurut Noor Fatirul (2008 :35) ada lima langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan yaitu :
1 Setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjuk
pasangannya atau siswa melakukan prosedur teknik mencari pasangan).
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
2 Kemudian guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas tersebut
dengan pasangannya.
3 Setelah selesai mengerjakan tugas, setiap pasangan bergabung dengan
satu pasangan yang lain
4 Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan Masing-masing pasangan
yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban
mereka.
5 Temuan yang baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semua.
B. Kerangka Pikir
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, maka harus berusaha
meningkatkan aktivitas, minat, motivasi, serta perhatian siswa dalam belajar.
Permasalahan yang timbul bahwa telah berbagai macam model pembelajaran
diterapakan dalam kegiatan belajar mengajar, namun upaya tersebut belum
sepenuhnya dapat membawa peserta didik ke arah belajar yang bermakna.
Fenomena yang terjadi selama ini bahwa minat siswa terhadap mata
pelajaran fisika sangat kecil. Hal ini disebabkan karena siswa menganggap
bahwa fisika sebagai mata pelajaran yang susah untuk dipahami yang akan
berimbas terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Keadaan tersebut harus
diperbaiki dengan cara memperbaharui proses belajar mengajar baik dari segi
penyediaan media yang tepat maupun penggunaan metode pembelajaran yang
relevan dengan kondisi sekarang ini sehingga siswa dapat merasa senang
mengikuti pelajaran.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Dengan penerapan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan
dengan membentuk beberapa pasangan kelompok dalam satu kelas dan
memudahkan belajar, kerjasama, saling memberi dan menerima pendapat
secara terbuka, menyelesaikan masalah yang ditemukan bersama-sama.
Dengan model ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
mengembangkan potensi yang dimiliki, serta dapat menimbulkan minat siswa
sehingga sifat pasif dari siswa dapat teratasi dan siswa akan aktif belajar juga
dapat mendorong siswa untuk berinteraksi dengan kelompok lainnya dan
saling bekerja sama untuk memecahkan masalah bersama sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar terhadap materi yang akan diajarkan. Akhirnya
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan hasil yang
memuaskan.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoretik yang telah diberikan di atas maka
hipotesis tindakan penelitian ini sebagai jawaban dari permasalahan yang
diajukan adalah “jika pada proses pembelajaran fisika digunakan model
pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan maka hasil belajar fisika
siswa kelas Kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar dapat meningkat”.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Variabel Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research)
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII4 SMP
Negeri 24 Makassar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif
teknik bertukar pasangan.
2. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini hanya terdiri atas dua variabel yakni hasil belajar fisika
siswa dan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.
B. Definisi Operasional Variabel.
Untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian serta untuk menghindari
beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan definisi
operasional sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan adalah model
pembelajaran dimana setiap siswa mendapat pasangan kemudian
mendapat tugas dan dikerjakan dengan pasangannya. Selanjutnya
setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain kemudian
masing-masing pasangan yang baru saling menanyakan dan
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
mengukuhkan jawaban mereka. Temuan baru yang didapat dari
pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
2. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
penguasaan materi fisika yang sudah dipelajari atau diajarkan dalam
kurun waktu tertentu. Tingkat penguasaan tercermin dari skor yang
dicapai siswa dari jawaban tes hasil belajar fisika yang mencakup
materi yang diajarkan.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 24 Makassar. Subjek penelitian ini
adalah siswa pada satu kelas yaitu Kelas VII4 pada semester ganjil tahun
ajaran 2009/2010 dan peneliti sebagai guru fisika di kelas tersebut.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.
Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan sedangkan siklus II
dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Kegiatan-kegiatan pada siklus II
merupakan perbaikan dari siklus I jika masih terdapat sesuatu yang tidak
diharapkan.
Rancangan penelitian ini mengikuti model Kemmis dan McTaggart
(1989) yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu (1) rencana, (2)
tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Model ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Siklus I
Siklus II
Melaksanakan Tindakan I
Melaksanakan Tindakan II
Masalah Utama Persiapan
Pelaporan Hasil
Merencanakan Tindakan I
MerencanakanTindakan II
Observasi &Refleksi
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan
dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Gambaran Kegiatan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan atau 6 jam
pelajaran dengan alokasi waktu 6 x 40 menit. Prosedur kegiatan siklus I dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Tahap perencanaan tindakan dalam siklus I, peneliti melakukan kegiatan
sebagai berikut :
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Sumber : Kemmis & Mc Taggart (Wibawa,B, dalam Rusman Rasyid 2009 : 24)
Observasi &Refleksi
1. Menelaah materi pelajaran fisika kelas VII SMP semester ganjil agar dapat
diketahui materi apa yang akan diajarkan.
2. Menentukan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus I
melalui model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.
3. Peneliti melaksanakan diskusi awal dengan guru mata pelajaran fisika
lainnya di lokasi penelitian,untuk membahas materi yang akan diajarkan
dalam penelitian.
4. Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajar-mengajar
berlangsung dalam penelitian ini.
5. Mengembangkan alat bantu pengajaran (media pembelajaran) yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.
6. Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
7. Merancang dan membuat soal, baik soal latihan di kelas, soal tugas
pekerjaan rumah, dan LKS (lembar kerja siswa).
8. Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar fisika siswa
setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
bertukar pasangan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 3 kali pertemuan,
lama waktu setiap pertemuan (tatap muka) adalah 2 x 40 menit. Secara umum,
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
tindakan yang dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan pembelajaran) pada
siklus I ini adalah sebagai berikut :
a. Guru memberikan motivasi kepada siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat.
c. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara berpasangan.
d. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok dan mengerjakan soal
yang ada pada LKS dengan mendiskusikan jawabannya dengan
pasangannya.
e. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain.
Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling menanyakan
dan mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran
pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
f. Selama proses kerja kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap diawasi
dan diberi bimbingan secara langsung kepada kelompok yang mengalami
kesulitan dan mengobservasi tindakan yang dilaksanakan dengan
menggunakan lembar observasi atau pengamatan.
g. Kelompok menetapkan jawabannya yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap pasangannya mengetahui jawaban tersebut.
h. Guru memanggil salah satu pasangan untuk mempersentasekan jawaban
LKSnya. Selanjutnya, kelompok lain menanggapi jawaban yang diajukan
kelompok tersebut.
i. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
j. Guru memberikan skor terhadap hasil laporan setiap anggota kelompok
dan memberikan penghargaan kepada setiap anggota kelompok dengan
presentase terbaik.
c. Tahap Observasi (Obesvation)
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Selain itu,
memberikan evaluasi tes hasil belajar setelah 3 kali pertemuan pada siklus I
yang telah disediakan. Jenis tes berupa pilihan ganda yang terdiri atas item 20
soal yang mewakili seluruh materi yang telah dibahas. Menganalisis data hasil
observasi dan tes untuk mengetahui skor akhir yang diperoleh siswa setelah
mengikuti beberapa kali pertemuan dengan model pembelajaran kooperatif
teknik bertukar pasangan.
d. Tahap Refleksi (Reflection)
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam
tahap ini, demikian pula dengan evaluasinya.
Pada tahap ini dilakukan refleksi atau menelaah kembali penelitian ini
berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran
berlangsung. Melibatkan siswa dalam penelitian dengan meminta tanggapan
mereka mengenai proses pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal apa yang
menurut mereka perlu ditingkatkan, baik segi model pembelajaran yang
digunakan maupun teknik penyajian informasi yang dilakukan oleh peneliti.
Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan observer yakni
rekan-rekan guru mata pelajaran fisika. Dari hasil diskusi yang diperoleh,
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat sejauh mana faktor-faktor yang
diselidiki pada data observasi telah tercapai. Hal-hal yang yang masih belum
berhasil pada siklus ini akan ditindak lanjuti pada siklus II dan hal-hal yang
sudah dianggap benar dipertahankan.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan observasi dikumpulkan serta
dianalisis. Adapun yang menjadi refleksi pada siklus I adalah:
a. Mengkoordinasikan kelompok sebelum pembelajaran dimulai.
b. Pemberian tugas rumah kepada siswa berupa membuat ringkasan diakhir
pembelajaran.
c. Menekankan kepada siswa untuk mencatat materi yang diberikan dan
memotivasi siswa dengan pemberian penghargaan kepada kelompok atau
pasangan.
Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan
siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan tindakan
1) Mempersiapkan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus
II melalui model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.
2) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang akan digunakan selama proses belajar-
mengajar berlangsung dalam penelitian ini.
3) Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
4) Merancang dan membuat soal, baik soal latihan di kelas, soal tugas
pekerjaan rumah, dan LKS (lembar kerja siswa).
5) Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar fisika siswa
setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik bertukar pasangan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, pelaksanaannya hampir sama pada
pelaksanaan tindakan pada siklus I. namun, pada pelaksanan tindakan II ada
beberapa aspek yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada siklus
I antara lain : guru mengkoordinasikan masing-masing kelompok sebelum
pembelajaran dimulai, guru memberikan tugas berupa membuat ringkasan diakhir
pembelajaran, guru lebih aktif mengontrol dan membimbing kelompok belajar
dan guru memberikan penghargaan bagi kelompok terbaik pada tiap akhir
pembelajaran.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan pada
akhir siklus II diberikan evaluasi untuk mengetahui terjadinya peningkatan hasil
belajar dari siklus I.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi menunjukkan bahwa pada
siklus II telah mencapai indiktaor keberhasilan,dimana hasil refleksi dari siklus I
mengalami peningkatan pada siklus II sehingga penelitian in tidak dilanjutkan
lagi.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
E. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
data tentang hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dengan menggunakan tes
hasil belajar pada setiap akhir siklus. Untuk data mengenai keaktifan dan
kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar akan diambil pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisis secara kualitatif.
Sedangkan data hasil belajar fisika siswa dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan statistik deskriptif yang meliputi skor rata-rata, presentase, stándar
deviasi,nilai minimum dan nilai maksimun yang dicapai setiap siklus.
Menurut Sudjana (2005) análisis kuntitatif dapat digunakan teknik
kategorisasi dengan berpedoman pada skala 1-100 dengan tabel dibawah ini :
Interval Nilai Kualifikasi
90-100
75-89
55-74
40-45
0-39
Tinggi sekali
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor
rata-rata hasil belajar fisika dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Perlakuan
dianggap berhasil bila 80% siswa mencapai skor minimal 66 dari hasil tes belajar
yang dicapai.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini data yang diperoleh di analisis dan di bahas. Data tentang hasil
belajar di analisis secara kuantitatif berupa presentase tingkat penguasaan dari
materi yang diajarkan kepada siswa. Sedangkan data tentang aktivitas siswa
dianalisis secara kualitatif.
A. Hasil Penelitian
Analisis tes hasil belajar fisika dan analisis dari masing-masing pelaksanaan
tindakan pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pelaksaan Tindakan Siklus I.
Data hasil kegiatan pembelajaran untuk materi suhu yang dianalisis dengan
statistik deskriptif. Gambaran hasil belajar siswa seperti pada table di bawah
ini :
Tabel 4.1 Statistik deskriptif nilai hasil belajar fisika siswa kelas VII4
SMP Negeri 24 Makassar siklus I
Statistik Nilai StatistikUkuran sampel 30Nilai ideal 100Nilai Tertinggi 80Nilai Terendah 20Nilai rata-rata 60,17Standar deviasi 14,77
Secara umum, pada siklus pertama diperoleh bahwa penguasaan siswa
terhadap materi yang disajikan belum maksimal. Hal ini terlihat dari 30 orang
siswa mengikuti tes belajar fisika, diperoleh skor rata-rata hasil belajar fisika
siswa adalah 60,17 dari skor yang mungkin dicapai oleh siswa, dengan skor
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
tertinggi yang dicapai adalah 80 sedangkan skor terendah adalah 20. Data hasil
belajar fisika siswa SMPN 24 Makassar pada siklus pertama secara rinci dapat
dilihat pada lampiran
Apabila skor hasil belajar fisika yang telah dicapai dikelompokkan ke
dalam lima kategori, maka diperoleh gambaran hasil belajar sebagai berikut:
Tabel: 4.2; Distribusi frekuensi, persentase dan kategori skor hasil belajar siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada Siklus I
No Skor Kategori frekuensi Persentase (%)
1 90-100 Tinggi sekali 0 0
2 75-89 Tinggi 6 20
3 55-74 Sedang 17 56,67
4 40-45 Rendah 5 16,67
5 0-39 Sangat rendah 2 6,66
Jumlah 30 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar fisika siswa yang termasuk
kategori sangat rendah 6,66% dan rendah 16,67%, sedangkan untuk kategori
sedang 56,67% dan kategori tinggi hanya 20%. Hal ini berarti bahwa penyebaran
skor yang diperoleh siswa kelas VII.4 merata dengan selisih perbedaan antara skor
tertinggi dan skor terendah tidak terlalu besar. Jika dilihat dari persen tingkat
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan pada siklus pertama maka
jumlah siswa yang tuntas pada kelas VII.4 hanya sembilan siswa.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Apabila hasil tes siswa pada siklus pertama dianalisis berdasarkan
indikator keberhasilan maka diperoleh hasil seperti yang akan ditampilkan pada
tabel 4.3 berikut:
Tabel:4.3; Distribusi, frekuensi dan persentase kategori ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 65 Tidak tuntas 21 70
66-100 Tuntas 9 30
Jumlah 30 100
Dari tabel diatas diperoleh jumlah siswa yang tuntas hanya sembilan orang (30%)
dan siswa yang tidak tuntas 21 orang (70%). Hal tersebut belum mencapai kreteria
indikator keberhasilan tindakan. Oleh karena itu kegiatan ini masih perlu
dilanjutkan dengan mengadakan perbaikan-perbaikan tertentu dalam pelaksanaan
proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data dalam pelaksanaan
pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran,
agar siswa dapat belajar dengan baik. Perbaikan yang dimaksud adalah :
1. Setiap siswa bergabung dengan kelompoknya (pasangannya) sebelum
pembelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengefesienkan waktu dalam
proses pembelajaran.
2. Pemberian tugas rumah kepada siswa diakhir pembelajaran berupa membuat
ringkasan yang bertujuan agar siswa lebih menguasai dan memahami materi
yang telah diajarakan
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
3. Memotivasi siswa dengan cara memberikan pujian dan penilaian yang tinggi
bagi kelompok yang berani bertanya dan mempersentasikan jawaban hasil
diskusinya.
b) Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pelaksaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar
fisika siswa kelas VII.4 SMPN 24 Makassar adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Statistik deskriptif nilai hasil belajar fisika siswa kelas VII4
SMP Negeri 24 Makassar pada siklus II
Statistik Nilai StatistikUkuran sampel 30Nilai ideal 100Nilai Tertinggi 90Nilai Terendah 40Nilai rata-rata 70,83Standar deviasi 12,94
Data hasil belajar fisika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik bertukar pasangan siswa pada siklus II secara rinci dapat dilihat pada
lampiran
Apabila skor hasil belajar fisika yang telah dicapai dikelompokkan ke
dalam lima kategori, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel.4.5; Distribusi frekuensi, persentase dan kategori skor hasil belajar siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada Siklus II
No Skor Kategori frekuensi Persentase (%)
1 90-100 Tinggi sekali 2 6,67
2 75-89 Tinggi 9 20
3 55-74 Sedang 18 60
4 40-54 Rendah 4 13,33
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
5 0-39 Sangat rendah 0 0
Jumlah 30 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa secara umum penguasaan materi
terhadap materi yang disajikan mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari
persentase untuk kategori sangat rendah 0% dan rendah 13,33% sudah berkurang.
Sedangkan untuk kategori sedang tetap, akan tetapi kategori tinggi dan sangat
tinggi mengalami peningkatan.
Tabel.4.6; Distribusi, frekuensi dan persentase kategori ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 65 Tidak tuntas 6 20
66– 100 Tuntas 24 80
Jumlah 30 100
3. Pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran dan penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan.
a. Pelaksanaan Siklus I
Hasil analisis data pembelajaran yang meliputi kegiatan siswa dan guru
dijabarkan dalam tabel berikut ini :
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Tabel.4.9; Hasil observasi aktivitas siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus I
No
.Kategori Aktivitas Siswa
Siklus I
I II Rerata % Ket.
1. Siswa yang memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
18 24 21 70
2. Siswa yang memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru.
20 20 20 60
3. Siswa yang membaca LKS dan aktif terlibat dalam mengerjakan LKS
20 21 20,5 21
4. Siswa yang menjawab semua soal yang diberikan oleh guru yang tertera pada LKS
18 14 16 55,3
5 Siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya
16 18 17 56,67
6. Siswa yang mengajukan pendapat atau tanggapan pada saat berdiskusi
10 1110,5 35
7. Siswa yang melakukan aktivitas lain dalam proses pembelajaran
9 9 9 30
Tabel.4.10; Hasil observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran pada siklus I
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
N
OKegiatan Yang Diamati
Pertemuan I Pertemuan II
Bai
k
Cukup
baik
Kurang
baik
Baik Cukup
baik
Kurang
baik
1 Kegiatan pendahuluan Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada siswa
Guru memberikan motivasi awal pada siswa
√
√
√
√
2. Kegiatan inti Guru
mengorganisasikan siswa dalam bentuk kelompok
Guru menjelaskan materi secara singkat
Guru membagikan LKS pada setiap kelompok
Guru memantau setiap kelompok dalam mengerjakan LKS
Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menanggapi hasil persentase kelompok lain
Guru meluruskan pendapat yang berbada.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3. Kegiatan penutup Guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik
Guru memberikan tugas rumah pada siswa
√
√
√
√
4. Kegiatan pengelolaan kelas Posisi guru (di
depan, di tengah, di belakang)
Suara dapat didengar oleh semua siswa dalam kelas
Cara penyampaian materi (dapat dimengerti oleh siswa)
Dapat membuat suasana kelas nyaman
√
√
√
√
√
√
√
√
b. Refleksi Pelaksanaan siklus I
1. Perilaku siswa padat saat proses belajar mengajar
Berdasarkan hasil siklus dari data-data observasi dan hasil tes siklus I
diperoleh masih ada siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran, data
ini diperoleh dari hasil observasi yakni 30% siswa masih melakukan
kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung. Akan tetapi,
motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran cukup tinggi berdasarkan hasil
observasi siswa aktif dalam pembahasan materi sekitar 70%, dan siswa
yang memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru sekitar 60% .
sedangkan siswa yang aktif dalam mengerjakan LKS mengalami
peningkatan sekitar 21%. Akan tetapi siswa yang menjawab semua soal
yang diberikan oleh guru mengalami penurunan pada pertemuan kedua
yaitu hanya sekitar 55,3%. Dari hasil observasi penerapan teknik bertukar
pasangan, siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya sekitar 56,67%,
masih banyak pasangan yang kurang aktif ini disebabkan siswa belum
terbiasa dengan kelompoknya. serta siswa yang mengajukan pertanyaan
saat diberi kesempatan untuk bertanya sekitar 35% pada saat berdiskusi ini
disebabkan siswa masih canggung untuk bertanya dan merasa kurang
percaya diri.
Hasil tes siklus pertama ini dari 30 orang siswa yang mengikuti tes hasil
belajar siklus I diperoleh hasil belajar siswa yang termasuk kategori sangat
rendah 6,66% dan rendah 16,67%. Sedangkan untuk kategori sedang
56,67% dan kategori tinggi hanya 20% masih sangat rendah.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Apabila didasarkan pada indikator keberhasilan maka jumlah siswa
yang tuntas adalah hanya 9 orang (30%) dan siswa yang tidak tuntas 21
orang (70%).
2. Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru.
Pada siklus I peneliti masih memiliki banyak kekurangan, berdasarkan hasil
diskusi dengan observer diperoleh bahwa penelti dalam pertemuan ke-1
dalam kegiatan pendahuluan kategorinya cukup baik, hal ini dilihat dari
siswa orang yang memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran sekitar
70%. Pada kegiatan inti peneliti dalam mengkoordinasikan kelompok juga
dalam kategori cukup baik. Hal ini dilihat dari siswa masih banyak yang
ribut dalam kelas pada saat pembagian kelompok. Dalam pemberian materi
dalam kelas dalam kategori baik. Ini dilihat dari peneliti cukup menguasai
materi dengan baik dan siswa dapat mengerti pelajaran yang diberikan.
Sedangkan dalam kegiatan penutup dalam kategori baik, peneliti selalu
memberikan penghargaan kepada setiap siswa dengan pujian dan sanjungan
sehingga siswa termotivasi untuk lebih bekerjasama dengan kelompoknya.
Sedangkan dalam pengelolaan kelas, posisi peneliti dalam kategori baik.
Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan siklus
beikutnya.
c. Pelaksanaan Siklus II
Tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II ini banyak ditentukan dari
hasil refleksi pada siklus I. Secara umum akan mengulang tindakan pada
siklus I namun disertai dengan solusi dari hambatan-hambatan yang
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
dihadapi pada siklus I. Pada pertemuan pertama memberitahukan tentang
hasil yang diperoleh pada siklus I yang tidak memenuhi indikator
keberhasilan. Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil diskusi antara
peneliti dengan siswa maka diputuskan bahwa tiap sebelum pembelajaran
siswa bergabung dengan kelompoknya. Kemudian peneliti menyampaikan
tujuan pembelajaran kemudian memberikan materi secara singkat.
Selanjutnya membagikan LKS dan membimbing praktikum.kepada setiap
kelompok. Kemudian bertukar pasangan dengan kelompok lain dan
kembali ke kelompok asal untuk mengukuhkan jawaban baru yang
diperoleh. Selanjutnya salah satu dari kelompok mempersentasikan hasil
yang diperolehnya. Diakhir pembelajaran diberikan tugas rumah berupa
membuat ringkasan tentang materi yang telah dipelajari. Pada pertemuan
ini terjadi peningkatan siswa yang aktif bekerjasama dengan pasangannya
Pada pertemuan kedua peneliti tetap menerapkan teknik bertukar
pasangan dengan kelompok yang sama. Pada pertemuan ini siswa
melakukan praktikum, jadi materi yang diberikan cukup singkat. Pada
pertemuan ini siswa lebih aktif dalam bekerjasama dengan pasangannya.
Selain itu siswa yang mengajukan pendapat dan tanggapan meningkat
pada saat salah satu kelompok mempersentasikan jawabannya. Sedangkan
siswa yang melakukan aktivitas lain dalam proses pembelajaran
berkurang. Diakhir pembelajaran guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa, kemudian guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang
telah dipelajari. Selanjutnya guru pun memberikan tugas rumah. Untuk
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
lebih jelasnya data tentang tingkah laku siswa dalam proses belajar
mengajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.4.11; Hasil observasi aktivitas siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar pada siklus II
No
.
Kategori Aktivitas
Siswa
Siklus I
I II Rerata %
1. Siswa yang memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
25 25 25 83,33
2. Siswa yang memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru.
21 23 22 73,33
3. Siswa yang membaca LKS dan aktif terlibat dalam mengerjakan LKS
29 29 29 96,67
4. Siswa yang menjawab semua soal yang diberikan oleh guru yang tertera pada LKS
20 26 23 76,67
5 Siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya
22 26 24 80
6. Siswa yang mengajukan pendapat atau tanggapan pada saat berdiskusi
12 1513,5 45
7. Siswa yang melakukan aktivitas lain dalam proses pembelajaran
6 5 5,5 18,33
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Tabel.4.12; Hasil observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran pada siklus II
N
OKegiatan Yang Diamati
Pertemuan I Pertemuan II
Bai
k
Cukup
baik
Kurang
baik
Baik Cukup
baik
Kurang
baik
1 Kegiatan pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
Guru memberikan motivasi awal pada siswa
√
√
√
√
2
.
Kegiatan inti Guru
mengorganisasikan siswa dalam bentuk kelompok
Guru menjelaskan materi secara singkat
Guru membagikan LKS pada setiap kelompok
Guru memantau setiap kelompok dalam mengerjakan LKS
Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menanggapi hasil persentase kelompok lain
Guru meluruskan pendapat yang berbeda.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
3
.
Kegiatan penutup
Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik
Guru memberikan tugas rumah pada siswa
√
√
√
√
4
.
Kegiatan pengelolaan kelas
Posisi guru (di depan, di tengah, di belakang)
Suara dapat didengar oleh semua siswa dalam kelas
Cara penyampaian materi (dapat dimengerti oleh siswa)
Dapat membuat suasana kelas nyaman
√
√
√
√
√
√
√
√
d. Refleksi Pelaksanaan Siklus II
Adapun hasil dari refleksi tindakan siklus II antara lain:
a. Siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya meningkat.
b. Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan dan pendapat saat
berdiskusi meningkat.
c. Siswa yang melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran
semakin berkurang.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
d. Ketuntasan belajar yang diperoleh oleh kelas VII.4 meningkat dari 30%
menjadi 80% apabila didasarkan pada indikator keberhasilan maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik bertukar pasangan pada siswa telah berhasil meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII4 SMP Negeri 24 Makassar, sehingga tidak
dilakukan lagi siklus berikutnya, akan tetapi siswa yang memiliki nilai
rendah (2 orang) dalam proses belajar mengajar sangat aktif dalam
mengikuti pelajaran, setelah peneliti melakukan wawancara dengan
siswa tersebut diperoleh hasil ternyata pada saat diajarkan siswa
tersebut mengerti dari penjelasan yang telah diberikan oleh peneliti
akan tetapi saat pelajaran berakhir siswa tersebut lupa dengan meteri
yang telah diajarkan dan tiba dirumah siswa tersebut jarang dan
bahkan tidak pernah menyentuh buku pelajaran fisika untuk belajar.
Perubahan Tingkah Laku Siswa
Disamping terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa, selama
berlangsungnya penelitian dari siklus I ke siklus II tercacat sejumlah
perubahan yang terjadi pada proses belajar fisika dalam hal keaktifan
selama mengikuti proses pembelajaran. Perubahan tersebut merupakan
data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan
yang tercatat tiap siklus oleh observer.
Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dilihat dari lembar observasi siswa dari siklus I ke siklus II.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
1. Siswa yang memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran
yang disampaikan oleh guru mengalami peningkatan
2. Untuk komponen siswa yang memperhatikan informasi yang
diberikan oleh guru mengalami peningkatan
3. Meningkatnya jumlah siswa yang aktif terlibat dalam mengerjakan
LKS karena materi yang diberikan cukup jelas.
4. Siswa yang aktif dalam pembahasan materi mengalami
peningkatan pada setiap siklus disebabkan karena adanya buku-
buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, serta siswa
yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis
persentasenya meningkat, juga komponen siswa yang mengajukan
diri untuk mengerjakan soal di papan tulis mengalami peningkatan
pada siklus II dibandingkan siklus I, hal ini berarti bahwa
meningkatnya interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan
guru.
5. Siswa yang aktif berdiskusi dengan pasangannya meningkat hal ini
siswa sudah terbiasa dengan teman sekelompoknya hal ini yang
mendorong kepada setiap siswa untuk saling bekerjasama.
6. Untuk komponen siswa yang bertanya saat diberi kesempatan
untuk bertanya mengalami peningkatan, hal ini rasa percaya diri
siswa untuk bertanya meningkat karena adanya motivasi belajar
yang besar untuk lebih mengetahui materi yang telah diajarkan.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
7. Siswa yang melakukan aktivitas lain selama pembelajaran
mengalami penurunan pada siklus II dibandingkan dengan siklus I
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada siklus I dan siklus II
maka hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang semula memiliki
skor hasil belajar fisika yang berada pada kategori “sedang” dapat
ditingkatkan dengan penerapaan model pembelajaran kooperatif teknik
bertukar pasangan. Peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa seiring
dengan meningkatnya persentase frekuensi siswa yang melakukan aktivitas
dalam proses pembelajaran dan menurunnya jumlah siswa yang melakukan
aktivitas lain pada saat proses pembelajaran.
Menurut kriteria ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan kompetensi
dasar yang berlaku di SMP Negeri 24 Makassar yakni ketuntasan belajar
siswa individual yakni 80% dari 100% yang mungkin dicapai oleh siswa.
Hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar hasil
belajar siswa berkisar 60,17 atau jumlah siswa yang memenuhi KKM masih
sangat sedikit sekitar 30% atau hanya sembilan orang. Sedangkan pada siklus
II, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan
hasil belajar siswa kelas VII.4 mengalami peningkatan, baik untuk skor rata-
rata siswa maupun jumlah siswa yang memenuhi KKM. Skor rata-rata hasil
belajar siswa meningkat dari skor 60,17 pada siklus I menjadi 70,83 pada
siklus II dan jumlah siswa kelas VII.4 yang mencapai standar KKM meningkat
dari 30% pada siklus I menjadi 80% (24 siswa). Berdasarkan data pada siklus
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
II sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil
belajar IPA Fisika siswa yang ditandai oleh ketuntasan belajar siswa kelas
VII4 meningkat dari 30% menjadi 80% atau terjadi peningkatan ketuntasan
belajar sebesar 50%.
Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
bertukar pasangan siswa ini dapat meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa
karena menitikberatkan pada kerja sama siswa dengan siswa maupun siswa
dengan guru atau dengan kata lain meningkatnya interaksi siswa dengan siswa
dan interaksi siswa dengan guru. Hal ini terlihat dari saling memberikan
pendapat antara guru dan siswa maupun siswa dengan pasangannya dalam
pembahasan materi, jenis-jenis tugas yang yang akan dikerjakan sampai pada
membuat kesimpulan pada akhir pembelajaran. Sehingga siswa tahu materi-
materi apa saja yang akan dipelajari, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
selama proses belajar mengajar, jenis-jenis tugas yang akan dikerjakan oleh
siswa. Sehingga hal tersebut dapat memotivasi siswa dan menimbulkan sikap
bertanggung jawab pada diri siswa untuk dapat mempersiapkan diri dalam
mengikuti pelajaran, misalnya mempersiapkan kesimpulan dari ide-ide pokok
materi dan buku-buku referensi untuk materi yang akan dipelajari. Pada
metode ini siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran,
akan tetapi bukan berarti guru sudah tidak lagi memiliki peran dalam proses
pembelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan,
guru dan siswa memiliki tanggung jawab yang sama dalam menyukseskan
proses belajar mengajar. Pada siklus I, pengajaran dengan penerapan model
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan dimulai dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, mengkoordinasikan siswa dalam lima
kelompok besar dan setiap kelompok terdiri dari tiga pasang siswa.,
menjelaskan materi secara singkat, membagikan LKS pada setiap kelompok
dan mengerjakan dengan pasangannya. Setelah selesai mengerjakan tugas,
setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain dan kedua
pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing-masing pasangan yang baru ini
kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. Temuan
yang baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada pasangan semula. Dari hasil tes belajar pada siklus I diperoleh hasil
yang rendah, maka untuk memperbaiki hasil tersebut maka pada siklus II
dilakukan perbaikan di antaranya setiap kelompok bergabung dengan
kelompoknya sebelum pembelajaran dimulai, dimana pemberian tugas
disetiap akhir pembelajaran jenis tugas yang akan diberikan didiskusikan
dengan sebaiknya-baiknya termasuk kekurangan dan masalah-masalah yang
muncul pada siklus I, dan selanjutnya hasil belajar pada siklus II meningkat
begitu pula dengan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran pada siklus II
meningkat dan siswa yang melakukan aktivitas lain dalam proses belajar
mengajar frekuensinya berkurang dibandingkan dengan siklus I.
Peningkatan tersebut disebabkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan berupa: (1). Setiap siswa
bergabung dengan pasangannya masing-masing sebelum pembelajaran
dimulai. (2). Pemberian bimbingan kepada siswa baik perorangan maupun
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
berpasangan yang mengalami kesulitan dilakukan sesering mungkin. (3).
memberikan penghargaan kepada setiap siswa dengan pujian dan sanjungan
sehingga siswa termotivasi untuk lebih bekerjasama dengan kelompoknya. (4).
Memberikan tugas rumah berupa membuat ringkasan diakhir pembelajaran.
Dari siklus I dan siklus II berdasarkan analisis observasi menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
dari siklus I ke siklus II, mereka lebih antusias dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan mengakibatkan meningkatnya
hasil belajar siswa kelas VII.4 SMP Negeri 24 Makassar. Skor belajar hasil tes
IPA Fisika meningkat sebesar 50%. Berdasarkan analisis data secara
kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
bertukar pasangan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII.4
SMP Negeri 24 Makassar.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan siswa yang
menitikberatkan pada kerja sama antar siswa dan interaksi siswa dengan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA
Fisika siswa kelas VII.4 SMP Negeri 24 Makassar.
B. SARAN
Untuk meningkatkan hasil belajar fisika di SMP Negeri 24 Makassar maka
disarankan:
1. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran dalam
lingkungan sekolah.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan lebih lanjut
model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan siswa yang
semula menekankan pada kerja sama antara siswa dan interaksi siswa
dengan guru dalam pembelajaran. untuk dimodifikasi untuk memperoleh
hasil belajar siswa yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1987, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, PT. Sinar Baru Algesindo: Bandung
Arikunto, S. 2001, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi aksara : Jakarta
Darna, S. 2005, Meningkatkan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa kelas VII SMP Negeri 26 Makassar. Skripsi FMIPA. Universitas Negeri Makassar.
E. Bell Gredler, Margaret. 1994. Belajar dan Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Haling, Abdul. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Universitas Negeri Makassar : Makassar
Natsir, Muh. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika, Universitas Negeri Makassar : Makassar
Noor Fatirul, Ahmad. 2008. Cooperative Learning, [email protected]. Diakses pada tanggal 18 Februari 2009
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Syamsuddin Abin, 2005. Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
Syarifuddin. 2007. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Biologi siswa SMP Negeri 6 Enrekang.Skripsi FMIPA. Universitas Negeri Makassar.
Pasaribu, 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Tarsito.
Rasyid, R.2008. Peningkatan Hasil Belajar Geografi melalui Model Pembelajaran Konstrutivisme pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 1 Duampanua.Skripsi FMIPA.Universitas Negeri Makassar.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta : Jakarta
Sudjana, n. 2005. Penilaiaan Hasil Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
Subrata, Heru. 2008. Cooperative Learning. www.google.com. Diakses pada tanggal 29 Januari 2009.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. PT. Rineka cipta: Jakarta
Zainal Aqib.2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Yrama Widya: Bandung.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
SEKOLAH : SMP NEGERI 24 MAKASSAR
KELAS/SEMESTER : VII(TUJUH)/I
MATA PELAJARAN : IPA FISIKA
Standar Kompetensi
1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda dalam
menggunakan peralatan.
Kompetensi Dasar
1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya
Indikator
1. Menjelaskan pengertian suhu dan alat ukur suhu yang digunakan
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta Didik dapat :
1. Menjelaskan pengertian suhu
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
2. Menjelaskan bagian-bagian thermometer
3. Menyebutkan jenis-jenis thermometer
B. Materi Pembelajaran
- Pengertian suhu
- Alat ukur suhu
- Jenis-jenis termometer
C. Metode Pembelajaran :
Model :
Cooperative Learning
Teknik
- Bertukar Pasangan
D. Langkah-langkah Kegiatan
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
b. Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan awal :
“ Apakah hubungan suhu dengan panas atau dingin ?”
“ Alat apakah yang dipakai untuk mengukur bila suhu tubuhmu terasa
panas ? “
2. Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat tentang
pengertian suhu, alat ukur suhu dan jenis-jenis thermometer.
b. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok besar, dimana setiap
kelompok terdiri atas 6 orang secara heterogen.
c. Guru membagi siswa secara berpasangan, dimana setiap kelompok
terdiri dari tiga pasangan siswa.
d. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan mengerjakan soal
yang ada pada LKS dengan mendiskusikan jawabannya dengan
pasangannya.
e. Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain
dalam kelompoknya sendiri. Kedua pasangan tersebut bertukar
pasangan kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban.
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
f. Guru memanggil satu pasangan dari salah kelompok untuk
mempersentasikan jawaban LKS-nya. Selanjutnya, kelompok lain
menanggapi jawaban yang diajukan kelompok tersebut.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b. Guru memberikan penghargaan kepada pasangan yang memiliki
kinerja yang baik.
c. Guru member tugas rumah untuk mencari informasi mengenai macam-
macam termometer.
E. Sumber Belajar
1. Mikrajuddin Abdullah, 2007. IPA FiSIKA 1 SMP dan MTS Untuk Kelas VII
(ESIS) halaman 25-30.
2. Akhmad Manna, S.Si dkk. 2006. IPA Fisika kelas VII(Intan Pariwara)
halaman 28-30.
F. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian
- Tes tertulis
2. Bentuk Instrumen :
- Isian dan PG.
3. Contoh Instrumen
- Instrumen isian
Mengapa tangan manusia tidak dapat dijadikan alat ukur suhu, padahal
tangan dapat membedakan panas dan dingin.
- Instrumen Pilihan Ganda
Besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat adalah……….
a. Kalor c. Suhu
b. Intensitas panas d. Koefisien Muai
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar
52 FMIPA Universitas Negeri Makassar