contoh proposal skripsi.docx
-
Upload
leaf-heart -
Category
Documents
-
view
314 -
download
9
description
Transcript of contoh proposal skripsi.docx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangSecara umum pengajaran bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan ditujukan untuk membina dan mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia siswa. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dengan demikian, output yang diharapkan dimiliki siswa pembelajaran bahasa Indonesia adalah terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam level komunikasi. Dari keempat keterampilan itu, salah satunya adalah berbicara. Di dalam keterampilan berbicara terdapat materi mengenai menanggapi isi ringkasan berita, artikel, dan buku yang disampaikan oleh peserta diskusi, peneliti memfokuskan menanggapi pada isi berita bertema pendidikan, lingkungan, dan budaya pada Koran Harian Kompas.
Selama melaksanakan kegiatan PPL-T, peneliti mengamati kemampuan siswa dalam
menanggapi isi berita masih kurang. Banyak faktor yang mungkin menyebabkan hal itu, di
antaranya siswa kurang tertarik akan materi tersebut. Kekurangtertarikan itu dapat diakibatkan
oleh manfaat menanggapi isi berita belum diketahui siswa. Untuk memberikan pengalaman yang
berarti bagi siswa dalam mempelajari materi menanggapi isi berita sebaiknya dilakukan dengan
model pembelajaran yang tepat, menanggapi dengan baik terhadap isi berita membuat siswa
lebih memiliki wawasan luas, dan lebih berani mengungkapkan pendapat serta kritik terhadap isi
berita yang dibaca. Menanggapi berarti seseorang itu mengungkapkan ide/gagasan, pendapat,
persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan lain-lain.
Menanggapi dengan baik terhadap isi berita tentu tidak begitu saja diperoleh siswa.
Diperlukan proses belajar dengan model pembelajaran yang tepat. Dewasa ini, ada banyak model
pembelajaran, salah satunya model pembelajaran Discussion Starter Story (DSS). Berdasarkan
pengetahuan peneliti, pembelajaran model Discussion Starter Story (DSS) belum pernah
digunakan dalam pemahaman isi berita. Oleh karena itu, peneliti mencoba meneliti keefektifan
model Discussion Starter Story (DSS) dalam peningkatan kemampuan menanggapi isi berita
dengan mengangkat judul “Efektivitas Pembelajaran Model Discussion Starter Story (DSS)
Terhadap Kemampuan Menanggapi Isi Berita Koran Harian Kompas oleh Siswa Kelas X
SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010”
B. Identifikasi MasalahTujuan diterapkan identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan semakin terarah.
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia pada pembelajaran menanggapi isi berita.
2. Metode pembelajaran yang dilakukan selama ini masih kurang inovatif.
3. Efektifkah model Discussion Starter Story terhadap kemampuan menanggapi isi berita
dibandingkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
C. Pembatasan Masalah
Pada identifikasi masalah sudah disebutkan hal-hal yang akan diteliti, tetapi pembatasan masalah
masih sangat perlu. Oleh karena itu, penulis membatasi penelitian ini pada seberapa besar
peningkatan kemampuan menanggapi isi berita koran harian Kompas siswa kelas X SMA Santo
Thomas 3 Medan dengan pembelajaran model Discussion Starter Story (DSS) bila dibandingkan
Numbered Head Together (NHT)
D. Rumusan MasalahAdapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan model
Numbered Head Together (NHT) siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun
Pembelajaran 2009/2010?
2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menaggapi isi berita dengan menggunakan model
Discussion Starter Story siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran
2009/2010?
3. Keefektivan kemampuan menanggapi isi berita antara model Discussion Starter Story dengan
Numbered Head Together terhadap kemampuan menanggapi isi berita oleh siswa kelas X SMA
Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan Numbered Head
Together (NHT) siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan model Discussion
Starter Story siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
3. Untuk mengetahui keefektivan metode diantara model Discussion Starter Story dengan model
Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan menanggapi isi berita siswa kelas X
SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
F. Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai bahan informasi kepada calon guru atau guru bidang studi Bahasa Indonesia tentang
bagaimana cara menggunakan pembelajaran model Discussion Starter Story.
2. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis danpembaca tentang permasalahan
penelitian ini.
3. Sebagai bahan masukan kepada peneliti lain yang melakukan penelitian yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian ini.
BAB IILANDASAN TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIANA. Landasan Teoretis
Dalam kegiatan penelitian, kerangka teoretis memuat sejumlah teori yang berkaitan
dengan judul penelitian. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik
acuan bagi uraian mengenai hal-hal yang diteliti.
1. Hakikat Kemampuan Menanggapi Isi Berita Pada Koran
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu”. Dalam bahasa Inggris kemampuan adalah
“ability”. Selanjutnya Tarigan (1985:1) mengemukakan:
“Kompetensi atau kemampuan diartikan sebagai pengetahuan yang dipunyai pemakai bahasa tentang bahasanya dan nilai-nilai yang merupakan objek penting. Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh individu secara tidak sadar, secara diam-diam, secara instrinsik, intuisif dan terbatas.”
Selanjutnya, Kamisa (1997:623) menyatakan, “Kemampuan dapat didefinisikan sebagai
keterampilan yang memerlukan kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan, dan disertai
dengan tingkat latihan yang terus-menerus.”
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan diartikan sebagai
kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu hal berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki oleh individu secara diam-diam, secara instrinsik, intuitif, dan terbatas.
b. Pengertian Menanggapi
Winarso (2005:107) mengatakan, “Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seseorang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman-pengalaman atau peristiwa yang diperolehnya
dari lingkungan akan menghasilkan tanggapan yang berbeda-beda terhadap objek yang
dilihatnya.”
Menurut Suryabrata (2003:94), “Tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah
melakukan pengamatan.” Sementara itu Sarlito (1986:34) berpendapat bahwa “Tanggapan
adalah suatu proses di mana seseorang sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui
segenap pancaindera yang dimiliknya, yang mampu memberikan pandangan terhadap objek yang
dilihat, diamat, atau dirasakannya.” Selanjutnya secara singkat Nasution (1993:64) mengatakan,
“tanggapan adalah kesan-kesan yang tercipta dalam jiwa seseorang setelah melakukan suatu
proses pengamatan.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan adalah kesan-kesan yang
timbul sebagai hasil pengamata. Ini bermakna bahwa proses terjadinya tanggapan harus diawali
oleh pengamatan, selanjutnya dari pengamatan tersebut menghasilkan kesan tersendiri bagi yang
mengamati. Dengan demikian, menanggapi berarti seseorang harus mengetahui dan memahami
apa isi berita yang dibacanya.
c. Isi Berita Koran
Tampubolon (1987:195) mengemukakan “Isi berita surat kabar terbagi kepada lima yaitu berita,
opini, iklan, pemberitahuan dan fiksi.” Sesuai dengan pembatasan masalah, yang dikaji dalam
teoretis ini adalah isi berita, bukan opini, iklan, pemberitahuan, atau fiksi. Berita adalah laporan
yang benar pada waktunya tentang peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Menurut Effendy (2005:154) mengemukakan,“Ciri-ciri berita surat kabar adalah publisitas, universalitas, dan aktualitas. Publisitas ialah surat kabar diperuntukkan untuk umum, karenanya isi berita harus menyangkut kepentingan umum, bukan untuk golongan tertentu. Universalitas maksudnya adalah isi berita surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian–kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Sedangkan aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Masyarakat umumnya lebih menyenangi berita yang terbaru (terkini) daripada berita berita yang sudah pernah didengarnya.”
Selanjutnya, Effendy (2005:155) mengatakan:“Ditinjau dari isi, maka bobot isi berita surat kabar mencakup 5W + 1H (what = apa, who = siapa, where = dimana, when = kapan, why = mengapa, dan how = bagaimana). Hal ini disebabkan isi berita dapat diketahui dan dipahami oleh pembaca jika mengandung keenam unsur tersebut.
Hilang dari salah satu unsur tersebut, mengindikasikan bahwa isi berita yang disajikan tidak lengkap dan tidak berbobot, sebab pembaca tidak mengetahui dan memahami isi berita dengan benar. Misalnya isi berita menceritakan bencana alam, namun dalam berita surat kabar tidak disebutkan di mana terjadi (where), maka isi berita terkesan ngambang.
Berikut ini akan dijelaskan unsur-unsur berita surat kabar satu per satu.a. What
What artinya apa. Kata “apa” dimaksudkan adalah setelah membaca berita surat kabar, siswa
mengetahui apa yang diceritakan pada berita tersebut. Misalnya isi berita bercerita tentang
peristiwa erosi, maka yang ditekankan pada berita persoalan apa saja yang dibicarakan dalam
peristiwa tersebut.
b. Who
Who berarti siapa, yakni siapa yang menjadi palaku erosi dari berita tersebut. Jika isi berita
mengetengahkan penebangan hutan dan siapa yang menanggung akibatnya kelak.
c. Why
Why artinya mengapa. Kata “mengapa” dimaksudkan adalah bahwa isi berita harus mampu
menceritakan mengapa peristiwa erosi bisa terjadi. Pada berita tentang penebangan hutan, maka
yang dituntut kepada pembaca adalah mengapa peristiwa penebangan itu bisa terjadi.
d. Where
Where artinya dimana. Pada unsur ini yang ditekankan pada isi berita adalah menceritakan
dimana peristiwa terjadi.
e. When
When artinya kapan. Pada unsur ini yang ditekankan pada isi berita adalah menceritakan kapan peristiwa itu terjadi.
f. How
How artinya bagaimana, yakni bagaimana peristiwa itu terjadi. Pada unsur ini yang ditekankan
dari surat kabar adalah memberitahukan secara kronologis suatu peristiwa berlangsung dengan
bahasa singkat dan padat.
Menurut Winarso (2005:110), “Dalam menyampaikan isi berita kepada masyarakat, maka
redaktur surat tidak hanya menceritakan isi pokoknya saja, melainkan juga harus dibarengi
dengan keterangan-keterangan pendukung, sehingga pembaca dapat memahami isi berita secara
keseluruhan.” Dalam konteks wacana hal ini disebut ide pokok dan ide pendukung. Ide pokok
berarti unsur utama yang harus ditonjolkan pada isi berita, sedangkan ide pendukung adalah
gagasan-gagasan yang sifatnya menguatkan atau membuat isi berita menjadi lebih menarik.
Ide yang disampaikan redaktur surat kabar dapat ditangkap oleh pembaca. Jika dalam tulisan
menggunakan ide pokok dan ide pendukung/penunjang, maka pembaca pun harus mengetahui
mana ide pokok dan ide pendukung dari isi berita yang dibacanya. Pembaca yang baik adalah
pembaca yang mengetahui ide pokok dan ide pendukung seperti yang dimaksudkan oleh penulis,
sehingga ada kesepahaman maksud antara penulis dengan pembaca.
Sebuah berita yang disajikan secara tertulis tanpa dibarengi dengan ide pendukung maka isi
berita akan ditinggalkan pembaca. Ide pokok dan ide pendukung adalah ibarat kebutuhan
manusia sehari-hari. Manusia hidup memerlukan kebutuhan pokok, namun di samping itu
manusia berusaha mencari kebutuhan-kebutuhan pendamping (kebutuhan sekunder) sehingga
hidup menjadi lebih sempurna. Demikian halnya dengan isi berita, di mana ide pokok harus
dibarengi dengan ide pendukung. Baik tidaknya kualitas isi berita dari surat kabar banyak
ditentukan oleh kemampuan redaktur untuk meletakkan ide pokok dengan ide pendukung secara
tepat pada berita yang ditulisnya.
Setelah diketahui pengertian kemampuan, menanggapi dan isi berita dapat disimpulkan
bahwa kemampuan menanggapi isi berita koran adalah kesanggupan siswa memberikan
penilaian terhadap isi berita setelah melakukan kegiatan belajar meliputi tanggapan terhadap ide
pokok dan ide pendukung dari isi berita.
2. Hakikat Teknik Cerita Pemula Diskusi (Discussion Starter Story)
a. Pengertian Discussion Starter Story
Sudjana (2001:119) mengemukakan bahwa Discussion Starter Story adalah teknik pemecahan
masalah tentang situasi kehidupan yang khusus seperti ruang lingkup masalah, dan issu yang
nyata. Teknik ini memberikan informasi tentang kasus tertentu kepada para peserta didik
sehingga dengan informasi tersebut mereka dapat mengenal, memahami dan menganalisis kasus
itu secara mendalam. Dengan studi kasus dapat ditemukan berbagai alternatif pemecahan
masalah tersebut. Bahan belajar dapat diangkat dari bahan bacaan atau dari pengalaman langsung
di lapangan. Kasus itu dapat disajikan secara lisan atau rekaman suatu kejadian. Isinya
menggambarkan apa masalahnya, siapa yang terlibat, di mana, kapan, mengapa masalah itu
timbul, dan bagaimana kemungkinan pemecahannya.
Langkah-langkah penggunaan
Langkah-langkah penggunaan teknik cerita pemula diskusi menurut Sudjana (2001:119) adalah
sebagai berikut:
1. Pendidik, mugkin bersama peserta didik, menyiapkan bahan belajar yaitu suatu kasus yang
sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan.
2. Pendidik memberi penjelasan tentang:
Kegiatan apa yang harus dilakukan oleh para peserta didik, misalnya mereka akan
mendiskusikan kasus itu.
Apabila dipandang perlu, ia membentuk kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kebutuhan
Peranan pimpinan diskusi, pelapor dan para peserta
Pendidik membagikan bagan belajar, seperti lembaran yang berisi uraian terlulis, kepada para
peserta didik
Pendidik membantu peserta didik yang membutuhkan bimbingan dalam menganalisis dan
memecahkan masalah yang diidentifikasi dari kasus itu, umpamanya dengan menyarankan
langkah-langkah yang perlu ditempuh atau cara menggunakan data/informasi dalam kasus
tersebut.
Pendidik atau salah seorang peserta didik merangkum hasil diskusi kelompok. Rangkuman ini
antara lain memuat hal-hal sebagai berikut:
- Masalah-masalah yang dihadapi
- Alternatif pemecahan masalah dan pilihan prioritas pemecahannya.
- Program dan langkah-langkah pemecahan masalah.
Apabila studi kasus dilakukan oleh sub-sub kelompok maka perlu diadakan pelaporan hasil sub-
sub kelompok itu dalam kelompok besar.
3. Pendidik bersama peserta didik mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan studi kasus.
b. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Discussion Starter Story
Keunggulan model pembelajaran Discussion Starter Story menurut Sudjana (2001:121) antara
lain.
1. Kasus dapat disajikan dengan berbagai bentuk (tertulis, lisan, film, slide, rekaman, atau
permainan peran).
2. Setiap peserta didik diberi kesempatan yang sama untuk menganalisis dan mengajukan
informasi tentang alternatif pemecahan masalah.
3. Pserta didik dapat mengenal masalah-masalah dari kehidupan nyata.
4. Mengembangkan suasana bertukar pikiran dan pendapat dengan menggunakan pengetahuan
dan keterampilan yang mereka miliki.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran Discussion Starter Story menurut Sudjana
(2001:121) antara lain.
1. Memerlukan kreativitas dan keterampilan dalam menyusun kasus yang dingkat dari kehidupan
nyata.
2. Semua peserta didik tidak sama kepentingannya teradap masalah yang diajukan
3. Waktu yang diperlukan dapat bertambah, lebih-lebih apabila analisis kasus dilakukan secara
mendalam.
4. Membutuhkan pimpinan diskusi yang terampil untuk menghindarkan perdebatan yang tidak
perlu.
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka, baik yang menyangkut kerangka teoretis maupun berdasarkan
hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, penulis harus menentukan kerangka
konseptual.
Dalam pembelajaran, banyak model yang dapat digunakan diantaranya model pembelajaran
Discussion Starter Story dan model pembandingnya adalah model Numbered Head Together.
Model pembelajaran Discussion Starter Story merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikemukakan oleh Sudjana. Teori Discussion Starter Story dimulai dengan disediakannya bahan
belajar yang dapat diangkat dari bahan bacaan atau dari pengalaman langsung di lapangan.
Model Discussion Starter Story digunakan saat siswa ingin lebih mengenal suatu informasi
tentang kasus tertentu seperti ruang lingkup masalah, dan issu yang nyata. Siswa memahami dan
menganalisis kasus itu secara mendalam dengan berbagai alternatif pemecahan masalah. Kasus
yang disajikan menggambarkan apa masalahnya, siapa yang terlibat, di mana, kapan, mengapa
masalah itu timbul, dan bagaimana kemungkinan pemecahannya. Pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan terlebih dahulu yang menggunakan unsur 5W+1H merangsang siswa untuk
mengetahui alur setiap kasus yang mereka baca.
Salah satu cara untuk menggapai hasil belajar yang optimal adalah menerapkan model
pembelajaran Discussion Starter Story dianggap lebih baik logis dan sistematis dalam proses
belajar mengajar, sedangkan model Numbered Head Together merupakan model pembelajaran
yang bertumpu pada keterlibatan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Di satu sisi
model pembelajaran NHT baik digunakan, namun dalam bidang studi Bahasa Indonesia
khususnya dalam materi menanggapi isi berita, model pembelajaran NHT dirasa kurang cukup
membantu bagi siswa. Dikarenakan dalam menemukan informasi berita melalui kegiatan
menyimak, tidak hanya dibutuhkan juga kerjasama dan rasa tanggungjawab tiap-tiap anggota
kelompok dalam menemukan informasi berita melalui kegiatan menyimak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discussion Starter
Story dianggap lebih berorientasi pada siswa dalam menanggapi isi berita.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, langkah-langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis.
Menurut Kartono, “Hipotesis adalah dugaan sementara, dalam arti mungkin salah dan mungkin
yang benar. Ia akan ditolak jika faktanya menyangkal, berarti hipotesisnya salah atau palsu, dan
hipotesisnya akan diterima jika faktanya membuktikan kebenaran.” (Tanjung 2007:30)
Dari pendapat di atas, hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti
dan setiap hipotesis yang diajukan harus diuji tersendiri untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan pada penelitian ini adalah:
= Model Discussion Starter Story lebih efektif dibandingkan dengan Numbered Head Together
dalam menanggapi isi berita.
= Model Discussion Starter Story kurang efektif dibandingkan dengan menggunakan model
Numbered Head Together dalam menanggapi isi berita.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Santo Thomas 3 Medan. Adapun pertimbangan
peneliti memilih lokasi ini adalah:
1. jumlah siswa di SMA Santo Thomas 3 Medan cukup memadai untuk dijadikan sampel
penelitian sehingga data yang diperoleh lebih sahih
2. di sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian mengenai judul dalam penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2009/2010.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan penelitian. Adapun
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen pretest-posttest kontrol
group design. Metode ini digunakan karena peneliti ingin menggambarkan efektivitas model
pembelajaran Discussion Starter Story dalam menanggapi isi berita.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun pembelajaran
2009/2010 terdiri dari 6 (enam) kelas sebanyak 240 orang untuk lebih jelasnya berikut ini dibuat
table populasinya:
TABEL 1
DISTRIBUSI JUMLAH SISWA KELAS X SMA SANTO THOMAS 3 MEDAN TAHUN
PEMBELAJARAN 2009/2010
No. Kelas Jumlah Siswa1. X-1 40 Orang2. X-2 40 Orang3. X-3 40 Orang4. X-4 40 Orang
5. X-5 40 Orang6. X-6 40 Orang
JUMLAH 240 Orang2. Sampel
Arikunto, (2006:131) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.”
Jogianto (2008:75) mengatakan “pengambilan sampel secara cluster adalah pemilihan sampel
dengan membagi populasi menjadi beberapa grup bagian (cluster) dan dari beberapa cluster
kemudian dipilih secara random untuk menentukan sampel.”
Dalam penelitian ini populasi yang ada telah terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan
kelas yang ada yaitu X-1 hingga X-6. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti
melakukan random terhadap populasi kelas yang ada dengan cara melakukan pengocokan.
Karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen design two group maka proses
pengocokan dilakukan dua kali.
Pengocokan pertama dilakukan untuk menentukan kelas kontrol dan pengocokan kedua
untuk menentukan kelas eksperimen, setelah dilakukan pengocokan maka didapat hasil kelas X-5
sebagai kelas kontrol dan kelas X-6 sebagai kelas eksperimen.
D. Definisi operasional Variabel Penelitian
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman serta untuk memperjelas permasalahan yang
dibahas, maka perlu dirumuskan defenisi operasional variabel penelitian. Adapun definisi
operasional variabel penelitian ini adalah Metode pembelajaran Discussion Starter Story
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memecahkan suatu
masalah dengan kerja kelompok memilki tanggungjawab untuk mengajarkan materi pelajaran
yang ia peroleh dalam kelompok ahli kepada rekan-rekannya di kelompok asal. Sehingga dari
metode pembelajaran ini siswa diharapkan dapat bertanggungjawab mengenai materi pelajaran
baik secara induvidu maupun secara kelompok.
Kemampuan menemukan informasi berita melalui kegiatan menanggapi yang diperoleh siswa
atas kemampuannya dalam menemukan informasi berita yang terangkum dalam rumus 5W + 1 H
yaitu what, who, where, who, when, and how yang merupakan unsur dalam berita pendidikan,
lingkungan dan kebudayaa.
E. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah kontrol group pre-test-post-test. Desain penelitian ini bertujuan
untuk memperlihatkan perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen dengan pencapaian
kelompok control
TABEL II
DESAIN EKSPERIMEN KONTROL GROUP PRE-TEST-POST-TEST
Keterangan:
X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Discussion Starter Story
X2 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together
T1 : Tes awal kemampuan menanggapi isi berita
T2 : Tes akhir kemampuan menanggapi isi berita
(Arikunto, 2006:85)
F. Instrumen Penelitian
Kelas Pre-test Perlakuan Post-testEksperimen
Kontrol
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk menjaring data penelitian.
Data merupakan informasi yang harus diperoleh dari setiap penelitian. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dengan bentuk penugasan. Tes ini akan
dilakukan untuk pre-test dan post-test. Pre-test digunakan untuk menjaring data dalam
menemukan informasi dari wacana berita sebelum diadakan perlakuan, sedangkan post-test
digunakan untuk menjaring data dalam menemukan informasi dari wacana setelah diadakan
perlakuan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.
1. Jalan Eksperimen
TABEL III
LANGKAH-LANGKAH EKSPERIMEN KONTROL GROUP PRETEST-POSTTEST
Pertemuan Guru Siswa Waktu
I Memberikan pre-test Mengerjakan pre-test 1 x 40 menit
II 1. Guru membagi suatu kelas mejadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda
2. Guru menjelaskan materi (materi berita dan konsep 5W+1H)
1. Siswa mengikuti instruksi guru membentuk kelompok asal dengan kemampuan yang berbeda.
2. Siswa mendengarkan penjelasan guru
1 x 40 menit
III 3. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang wacana dengan maksud merangsang timbulnya dskusi dan untuk membantu peserta didik dalam menanggapi isi berita.
4. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berdiskusi
5. Guru mengevaluasi hasil diskusi bersama siswa.
3. Siswa mendengarkan tiap-tiap pertanyaan yang diberikan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai waktu yang diberikan guru
5. Siswa melakukan evaluasi bersama guru.
1 x 40
Menit
IV 1. Post-tes 1. Post-test 1 x 40 menit
TABEL IVLANGKAH-LANGKAH YANG DILAKSANAKAN DI KELAS KONTROL
Pertemuan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu
I Kegiatan Awal1. Mengucapkan salam pada siswa2. Mengabsen siswa3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
1. Siswa menjawab pertanyaan guru dan menyimak penjelasan guru
1 x 40 menit
II Kegiatan Inti 1. Melakukan apersepsi2. Menjelaskan materi
1. Siswa melakukan tanya jawab kepada guru
2. Siswa mendengarkan
2 x 40 menit
III Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok dan memberikan penomoran kepada siswa
2. Guru mengajukan pertanyaan atas berita yang didengar
1. Siswa duduk di dalam kelompok yang telah ditentukan guru
2. Siswa berfikir bersama mengenai pertanyaan guru tersebut
2 x 40 menit
IV Kegiatan Akhir 1. Guru memanggil suatu nomor
siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
Siswa menyimpulkan pembelajaran
1 x 40 menit
2. Teknik Pengambilan Data
Untuk mengetahui data kemampuan siswa dalam menemukan informasi dari wacana berita,
maka dilakukan penilaian dalam menemukan informasi dari wacana berita yaitu apa (what),
siapa (who), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), bagaimana (how). Penelitian
tersebut dilakukan oleh peneliti dan guru bidang studi. Berikut ini kisi-kisi penilaian yang
digunakan dalam penelitian ini.
TABEL V
KISI-KISI/ INDIKATOR TES KEMAMPUAN
MENANGGAPI ISI BERITA DARI KORAN
Nomor Indikator Skor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Apa (what)
a. Mampu mengidentifikasi apa yang terdapat
dalam wacana berita
b.Tidak mampu mengidentifikasi apa yang
terdapat dalam berita
Siapa (who)
a. Mampu mengidentifikasi siapa yang ada
dalam wacana berita
b.Tidak mampu mengidentifikasi siapa yang
ada dalam berita
Kapan (when)
a. Mampu mengidentifikasi kapan peristiwa
dari wacana berita terjadi
b.Tidak mampu mengidentifikasi kapan
peristiwa dari wacana terjadi
Di mana (where)
Mampu mengidentifikasi di mana peristiwa
dari wacana berita terjadi
a. Tidak mampu mengidentifikasi di mana
peristiwa dari wacana berita terjadi
Mengapa (why)
a. Mampu mengidentifikasi kenapa peristiwa
(10)
(0)
(10)
(0)
(10)
(0)
(10)
(0)
(30)
(0)
(30)
(0)
dari wacana berita terjadi
b.Tidak mampu mengidentifikasi kenapa
peristiwa dari wacana berita terjadi
Bagaimana (how)
a. Mampu mengidentifikasi bagaimana
jalannya peristiwa yang terjadi dari wacana
berita
b.Tidak mampu mengidentifikasi bagaimana
jalannya peristiwa yang terjadi dari wacana
berita
JUMLAH 100
G. Teknik Analisis Data penelitian
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komparasional.
“Teknik analisis komparasional adalah salah satu teknik analisis data kuantitatif atau salah satu
teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis mengenai ada tidaknya
perbedaan antara variabel yang sedang diteliti”. (Sudijono, 2005 : 275).
Adapun rumus teknik analisis komparasional yang digunakan adalah t “t” untuk dua sampel
besar yang satu sama lain tidak mempunyai hubungan.
(Sudijono,2005:314)
Keterangan :
t observasi
Mean Kelompok eksperimen
Mean Kelompok pembanding
SE = Standar error
Penganalisisan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Merumuskan data variabel X (model pembelajaran Discussion Starter Story dan data variabel
Y (NHT),
2. Menganalisis hasil belajar siswa terhadap pembelajaran menemukan informasi dari wacana
berita dengan model pembelajaran Discussion Starter Story (variabel X), yaitu:
a. Mentabulasi distribusi frekuensi variabel X, dan
b. Mencari nilai rata-rata atau mean, standar deviasi, dan standar error variabel X
1. Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
= Nilai rata-rata variabel X
= Jumlah perkalian frekuensi dengan skor (nilai) variabel X
N = Banyaknya subjek yang diteliti
2. Mencari standar deviasi dengan rumus:
=
= Deviasi standar dari sampel yang diteliti
= Jumlah perkalian frekuensi dengan skor (nilai) yang dikuadratkan
= Banyaknya subjek yang diteliti
3. Mencari standar error dengan rumus:
=
= besarnya kesalahan mean sampel X
= deviasi standard dari sampel yang diteliti
N = banyaknya subjek yang diteliti
1 = bilangan konstan
3. Menganalisis hasil belajar siswa terhadap pembelajaran menemukan informasi dari wacana
berita dengan pendekatan tanya-jawab (variabel Y), yaitu:
1. Mencari nilai rata-rata (mean):
nilai rata-rata variabel Y
jumlah perkalian frekuensi dengan skor (nilai) variabel Y
N = banyaknya subjek yang diteliti
2. Mencari standar deviasi dengan rumus
= deviasi standard dari sampel yang diteliti
jumlah perkalian frekuensi dengan skor (nilai) yang dikuadratkan
N = banyaknya subjek yang diteliti
3. Mencari standar error dengan rumus
= besarnya kesalahan mean sampel Y
= deviasi standard dari sampel yang diteliti
N = banyaknya subjek yang diteliti
1 = bilangan konstan
4. Menganalisis perbedaan hasil belajar siswa terhasap pembelajaran menemukan informasi dari
wacana berita dengan model pembelajaran Discussion Starter Story terhadap pembelajaran
menemukan informasi dari wacana berita dengan pendekatan tanya-jawab (perbedaan mean
variabel X dan mean variabel Y).
= standard error perbedaan mean X dan Y
= standard error variabel X
= standard error variabel Y
Uji persyaratan
Sebelum hipotesis penelitian dianalisis dalam uji t, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
5. Uji Normalitas
Uji kenormalan dilakukan secara parametric dengan menggunakan penaksir rata-rata pada
simpangan baku. Uji yang dikenal dengan uji Lilifors. Misalkan kita mempunyai sampel acak
dengan hasil pengamatan .Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut
berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa hipotesis tidak
normal.
Untuk pengujian hipotesis nol tersebut, kita tempuh prosedur sebagai berikut:
a. Pengamatan dijadikan bilangan baku z , z , ….z dengan menggunakan rumus z = dan s masing-
masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel),
b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung F
( ) = P ( ),
c. Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan z, jika proporsi ini dinyatakan
oleh S( ), maka
S( ) =
d. Hitung selisih F - S kemudian tentukan harga mutlaknya, dan
e. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut (L ).
6. Uji Homogenitas
Uji homegenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mempunyai varians yang homogeny
atau tidak. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
varian dari kelompok lebih besar
varian dari kelompok kecil
Kriteria pengujian:
Jika F hitung <>
Jika F hitung > F tabel maka kedua sampel tidak mempunyai varians yang sama.
7. Menguji hipotesis (t observasi)
Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uju “t” (Sudijono,2007:282-285) dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
t observasi
M = mean hasil post-test
M = mean hasil pre-test
SE standar error perbedaan kedua kelompok
Di mana
Setelah diketahui jumlah maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan kriteria pengujian
sebagai berikut:
Jika maka hipotesis nihil ditolak
Jika maka hipotesis nihil diterima
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Hayon, Josep, M.Hum, Drs.2003. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Storia Grafika.
Semi, Atar, Prof. Drs. 1995. Teknik Penulisan Berita, Features, dan Artikel. Bandung: Mugantara.Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
----------.2005. Penelitian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Tarigan, H.G.1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Widodo, Drs. 1997. Teknik Wartawan Menulis Berita di Surat Kabar dan Majalah. Surabaya: Indah.Yusup, M. Pawit. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lampiran1RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)A. IDENTITAS
1. Nama Sekolah : SMA Santo Thomas 3 Medan
2. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
3. Kelas/Semester : X/ Ganjil
4. Alokasi Waktu : 4 x 40
5. Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
berkenalan , berdiskusi dan bercerita
B. IDENTIFIKASI PROGRAM
1. Judul Materi Pembelajaran: Isi Berita Kompas
Kompetensi Dasar : Menanggapi isi Berita Koran Harian Kompas
2. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
a. Mampu memahami isi berita
b. Mampu menyampaikan kembali isi berita
c. Mampu menganalisis isi berita
d. Mampu menanggapi isi berita
3. Materi Pokok :
a. Ciri-ciri berita
b. Unsur-unsur Berita Surat kabar
C. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Sumber Belajar
a. Artikel/ wacana berita dari Surat Kabar Harian Kompas
b. Kompeten Berbahasa Indonesia SMA Kelas X Penerbit Erlangga
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dipakai adalah metode pembelajaran kooperatif yakni Discussion
Starter Story (DSS)
D. SKENARIO PEMBELAJARAN/ SEGMENTASI/PERTEMUAN KE
Pertemuan Guru Siswa Waktu
I Memberikan pre-test Mengerjakan pre-test 1 x 40 menit
II 1. Guru membagi suatu kelas mejadi
beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa
dengan kemampuan yang berbeda
2. Guru memperdengarkan wacana
berita lewat teks bacaan pada siswa
yang ada di kelompok asal
1. Siswa mengikuti instruksi
guru membentuk kelompok
asal dengan kemampuan
yang berbeda.
2. Siswa pada tiap-tiap
kelompok asalmendengarkan
wacana berita
1 x 40 menit
III 3. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang wacana dengan maksud merangsang timbulnya dskusi dan untuk membantu peserta didik dalam menanggapi isi berita.
4. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berdiskusi
5. Guru mengevaluasi hasil diskusi bersama siswa.
3. Siswa mendengarkan tiap-tiap pertanyaan yang diberikan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai waktu yang diberikan guru
5. Siswa melakukan evaluasi bersama guru.
1 x 40 menit
IV Post-tes Post-test 1 x 40 menit
E. LEMBAR KERJA SISWAMenjawab soal pilihan berganda dari soal yang telah diberikan oleh guru.Medan, Oktober 2009Menyetujui: Kepala Sekolah, Guru Bidang Study,NIP. NIP.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. IDENTITAS
6. Nama Sekolah : SMA Santo Thomas 3 Medan
7. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
8. Kelas/Semester : X/ Ganjil
9. Alokasi Waktu : 4 x 40
10. Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
berkenalan, berdiskusi, dan bercerita
B. IDENTIFIKASI PROGRAM
4. Judul Materi Pembelajaran: Isi Berita Kompas
Kompetensi Dasar : Menanggapi isi Berita Koran Harian Kompas
5. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
e. Mampu memahami isi berita
f. Mampu menyampaikan kembali isi berita
g. Mampu menganalisis isi berita
6. Materi Pokok :
c. Ciri-ciri berita
d. Unsur-unsur Berita Surat kabar
C. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1 Sumber Belajar
c. Artikel/ wacana berita dari Surat Kabar Harian Kompas
d. Kompeten Berbahasa Indonesia SMA Kelas X Penerbit Erlangga
2 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dipakai adalah metode pembelajaran kooperatif yakni Numbered
Head Together (NHT)
D. SKENARIO PEMBELAJARAN/ SEGMENTASI/PERTEMUAN KE
Pertemuan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi waktu
I Kegiatan Awal
1. Mengucapkan salam pada
siswa
2. Mengabsen siswa
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
1. Siswa menjawab pertanyaan
guru dan menyimak
penjelasan guru
1 x 40 menit
II Kegiatan Inti
4. Melakukan apersepsi
5. Menjelaskan materi
2. Siswa melakukan tanya
jawab kepada guru
3. Siswa mendengarkan
1x 40 menit
III Kegiatan Inti
6. Guru membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok dan
memberikan penomoran kepada
siswa
4. Siswa duduk di dalam
kelompok yang telah
ditentukan guru
5. Siswa berfikir bersama
mengenai pertanyaan guru
1 x 40 menit
7. Guru mengajukan pertanyaan
atas berita yang didengar
tersebut
IV Kegiatan Akhir
8. Guru memanggil suatu nomor
siswa untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan
Siswa menyimpulkan
pembelajaran
1 x 40 menit
E. LEMBAR KERJA SISWAMenjawab soal pilihan berganda dari soal yang telah diberikan oeh guru.Medan, Oktober 2009Menyetujui: Kepala Sekolah, Guru Bidang Study,NIP. NIP.
Tes Untuk Siswa
A. Petunjuk Tes
1. Bacalah kelima wacana ini dengan baik!
2. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat berdasarkan teks wacana yang tersedia. Jawaban
cukup dengan memperhatikan 5W+1H
Wacana 1
Sebanyak 1.500 anak melukis di Jalan Aspal
SOLO, KOMPAS — Untuk mengenalkan motif batik kepada anak dan remaja sealigus
sebagai sarana penyegaran setelah mengikuti ujian tengah semester, lebih dari 1.500 siswa
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama diajak bersama-sama melukis motif di atas jalan
aspal, Selasa (13/10) di Solo, Jawa Tengah.
Kegiatan swadaya masyarakat bertema “Dunia Mengakuiku, Perayaan Peneguhan Batik
Indonesia Warisan Budaya Dunia” itu dilakukan di ruas Jalan Diponegoro , sepanjang 500 meter
dengan menggunakan kapur tulis berwarna-warni.
Para siswa yang berpartisipasi berasal dari sekolah-sekolah yang tidak jauh dari lokasi melukis.
Sekolah-sekolah itu SMPN 3, SMPN 5, SMPN 10, SD Muhammadiyah, SD Kristen Triwindu,
SDN Ketelan, SDN Ngadisuman, SD Widya Wacana, SDN Yosodipuro, SDN Tumenggungan,
dan SDN Bromantakan.
“Jalan aspal dapat menjadi media alternative pendidikan seni rupa untuk meningkatkan
kreativitas anak. Seni lukis tidak harus terpaku pada media kertas atau kanvas,” kata Ketua
Panitia Mayor Haristanto.
Kebanyakan peserta melukis sesuai dengan imajinasi mereka, seperti gambar bunga, pohon,
binatang dan rumah. Tidak banyak peserta yang menggambarkan motif batik. Padahal, panitia
memasang gambar-gambar contoh motif batik di beberapa titik di tepi jalan sebagai panduan
bagi peserta seperti motif sidomukti, sidoluhur, parang, dan kawung.
“Ada juga karya tulis anak-anak yang bukan termasuk motif batik. Namun, apa pun bisa menjadi
batik karena inspirasi motif batik berasal dari kehidupan sehari-hari. Bagi kami, yang penting
anak-anak mengenal batik lebih baik,” kata Mayor.
I. Jawablah pertanyaan sesuai isi berita di atas!
1. Apa pokok permasalahan yang terdapat pada isi berita di atas?
2. Seni lukis tidak harus terpaku pada media kertas atau kanvas, siapa yang mengemukakan
pernyataan tersebut pada isi berita di atas?
3. Mengapa generasi muda dianjurkan mengenal dan mendapat pengetahuan lebih banyak
tentang batik?
4. Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan?
5. Kapan anak-anak tersebut mulai melukis?
6. Bagaimana pendapat Anda terhadap kegiatan tersebut?
Wacana 2
Penebangan Liar Terus Terjadi
JEMBER, KOMPAS — Selama 10 bulan terakhir telah terjadi perambahan kayu yang ditaksir
berjumlah labih dari 100 meter kubik di kawasan Taman Nasional Metu Betiri, Kabupaten
Jember, Jawa Timur. Secara ekonomi, nilai kayu memang hanya Rp 200 juta – Rp 400 juta,
tetapi secara ekologi dampaknya sangat besar dan luas.
Kepala Tata Usaha Balai Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Sumarsono mengemukakan
hal itu seusai menyerahkan tersangka pencurian kayu ke Kepolisian Resor Jember, Selasa (6/10).
Mereka adalah Sariman (40) dan Matpori (30), warga Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo,
Kabupaten Jember.
Saat ditangkap petugas taman nasional, Senin, kedua orang itu sedang membawa kayu suren
berdiameter 0,5 meter yang diperkirakan berusia 25 tahun.”Setelah diteliti, ternyata kayu itu
diambil dari kawasan taman nasional,” kata Sumarsono.
Dari 20 kejadian dalam 10 bulan terakhir yang meliputi penebangan liar dan perburuan
satwa, petugas TNMB menangkap sedikitnya 24 pelaku.
“Dia antara pelaku, beberapa orang kemudian mendekam dipenjara. Tetapi, mereka tak jera.
Mereka mencuri kayu dan tertangkap lagi,” kata Sumarsono.
Menurut dia, pihaknya kesulitan mengawasi TNMB secara optimal dari aktivitas penebangan
liar. “Luas areal taman nasional adalah 58.000 hektar, sementara itu jumlah personel kami sangat
terbatas.” Katanya.
Apalagi, TNMB berbatasan langsung dengan 8 desa, yaitu 6 desa di wilayah Kabupaten Jember
dan 2 desa di wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Jawablah pertanyaan ini sesuai isi berita di atas!
1. Apa pokok permasalahan isi berita tersebut?
2. Siapa yang menjadi tersangka pencurian kayu yang segera dibawa ke Kepolisian Resor
Jember?
3. Mengapa penebangan liar masih tetap terjadi sesuai isi berita di atas?
4. Dimana sering terjadi banjir sesuai isi berita tersebut?
5. Kapan Kepala Tata Usaha Balai TNMB melaporkan tersangka ke Kepolisian Resor jember?
6. Bagaimana tanggapan Anda terhadap peristiwa tersebut?
wacana 3
Presiden Ubah Metode Mengajar
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Menteri Pendidikan
Nasional Mohammad Nuh untuk mengubah metodologi belajar-mengajar. Pola yang sekarang
tidak mendorong siswa kreatif dan inovatif sehingga sulit memunculkan jiwa kewirausahaan
anak didik.
Metode belajar-mengajar anak didik yang dilakukan sejak taman kanak-kanak, sekolah dasar,
hingga sekolah menengah dinilai hanya menunjukkan gurunya yang aktif, sedangkan anak didik
justru tidak aktif. Proses belajar sepeti itulah yang dinilai tidak dapat mengembangkan inovasi
dan kreativitas serta kewirausahaan.
Demikian disampaikan Presiden Yudhoyono saat membuka Temu Nasional 2009 di Jakarta,
Kamis (29/10). Dalam acara itu, hadir Wakil Presiden Boediono, para menteri cabinet, gubernur,
bupati, wali kota, unsure pimpinan badan usaha milik Negara (BUMN), dan sejumlah pejabat
lain.
“Saya minta Menteri Pendidikan nasional untuk mengubah metodologi belajar-mengajar yang
ada selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangna hanya gurunya yang
aktif, tetapi harus mampu membuat siswanya juga aktif,” kata Presiden.
Menurut Presiden, pendidikan jangan hanya mengejar nilai rapor dan ujian. “Kalau itu yang
dipilih, anak-anak bersekolah tetapi tidak berkembang kreativitas, inovasi, dan jiwa
wirausahanya,” lanjut Presiden.
Kewirausahaan
Menurut Presiden, jiwa kewirausahaan sangat penting dan harus dipupuk sejak kecil. Dengan
demikian, setelah selesai menjalani pendidika mereka tidak sekedar menjadi pencari kerja, tetapi
menjadi pencipta lapangan kerja.
“Oleh karena itu, perlu reformasi di bidang pendidikan nasional. Guru dan dosen harus diajak
untuk bisa mengembangkan jiwa kewirausahaan, inovasi, dan kreativitas,” ujarnya.
Sebelum Presiden Yudhoyono menyatakan telah menerima surat dari Presiden Komisaris
Kompas Gramedia Jakob Oetama dan pengusaha Ciputra agar pemerintah mendorong tumbuh
dan berkembangnya jiwa kewirausahaan di Indonesia.
Dikatakan Presiden, sejumlah wirausahawan Indonesia sangat sedikit jika dibandingkan dengan
Negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, atau Singapura. Padahal dengan berkembangnya
jiwa kewirausahaan, tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat diturunkan.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, yang diminta tanggapannya oleh pers,
menyatakan akan segera mereformasi system pendidikan, khususnya metode belajar-mengajar .
meski demikian, akan dikaji dulu metode belajar-mengajar yang diterpkan saat ini.
Pada tahap awal, lanjut Mohammad Nuh, pembenahan akan dilakukan pada infrastruktur
pendidikan.”jangan ada lagi sekolah yang bocor, apalagi ambruk,” kata Nuh.
Jawablah pertanyaan sesuai isi berita di atas!
1. Apa pokok permasalahan isi berita tersebut?
2. Siapa yang mengirimkan surat kepada presiden yang menanggapi tentang pengembangan jiwa
kewirausahaan di Indonesia?
3. Mengapa metode belajar-mengajar harus diubah?
4. Dimana kebijakan tersebut dibicarakan oleh presiden?
5. Kapan peryataan tersebut dikemukakan oleh presiden?
6. Bagaimana tanggapan Anda terhadap isi berita?
Wacana 4
Pilihan Ganda “Menjerumuskan”
Soal-soal pilihan berganda juga mendorong siswa untuk menebak jawaban tanpa berpikir
terlebih dahulu serta lebih membuka pelung terjadinya ketidakjujuran. Oleh karena itu, dalam
aspek penilaian atau evaluasi siswa oleh guru, perlu digalakkan penggunaan item uraian.
Demikian kajian yang dikemukakan sejumlah peneliti dari beberapa perguruan tinggi
berdasarkan hasil-hasil tes internasional yang diikuti siswa Indonesia dalam seminar bertema
mutu pendidikan dasar dan menengah. Penelitian dilakukan berkolaborasi Pengembangan
Depdiknas di Jakarta, akhir pecan lalu.
Sejak tahun 1990-an hingga saat ini Indonesia terlibat dalam tes internasional yang diikuti
siswa dari Negara-negara maju dan Negara berkembang, yani Programme for International
Student Assesment (PISA) di bidang membaca, Matematika, dan Sains untuk siswa SMP.
Indonesia juga mengikuti Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) bidang
membaca untuk siswa SD serta Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
bidang Matematika dan Sains untuk siswa SMP. Hasil tes menunjukkan, kemampuan siswa
Indonesia di bawah standar internasional.
Kemampuan rata-rata siswa Indonesia dalam merespon item format uraian lebih rendah
dibandingkan pilihan ganda. Kondisi itu secara umum menunjukkan siswa Indonesia lemah
untuk melakukan analisis, prediksi, dan membuat kesimpulan.
Tidak Terlatih
Felicia N Utorodewo dari Universitas Indonesia, Minggu (1/11), mengatakan, prestasi
membaca siswa SD Indonesia tak saja terlihat rendah dalam PIRLS, tetapi juga dalam ujian akhir
nasional (UASBN). Siswa Indonesia tidak terlatih untuk menyampaikan pikiran dan gagasanya
dalam bahasa yang runtut serta jelas.
“Mereka sigap menjawab soal pilihan ganda, tetapi lemah dalam mengungkapkan pikiran
dalam bentuk esai,” kata Felicia.
Heri Retnawati dari Universitas Negeri Yogyakarta mengatakan, salah satu yang
mempengaruhi kesulitan siswa Indonesia menjawab soal-soal dalm tes internasional adalah
karena tidak terbiasa mngerjakan evaluasi skala nasional dengan soal esai. Siswa lebih terbiasa
dengan soal pilihan ganda. Di soal TIMSS banyak soal yang bersifat penerapan dan penalaran
sehingga akan menyulitkan siswa yang tidak terbiasa berpikir analitis.
Wasis dari Universitas Negeri Surabaya mengingatkan supaya kegiatan pembelajaran harus
memberikan ruang yang lebih luas lagi bagi siswa untuk melakukan proses menalar dan
menerapkan dibandingkan mengumpulkan pengetahuan.
Fredi Munger, Contractor for Strategic Advisory Services, Australia-Indonesia Basic
Education, Program, AusAid, mengatakan dari tes-tes itu, secara umum siswa Indonesia lemah
dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah.
Jawablah pertanyaan sesuai isi berita di atas!
1. Apa pokok permasalahan pada wacana di atas?
2. Siapa yang mengatakan bahwa ujian pilihan ganda membuka peluang ketidakjujuran?
3. Mengapa test pilihan ganda dikatakan tidak mengajak siswa untuk berpikir?
4. Di mana dilakukan penelitian itu?
5. Kapan penelitian itu dilakukan oleh peneliti?
6. Bagaimana tanggapan Anda tentang hal tersebut?
PENDAHULUAN
Latar Belakang MasalahManusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Tuhan yang mempunyai kewajiban untuk beribadah dan menyembah Tuhan Sang Pencipta dengan tulus
TujuanTujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
Metode PenulisanPenulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan.Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah :Studi PustakaDalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini.
BAB IIPEMBAHASAN
Dasar PemikiranKehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan (khalifullah) di bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam.Manusia dalam melaksanakan tugas dan kegiatan hidupnya bergerak dalam dua bidang universal filosofis dan sosial politis. Di bidang universal filosofis trasenden dan idealistik, sedangkan bidang sosial politis bersifat imanen dan realistis yang bersifat lebih nyata dan dapat dirasakan.Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang ber-bhinneka, negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan gegrafis yang strategis dan kaya sumber daya alam. Kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air.
Pengertian Wawasan NusantaraCara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiawai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-cita nasional.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara1. Wilayah.2. Geopolitik dan Geostrategi.3. Perkembangan wilayah Indonesia dan dasar hukumnya.
Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara1. WadahWawasan Nusantara sebagai wadah meliputi 3 komponen :a. Wujud WilayahBatas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh dalamnya perairan. Oleh karena itu nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan dalamnya. Sedangkan secara vertikal ia merupakan suatu bentuk kerucut terbuka keatas dengan titik puncak kerucut di pusat bumi.Letak geografis negara berada di posisi dunia anatar 2 samudra, yaitu pasifik dan samudera hindia dan antara dua benua, yaitu asia dan australia. Letak geografis ini berpengaruh besar terhadap aspek-aspek kehidupan nasional Indonesia. Perwujutan wilayah nusantara menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi, sosial-busaya dan pertahanan keamanan.b. Tata Inti OrganisasiBagi Indonesia. Tata inti organisasi negara berdasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk dan kedaulatan negara, kekuasaan pemerintah, sistem pemerintahan, dan sistem perwakilan.Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Kedaulatan berada di tangan rakyat
yang sepenuhnya oleh majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sistem pemerintahannya menganut sistem presidensial. Indonesia merupakan Negara Hukum (Rechk Staat) bukan hanya kekuasaan.c. Tata Kelengkapan Organisasi Isi wawasan nusantara tercermin dalam perspektif kehidupan manusia Indoensia dalam eksistensinya yang meliputi :a) Cita-cita bangsa Indonesia tertuang dalam pembukaan UUD 1945.Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.Rakyat Indonesiayang berkehidupan kebangsaan yang bebas.Pemerintahan negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.b) Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal.Satu kesatuan wilayah nusantara mencakup daratan, perairan dan dirgantara.Satu kesatuan politik.Satu kesatuan sosial budaya.Satu kesatuan ekonomi, atas asas usaha bersama.Satu kesatuan pertahanan dan keamanan.Satu kesatuan kebijakan nasional.
2. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencangkup Dua Segia. Tata laku batiniaWawasan Nusantara berlandaskan pada falsafah Pancasila untuk membentuk sikap mental.b. Tata laku lahiriahWawasan Nusantara diwujudkan dalam satu sistem organisasi meliputi : perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengadilan.
Implementasi Wawasan Nusantara3. Wawasan Nusantara sebagai pancaran falsafah Pancasila.4. Wawasan Nusantara dalam pembangunan nasional.a. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik.b. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai kesatuan ekonomi.c. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya.d. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan.5. Penerapan wawasan Nusantara.6. Hubungan wawasan Nusantara.
BAB IIIPENUTUP
Demikian makalah tentang wawasan Nusantara yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
KesimpulanJadi wawasan Nusantara adalah sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenal diri dan tanah air sebagai negara kepulauan dari berbagai aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
- Buku Pendidikan Kewarganegaraan